• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika diartikan oleh Johnson dan Rising dalam Suherman (2003:19) sebagai pola berpikir, pola mengorganisasi, pembuktian yang logis, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat representasinya dengan simbol dan padat. Lebih lanjut, Ekawati (2011) menyatakan bahwa matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dan untuk mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik/tabel. Pentingnya fungsi matematika membuat matematika perlu dipelajari sejak dini. Bruner dalam Hudoyo (2000:56) menjelaskan bahwa pembelajaran matematika adalah belajar tentang konsep dan struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep dan struktur matematika didalamnya. Tujuan dari pembelajaran matematika yaitu untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Pencapaian tujuan pembelajaran matematika di sekolah tidak terlepas dari proses belajar-mengajar yang berlangsung di kelas. Kegiatan belajar mengajar tidak lagi sekedar menyampaikan dan menerima informasi tetapi mengolah informasi sebagai masukan pada usaha peningkatan kemampuan (Gulo, 2004:71).

Jean Piaget, seorang ahli pendidikan mengemukakan bahwa anak-anak pada dasarnya adalah pembelajar yang aktif. Siswa peka terhadap lingkungannya dan aktif mencari informasi agar mengerti dan memahaminya. Siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran sangatlah penting, karena dalam matematika banyak pemecahan masalah yang menuntut siswa aktif belajar (Bellanca, 2011). Oleh karena itu, peran guru sangat penting dalam menumbuhkan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran.

(2)

2

Sudjana (2010:74) mendefinisikan keaktifan belajar sebagai peristiwa dimana siswa terlibat langsung secara intelektual dan emosional sehingga siswa betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam suatu kegiatan yag dilakukan selama proses pembelajaran. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila siswa terlibat langsung secara aktif dalam suatu kegiatan baik secara intelektual dan emosional. Sejalan dengan pendapat tersebut, Dimyati dan Mujiono (2006) menyatakan bahwa keaktifan belajar siswa merupakan proses pembelajaran yang mengarah pada pengoptimalisasian intelektual, emosional dan fisik siswa dalam proses pembelajaran. Keaktifan belajar siswa dapat ditimbulkan dengan penggunaan model pembelajaran yang berorientasi pada siswa, antara lain dengan cara memberi tugas secara individu atau kelompok, mengadakan sesi tanya jawab dan diskusi.

Hal tersebut didukung oleh pendapat Sanjaya (2006:141) yang menyebutkan bahwa ada 3 ciri-ciri keaktifan belajar siswa, yaitu 1) adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosional maupun intelektual dalam setiap proses pemebelajaran, 2) adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa seperti menjawab dan mengajukan pertanyaan, berusaha memecahkan masalah yang diajukan atau timbul selama proses pembelajaran berlangsung, dan 3) terjadinya interaksi yang multi arah, baik antara siswa dengan siswa atau antara guru dengan siswa. Diedrich dalam Sardiman (2007) mendefinisikan bahwa terdapat 8 indikator keaktifan belajar, yaitu kegiatan visual (visual activities), kegiatan lisan (oral activities), kegiatan mendengarkan (listening activities), kegiatan menulis (writing activities), kegiatan menggambar (drawing activities), kegiatan emosional (emotional activities), kegiatan motorik (motor activities), dan kegiatan mental (mental activities). Keaktifan belajar siswa dapat diukur dengan cara mengamati siswa, menggunakan instrumen lembar observasi dan angket keaktifan belajar siswa.

Selain keaktifan belajar, dalam pembelajaran matematika hasil belajar siswa juga sangat penting. Keberhasilan siswa dalam belajar matematika seringkali berkaitan dengan hasil belajarnya. Gagne dalam Abidin (2011:8) menyatakan bahwa hasil belajar matematika adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

(3)

3

siswa setelah menerima pengalaman belajar matematika. Dapat dikatakan bahwa hasil belajar matematika adalah perubahan tingkah laku dalam diri siswa, yang diamati dan diukur dalam bentuk perubahan, pengetahuan, tingkah laku, sikap, dan ketrampilan setelah mempelajari matematika. Perubahan tersebut diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan kearah yang lebih baik dari sebelumnya. Menurut Arikunto (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan atas dua jenis yaitu faktor eksternal yakni faktor yang berasal dari luar diri siswa seperti orang lain, alam, benda, hewan dan lingkungan fisik disekitarnya. Faktor internal yakni faktor yang berasal dari diri siswa sendiri seperti kondisi biologis dan psikologis seperti motivasi, minat, dan keaktifan belajar. Keaktifan belajar merupakan unsur yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran untuk mengembangkan aktivitas dan kreatifitas siswa melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar agar tujuan pembelajaran tercapai.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada guru matematika SMA N 2 Salatiga kelas XI IA, Ibu Partijah, S. Pd, proses pembelajaran matematika sebagian besar masih berpusat pada guru. Materi SMA yang semakin abstrak menjadi salah satu faktor yang menyebabkan guru kebingungan untuk menggunakan model-model pembelajaran yang beragam. Siswa cenderung tidak memperhatikan pembelajaran dan memilih sibuk dengan kegiatan yang lain sehingga mereka tidak dapat menerima pembelajaran dengan baik. Hasil wawancara dengan beberapa siswa mengatakan bahwa mereka tidak menyukai pembelajaran matematika karena materinya semakin sulit dan guru yang terlalu cepat ketika menjelaskan. Beberapa siswa mengaku meskipun siswa belum mengerti materi sebelumnya tetapi guru sudah melanjutkan materi yang baru, saat itulah timbul rasa malas mengikuti pembelajaran matematika dan memilih untuk sibuk dengan kegiatan yang lain sehingga sebagian besar siswa tidak mengusai materi pembelajaran matematika yang berakibat pada rendahnya nilai matematika siswa. Guru hanya memberikan beberapa latihan soal ketika menjelaskan sehingga ketika siswa dihadapkan dengan variasi soal yang berbeda siswa cenderung kebingungan dalam mengerjakan. Oleh karena itu, pada saat ulangan maupun tes, siswa kesulitan menghadapi soal-soal yang bervariasi. Rata hasil tes

(4)

4

akhir semester siswa kelas XI IPA SMA N 2 Salatiga adalah 64,27. Rata-rata tersebut masih jauh dari nilai KKM yaitu 75. Dari 114 siswa kelas XI IPA, hanya 20 siswa atau sekitar 17% siswa saja yang memiliki nilai di atas KKM, sehingga sebagian besar siswa kelas XI IPA memiliki nilai dibawah KKM atau tidak tuntas. Latihan soal yang dikerjakan oleh siswa semakin banyak, maka semakin terampil pula siswa tersebut dalam mengerjakan berbagai variasi soal. Salah satu model pembelajaran yang menekankan pemberian variasi-variasi soal adalah model pembelajaran Missouri Mathematics Project atau MMP. Menurut Good, Grouws dan Ebmeier dalam Slavin (2008: 31), MMP adalah suatu model pembeajaran yang dirancang untuk membantu guru secara efektif menggunakan latihan-latihan, agar guru mampu membuat siswa mendapatkan prestasi yang menonjol. Sejalan dengan pendapat tersebut, Widdiharto (2004) menyatakan bahwa pembelajaran MMP merupakan salah satu model pembelajaran yang terstruktur, penggunaan waktu pembelajaran diatur relatif ketat dengan banyaknya latihan soal sehingga siswa mudah dan terampil menyelesaikan beragam soal dan diharapkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Adapun langkah-langkah pembelajaran pada model pembelajaran MMP menurut Confrey dalam Krismanto (2003:11) adalah 1) pendahuluan atau review (meninjau ulang materi yang lalu), 2) pengembangan, 3) latihan terkontrol/belajar kooperatif, 4) Seatwork atau latihan mandiri, dan 5) penugasan/pekerjaan rumah. Keunggulan dari model pembelajaran MMP ini adalah banyak materi yang bisa tersampaikan kepada siswa karena tidak terlalu banyak menggunakan waktu. Dengan kata lain, penggunaan waktu dapat diatur relatif ketat (Widdiharto, 2004). Model pembelajaran MMP dapat diterapkan disemua subbab matematika, terkhusus untuk subbab matematika yang abstrak atau tidak dapat dilakukan dengan penalaran atau dengan pengamatan dengan benda kongkrit, sehingga membutuhkan latihan soal terstruktur yang lebih banyak, karena dengan latihan soal yang cukup banyak akan membuat siswa terampil untuk menyelesaikan berbagai macam soal, dan mengakibatkan siswa menjadi lebih aktif untuk bertanya maupun mengemukakan pendapat antar siswa maupun guru.

(5)

5

Model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) berpengaruh terhadap hasil belajar hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Faradhila (2013) yang menunjukkan bahwa Model Pembelajaran MMP menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik. Penelitian lain yang dilakukan oleh Jannah (2013) menunjukkan bahwa penggunaan model MMP dapat meningkatkan tingkat pemahaman siswa pada materi fungsi dan mampu meningkatkan sikap positif siswa terhadap matematika. Selanjutnya hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2014) menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa yang dikenai model pembelajaran MMP lebih baik daripada yang dikenai model pembelajaran konvensional, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Wijanarko (2014) menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh yang signifikan pada penerapan model pembelajaran MMP berbantu Domat terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas VIII SMP Kristen Lentera Ambarawa.

Berdasarkan uraian di atas, tentang permasalahan banyaknya model pembelajaran pada saat ini dan tidak semua model pembelajaran tersebut sesuai dengan materi pelajaran menjadi landasan dari penelitian ini. Adanya teori dan hasil penelitian tentang MMP menjadi dasar pemilihan model pembelajaran MMP sebagai upaya bentuk tindak lanjut dari permasalah tersebut.Selain itu, belum adanya teori dan hasil penelitian terkait model pembelajaran MMP untuk meningkatkan keaktifan belajar mendorong peneliti untuk meneliti hal tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini akan meneliti pengaruh model pembelajaran Missouri Mathematic Project (MMP) terhadap keaktifan belajar dan hasil belajar matematika siswa kelas XI IPA SMA N 2 Salatiga.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran Missouri Mathematic Project (MMP) terhadap keaktifan belajar siswa kelas XI IPA SMA N 2 Salatiga? 2. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran Missouri Mathematic Project

(6)

6 C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh Model Pembelajaran Missouri Mathematic Project (MMP) terhadap keaktifan belajar siswa kelas XI IPA SMA N 2 Salatiga. 2. Mengetahui pengaruh Model Pembelajaran Missouri Mathematic Project

(MMP) terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA N 2 Salatiga. D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan referensi untuk menambah pengetahuan dalam pengembangan Model Pembelajaran MMP dalam proses pembelajaran matematika dan untuk menambah referensi serta sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu: a. Bagi Sekolah

Penelitian ini menambah referensi yang dapat digunakan untuk pembinaan guru terkait dengan penggunaan model pembelajaran MMP. b. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas dan menjadi masukan guru sehingga model pembelajaran MMP dapat diterapkan pada materi lainnya dalam pembelajaran matematika. c. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih terlibat langsung dalam proses belajar mengajar dan mempunyai kesempatan yang banyak untuk mengemukakan pendapat, tanggapan, dan pertanyaan selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

d. Bagi Peneliti lain

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian berikutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam konteks living law tentang cerai talak di Aceh, kecendrungan fikih mazhab Syafi’i telah kuat tertanam dalam masyarakat sehingga mazhab hukum lokal ini sulit untuk

Pada penelitian ini didapatkan bahwa hasil uji statistik didapatkan p-value sebesar 0,000 (p-value<0,05) yang berarti terdapat ada hubungan antara status gizi

Hasil distribusi responden dari motivasi bidan desa menunjukkan masih ada bidan desa yang tidak pernah memberikan informasi kepada kader untuk melakukan pendataan sasaran posyandu

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, salep ekstrak ikan toman (Channa micropeltes) terbukti memiliki efek penyembuhan luka sayat pada tikus hiperglikemia

Undangan dalam acara Garuda Indonesia Corporate Travel Fair 2017 (GCTF) adalah perusahaan rekanan Garuda Indonesia yang memiliki kebutuhan dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Untuk mengetahui reduksi kebisingan oleh barrier perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memperhatikan jenis dan spesifikasi barrier di wilayah penelitian.

Pada proses injeksi molding untuk pembuatan hendel terjadi beberapa kekurangan, pada proses pembuatannya diantaranya terjadinya banyak kerutan dan lipatan pada