• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI MORFOLOGI : SPESIES VEKTOR MALARIA DI B2P2VRP SALATIGA PROPOSAL KEGIATAN KULIAH KERJA MAGANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IDENTIFIKASI MORFOLOGI : SPESIES VEKTOR MALARIA DI B2P2VRP SALATIGA PROPOSAL KEGIATAN KULIAH KERJA MAGANG"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

i

PROPOSAL KEGIATAN KULIAH KERJA MAGANG

diajukan guna memenuhi persyaratan kuliah kerja magang

Oleh :

MOH MIRZA NURYADY NIM 101810401048

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JEMBER

(2)

v

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………..

1

1.2 Tujuan ………...

3

1.3 Manfaat...………

3

BAB 2. METODE PENELITIAN

2.1 Waktu dan Tempat………..……..…... 4

2.2 Prosedur Kerja……...………..………….. 4

2.2.1 Koleksi Nyamuk Anopheles ... ...…..

...

…..

...

4

2.2.2 Identifikasi Morfologi dari berbagai jenis Nyamuk

Anopheles...

…...…...

5

BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Profil Lembaga………..…... 6

3.2 Pembahasan………... 7

BAB 4. PENUTUP

Kesimpulan………..…... 27

Saran ………..…... 27

DAFTAR PUSTAKA

(3)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Malaria merupakan penyakit menular yang mendapatkan perhatian serius diseluruh dunia. Penyakit malaria ini disebabkan oleh infeksi protozoa parasit, yang merupakan genus dari plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia yang terinfeksi. Penyakit ini secara alami ditransmisikan dengan perantara vektor nyamuk Anopheles betina. Penyebaran penyakit ini diseluruh dunia sangatlah tinggi, persebaran malaria berbanding lurus dengan tingkat persebaran nyamuk Anopheles. Kebanyakan dinegara-negara berkembang tidak memiliki tempat pembuangan dan penampungan air yang mencukupi sehingga dapat dijadikan sebagai tempat bertelurnya nyamuk Anopheles yang berdampak terhadap tingginya angka kasus malaria.

Berdasarkan The World Malaria Report 2010, sebanyak lebih dari 1 juta orang termasuk anak-anak setiap tahun meninggal akibat malaria dimana 80% kematian terjadi di Afrika, dan 15% di Asia (termasuk Eropa Timur). Secara keseluruhan terdapat 3,2 Miliyar penderita malaria di dunia yang terdapat di 107 negara. Malaria di dunia paling banyak terdapat di Afrika yaitu di sebelah selatan Sahara menybabkan banyak anak-anak meninggal karena malaria, dan malaria muncul kembali di Asia Tengah, Eropa Timur dan Asia Tenggara. DiIndonesia sendiri merupakan daerah endemis malaria, meskipun telah dilakukan program pelaksanaan dan pemberantasan penyakit malaria sejak tahun 1959, namun hingga saat ini angka kesakitan dan kematian masih cukup tinggi. Diperkirakan 70 juta (35%) jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di daerah berisiko tertular malaria (Wigati et al, 2010).

Kasus malaria pada manusia dapat disebabkan oleh Plasmodium malariae,

Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum dan Plasmodium ovale (Bruce, 1980).

Infeksi oleh Plasmodium vivax diperlukan siklus penularan dari manusia sakit ke manusia sehat yang dibantu oleh vektor. Saat nyamuk Anopheles betina menghisap darah manusia, plasmodium berada pada fase sporozoit. Sporozoit

(4)

kemudian akan menuju ke hati (liver) dan membentuk merozoit dalam jumlah yang sangat banyak. Bentuk inilah yang kemudian masuk ke dalam aliran darah dan menginfeksi sel–sel darah merah. Sebagian dari sporozoit didalam sel hati membentuk hipnozoit yang dapat bertahan sampai bertahun-tahun. Pada saat plasmodium menginfeksi Gejala yang ditimbulkan antara lain adalah demam, anemia, panas dingin, dan keringat dingin. Untuk mendiagnosa seseorang menderita malaria adalah dengan memeriksa ada tidaknya plasmodium pada sampel darah pasien. Seringkali ditemui dalam kasus penyakit malaria adalah

Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax.

Bebarbagai langkah telah dilakukan untuk pencegahan penyakit malaria, tetapi sampai saat saat ini masih belum ditemukan cara yang paling efektif dalam mengatasi masalah ini. Menurut World Health Organisation (2011), Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan upaya pengendalian vektor meliputi: Pembasmian jentik dilakukan larviciding (tindakan pengendalian larva Anopheles

sp secara kimiawi, menggunakan insektisida), Biological control (Predator

pemakan jentik, virus, bakteri, dan lain-lain), Manajemen lingkungan, Pengendalian terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan penyemprotan dinding rumah dengan insektisida (IRS/ Indoors Residual Spraying), dan Penggunaan kelambu berinsektisida.

Spesies Anopheles yang menjadi vektor utama malaria di dunia sekitar 70 spesies dari total 424 spesies. Jumlah spesies yang menjadi vektor malaria semakin bertambah dengan penemuan spesies baru melalui kegiatan identifikasi dan penelitian bionomik (WHO, 2007). Nyamuk Anopheles yang berperan sebagai vektor malaria pada manusia di Asia Tenggara pada umumnya merupakan

cryptic species (sibling species/ isomorphic species) dan dimasukkan dalam

takson spesies komplek. Anggota spesies komplek tersebut memiliki morfologi yang mirip satu sama lain sehingga seringkali keliru dalam identifikasi. Anggota spesies komplek berkerabat dekat secara genetik, namun terisolasi secara reproduktif. Karakter dan bionomik spesies berbeda, oleh karena itu berpengaruh secara langsung pada epidemiologi dan pengendalian. Perbedaan karakter dan bionomik tersebut meliputi kapasitas vektorial, resistensi terhadap insektisida,

(5)

preferensi inang sumber darah, periodisitas dan tempat istirahat (Permana, 2013). Sehingga proses identifikasi spesies nyamuk Anopheles merupakan langkah yang sangat penting untuk lebih mengenal karekteristik-karakteristik yang dimiliki oleh berbagai jenis nyamuk Anopheles (Gandahusada,2006).

Dipulau Jawa, Provinsi jawa tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah endemik persebaran vektor malaria. Menurut Barodji dkk (2001) ditemukan 8 spesies yang memiliki populasi tinggi antara lain Anopheles

aconitus, Anopheles annularis, Anopheles barbirostris, Anopheles balabacensis, Anopheles jlavirostris, Anopheles maculatus, Anopheles kochi dan Anopheles vagus yang ditemukan persebarannya pada kabupaten Kulonprogo D.I.Y.

Kedelapan spesies yang telah ditemukan tersebut tidak semua spesies Anopheles dapat menjadi vektor penyebaran malaria, sehingga perlu diadakannya identifikasi lebih lanjut, selain identifikasi ciri morfologi juga perlu adanya identifikasi molekuler. Sehingga nantinya dapat diketahui secara pasti spesies Anopheles mana yang mampu menjadi vektor penyebaran malaria.

1.1 Rumusan Masalah

Banyaknya jumlah spesies Anopheles baik vektor atau non-vektor juga adanya pengklasifikasian khusus untuk spesies sibling, sehingga dibutuhkan cara untuk dapat mengidentifikasi spesies Anopheles.

1.2 Tujuan Penelitian

Kegiatan PKL ini memiliki tujuan diantaranya untuk mengetahui dan mengidentifikasi spesies Anopheles sp. Secara morfologi dan molekuler di B2P2VRP Salatiga, Jawa Tengah.

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat dari kegiatan PKL ini diharapkan mahasiswa mampu mengidentifikasi (morfologi dan molekuler) jenis Anopheles yang berperan penting sebagai vektor persebaran malaria.

(6)

BAB 2. METODE PENELITIAN

2.1 Waktu dan Tempat

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada tanggal 01 s/d 19 Juli 2013. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, Jawa Tengah.

2.2 Prosedur Kerja

Metode kerja dari penelitian ini dibagi menjadi beberapa bagian, secara mendetail akan dijabarkan sebagai berikut :

2.2.1 Koleksi Nyamuk Anopheles

Koleksi spesies nyamuk Anopheles sp. Dibagi kedalam dua kegiatan yaitu dengan cara rearing merawat nyamuk dari larva sampai menjadi nyamuk dewasa didalam laboraturium insektarium atas B2P2VRP. Kegiatan keua yaitu dengan cara menangkap secara langsung baik larva nyamuk dan nyamuk Anopheles dewasae dari habitat aslinya.

Rearing nyamuk Anopheles dilakukan di laboratorium insektarium atas

B2P2VRP Salatiga. Proses rearing diawali dengan pemeliharaan nyamuk dewasa kemudian mengamati perkembangan telur, perkembangan larva, perkembangan pupa, perkembangan nyamuk dewasa dan mengamati bagaimana mereka berkembang biak. Setelah kita mengetahui karakteristik-karakteristiknya kita mampu melihat bagaimana siklus hidupnya. Selama proses pengerjaan kita harus mengamati faktor-faktor fisik yang berpengaruh didalamnya, seperti suhu, kelembaban, intensitas cahaya dan lain-lain. Sehingga dengan mengamati faktor-faktor fisik ini kita bisa mengetahui kondisi yang optimum pada berbagai tahap-tahap perkembangan dari siklus hidup Nyamuk Anopheles sp..

Penangkapan nyamuk (Landing Collection) dilakukan dengan mencari nyamuk Anopheles pada habitat aslinya, dengan dilakukan oleh 3 tim yang masing-masing tim terdiri dari 2 orang. Penangkapan nyamuk Anopheles

(7)

macharturii dilakukan dipedalaman hutan didaerah banten Penangkapan nyamuk

dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Dengan umpan badan landing collection dikerjakan oleh 2 orang.

b. Penangkapan nyamuk di semak-semak dikerjakan 2 orang. Penangkapan nyamuk dilakukan setiap jam.

Pengambilan larva nyamuk Anopheles dilakukan dengan cara mencari genangan air yang terdapat di hutan dan mengumpulkan larva dengan cara pipeting dan kemudian dipindahkan kedalam botol untuk nantinya dilakukan

rearing di laboraturium. Hasil landing nyamuk dewasa diidentifikasi

menggunakan kunci identifikasi O'Connor dan Arwati (1999) dan Stojanovich (1966) dilaboraturium referensi.

2.2.2 Identifikasi Morfologi dari berbagai jenis Nyamuk Anopheles Identifikasi morfologi dilakukan pada berbagai jenis nyamuk yang sudah direaring dan hasil dari Landing Collection, yang dilakukan pada laboratorium referensi B2P2VRP Salatiga. Setelah diamati ciri-ciri morfologi dari berbagai jenis nyamuk dengan menggunakan mikroskop stereo, dan dilakukan uji komparasi menggunakan buku kunci determinasi spesies nyamuk. Setelah menemukan berbagai kesamaan maka langkah selanjutnya menentukan genus dan juga spesies dari sampel nyamuk yang diamati.

(8)

BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Malaria dan Transmisi Patogen

Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga dikenal sebagai vector–borne diseases. Pada negara tropis Penyakit berbasis vektor nyamuk diketahui masih menjadi kasus belum terselesaikan, seperti kasus malaria yang ditularkan dari penderita ke orang yang sehat oleh nyamuk

Anopheles. Indonesia merupakan daerah endemis penyebaran kasus malaria.

Peningkatan kasus penderita malaria yang terjadi diberbagai daerah dari tahun ketahun terus meningkat sehingga penyakit ini menjadi salah satu perhatian utama yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Menurut Depertemen Kesehatan RI 2013, Indonesia merupakan negara yang masih terjadi transmisi malaria atau berisiko Malaria (Risk Malaria), karena hingga tahun 2011, terdapat 374 Kabupaten endemis malaria. Pada 2011, jumlah kasus malaria di Indonesia 256.592 orang dari 1.322.451 kasus suspek malaria yang diperiksa sediaan darahnya, dengan Annual Parasite Insidence (API) 1,75 per seribu penduduk. Hal ini berarti, setiap 1000 penduduk terdapat 2 orang terkena malaria.

Malaria disebabkan oleh protozoa parasit dari genus plasmodium, terdapat empat spesies plasmodium yang menjadi parasit pada manusia, yaitu :

Plasmodium (P) vivax, P. malariae, P. falciparum dan P. Ovale. Proses daur

hidup keempat plasmodium ini pada umumnya sama yang terdiri atas dua fase, yaitu fase seksual (sporogoni) dalam badan nyamuk Anopheles betina dan fase aseksual (skizogoni) dalam tubuh manusia.

Siklus hidup seksual plasmodium pada tubuh nyamuk apabila nyamuk anopheles betina menghisap darah penderita malaria (mengandung gametosit), didalam tubuh anopheles betina maka gamet jantan akan membuahi gamet betina menjadi zigot yang nantinya akan berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista. Pada Inti ookista akan membelah dan masing-masing inti diliputi oleh protoplasma dan mempunyai bentuk memanjang (10-15 mikron) disebut sporozoit, kemudian ookista akan pecah dan ribuan sporozoit dibebaskan

(9)

dan kemudian memasuki kelenjar liur. Sporozoit ini bersifat infektif dan akan menjadi sumber baru penularan malaria yang akan ditularkan kemanusia.

Siklus hidup aseksual plasmodium dimulai dari tubuh nyamuk betina yang telah mengandung sporozoit, nyamuk tersebut akan menghisap darah manusia sehat. Pada saat nyamuk betina menghisap darah maka terjadi transmisi pathogen yaitu sporozoit yang terdapat pada kelenjar liur akan berpindah kedalam aliran darah melalui proboscis . Sporozoit kemudian menuju hati dan masuk kedalam sel hati dan menjadi tropozoit hati. Kemudian tropozoit hati akan berkembang menjadi skizon hati (skizogoni pra eritrosit) yang terdiri dari 10.000– 30.000 merozoit hati (Pedoman Penata Laksana Malaria, 2010). Siklus ini dikatakan siklus ekso-eritrositer yang berlangsung selama kurang lebih dua minggu. Pada P. vivax dan P. Ovale sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi skizon, namun menjadi hipnozoit (bentuk dorman). Hipnozoit dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.

Skizon akan pecah dan melepaskan merozoit yang akan masuk ke peredaran darah dan meninfeksi sel darah merah. Selanjutnya merozoit akan berubah bentuk menjadi tropozoit dan berkembang menjadi skizon (terdapat 8-30 merozoit, tergantung spesiesnya). Proses perkembangan secara aseksual ini disebut dengan skizogoni. Eritrosit yang telah terinfeksi akan pecah menyebabkan merozoitkeluar dan akan menginfeksi sel darah merah lainnya, siklus ini disebut siklus eritrositer yang terjadi pada eritrosit (sel darah merah). Sebagian merozoit yang menginfeksi eritrosit akan membentuk stadium seksual yaitu bentuk gametosit yang dapat dibedakan sebagai gametosit jantan (mikro gametosit) dan gametosit betina (makro gametosit).

Setelah ditemukan bahwa vektor penyakit malaria merupakan nyamuk genus Anopheles dilakukan lagi klasifikasi nyamuk Anopheles yang menjadi vektor malaria, dikarenakan tidak semuwa genus dari Anopheles mampu menjadi vektor malaria pada suatu daerah.

(10)

Gambar 1. Di Indonesia terdapat beberapa spesies

malaria pada suatu daerah sebagai contohnya,

Anopheles subpictus menjadi

menjadi vektor didaerah persawahan (dataran rendah), diseluruh kepulauan Indonesia kecuali irian, didaerah pegunungan (dataran tinggi), serta

Balabacensis yang telah diketahui dibeberapa daerah menjadi

penyakit malaria.

Klasifikasi nyamuk anopheles yang berpotensi menjadi penting untuk mendukung agar penanganan pemberantasan dilakukan. Pemberantasan

dengan cara membunuh nyamuk d

Insektisida). Dengan dibunuhnya nyamuk maka parasit yang ada dalam tubuh

nyamuk juga akan mati sehingga penyebaran/transmisinya dapat terputus (Depkes RI, 2003). Kegiatan mengurangi atau menghilangkan tempat

juga dapat mengurangi perkembangan jumlah (

transmisi penyakit malaria dapat dikurangi (Depkes RI, 2003). Menurut Marwoto (1989) penangulangan vektor dapat

pemakan jentik.

Gambar 1. Siklus Hidup Plasmodium

i Indonesia terdapat beberapa spesies nyamuk Anopheles yang menjadi malaria pada suatu daerah sebagai contohnya, Anopheles sundaicus

menjadi vektor didaerah pesisir pantai, Anopheles didaerah persawahan (dataran rendah), Anopheles kochi diseluruh kepulauan Indonesia kecuali irian, Anopheles maculatus didaerah pegunungan (dataran tinggi), serta Anopheles barbirostris dan

yang telah diketahui dibeberapa daerah menjadi vektor

Klasifikasi nyamuk anopheles yang berpotensi menjadi vektor

untuk mendukung agar penanganan pemberantasan vektor malaria efektif Pemberantasan vektor malaria yang telah banyak dilakukan yaitu dengan cara membunuh nyamuk dewasa (penyemprotan rumah dengan ). Dengan dibunuhnya nyamuk maka parasit yang ada dalam tubuh nyamuk juga akan mati sehingga penyebaran/transmisinya dapat terputus (Depkes RI, 2003). Kegiatan mengurangi atau menghilangkan tempat-tempat perindukan juga dapat mengurangi perkembangan jumlah (Density) nyamuk. Sehingga transmisi penyakit malaria dapat dikurangi (Depkes RI, 2003). Menurut Marwoto (1989) penangulangan vektor dapat uga dilakukan dengan cara pemanfaatan ikan nopheles yang menjadi vektor

sundaicus dan Anopheles aconitus kochi tersebar maculatus terdapat dan Anopheles persebaran vektor sangatlah malaria efektif malaria yang telah banyak dilakukan yaitu ewasa (penyemprotan rumah dengan ). Dengan dibunuhnya nyamuk maka parasit yang ada dalam tubuh nyamuk juga akan mati sehingga penyebaran/transmisinya dapat terputus (Depkes perindukan ) nyamuk. Sehingga transmisi penyakit malaria dapat dikurangi (Depkes RI, 2003). Menurut Marwoto

(11)

3.2 Pentingnya Identifikasi Vektor

Identifikasi merupakan satu cara untuk melakukan penanggulangan malaria, yaitu dengan melakukan identifikasi spesies nyamuk anopheles secara morfologi untuk mengetahui kemampuan spesies tersebut dalam menjadi vektor penyebaran penyakit malaria. Sejak tahun 1898 telah dilakukan identifikasi spesies secara morfologi terhadap genus anopheles yang menjadi vektor dan bukan vektor oleh ilmuan inggris Theobald yang telah berhasil mengidentifikasi spesies nyamuk Anopheles dalam suatu buku monografi 5 jilid yang meliputi 2536 halaman dengan 39 gambar. Dari 70 nama spesies group yang diusulkan dalam anopheles, sekarang tinggal 37 nama yang tetap dapat diterima karena benar (Dharmawan, 1993). Pada urutan taksonomi nyamuk anopheles termasuk ordo Diptera dengan family Culicidae. Genus Anopheles memiliki empat subgenus yaitu Anopheles, Cellia, Kerteszia dan Nyssorhynchus. Dari subgenus tersebut urutan taksonomi selanjutnya adalah seri, yaitu pengelompokan spesies berdasarkan distribusi dari tiap-tiap spesies tersebut,dan selanjutnya adalah penamaan berdasarkan spesies/ Species group/ species complex.

Table 1. Klasifikasi Genus Anopheles dengan beberapa contohnya

Genus Subgenus Seri

Spesies group/ spesies

complex/spesies

Spesies Anopheles Anopheles Myzorhynchus Hyrcanus An. sinensis

An. nigerrimus Barbirostris An. campestris

An. donaldi An.

Barbirostris Bancroftii An. bancrofti Umbrosus An. Letifer

An. Whartoni Lophoscelomyi

a

Asiaticus An. asiaticus

Anopheles Maculipenis complex An. messae

(12)

An. labranchiae An. sacharovi An. atroparvus An. freeboni Quadrimaculatus complex An. claviger An. lindesayl An. culiciformis An. aitkenii Neomyzomyia Leucosphyrus Complex Dirus compleks Elegans group Riparis group punculatus complex An. Leucosphyrus An. balabacencis An. dirus An. elegans An. macarthuri An. nili An. tusellatus An. farauti Myzomyia Fenestusminimus complex An. fenestus An. minimus Flavirostris Fluviatilis Aconitus complex Culcifacies Sergentii

Pyrethoporus Sundaicus An. subpictus An. sundaicus Gambiae complex An. melas

An. merus An. bwambae An. gambiae An. arabiensis An. quadriannulat us

Neocellia Maculates group An. maculatus An. stephensi

An. karwarii An. annularis

Cellia Pharoensis An. pharoensis

(13)

An. multicolor

Kerteszia Cruzii An. cruzii

An. bellator Nyssorhync

hus

Albimanus An. albimanus An. aquasalis An.

nuneztovari An. darlingi Sumber:(Dharmawan, 1993).

Pengelompokan nyamuk diatas sangatlah membantu untuk mengidentifikasi spesies Anopheles, dikarenakan banyaknya spesies complex dan spesies group yang kadang membingungkan. Pengertian spesies group dan spesies complex adalah, ketika kelompok spesies yang telah terbukti menunjukkan perbedaan genetis dan memiliki morfologi yang sangat mirip dan memiliki hubungan yang sangat dekat dengan anggota – anggotanya disebut spesies complex, namun apabila kelompok spesies memiliki ciri-ciri yang lengkap, jelas dan pasti serta mempunyai jarak hubungan yang lebih jauh dengan anggota kelompok tersebut dikatakan spesies group.

Pentingnya pengetahuan akan spesies complex dikarenakan terdapat anggota- anggota dari spesies tersebut yang mampu bertindak sebagai vektor, apabila spesies yang menjadi vektor dan non- vektor tidak dapat dibedakan maka usaha pengendalian penyakit malaria tidak akan berhasil. Spesies complex sangatlah sukar dibedakan dikarenakan secara morfologi sama namun sangat berbeda secara genetis. Spesies complex dibedakan menjadi dua, yaitu sympatric complex (spesies yang anggotanya pada daerah yang sama) dan allopatric complex (kelompok spesies yang anggotanya berada pada daerah berbeda).

Sympatric complex dibagi lagi menjadi dua kelompok yaitu spesies

kembar (sibling species) yang antara spesies satu dengan lainnya memiliki morfologi yang amat mirip namun terisolasi secara genetis sehingga tidak akan memungkinkan untuk saling kawin atau bila kawin akan menghasilkan spesies infertile. Dan kelompok berikutnya adalah spesies polymorphic, yaitu spesies tunggal namun memiliki beberapa bentuk yang cukup berbeda namun secara genetis sama terdapat dalam suatau daerah yang sama dan dapat melakukan

(14)

perkawinan sehingga menghasilakan keturunan yang normal, yang sebenarnya merupakan intra-spesifik varian.

Sedangkan Allopatric complex merupakan kelompok spesies yang ketika diamati secara teliti menunjukkan variasi morfologi berdasarkan asal geografisnya namun masih dalam satu spesies yang sama. Kelompok spesies ini masuk dalam satu spesies yang sama namun berbeda secara morfologi diakibatkan karena kondisi geografis yang berbeda.

3.3 Faktor Penunjang Status Vektor

Terdapat sekitar 2000 spesies Anopheles yang tersebar diseluruh dunia, dan hanya sekitar 60 spesies yang dianggap penting dikarenakan kemampuan menjadi vektor malaria didunia. Tidak keseluruhan spesies malaria yang ada dibumi mampu menjadi vektor, hal ini disebabkan oleh empat factor utama yang mendukung spesies untuk menjadi vektor, yaitu tingkat kepadatan nyamuk, pemilihan hospes, kerentanan terhadap infeksi plasmodium dan lama hidup nyamuk.

Agar dikatakan suatu spesies bertindak sebagai vektor, maka jumlah nyamuk harus cukup banyak dan berada pada daerah tempat hospes tinggal (manusia). Jumlah nyamuk berbanding lurus dengan tempat perindukan nyamuk (breeding place), dimana tempat perindukan haruslah dekat dengan dengan tempat tinggal manusia. Kebanyakan spesies Anopheles yang bertindak sebagai vektor, tempat perindukannya tidak jauh dari rumah terdekat manusia yaitu berjarak sekitar 200 – 400 meter yang berhubungan dengan kemampuan terbang nyamuk untuk mencari hospesnya (Ahmad et al. 2011).

Pada umumnya Anopheles melakukan Blood Feeding (menggigit) pada malam hari, dengan kisaran jam aktif dari am 18.00 sampai 20.00 dan 04.00-06.00. Hal ini berhubungan dengan tipe nyamuk anopheles yang berada didalam rumah (endofilik) dimana pada spesies ini kebanyakan merupakan jenis anopheles antrophofilik (manusia sebagai hospesnya). Sedangkan nyamuk yang berada diluar rumah (exophilik) dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu nyamuk yang melakukan blood feeding pada hewan (sapi, kerbau,dan burung) disebut zoofilik

(15)

serta terdapat juga jenis nyamuk yang menjadikan manusia saat berada diluar rumah sebagai hospesnya (anthropofilik).

Terdapat sifat spesifik dalam hubungan antara nyamuk dan parasit agar dapat melengkapi rangkaian siklus hidup parasit. Parasit yang berhasil masuk ketubuh nyamuk harus memenuhi beberapa syarat dan melalui beberapa proses agar nyamuk menjadi infektif. Utamanya adalah jumlah parasit yang masuk harus cukup dan pada stadium yang matang untuk selanjutnya akan melalui siklus sexual dalam tubuh nyamuk. Tidak semuwa spesies nyamuk dapat berasosiasi dengan parasit, hal ini juga tergantung kerentanan spesies terhadap jenis plasmodium. Konfirmasi apakah spesies Anopheles tersebut merupakan vektor yang telah mengandung parasit dilakukan dengan cara pembedahan kelenjar ludah “microdissection salivary glands” serta pewarnaan dengan giemsa yang selanjutnya diamati dengan mikroskop persentase sporozoit yang terdapat pada kelenjar ludah nyamuk tersebut.

Panjang umur nyamuk yang sudah terinfeksi haruslah cukup agar parasit dapat menyelesaikan siklus hidupnya sehingga nyamuk menjadi infektif. Cara yang telah digunakan untuk mengetahui umur nyamuk untuk mengetahui kapasitasnya sebagai vektor dengan melakukan pembedahan ovary. Pembedahan ovary dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara jumlah nyamuk yang telah bertelur (parous) dan yang belum pernah bertelur (nulliparous) penghitungan relic dan folikel menunjukkan selesainya satu siklus gonotrofik (Darmanawa, 1993).

3.4 Morfologi Nyamuk Anopheles Untuk Identifikasi Spesies

Pada laboraturium referensi proses identifikasi nyamuk dilakukan dengan pengamatan secara morfologi menggunakan kunci identifikasi. Pemahaman tentang struktur morfologi nyamuk sangatlah penting sebelum melakukan identifikasi dan dikonfirmasi lebih lanjut dengan menggunakan kunci identifikasi karena dasar kunci identifikasi pada laboraturium referensi berdasarkan morfologi nyamuk Indonesia. Di laboratorium proses identifikasi nyamuk menggunakan preparat awetan yang diamati di bawah mikroskop stereo.

(16)

Tubuh nyamuk dewasa terdiri atas tiga bagian utama yaitu kepala (caput), dada (thorax) dan perut (abdomen).

Pada bagian kepala terdapat dua mata majemuk yang besar, dua antenna dan mulut. Antenna pada nyamuk terdiri atas 15 segmen, yang masing-masing mempunyai sekelompok rambut, dari rambut inilah dapat dibedakan antara nyamuk jantan dan nyamuk betina apabila nyamuk betina nyamuk jantan rambut pada bagian antenanya terlihat lebih tebal jika dibandingkan dengan antena pada nyamuk betina (Gandahusada et al, 2006). Mulut terdiri atas proboscis berfungsi untuk menusuk menghisap, bagian mulut lainnya tertutup labium kecuali palpus maxilaris yang terdapat stylet didalamnya. Pada bagian proboscis juga berguna membedakan antara genus Toxorhynchitus dengan Anopheles, dengan perbedaan proboscis runcing dan melengkung kebawah pada genus Toxorhynchitus, dan prosboscis tidak runcing dan lurus pada genus Anopheles.

Thoraks terdiri atas 3 bagaian yaitu, prothorax, mesothorax, dan

metathorax, yang masing-masing memiliki alat lokomotor berupa sepasang kaki.

Dan bagian mesothorax merupakan bagian yang paling besar dan memiliki otot-otot yang kuat karena terdapat sepasang sayap. Pada bagian metathorax bagian post dorsal terdapat scutellum yang menjadi penentu identifikasi. Pada laboraturium referensi scutellum digunakan untuk membedakan genus Toxorhynchitus, Anopheles (memiliki scutellum 3 lobi) dengan genus Armigeres, Mansonia, Culex, Aedes yang memiliki 1 lobi pada scutellum. Kaki dan sayap

(17)

pada nyamuk merupakan organ yang sangat penting diidentifikasi dan merupakan kunci identifikasi menuju spesies pada genus Anopheles yaitu dengan melihat perbedaan pada kakinya.

Abdomen terdiri atas 8 segmen yang tampak jelas dan segmen ke-9 dan 10 bentuknya berubah menjadi alat kelamin. Masing-masing segmen terdiri atas lempeng atas atau dorsal yang disebut tergit dan lempeng bawah atau ventral disebut strenit. Tergit dan sternit masing-masing segmen berhubungan melalui membrane pleura dan segmen depan berhubungan melalui membrane pleura depan dihubungkan dengan segmen belakangnya oleh membrane intersegment (selaput antar segmen). Pada bagian kelamin banyak dijadikan perbandingan untuk identifikasi seperti contoh spermatheca pada nyamuk betina dapat membedakan antara sibling spesies.

Untuk mengidentifikasi Anopheles sampai pada tingkatan spesies dengan cara melihat ciri morfologi dan dibandingkan dengan kunci identifikasi anopheles. 1. a. Kunci Identifikasi Sub Genus Anopheles

Merupakan Subgenus anopheles jika costa dan urat 1 sayap terdapat tiga noda pucat atau kurang. Setelah itu diamati pada bagian palpusnya. Jika terdapat 4 gelang pucat maka menuju kunci identifikasi Anopheles hyrcanus group.

Gambar 3. Anopheles barbiostris (Sony Digital Camera)

Jika pada palpus tidak terdapat belang pucat maka diamati pada bagian sternit abdomen ketujuh. Jika terdapat kumpulan sisik atau sikat gelap maka termasuk

(18)

Anopheles barbirostris group, dan Jika sternit abdomen ketujuh tidak terdapat

kumpulan sisik (sikat gelap) maka termasuk Anopheles umbrosus group. 1.a. Kunci Identifikasi Anopheles hyrcanus Group

Apabila gelang pucat, tarsus kaki belakang sempit dan apabila tanda gelap pada pangkal urat 5 panjang, dan jumbai pucat pada sayap sempi maka termasuk

Anopheles lesteri paraliae. Jika tanda gelap pangkal urat ke-5 pendek dan jumbai

pucat pada ujung sayap lebar maka termasuk Anopheles sinensis (ujung urat 1 gelap dan jika ada jumbai pucat pada urat 5.2) dan merupakan Anopheles

crawfordi (apabila ujung urat 1 pucat dan tidak ada jumbai pucat pada urat 5.2).

Apabila gelang pucat, tarsus kaki belakang : sedang atau sangat lebar dan Apabila tanda gelap pada pangkal urat 5 pendek, dan ada jumbai pucat urat 5.2 merupakan Anopheles nitidus /indiensis, sedangkan tanda gelap pangkal urat 5 panjang maka menuju identifikasi selanjutnya. Apabila terdapat gelang pucat tarsus 3 kaki belakang ≥ tarsus 4, tidak ada jumbai pucat pada urat 5.2 merupakan

Anopheles argyropus. Apabila gelang pucat tarsus 3 kaki belakang ˃ tarsus 5,

tidak ada jumbai pucat pada urat 5.2 merupakan Anopheles peditaenatus. jika gelang pucat tarsus 3 kaki belakang < tarsus 5, ada jumbai pucat pada urat 5.2 merupakan Anopheles nigerrimus.

1.b Kunci Identifikasi Sub genus Cellia

Termasuk kedalam sub genus Cellia jika costa dan urat 1 sayap terdapat empat noda pucat atau lebih. Diamati pada bagian kakinya, jika kaki tidak berbercak bintik-bintik pucat atau tidak belang, kemudian diamati pada bagian tarsus 5 kaki belakang maka menuju kunci selanjutnya. Jika tarsus 5 kaki belakang gelap maka selanjutnya diamati pada bagian ujung probosisnya maka menuju kunci selanjutnya, apabila terdapat sedikit bagian pucat maka termasuk

Anopheles vagus, sedangkan jika probosis gelap, gelang pucat sub apical palpus ≥

gelang sub apical maka termasuk Anopheles indefinitus. Jika probosis gelap, gelan pucat sub apical palpus ≤ ⅓ gelang sub apical gelap maka termasuk Anopheles

subpictus. Apabila setengah ujung proboscis pucat dan terdapat jumbai pucat pada

urat sayap no. 6 maka termasuk Anopheles aconitus, sedangkan Jika setengah ujung proboscis bagian bawah pucat, tidak ada jumbai pucat pada ujung urat

(19)

sayap no. 6 maka termasuk Anopheles minimus. Apabila jika tarsus 5 kaki belakang seluruhnya pucat maka termasuk Anopheles karwari, dan Jika tarsus 3, 4 dan 5 kaki belakang pucat maka termasuk pada Anopheles annularis.

Gambar 4. Anopheles aconitus (Sony Digital Camera)

Apabila kaki berbercak bintik-bintik pucat atau belang maka diamati pada bagian persambungan tibia-tarsusnya, jika persambungan tibia-tarsus kaki belakang terdapat gelang pucat lebar maka menuju kunci identifikasi Anopheles

leucosphyrus group, namun jika persambungan tibia-tarsus kaki belakang tidak

terdapat gelang pucat lebar maka diamati lagi bagian palpusnya kemudian jika palpus dengan 3 cincin pucat dan proboscis seluruhnya gelap maka diamati lagi pada bagian tarsus 5 kaki belakang sebagian atau seluruhnya gelap maka termasuk

Anopheles sundaicus. Jika tarsus 5 kaki belakang pucat maka termasuk Anopheles maculatus.

Gambar 5. Anopheles sundaicus Gambar 6. Anopheles maculatus

(Sony Digital Camera) (Sony Digital Camera) Apabila palpus dengan 4 cincin pucat atau lebih setengah proboscis bagian ujung pucat maka diamati pada bagian sternit abdomen II-IV jika terdapat

(20)

kumpulan sisik (sikat) gelam maka termasuk Anopheles kochi dan Jika sternit abdomen II-IV tidak terdapat kumpulan sisik (sikat gelap) maka termasuk

Anopheles tessellatus.

Gambar 7. Anopheles kochi (Sony Digital Camera) 2.a. Kunci Identifikasi leucospyrus group

Apabila Proboscis lebih panjang dari pada palpus maka Presector gelap (urat 1 sayap) ada 1 atau lebih tanda pucat maka termasuk Anopheles Sulawesi. Apabila presector gelap (urat 1 sayap) tidak ada tanda pucat dan gelang pucat ujung palpus sangat sempit maka termasuk Anopheles hacker. Jika gelang pucat ujung palpus lebar ≥ preapical gelap maka menuju kunci selanjutnya pada preapical gelap urat 1 sayap ada 1 tanda pucat dan pangkal tarsus 4 kaki belakang ada gelang pucat lebar maka termasuk Anopheles elegans dan apabila pada preapical gelap urat 1 sayap ada 2 atau lebih tanda pucat dan pangkal tarsus 4 kaki belakang ada gelang pucat sempit/ tidak ada maka termasuk Anopheles pujutensis.

Gambar 8.Anopheles balabacensis (Sony Camera Digital)

Jika proboscis sama / lebih pendek daripada palpus Pangkal presector gelap urat 1 sayap, memanjang, melebihi gelap humeral pada costa maka

(21)

termasuk Anopheles leucosphyrus dan Presector gelap urat 1 sayap sama panjang dengan tanda gelap humeral pada costa maka termasuk Anopheles balabacensis.

(22)

BAB 4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan di dapatkan hasil bahwa untuk standart identifikasi suatu spesies dapat dilakukan dengan Identifikasi berdasarkan morfologi nyamuk. Pada genus Anopheles memiliki cirri yaitu terdapat scutellum 3 lobus yang dapat membedakan spesies tersebut dengan spesies lainnya. Serta pada kegiatan identifikasi berhasil mengidentifikasi 6 spesies yang diduga dapat menjadi spesies vektor Malaria yaitu, Anopheles balabacensis, Anopheles kochi, Anopheles sundaicus, Anopheles maculates, Anopheles aconitus dan Anopheles barbiostris.

4.2 Saran

Identifikasi berbasis morfologi merupakan proses identifikasi yang tergolong metode lama dan kurang akurat, dikarenakan adanya sibling spesies yang dapat mengakibatkan biasa pada suatu penelitian. Identifikasi yang paling muktahir adalah dengan identifikasi berbasis Molekuler (DNA) yang hasilnya akan lebih spesifik.

(23)

Ibrahim, Mohd N and Lim, Lee H. 2011. Mapping of mosquito breeding sites in malaria endemic areas in Pos Lenjang, Kuala Lipis, Pahang, Malaysia. Malaria Journal . 10:361

Barodji., 2001. Pengembangan model pemberantasan malaria berdasarkan lokal

spesifik di daerah endemis malaria Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah',

Laporan penelitian Malaria.

Bruce-Chwatt, L. J. 1980. Essential Malariology. William Heinemann Medical Books Ltd, London, pp97-127.

Dharmawan, ruben. 1993. Metode Identifikasi Spesies Kembar Nyamuk

Anopheles. Sebelas Maret University Press : Solo

Gandahusada, S. Ilahude, H. Pribadi, W. 2006. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Permana, D.H,. 2012. Variasi Sekuen Anopheles balabacensis Baisas (diptera :

culicidae) berdasarkan Segmen ITS2 DNA Ribosom dan Gen COI DNA Mitokondria di Purworejo : Tesis S-2. Program Pascasarjana, Fakultas

Kedokteran, Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.

Takano, Kohei Takenaka. Nguyen, Ngoc Thi Hong. Nguyen, Binh Thi Huong. Sunahara, Toshihiko . Yasunami, Michio. Nguyen, Manh Duc, and Takagi, Masahiro.RPartial mitochondrial DNA sequences suggest the existence of a cryptic species within the leucosphyrus group of the genus

Anopheles (Diptera: Culicidae), forest malaria vektors, in northern

(24)

Wooden J, Kyes S, Sibley CH, 1993. PCR and strain identification in Plasmodium falciparum. Parasitology Today . 9:303-305

World Health Organization. World Malaria Report 2007; Geneva; WHO; 2007

World Health Organization. World Malaria Report 2011; Geneva; WHO; 2011

Sumber internet

Anonim.2013. http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1883-ayo-gebrak-malaria.html[diakses pada 12 agustus 2013]

(25)

NIM : 101810401048

Program Studi : Biologi

Tempat dan Tanggal Lahir : Sumenep, 13 desember 1992

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat asal : Jl. Jati Mas No.41, Sumenep

Alamat : Perum Mastrib Blok M-15

Telepon/No. Hp : 085731090163

e-mail : mirzanuryady@gmail.com

Pendidikan : SDN Pangarangan V sumenep

SMPN 2 Suemenep

SMA Muhammadiyah 1 Sumenep S1 Biologi FMIPA UNEJ

Referensi

Dokumen terkait

Setelah pengolahan data lalu dilakukan analisa data untuk membuktikan efektif tidaknya Pengaruh Kompetensi Paedagogik Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI

Setelah dilakukan proses jartest didapatkan bahwa dosis optimum untuk penyisihan COD dengan menggunakan koagulan kitosan keong sawah adalah pada dosis 250 mg/L dengan

Tetapi ketika berjumpa dengan orang lain, maka tidaklah perlu untuk menjadi agama sebagai bagian yang harus dijadikan sebagai pembeda justru itu dipergunakan untuk

Kegiatan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yang berjudul: Pelatihan Manajemen Marketing Era Digital Bagi Pengrajin Mebel Di Kecamatan Karangmalang, Sragen, Jawa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa di perpustakaan STIKES Mega Rezky Makassar peran pustakawan dalam memahami karakter pemustaka belum maksimal mereka hanya bisa

Hasil kajian berdasarkan analisis Indek gini terhadap pendapatan rumah tangga di Kabupaten contoh diperoleh hasil sebagai berikut: (1) nilai indek gini pedesaan Klaten, Jawa

Dengan menggunakan perpustakaan berbasis web e-library maka pengakses akan bertambah luas dan tidak lagi terhalang oleh waktu jarak ,dan pengakses dimana saja di Indonesia

Sebagai tindak lanjut atas Pemendagri Nomor 24 Tahun 2006, maka Bupati Kendal membuat Perda Kabupaten Kendal Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pembentukan, Susunan