• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Ilmiah Teknik dan Informatika Vol. 2, No. 1, Februari 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Ilmiah Teknik dan Informatika Vol. 2, No. 1, Februari 2017"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Ilmiah Teknik dan Informatika Vol. 2, No. 1, Februari 2017

26

EVALUASI PENETAPAN SARANA PRASARANA AKSESIBILITAS

RUANG PADA PUSAT PERBELANJAAN DI JAYAPURA TERHADAP

PERMEN PU NO. 30/PRT/14/2006

(Studi Kasus Mall Jayapura)

Wynda Kartika Sari1, Iis Roin Widiati2,

1,2 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik dan Sistem Informasi, Universitas Yapis Papua

UNIYAP, Jl. DR. Sam Ratulangi No.11 Dok V Atas, Tlp (0967) 534012, 550355, Jayapura-Papua

1 wyndakartikasari@gmail.com, 2 iis.widiati@gmail.com

Abstrak

Besarnya minat masyarakat atas pusat perbelanjaan sebagai salah satu alternatif tujuan wisata, menjadi salah satu penyebab meningkatnya pembangunan pusat perbelanjaan. Untuk memfasilitasinya, kenyamanan aksesibilitas pada bangunan perlu diperhatikan. Hal tersebut sesuai dengan salah satu faktor peningkatan kualitas dalam usaha untuk memberikan kepuasan terhadap pengunjung, yaitu kenyamanan dalam memperoleh pelayanan, berkaitan dengan lokasi, ruang tempat pelayanan, kemudahan menjangkau, tempat parkir kendaraan, ketersediaan informasi, petunjuk-petunjuk dan bentuk-bentuk lain. Dengan kenyamanan aksesibilitas, diharapkan dapat menambah nilai dari bangunan yang berdampak pada bertambahnya pengunjung dan pemasukan pada suatu pusat perbelanjaan. Penelitian bertujuan mengukur kualitas rancangan aksesibilitas, yang ditinjau dari kesesuaian dengan kriteria desain dan kepuasan pelanggan, melalui penyebaran kuisioner kepuasan pengunjung pusat perbelanjaan. Dari hasil implementasi desain yang dilaksanakan, didapatkan hasil bahwa kesesuaian aksesibilitas yang ada dengan kriteria yang telah ditentukan Mall Jayapura sebesar 84%, indikator dari atribut yang umumnya belum dapat memberikan kepuasan pada aksesibilitas pengunjung shopping mall adalah tidak adanya fasilitas telephone umum dan penyediaan fasilitas penunjang seperti tempat duduk, untuk mengurangi kelelahan.

Kata kunci : fasilitas sarana prasarana, aksesibilitas, lokasi

1. Pendahuluan

Mall Jayapura adalah salah satu pusat perbelanjaan yang terletak dipusat kota Jayapura, dan merupakan pusat perbelanjaan yang paling sering di kunjungi oleh masyarakat Kota Jayapura di karenakan letak Mall berada di pusat kota, Mall Jayapura di lengkapi oleh beberapa Wahana Hiburan, Tempat Makan , Dept Store dan Supermarket yang dapat memanjakan pengunjung yang datang

Kelengkapan aksesibilitas juga dapat menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan fisik yang efisien, fungsional, dan nyaman dalam rangka melaksanakan misi dan mencakup tujuan Mall Jayapura, antara lain mencakup tata guna ruangan, integrasi yang serasi antara bangunan dengan ruang terbuka, peralatan dan jaringan pelayanan yang memadai, serta sistem transportasi dan sarana pejalan kaki yang aman dan aksesibel. Aksesibilitas adalah kemudahan yang disediakan bagi penyandang cacat guna mewujudkan kesamaan kesempatan dalam

segala aspek kehidupan dan penghidupan. Isu Aksebilitasi untuk kaum difabel sangat berkaitan dengan tuntutan penerapan desain universal dimana suatu hal yang membatasi sesorang untuk melakukan aktifitas gerak serta membatasi ruang gerak dapat dibebaskan dengan suatu penyediaan fasilitas yang memenuhi prinsip universal desain yang didasari pada :Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, Yang menjadi salah satu dasar terbentuknya Keputusan Menteri No. 468 /KPTS/1998, Persyaratan teknis aksesibilitas bangunan gedung dan lingkungan yang telah di revisi menjadi Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2006.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberi masukan kepada arsitek dan pihak-pihak perencana bangunan pusat perbelanjaan mengenai pentingnya kualitas rancangan aksesibilitas bangunan pusat perbelanjaan dikota Jayapura.

(2)

Jurnal Ilmiah Teknik dan Informatika Vol. 2, No. 1, Februari 2017

27

2. Metode Penelitian

Dalam mengkaji Aksesibilitas pada ruangan Mall Jayapura , Metode penelitian yang digunakan yaitu Pengumpulan data sekunder Data sekunder didapatkan dari studi literatur, jurnal, serta dari peraturan pemerintah mengenai rancangan aksesibilitas pada bangunan gedung. Data juga didapatkan dari orang yang berpengalaman dalam perencanaan bangunan pusat perbelanjaan. Untuk penilaian elemen aksesibilitasterhadap sarana aksesibilitas di kawasan Mall Jayapura, dimana penilaian tersebut diklasifikasikan , guna mengkaji sarana prasarana Aksesibilitas Mall Jayapura, digunakanlah Peraturan Pemerintah No.30/PRT/M/2006 sebagai standar penilaian elemen aksebilitas.

Penelitian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pengumpulan literatur yang berhubungan dengan rancangan aksesibilitas, terutama mengenai aksesibilitas pada pusat perbelanjaan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 30/PRT/M/2006 b. Setelah semua data terkumpul, dilakukan

penyusunan variabel aksesibilitas.

c. Penelitian dilanjutkan dengan survey wawancara kepada yang bersangkutan mengenai ketersedian sarana aksesibilitas Mall Jayapura yang mereka ketahui Penelitian dimulai dengan survey implementasi penerapan aksesibilitas pada studi kasus penelitian Mall Jayapura

d. Menganalisa aksebilitas yang ada di Mall Jayapura apakah sudah sesui dengan Peraturan Pemerintah No. 30/PRT/M/2006

Gambar 1 Diagram Alir Penelitian 3. Pembahasan

Pengukuran penerapan kriteria desain ini dilakukan berdasarkan data-data kriteria desain yang didapat dari peraturan pemerintah, standar arsitek, literatur Peraturan Pemerintah No.30/PRT/M/2006. Pengukuran dilakukan dengan melihat objek secara langsung kemudian mendata kesesuaian dengan kriteria desain yang telah ditentukan. Implementasi terhadap penerapan kriteria desain dilakukan oleh peneliti.

Sebagai alat bantu pengukuran variabel kepuasan pelanggan atas tingkat kepentingan dan kualitas aksesibilitas digunakan atribut. Atribut ini didapatkan dari dimensi-dimensi yang dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik kualitas produk yang didefinisikan oleh Garvin (1987), yaitu performance, reliability, conformance, serviceability, aesthetics. a. Jalur Pemandu

Jalur pemandu pada Mall Jayapura beupa papan pemberitahuan yang terdapat pada setiap lantai yang terdapat di beberapa tempat yang digunakan sebagai pemebritahuan letak beberapa tempat yang ada di Mall Jayapura. kurangnya jalur pemandu yang terpasang sering mempersulit orang – orang yang baru berkunjung atau pertama kali mendatangi Mall Jayapura untk mengetahui tempat yang akan mereka cari

b. Area Parkir

parkiran motor resmi yang di sediakan pihak Mall Jayapura terletak di bagian belakang mall untuk menuju area parkir motor pengunjung harus memutar hingga kebelakang area Mall, sedangkan area parkir mobil berada di skitar halaman Mall yang dapat menampung 97 mobil dan adapun yang terdapat di dalam bangunan iya itu basement P-1 dan basement P-2, untuk basement parkiran 1 memiliki luas 1.659 m2 dapat menampung sebanyak 57 mobil, sedangkan besement parkiran 2 mempunyai luas 1.508 m2 dan bisa menampung 64 mobil.

Kuranganya lahan parkir yang tersedia di area Mall membuat munculnya area parkir ilegal yang disediakan oleh warga sekitar area Mall yang memakan separuh badan jalan disekeliling Mall yang mngakibatkan sering terjadinya kemacetan di sekeliling Mall.

c. Pintu

Untuk pintu pada Mall Jayapura terdapat tiga pintu utama otomatis yang pertama pada bagian depan yang digunakan oleh pengunjung yang datang atau memarkirkan kendaraannya di parkiran depan mall , kedua pada bagian belakang mall yang dipergunakan untuk pengunjung yang memarkir kendaraan di bagian belakang mall dan yang ketiga pintu yang terdapat pada besement P-1 yang sering digunakan untuk para pengunjung yang memarkirkan kendaraannya di area besement mall adapun beberapa pintu darurat yang sering digunakan para pengunjung maupun pegawai apabila beberapa pintu utama belum bisa atau tidak dapat di pergunakan, akan tetapi beberapa pintu utama yang digunakan pada mall ialah pintu otomatis namun beberapa pintu tidak dapat berfungsi dengan baik.

(3)

Jurnal Ilmiah Teknik dan Informatika Vol. 2, No. 1, Februari 2017

28

d. Ram

Untuk pintu pada Mall Jayapura terdapat tiga pintu utama otomatis yang pertama pada bagian depan yang digunakan oleh pengunjung yang datang atau memarkirkan kendaraannya di parkiran depan mall , kedua pada bagian belakang mall yang dipergunakan untuk pengunjung yang memarkir kendaraan di bagian belakang mall dan yang ketiga pintu yang terdapat pada besement P-1 yang sering digunakan untuk para pengunjung yang memarkirkan kendaraannya di area besement mall adapun beberapa pintu darurat yang sering digunakan para pengunjung maupun pegawai apabila beberapa pintu utama belum bisa atau tidak dapat di pergunakan, akan tetapi beberapa pintu utama yang digunakan pada mall ialah pintu otomatis namun beberapa pintu tidak dapat berfungsi dengan baik.

e. Tangga

Anak tangga yang terdapat pada mall jayapura memiliki panjang 60 cm lebar 30 dan tinggi 20 cm, dan dilengkapi oleh pegangan tangga yang aman dan kuat, untuk tangga darurat terletak di sebelah kanan mall dan menghubungkan lantai besment hingga lantai 4.

f. Lift

Terdapat dua buah lift pada mall letaknya di sebelah kanan mall persis di samping tangga darurat, terdapat enterance yang cukup luas di depan lift yang biasa di pergunakan sebagai tempat menunggu pengguna lift, dari kedua lift yang ada hanya satu lift yang dapat di pergunakan , keadaan dalam lift juga tidak membuat para pengunjung merasa nyaman karena sering terdapatnya beberapa sampah yang di buang oleh pengunjung padahal pihak mall telah memberikan kelengkapan tempat sampah di dekat pintu masuk lift. g. Eskalator

Menghubungkan ground floor lantai 1,2,3 dan 4. Merupakan sirkulasi vertical yang paling diminati pengunjung. Sering terjadinya kerusakan sering kali membuat eskalator yang ada tidak dapat digunakan dengan semestinya sehingga pengunjung harus menaiki eskalator secara manual.

h. Toilet

Pada setiap lantai dilengkapi oleh toilet yang di peruntukan oleh wanita dan pria, toilet sendiri terletak di sudut kanan mall pada toilet wanita dilengkapi oleh sepuluh kamar kecil, satu ruanga menyusui dan satu toilet yang di peruntukan untuk pengguna kursi roda terdapat juga 8 buah westafel yang dilengkapi oleh cermin yang berukuran 3,9 m dengan lebar 1,2 m yang terletak di tengah area toilet, ukuran toilet yang ada pun sudah cukup memenuhi standar yang

memiliki tinggi 45 cmdari sepuluh toilet yang ada tidak semua bisa digunakan dikarenakan sering terjadinya penyumbatan yang terjadi pada kloset sehingga toilet tidak dapat digunkan secara maksimal, begitupun untuk toilet yang di peruntukan bagi pengguna kursi roda dan ruang menyusui belum di pergunakan dengan baik sesuai dengan fungsinya i. Wastafel

Ukuran westafel yang terdapat pada kamar mandi wanita cukup besar, di setiap kamar mandi dilengkapi oleh 8 buah westafel dengan panjang 3 m , lebar 90 cm dan memiliki tinggi 90 cm jarak antar toilet dengan westafel juga cukup luas serta ada ruangan kosong yang terdapat di bawah westafel sehingga memudahkan pengguna kursi roda untuk menggunakannya.

j. Telephone

Belum tersedianya sarana telephone umum yang tersedia di mall, akan tetapi terdapatnya meja reseptionis sedikit membantu apa bila kita membutuhkan sarana komunikasi.

k. Peralatan Kontrol

Untuk sistem pengontrol mall Jayapura memiliki ruangan khusus yang dapat memantau seluruh keadaan yang terdapat di dalam maupun luar gedung di karenakan terdapatnya beberapa CCTV yang terpasang di beberapa tempat, yang semuanya bisa di pantau pada ruang control yang terdapat di basement mall dapat juga di kontrol melalui android.

l. Perabotan

Apabila kita berkunjung ke mall Jayapura tidak adanya kita melihat perabotan yang mencolok yang terpasang di dalam gedung kita hanya akan melihat beberapa sudut yang terpasang hidrant yang berfungsi sebagai alat pembantu memadami api saat terjadi kebakaran, kurangnya interior yang terpasang mengurangi nilai seni dan tidak adanya ciri khas yang menjadi daya tarik untuk pengunjung.

4. Saran

Dari penelitian mengenai evaluasi kepuasan pelanggan terhadap aksesibilitas pusat perbelanjaan, dapat diberikan saran:

a. Dasar Ruangan

Ukuran uran dasar ruang tiga dimensi (panjang, lebar, tinggi) yang mengacu kepada ukuran tubuh manusia dewasa, peralatan yang digunakan, dan ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi pergerakannya. Ukuran dasar ruang diterapkan dengan mempertimbangkan fungsi bangunan, bangunan dengan fungsi yang

(4)

Jurnal Ilmiah Teknik dan Informatika Vol. 2, No. 1, Februari 2017

29

memungkinkan digunakan oleh orang banyak secara

sekaligus, seperti balai pertemuan, bioskop, dsb. harus menggunakan ukuran dasar maksimum. b. Jalur Pendestrian

Jalur yang digunakan untuk berjalan kaki atau berkursi roda bagi penyandang cacat, yang dirancang berdasarkan kebutuhan orang untuk bergerak aman, nyaman dan tak terhalang. Permukaan jalan harus stabil, kuat, tahan cuaca, bertekstur halus tetapi tidak licin. Hindari sambungan atau gundukan pada permukaan, kalaupun terpaksa ada, tingginya harus tidak lebih dari 1,25 cm. Apabia menggunakan karpet, maka ujungnya harus kencang dan mempunyai trim yang permanen. Lebar minimum jelur pedestrian adalah 120 cm untuk jalur searah dan 160 cm untuk dua arah. Jalur pedestrian harus bebas dari pohon, tiang rambu-rambu dan benda-benda pelengkap jalan yang menghalang

c. Jalur Pemandu

Jalur yang memandu penyandang cacat untuk berjalan dengan memanfaatkan tekstur ubin pengarah dan ubin peringatan. tekstur ubin pengarah bermotif garis-garis menunjukkan arah perjalanan. tekstur ubin peringatan (bulat) memberi peringatan terhadap adanya perubahan situasi di sekitarnya.

d. Area Parkir

Area parkir adalah tempat parkir kendaraan yang dikendarai oleh penyandang cacat, sehingga diperlukan tempat yang lebih luas untuk naik turun kursi roda, daripada tempat parkir yang biasa. Sedangkan daerah untuk menaik-turunkan penumpang (Passenger Loading Zones) adalah tempat bagi semua penumpang, termasuk penyandang cacat, untuk naik atau turun dari kendaraan. Jika tempat parkir tidak berhubungan langsung dengan bangunan, misalnya pada parkir taman dan tempat terbuka lainnya, maka tempat parkir harus diletakkan sedekat mungkin dengan pintu gerbang masuk dan jalur pedestrian. Area parkir harus cukup mempunyei ruang bebas di sekitarnya sehingga pengguna berkursi roda dapat dengan mudah masuk dan keluar dari kendaraannya. e. Pintu

Pintu adalah bagian dari suatu tapak, bangunan atau ruang yang merupakan tempat untuk masuk dan keluar dan pada umumnya dilengkapi dengan penutup (daun pintu). Pintu pagar ke tapak bangunan harus mudah dibuka dan ditutup oleh penyandang cacat. Pintu keluar/masuk utama memiliki lebar bukaan minimal 90 cm, dan pintu-pintu yang kurang penting memiliki lebar bukaan minimal 80 cm. Di daaerah sekitar pintu masuk sedapat mungkin dihindari adanya ramp atau perbedaan ketinggian lantai

f. Ramp

Ramp adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan kemiringan tertentu, sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat menggunakan tangga. Lebar minimum dari ramp adalah 95 cm tanpa tepi

pengaman, dan 120 cm dengan tepi pengaman. Untuk ramp yang juga digunakan sekaligus untuk pejalan kaki dan pelayanan angkutan barang harus dipertimbangkan secara seksama lebarnya, sedemikian sehingga bisa dipakai untuk kedua fungsi tersebut, atau dilakukan pemisahan ramp dengan fungsi sendiri-sendiri. Permukaan datar awalan atau akhiran suatu ramp harus memiliki tekstur sehingga tidak licin baik diwaktu hujan.

g. Tangga

Fasilitas bagi pergerakan vertikal yang dirancang dengan mempertimbangkan ukuran dan kemiringan pijakan dan tanjakan dengan lebar yang memadai. Harus memiliki kemiringan tangga kurang dari 60°, Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat membahayakan pengguna tangga. Harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail) minimum pada salah satu sisi tangga. Pegangan rambat harus mudah dipegang dengan ketinggian 65-80 cm dari lantai, bebas dari elemen konstruksi yang mengganggu, dan bagian ujungnya harus bulat atau dibelokkan dengan baik ke arah lantai, dinding atau tiang. Pegangan rambat harus ditambah panjangnya pada bagian ujung-ujungnya (puncak dan bagian bawah) dengan 30 cm.

h. Lif

Lift adalah alat mekanis elektris untuk membantu pergerakan vertikal di dalam bangunan, baik yang digunakan khusus bagi penyandang cacat maupun yang merangkap sebagai lift barang. Untuk bangunan lebih dari 5 lantai paling tidak satu buah lift yang aksesibel harus terdapat pada jalur aksesibel den memenuhi standar teknis yang berlaku. Ruang perantara yang digunakan untuk menunggu kedatangan lift, sekaligus mewadahi penumpang yang baru keluar dari lift, harus disediakan. Lebar ruangan ini minimal 185 cm, den tergantung pada konfigurasi ruang yang ada. ukuran ruang lift harus dapat memuat pengguna kursi roda, mulai dari masuk melewati pintu lift, gerakan memutar, menjangkau panel tombol dan keluar melewati pintu lift. Ukuran bersih minimal ruang lift adalah 140cm x 140cm. ruang lift harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail) menerus pada ketiga sisinya.

i. Toilet

Fasilitas sanitasi yang aksesibel untuk semua orang (tanpa terkecuali penyandang cacat, orang tua dan ibu-ibu hamil) pada bangunan atau fasilitas umum lainnya. toilet atau kamar kecil umum yang aksesibel harus dilengkapi dengan tampilan rambu "penyandang cacat" pada bagian luarnya. toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar pengguna kursi roda. Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna kursi roda. (45-50 cm)

j. Pancuran

Merupakan fasilitas mandi dengan pancuran (shower) yang bisa digunakan oleh semua orang, Pintu bilik pancuran sebaiknya menggunakan pintu geser atau

(5)

Jurnal Ilmiah Teknik dan Informatika Vol. 2, No. 1, Februari 2017

30

tipe bukaan keluar. pegangan rambat dan setiap

permukaan atau dinding yang berdekatan dengannya harus bebas dari elemen-elemen.

k. Westafel

Fasilitas cuci tangan, cuci muka, berkumur atau gosok gigi yang bisa digunakan untuk semua orang. wastafel harus dipasang sedemikian sehingga tinggi permukaannya dan lebar depannya dapat dimanfaatkan oleh pengguna kursi roda dengan baik. ruang gerak bebas yang cukup harus disediakan di depan wastafel. wastafel harus memiliki ruang gerak di bawahnya sehingga tidak menghalangi lutut dan kaki pengguna kursi roda. pemasangan ketinggian cermin diperhitungkan terhadap pengguna kursi roda l. Telephone

Peralatan komunikasi yang disediakan untuk semua orang yang sedang mengunjungi suatu bangunan atau fasilitas umum. telepon umum disarankan yang menggunakan tombol tekan, harus terletak pada lantai yang aksesibel bagi semua orang termasuk penyandang cacat, orang tua dan ibu-ibu hamil. m. Peralatan Kontrol

Merupakan perlengkapan dan peralatan pada bangunan yang bisa mempermudah semua orang (tanpa terkecuali penyandang cacat, orang tua, dan ibu-ibu hamil) untuk melakukan kontrol peralatan tertentu, seperti sistem alarm, tombol/stop kontak, dan pencahayaan.

n. Sistem alarm/ peringatan

Harus tersedia peralatan peringatan yang terdiri dari sistem peringatan suara ( vocal alarms), sistem peringatan bergetar (vibrating alarms) dan berbagai petunjuk serta penandaan untuk melarikan diri pada situasi darurat . Semua pengontrol peralatan listrik harus dapat dioperasikan dengan satu tangan dan tidak memerlukan pegangan yang sangat kencang atau sampai dengan memutar lengan.

o. Tombol dan stop kontak

Tombol dan stop kontak dipasang pada tempat yang posisi dan tingginya sesuai dan mudah dijangkau oleh penyandang cacat.

p. Perabotan

Perletakan barang-barang perabot bangunan dan furniture harus menyisakan ruang gerak dan sirkulasi yang cukup bagi penyandang cacat. Sebagian dari perabot yang tersedia dalam bangunan umum harus dapat digunakan oleh penyandang cacat, termasuk dalam keadaan darurat. Dalam suatu bangunan yang digunakan oleh masyarakat banyak, seperti bangunan pertemuan, konperensi pertunjukan dan kegiatan yang sejenis maka jumlah tempat duduk aksesibel yang harus tersedia.

q. Rambu & Marka

Fasilitas dan elemen bangunan yang digunakan untuk memberikan informasi, arah, penanda atau petunjuk bagi penyandang cacat. Penggunaan rambu terutama dibutahkan pada:

i. Arah dan tujuan jalur pedestrian ii. KM/WC umum, telpon umum

iii. Parkir khusus penyandang cacat iv. Nama fasilitas dan tempat.

5 Kesimpulan

Didapatkan hasil yang disimpulkan sebagai berikut melalui analisa kepuasan pelanggan, di dapat beberapa hal yang belum dapat memenuhi kepuasan pelanggan terhadap sarana prasarana yang ada di mall, yaitu

a. Letak signs atau penunjuk arah atas fungsi ruangan. b. Kurangnya jalur pemandu

c. Penyediaan fasilitas penunjang seperti tempat duduk, untuk mengurangi kelelahan.

d. Meningkatkan kenyamanan di area Lif. e. Penataan estetika/keindahan area Mall.

Hasil penelitian di dapatkan bahwa untuk memberikan kualitas dari aksebilitas yang baik, tidak hanya dilihat dari kesesuaian dengan kriteria disain saja tetapi juga haru memperhatikan kebutuhan dari pengunjung sehingga menghasilkan produk yang tidak hanya sesuai dengan peraturan atau standar yang ada tetapi juga dapat memberikan kepuasan kepada pengguna atau pengunjung pusat perbelanjaan

Daftar Pustaka:

- Marlina, E (2008), Panduan Perancangan Bangunan Komersial, Penerbit Andi, Yogyakarta.

- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (2006), Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

- Setyaningsih, W (2005), Perwujudan Elemen Aksesibilitas Bangunan Gedung dan Lingkungan Studi kasus Kota Surakarta, Unit Kajian Aksesibilitas Arsitektur, Semarang.

- Supranto, J (2006), Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan Pangsa Pasar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

- Kondrat, P.R (2003), Studi Kepuasan Pedagang Pasar Sebagai Evaluasi Penataan (Studi Kasus Pasar Gembira Muara Teweh Kabupaten Barito Utara), Tesis Magister, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

Gambar

Gambar 1 Diagram Alir Penelitian  3.  Pembahasan

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa nilai stabilitas akan semakin meningkat seiring meningkatnya penambahan kadar aspal yang dilakukan dan peningkatan suhu pemadatan,

Sebab seluruh bentuk kekerasan fisik yang terjadi bersumber dari dorongan ideologi para pelakunya, baik itu dari kalangan orang-orang tidak beragama yang

• Bahwa saksi mengetahui pemohon dan termohon adalah suami istri yang telah menikah sekitar bulan Desember 2006 di Kabupaten Lombok Barat karena saksi turut

Nilai standardized ß dan t yang bernilai positif, namun secara statistik tidak terdapat pengaruh keamanan terhadap web brand trust dengan nilai signifikansi

Penilaian yang reliable (ajeg) memungkinkan perbandingan yang reliable dan menjamin konsistensi. Misal, guru menilai dengan unjuk kerja, penilaian akan reliabel

Penelitian ini adalah penelitian expost facto dengan rancangan Analytical Cross Sectional Study, yang dilakukan melalui dua tahapan yaitu penelitian di lapangan

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa wahana gerak mandiri merupakan perangkat elektronik-mekanik-komputer yang tersusun menjadi suatu wahana cerdas

pemberitahuan yang masuk dan paket internet tidak dapat digunakan. Lalu adi mencoba untuk membeli pulsa lagi dengan besar yang