• Tidak ada hasil yang ditemukan

2015/06/08 07:12 WIB - Kategori : Artikel Penyuluhan PENTINGNYA SERTIFIKASI PROFESI PENYULUH PERIKANAN DI ERA MEA 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2015/06/08 07:12 WIB - Kategori : Artikel Penyuluhan PENTINGNYA SERTIFIKASI PROFESI PENYULUH PERIKANAN DI ERA MEA 2015"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

2015/06/08 07:12 WIB - Kategori : Artikel Penyuluhan

PENTINGNYA SERTIFIKASI PROFESI PENYULUH PERIKANAN DI ERA MEA 2015

TEMANGGUNG (8/6/2015) www.pusluh.kkp.go.id

Profesionalisme SDM Perikanan khususnya Penyuluh Perikanan

sangat diperlukan dalam menghadapi persaingan pasar tunggal ASEAN Tahun 2015 (MEA). Negara-negara ASEAN termasuk didalamnya Indonesia, pada saat ini menghadapi tantangan dalam bidang ketenagakerjaan. Khususnya terkait dengan kualitas sumber daya manusia serta produktivitas tenaga kerjanya. Pada era ini akan menjadikan terbentuknya pasar dan basis produksi tunggal,sehingga akan menyebabkan bebas arus barang, bebas jasa, bebas investasi, bebas tenaga kerja, dan bebas arus permodalan.

Pada era MEA tersebut arus investasi akan gencar masuk ke dalam negeri, sehingga akan menciptakan efek berganda (multiplier effect ). Di tinjau dari segi yang lain hal tersebut akan menciptakan pasar

(market

) yang mencakup wilayah daratan seluas 4,47 juta km persegi dengan potensi pasar lebih kurang sebesar 600 juta jiwa. Dengan kondisi tersebut, maka tidak ada lagi

halangan yang bisa membatasi tenaga kerja asing dari negara ASEAN lainnya untuk bekerja di Indonesia, sehingga akan menjadi potensi ancaman tersendiri bagi tenaga kerja Indonesia yang kurang terampil, hal ini akan mengakibatkan tersisihnya tenaga kerja Indonesia dan akan diisi oleh tenaga kerja dari negara ASEAN lainnya.

(2)

Dengan adanya peran tenaga penyuluh perikanan yang kompeten diharapkan

mampu bersaing dengan tenaga kerja negara lainnya. Sehingga dengan mudah membendung masuknya tenaga kerja asing khususnya di sektor KP diantaranya

melalui peningkatan kapasitas dan daya saing bagi pelaku utama dan pelaku usaha KP. Penyuluh perikanan yang selama ini

berperan sebagai konsultan sekaligus pendamping (mitra sejati) pelaku usaha kecil dan menengah bidang kelautan dan perikanan diharapkan bisa

menggali lagi potensi-potensi perikanan serta kelautan di tingkat kecamatan masing-masing daerah secara maksimal

mulai dari budidaya produk perikanan konsumsi sampai usaha produk ikan non konsumsi seperti ikan hias dan produk kerajinan tangan. Senada dengan hal tersebut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berencana menggenjot sertifikasi bagi penyuluh perikanan.

“Penyuluh perikanan harus memiliki dedikasi dan kompetensi, sehingga mampu mengubah perilaku kelompok pelaku utama dan meningkatkan produktivitas usaha-usaha masyarakat sehingga kehidupannya semakin sejahtera”.

Dalam Undang-undang No.16 Tahun 2006

tentang Sistem Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (SP3K) diamanahkan bahwa pekerjaan Penyuluh Perikanan merupakan profesi. Secara profesional seorang penyuluh disamping mempunyai kompetensi penyuluhan, juga dituntut untuk kompeten dalam bidang teknis kelautan dan perikanan. Untuk mendapatkan kompetensi teknis, penyuluh perikanan dapat mengikuti uji kompetensi dengan mengacu pada SKKNI teknis bidang perikanan yang sudah ada sesuai dengan tugas dan potensi wilayah kerja.

Proses Sertifikasi Profesi Penyuluh Perikanan

Proses sertifikasi profesi penyuluh perikanan

merupakan serangkaian uji kompetensi berdasarkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)

Bidang Penyuluhan Perikanan yang disahkan melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.403 Tahun 2014. Dalam hal ini

(3)

Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan–BPSDMKP bekerjasama dengan Lembaga Sertifikasi Profesi Kelautan dan Perikanan (LSP-KP) yang merupakan lembaga pelaksana kegiatan sertifikasi profesi di bidang kelautan dan perikanan termasuk penyuluh perikanan, yang mendapat lisensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Keanggotaan LSP-KP terdiri dari unsur Kementerian Kelautan dan Perikanan, asosiasi industri dan asosiasi profesi di bidang kelautan dan perikanan. P elaksanaan uji kompetensi direncanakan dan disusun sedemikian rupa sehingga dapat menjamin bahwa semua persyaratan dilakukan secara objektif dan sistematis dengan bukti-bukti terdokumentasi.

Perbedaan Penyuluh Perikanan Sebagai Profesi Versus Penyuluh Perikanan Sebagai Jabatan Fungsional

Dengan adanya sertifikasi profesi maka ada perbedaan penyuluh perikanan sebagai profesi dan penyuluh perikanan sebagai jabatan fungsional sebagai berikut :

(1)Profesi penyuluh perikanan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan bidang keahlian, sedangkan jabatan fungsional sesuai dengan tupoksi jabatan;

(2) Profesi penyuluh perikanan mendapat pengakuan oleh masyarakat lain termasuk pemerintah, sedangkan jabatan fungsional pengakuan hanya oleh pemerintah;

(3) Profesi penyuluh perikanan terdapat jaminan mutu, dan antara kompetensi dan profesi selalu paralel karena ada sistem uji kompetensi, sedangkan jabatan fungsional mutu pekerjaan belum tentu terjamin dan antara kompetensi dan jabatan biasa tidak paralel; (4) Standar kompetensi kerja untuk profesi penyuluh perikanan

ditetapkan oleh masyarakat representative dan pemerintah, sedangkan jabatan fungsional standar kompetensi kerja ditentukan oleh pemerintah; dan

(5)Kinerja profesi penyuluh perikanan

hasilnya cenderung optimal, sedangkan jabatan fungsional ada kecenderungan hasil kinerjanya kurang optimal karena sistem penilaian lebih banyak bersifat administratif.

(4)

Keseriusan Pemerintah Menyiapkan Penyuluh Perikanan Yang Bersertifikasi

Keseriusan pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan patut di beri apresiasi, terbukti saat membuka Gelar Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Kelautan dan Perikanan, di Ballroom KKP, Jakarta, Selasa (2/12/2014). Menteri Kelautan dan Perikanan Ibu Susi Pudjiastuti mengatakan bahwa

para penyuluh perikanan

memiliki peran penting untuk memacu daya saing para pelaku dunia perikanan dan meningkatkan produktivitas usahanya. "Sudah semestinya bidang penyuluhan ini diberikan perhatian, karena merekalah yang akan menjadi tangan perubahan". Oleh karena itu, Ibu Susi mengatakan sertifikasi kompetensi para penyuluh perikanan, dan pelaku usaha perlu dipercepat agar siap dalam memasuki era MEA. Total 12 ribu lebih penyuluh yang akan diberikan sertifikat resmi secara berkala (sumber :

http://kkp.go.id/index.php/pers/kkp-perkuat-peran-penyuluh-perikanan/?print=print ).

Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Bapak DR. Ir. Suseno Sukoyono, MM

di Gedung Mina Bahari Jakarta, Rabu (28/1) mengatakan penyuluh Indonesia hanya 79 persen yang memenuhi standar dan memiliki sertifikat. Sedangkan

21 persennya dinilai masih buruk. "Itu biasanya penyuluh yang alamiah, artinya dia tidak memiliki sertifikat, ilmunya dia dapat dari turun-temurun," ujar Kepala BPSDM,. Lebih lanjut dikatakan beliau, penyuluh yang saat ini paling banyak merupakan penyuluh budidaya. Sedangkan penyuluh pada perikanan tangkap jumlahnya jauh lebih sedikit. "Makanya target kita tahun ini mau meningkatkan penyuluh perikanan, mau kita sertifikasi sebanyak 800 penyuluh," pungkasnya. Untuk diketahui, pada 2014 jumlah penyuluh perikanan sebanyak 12.892 orang, dan hanya 200 orang yang penyuluh tersebut yang memilki sertifikasi.

( sumber : http://www.aktual.co/ekonomibisnis/bpsdm-penyuluh-perikanan-berpredikat-buruk-capai-21-persen).

Melansir pernyataan Menteri Koordinator Perekonomian era Presiden SBY yaitu Bapak Hatta Rajasa pada acara Pembukaan Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan di Sleman, DIY 2

tahun yang lalu. Beliau mengatakan akan segera mengusahakan

tunjangan profesi bagi penyuluh kehutanan, perikanan, dan pertanian, tunjangan profesi tersebut adalah amanat

Undang - Undang Nomor 16 Tahun 2006. Oleh karena itu, “Sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk segera merealisasikannya”.(

(5)

http://nasional.kompas.com/read/2013/05/16/11583247/Hatta.Janji.Tunjangan.Profesi.Cair.Segera

).

Motivasi Yang Harus Selalu Dijaga

Tunjangan profesi tentu saja menjadi harapan terbesar penyuluh dalam mengikuti sertifikasi, karena harapan yang begitu besar tidak sedikit penyuluh yang menjelang pensiun mengikuti sertifikasi. Di sisi lain peraturan yang dipersyaratkan untuk

merealisasikan harapan tersebut belum terbit. Dalam kurun waktu yang singkat, hal tersebut mungkin tidak berpengaruh signifikan

terhadap minat penyuluh untuk mengikuti sertifikasi, namun apabila berlangsung berkepanjangan lambat laun penyuluh makin enggan untuk mengikuti sertifikasi. Bila ini terjadi,

besar atau kecil akan berdampak pada sistem penganggaran sertifikasi yang dikelola oleh

Kementerian Kelautan dan Perikanan. Harapan kami kementerian KP dapat segera memfasilitasi tunjangan profesi, kalaupun hal tersebut sulit direalisasikan perlu upaya lain agar penyuluh yang sudah di sertifikasi merasa dihargai. Pemberian insentif terhadap penyuluh teladan seperti yg rutin dilakukan Kementerian KP tiap tahunnya, barangkali bisa digunakan sebagai rujukan dalam pemberian insentif bagi penyuluh yang sudah lulus sertifikasi.

Masa berlaku sertifikat profesi penyuluh perikanan tahun 2011 (Angkatan I)

hampir berakhir, menyusul 3 tahun kemudian yaitu sertifikat profesi penyuluh perikanan tahun 2014 (Angkatan II),

sehingga kalaupun harapan-harapan di atas terpenuhi

semoga bisa dirasakan pada tahun 2016 atau setidaknya di tahun berikutnya.

Salam Penyuluh Perikanan ...!!! Salam Agen Perubahan Menuju Kejayaan Perikanan Indonesia ...!!

Kontributor

(6)

Penyuluh Perikanan Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui sejauh mana tingkat penggunaan tepung buah sukun terhadap kadarkarbohidratnaget kelinci maka dilakukan analisis sidik ragam, hasilnya menunjukkan

Validasi adalah tindakan menilai apakah rencana HACCP untuk produk tertentu dan proses secara memadai mengidentifikasi dan kontrol bahaya keamanan pangan semua signifikan atau

Penelitian ini bertujuan untuk adanya perbedaan atau tidak yang signifikan antara penerapan implementasi PSAK 50 & 55 sebelum dan sesudah konvergensi IFRS : IAS 32 & 39

Penelitian ini dilakukan dengan menilai bahan ajar yang digunakan pada mata kuliah genetika dengan instrumen penilaian kelayakan bahan ajar ditinjau dari pendekatan

LSP CABANG memiliki fungsi sebagai sebagai sertifikator, melaksanakan sertifikasi kompetensi, dengan ruang lingkup yang ditetapkan oleh LSP Pusat sesuai dengan

Lembaga Sertifikasi Profesi yang selanjutnya disingkat LSP adalah lembaga pelaksana kegiatan sertifikasi kompetensi kerja yang mendapatkan lisensi dari BNSP untuk

Kelembagaan Pelaku Utama Perikanan mandiri merupakan indikator dalam capaian kinerja penyuluhan kelautan dan perikanan. Pusat Penyuluhan KP, BPSDMKP sebagai instansi

Lembaga Sertifikasi Profesi yang selanjutnya disingkat LSP adalah Lembaga pelaksana Sertifikasi Kompetensi yang telah diakreditasi oleh dan mendapatkan lisensi dari