• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM SOSIAL PENGEMBANGAN WISATA ALAM DI KAWASAN GUNUNG SALAK ENDAH EVA RACHMAWATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SISTEM SOSIAL PENGEMBANGAN WISATA ALAM DI KAWASAN GUNUNG SALAK ENDAH EVA RACHMAWATI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM SOSIAL

PENGEMBANGAN WISATA ALAM

DI KAWASAN GUNUNG SALAK ENDAH

EVA RACHMAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

(2)

PERNYATAAN

MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Sistem Sosial Pengembangan Wisata Alam di Kawasan Gunung Salak Endah adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Februari 2010

Eva Rachmawati NRP E051050141

(3)

ABSTRACT

EVA RACHMAWATI. Social System of Nature Based Tourism Development at Gunung Salak Endah Area. Under direction of E.K.S. HARINI MUNTASIB and ARZYANA SUNKAR.

Social components of tourism development, particularly community, play important role in supporting the success of nature based tourism development in an area. Therefore, tourism development should also pay attention to social components exist in the area, beside the physical and biological condition. Portray of social system model could help in considering key factors in community which need attention to ensure optimum tourism development. Data were collected through literature review, in depth interview and Focus Group Discussion. There were 131 respondents consisted of government official (village head), community’s elders, non governmental organization, tourism entrepreneur, and community members which were not involved in tourism activities. Data and information on the stakeholders involved, status and role of the stakeholders, norms related to nature based tourism development, and other supporting data such as demographic data, visitors characteristic, history of nature based tourism development in Gunung Salak Endah (GSE) and history of community development, were needed in portraying the model of nature based tourism development social system in GSE. Social system model were portrayed based on the result of social structure analysis and stakeholders interaction analysis. Stakeholders involvement in nature based tourism development in GSE area were still based on closeness of relationship, either kinship or friendship, which cause unequal involvement opportunity for the community’s members. The role played by the stakeholders involved in the social structure of nature based tourism development had not fit the status they hold, which cause lack of social structure inclusiveness. Furthermore, the prevailing norms had not been able to regulate stakeholders’ behavior. Therefore, the social structure of nature based tourism development in GSE did not function well. Interaction between individuals of the community members in Gunung Sari Village showed more variations compare to Gunung Bunder 2 Village, due to background variation of community members. In general, both villages showed positive primary interaction between individuals and groups, since all individuals in a certain group share the same interest and objective. While interaction between groups were emphasized more on the short term economic interest of nature based tourism activities rather than the long term nature based tourism development. The development of nature based tourism in GSE should consider social system elements as follows: interpersonal trust of the sentiment element; stakeholders’ status and role; norms and sanction, and; power and authority.

(4)

RINGKASAN

EVA RACHMAWATI. Sistem Sosial Pengembangan Wisata Alam di Kawasan Gunung Salak Endah. Dibimbing oleh E.K.S. HARINI MUNTASIB dan ARZYANA SUNKAR.

Keberhasilan pengembangan wisata di suatu kawasan memerlukan adanya keseimbangan antara aspek lingkungan, ekonomi dan sosial budaya masyarakat Komponen sosial, terutama masyarakat memiliki peran penting dalam mendukung keberhasilan pengembangan wisata alam di suatu kawasan. Kawasan Gunung Salak Endah (GSE) di Taman Nasional Gunung Halimun Salak mempunyai 8 obyek wisata yang telah dikelola secara intensif dan lebih dari 2 obyek wisata potensial. Jumlah pengunjung yang datang ke Kawasan GSE juga cukup banyak dan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Akan tetapi, pengembangan wisata alamnya masih belum optimal. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai sistem sosial yang terjadi saat ini untuk membantu mengoptimalkan pengembangan wisata alam.

Penelitian dilaksanakan di dua dari enam desa (Desa Gunung Sari dan Desa Gunung Bunder 2) yang termasuk dalam wilayah Kawasan Wisata Gunung Salak Endah. Desa – desa tersebut dipilih sebagai lokasi penelitian karena berdasarkan penelusuran hasil-hasil penelitian sebelumnya, di desa-desa tersebut terdapat obyek-obyek wisata yang telah dikelola secara intensif, keterlibatan masyarakat dalam pengembangan wisata cukup besar. Pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan studi pustaka, wawancara mendalam (in depth interview) dan Focus Group Discussion (FGD) dengan jumlah responden sebanyak 131 orang terdiri dari stakeholder pemerintah (Kepala Desa dan Sesepuh Masyarakat), lembaga swadaya masyarakat, pengusaha wisata dan masyarakat yang tidak terlibat dalam kegiatan wisata. Data dan informasi yang dibutuhkan untuk membuat model sistem sosial pengembangan wisata alam di GSE antara lain data dan informasi mengenai stakeholder yang terlibat, bentuk interaksi yang terjadi antar stakeholder, status dan peranan setiap stakeholder, norma yang berlaku terkait pengembangan wisata alam serta data penunjang lainnya seperti demografi, karakteristik pengunjung, perkembangan wisata alam di GSE dan sejarah perkembangan masyarakat.

Analisis stakeholder dilakukan untuk melihat stakeholder yang terlibat, mekanisme pelibatan serta pengaruh dan kepentingan yang dimiliki setiap stakeholder terkait pengembangan wisata alam di GSE. Analisis terhadap struktur sosial dilakukan secara deskriptif dengan melihat kesesuaian antara status yang dimiliki para stakeholder dengan peranan yang dijalankannya, unsur-sunsur sistem sosial yang mempengaruhinya serta norma-norma yang berlaku dalam struktur tersebut. Analisis interaksi antar stakeholder dilakukan dengan melihat frekuensi interaksi, intensitas interaksi dan popularitas interaksi para stakeholder.

Stakeholder yang terlibat dalam pengembangan wisata alam di GSE, khususnya Desa Gunung Sari adalah kelompok masyarakat veteran dan kelompok masyarakat pendatang yang tinggal di Kampung Lokapurna. Jumlah masyarakat yang terlibat dalam pengembangan wisata di Desa Gunung Sari sebesar 6.3% dari jumlah penduduk Desa Gunung Sari. Mekanisme pelibatan stakeholder di desa Gunung Sari didasarkan pada hubungan dekat (dilihat dari segi kekerabatan atau

(5)

pertemanan). Di Desa Gunung Bunder 2, jumlah masyarakat yang terlibat dalam pengembangan wisata alam sebesar 0.4% dari jumlah seluruh penduduk Desa Stakeholder yang terlibat dalam pengembangan wisata umumnya orang-orang yang memiliki hubungan dekat (baik kerabat atau teman) dengan pengelola obyek wisata yaitu pihak Perum Perhutani dan Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

Struktur sosial pengembangan wisata alam di Desa Gunung Sari dan Gunung Bunder 2 tidak memiliki stakeholder yang duduk di pusat struktur yaitu stakeholder yang memiliki wewenang untuk mengatur dan mengawasi berjalannya struktur tersebut. Para pemimpin masyarakat, baik formal maupun non formal, tidak merasa memiliki wewenang untuk ikut mengatur pengembangan wisata alam di GSE.

Norma yang berlaku di Desa Gunung Sari dan Gunung Bunder 2 adalah norma agama yang bersumber dari agama Islam, norma kebiasaan atau adat yang bersumber dari kebudayaan Sunda, norma susila yang menggunakan hati nurani sebagai penilainya, norma kesopanan yangg bersumber dari tingkah laku yang ada di masyarakat dan norma hukum yang bersumber dari undang-undang dan peraturan pemerintah. Sanksi yang berlaku masih belum dapat mengatur perilaku stakeholder sehingga struktur sosial tidak dapat berjalan dengan baik.

Interaksi antar individu di Kampung Lokapurna, Desa Gunung Sari dan Desa Gunung Bunder 2 terjadi berdasarkan kepentingan ekonomi. Sifat interaksinya ada yang primer positif berbentuk kerja sama untuk memenuhi keinginan pengunjung yang datang dan ada yang bersifat sekunder negatif, yaitu interaksi antara sebagian masyarakat veteran, yaitu masyarakat yang tidak memiliki modal dengan para pendatang yang memiliki modal dan kekuasaan besar. Interaksi ini mengarah pada bentuk Kontravensi (contraversi), yang ditandai oleh adanya ketidakpuasan atau ketidaksukaan yang disembunyikan.

Interaksi antar individu yang terjadi pada stakeholder di Desa Gunung Bunder 2 adalah interaksi primer positif yang berbentuk kerjasama dan interaksi primer positif yang berbentuk akomodasi. Kerja sama dilakukan oleh individu-individu yang tergabung dalam kelompok KOMPEPAR dan Volunteer. Sedangkan akomodasi terjadi pada individu dari KOMPEPAR dengan individu dari Volunteer. Akomodasi adalah suatu bentuk proses sosial yang merupakan perkembangan dari bentuk pertikaian, dimana masing-masing pihak melakukan penyesuaian dan berusaha mencapai kesepakatan untuk tidak saling bertentangan (Abdulsyani 2002). Pada awal pembentukan volunteer terjadi konflik antara KOMPEPAR dengan Volunteer karena adanya rasa tersaingi dan ketakutan lahan pendapatannya direbut. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dilakukan pembagian wilayah kerja, dimana KOMPEPAR mengelola obyek Bumi Perkemahan Gunung Bunder, sedangkan Volunteer mengelola obyek wisata Kawah Ratu.

Frekuensi interaksi yang terjadi antar individu di Desa Gunung Sari dan Gunung Bunder 2 tergantung dari kondisi pengunjung sehingga sifatnya tidak rutin, dengan intensitas yang mendalam. Intensitas interaksi ditandai dengan adanya penyelesaian suatu pekerjaan atau permasalahan. Dalam interaksi ini tidak ada stakeholder yang lebih populer dibandingkan yang lainnya.

Interaksi yang terjadi antara individu dengan kelompok yang terjadi di Desa Gunung Sari dan Gunung Bunder 2 hampir semua bersifat primer positif

(6)

yang mengarah pada kerja sama. Setiap kelompok yang ada di kedua desa tersebut mempunyai jadwal pertemuan rutin dalam membahas program-programnya. Kelompok volunteer dalam interaksinya difasilitasi oleh Balai Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Frekuensi intensitasnya berbeda-beda, ada yang 1 minggu sekali, sebulan sekali, bahkan ada yang insidental (melakukan pertemuan ketika ada peristiwa tertentu). Intensitas interaksinya cukup baik dan tidak ada stakeholder yang lebih populer dibandingkan dengan yang lainnya.

Kelompok-kelompok yang ada di Desa Gunung Sari sebagian besar tidak saling berinteraksi. Mereka berjalan sendiri-sendiri dalam menjalankan program-program kerjanya. Interaksi antar kelompok yang terjadi adalah interaksi antara KOMPEPAR dengan KSM GSE. Sifat interaksinya adalah sekunder negatif yang berbentuk persaingan yang mengarah pada pertikaian (Kontraversi). Akan tetapi persaingan ini masih bersifat tertutup (latent, belum mencuat). Persaingan ini terjadi karena adanya perbedaan prinsip kerja yang dianut. Selain itu, terjadi pula interaksi yang bersifat sekunder negatif yang berbentuk akomodasi yang mengarah pada eliminasi antara masyarakat veteran dengan masyarakat pendatang. Interaksi ini terjadi karena kelompok masyarakat pendatang, terutama kelompok masyarakat bawah (masyarakat miskin) merasa tidak puas atau tidak suka dengan kehadiran masyarakat pendatang karena merasa terintimidasi. Akan tetapi karena mereka takut untuk melakukan konfrontasi langsung, maka mereka cenderung mengalah.

Unsur-unsur sistem sosial yang harus mendapat perhatian dalam pengembangan wisata alam di kawasan GSE adalah unsur perasaan yang mencakup rasa percaya antar individu, status dan peran dari setiap stakeholder, norma dan sanksi serta kekuasaan dan wewenang (power).

Keterlibatan stakeholder dalam pengembangan wisata alam di Kawasan Gunung Salak Endah masih didasarkan pada hubungan dekat, baik berdasarkan kekerabatan maupun pertemanan menyebabkan tidak semua warga mendapatkan kesempatan yang sama untuk terlibat. Dalam struktur sosial pengembangan wisata alam, peran yang dilaksanakan oleh stakeholder belum sesuai dengan status yang dimiliki sehingga kelengkapan struktur sosial masih kurang. Selain itu norma yang berlaku belum dapat mengatur perilaku para stakeholder. Hal tersebut menyebabkan struktur sosial pengembangan wisata alam di GSE tidak berjalan dengan baik. Interaksi antar individu di Desa Gunung Sari lebih bervariasi dibandingkan interaksi antar individu yang terjadi di Desa Gunung Bunder 2 dikarenakan lebih beragamnya kondisi masyarakat. Interaksi yang terjadi antara individu dengan kelompok di kedua desa tersebut umumnya bersifat primer positif karena semua individu kelompok memiliki kepentingan dan tujuan yang sama. Sedangkan interaksi yang terjadi antar kelompok lebih pada kepentingan ekonomi jangka pendek dari kegiatan wisata alam dari pada pengembangan jangka panjangnya.

(7)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2010

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

(8)

SISTEM SOSIAL PENGEMBANGAN WISATA ALAM

DI KAWASAN GUNUNG SALAK ENDAH

EVA RACHMAWATI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

(9)
(10)

Judul Tesis : Sistem Sosial Pengembangan Wisata Alam Di Kawasan Gunung Salak Endah

Nama : Eva Rachmawati NRP : E051050141

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS Dr.Ir. Arzyana Sunkar, MSc Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS Prof. Dr.Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

Tanggal Ujian: Tanggal Lulus: 19 Februari 2010

(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2009 ini adalah sistem sosial masyarakat, dengan judul Sistem Sosial Pengembangan Wisata Alam di Kawasan Gunung Salak Endah.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS dan Ibu Dr. Ir. Arzyana Sunkar, MSc selaku pembimbing, serta Bapak Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, MScF selaku penguji luar komisi dan Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, Msi selaku pimpinan sidang pada ujian tesis yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada masyarakat Desa Gunung Sari dan Desa Gunung Bunder 2, Resti dan Tri yang telah memberikan semangat dan dorongan selama penelitian serta para mahasiswa (Evi, Muthe, Arman, Abay, Panda, Jadda, Wani dan Robinson) yang telah membantu selama pengumpulan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada suami, anak-anak, serta seluruh keluarga, atas segala do’a dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2010

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 21 Maret 1977 sebagai anak sulung dari pasangan Ayep Rakhmat Solihin Asyikin (Alm) dan Ema Permasih. Pendidikan sarja ditempuh di Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, lulus pada tahun 2000. Pada tahun 2005, penulis diterima di Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan pada Program Pascasarjana IPB dan mendapatkan Beasiswa Pendidikan (BPPS) dari Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Penulis bekerja sebagai staf pengajar di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB sejak tahun 2005 dan ditempatkan di Laboratorium Rekreasi Alam dan Ekowisata.

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Perumusan Masalah ... 2 1.3. Kerangka Pemikiran ... 3 1.4. Tujuan Penelitian ... 4 1.5. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II METODE PENELITIAN 2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 5

2.2. Alat dan Bahan ... 5

2.3. Batasan Penelitian ... 5

2.4. Tahapan Penelitian ... 6

BAB III KONDISI UMUM KAWASAN GUNUNG SALAK ENDAH 3.1. Kondisi Fisik Kawasan ... 10

3.2. Kondisi Biologi Kawasan ... 12

3.3. Demografi ... 13

3.4. Kebudayaan Masyarakat ... 18

3.5. Sejarah Perkembangan Masyarakat Gunung Salak Endah ... 20

BAB IV PERKEMBANGAN WISATA ALAM DI KAWASAN GUNUNG SALAK ENDAH 4.1. Obyek-Obyek Wisata di Kawasan Gunung Salak Endah ... 25

4.2. Sistem Pengelolaan Wisata ... 44

BAB V STRUKTUR SOSIAL PENGEMBANGAN WISATA ALAM DI KAWASAN GUNUNG SALAK ENDAH 5.1. Masyarakat yang Terlibat dalam Pengembangan Wisata ... 47

5.2. Status dan Peran ... 52

5.3. Norma-Norma yang Berlaku ... 80

BAB VI INTERAKSI ANTAR STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN WISATA ALAM DI KAWASAN GUNUNG SALAK ENDAH 6.1. Interaksi Antar Individu ... 85

6.2. Interaksi Antara Individu dengan Kelompok ... 89

(14)

BAB VII SISTEM SOSIAL PENGEMBANGAN WISATA ALAM DI KAWASAN GUNUNG SALAK ENDAH

7.1. Model Sistem Sosial Pengembangan dalam Pengembangan Wisata Alam di GSE ... 98 7.2. Unsur-Unsur Sistem Sosial dalam Pengembangan Wisata Alam

di GSE ... 113

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan ... 119 8.2. Saran ... 120

(15)

DAFTAR TABEL

1. Data dan Informasi Utama yang Dikumpulkan dalam Penelitian ... 7

2. Data dan Informasi Penunjang yang Dikumpulkan dalam Penelitian ... 8

3. Daftar Responden yang Diwawancarai ... 8

4. Jalur/Rute Perjalanan menuju GSE dan Panjang Jarak Tempuh ... 12

5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 13

6. Jumlah Penduduk menurut Agama dan Kepercayaan Desa Gunung Sari dan Gunung Bunder 2 ... 14

7. Komposisi Penduduk menurut Usia ... 14

8. Pola Penggunaan Lahan ... 14

9. Status Tanah di Wilayah Desa Gunung Sari dan Desa Gunung Bunder 2 ... 15

10. Jumlah Penduduk menurut Pendidikan ... 16

11. Sarana Pendidikan yang Ada ... 16

12. Jumlah Penduduk menurut Jenis Pekerjaan ... 16

13. Sarana Angkutan Umum yang Terdapat di Desa ... 17

14. Kronologis Proses Penyelesaian Status Lahan di Lokapurna ... 21

15. Jumlah Pengunjung Pemandian Air Panas Tahun 2001 – 2006 ... 27

16. Jumlah Pengunjung Curug Cigamea Tahun 2001 – 2006 ... 30

17. Jumlah Pengunjung Curug Seribu Tahun 2001 – 2006 ... 33

18. Jumlah Pengunjung Kawah Ratu Tahun 2001 – 2006 ... 36

19. Jumlah Pengunjung Curug Ngumpet Tahun 2001 – 2006 ... 38

20. Jumlah Usaha di Desa Gunung Sari dan Gunung Bunder 2 ... 48

(16)

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pemikiran Kegiatan Penelitian Sistem Sosial Pengembangan Wisata Alam di Kawasan Gunung Salak Endah ... 4

2. Alur Kegiatan Penelitian Sistem Sosial Pengembangan Wisata Alam di Kawasan Gunung Salak Endah ... 6

3. Peta Obyek Wisata di Kawasan Gunung Salak Endah... 25

4. Pintu Gerbang (a) dan Kondisi Jalan (b) Menuju Pemandian Air Panas

Lokapurna ... 26

5. Fasilitas Pancuran (a) dan Kolam Renang (b) Air Panas ... 27

6. Curug Cigamea ... 28

7. Fasilitas yang Terdapat di Curug Cigamea ; (a) Pintu Gerbang dan Tempat Parkir Motor, (b) Warung Makanan yang terdapat di Sekitar Obyek Wisata 20

8. (a) Kondisi Jalan Menuju Obyek Wisata Curug Seribu, (b) Fasilitas Tempat Parkir yang Tersedia di Lokasi Obyek Curug Seribu ... 32

9. (a) Pemandangan di Kawah Ratu, (b) Sarana di Kawah Ratu... 34

10. (a) Kondisi Akses Menuju Curug Ngumpet, (b) Curug Ngumpet, dan (c) Kondisi Sarana Prasarana Didalam Kawasan Curug ngumpet ... 37

11. Sistem Pengelolaan Wisata di Kawasan Gunung Salak Endah ... 45

12. Persentase Penduduk yang Terlibat dalam Pengembangan Wisata Alam di GSE ... 49

13. Persentase Penduduk Desa Gunung Bunder 2 yang Terlibat dalam

Pengembangan Wisata Alam ... 49

14. Hubungan Antar Individu yang Terlibat dalam Pengembangan Wisata Alam di GSE ... 50

15. Struktur Sosial Masyarakat Desa Gunung Sari dalam Pengembangan Wisata Alam di GSE ... 71

16. Struktur Sosial Masyarakat Desa Gunung Bunder 2 dalam Pengembangan Wisata Alam di GSE ... 72

17. Pemetaan Para Pihak di Desa Gunung Sari Berdasarkan Pengaruh –

(17)

18. Pemetaan Para Pihak di Desa Gunung Bunder 2 Berdasarkan Pengaruh –

Kepentingan dalam Pengembangan Wisata Alam di GSE ... 79

19. Interaksi Antara Individu dengan Kelompok di Desa Gunung Sari ... 90

20. Interaksi Antara Individu dengan Kelompok di Desa Gunung Bunder 2 ... 92

21. Interaksi Antar Kelompok di Desa Gunung Sari ... 94

22. Interaksi antar Kelompok di Desa Gunung Bunder 2 ... 95

23. Hubungan Timbal Balik Unsur-Unsur Sistem Sosial dalam Pengembangan Wisata Alam ...106

24. Hubungan Timbal Balik Unsur-Unsur Sistem Sosial dalam Pengembangan Wisata Alam di Kawasan GSE ...108

Referensi

Dokumen terkait

Tapi disini nanti peneliti akan menerapkannya pada kelas III dan berupaya menerapkan strategi lightening the learning climate tersebut yang tak lain adalah untuk tujuan

Kearifan lokal yang terdapat dalambu- daya kalosara juga dapat menciptakan harmonisasi antara alam dengan masyara- kat karena nilai yang terkandung dalam budaya

  Diagram fasa merupakan suatu gambar yang menyatakan daerah   Diagram fasa merupakan suatu gambar yang menyatakan daerah  fasa yang stabil dengan dekomposisi

merusak tanaman  Menghindarkan lahan dari kondisi yg becek  Mencegah masuknya air hujan ke dalam media tumbuh (karena akibatnya akan mengencerkan larutan hara)  Mengurangi

Ada beberapa manfaat terarium, diantaranya adalah sebagai media pembelajaran bagi siswa-siswi SD untuk lebih mengenal lingkungan hidup, diantaranya untuk

Dari kedua defenisi tersebut, mempunyai hubungan yang signifikan dengan persoalan- persoalan dan fenomena-fenomena yang terjadi pada masyarakat Kecamtan Tobelo Utara, khususnya

Kemampuan metakognisi Subjek WNT untuk soal 2 dan soal 4 pada tahap memahami masalah semua terpenuhi, pada tahap merencanakan penyelesaian tidak memikirkan, memantau

Strategi pengendalian kecepatan dilakukan sebagai berikut. Bila kecepatan angin meningkat, tegangan keluaran generator juga akan meningkat. Bila kecepat- an angin berlebih