• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Hidrologi dan Analisis Kapasitas Pengaliran Penampang Sungai Wayela Ambon Pasca Bencana Banjir Berbasis HEC-RAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian Hidrologi dan Analisis Kapasitas Pengaliran Penampang Sungai Wayela Ambon Pasca Bencana Banjir Berbasis HEC-RAS"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

“Kajian Hidrologi dan Analisis Kapasitas Pengaliran Penampang Sungai Wayela Ambon Pasca Bencana Banjir Berbasis HEC-RAS”

Muhammad Farid Razak

Mahasiswa S1 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Alamat : BMP No. A8 muhfaridrazak@gmail.com

Prof. Dr. Ir. H. Muh. Saleh Pallu, M.Eng. Dr. Eng. Mukhsan Putra Hatta, ST. MT.

Pembimbing I Pembimbing II

Dosen Jurusan Teknik Sipil Dosen Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

ABSTRAK

Sungai Way Ela merupakan salah satu sungai yang terletak di Kabupaten Maluku Tengah, atau tepatnya berada di Kecamatan Leihitu, Desa Negeri Lima. Sungai Way ela memiliki panjang sekitar 3,3 km

dari Natural DAM ke hilir dan 4.5 km dari Natural DAM ke hulu dengan luas DAS 11,49 𝐾𝑚2 luas genangan

pada Natural DAM 1,42 𝐾𝑚2. Pada tahun 2013 terjadi banjir bandang akibat jebolnya Natural DAM. Untuk

mengkaji ulang kapasitas pengaliran sungai Way Ela pasca bencana banjir digunakan softwere HEC-RAS. Tapi sebelumnya, simulasi hidrologi perlu dilakukan untuk mengetahui debit banjir rencana hingga kala periode ulang 100 tahun dan metode yang digunakan adalah HSS Nakayasu. Berdasarkan hasil pengolahan

data dengan menggunakan HSS Nakayasu diperoleh hasil Q100 sebesar 301,538 𝑚3/𝑑𝑡𝑘. Debit yang

diperoleh selanjutnya diinput ke softwere HEC-RAS. Berdasarkan hasil simulasi dari 33 cross dengan menggunakan HEC-RAS, sebagian besar penampang kondisi tanggulnya tidak memenuhi standar tinggi jagaaan yaitu 0,8 m dari tinggi muka air berdasarkan besarnya debit yang melaluinya, bahkan ada sebagian kecil yang meluap, atau elevasi tinggi muka air banjir melebihi elevasi tanggul yang ada. Untuk solusi penanganan banjir berdasarkan permasalahan yang ada, dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu: perkuatan tebing untuk area hulu dan normalisasi tanggul untuk area hilir.

Kata Kunci : HSS Nakayasu, HEC-RAS, Normalisasi Sungai

ABSTRACT

Way Ela river is one of a river located in Middle Maluku Regency, specifically located in Leihitu Regency, Negeri Lima Village. It length’s around 3,3 km from Natural DAM to the lower course and 4,5 km

from Natural DAM to the upper course, width DAS about 11,49 𝐾𝑚2 and with the puddle area width to the

Natural DAM 1,42 𝐾𝑚2. In 2013 there was flood accident caused by the broken down of Natural DAM. To

examine the capacity of water drift in way ela river after the flood accident, we used HEC-RAS software. Before the examination held, first hidrology simulation need to be done to find out the discharge of flood plan until 100 year and next and it used HSS Nakayasu method. According to the processing data by HSS Nakayasu

method the result of Q100 is about 301,538 𝑚3/second. Next, the result added to HEC-RAS software.

According to the simulation from 33 cross using HEC-RAS , mostly the condition of longitudinal centre of the dike not appropriate from the height of safety standart about 0,8 m from the high-water mark based on the discharge volume that throught on it, moreover there are slightly amount that overflow, or elevation of the high-water flood mark spill over the dike elevation. There are two kinds of solution to solve the flood accident based on the case, first is strengthen the side of upper course and the second is normalization for the side of lower course.

(2)

PENDAHULUAN

Sungai Way Ela merupakan salah satu sungai yang terletak di

Kabupaten Maluku Tengah yang

wilayahnya masih berada dalam Pulau Ambon, yang secara geografis berada pada koordinat 127ᵒ59’8,02” BT dan 3ᵒ39’6,72”LS atau tepatnya berada di Kecamatan Leihitu Desa Negeri Lima. Sungai Way ela memiliki panjang sekitar 3,3 km dari Natural DAM ke hilir dan 4.5 km dari Natural DAM ke

hulu dengan luas DAS 11,49 𝐾𝑚2 dan

luas genangan pada Natural DAM 1,42

𝐾𝑚2.

Gambar 1. Lokasi Geografis Sungai Way Ela

Pada tahun 2012 terjadi

longsoran material yang berasal dari Bukit Ulak Hatu. Longsoran material tersebut menutupi aliran sungai Way

Ela sehingga mengakibatkan

terbentuknya Natural Dam Way Ela. Longsor terjadi sehari setelah gempa 5,6

SR mengguncang Kabupaten Maluku Tengah. Namun, pada tahun 2013 intensitas curah hujan yang tinggi

melanda pulau Ambon dan

menyebabkan terjadinya banjir di sebagian besar wilayah Ambon dan sekitarnya, tanpa terkecuali desa Negeri

Lima. Kondisi ini menyebabkan

jebolnya Natural Dam Way Ela, dan menimbulkan banjir bandang. Pasca bencana banjir, kondisi alur sungai Way Ela menjadi sangat memprihatinkan. Begitu banyak material tanah longsor yang dibawa oleh banjir dan menutupi sebagian besar badan sungai.

Untuk itu, Berdasarkan

permasalahan yang ada, peneliti

mencoba menganalisis dampak yang ditimbulkan pasca bencana banjir terhadap kondisi existing alur Sungai Way Ela. Hal ini dirasa perlu untuk studi efektifitas pengendalian banjir di sungai tersebut kedepannya. Adapun metode analisis yang digunakan adalah metode analisis komputasi dengan bantuan softwere Hec-RAS dengan periode ulang 100 tahun.

METODE PENELITIAN UTM: X : 387375,1215 Y : 9596289,108 GEOGRAPHIC 127o 59’ 8,02” BT 3o 39’ 6,72” LS

(3)

Gambar 2. Bagan Alir Penelitian

Adapun pelaksanaan penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan sebagai berikut:

 Mengkaji analisis hidrologi

Dalam analisis hidrologi langkah awal yang harus dilakukan adalah mengolah data curah hujan yang ada. Data curah hujan yang ada mulai dari tahun 2002 hingga 2013. Setelah itu, menentukan parameter statistik (Sd, Cs, Ck, dan Cv) untuk pemilihan metode

distribusi frekuensi curah hujan yang sesuai. Distribusi frekuensi curah hujan yang dimaksud dalam hal ini adalah metode normal, log normal, log person tipe III, dan gumbel tipe I.

Setelah diperoleh satu metode distribusi frekuensi curah hujan yang sesuai kriteria, langkah selanjutnya adalah menguji keakuratan hasil dari metode tersebut dengan menggunakan metode smirnov-kolmogorov.

Setelah dilakukan analisis

keakuratan, Maka selanjutnya, hasil tersebut digunakan untuk mencari debit banjir rencana dengan metode HSS Nakayasu. Sebelum mencari debit banjir rencana, terlebih dahulu kita mencari distribusi hujan jam-jaman

dengan menggunakan metode

mononobe. Selanjutnya adalah

menentukan debit banjir rencana

dengan menggunakan metode HSS Nakayasu.

 Menganalisis kapasitas pengaliran

penampang sungai dengan

menggunakan HEC-RAS. Data-data

yang diperlukan dalam analisis

penampang sungai dengan bantuan

software HEC-RAS adalah:

1. Penampang memanjang sungai 2. Potongan melintang sungai

(4)

3. Angka manning penampang sungai 4. Data debit dari analisis hidrologi 5. Data Pasang Surut

HASIL & PEMBAHASAN 1. Analisa Hidrologi

Gambar 3. Grafik curah hujan harian maksimum di

DAS Wayela

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa curah hujan yang paling maksimum terjadi pada tahun 2012 dan yang paling minimum terjadi pada tahun 2003.

Tabel 1. Perbandingan Hasil Dispersi

Tabel 2. Syarat pemilihan distribusi frekuensi

Berdasarkan hasil perhitungan parameter statistik (Sd, Cs, Ck, dan Cv) dari 4 (empat) metode yang digunakan yaitu: Metode Normal, Metode Log Normal, Metode Gumbel Tipe I, dan Metode Log Person Tipe III. Hanya Metode Log Person Tipe III yang memenuhi kriteria. Untuk itu, Metode Log Person Tipe III yang akan

digunakan untuk perhitungan

selanjutnya.

Metode Log Person Tipe III

 Untuk Distribusi Frekuensi Periode

2 Tahun

Log X2 = 𝐿𝑜𝑔 𝑋̅̅̅̅̅̅̅̅ + K.Sd = 2.19 + (-0.017)(0.26) = 2.18

X2 = 154.66

 Untuk Distribusi Frekuensi Periode

5 Tahun

Log X5 = 𝐿𝑜𝑔 𝑋̅̅̅̅̅̅̅̅ + K.Sd = 2.19 + (0.836)(0.26) = 2.41

X5 = 259.51

 Untuk Distribusi Frekuensi Periode

10 Tahun Log X10 = 𝐿𝑜𝑔 𝑋̅̅̅̅̅̅̅̅ + K.Sd = 2.19 + (1.292)(0.26) = 2.53 X10 = 340.20 0 100 200 300 400 500 2 0 02 2 0 03 2 0 04 2 0 05 2 0 06 2 0 07 2 0 08 2 0 09 2 0 10 2 0 11 2 0 12 2 0 13

Rerata Harian Maksimum

DAS Wayela

(5)

 Untuk Distribusi Frekuensi Periode 20 Tahun Log X20 = 𝐿𝑜𝑔 𝑋̅̅̅̅̅̅̅̅ + K.Sd = 2.19 + (1.758)(0.26) = 2.64 X20 = 434.67

 Untuk Distribusi Frekuensi Periode

25 Tahun

Log X25 = 𝐿𝑜𝑔 𝑋̅̅̅̅̅̅̅̅ + K.Sd

= 2.19 + (1.788)(0.26) = 2.65

X25 = 456.51

 Untuk Distribusi Frekuensi Periode

50 Tahun

Log X50 = 𝐿𝑜𝑔 𝑋̅̅̅̅̅̅̅̅ + K.Sd

= 2.19 + (2.107)(0.26) = 2.74

X50 = 553.16

 Untuk Distribusi Frekuensi Periode

100 Tahun

Log X100 = 𝐿𝑜𝑔 𝑋̅̅̅̅̅̅̅̅ + K.Sd

= 2.19 + (2.400)(0.26) = 2.81

X100 = 656.74

Tabel 3. Rekap distribusi frekuensi tiap periode

Uji Smirnov – Kolmogorof

Kemudian masing-masing

distribusi tersebut diuji hasil

perhitungannya dengan metode uji

smirnov-kolmogorof. Uraiannya sebagai berikut: Rerata Log X : 2,19 Standar Deviasi (Sd) : 0,26 D Maks : 0,1985 N : 12 Derajat Kepercayaan : 5 % D Kritis : 0,375

Ternyata D maks < D kritis ---> Distribusi Frekuensi Diterima

Berdasarkan uji

Smirnov-Kolmogorov, dapat disimpulkan bahwa distribusi curah hujan metode Log Person Tipe III, memenuhi karena sesuai persyaratan.

Perhitungan Distribusi Hujan Jam-Jaman

Untuk menentukan distribusi

hujan jam-jaman yang pertama harus dilakukan adalah menghitung intensitas hujan rata-rata dalam setiap T jam.

(6)

Berikut adalah hasil perhitungan intensitas hujan rata-rata.

Tabel 4. Intensitas hujan rata-rata dalam T jam

Selanjutnya hitung persentase distribusi hujan jam-jaman (dalam T

jam). Berikut hasil perhitungan

persentase distribusi hujan jam-jaman.

Tabel 5. Nilai Rt yang didapat dari hasil

perhitungan

Tabel 6. Persentase distribusi hujan jam-jaman

Setelah diperoleh nilai persentase

distribusi hujan jam-jamannya,

kemudian langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan untuk mencari hujan netto di tiap kala periode ulang.

Hujan netto didapat dari hasil perkalian antara kofisien pengaliran dengan curah hujan rancangan yang sebelumnya didapat dengan menggunakan metode log person tipe III.

Tabel 7. Hasil perhitungan hujan netto

Kemudian setelah hujan netto diperoleh, langkah berikutnya adalah menentukan nilai hujan netto jam-jaman di tiap kala periode ulang. Kemudian hasil yang didapatkan tersebut, nantinya akan dipergunakan untuk menentukan debit banjir dengan metode HSS Nakayasu. Berikut hasil perhitungan hujan netto jam-jaman di tiap kala periode ulang.

(7)

Gambar 4. Grafik distribusi persentase hujan

jam-jaman

Gambar 5. Grafik intensitas hujan tiap jam

Perhitungan Debit Q100 dengan Metode HSS Nakayusu

Untuk menentukan debit rencana dengan menggunakan metode HSS Nakayusu, terlebih dahulu perlu diketahui beberapa parameter yang

ada di DAS Wayela. Berdasarkan gambar 4.6 dapat diketahui bahwa luas

DAS Wayela 11,49 𝐾𝑚2 dan panjang

sungai utama dari hulu ke Natural DAM 4,5 Km. Sementara panjang sungai dari Natural DAM ke hilir 3,3 Km.

Parameter DAS

Luas : 11,49 𝐾𝑚2

Panjang sungai utama: 4,5 Km

Parameter Tg (Waktu Kelambatan)

Tg = 0,21 x 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑆𝑢𝑛𝑔𝑎𝑖2

= 0,21 x 4.52

= 0,6 Jam

Parameter Tr (Waktu Lama Hujan)

Tr = 0,75 x Tg = 0,75 x 0,6 = 0,45 Jam

Parameter Tp (Waktu Puncak)

Tp = Tg + 0.8 x Tr = 0,6 + 0,8 x 0,45 = 0,96 Jam Parameter T 0.3 T0.3 = 3 x Tg = 1,81 Jam Tp + T0.3 = 2,77 Jam Tp + T.03 + 1.5T0.3 = 5,48 Jam

Parameter Qp (Debit Puncak)

Qp = A / 3,6 (0,3 Tp + T0.3) = 1,52 m3/dtk

Mencari ordinat hydrograph

0% 20% 40% 60% 1 2 3 4 5 6 D is tib us i (% ) Waktu (jam)

Distribusi Hujan Jam-Jaman

0.0 50.0 100.0 150.0 200.0 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 In te ns ita s hu jan

Waktu konsentrasi (jam)

Grafik Intensitas Hujan Tiap Jam Masing-masing Kala Ulang

Kala ulang 2 tahun Kala ulang 5 tahun Kala ulang 10 tahun Kala ulang 20 tahun Kala ulang 25 tahun

(8)

Untuk mencari ordinat hydrograph, maka yang harus dilakukan adalah

melakukan perhitungan sebagai

berikut. 0 < t < Tp --- 0 < t < 0,96 Qt = Qmax (t / Tp) ^ 2,4 Tp < t < (Tp + T0.3)--- 0,96 < t < 2,77 Qt = Qmax (0,3) ^ (t-Tp/(T0.3)) (Tp + T0.3) < t < (Tp + 2,5T0.3)--- 2,77 < t < 5,48 Qt = Qmax (0.3) ^ ((t-Tp) + 0,5T0.3 / 1,5T0.3) t > (Tp + 2,5 T0.3)--- t > 5,48 Qt = Qmax (0,3) ^ ((t – Tp) + 1,5 T0.3) / (2T0.3))

Gambar 6. Grafik ordinat hidrograf HSS Nakayasu

Berdasarkan grafik ordinat HSS Nakayasu di atas dapat diketahui bahwa debit puncak berada pada angka 1,67 dan terjadi pada jam pertama.

Gambar 7. Hidrograf banjir nakayasu tiap periode

ulang

Berdasarkan Hidrograf Banjir Nakayasu di atas, dapat dilihat kondisi debit puncak tiap kala periode ulang. Untuk selanjutnya, kondisi debit puncak inilah yang diambil untuk analisa kapasitas penampang sungai dengan bantuan softwere HEC-RAS. Berikut adalah rekapitulasi debit rancangan hasil perhitungan metode HSS Nakayasu.

Tabel 9. Tabel debit banjir rencana sungai wayela

2. Analisis Kapasitas Pengaliran

Untuk pengendalian banjir

sesuai hasil analisis HEC-RAS

periode 100 tahun, akan dibagi 2 zona, yaitu:

1. Skenario pengendalian banjir di

daerah hilir 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Ordinat HSS Nakayasu

(9)

2. Skenario pengendalian banjir di daerah hulu

Sebelumnya telah diketahui

bahwa tiap zona terdapat sta.

penampang yang tidak memenuhi

persyaratan tinggi jagaan yang

ditetapkan yaitu 0.8 m dari tinggi muka air banjir. Berdasarkan itu, maka untuk pengendalian di tiap-tiap zona adalah sebagai berikut:

 Skenario pengendalian banjir di

daerah hilir

Dari 11 sta. penampang yang terdapat di zona bagian hilir, hanya sta. 6 yang terbilang aman ditinjau dari segi tinggi jagaannya, selebihnya dikategorikan rawan bahkan ada beberapa yang kapasitasnya tidak sanggup menampung debit banjir sehingga terjadi luapan di kedua sisi tanggulnya, yaitu: Sta. 1, 2, 5, dan 10.

Gambar 8. 3D situasi zona hilir periode ulang

100 tahun

Gambar 9. Luapan setinggi 41,6 cm di

tanggul kanan Sta. 1

Gambar 10. Luapan setinggi 27,6 cm di

tanggul kiri dan 20,6 di kanan Sta. 2

Gambar 11. Luapan setinggi 4,7 cm di

tanggul kanan Sta. 5

Jadi secara keseluruhan,

skenario pengendalian banjir yang tepat untuk zona hilir mulai dari sta. 1-5 dan sta. 7-11 pada periode ulang 100 tahun adalah dengan menaikkan elevasi tanggul hingga memenuhi standar tinggi jagaan yaitu 0,8 m dari tinggi muka air.

Sta. 26-33 adalah termasuk zona hulu. Pada hasil analisa hidrolika

penampang sungai dengan

11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

Tes 53 Plan: Plan 05 1/12/2016 11:55:10 AM Legend WS 100 Thn Ground Bank Sta 0 10 20 30 40 50 60 70 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5

Tes 53 Plan: wayela01 12/12/2015 12:26:32 PM Sta 1 Station (m) E le v a ti o n ( m ) Legend EG 100 Thn WS 100 Thn Crit 100 Thn Ground Bank Sta .02 .025 .02 0 10 20 30 40 50 60 70 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0

Tes 53 Plan: wayela01 12/12/2015 12:26:32 PM Sta 2 Station (m) E le v a ti o n ( m ) Legend EG 100 Thn WS 100 Thn Crit 100 Thn Ground Bank Sta . 0 2 .025 0 10 20 30 40 50 60 70 80 6.5 7.0 7.5 8.0 8.5 9.0 9.5

Tes 53 Plan: wayela01 12/12/2015 12:26:32 PM Sta 5 Station (m) E le v a ti o n ( m ) Legend EG 100 Thn WS 100 Thn Crit 100 Thn Ground Bank Sta .02 .025 .02

(10)

menggunakan softwere HEC-RAS pada zona ini, terdapat 2 sta. penampang yang tidak memenuhi tinggi jagaannya, yaitu dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 12. 3D situasi zona hulu periode ulang

100 tahun

Gambar 13. Sta. 29 dengan lebar 20 m dan tinggi

jagaan 71 cm kiri dan 73.1 kanan Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa lebar sungai yang berkisar 20 m. Pada bagian ini memang terjadi penyempitan alur sungai setelah jebolnya Natural DAM Wayela.

Terkhusus untuk area ini, analisis kestabilan lereng perlu dilakukan untuk pengendalian banjir karena daerah ini termasuk daerah rawan longsor yang kondisi tanahnya masih labil pasca bencana.

Berdasarkan gambar di atas,

dapat dilihat bahwa upaya

dilakukannya perkuatan tebing sangat

diperlukan sebagai pertolongan

pertama untuk mengatasi longsoran yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Jika

saja longsoran benar terjadi,

kemungkinannya adalah akan

menutupi badan sungai dan

menciptakan natural dam yang baru. Untuk itu, usulan penulis dalam melakukan upaya perkuatan tebing pada daerah ini adalah merubah geometri kemiringan lereng yang ekstrem dalam bentuk trap bangku

(benching), kemudian dilanjutkan

dengan dilakukannya grouting atau

penyemprotan zat kimia yang

bertujuan untuk memperkuat struktur trap tersebut. Jadi perlu diketahui bahwa, stabilisasi dengan merekayasa kemiringan lereng dalam bentuk trap bangku (benching) bertujuan untuk

mengurangi erosi dan menahan

gerakan turun debris pada longsoran kecil. Oleh adanya trap, laju aliran permukaan yang sering diikuti dengan aliran debris menjadi terhambat.

Untuk stabilitas perkuatan di kaki lereng, usulan penulis adalah

sebaiknya dibuat bronjong.

33 32 30 29 28 27 26

Tes 53 Plan: Plan 05 1/12/2016 11:55:10 AM Legend WS 100 Thn Ground Bank Sta 0 10 20 30 40 50 60 100 102 104 106 108 110 112

Tes 53 Plan: wayela01 12/12/2015 12:26:32 PM Sta 29 Station (m) E le v a ti o n ( m ) Legend EG 100 Thn WS 100 Thn Crit 100 Thn Ground Bank Sta .02 .025 .02

(11)

Sebelumnya perlu diingat bahwa, pada daerah ini alur sungai mengalami

penyempitan, sehingga

kemungkinannya arus sungai sangat

cepat. Hal tersebut bisa

mengakibatkan erosi pada kaki lereng akibat gerusan air sungai yang sangat cepat. Untuk itu dengan adanya bronjong, dapat menjadi alternatif untuk mengantisipasi terjadinya hal tersebut.

Gambar 14. Permodelan perkuatan tebing untuk

pengendalian banjir

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari kajian hidrologi dan analisis

kapasitas pengaliran penampang

sungai wayela adalah sebagai berikut: 1. Debit puncak di Sungai Wayela

berdasarkan hasil analisis

hidrologi dengan menggunakan metode HSS Nakayasu adalah :

 71,012 𝑚3 / dtk untuk

periode ulang 2 tahun

 119,151 𝑚3 / dtk untuk

periode ulang 5 tahun

 156,200 𝑚3 / dtk untuk

periode ulang 10 tahun

 199,576 𝑚3 / dtk untuk

periode ulang 20 tahun

 209,602 𝑚3 / dtk untuk

periode ulang 25 tahun

 253,979 𝑚3 / dtk untuk

periode ulang 50 tahun

 301,538 𝑚3 / dtk untuk

periode ulang 100 tahun 2. Hasil analisa HEC-RAS dengan

simulasi hingga kala periode ulang 100 tahun terhadap 33 cross section memberikan gambaran bahwa ada beberapa bagian yang mengalami banjir (luapan) serta beberapa bagian yang walaupun tidak mengalami banji (luapan), tetapi tinggi jagaan dari segi

keamanan tidak memenuhi

standar yaitu elevasinya berada di bawah 0,8 m dari tinggi muka air banjir.

3. Skenario pengendalian banjir,

dilakukan dengan cara

normalisasi sungai, yaitu dengan menaikkan elevasi tanggul di beberapa bagian alur sungai, terutama di bagian hilir yang juga

(12)

mendapat pengaruh dari aktifitas pasang surut muka air laut, serta

melakukan perkuatan tebing

sungai di area hulu yang kondisi lerengnya labil pasca jebolnya natural Dam.

Saran

Saran yang dapat diberikan

berdasarkan kajian hidrologi dan

analisis kapasitas pengaliran

penampang sungai wayela adalah sebagai berikut:

1. Studi hidrologi yang dilakukan harus lebih detail yang berkaitan dengan jumlah stasiun hujan, panjang waktu pengamatan, dan data hujan yang terbaru akan menghasilkan hasil studi yang lebih baik.

2. Skenario pengendalian banjir untuk suatu daerah hendaknya dilakukan dengan beberapa skenario, hal ini untuk memilih bangunan yang paling cocok dan sesuai dengan kondisi banjir daerah tersebut.

3. Penulis mengharapkan untuk

kedepannya akan ada

penulis-penulis lain yang mengkaji

skenario pengendalian banjir

lainnya pada sungai wayela seperti pembuatan alur pengendali banjir

(floodway), pembuatan retarding basin, dan waduk pengendali banjir.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2014, Laporan

Pendahuluan SID Penanganan

Pasca Bencana Negeri Lima Kab. Maluku Tengah, PT. Buanatama

Dimensi Consultant, Ambon. HEC, 2002, HEC RAS Application

Guide, US Army Corps of

Engineers, Davis, California.

HEC, 2002, HEC RAS Hydroulic

Reference Manual, US Army Corps

of Engineers, Davis, California. Kodoatie, R.J. dan Roestam Sjarief, 2005, Pengelolaan Sumber Daya Air

Terpadu, Yogyakarta: Andi.

Loebis, Joesron, 1984, Banjir

Rencana untuk Bangunan Air,

Bandung.

Sholeh M, 1998, Hidrologi I, Diktat Kuliah, Surabaya: FTSP-ITS.

Soemarto, CD, 1999, Hidrologi

Teknik, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sosrodarsono S, dan Tominaga M, 1984, Perbaikan dan Pengaturan

Sungai, Jakarta: PT. Pertja

USACE, 2000, Hydrologic

Modelling System HEC HMS

Technical Reference Manual, Maret,

2000,

http://www.hec.usace.army.mil.

USACE, 2002, Hydrologic

Gambar

Gambar 1. Lokasi Geografis Sungai Way Ela
Gambar 2.  Bagan Alir Penelitian
Tabel 3.  Rekap distribusi frekuensi tiap periode
Gambar 4. Grafik distribusi persentase hujan jam- jam-jaman
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dari Gambar 8 dan 9 terlihat bahwa uap superheat yang tidak dialirkan temperaturnya akan lebih tinggi di bagian ruang antar Sirip (T2) di- bandingkan dengan yang

glaswoll ) yang mutu kualitasnya lebih bagus dibandingkan dengan kualitas biji kopi cokelat yang dikeringkan tanpa pengering, dikarenakan sistem panas yang digunakan alat

Dengan demikian, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan tingkat hiperaktivitas pada anak ADHD setelah diberikan intervensi berupa terapi gerakan

 dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi kelompok kemudian,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon atau tanggapan mahasiswa terhadap metode dan media yang digunakan dan pengaruh penggunaan metode PBL berbantuan

Dengan melihat hasil penelitian ini, penggunaan media bekas tambang tanpa tambahan pupuk ataupun kompos untuk jenis kayu kuku masih memberikan respon yang lebih

Masyarakat sasaran pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat berbentuk sosialisasi pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK) ini adalah masyakat di Kelurahan Mungku

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor yang mempengaruhi produksi garam rakyat yaitu luas lahan, bibit garam dan tenaga kerja di Desa Matang Tunong