SURYA 51 Vol.01, No.XIV, April 2013
DESA LOPANG KECAMATAN KEMBANGBAHU
KABUPATEN LAMONGAN
Dian Nurafifah
…………...……….…… …… . .….
ABSTRAK
…… … ...………. …… …… . .….Karies gigi paling banyak menyerang manusia, di Kota Lamongan 16,4% menderita karies (DepKes RI, 2007). Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa anak usia 1-4 tahun yang tidak menyikat giginya sama sekali sebanyak 64,9%. Berdasarkan hasil survey awal didapatkan 9 dari 10 anak (90%) menderita karies gigi yang tampak dari gigi yang berwarna hitam atau berlubang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku pencegahan karies gigi dengan kejadian karies gigi pada anak.
Desain dalam penelitian ini adalah studi korelasi. Populasi yaitu seluruh anak usia 7 – 12 tahun di Dusun Sumberpanggang Desa Kembangbahu Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan sebanyak 45 anak. Teknik sampling yang digunakan adalah Simple Random Sampling dengan sampel sebanyak 40 anak. Variabel independen adalah perilaku pencegahan karies gigi. Variabel dependen adalah kejadiankaries gigi pada anak. Pengumpulan data dengan observasi dan metode wawancara menggunakan kuesioner. Analisa data dengan editing, coding, scoring, tabulating kemudian dianalisa dengan uji statistic Uji Kontingensi dengan α 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian besar responden memiliki perilaku kurang baik dalam pencegahan karies gigi, dan sebagian besar responden mengalami karies gigi. Dengan menggunakan uji Koefisien Kontingensi menggunakan α = 0,05, didapatkan nilai p = 0,014, sehingga p < α maka H0 ditolak artinya terdapat hubungan antara perilaku pencegahan karies dengan kejadian karies pada anak.
Melihat hasil penelitian ini diharapkan semua pihak berperan dalam mempertahankan upaya pencegahan karies gigi pada anak usia agar anak tidak mudah mengalami karies gigi. Upaya yang dapat dilakukan antara lain sosialisasi ke institusi pendidikan atau kerjasama dengan pihak terkait.
Keywords: perilaku, karies gigi
PENDAHULUAN
. …… . … … . Karies gigi adalah suatu keadaan gigi tidak normal yang ditandai dengan adanya perubahan warna pada gigi, gigi menghitam, dan terkadang berlubang atau keropos.Karies gigi paling banyak menyerang manusia, sebanyak 98% dari penduduk dunia pernah mengalami karies. Di Indonesia prevalensi karies gigi diperkirakan sebesar 60-80% dari jumlah penduduk pada tahun 1973 dan sedikit turun menjadi 70% pada tahun 1983. Prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05% dan ini tergolong lebih tinggi dibandingkan dengan negara
berkembang lainnya (survey Kesehatan Rumah Tangga, 2004). Angka kejadian karies gigi berkisar antara 85-99% (Sintawati, 2007). Berdasarkan Required Treatment Index (RTI) di provinsi Jawa Timur menunjukkan bahwa prevalensi anak usia 1-12 tahun yang menderita karies aktif 66,7% sedangkan yang bebas karies 33,3%. Dan kabupaten yang paling banyak menderita karies terdapat di Kota Kediri 38,6% dan terendah di Kota Pasuruan 11,1%, sedangkan di Kota Lamongan 16,4% (DepKes RI, 2007). Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa anak usia 1-4 tahun
SURYA 52 Vol.01, No.XIV, April 2013 yang tidak menyikat giginya sama sekali
sebanyak 64,9%.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan didapatkan dari 9 dari 10 anak (90%) mengalami karies gigi. Kondisi tersebut tampak dari hasil observasi gigi yang mulai berubah warna, menghitam, bahwa sudah berlubang dan gigi tidak utuh. Dari 9 anak yang mengalami karies mengatakan bahwa mereka tidak teratur dalam menjaga kesehatan gigi misalnya tidak teratur menggosok gigi dan mempunyai kebiasaan makan yang dapat merusak gigi misalnya banyak mengkonsumsi coklat dan permen yang manis serta tidak diakhiri dengan menyikat gigi.
Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya karies gigi berasal dari internal dan eksternal. Faktor internal meliputi bakteri, karbohidrat, kerentanan permukaan gigi, dan waktu. Faktor eksternal meliputi usia, jenis kelamin, suku bangsa, letak geografis, kultur social penduduk, dan peran orang tua.
Dampak karies gigi jika dibiarkan akan timbul radang saraf gigi yang akan membuat gigi terasa sakit, dan terlambat menemukan karies pada akhirnya gigi tidak bisa ditambal lagi maka gigi tersebut harus dicabut. Bila sesudah pencabutan, gigi tidak diganti dengan gigi palsu, maka gigi yang ada di kanan kirinya akan bergeser ke arah gigi yang baru dicabut, akibatnya gigi menjadi renggang, sisa-sisa makanan tersebut akan membusuk, menyebabkan bau mulut tidak sedap dan suasana mulut asam, banyak kuman yang mengakibatkan terjadinya kerusakan atau lubang pada gigi tersebut, dan dapat menyebabkan kerusakan pada gigi yang lain (Panji, 2008).
Upaya untuk mencegah karies yaitu menggosok gigi dengan pasta berflourida dengan rutin dua kali sehari yaitu pada pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur (Arisman, 2004). Orang tua dapat membantu anaknya membersihkan gigi jika anak belum bisa memegang sikat gigi. Setelah mampu memegang sikat gigi, orang tua sebaiknya mulai melatih cara menggosok gigi yang benar. Orang tua juga perlu
membatasi jenis-jenis makanan manis dan lengket yang dikonsumsi anaknya. Jika terpaksa harus mengkonsumsi makanan tersebut, anak harus segera menggosok gigi atau setidaknya berkumur menggunakan air putih. Perawatan gigi yang baik dan kunjungan dokter gigi yang rutin dapat mencegah terjadinya permasalahan pada gigi dan mulut.
METODE PENELITIAN
.… … .… Desain dalam penelitian ini adalah studi korelasi. Populasi yaitu seluruh anak usia 7 – 12 tahun di Dusun Sumberpanggang Desa Kembangbahu Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan sebanyak 45 anak. Teknik sampling yang digunakan adalah Simple Random Sampling dengan sampel sebanyak 40 anak. Variabel independen adalah perilaku pencegahan karies gigi. Variabel dependen yaitu kejadian karies gigi pada anak. Pengumpulan data dengan observasi dan metode wawancara menggunakan kuesioner. Analisa data dengan editing, coding, scoring, tabulating kemudian dianalisa dengan uji statistic Uji Kontingensi dengan α 0,05
HASIL
.
PENELITIAN
… Data Umum1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamindi Dusun Sumberpanggang Desa Lopang Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan No. Jenis kelamin Frekuensi Prosentase (%) 1. Laki-laki 10 25 2. Perempuan 30 75 Jumlah 40 100
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mempunyai jenis kelamin perempuan yaitu 30 responden (75%) dan sebagian kecil responden mempunyai jenis kelamin laki-laki yaitu 10 responden (25%)
SURYA 53 Vol.01, No.XIV, April 2013 2. Karakteristik responden berdasarkan
usia
Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia di Dusun
Sumberpanggang Desa
Kembangbahu Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan
No. Usia (tahun) Frekuensi Prosentase
(%) 1. 7 2 5 2. 8 5 12,5 3. 9 6 15 4. 10 9 22,5 5 11 8 20 6 12 10 25 Jumlah 40 100
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berusia 12 tahun (25%) dan sebagian kecil berusia 7 tahun yaitu 2 responden (5%).
3. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan orang tua
Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan orang tua di Dusun Sumberpanggang Desa Lopang Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan
No. Pekerjaan Frekuensi Prosentase
(%)
1. Swasta 1 2,5
2. Petani 21 52,5
3. Wiraswasta 8 20
Jumlah 40 100
Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai orang tua yang bekerja sebagai petani yaitu 20 responden (52,5%) dan sebagian kecil responden mempunyai orang tua yang bekerja sebagai pegawai swasta yaitu 1 orang (2,5%)
Data Khusus
1. Perilaku pencegahan karies gigi pada anak
Tabel 4 Distribusi responden berdasarkan perilaku pencegahan karies gigi di Dusun Sumberpanggang Desa Lopang Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan
N o.
Perilaku Frekuensi Prosentase
(%)
1. Baik 5 12,5
2. Cukup 6 15
3. Kurang 29 72,5
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa ini sebagian besar responden mempunyai perilaku kurang baik dalam mencegah karies gigi yaitu sebanyak 29 responden (72,5%) dan sebagian kecil memiliki perilku baik dalam mencegah karies gigi yaitu 5 responden (12,5%).
2. Kejadian karies gigi
Tabel 5 Distribusi responden berdasarkan kejadian karies gigi pada anak di Dusun Sumberpanggang Desa Lopang Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan
No. Karies gigi Frekuensi Prosentase
(%)
1. Karies 29 72,5
2. Tidak karies 11 27,5
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 5 diketahui sebagian besar responden menderita karies gigi yaitu 29 responden (72,5%) dan sebagian kecil tidak menderita karies gigi yaitu 11 responden (27,5%)
SURYA 54 Vol.01, No.XIV, April 2013 3. Hubungan perilaku pencegahan karies
gigi dengan kejadian karies gigi pada anak
Tabel 6 Tabulasi Silang Hubungan perilaku pencegahan karies gigi dengan kejadian karies gigi pada anak di Dusun Sumberpanggang Desa Lopang Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan
No
. Perilaku
Kejadiaan karies Tidak
karies Karies Jumlah
N % N % N % 1 2 3 Baik Cukup Kurang 4 2 5 80 33,3 17,2 1 4 24 20 66,6 82,7 5 6 29 100 100 100 Jumlah 29 72,5 11 27,5 40 100 N : 40 p : 0,014
Berdasarkan tabel 6 didapatkan bahwa responden yang mempunyai perilaku baik sebagian besar tidak mengalami karies gigi yaitu 4 responden (80%) dan sebagian kecil mengalami karies gigi yaitu I responden (20%). Responden yang mempunyai perilaku cukup baik sebagian besar mengalami karies gigi yaitu 4 responden (66,6%) dan sebagian kecil tidak mengalami karies gigi yaitu 2 responden(33,3%). Responden yang memiliki perilaku kurang sebagian besar mengalami karies gigi yaitu 24 responden (82,7%) dan sebagian kecil tidak mengalami karies gigi yaitu 5 responden (17,2%)
Berdasarkan hasil pengujian dengan uji Koefisien Kontingensi dengan menggunakan α = 0,05, didapatkan nilai p = 0,014, sehingga p < α maka H0 ditolak artinya terdapat hubungan antara perilaku pencegahan karies dengan kejadian karies pada anak.
PEMBAHASAN
.… .… 1. Perilaku pencegahan karies gigi padaanak
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku kurang baik dalam mencegah karies gigi yaitu sebanyak 29 responden (72,5%) dan sebagian kecil responden mempunyai perilaku baik yaitu 5 responden (12,5%).
Perilaku merupakan tindakan atau perbuatan suatu organism yang dapat diamati
dan bahkan dapat dipelajari (Soekidjo Notoatmodjo, 2003). Menurut Lawrence Green (1980) yang dikutip Iqbal Mubarok (2007) bahwa perilaku terbentuk dari tiga factor yaitu factor predisposisi meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai; factor pendukung meliputi lingkungan fisik, fasilitas/ sarana kesehatan; dan factor pendorong meliputi sikap petugas kesehatan.
Petugas kesehatan memberikan kontribusi pada kesehatan gigi anak-anak. Dusun Sumberpanggang merupakan kawasan yang dapat dikatakan jauh dari pelayanan kesehatan. Sehingga peran petugas kesehatan sangat kurang bahkan tidak menyentuh pada kesehatan anak-anak.
Selain peran petugas kesehatan, peran orang tua juga memberikan dampak terhadap kesehatan anak. Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa sebagian besar orang tua bekerja sebagai petani. Pekerjaan ini membuat orang tua banyak menghabiskan waktu di sawah. Sehingga perhatian terhadap kesehatan gigi kurang maksimal. Selain itu, banyak orang tua menganggap bahwa kesehatan gigi adalah kurang penting bila dibandingkan kesehatan tubuh lainnya.
Orang tua akan lebih takut jika anaknya sakit batuk atau panas bila dibandingkan dengan jika anak mengalami gigi berlubang atau menghitam. Orang tua bahkan tidak mempedulikan kebiasaan menggosok gigi pada anak. Padahal akibat yang buruk akan muncul akibat gigi berlubang atau hitam.
Dampak karies gigi jika dibiarkan akan timbul radang saraf gigi yang akan membuat gigi terasa sakit, dan terlambat menemukan karies pada akhirnya gigi tidak bisa ditambal lagi maka gigi tersebut harus dicabut. Bila sesudah pencabutan, gigi tidak diganti dengan gigi palsu, maka gigi yang ada di kanan kirinya akan bergeser ke arah gigi yang baru dicabut, akibatnya gigi menjadi renggang, sisa-sisa makanan tersebut akan membusuk, menyebabkan bau mulut tidak sedap dan suasana mulut asam, banyak kuman yang mengakibatkan terjadinya kerusakan atau lubang pada gigi tersebut, dan
SURYA 55 Vol.01, No.XIV, April 2013 dapat menyebabkan kerusakan pada gigi
yang lain (Panji, 2008).
Seluruh responden mempunyai pendidikan dasar yaitu SD. Kemungkinan responden tidak pernah mendapat informasi/ sosialisasi tentang kebersihan gigi dan mulut sehingga kurang paham terhadap akibat penyakit gigi dan mulut.
Perilaku menjaga kebersihan gigi dilakukan sebatas apa yang diketahui saja, sehingga banyak responden yang melakukan upaya pencegahan karies tetapi dengan cara yang kurang benar. Misalnya menyikat gigi dengan cara yang salah, menyikat gigi pada waktu yang kurang tepat, dan membiarkan karies gigi selama tidak terjadi kesakitan karena menganggap karies bukan penyakit. 2. Kejadian Karies gigi pada anak
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi struktur gigi, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet, dan waktu. Faktor eksternal meliputi ras, umur, jenis kelamin, kultur sosial penduduk, kesadaran sikap, dan perilaku.
Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi pada responden di Dusun Sumberpanggang Desa Kembangbahu adalah kebiasaan makan. Kebiasaan makan anak yang tidak baik memicu munculnya karies gigi. Kebiasaan makan seperti makan coklat terlalu sering atau tidak diakhiri dengan menggosok gigi, kebiasaan makan permen atau makanan manis dapat mempercepat terjadinya karies gigi.
Faktor kultur sosial yang berkembang juga dapat menyebabkan banyaknya kejadian karies gigi. Budaya yang ada misalnya anggapan bahwa karies adalah hal yang lumrah terjadi pada anak, dapat sembuh seiring dengan bertambahnya usia anak, merupakan penyebab masalah karies selalu terjadi pada anak.
Sejalan dengan bertambahnya usia seseorang jumlah karies pun akan bertambah. Kejadian karies banyak terjadi pada anak-anak karena kebanyakan anak-anak-anak-anak memiliki
kegemaran makan makanan manis. Frekuensi makanan atau minuman manis yang tinggi akan mempengaruhi pembentukan karies gigi pada anak.
Berdasarkan tabel 1 diketahui sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu 30 responden (75%). Menurut Arif Mansur (2002) prevalensi karies gigi sulung anak perempuan lebih tinggi dibanding anak laki-laki, karena erupsi gigi anak perempuan akan lebih cepat dibanding anak laki-laki. Akibatnya anak perempuan akan lebih lama berhubungan dengan faktor resiko terjadinya karies. Hal ini dapat terjadi karena gigi anak perempuan cenderung lebih sensitif terhadap makanan dan minuman sehingga mudah mengalami karies gigi.
Ditinjau
dari
keadaan
atau
struktur dari gigi, anak sangat sensitif
terhadap serangan asam sehingga mudah
mengalami karies gigi. Anatomi gigi juga
berpengaruh pada pembentukan karies.
Gigi tidak tahan terhadap serangan asam
dan jika rusak ia tidak mempunyai data
reparatif (memperbaiki diri sendiri)
sebagaimana anggota tubuh lainnya.
Karena itu, sekali lubang gigi terbentuk
maka tidak ada jalan lain untuk
mengembalikannya ke keadaan semula
kecuali dengan ditambal.
Pada permulaan periode pra
sekolah, pertumbuhan gigi susu telah
lengkap. Perawatan gigi penting untuk
mempertahankan gigi sementara ini dan
mengajarkan kebiasaan dental. Meskipun
kontrol motorik halus anak pra sekolah
telah maju, mereka masih memerlukan
bantuan dan supervisi dalam penyikatan
gigi dan membersihkan gigi dengan
benang gigi harus dilakukan orang tua
(Wong, 2008). Dan diperkuat oleh Agus
Susanto (2007), dalam hal ini, masih
diperlukan peran orang tua mengingat
anak usia pra sekolah masih sangat
tergantung dengan orang tuanya.
SURYA 56 Vol.01, No.XIV, April 2013 3. Hubungan perilaku pencegahan karies
gigi dengan kejadian karies gigi pada anak
Berdasarkan tabel 6 didapatkan bahwa responden yang mempunyai perilaku baik sebagian besar tidak mengalami karies gigi yaitu 4 responden (80%), responden yang mempunyai perilaku cukup baik sebagian besar mengalami karies gigi yaitu 4 responden (66,6%) dan responden yang memiliki perilaku kurang sebagian besar mengalami karies gigi yaitu 24 responden (82,7%).
Berdasarkan hasil pengujian dengan uji Koefisien Kontingensi dengan menggunakan α = 0,05, didapatkan nilai p = 0,014, sehingga p < α maka H0 ditolak artinya terdapat hubungan antara perilaku
pencegahan
karies dengan kejadian karies pada anak.Perilaku kurang baik yang ditunjukkan oleh anak dalam upaya pencegahan karies gigi antara lain kebiasaan anak mengkonsumsi makanan manis dan tidak diakhiri dengan menggosok gigi atau setidaknya berkumur dengan air putih. Sehingga banyak anak yang mengalami karies gigi pada usia dini.
Peran orang tua sangat kurang dalam upaya ini. Orang tua kurang memberikan perhatian terhadap kesehatan gigi anak. Adanya anggapan bahwa setiap anak “lumrah” mengalami karies gigi membuat para orang tua tidak merasa khawatir dengan keadaan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar orang tua tidak mengawasi perilaku anak dalam menjaga kebersihan gigi. Terutama ketika anak berada di sekolah.
Peran pendidik dalam hal ini pihak sekolah juga berperan pada upaya pencegahan karies gigi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sekolah tidak pernah memberikan pendidikan khusus tentang kesehatan, jikalau pernah pun hanya sekilas. Sehingga dimungkinkan anak lupa dan tidak terbiasa.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui peran tenaga kesehatan sangat kurang dikarenakan daerah yang cukup jauh
dari pelayanan kesehatan. Umumnya warga Dusun Sumberpanggang akan mendatangi tenaga kesehatan atau dating ke tempat pelayanan kesehatan apabila merasa sakit saja. Karies gigi dianggap bukan suatu penyakit sehingga tingkat kunjungan ke nakes tidakoptimal. Petugas kesehatan pun jarang bahkan tidak pernah mendatangi warga untuk sosialisasi masalah karies gigi.
Karies gigi bukan permasalahan yang dianggap harus segera ditangani, tetapi karies gigi dianggap sebagai suatu keadaan yang setiap anak pasti mengalami dan merupakan proses alamiah tubuh. Sehingga penatalaksanaannya tidak membutuhkan waktu yang sesegera mungkin harus ditangani.
KESIMPULAN DAN SARAN
. … 1. KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian yang Dusun Sumberpanggang Desa Lopang Kecamatan Kembangbahu dapat disimpulkan :
1) Sebagian besar responden mempunyai perilaku kurang baik dalam mencegah karies gigi dan sebagian kecil memiliki perilku baik dalam mencegah karies gigi 2) Sebagian besar responden menderita
karies gigi dan sebagian kecil tidak menderita karies gigi
3) Responden yang mempunyai perilaku baik sebagian besar tidak mengalami karies gigi, responden yang mempunyai perilaku cukup baik sebagian besar mengalami karies gigi, dan responden yang memiliki perilaku kurang sebagian besar mengalami karies gigi.
2. Saran
1) Bagi Orang tua
Berdasarkan hasil penelitian diharapkan peningkatan peran dari berbagai pihak dalam upaya mencegah kejadian karies gigi terutama pada anak. O
rang tua
diharapkan lebih meningkatkan perannya
dalam upaya pencegahan karies gigi
terutama ketika anak dalam lingkungan
rumah dalam pengawasan orang tua.
SURYA 57 Vol.01, No.XIV, April 2013 2) Bagi Instansi kesehatan
Bagi
institusi
kesehatan
diharapkan dapat meningkatkan peran
pelayanan
kesehatan
melalui
peran
petugas kesehatan khususnya dengan
memberikan edukasi baik pada orang tua
maupun anak di lingkungan sekolah
dalam upaya mencegah kejadian karies
gigi pada anak.
3) Bagi Institusi pendidikan
Bagi institusi pendidikan / sekolah diharapkan turut aktif berperan serta dengan bekerjasama lintas program dan lintas sector guna mendukung upaya pencegahan karies gigi pada anak.
. . .DAFTAR PUSTAKA . . . A.Aziz Alimul H. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika Arif Mansjoer, 2002. Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Arikunto Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan.
Jakarta: EGC
DepKes RI. 2007 . Laporan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007 Propinsi Jawa Timur. Jakarta: Badan Penelitian dan pengembangan DepKes RI
Donna L. Wong. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
Mansur Herawati. 2011. Psikologi Ibu Dan Anak Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Soekidjo Notoadmodjo, (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Soekidjo Notoadmodjo, (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
Soekidjo Notoadmodjo, (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Stanley Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC Sudarwan Danim Darwis, (2003). Metode penelitian kebidanan prosedur, kebijakan, dan etik. Jakarta: EGC Sudiharto. 2007. Asuhan Keperawatan
Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC
Sugiono, (2007). Statistik Untuk Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Sugiono, (2011). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Wahid Iqbal Mubarrok dkk. (2007). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika