• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abstrak Material penyusun beton ringan terdiri air, semen dan agregat. Agregat yang digunakan untuk memproduksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Abstrak Material penyusun beton ringan terdiri air, semen dan agregat. Agregat yang digunakan untuk memproduksi"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak—Material penyusun beton ringan terdiri air, semen dan agregat. Agregat yang digunakan untuk memproduksi beton ringan pada umumnya berasal dari hasil pembakaran lempung, residu slag, residu batu bara, dan muntahan aktivitas vulkanis (Mulyono,2003).Pada penelitian ini material penyusun beton ringan yang digunakan adalah semen, lumpur Sidoaro (lusi) bakar, kapur non aktif, foam, dan pasir. Beton ringan ini nantinya akan mengalami proses perawatan menggunakan autoclave dengan variasi berupa tekanan dan lama waktu perawatan untuk mendapatkan hasil beton ringan yang optimum.Setelah dilakukan penelitian didapatkan hasil bahwa pasta ringan P10-2 memiliki kuat tekan optimum sebesar 2.347 Mpa dengan berat volume rata-rata sebesar 669.33 kg/m3. Sedangkan mortar ringan M10-2-0.5 memiliki kuat tekan optimum sebesar 2.347 Mpa dengan berat volume rata-rata sebesar 669.33 kg/m. Baik pasta ringan maupun mortar ringan masing-masing mendapatkan perawatan menggunakan autoclave pada tekanan 14 Bar selama 6 jam.

Kata Kunci—beton ringan, lusi bakar, foam, autoclave, pasta ringan, mortar ringan.

I. PENDAHULUAN

eknologi material bahan bangunan berkembang terus, salah satunya adalah beton ringan aerasi (Aerated Lightweight Concrete/ALC) atau sering disebut juga Autoclaved Aerated Concrete/ AAC). Sebutan lainnya Autoclaved Concrete, Cellular Concrete, Porous Concrete, di Inggris disebut Aircrete and Thermalite. Beton ringan AAC ini pertama kali dikembangkan di Swedia pada tahun 1923 sebagai alternatif material bangunan untuk mengurangi penggundulan hutan. Beton ringan AAC ini kemudian dikembangkan lagi oleh Joseph Hebel di Jerman di tahun 1943. Hasilnya, beton ringan aerasi ini dianggap sempurna, termasuk material bangunan yang ramah lingkungan, karena dibuat dari sumber daya alam yang berlimpah. Sifatnya kuat, tahan lama, mudah dibentuk, efisien, dan berdaya guna tinggi. Di Indonesia sendiri beton ringan mulai dikenal sejak tahun 1995, saat didirikannya PT Hebel Indonesia di Karawang Timur, Jawa Barat.

Material penyusun beton ringan terdiri air, semen dan agregat. Agregat yang digunakan untuk memproduksi beton ringan pada umumnya berasal dari hasil pembakaran lempung, residu slag, residu batu bara, dan muntahan aktivitas vulkanis (Mulyono,2003). Material penyusun beton ringan merupakan sumber daya alam yang tidak dapat

diperbarui sehingga material tersebut akan cepat habis jika dieksplorasi terus-menerus. Untuk mengurangi penggunaan sumber daya alam, harus dicari material alternatif yang berkelanjutan.

Dalam penelitian ini penulis akan memanfaatkan lumpur Sidoarjo bakar untuk campuran beton ringan. Penelitian tentang pemanfaatan lumpur Sidoarjo terus dikembangkan. Lumpur Sidoarjo dapat dikembangkan sebagai bahan bangunan, butirannya sangat halus dan memiliki susut tinggi sehingga diperlukan bahan tambahan seperti fly ash atau pasir silika untuk meningkatkan kuat tekan dan stabilitasnya. Untuk pembuatan agregat, suhu bakar optimum dapat dicapai pada 1000oC selama 5-10 menit (Lasino,2007).

Penelitian tentang pemanfaatan lumpur Sidoarjo dengan campuran limbah gypsum untuk inter blok dilakukan oleh Hamzah,2006. Didapatkan komposisi optimum untuk pembuatan mortar yaitu 1 semen : 3 agregat. Untuk perbandingan agregat yaitu, 50% lumpur bakar : 50% pasir dan penambahan 5% limbah gypsum. Sedangkan untuk pembuatan interblok yaitu 1 semen : 1 agregat halus : 2 agregat kasar. Untuk perbandingan agregat halus yaitu, 50% lumpur bakar : 50% pasir dan penambahan 5% limbah gypsum.

Selain lumpur Sidoarjo, digunakan bahan tambahan berupa foam untuk mempercepat proses pengembangan adonan bahan.

A. Tujuan

Tujuan utama : Mendapatkan tekanan dan lama waktu perawatan yang optimum pada proses

curingmenggunakan autoclaveagar beton ringan dengan campuran lumpur Sidoarjo bakar dapat mencapai target berat jenis 240-800 kg/m3 dan kuat tekan minimal 2 MPa.

Detail tujuan :

1. Mendapatkan variasi komposisi yang tepat agar didapatkan hasil yang optimum.

2. Mendapatkan tekanan dan lama waktu perawatan yang optimum pada proses curing beton ringan menggunakan autoclave.

3. Mengetahui sifat fisik dan mekanik beton ringan dengan campuran lumpur Sidoarjo bakar.

Optimasi Tekanan dan Lama Waktu Perawatan

Menggunakan Autoclave dalam Pembuatan

Beton Ringan dengan Campuran Lumpur

Sidoarjo (Lusi) Bakar dan Foam Sebagai Bahan

Pengembang

Reza Prayoga, Januarti, Pujo Aji

Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

E-mail: reza08.ce.its@gmail.com, januarti_je@yahoo.com, pujo@ce.its.ac.id

(2)

4. Mendapatkan komposisi campuran yang optimum antara pasta ringan dan pasir untuk membuat mortar ringan

5. Beton ringan yang dihasilkan dapat mencapai target berat jenis 240-800 kg/m3 dan kuat tekan minimal 2 MPa.

B. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan acuan oleh masyarakat untuk pembuatan beton ringan. 2. Penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan

bahan tambahan yang lebih inovatif, ekonomis dan ramah lingkungan.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bahan campuran utama yang digunakan antara lain :

a. Semen OPC (Ordinary Portland Cement).

b. Agregat halus yang digunakan adalah pasir lumajang dari PT. Surya Beton Indonesia lolos ayakan no. 50 (300 μm).

c. Air PDAM.

2. Bahan tambahan lain yang digunakan antara lain:

a. Kapur non aktif (Ca(OH)2) dari PT. Sari Bumi Sidayu berbentuk serbuk lolos ayakan no. 200 (75 μm). b. Foam.

3. Tidak membahas reaksi kimia antara zat.

4. Curing pasta ringan dengan autoclave dibatasi hanya pada tekanan 5, 9, dan 14 bar serta lama proses perawatan pada 4,5,6,7, dan 8 jam.

5. Dalam penyusunan laporan, kuat tekan pasta ringan dan mortar ringan dipakai pada umur 7 hari.

6. Penelitian yang dilakukan hanya sebatas skala laboratorium.

II. METODOLOGI

Penelitian ini adalah kelanjutan dari penelitian yang telah dilakukan oleh Prasetya(2012) tentang “Pemanfaatan Lumpur Sidoarjo (Lusi) Bakar untuk Beton Ringan dengan TambahanAlumunium Powder”dengan langkah yang sama akan tetapi dilakukan optimasi tekanan dan lama waktu perawatan pada proses curing autoclavemenggunakan material bahan tambahan yang berbeda berupa foam. A. Persiapan Pasta Optimum

Menyiapkan material penyusun pasta optimum yang telah didapatkan dari penelitian sebelumnya agar siap untuk dilakukan penelitian lanjutan. Material yang perlu disiapkan antara lain :

o Ordinary Portland Cement (OPC) o Lumpur Sidoarjo (Lusi) bakar o Kapur Non Aktif (Ca(OH)2)

o Pasir Lumajang sebagai agregat halus o Foam Meycofix SLF20

o Air

Tiga campuran optimum dari pasta dasar yang telah dikerjakan pada penelitian sebelumnya yaitu dari pasta P10 (semen OPC 10%; kapur non aktif 10%; lusi bakar 80%), P15 (semen OPC 10%; kapur non aktif 15%; lusi bakar 75%), dan P20 (semen OPC 10%; kapur non aktif 20%; lusi bakar 70%). Untuk mengembangkan adonanan pasta dasar tersebut digunakan foam dengan komposisi sebesar 2% dari

total berat binder dan air sebanyak 60% dari total berat binder.

B. Analisa Material

Langkah ini dilakukan untuk memastikan bahwa bahan-bahan yang akan digunkan dalam penelitian ini telah memenuhi persyaratan.

o Analisa Semen (Ordinary Portland Cement) o Analisa Lumpur Sidoarjo (Lusi) Bakar o Analisa Agregat Halus

o Analisa Kapur non Aktif (Ca(OH)2) C. Pembuatan Pasta Ringan Px-y

Mix design yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode konvensional. Maksud dari metode tersebut adalah membuat campuran sendiri dari berbagai macam bahan dengan proporsi berbeda sehingga didapatkan hasil yang optimum. Tujuanya adalah untuk mencari campuran yang paling tepat antara pasta dasar Px dengan tambahan alumunium powder.

D. Perawatan Pasta Ringan Px-y Menggunakan Autoclave Tekanan yang diberikan pada pasta ringan ini mulai dari 5, 9, dan 14 Bar sedangkan lama proses perawatan mulai dari 4,5,6,7, dan 8 jam. Dari variasi tekanan dan lama perawatan tersebut dicari hasil yang paling optimum sebagai patokan untuk perawatan mortar ringan yang akan dibuat pada proses selanjutnya [10].

E. Pembuatan Mortar Ringan Mx-y-z

Mix design yang digunakan tetap menggunakan metode konvensional dengan mencampur adonan pasta ringan Px-y dengan pasir. Variasi penambahan pasir untuk mendapatkan komposisi yang paling optimum adalah 0.25, 0.50, dan 0.75bagian dari total berat material yang dibutuhkan. Air yang digunakan untuk membuat mortar ringan Mx-y-z mengacu pada total kebutuhan air yang telah didapatkan pada proses pembuatan pasta ringan Px-y yaitu 60% dari total berat binder saja.

F. Perawatan Mortar Ringan Mx-y-z Menggunakan Autoclave

Proses perawatan yang diberikan pada mortar ringan Mx-y-z ini sama dengan yang diberikan pada pasta ringan. Tekanan (p) dan lama waktu perawatan (t) yang menghasilkan kuat tekan paling optimum dari pasta ringan digunakan untuk proses perawatan mortar ringan sehingga pada akhirnya akan menghasilkan mortar ringan Mx-y-z(pt). G. Pengetesan Benda Uji

1. Tes Kuat Tekan Hancur (ASTM C39). Pengetesan ini hanya dilakukan pada umur 7 hari untuk masing-masing benda uji.

2. Tes Berat Volume Pasta Ringan Px-y dan Mortar Ringan Mx-y-z (ASTM C-29/C29M-91)

3. Uji Porositas (AFNOR NF B 49104) 4. Cek Standar Deviasi sebagai Quality Control H. Analisa Hasil

Dari hasil tes benda uji yang telah dilakukan kemudian dicatat untuk disesuaikan hasilnya dengan SNI 03-0349-1989 tentang bata beton untuk pasangan dinding.

(3)

I. Kesimpulan

Data yang telah didapatkan digunakan untuk menarik kesimpulan. Kesimpulan ini meliputi hasil pengetesan yang telah dilakukan pada benda uji meliputi variasi campuran dan hasil dari perawatan serta kesesuaian hasil tes keseluruhan dari campuran lusi bakar ini digunkanan sebagai campuran beton ringan non struktural sesuai SNI 03-0349-1989.

III. HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

A. Data Hasil Analisa Material

Setelah melalui serangkaian percobaan, hasil yang didapatkan akan ditarik kesimpulan yang dapat dilihat pada buku tugas akhir.

B. Pasta Ringan Px-y a. Komposisi Air

Air yang digunakan dalam penelitian ini awalnya sebanyak 60% dari total berat binder. Setelah dilakukan percobaan ternyata total kebutuhan air sebanyak 65% menghasilkan adonan yang terlalu encer. Kebutuhan air dikurangi sebanyak 5% dari total kebutuhan air semula sehingga menjadi 60%. Setelah dilakukan percobaan maka dihasilkan adonan yang tidak terlalu encer tetapi juga memiliki workability yang bagus.

b. Komposisi Binder

Komposisi binder pada penelitian ini berdasarkan variasi penambahan kapur non aktif (Ca(OH)2). Penggunaan foam dibatasi sebanyak 2% dari total berat binder.

C. Kuat Tekan Pasta Ringan Px-y a. Dengan Curing Autoclave (Px-y(pt))

Tes kuat tekan hancur pasta ringan dilakukan terhadap tiga benda uji dengan ukuran 5x5x5 cm3 pada umur 7 hari.

Gambar 1. Grafik kuat tekan pasta ringan Px-y dengan variasi tekanan Setelah dilakukan perbandingan, pasta dasar yang diberikan perawatan autoclave dengan tekanan 14 Bar pada lama waktu perawatan yang sama selama 6 jam menghasilkan kuat tekan yang lebih tinggi. Kuat tekan tertinggi pasta ringan P10-1 dengan tekanan 14 Bar selama 6 jam sebesar 2.320 MPa sedangkan kuat tekan terendah pasta ringan P20-1 dengan tekanan 5 Bar selama 6 jam sebesar 0.800 MPa. Pemberian tekanan pada saat perawatan menggunakan autoclave yang lebih tinggi menghasilkan kuat tekan yang lebih tinggi juga (Hanecka, 1997) .

Peningkatan kuat tekan akibat ditingkatkannya tekanan pada proses perawatan autoclave cukup besar. Sebagai

contoh pasta ringan P10-1 pada saat diberikan tekanan 5 Bar menghasilkan kuat tekan sebesar 0.960 MPa. Ketika tekanan dinaikkan menjadi 9 Bar maka kuat tekan menjadi 1.280 MPa, meningkat sebesar 33.33%. apabila tekanan dinaikkan menjadi 14 Bar maka kuat tekan akan menjadi 2.320 MPa, dengan kata lain meningkat sebesar 141.67%.

Setelah didapatkan kesimpulan bahwa dengan memberikan tekanan yang lebih tinggi dalam proses perawatan autoclave menghasilkan kuat tekan yang lebih tinggi juga, untuk selanjutnya dilakukan optimasi lama waktu perawatan dengan hanya menggunakan tekanan yang menghasilkan kuat tekan pasta ringan yang paling optimum.

b. Tanpa Curing Autoclave (Px-y(c))

Pasta ringan Px-y(c) dites tekan pada umur 7, 14, dan 28 hari kemudian hasil dibandingkan dengan pasta ringan Px-y(pt) yang telah menerima perawatan autoclave.

Gambar 3. Grafik peningkatan kuat tekan pasta ringan Px-y tanpa perawatan

Semakin bertambahnya umur dari pasta ringan walaupun tanpa perawatan maka akan semakin bertambah juga kuat tekannya. Pata ringan P10-1 (56) memiliki kuat tekan tertinggi pada umur pengetesan 56 hari sebesar 0.4 MPa. Sedangkan pasta ringan P20-1(14) memiliki kuat tekan terendah sebesar 0.1 MPa pada umur 14 hari. Kebutuhan autoclave menjadi faktor penentu peningkatan kuat tekan.

c. Perbandingan Px-y(pt) dengan Px-y(c)

Gambar 4. Perbandingan kuat tekan Px-y(pt) dengan Px-y(c) 0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500 10% 15% 20% K ua t Tek a n (MP a ) % Ca(OH)2

Kuat Tekan Pasta Ringan Px-y Umur 7 Hari

5 bar 9 bar 14 bar

0.0 0.5 1.0 1.5 7 14 28 Kuat Te kan (M Pa) Umur (Hari)

Peningkatan Kuat Tekan Pasta Ringan Px-y (Tanpa Perawatan) P10-2 P15-2 P20-2 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 10% 15% 20% Kuat Te kan (M pa) % Ca(OH)2

Kuat Tekan Pasta Ringan Tanpa Perawatan dan Dengan Perawatan

(4)

Kuat tekan pasta ringan tanpa perawatan (Px-y(c)) lebih rendah dibandingkan dengan pasta ringan dengan perawatan autoclave (Px-y(pt).Sebagai contoh pasta ringan tanpa perawatan P10-2(7) umur pengetesan 7 hari akan dibandingkan dengan pasta ringan P10-2(14,6) umur pengetesan 7 hari. Ternyata kuat tekan pasta ringan dengan perawatan autoclave lebih tinggi dibandingkan dengan pasta ringan tanpa perawatan. P10-2(14,6) memiliki kuat tekan sebesar 2.347 MPa sedangkan P10-2(28) hanya memiliki kuat tekan hanya sebesar 0.720 MPa. Pasta ringan P10-1(14,2) memiliki kuat tekan 3 kali lipat (325.97% ) dari pasta ringan P10-1(7). Jika dibandingkan dengan pasta ringan tanpa perawatan P10-1(14) umur pengetesan 14 hari yang memiliki kuat tekan sebesar 0.933 MPa, pasta ringan P10-1(14,6) memliki kuat tekan 2,5 kali lipat lebih besar (251.55%). Kemudian jika dibandingkan dengan pasta ringan tanpa perawatan P10-1(28) yang memiliki kuat tekan 1.253 MPa, pasta ringan P10-1(14,2) memiliki kuat tekan hampir 2 kali lipat lebih besar (187.31%).. Dengan memberikan perawatan autoclave selama 6 jam dengan tekanan 14 Bar, pasta ringan Px-y(pt) berumur 7 hari memiliki kuat tekan lebih tinggi dari pasta ringan Px-y(c) bahkan untuk umur 28 hari..

D. Tes Berat Volume Pasta Ringan Px-y

Tes berat volume pasta ringan Px-y dilakukan terhadap 3 benda uji pada umur 7 hari.

Tabel 1

Berat Volume Pasta Ringan Px-y Pasta Ringan (Px-y) Spesi 1 (kg/m3) Spesi 2 (kg/m3) Spesi 3 (kg/m3) Rata-rata (kg/m3) P10-2 (7) 848 844 844 845.33 P15-2 (7) 908 892 892 897.33 P20-2 (7) 940 924 924 929.33 P10-2 (14) 808 800 808 805.33 P15-2 (14) 856 840 840 845.33 P20-2 (14) 872 880 872 874.67 P10-2 (28) 880 872 876 876 P15-2 (28) 888 892 892 890.67 P20-2 (28) 908 924 924 918.67 P10-2 (5,6) 840 856 840 845.33 P15-2 (5,6) 824 820 800 814.67 P20-2 (5,6) 800 800 800 800 P10-2 (9,6) 840 872 856 856 P15-2 (9,6) 784 752 752 762.67 P20-2 (9,6) 808 768 840 805.33 P10-2 (14,6) 660 676 672 669.33 P15-2 (14,6) 688 684 720 697.33 P20-2 (14,6) 688 687.4 686.4 684.27

Berat volume pasta ringan Px-y berada dibawah 800 kg/m3 yang merupakan batas maksimal berat jenis beton yang direncanakan. Selain campuran optimum,hampir semua campuran melebihi batas 800 kg/m3 tetapi dalam klasifikasi beton ringan menurut Tjokrodimuldjo (1996) batas maksimal berat jenis beton ringan adalah 1800 kg/m3 sehingga seluruh benda uji memenuhi persyaratan.

E. Hubungan Antara Kuat Tekan dan Lama Waktu Perawatan Autoclave

Gambar 5. Grafik peningkatan kuat tekan pasta ringan akibat lama waktu perawatan.

Kuat tekan pasta ringan Px-y(pt) mengalami kenaikan seiring dengan lama waktu perawatan dengan menggunakan autoclave[8]. Pasta ringan P10-2(14,6) memiliki kuat tekan tertinggi sebesar 2.347 MPa. Kuat tekan pasta ringan P10-2(14,6) mengalami penurunan setelah diberikan perawatan menggunakan autoclave selama 7 dan 8 jam.

F. Mortar Ringan Mx-y-z a. Komposisi Air

Jumlah total kebutuhan air yang direncanakan untuk membuat mortar ringan Mx-y-z ini adalah 60% dari total berat bindersesuai dengan penelitian sebelumnya(Nasir, 2012). Sebelumnya telah dilakukan percobaan dengan menggunakan kebutuhan air yang telah direncanakan sebesar 45% dari total berat binder + filler (Prasetya, 2012), akan tetapi campuran menjadi encer dan terlalu banyak air. Sehingga dilakukan perubahan dengan merencanakan penggunaan air sebanyak 60% dari total berat binder saja. 60% dari total kebutuhan air digunakan untuk proses foaming.

b. Komposisi Binder + filler

Komposisi binder mortar ringan Mx-y-z ini diambil dari 1 campuran paling optimum pasta ringan Px-y. Pasta ringan P10-2 merupakan pasta ringan yang memiliki hasil paling optimum dengan campuran 10% OPC, 80% lumpur Sidoarjo (lusi) bakar, 10% kapur non aktif (Ca(OH)2), dan 2% foam dari total berat binder.

G. Kuat Tekan Mortar Ringan Mx-y-z

Tes kuat tekan hancur mortar ringan dilakukan terhadap tiga benda uji dengan ukuran 5x5x5 cm3 pada umur 7 hari.

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 4 5 6 7 8 Kua t Te ka n (M Pa)

Lama Autoclave (Jam) Kuat Tekan Pasta Ringan Px-y (pt)

(5)

Gambar 6. Grafik kuat tekan mortar ringan Mx-y-z terhadap prosentase penambahan pasir

Penambahan pasir (z) pada adonan pasta ringan Px-y untuk membuat mortar ringan Mx-y-z mengakibatkan penurunan kuat tekan pasta ringan Px-y.Penurunan kuat tekan pada mortar ringan ini dikarenakan campuran binder yang terbentuk terlalu sedikit, sehingga tidak mengikat agregat dengan sempurna serta adanya partikel lumpur yang tidak ikut bereaksi menempel pada permukaan agregat sehingga menyebabkan pengikatan binder dan agregat menjadi tidak sempurna.

Mortar ringan M10-2-0.5 dengan perbandingan pasta ringan (Px-y) dengan pasir (z) sebesar 1:0.5 memiliki kuat tekan tertinggi sebesar 2.96 MPa. Sedangkan mortar ringan M10-2-0.75dengan perbandingan pasta ringan dengan pasir sebesar 1:0.75 memiliki kuat tekan terendah sebesar 2.56 MPa. H. Tes Berat Volume

Tes berat volume mortar ringan Mx-y-z dilakukan terhadap 3 benda uji pada umur 7 hari.

Tabel 2

Berat volume mortar ringan Mx-y-z

Mortar Ringan (Mx-y-z) Spesi 1 (kg/m3) Spesi 2 (kg/m3) Spesi 3 (kg/m3) Rata-rata (kg/m3) M10-2-0.25 1272 1240 1256 1256 M10-2-0.5 1272 1256 1272 1266.67 M10-2-0.75 1312 1280 1296 1296

Mortar ringan M10-1-1 memiliki berat volume yang paling tinggi sebesar 1052 kg/m3 sedangkan mortar ringan M10-1-0.25 memiliki berat volume yang paling rendah sebesar 840 kg/m3. Semakin banyak penambahan pasir maka semakin berat mortar ringan yang dihasilkan.

IV. PENUTUP A. Kesimpulan

1. Tekanan dan lama waktu perawatan yang diberikan pada proses curing menggunakan autoclave menghasilkan kuat tekan pasta ringan P10-2(14,6) paling optimum yaitu pada tekanan 14 Bar selama 6 jam. Kuat tekan pasta ringan P10-2(14,6)sebesar 2.347 MPa. 2. Kuat tekan tertinggi pasta ringan tanpa perawatan

autoclave (P10-2(28)) umur 28 hari sebesar 1.28 MPa sama jika dibandingkan dengan pasta ringan dengan perawatan autoclave (P10-2(9,6)) pada tekanan 9 bar selama 6 jam umur 7 hari sebesar 1.28 MPa.

3. Perawatan pasta ringan menggunakan autoclave bertekanan 14 Bar selama 6 jam didapatkan kuat tekan pasta ringan 2 kali (187.31 %) lebih besar dari pasta ringan tanpa perawatan autoclave umur 28 hari. 4. Pasta ringan Px-y memenuhi persyaratan beton ringan

karena memiliki berat jenis lebih rendah dari 1800 kg/m3.Sedangkan mortar ringan Mx-y-z belum memenuhi syarat. Berat jenis P10-2 dan M10-2-0.5 berturut-turut sebesar 669.33 kg/m3 dan 1266.67 kg/m3.

5. Berdasarkan SNI 03-0349-1989 tentang bata beton untuk pasangan dinding, beton ringan dengan campuran lusi bakar ini belum memenuhi persyaratan yang telah ditentukan karena kuat tekan beton ringan masih dibawah standar yang ditetapkan.

B. Saran.

1. Umur pengetesan benda uji beton ringan dengan perawatan autoclave lebih ditingkatkan untuk mengetahui pengaruh umur pengetesan.

2. Penggunaan foam generator pada proses foaming untuk mendapatkan adonan yang lebih mengembang secara optimal.

3. Penggunaan semen putih sebagai pengganti OPC untuk mengetahui pengaruh tipe semen terhadap kuat tekan beton ringan.

4. Perlu adanya penelitian selanjutnya untuk meningkatkan kuat tekan beton ringan karena pada penelitian ini sudah memenuhi syarat berat jenis beton ringan.

DAFTARPUSTAKA

[1] Tjokrodimuljo, Kardiyono “Teknologi beton,” Nafri. Yogyakarta

(1996).

[2] Lasino, M. Edi Nur, Dany Cahyadi“Penelitian pemanfaatan lumpur sidoarjo untuk bata merah dan genteng”. Puslitbang pemukiman: bandung (2007).

[3] Anonymous, “Profil perusahaan dan proses pembuatan beton ringan aerasi,” Jl. Kosambi-Curug, Klari 41371-Karawang Timur, (2002). [4] Anonymous, “Lightweight concrete utilizing in excess of 25% of abu

terbang, neopor system”(2004).

[5] C. Hanecka, O. Koronthalyova, P. Matiasovsky, “The carbonations of autoclaved aerated concrete” ce, concr Res (1997) 27:589-599. [6] W. C. Prasetya, “Pemanfaatan lumpur sidoarjo (lusi) bakar untuk

beton ringan denga tambahan aluminium powder”,Tugas Akhir, ITS. (2011).

[7] F. R. S. Nasir, “Optimasi tekanan dan lama waktu perawatan menggunakan autoclave dalam pembuatan beton ringan dengan campuran lumpur sidoarjo (lusi) bakar dan aluminium powder sebagai bahan pengembang,” Tugas Akhir, ITS (2012).

[8] Y. C. Reni, R. Hastuti, A. Darmawan,kajian pengaruh penambahan kalsium oksida (CaO) terhadap suhu reaksi dan kuat tekan semen portland,” Lab. Kimia analitik, UNDIP-Semarang (2009).

[9] Sri Harjanto, P. Sony, B. Suharno, H. W. Ashadi, “Struktur Mikro Dan Sifat Fisik-Mekanik Beton Ringan Tanpa Pematangan Dalam Autoclave (Non Autoclaved Aerated Concrete, NAAC),” Akreditasi LIPI Nomor : 536/D/2007.FT-UI Depok (2007)

[10] RILEM recomendation practice, “autoclaved aerate concrete properties, testing, and design”. E&FN SPON, 1993.

[11] Triwulan, J. J. Ekaputri, T, Adiningtyas, “Analisa sifat mekanik beton geopolimer berbahan dasar fly ash dan lumpur lapindo kering sebagai pengisi,” Jurnal teknologi dan rekayasa sipil “Torsi”,(2007) 33(11). [12] P. A. Surjadi, “Pendahuluan teori kemungkinan dan statistika,”

Bandung : Penerbit ITB (1989).

[13] SNI 03-0349-1989 “Bata beton untuk pasangan dinding”(1989). 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 3.0 0.25 0.5 0.75 Kuat Te kan (M Pa)

Perbandingan Pasir dengan Binder Kuat Tekan Mortar Ringan Mx-y-z

Gambar

Gambar 1. Grafik kuat tekan pasta ringan Px-y dengan variasi tekanan
Gambar  6.  Grafik  kuat  tekan  mortar  ringan  Mx-y-z  terhadap  prosentase  penambahan pasir

Referensi

Dokumen terkait

Metode untuk meningkatkan keterampilan memberi umpan balik pembelajaran melalui observasi pada data primer, menyesuaikan waktu untuk bertemu, memberikan pendampingan

ini lebih sering timbul pada pasien yang menjalani terapi lini kedua, namun jenis obat lini pertama yang paling sering menimbulkan efek samping adalah

Berdasarkan evaluasi sel kosong masih terdapat nilai indeks perbaikan yang lebih kecil dari nol atau bernilai negatif (-), maka pedistribusian Raskin oleh perusahaan belum

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul : “ FAKTOR YANG PENGARUHI PEMILIHAN KARIR SEBAGAI AKUNTAN PUBLIK BAGI MAHASISWA PERGURUAN TINGGI SWASTA DENGAN

[r]

Jika dibandingkan dengan hasil yang didapatkan ketika piezoelektrik ditekan secara bersama-sama (gambar 7) dapat dilihat bahwa dari hasil tegangan keluaran dari piezoelektrik

antropometri (berat badan & tinggi badan), kemudian meningkat menjadi 88% kader memiliki keterampilan baik dalam melakukan pengukuran antropometri setelah

Pengendapan, merupakan proses mekanis untuk memisahkan padatan- padatan atau lumpur yang terdapat di dalam air dengan menggunakan gaya gravitasi, pada bak pengandapan