• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Chandra (2007) air dapat dibagi sebagai berikut:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Menurut Chandra (2007) air dapat dibagi sebagai berikut:"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Bersih

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak ada seseorang yang dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Air dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga dipergunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lainnya. Air dapat menyebarkan dan menularkan penyakit kepada manusia. Kondisi tersebut tentu dapat menimbulkan wabah penyakit dimana-mana (Chandra, 2007).

Air sangat diperlukan oleh manusia. Air diperlukan untuk minum, memasak, mandi, mencuci, membersihkan dan untuk keperluan-keperluan lainnya. Untuk semua ini diperlukan air yang memenuhi syarat kesehatan baik kwantitas maupun kwalitasnya (Entjang, 2000).

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak (Permenkes No.416 Tahun 1990).

2.2. Sumber Air

Air yang berada di permukaan bumi dapat berasal dari berbagai sumber. Menurut Chandra (2007) air dapat dibagi sebagai berikut:

(2)

2.2.1. Air Angkasa (Hujan)

Air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau pada saat presipitasi merupakan air yang bersih, namun air tersebut mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran di atmosfer dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas (karbon dioksida, nitrogen, dan amonia).

2.2.2. Air Permukaan

Air permukaan meliputi badan-badan air seperti sungai, danau, telaga, waduk, rawa, air terjun, dan sumur permukaan. Air permukaan sebagian besar berasal dari air hujan. Air hujan tersebut kemudian dapat mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, dan lainnya.

Air permukaan merupakan salah satu sumber penting bahan baku air bersih. Faktor-faktor yang harus diperhatikan, antara lain:

a. Mutu atau kualitas baku b. Kuantitas

c. Kontinuitas

Dibandingkan dengan sumber air lain, air permukaan merupakan sumber air yang paling tercemar akibat kegiatan manusia, fauna, flora, dan zat-zat lain.

2.2.3. Air Tanah

Air tanah merupakan sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi dan menyerap ke dalam lapisan tanah dan menjadi air tanah. Sebelum mencapai lapisan tempat air tanah, air hujan akan menembus beberapa lapisan tanah dan menyebabkan terjadinya kesadahan air. Kesadahan pada air akan menyebabkan air mengandung zat-zat mineral (kalsium, magnesium, dan logam berat) dalam konsentrasi. Akibatnya,

(3)

apabila menggunakan air sadah untuk mencuci, sabun yang digunakan tidak akan berbusa dan bila diendapkan akan terbentuk endapan semacam kerak.

2.2.4. Sumur

Sumur merupakan salah satu sumber air bersih yang masih banyak digunakan oleh masyarakat pedesaan maupun perkotaan. Sumur terbagi atas dua, yaitu (Chandra, 2007):

a. Sumur dangkal (shallow well)

Sumur ini memiliki sumber air yang berasal dari resapan air hujan di atas permukaan bumi terutama di daerah dataran rendah. Jenis sumur ini banyak terdapat di Indonesia dan mudah sekali terkontaminasi air kotor yang berasal dari kegiatan mandi-cuci-kakus (MCK) sehingga persyaratan sanitasi yang ada perlu diperhatikan.

b. Sumur dalam (deep well)

Sumur ini memiliki sumber air yang berasal dari proses purifikasi alami air hujan oleh lapisan kulit bumi menjadi air tanah. Sumber airnya tidak terkontaminasi dan memenuhi persyaratan sanitasi.

Tabel 2.1. Perbedaan antara Sumur Dangkal dan Sumur Dalam

Sumur dangkal Sumur dalam

Sumber air Air permukaan Air tanah

Kualitas air Kurang baik Baik

Kualitas bakteriologis

Kontaminasi Tidak terkontaminasi Persediaan Kering pada musim

kemarau

Tetap ada sepanjang tahun Sumber: Pengantar Kesehatan Lingkungan Tahun 2006

(4)

Mikroorganisme yang terdapat dalam air berasal dari berbagai sumber seperti udara, tanah, lumpur, tanaman hidup atau mati, hewan hidup atau mati (bangkai), kotoran manusia atau hewan, bahan organik lain, dan sebagainya. Mikroorganisme tersebut mungkin tahan lama hidup dalam air karena lingkungan hidupnya yang tidak cocok. Air merupakan medium pembawa mikroorganisme patogenik yang berbahaya bagi kesehatan.

Jumlah dan jenis mikroorganisme yang terdapat dalam air bervariasi tergantung dari berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut (Fardiaz, 1992) : 1. Sumber air

Sumber air dapat memengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme di dalamnya, misalnya air atmosfer (air hujan, salju), air permukaan (danau, sungai), air tanah (sumur, mata air), air tergenang, air laut, dan sebagainya.

2. Komponen nutrien dalam air

Air terutama air buangan sering mengandung komponen-komponen yang dibutuhkan oleh spesies mikroorganisme tertentu. Seperti mikroorganisme saprofit organotrofik sering tumbuh pada air buangan yang mengandung sampah tanaman dan bangkai hewan.

3. Komponen beracun

Komponen beracun dalam air memengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme dalam air tersebut. Seperti Hidrogen Sulfida yang diproduksi oleh mikroorganisme pembusuk dari sampah-sampah organik bersifat racun terhadap ganggang dan mikroorganisme lainnya. Selain itu komponen-komponen metalik, asam-asam

(5)

organik maupun anorganik, khlorin, dan sebagainya dapat membunuh mikrooganisme dan kehidupan lainnya dalam air.

4. Organisme air

Adanya organisme lain dalam air dapat memengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme air. Adanya protozoa dan bakteriophage mengurangi jumlah bakteri dalam air karena kedua organisme tersebut dapat membunuh bakteri. Selain itu beberapa bakteri air memproduksi antibiotik yang dapat membunuh bakteri lainnya.

5. Faktor Fisik

Faktor-faktor fisik air seperti suhu, pH, tekanan osmotik, tekanan hidrostatik, aerasi, dan penetrasi sinar matahari dapat memengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme. Jumlah dan jenis mikroorganisme dalam air buangan selain dipengaruhi oleh faktor-faktor di atas juga dipengaruhi oleh jenis polutan air tersebut. Misalnya, air yang terpolusi oleh kotoran hewan dan manusia mengandung bakteri-bakteri yang berasal dari kotoran seperti Escherichia coli, streptokoki fekal, atau Clostridium perfringens.

2.3.1. Bakteri Indikator Polusi

Jenis mikrooorganisme air yang dapat mencemari air dan dapat digunakan sebagai indikator pencemaran pada air atau indikator sanitasi adalah bakteri yang berasal dari kotoran manusia atau hewan, karena organisme tersebut adalah organisme komensal yang terdapat dalam saluran pencernaan manusia maupun hewan.

(6)

Air yang tercemar oleh kotoran manusia maupun hewan tidak dapat digunakan untuk keperluan minum, mencuci makanan atau memasak karena dianggap mengandung mikroorganisme patogen yang berbahaya bagi kesehatan, terutama patogen penyebab infeksi saluran pencernaan.

2.3.1.1. Jenis-Jenis Bakteri Indikator Polusi

Ada berbagai jenis bakteri indikator polusi, antara lain yaitu (Fardiaz, 1992): 1. Escherichia coli

Escherichia coli adalah salah satu bakteri yang tergolong koliform dan hidup secara normal dalam kotoran manusia maupun hewan, oleh karena itu disebut juga Coliform fecal. Escherichia coli adalah grup koliform yang mempunyai sifat dapat memfermentasi lactose dan dapat memproduksi asam dan gas pada suhu 37◦C maupun suhu 44.5+0.5◦C dalam waktu 48 jam. Escherichia coli adalah bakteri yang termasuk dalam famili Enterobacteriaceae, bersifat gram negatif, berbentuk batang dan tidak membentuk spora.

Keberadaan Escherichia coli dan fecal coliform diakibatkan oleh pencemaran tinja, keduanya memiliki risiko lebih besar menjadi patogen dalam air. Bakteri-bakteri yang mencemari air ini memiliki resiko yang langsung dapat dirasakan oleh manusia yang mengonsumsinya.

Sedangkan bakteri koliform merupakan golongan mikroorganisme yang lazim digunakan sebagai indikator, dimana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak. Bakteri koliform dapat digunakan sebagai indikator karena densitasnya berbanding lurus dengan tingkat pencemaran air. Bakteri ini dapat mendeteksi

(7)

patogen pada air seperti virus, protozoa, dan parasit. Ciri-ciri bakteri koliform antara lain bersifat anaerob, termasuk ke dalam bakteri gram negatif, tidak membentuk spora, dan dapat memfermentasi laktosa untuk menghasilkan asam dan gas pada suhu 35°C-37°C. Gangguan yang ditimbulkan pada manusia seperti mual, nyeri perut , muntah, diare, berak darah, demam tinggi bahkan pada beberapa kasus bisa kejang dan kekurangan cairan atau dehidrasi (Dirgantara, 2010).

Menurut Permenkes No.416 Tahun 1990 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air bahwa kadar maksimum mikrobiologi yaitu total coliform yang diperbolehkan dalam jumlah per 100ml air bersih adalah 50.

2. Streptococcus fekal

Streptococcus adalah suatu bakteri yang bersifat gram positif, berbentuk bulat atau kokus, atau berbentuk bulat memanjang yang disebut kokobasili. Streptococcus fekal dapat dibedakan dari streptococcus lainnya karena bakteri ini hidup dalam saluran pencernaan hewan berdarah panas, tahan terhadap bile, dan dapat tumbuh pada suhu 45◦C. Streptococcus fekal terdiri dari semua anggota yang termasuk Streptococci lancefield Grup D, yaitu S.faecalis, S.faecium, S.durans, S.bovis dan S.equinus. Streptococcus fekal lebih tahan hidup dalam air dibandingkan dengan Coliform fecal.

3. Clostridium perfringerns

C.perfringerns merupakan bakteri yang bersifat gram positif berbentuk batang dan membentuk spora. Bakteri ini tersebar luas di dalam tanah, debu, dan merupakan bagian dari mikroflora normal dalam saluran usus manusia dan

(8)

hewan. Bakteri ini bersifat anerobik, tetapi masih tahan hidup pada kondisi aerobik meskipun pertumbuhannya lebih dirangsang pada kondisi anaerobik. Bakteri ini merupakan bakteri patogen penyebab keracunan.

2.4. Golongan Air

Air secara bakteriologi dapat dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan jumlah bakteri koliform yang terkandung dalam 100 cc sampel air/MPN. Golongan-golongan air tersebut, antara lain (Chandra, 2007):

1. Air tanpa pengotoran; mata air (artesis) bebas dari kontaminasi bakteri koliform dan pathogen atau zat kimia beracun.

2. Air yang sudah mengalami proses desinfeksi; MPN<50/100 cc. 3. Air dengan penjernihan lengkap; MPN <5000/100cc.

4. Air dengan penjernihan tidak lengkap; MPN >5000/100cc.

5. Air dengan penjernihan khusus (water purification); MPN >250.000/100cc. MPN disini mewakili most probable number (jumlah terkaan terdekat dari bakteri koliform dalam 100cc air).

Menurut Peraturan Pemerintah no. 20 tahun 1990, air dibagi kedalam empat golongan berdasarkan peruntukkannya, yaitu sebagai berikut:

1. Golongan A, air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.

2. Golongan B, air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.

3. Golongan C, air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.

(9)

4. Golongan D, Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, pembangkit listrik tenaga air. 2.5. Air dan Penyakit

Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara langsung maupun tidak langsung melalui air. Penyakit yang ditularkan melalui air disebut waterborne disease atau water-related disease. Terjadinya suatu penyakit tentunya memerlukan adanya agen dan terkadang vektor. Berikut beberapa contoh penyakit yang dapat ditularkan melalui air berdasarkan tipe agen penyebabnya yaitu (Chandra, 2007):

1. Penyakit viral, misalnya hepatitis, viral, poliomyelitis. 2. Penyakit bakterial, misalnya kolera, disentri, tifoid, diare. 3. Penyakit protozoa, misalnya ameabiasis, giardiasis.

4. Penyakit Helmintik, misalnya askariasis, whip worm, hydatid disease. 5. Leptospiral,misalnya Weil’s disease.

Sementara itu, penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi dalam kelompok berdasarkan cara penularannya. Mekanisme penularan penyakit sendiri terbagi menjadi empat macam, yaitu (Chandra, 2007) :

2.5.1. Waterborne Mechanism

Di dalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia ditularkan kepada manusia melalui mulut atau sistem pencernaan. Contoh penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini antara lain kolera, tifoid, hepatitis, viral, disentri basiler, dan poliomyelitis.

(10)

2.5.2. Waterwashed Mechanism

Mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum dan perseorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan yaitu :

a. Infeksi melalui alat pencernaan seperti diare.

b. Infeksi melalui kulit dan mata, seperti scabies dan trachoma.

c. Penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis. 2.5.3. Water-based Mechanism

Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agen penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagai intermediate host yang hidup dalam air. Contohnya skistomiasis dan penyakit akibat Dracunculus medinensis.

2.5.4. Water-related insect vektor Mechanism

Agen penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak dalam air. Contoh penyakit dengan mekanisme penularan semacam ini adalah filariasis, dengue, malaria, dan yellow fever.

2.6. Pengertian Sampah

Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat. Para Ahli Kesehatan Masyarakat Amerika, membuat batasan, sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya.

Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil suatu kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna sehingga bukan semua benda padat yang tidak

(11)

digunakan dan dibuang disebut sampah. Dengan demikian sampah mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Adanya sesuatu benda atau benda padat.

b. Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia. c. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi.

Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik (UU no. 18 tahun 2008).

2.7. Jenis-Jenis Sampah

Sampah padat dapat dibagi menjadi berbagai jenis, yaitu (Chandra, 2007): 1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya, sampah dibagi menjadi:

a. Sampah anorganik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk, misalnya logam/besi, pecahan gelas, plastik, dan sebagainya.

b. Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya, sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan, dan sebagainya. 2. Berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar

a. Sampah yang mudah terbakar, misalnya, kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas, dan sebagainya.

b. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya kaleng-kaleng bekas, besi/ logam bekas, pecahan gelas, kaca, dan sebagainya.

Menurut Widyadmoko (2002), sampah rumah tangga yaitu sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga yang dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Sampah basah yang terdiri dari bahan organik yang mudah membusuk,

(12)

2. Sampah kering yaitu sampah yang terdiri dari logam, besi tua, kaleng bekas, dan sampah non logam seperti kertas, kaca, keramik, dan sisa kain.

3. Sampah lembut, yaitu seperti debu yang berasal dari penyapuan lantai rumah, gedung, dan penggergajian kayu.

4. Sampah besar atau sampah yang terdiri dari bangunan rumah tangga yang besar seperti, meja, kursi, kulkas, radio,dan peralatan dapur.

2.8. Pengelolaan sampah rumah tangga

Sampah harus dikelola dengan baik, pengelolaan sampah dianggap baik jika sampah tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit serta tidak menjadi media perantara penyebaran luas suatu penyakit (Azwar, 1996).

Ada tiga tahapan dalam pengelolaan sampah, dalam hal ini adalah sampah padat. Pengelolaan sampah yang baik melalui tiga tahapan, yaitu sebagai berikut (Chandra, 2007):

2.8.1. Tahap Pengumpulan dan Penyimpanan di Tempat Sumber

Sampah yang berasal dari rumah tangga terdiri atas sampah organik dan anorganik. Sampah organik dan anorganik yang dihasilkan sebaiknya dipisahkan dan dikumpulkan pada tempat sampah yang berbeda (Dwiyatmo, 2007).

Adapun tempat sampah yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Azwar, 1996):

a. Konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor untuk mencegah berserakannya sampah.

b. Memiliki tutup, untuk mencegah bau busuk dan menjadi tempat hinggap lalat serta mudah dibuka tanpa mengotori tangan.

(13)

c. Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang.

Dari tempat penyimpanan sementara, kemudian sampah dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam rumah sampah yang berbentuk bak besar. Pengelolaan rumah sampah dapat diserahkan pada pemerintah setempat atau masyarakat secara bergotong-royong.

2.8.2. Tahap Pengangkutan

Dari rumah sampah, sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) atau tempat pemusnahan sampah dengan diangkut oleh truk pengangkut sampah yang disediakan oleh Dinas Kebersihan Kota, untuk selanjutnya dilakukan pemusnahan terhadap sampah tersebut.

2.8.3. Tahap Pemusnahan

Sampah yang telah dikumpulkan, selanjutnya perlu dibuang dan dimusnahkan. pembuangan atau pemusnahan sampah biasanya dilakukan di daerah tertentu sehingga tidak menganggu kesehatan manusia. Lazimnya syarat yang harus dipenuhi dalam membangun tempat pembuangan sampah akhir, yaitu (Azwar, 1996):

a. Tempat tersebut dibangun tidak dekat dengan sumber air minum atau sumber air lainnya yang dipergunakan oleh manusia (mencuci, mandi, dan lainnya).

b. Tidak pada tempat yang sering terkena banjir.

c. Di tempat-tempat yang jauh dari tempat tinggal manusia.

Adapun jarak yang sering dipakai sebagai pedoman ialah sekitar 2 km dari perumahan penduduk, sekitar 15 km dari laut serta sekitar 200 m dari sumber air.

Dalam tahap pembuangan atau pemusnahan sampah, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan antara lain (Chandra, 2007):

(14)

a. Sanitary landfill

Pembuangan sampah dengan cara menimbun dengan tanah lapis demi lapis, sehingga sampah tidak berada di alam terbuka, jadi tidak sampai menimbulkan bau serta tidak menjadi tempat bersarangnya vektor penyakit.

b. Composting

Pemusnahan sampah dengan cara memanfaatkan proses dekomposisi zat organik oleh kuman-kuman pembusuk, menjadi pupuk. Kompos dapat dibuat untuk meminimalisasi efek negatif yang ditimbulkan sampah dengan membuatnya menjadi lebih bermanfaat secara ekologis.

c. Hot feeding

Sampah yang dapat digunakan untuk makanan ternak adalah sampah organik, seperti sisa sayuran, buah-buahan, dan sisa makanan. Sampah tersebut harus diolah (dimasak atau direbus) untuk mencegah penularan penyakit cacing dan trchionosis ke hewan ternak. Metode pemusnahan sampah jenis ini umumnya dilakukan pada lingkup rumah tangga.

d. Dumping

Cara Pembuangannya dengan diletakkan begitu saja di tanah. Cara ini banyak dilakukan di negara-negara yang masih berkembang. Hal ini tentu saja banyak segi negatifnya.

e. Dumping in Water

Cara pembuangannya sama dengan dumping tetapi dibuang ke dalam air (sungai atau laut). Hal ini akan menimbulkan banyak kerugian, misalnya dapat mengotori permukaan air, memudahkan berjangkitnya penyakit, dan lain sebagainya.

(15)

f. Individual inceneration

Pembakaran sampah yang dilakukan perorangan di rumah tangga. g. Recycling

Pengolahan sampah dengan cara ini bertujuan memakai kembali sampah yang masih bisa dipakai, misalnya kaleng, kaca, dan sebagainya.

2.9. Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan Pengelolaan sampah mempunyai pengaruh terhadap masyarakat dan lingkungan, yaitu sebagai berikut (Mukono, 2006):

2.9.1. Pengaruh Positif

Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif, sebagai berikut (Chandra, 2007) :

a. Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa dan dataran rendah.

b. Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk.

c. Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah terhadap ternak.

d. Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk berkembang biak serangga atau binatang pengerat.

e. Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan sampah.

(16)

2.9.2. Pengaruh Negatif

Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi kehidupan sosial masyarakat, sebagai berikut :

a. Pengaruh terhadap kesehatan

1. Sampah dapat menjadi tempat tinggal bagi vektor penyakit seperti lalat yang dapat menyebabkan kejadian diare.

2. Insidensi penyakit demam berdarah dengue akan meningkat karena vektor penyakit hidup berkembang biak dalam sampah kaleng ataupun ban bekas yang berisi air hujan.

b. Pengaruh terhadap lingkungan 1. Estetika lingkungan

2. Penurunan kualitas udara

3. Pembuangan sampah ke badan air akan menyebabkan pencemaran air c. Pengaruh terhadap Sosial Masyarakat

1. Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan sosial budaya masyarakat setempat.

2. Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok akan menurunkan minat dan hasrat orang lain (turis) untuk berkunjung ke daerah tersebut.

(17)

2.10. Diare

2.10.1. Pengertian Diare

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml/ jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair dan disertai dengan frekuensi yang meningkat (Mansjoer, 2000).

Menurut Kemenkes RI (2011) diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari.

2.10.2. Jenis-Jenis Diare

Diare dibedakan menjadi dua berdasarkan waktu serangan (onset of action), yaitu (Widoyono, 2008):

1. Diare akut

Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari. Diare akut gejalanya mulai secara tiba-tiba, tinjanya encer dan cair, dan pemulihan biasanya terjadi dalam waktu 3-7 hari (Ramaiah, 2000).

Diare akut dapat disebabkan oleh gangguan jasad renik atau bakteri yang masuk ke dalam usus halus, jasad renik yang berkembang pesat dalam usus halus, racun yang dikeluarkan oleh bakteri, kelebihan cairan usus akibat racun (Widjaja, 2004).

Diare ini dapat menyebabkan kematian pada seseorang yang disebabkan oleh hilangnya air dan garam dalam jumlah yang besar dari tubuh yang disebut dehidrasi (WHO, 1999).

(18)

2. Diare Kronik

Diare ini ditandai dengan penularan tinja encer dan disertai darah, gejala berlangsung lebih dari 14 hari, dan disertai dengan penurunan berat badan (Ramaiah, 2007).

Pada diare menetap (kronik), kejadiannya lebih kompleks yang disebabkan karena adanya gangguan bakteri, jamur, dan parasit, malabsorpsi kalori, dan malabsorpsi lemak (Widjaja, 2004).

2.10.3. Penyebab Diare

Diare disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah sebagai berikut (Widjaja, 2004):

1. Faktor Infeksi

Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada anak. Jenis-jenis infeksi yang umumnya menyerang sebagai berikut:

1. Infeksi bakteri oleh kuman E.coli, Salmonella, Vibrio cholera (kolera). 2. Infeksi basil (disentri).

3. Infeksi virus enterovirus dan adenovirus. 4. Infeksi parasit oleh cacing (askaris). 5. Infeksi jamur (candidiasis).

6. Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang tenggorokan.

(19)

2. Faktor Malabsorpsi a. Malabsorpsi karbohidrat

Pada bayi, kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, sakit di daerah perut. Jika sering terkena diare ini, pertumbuhan anak akan terganggu.

b. Malabsorpsi lemak

Dalam makanan terdapat lemak yang disebut triglyserida, dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat jadi muncul karena lemak tidak terserap dengan baik. Gejalanya adalah tinja mengandung lemak.

3. Faktor Makanan

Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran), dan kurang matang.

4. Faktor Psikologis

Rasa takut, cemas, dan tegang , jika terjadi pada anak dapat menyebabkan diare kronis. Menurut Depkes RI (2011) penyebab diare yang sering ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan karena infeksi dan keracunan.

2.10.4. Penularan Diare

Penyakit diare sebagian besar (75%) disebabkan oleh kuman seperti virus dan bakteri. Penularan penyakit diare melalui orofekal dengan mekanisme seperti berikut (Widoyono, 2011):

(20)

1. Melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare dapat terjadi bila seseorang menggunakan air minum yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumbernya, tercemar selama perjalanan sampai ke rumah-rumah, atau tercemar pada saat disimpan di rumah. Pencemaran di rumah terjadi bila tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.

2. Melalui tinja terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dan kemudian binatang tersebut hinggap di makanan, maka makanan itu dapat menularkan diare kepada orang yang memakannya.

2.10.5. Gejala dan Tanda Diare

Kejadian diare dapat dilihat dari beberapa gejala dan tanda diare, antara lain (Widoyono, 2011):

1. Gejala umum

a. Berak cair atau lembek dan sering, merupakan gejala khas diare. b. Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut. c. Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare.

d. Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis, bahkan gelisah.

2. Gejala spesifik

a. Vibrio cholera, ditandai dengan diare hebat, warna tinja sepertian cucian beras dan berbau amis.

(21)

2.10.6. Pencegahan Diare

Menurut Kementerian Kesehatan (2011), cara melakukan pencegahan diare yang benar dan efektif adalah :

a. Perilaku Sehat

Pencegahan pada Bayi

Perilaku yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya diare pada bayi adalah sebagai berikut:

1. Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun, ASI merupakan makanan yang paling baik untuk bayi. ASI bersifat steril sehingga menghindarkan anak dari bahaya dan bakteri lain yang akan menyebabkan diare. ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare.

2. Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur, makanan tambahan yang bergizi dan bersih, dimulai ketika anak berumur 4-6 bulan.

3. Memberikan imunisasi campak, anak yang sakit campak sering disertai diare, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu berilah imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9 bulan. Pencegahan pada Anak-Anak dan Orang Dewasa

1. Mencuci tangan, kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dapat menurunkan angka kejadian diare sebesar 47%.

(22)

2. Menggunakan jamban, keluarga harus buang air besar di jamban. Yang harus diperhatikan oleh keluarga yaitu, keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga, bersihkan jamban secara teratur, dan gunakan alas kaki bila akan buang air besar.

b. Penyehatan Lingkungan

Selain berperilaku yang sehat, kejadian diare juga dapat dicegah dengan menjaga lingkungan agar selalu bersih dan sehat, sebagai berikut:

a. Penyediaan air bersih, penyediaan air bersih baik secara kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air sehari-hari termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Sumber air juga harus dijaga dari pencemaran oleh hewan dan sumber air terletak < 10m dari septic tank. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya penyakit yang dapat ditularkan melalui air antara lain adalah diare, kolera, disentri, dan lainnya.

b. Pengelolaan sampah, pengelolaan sampah sangat penting untuk mencegah penularan penyakit yang penularannya melalui vektor penyakit seperti lalat, tikus, dan lainnya

.

Oleh karena itu, tempat sampah harus disediakan, sampah harus dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat penampungan sementara. Bila tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir dapat dilakukan pemusnahan sampah dengan cara ditimbun atau dibakar

.

c. Sarana pembuangan air limbah, Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelola dengan baik agar tidak menjadi sumber penularan

(23)

penyakit. Sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bau, mengganggu estetika dan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan bersarangnya tikus.

2.11. Landasan Teori

Landasan teori pada penelitian ini mengacu pada teori simpul yang menjelaskan bahwa kejadian penyakit berbasis lingkungan disebabkan oleh empat simpul, yaitu (Achmadi, 2008) :

a. Simpul 1, Sumber penyakit

Sumber penyakit adalah titik mengeluarkan agent penyakit. Agent penyakit adalah komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan penyakit melalui kontak secara langsung atau melalui media perantara (juga komponen lingkungan). Agent penyakit dikelompokkan dalam 3 kelompok besar yaitu, mikroba, kelompok fisik (kebisingan, kekuatan cahaya, dan lainnya), kelompok bahan kimia (cadmium, merkuri, dan lainnya).

b. Simpul 2, Media Transmisi Penyakit

Media transmisi adalah komponen-komponen yang berfungsi dalam memindahkan agent penyakit kedalam tubuh manusia. Ada lima komponen yang termasuk sebagai media transmisi penyakit, yaitu : udara, air, tanah/pangan, binatang/serangga, manusia/langsung.

c. Simpul 3, Perilaku Pemajanan

Perilaku pemajanan adalah jumlah kontak antara manusia dengan komponen lingkungan yang mengandung potensi bahaya penyakit.

(24)

d. Simpul 4, Kejadian Penyakit

Kejadian penyakit merupakan outcome hubungan interaktif antara penduduk dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguan kesehatan. Kejadian penyakit dapat diidentifikasi melalui diagnosis laboratorium ataupun anamnase.

(25)

2.12. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali - Kandungan Total coliform - Kandungan Escherchia coli

Pengelolaan Sampah Rumah Tangga - Pemisahan sampah

- Tempat pembuangan sampah - Metode pemusnahan sampah

Kejadian Diare pada Keluarga PERMENKES NO.416 TAHUN 1990

(26)

2.13. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :

a. Ho : Ada hubungan antara kualitas mikrobiologis air sumur gali dengan kejadian diare pada keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan

b. Ha : Tidak ada hubungan antara kualitas mikrobiologis air sumur gali dengan kejadian diare pada keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

Gambar

Tabel 2.1. Perbedaan antara Sumur Dangkal dan Sumur Dalam  Sumur dangkal  Sumur dalam  Sumber air  Air permukaan  Air tanah

Referensi

Dokumen terkait

kedalaman 15 cm, P yang ditemukan di lapisan atas tanah memiliki kelarutan yang rendah atau benar-benar tidak dapat larut sehingga sebagian besar tidak tersedia

Bukti kontrak pengalaman paling sedikit 1 (satu) pekerjaan sebagai Penyedia dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir, baik di lingkungan pemerintah maupun swasta termasuk

Pembahasan masalah ini yang akan dibahas adalah mengenai cara pembuatan dari mulai menentukan struktur navigasi, membuat peta navigasi, membuat disain antarmuka, pembentukan

Penelitian yang sama juga menilai kadar CA 15-3 sebelum dan sesudah kemoterapi pada kanker payudara stadium lanjut dan menyimpulkan bahwa peningkatan kadar CA 15-3

Yang menjadi dasar membeli barang kw adalah harga yang murah , bentuknya hampir sama dengan yang ori dan mudah di dapat di mana saja... Yang menjadi dasar saya kira itu adalah

Sebanyak 4 lansia (10,5%) mendapatkan dukungan yang tinggi dari keluarga, tetapi pada kenyataannya mkualitas hidupnya rendah, hal ini tentunya berbanding terbalik

Pada atribut efisiensi penggunaan uang elektronik dibandingkan dengan uang tunai, pengguna memposisikan uang elektronik merek Mandiri e-money sebagai yang paling unggul dan bukan

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui : 1) apakah ada hubungan antara kekuatan otot lengan dengan hasil servis bawah, 2) apakah ada hubungan antara panjang lengan dengan hasil