DENGAN SISTEM HIDROPONIK
DI PARUNG FARM, BOGOR, JAWA BARAT
DESI SAYYIDATI RAHIMAH
A24060680
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
DESI SAYYIDATI RAHIMAH. Budidaya Bayam (var Amaranth 936 white leaf) dengan Sistem Hidroponik di Parung Farm, Bogor, Jawa Barat. (Dibimbing oleh MEGAYANI SRI RAHAYU dan ADIWIRMAN).
Kegiatan magang ini dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman kerja dalam pengelolaan sayuran secara hidroponik baik secara teknis maupun manajerial. Magang dilaksanakan di Parung Farm, Bogor, Jawa Barat dari 15 Februari hingga 15 Juni 2010.
Metode pelaksanaan magang yaitu mengikuti seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh Parung Farm, yang terdiri dari aspek teknis maupun manajerial. Aspek teknis yang dilakukan berupa teknik budidaya hingga pemasaran, sedangkan aspek manajerial yang dilakukan yaitu menjadi karyawan harian dan asisten manajer produksi. Data dan informasi yang diperoleh terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapang ataupun hasil wawancara dan diskusi. Data sekunder diperoleh dari arsip dan studi literatur perusahaan.
Sistem hidroponik yang digunakan pada penyemaian bayam adalah sistem NFT (nutrient film technique) yang dimodifikasi dengan media kerikil. Penyemaian bayam dilakukan selama 13-15 hari, kemudian bibit dipindah ke bedeng pembesaran. Sistem hidroponik yang digunakan pada pembesaran bayam adalah sistem aeroponik. Sistem deep flow technique (DFT), modifikasi NFT kerikil, dan modifikasi top feeding arang sekam juga digunakan pada pembesaran bayam, tetapi sistem tersebut lebih diutamakan untuk percobaan walaupun hasilnya juga dipasarkan. Umur bayam saat di pembesaran hingga siap panen adalah 15-18 hari.
Sistem hidroponik yang memberikan keuntungan paling tinggi diantara beragam sistem hidroponik yang digunakan Parung Farm adalah modifikasi top feeding arang sekam. Sistem modifikasi top feeding arang sekam memerlukan biaya produksi paling sedikit dan waktu pengembalian modal cepat, tetapi sistem
setelah dua kali pemakaian, dan bayam harus dicuci.
Faktor yang mempengaruhi produksi bayam secara hidroponik di Parung Farm adalah intensitas cahaya matahari yang berpengaruh terhadap proses fotosintesis tanaman, serangan hama dan penyakit, suhu udara di dalam greenhouse tinggi yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, dan kultur teknis (penggunaan jumlah bibit bayam beragam yang menyebabkan pertumbuhan bayam tidak seragam dan penggunaan timer satu menit yang menyebabkan akar bayam berwarna coklat).
Proses pasca panen yang dilakukan di Parung Farm yaitu penyortiran, pencucian (untuk bayam yang kotor), pengemasan, dan pengangkutan. Saluran pemasaran yang digunakan adalah saluran pemasaran rantai pendek, yaitu dari Parung Farm ke pengecer.
Teknik budidaya bayam secara hidroponik yang dilakukan Parung Farm sudah baik karena mampu menghasilkan bayam dengan produktivitas yang tinggi, tetapi masih diperlukan perbaikan yang berkaitan dengan optimalisasi intensitas cahaya, tingginya suhu di dalam greenhouse, pengendalian hama dan penyakit, dan kultur teknis (penggunaan jumlah bibit yang beragam dan frekuensi penyemprotan larutan nutrisi) agar kuantitas dan kualitas produk lebih meningkat. Kegiatan magang telah memberikan ketrampilan dan pengetahuan budidaya sayuran secara hidroponik baik dari aspek teknis maupun manajerial.
DENGAN SISTEM HIDROPONIK
DI PARUNG FARM, BOGOR, JAWA BARAT
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
DESI SAYYIDATI RAHIMAH
A24060680
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
SISTEM HIDROPONIK DI PARUNG FARM, BOGOR, JAWA BARAT
Nama : Desi Sayyidati Rahimah
NIM : A24060680
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Ir. Megayani Sri Rahayu, MS. Dr. Ir. Adiwirman, MS. NIP 19640520 198803 2 001 NIP 19620416 198703 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr. NIP 19611101 198703 1 003
Penulis dilahirkan di Rembang, Propinsi Jawa Tengah pada tanggal 15 Desember 1988. Penulis merupakan anak kedua dari pasangan Bapak Dahroji dan Ibu Warsipah.
Tahun 2000 penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri Jolotundo 3, Lasem. Pada tahun 2003 penulis lulus dari SLTP Negeri 1 Lasem, kemudian pada tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Rembang. Tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI, dan pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian dengan minor Ekonomi Pertanian.
Semasa menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Praktik Usaha Pertanian pada tahun 2010. Kegiatan kemahasiswaan yang diikuti penulis diantaranya Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Uni Konservasi Fauna (UKF) tahun 2006-2008, Panitia Masa Perkenalan Fakultas (MPF) dan Masa Perkenalan Departemen (MPD) tahun 2008. Penulis juga pernah mengikuti magang di Kurnia Strawberry: Farm and Bussiness di Ciwidey, Jawa Barat pada tahun 2008. Karya ilmiah yang dihasilkan penulis untuk meraih gelar Sarjana Pertanian adalah “Budidaya Bayam (var Amaranth 936 white leaf) dengan Sistem Hidroponik di Parung Farm, Bogor, Jawa Barat”.
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya yang tidak terbatas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul “Budidaya Bayam (var Amaranth 936 white leaf) dengan Sistem Hidroponik di Parung Farm, Bogor, Jawa Barat” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis menyampaikan terima kasih secara khusus kepada:
1. Ir. Megayani Sri Rahayu, MS. dan Dr. Ir. Adiwirman, MS. sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu, pengarahan, dan ilmu yang bermanfaat selama kegiatan magang dan penulisan skripsi.
2. Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS. sebagai dosen penguji skripsi yang telah memberikan saran yang membangun.
3. Dr. Desta Wirnas selaku dosen pembimbing akademik atas waktu dan pendampingan selama masa perkuliahan.
4. Seluruh staf pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura yang telah memberikan bekal ilmu dan staf komisi pendidikan atas bantuan selama penulis menempuh pendidikan.
5. Pimpinan, staf pengajar dan seluruh karyawan Parung Farm atas kesempatan, bimbingan, dan fasilitas yang diberikan selama kegiatan magang.
6. Ir. Yos Sutiyoso atas bimbingan dan ilmu yang telah diberikan selama magang.
7. Keluarga tercinta: Bapak, Ibu, Kakak serta Adik yang telah memberikan doa, semangat, dan kasih sayang yang tak terhingga.
8. Teman-teman terbaik: kerabat FA dan Mas Agung atas dukungan, kebersamaan, dan kenangan terindah yang tidak terlupakan.
9. Sahabat terbaik “Janiez” (Vivi, Titis, dan Trisna) atas kebersamaan dan persahabatan terindah yang tidak terlupakan.
Yusefa, Amel, dan Dimaz atas kerjasama yang baik dan kebersamaannya. 11. Teman-teman Agronomi dan Hortikultura angkatan 43 atas kebersamaan
dan persaudaraannya selama di IPB.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Bogor, November 2010
Halaman
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan ... 2 TINJAUAN PUSTAKA Parung Farm ... 3 Hidroponik ... 3 Bayam ... 11 Budidaya Bayam ... 12 Panen Bayam ... 13
Pasca Panen Bayam ... 13
Kehilangan Hasil Pasca Panen ... 15
METODE MAGANG Tempat dan Waktu ... 16
Metode Pelaksanaan ... 16
Pengamatan dan Pengumpulan Data ... 16
Analisis Data dan Informasi ... 17
PROFIL PERUSAHAAN Sejarah Parung Farm ... 19
Letak Geografis dan Iklim ... 19
Luas Areal dan Tata Guna Lahan ... 20
Keadaan Tanaman dan Produksi ... 22
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 23
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis ... 25 Penyemaian ... 25 Penanaman ... 27 Pemeliharaan ... 29 Panen ... 31 Pasca Panen ... 33 Pemasaran ... 35 Aspek Manajerial ... 36
Budidaya Bayam Secara Hidroponik ... 38
Produksi Bayam ... 42
Kehilangan Hasil ... 45
Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bayam di Kebun Parung .... 46
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 49
Saran ... 49
DAFTAR PUSTAKA ... 50
Nomor Halaman
1. Nama Greenhouse, Fungsi, Ukuran, dan Jumlah Bed di Kebun Parung .. 20
2. Jenis Sayuran Produksi Parung Farm ... 22
3. Kriteria Panen Bayam di Kebun Parung Tahun 2010 ... 31
4. Pasar Tujuan Parung Farm ... 35
5. Perbedaan Budidaya Bayam pada Beragam Sistem Hidroponik ... 39
6. Perbandingan Biaya Produksi, Keuntungan, dan Kepraktisan Berbagai Sistem Hidroponik di Kebun Parung ... 43
Nomor Halaman
1. Hidroponik Sistem Sumbu ... 5
2. Hidroponik Sistem Kultur Air ... 6
3. Hidroponik Sistem Pasang Surut ... 6
4. Hidroponik Sistem Tetes ... 7
5. Hidroponik Sistem NFT ... 7
6. Hidroponik Sistem Aeroponik ... 8
7. Produksi Bayam Hijau Parung Farm Tahun 2009. ... 22
8. Struktur Organisasi Parung Farm. ... 23
9. Greenhouse Penyemaian Bayam ... 25
10. Bibit Bayam Afkir. ... 27
11. Pencucian Styrofoam ... 28
12. Bibit Bayam. ... 29
13. Tanaman yang Dibuang Saat Sortasi ... 30
14. Tanaman Terserang Hama dan Penyakit ... 30
15. Bobot dan Luas Pemanenan Bayam per Hari ... 32
16. Proses Pemanenan Bayam ... 32
17. Jenis Plastik Kemasan Bayam ... 34
18. Alat Pengangkut Sayuran di Kebun Parung ... 34
19. Volume Penjualan Bayam Berdasarkan Jenis Kemasan pada Bulan April 2010 ... 36
20. Hasil Bayam pada Beragam Sistem Hidroponik ... 41
21. Bobot Bayam per Tanaman Tiap Sistem Hidroponik ... 42
Nomor Halaman
1. Prestasi Kerja Penulis dan Karyawan ... 53
2. Luas Panen dan Bobot Panen Bayam per Hari ... 54
3. Bobot Bayam per Tanaman pada Masing-masing Sistem Hidroponik ... 55
4. Kehilangan Hasil Pasca Panen ... 56
5. Biaya Investasi Sistem Aeroponik ... 57
6. Biaya Operasional Sistem Aeroponik . ... 58
7. Biaya Investasi Sistem DFT ... 59
8. Biaya Operasional Sistem DFT ... 60
9. Biaya Investasi Sistem Modifikasi NFT dan Kerikil ... 61
10. Biaya Operasional Sistem Modifikasi NFT dan Kerikil ... 62
11. Biaya Investasi Sistem Modifikasi Top Feeding dan Arang Sekam ... 63
12. Biaya Operasional Sistem Modifikasi Top Feeding dan Arang Sekam ... 64
13. Curah Hujan Bulanan Tahun 2009-2010 di Parung ... 65
PENDAHULUAN
Latar belakang
Bayam merupakan salah satu jenis sayuran daun yang banyak digemari masyarakat Indonesia. Produksinya meningkat dari tahun 2004 hingga 2009 dengan kenaikan rata-rata sebesar 8.96% per tahun (BPS, 2010). Peningkatan produksi bayam diikuti juga dengan peningkatan konsumsi per kapita bayam. Konsumsi per kapita bayam dari tahun 2002 hingga tahun 2006 mengalami peningkatan dengan tingkat kenaikan rata-rata sebesar 4.38 kg/tahun (Deptan, 2007).
Produksi dan konsumsi bayam di Indonesia yang semakin meningkat belum diimbangi dengan ketersediaan bayam yang cukup. Salah satu penyebab belum tercukupinya ketersediaan bayam adalah semakin berkurangnya lahan pertanian. Penggunaan lahan pertanian untuk tanaman pangan dari tahun 1996 hingga 2000 mengalami penyusutan yaitu dari 8.52 juta ha menjadi 7.79 juta ha (BPS, 2000).
Lahan pertanian subur yang semakin berkurang menyebabkan kemampuan produksi per luas tanam (produktivitas) bayam yang ditanam di tanah juga semakin menurun. Rata-rata produktivitas bayam yang ditanam di tanah adalah 5 ton/ha, dengan produktivitas maksimal 10 ton/ha (Nazaruddin, 2003). Alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah pengusahaan bayam dengan pengefisienan lahan dan modifikasi teknologi melalui sistem hidroponik.
Hidroponik merupakan cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai tempat menanam tanaman, melainkan menggunakan air atau bahan porous lain sebagai media tanam (Lingga, 1999). Budidaya secara hidroponik mampu meningkatkan produktivitas bayam hingga dua kali dari penanaman di tanah.
Budidaya tanaman secara hidroponik memiliki banyak keunggulan. Menurut Lingga (1999) keunggulan budidaya tanaman secara hidroponik antara lain produksi tanaman lebih tinggi, hasil panen kontinyu, serangan hama dan
penyakit berkurang, serta terbebas dari banjir. Tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik pertumbuhannya lebih cepat, pemakaian pupuk lebih hemat, dapat ditanam di luar musim karena budidayanya dilakukan di dalam greenhouse. Penggunaan tenaga kerja dalam budidaya secara hidroponik juga lebih efisien.
Bayam memiliki sifat meruah, sukulen (berair), dan mudah rusak sehingga harus dikonsumsi atau diproses secepat mungkin agar kualitasnya tidak turun. Kerusakan hasil pasca panen sebagian besar disebabkan oleh berkurangnya kadar air, serangan hama dan penyakit, kerusakan fisik yang mengakibatkan produk tidak dapat dimanfaatkan lagi. Menurut Muchtadi dan Anjarsari (1995) persentase kehilangan hasil sayuran di Indonesia tergolong tinggi yaitu mencapai 25-40%, oleh sebab itu diperlukan penanganan pasca panen yang baik untuk mengurangi kehilangan hasil pasca panen.
Parung Farm merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi sayuran secara hidroponik. Sayuran yang diproduksi Parung Farm dikelompokkan menjadi tiga yaitu selada, non selada, dan tomat. Pemilihan bayam (non selada) sebagai komoditas yang diteliti dikarenakan bayam merupakan sayuran hidroponik yang paling banyak diproduksi di kebun Parung dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi, sedangkan pemilihan topik magang karena keinginan untuk memperoleh pengalaman kerja khususnya dalam pengelolaan bayam secara hidroponik.
Tujuan
Kegiatan magang secara umum bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam memahami dunia kerja profesional, meningkatkan kemampuan teknis dan manajerial di lapang serta memperoleh pengalaman dan ketrampilan kerja. Tujuan khususnya yaitu mengetahui budidaya dan penanganan pasca panen sayuran daun khususnya bayam secara hidroponik.
TINJAUAN PUSTAKA
Parung Farm
Parung Farm merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang produksi sayuran yang ditanam secara hidroponik. Parung Farm berlokasi di Jalan Raya Parung-Bogor No. 546, Bogor. Kebun yang dimiliki Parung Farm seluas 10 ha yang terbagi menjadi tiga tempat, yaitu Parung, Sukabumi, dan Cianjur. Kebun di daerah Cianjur dan Sukabumi diperuntukkan bagi sayuran dataran tinggi seperti selada, petsai dan kailan, sedangkan kebun di Parung diperuntukkan bagi sayuran dataran rendah seperti bayam dan kangkung. Parung Farm menggunakan modifikasi teknologi dalam memproduksi sayuran hidroponik. Aplikasi modifikasi teknologi yang digunakan yaitu dengan sistem NFT (nutrient film technique), aeroponic, dynamic root floating, dan drip irigation.
Hidroponik
Hidroponik berasal dari bahasa Yunani, yaitu hydros yang berarti air dan ponos yang berarti pekerja. Hidroponik dapat didefinisikan sebagai budidaya tanaman pada media tanam selain tanah dan menggunakan campuran nutrisi esensial yang dilarutkan di dalam air (Sudarmodjo, 2008).
Budidaya tanaman secara hidroponik memiliki banyak kelebihan, diantaranya adalah produksi tanaman lebih tinggi, terbebas dari hama dan penyakit, tanaman tumbuh lebih cepat, pemakaian pupuk lebih hemat, hasil panen kontinyu, dapat ditanam di luar musim dan di tempat yang kurang cocok, serta terhindar dari resiko banjir, erosi, dan kekeringan (Lingga, 1999). Kelemahan dari sistem hidroponik yaitu membutuhkan biaya investasi dan biaya produksi yang tinggi, serta dibutuhkan ketrampilan khusus untuk mengoperasikan peralatan hidroponik.
Tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik dapat tumbuh optimal bila didukung dengan penggunaan media tanam yang baik. Media tanam yang baik dapat mendukung daerah perakaran untuk memperoleh nutrisi, air, dan oksigen.
Media tanam hidroponik memiliki persyaratan antara lain steril dan bersih, dapat menyimpan air sementara, porous, memiliki pH netral, tidak mudah lapuk, bebas racun dan hama penyakit, serta tidak menimbulkan reaksi kimia yang mengganggu pertumbuhan tanaman. Media tanam hidroponik dapat menggunakan berbagai macam bahan seperti pasir, batu bata, styrofoam, arang sekam, busa, cocopeat, kerikil, rockwool, air, bahkan udara (Lestari, 2009).
Pertumbuhan tanaman yang optimal pada budidaya secara hidroponik dipengaruhi oleh nutisi, air, dan oksigen.
1. Nutrisi
Menurut Resh (2004) unsur penting yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman terdiri dari unsur makro dan mikro. Unsur makro terdiri dari karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), sulfur (S), dan magnesium (Mg). Unsur mikro terdiri dari besi (Fe), klor (Cl), mangan (Mn), boron (B), seng (Zn), tembaga (Cu), dan molibdenum (Mo). Banyaknya larutan nutrisi diberikan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.
Penggunaan pH untuk larutan nutrisi yaitu netral (5.5-6.5). Pada kondisi asam (pH di bawah 5.5) dan basa (pH di atas 6.5) beberapa unsur mulai mengendap sehingga tidak dapat diserap oleh akar yang mengakibatkan tanaman mengalami defisiensi unsur terkait.
Konsentrasi hara perlu diperhatikan yaitu dengan penggunaan EC yang tepat. EC yang digunakan di persemaian adalah 1.0-1.2 mS/cm, sedangkan EC pada pembesaran sayuran daun adalah 1.5-2.5 mS/cm. EC yang terlalu tinggi tidak dapat diserap tanaman karena terlalu jenuh. Batasan jenuh EC untuk sayuran daun ialah 4.2 mS/cm, bila EC lebih tinggi lagi terjadi toksisitas dan sel-sel mengalami plasmolisis (Sutiyoso, 2004).
2. Air
Penggunaan air yang bersih dan higienis merupakan persyaratan mutlak untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Air yang digunakan juga tidak mengandung logam-logam berat dalam jumlah besar, karena dapat meracuni tanaman.
3. Oksigen
Oksigen diperlukan tanaman untuk proses respirasi atau pernapasan. Proses respirasi akan menghasilkan energi yang digunakan untuk penyerapan air dan hara. Konsentrasi oksigen yang kurang menyebabkan respirasi menurun dan pertumbuhan tanaman akan terhenti. Oksigen yang kurang dapat diperbaiki dengan menambah aerator atau dengan menurunkan temperatur larutan nutrisi (Sutiyoso, 2004).
Budidaya tanaman secara hidroponik dapat dilakukan dengan berbagai sistem. Menurut Karsono (2008) terdapat 6 tipe dasar sistem hidroponik, yaitu:
1. Sumbu (Wick)
Sistem sumbu adalah tipe hidroponik paling sederhana dan merupakan sistem pasif (tidak ada bagian yang bergerak). Larutan nutrisi diserap ke media tanam dari tandon menggunakan sumbu dengan memanfaatkan daya kapilaritas sumbu. Kekurangan dari sistem ini adalah apabila tanaman berukuran besar dan membutuhkan air lebih banyak dari yang dialirkan oleh sumbu. Hidroponik sistem sumbu dapat dilihat pada Gambar 1.
Sumber: Karsono, 2008
Gambar 1. Hidroponik Sistem Sumbu
2. Kultur Air (Water Culture)
Kultur air merupakan sistem yang paling sederhana dari sistem hidroponik aktif. Penopang tanaman mengapung langsung di atas permukaan larutan nutrisi. Sebuah pompa udara menyuplai banyak gelembung udara dalam larutan nutrisi
dan menyediakan oksigen bagi tanaman. Kekurangan dari sistem ini adalah tidak dapat berhasil baik untuk tanaman besar dan berjangka panjang. Gambar 2 menunjukkan hidroponik sistem kultur air.
Sumber: Karsono, 2008
Gambar 2. Hidroponik Sistem Kultur Air
3. Pasang Surut (Ebb and Flow)
Sistem pasang surut bekerja dengan membanjiri nampan pertumbuhan dengan larutan nutrisi selama beberapa waktu dan mengeringkannya kembali dengan mengembalikan larutan ke tandon penampung. Sistem ini menggunakan pompa terendam yang terhubung dengan pengatur waktu (timer). Kekurangan sistem ini adalah pada beberapa tipe media tanam sensitif pada ketiadaan listrik, pompa, dan pengatur waktu. Hidroponik pasang surut dapat dilihat pada Gambar 3.
Sumber: Karsono, 2008
4. Sistem Tetes (Drip System)
Pengoperasian sistem ini cukup mudah, yaitu melalui pengatur waktu yang akan menyalakan pompa sehingga larutan nutrisi menetes pada pusat tiap tanaman dari selang penetes kecil. Hidroponik sistem tetes dibagi menjadi dua, yaitu sistem tetes tertutup dan terbuka. Pada hidroponik sistem tetes tertutup, kelebihan larutan nutrisi yang mengalir akan ditampung ke tandon untuk dipakai kembali, sedangkan hidroponik sistem tetes terbuka kelebihan larutan nutrisi yang mengalir akan dibuang. Hidroponik sistem tetes dapat dilihat pada Gambar 4.
Sumber: Karsono, 2008
Gambar 4. Hidroponik Sistem Tetes
5. Teknik Lapisan Tipis Nutrien (Nutrient Film Technique/NFT)
Sumber: Karsono, 2008
Gambar 5. Hidroponik Sistem NFT
Sistem NFT memiliki aliran larutan nutrisi yang konstan sehingga tidak dibutuhkan pengatur waktu untuk menyalakan pompa rendamnya. Larutan nutrisi dipompa ke nampan pertumbuhan kemudian mengalir ke tanaman dan kembali ke
tendon. Sistem NFT sangat rentan terhadap kegagalan pompa dan aliran listrik, serta akar tanaman cepat kering jika aliran larutan nutrisi terganggu. Gambar 5 menunjukkan hidroponik sistem NFT.
6. Aeroponik (Aeroponic)
Sistem ini menggunakan teknologi yang tinggi. Akar tanaman menggantung di udara dan dikabuti dengan larutan nutrisi. Pengabutan biasanya dilakukan setiap beberapa menit. Akar tanaman yang menggantung di udara menyebabkan akar cepat mengering jika proses pengabutan terganggu. Hidroponik sistem aeroponik dapat dilihat pada Gambar 6.
Sumber: Karsono, 2008
Gambar 6. Hidroponik Sistem Aeroponik
Salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam budidaya tanaman adalah kondisi lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman. Akan tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan penggunaan struktur bangunan untuk pemeliharaan tanaman yang disebut greenhouse. Menurut Prihmantoro dan Indriani (1998) tujuan penggunaan greenhouse yaitu mengoptimalkan perawatan tanaman, mengurangi pengaruh negatif cuaca, serta mengurangi intensitas serangan hama dan penyakit.
Pembuatan greenhouse dapat menggunakan berbagai macam bahan. Menurut Sutiyoso (2004) bahan-bahan yang dapat digunakan untuk pembuatan greenhouse adalah plastik, net, kasa, dan udara terbuka.
1. Plastik
Plastik yang digunakan adalah plastik jenis khusus, yaitu mengandung heat resistant chemical yang dapat menyerap sinar ultra violet (UV). Ada beberapa macam plastik UV berdasarkan kadar bahan peredam panas yaitu kadar 6%, 9%, 12%, dan 14%. Hujan tidak dapat menembus plastik sehingga di dalam greenhouse kondisinya tetap kering dan kelembaban dapat dikendalikan. Sisi greenhouse ditutup dengan screen atau kasa agar hama tidak masuk.
2. Net
Greenhouse yang terbuat dari net memiliki atap yang rata dan terbuat dari net plastik hitam. Net yang biasa digunakan adalah 65% calculated shade (peredaman cahaya yang diperhitungkan). Kelemahan dari greenhouse net adalah hujan dapat menembus ke dalam greenhouse sehingga menjadi becek dan pekerja kehujanan, lingkungan yang lembab juga memberi peluang bagi hama dan penyakit berkembang. Sisi greenhouse net ditutup dengan kasa untuk mengurangi intensitas hama penyakit.
3. Kasa
Greenhouse yang tebuat dari kasa berbentuk seperti greenhouse net tetapi atapnya terbuat dari screen yang dibentangkan hingga tegang dan rata. Kasa yang digunakan berukuran 60 mesh yang berarti ada 60 lubang dalam 1 cm². Sisi greenhouse ditutup dengan kasa untuk mengurangi intensitas hama penyakit. Kelemahan dari bahan kasa yaitu kebun menjadi becek jika hujan, kelembaban kebun tinggi di musim hujan sehingga memungkinkan hama dan penyakit berkembang, dan karyawan berhenti bekerja bila hujan.
4. Udara Terbuka
Budidaya secara hidroponik dapat dilakukan di udara terbuka. Budidaya hidroponik di udara terbuka kelemahannya yaitu daun tanaman menjadi gosong, terdapat rasa getir, dan sayuan lebih berserat.
Keberhasilan sistem hidroponik sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Menurut Sutiyoso (2004) faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan sistem hidroponik yaitu:
1. Curah Hujan
Tiap daerah memiliki curah hujan dan tipe distribusi hujan yang berbeda sehingga diperlukan penyesuaian pola produksi yang disesuaikan dengan kondisi ekosistemnya. Curah hujan yang tinggi menjadikan lingkungan lembab dan memberi kesempatan hama dan penyakit untuk berkembang dan menyerang tanaman.
2. Kelembaban
Kondisi relative humidity (RH) yang optimal untuk berhidroponik sekitar 70%, karena pada RH tersebut evapotranspirasi masih cukup besar untuk menunjang pertumbuhan tanaman dan kelembaban masih cukup tinggi untuk menjaga keseimbangan antara evapotranspirasi dan pasokan air ke akar. Pada RH di atas 70%, kelembaban masih terlalu tinggi sehingga evapotranspirasi dan daya serap akar tanaman akan berkurang. Pada RH di bawah 70%, proses evapotranspirasi yang terjadi terlalu tinggi dan tidak diimbangi dengan pengadaan air oleh tanaman sehingga tanaman akan layu.
3. Cahaya
Cahaya berpengaruh pada proses fotosintesis tanaman. Kondisi cuaca yang mendung mengurangi intensitas cahaya matahari sehingga dianggap fotosintesis tidak ada. Bahan baku untuk sintesis minim pasokannya yang menyebabkan pembentukan protein, sel, jaringan, dan organ berlangsung tidak sempurna sehingga tanaman menjadi kurus, warna daun pucat, dan rentan terhadap penyakit.
4. Temperatur
Temperatur yang optimal untuk pertumbuhan tanaman yaitu 25-27°C pada siang hari dan 18°C pada malam hari. Temperatur yang terlalu tinggi menyebabkan reaksi kimia berjalan sangat cepat sehingga proses fisiologi pada tanaman berantakan.
5. Ketinggian Tempat (Elevasi)
Ketinggian tempat menentukan jenis tanaman yang cocok untuk ditanam di daerah tertentu sehingga akan berpengaruh juga terhadap keberhasilan budidaya tanaman yang dilakukan.
6. Angin
Udara yang terlalu panas di dalam greenhouse perlu dikeluarkan dengan bantuan angin. Angin membawa udara segar yang berkadar CO2 tinggi ke dalam greenhouse. CO2 dimanfaatkan tumbuhan untuk proses fotosintesis, tetapi angin yang terlalu kencang dapat merobohkan greenhouse dan merusak tanaman.
Bayam
Bayam termasuk tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi yang tinggi pada beragam ekosistem. Bayam memiliki siklus hidup yang relatif singkat, umur panen tanaman ini 3-4 minggu. Sistem perakarannya adalah akar tunggang dengan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang menyebar ke semua arah. Umumnya perbanyakan tanaman bayam dilakukan secara generatif yaitu melalui biji (Hadisoeganda, 1996).
Bayam merupakan jenis sayuran daun dari keluarga amaranthaceae yang memiliki sekitar 60 genera, dan terbagi ke dalam 800 spesies bayam (Grubben, 1976). Klasifikasi ilmiah tanaman bayam adalah sebagai berikut.
Kingdom : Plantae Divisio : Spermathopyta Class : Angiospermae Subclass : Dicotyledone Ordo : Caryophyllales Famili : Amaranthaceae Genus : Amaranthus Species : Amaranthus spp.
Bayam dapat tumbuh di dataran tinggi dan dataran rendah. Bayam dapat tumbuh optimal pada pH netral (6-7). Ketinggian tempat yang optimum untuk pertumbuhan bayam yaitu kurang dari 1 400 m dpl. Kondisi iklim yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bayam adalah curah hujan yang mencapai lebih
dari 1 500 mm/tahun, cahaya matahari penuh, suhu udara berkisar 17-28°C, serta kelembaban udara 50-60% (Lestari, 2009).
Kandungan gizi yang terdapat pada 100 g bayam adalah 36 kalori; 3.5 g protein; 6.5 g karbohidrat; 0.5 g lemak; 267 mg kalsium; 67 mg fosfor; 3.9 mg zat besi; 6.090 SI vitamin A; 0.08 vitamin B1; 80 mg vitamin C; dan 86.9 g air. Menurut Hadisoeganda (1996) kandungan terpenting yang terdapat pada bayam adalah kalsium dan zat besi yang dapat mengatasi anemia (kekurangan darah).
Bayam dapat dimanfaatkan sebagai olahan pangan, obat, serta bahan kecantikan. Beberapa khasiat bayam yaitu sumber vitamin dan tonikum akibat kekurangan gizi, anemia, maupun sakit lever; mengatasi kekurangan vitamin A, B, C, kalsium, dan zat besi; bayam segar yang dicampur madu dapat mengobati bronkhitis, asma, dan tuberkulosis; sari daun bayam segar dapat memperlambat penuaan dini; sari daun bayam segar yang dioleskan pada kulit kepala dan rambut dapat merangsang pertumbuhan rambut yang sehat (Rukmana, 2005).
Budidaya Bayam
Benih yang akan ditanam sebaiknya dibibitkan terlebih dahulu. Menurut Karsono, Sudarmodjo, dan Sutiyoso (2002) penyebaran benih di persemaian sebaiknya tidak terlalu rapat supaya bibit memperoleh cahaya matahari yang cukup. Setelah benih disebar, media harus segera disiram. Penyiraman tidak hanya menggunakan air tetapi juga dicampur dengan pupuk. Umur 10-14 hari bibit sudah dapat dipindah tanam.
Menurut Karsono, Sudarmodjo, Sutiyoso (2002) yang perlu diperhatikan dalam perawatan tanaman di instalasi hidroponik adalah:
1. Curah Larutan Hara
Curah atau flowrate adalah kecepatan atau volume pengaliran larutan hara yang diberikan pada setiap tanaman. Jika curah terlalu kecil tanaman hanya sedikit menyerap air dan hara sehingga pertumbuhan menjadi lambat.
2. Kepekatan Kandungan Hara dalam Larutan
Pengukuran kepekatan pupuk dalam sistem hidroponik digunakan istilah EC (Electro Conductivity) dengan satuan mmho/cm atau mS/cm. EC di persemaian
adalah 1.0-1.2 mS/cm sedangkan EC di pembesaran adalah 1.5-2 mS/cm. EC yang tepat dapat mempersingkat umur tanaman, bobot tanaman lebih besar, serta cita rasa produk lebih tinggi.
3. Pengendalian Hama dan Penyakit
Berbagai jenis hama yang sering terdapat pada budidaya secara hidroponik yaitu ulat, kumbang, kepik, kutu, ataupun keong. Hama biasanya menyerang tanaman dengan cara menusuk, menggigit, dan mengunyah. Penyakit yang sering menyerang biasanya disebabkan oleh cendawan, bakteri, dan virus dengan cara mengeluarkan toksin. Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan secara mekanis, biologis, maupun kimia.
Panen Bayam
Menurut Utama (2005) faktor yang berpengaruh langsung terhadap mutu sayuran yang akan dijual adalah waktu panen dan metode pemanenan yang digunakan. Waktu terbaik untuk panen adalah pagi atau sore hari saat suhu lingkungan rendah karena sayuran daun sensitif terhadap pemanenan selama periode panas.
Tenaga pemanen yang umum digunakan di Indonesia yaitu tenaga manusia. Keuntungan pemanenan dengan tenaga manusia adalah dapat dilakukan petik pilih dan berkurangnya kerusakan fisik karena pemanenan dilakukan secara hati-hati. Kelemahan pemanenan dengan tenaga manusia adalah waktu yang diperlukan lebih lama sehingga memerlukan biaya yang lebih tinggi (Utama, 2005).
Menurut Sutiyoso (2004) sayuran daun dapat dipanen bila telah mencapai bobot maksimal. Bila tanaman sudah menampakkan inisiasi pembungaan maka panen dianggap telah terlambat. Pemanenan dapat dilakukan dengan mencabut tanaman beserta akar agar daya tahan sayuran lebih lama saat dipasarkan.
Pasca Panen Bayam
Menurut Satari (1983) pasca panen merupakan kegiatan perlakuan dan pengolahan langsung produk pertanian pangan tanpa mengubah struktur asli produk tersebut. Tahap penanganan pasca panen meliputi:
a. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada produk. Menurut Peleg (1985) pencucian ada dua macam yaitu pencucian basah dan pencucian kering. Pencucian basah dilakukan dengan perendaman, penghilangan kotoran, dan pestisida dengan air. Pencucian kering dilakukan dengan cara membersihkan permukaan kulit komoditas dari kotoran tetapi tidak dapat membersihkan residu bahan kimia dan kotoran yang tersembunyi.
b. Penyortiran (sorting) dan Pengkelasan (grading)
Penyortiran (sorting) dilakukan untuk memisahkan sayuran yang mutunya rendah (ukuran terlalu kecil, kematangan tidak sesuai, lecet, memar, dan busuk). Pengkelasan (grading) merupakan operasi pemisahan sayuran berdasarkan kelas mutu, dapat berdasarkan ukuran volume maupun ukuran panjang serta tingkat kematangan atau warna (Muchtadi dan Anjarsari, 1995).
c. Pengemasan
Pengemasan yang baik dapat mencegah kehilangan hasil, memelihara mutu, mengurangi kerusakan mekanis, meningkatkan estetika, serta dapat mengawetkan bahan. Menurut Broto (1993) kemasan yang ideal adalah kemasan yang mudah diangkut, aman, ekonomis, mudah untuk menghitung jumlahnya, dan dapat menjamin kebersihan produk.
d. Pengangkutan
Menurut Pantastico (1986) tujuan akhir dari sistem pengangkutan adalah menyajikan produk segar dari kebun kepada konsumen. Pengangkutan di daerah tropik sering mengalami kerugian yang besar pada beberapa titik distribusi seperti kerusakan komoditas, penanganan kasar, keterlambatan yang tidak sesuai aturan, pemuatan, dan pembongkaran yang kurang hati-hati.
e. Pemasaran
Kegiatan produksi sayuran komersial yang segar dan bermutu tinggi dengan harga yang layak dan keuntungan yang memadai memerlukan penanganan yang baik mulai dari perencanaan tanam hingga pemasarannya ke konsumen. Beberapa jenis pasar yang digunakan untuk menyalurkan produk sayuran yaitu pasar umum,
pasar induk, pasar swalayan, pasar khusus (hotel, rumah sakit, restoran, industri, usaha katering), pasar ekspor, dan koperasi (Rahardi et al., 2001).
Kehilangan Hasil Pasca Panen
Kehilangan (loss) dapat diartikan sebagai suatu perubahan dalam ketersediaan (availability) dan jumlah yang dimakan (edibility), yang akhirnya dapat berakibat bahan tersebut tidak layak untuk dikonsumsi. Kehilangan (loss) pada sayuran dapat terjadi dengan sendirinya setelah dipanen karena adanya aktivitas bermacam-macam enzim (Muchtadi dan Anjarsari, 1995).
Menurut Peleg (1985) kehilangan hasil saat penanganan pasca panen disebabkan oleh penyusutan, benturan saat pemindahan ke kontainer lain, transportasi dari kebun ke penyimpanan, transportasi jarak jauh, pemrosesan, dan transportasi dari penyimpanan ke toko.
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Magang dilaksanakan di Kebun Parung yang berlokasi di Jalan Raya Parung-Bogor 546, Parung, Bogor, Jawa Barat. Kegiatan magang dilakukan selama empat bulan, yaitu dari 15 Februari sampai dengan 15 Juni 2010.
Metode Pelaksanaan
Kegiatan magang ini merupakan kegiatan kerja langsung pada sistem kerja di Parung Farm. Kegiatan yang dilakukan selama magang yaitu menjadi karyawan harian lepas (KHL) selama dua bulan dan menjadi asisten manajer selama dua bulan. Berbagai pelatihan tentang pertanian yang diadakan Parung Farm juga diikuti selama kegiatan magang di Parung Farm berlangsung.
Kegiatan yang dilakukan selama menjadi KHL adalah melakukan tugas lapangan yang diperintahkan sesuai kebutuhan kebun, mulai dari persiapan media dan bahan tanam, persiapan tanam dan penanaman, pemeliharaan tanaman, panen dan penanganan pasca panen, serta menghitung kehilangan hasil.
Pekerjaan yang dilakukan saat berstatus sebagai asisten manajer adalah melaksanakan aspek manajerial meliputi pengawasan KHL, menghitung prestasi kerja KHL, serta merencanakan kebutuhan bahan dan biaya operasional.
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Data yang diambil adalah data primer dan sekunder. Pengambilan data primer dilakukan dengan metode langsung, yaitu dengan cara melakukan pengamatan dan bekerja langsung di lapangan. Data sekunder diperoleh menggunakan metode tidak langsung, yaitu data diambil dari laporan manajemen kebun, arsip kebun, dan studi pustaka.
Data primer yang diambil adalah data budidaya (persiapan tanam, penanaman, pemeliharaan, dan panen), pasca panen, serta kehilangan hasil. Pada data primer dilakukan penghitungan luas panen dan bobot panen per hari yang
diambil dengan beberapa ulangan, kehilangan hasil tiap panen dengan beberapa ulangan, bobot basah dan bobot kering bayam, dan analisis usaha tani tiap sistem hidroponik yang kemudian dibandingkan antar sistem hidroponik. Data sekunder yang diambil meliputi lokasi dan letak geografis kebun, keadaan iklim, luas lahan, produksi, norma kerja dan struktur organisasi.
Analisis Data dan Informasi
Semua data yang telah diperoleh diklasifikasikan, kemudian diolah menggunakan rataan dan uji F. Apabila pada uji F hasil analisis berpengaruh nyata dilakukan uji lanjut DMRT dengan taraf 5%.
Pengamatan yang dilakukan meliputi kegiatan budidaya hingga penanganan pasca panen, yang meliputi:
1. Budidaya Tanaman
Pengamatan budidaya tanaman meliputi pengamatan sebelum tanam (persiapan media tanam dan penyemaian), penanaman, dan pemeliharaan. Pada kegiatan budidaya dihitung luas tanam per hari yang diambil sebanyak 20 ulangan yang kemudian dirata-ratakan, bobot basah dan kering tanaman yang dihitung secara rataan, serta produktivitas dari masing-masing sistem hidroponik. Hasil pengamatan produktivitas tiap sistem hidroponik dianalisis menggunakan uji F, apabila hasil analisis menunjukkan pengaruh nyata dilakukan uji lanjut DMRT dengan taraf 5%.
2. Pemanenan
Kegiatan pemanenan meliputi cara, waktu, dan peralatan yang digunakan. Pada kegiatan pemanenan dihitung luas panen dan bobot panen per hari yang dihitung sebanyak 20 ulangan, sehingga diperoleh rataan luas dan bobot panen per hari.
3. Penanganan Pasca Panen
Kegiatan penanganan pasca panen meliputi teknik pembersihan, penyortiran, pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan. Hasil pengamatan yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.
4. Kehilangan Hasil Pasca Panen
Pengamatan kehilangan hasil pasca panen digunakan untuk mengetahui persentase kehilangan hasil mulai dari awal pemanenan hingga penanganan pasca panen terakhir sebelum sampai ke konsumen. Pengambilan data kehilangan hasil dilakukan sebanyak 10 ulangan, dengan rumus:
% kehilangan hasil =
5. Harga jual produsen dan lembaga pemasaran perantara
Mengetahui marjin pendapatan mulai dari tingkat petani, lembaga pemasaran perantara hingga harga jual konsumen. Pada kegiatan ini juga dilakukan analisis usaha tani pada tiap sistem hidroponik dan kemudian dibandingkan antar sistem hidroponik.
PROFIL PERUSAHAAN
Sejarah Parung Farm
Parung Farm merupakan perusahaan swasta yang bergerak di bidang agribisnis sayuran. Parung Farm mengawali usaha pada November 1998 dengan melakukan pelatihan budidaya hidroponik, budidaya anggrek dan kultur jaringan anggrek. Parung Farm tidak hanya mengkhususkan usaha pada pendidikan dan pelatihan tetapi mulai mencoba bidang komersial, yaitu produksi dan penjualan sayuran yang ditanam secara hidroponik.
Parung Farm sebagai lembaga pelatihan menyediakan program pelatihan mengenai hidroponik bagi masyarakat. Sistem hidroponik yang digunakan sebagai sarana penunjang pelatihan yaitu aeroponik, nutrient film technique (NFT), deep flow technique (DFT), top feeding, dan ebb and flow.
Pada bulan Juni 2003 Parung Farm mendirikan PT Kebun Sayur Segar yang merupakan salah satu unit usahanya di bidang komersial. Parung Farm memiliki empat kebun yaitu kebun Parung, Tangsel, Bintang Delapan, dan Cugenang.
Letak Geografis dan Iklim
Parung Farm berlokasi di Jalan Raya Parung-Bogor No. 546, Kampung Jati, Desa Parung, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kebun hidroponik ini berbatasan dengan Desa Jabon di sebelah utara, Desa Gunung Sindur di sebelah selatan, Desa Waru Jaya di sebelah barat dan Depok di sebelah timur. Lokasi kebun Parung berada pada 6° 26’ LS dan 106° 44’ BT dan terletak pada ketinggian 100 m diatas permukaan laut (dpl).
Kebun Parung memiliki iklim tropis yang sesuai untuk jenis sayuran yang diproduksi sehingga sayuran dapat tumbuh dengan baik. Daerah ini memiliki musim hujan pada bulan Oktober-Maret dan musim kemarau pada bulan April-September. Lokasi ini memiliki suhu 26°C – 35°C, kelembaban udara 70%, serta curah hujan rata-rata 2 774 mm/tahun (Parung Farm, 2009).
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Kebun Parung memiliki lahan seluas 3.8 ha yang terdiri atas: 1. Greenhouse Tanaman
Lahan produksi memiliki luas sekitar 2 500 m². Pada lahan ini dibangun dua greenhouse untuk bayam, dua greenhouse untuk kangkung, satu greenhouse untuk persemaian bayam, dan satu greenhouse percobaan. Masing-masing greenhouse dikelilingi kasa untuk membedakan antara greenhouse satu dan yang lain.
Tiap greenhouse terdiri atas bed (bedengan) yang terbuat dari beton untuk penanaman dengan jarak antar bed 50 cm. Ukuran bed adalah 2 m x 8 m, dengan jumlah bed pada masing-masing greenhouse tidak sama. Nama greenhouse, fungsi, ukuran maupun jumlah bed yang terdapat di Kebun Parung dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Nama Greenhouse, Fungsi, Ukuran dan Jumlah Bed di Kebun Parung Nama Greenhouse Fungsi Luas (m²) Ukuran bed (m) Jumlah bed 6 Persemaian bayam 320 2 x 10 16 7 Penanaman kangkung 480 2 x 10 24 8 Penanaman bayam 224 2 x 8 14 9 Penanaman bayam 208 2 x 8 13 10 Penanaman kangkung 208 2 x 8 13 11 Penanaman bayam 160 2 x 8 10 12 Penanaman bayam 208 2 x 8 13 Percobaan Percobaan 60 0.5 x 7 5
Sumber: Bagian Produksi Parung Farm, 2010
2. Pendopo
Pendopo merupakan tempat untuk mengajar dan mengadakan pelatihan hidroponik. Pendopo berada di tengah-tengah kebun Parung. Luas bangunan ini sekitar 150 m². Sarana pendukung yang terdapat di pendopo adalah witheboard, megaphone, dan alat peraga hidroponik.
3. Lahan Sayuran Organik
Lokasi ini digunakan untuk memproduksi sayuran organik, dengan luas lahan sekitar 1 000 m². Selain memproduksi sayuran hidroponik, Parung Farm juga memproduksi sayuran organik. Jenis sayuran yang diproduksi secara organik yaitu adalah kangkung, bayam hijau, dan bayam merah.
4. Kantor
Kantor terdiri atas dua bagian, yaitu kantor administrasi dan kantor diklat. Letak kedua kantor ini bersebelahan dengan luas total sekitar 150 m². Kantor administrasi digunakan untuk menangani produksi dan pemasaran, sedangkan kantor diklat digunakan untuk pelatihan.
5. Tempat Pengemasan
Tempat pengemasan terletak di bagian depan, hal ini ditujukan agar produk sayuran yang telah dikemas mudah diangkut ke mobil pengangkut. Luas tempat pengemasan sekitar 50 m².
6. Kebun Anggrek
Luas kebun anggrek sekitar 400 m². Lokasi ini digunakan untuk budidaya anggrek dan tanaman hias lain. Jenis anggrek yang dibudidayakan yaitu Dendrobium, Vanda, Oncidium, dan Phalaenopsis.
7. Asrama
Asrama terletak di bagian belakang kebun. Luas asrama sekitar 160 m². Asrama diperuntukkan bagi karyawan, terutama karyawan tetap yang sudah lama bekerja di Parung Farm.
8. Bengkel
Bengkel merupakan tempat untuk merakit rangkaian hidroponik dan memperbaiki jika ada peralatan hidroponik yang rusak. Luas bengkel sekitar 50 m² dan letaknya berhadapan dengan kolam ikan.
9. Kolam Ikan
Luas kolam ikan sekitar 300 m². Kolam tersebut digunakan untuk memelihara berbagai jenis ikan, seperti ikan bawal, mas, dan mujaer.
Keadaan Tanaman dan Produksi
Parung Farm menghasilkan beragam sayuran yang diperoleh dari produksi sendiri maupun bekerja sama dengan petani mitra. Jenis sayuran yang dihasilkan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok selada, non selada, dan tomat. Jenis sayuran yang dihasilkan Parung Farm dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jenis Sayuran Produksi Parung Farm Kelompok
Selada Non Selada Tomat
Selada keriting Caisim Red unique
Lollorosa Pakcoy hijau Golden unique
Romaine Pakcoy putih Cluster
Butterhead Bayam hijau Golden shine
Batavia Bayam merah Fortune unique
Green oak leaf Petsay Cherry
Red oak leaf Kailan Recento
Siomax Kangkung Oblong beef
Iceberg Horenso
Endive
Sumber: Bagian Produksi Parung Farm, 2010
Jenis sayuran yang dibudidayakan di kebun Parung adalah bayam hijau dan kangkung. Produksi bayam hijau Parung Farm tahun 2009 dapat dilihat pada Gambar 7.
Sumber: Bagian Produksi Parung Farm, 2010
Gambar 7. Produksi Bayam Hijau Parung Farm Tahun 2009 0 0.5 1 1.5 2 2.5
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
P ro duks i (t o n) Bulan
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Parung Farm dipimpin oleh seorang direktur, yang juga berstatus sebagai pemilik perusahaan. Direktur bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan.
Kegiatan produksi dan pemasaran produk yang termasuk dalam unit Kebun Sayur Segar (KSS) dipimpin oleh seorang general manager. General manager membawahi tiga bagian yaitu, bagian administrasi dan keuangan, pemasaran, serta produksi yang terdiri atas empat kebun.
Unit pendidikan dan pelatihan dipimpin oleh seorang direktur pendidikan. Tugas direktur pendidikan adalah bertanggung jawab terhadap kegiatan pendidikan dan pelatihan yang diadakan oleh Parung Farm. Struktur organisasi Parung Farm dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Struktur Organisasi Parung Farm
Tenaga kerja Parung Farm terdiri atas karyawan tetap dan karyawan tidak tetap. Karyawan tetap terbagi menjadi dua, yaitu karyawan tetap harian dan bulanan. Karyawan tetap harian menerima gaji setiap minggu berdasarkan kehadiran setiap harinya, sedangkan karyawan tetap bulanan menerima gaji setiap akhir bulan tanpa memperhitungkan kehadiran. Karyawan tetap harian bekerja di bagian penanaman, dan karyawan tetap bulanan bekerja di bagian administrasi, produksi, pemasaran, sopir, dan keamanan.
Karyawan tidak tetap adalah karyawan yang bekerja di bagian pasca panen. Tenaga kerja tidak tetap digaji setiap hari dengan memperhitungkan kehadiran.
Parung Farm Pimpinan
Unit Pelatihan dan Pendidikan
General manager
Unit Kebun Sayur Segar
Bagian Administrasi dan Keuangan Bagian Pemasaran Bagian Produksi Kebun Parung Kebun Cugenang Kebun Tangsel Kebun Bintang Delapan
Selain itu terdapat pula karyawan borongan, yaitu karyawan yang bekerja secara borongan dengan waktu kerja jika ada panggilan pekerjaan.
Jumlah karyawan total Parung Farm sebanyak 61 orang, yang terdiri atas 12 orang di bagian administrasi, 21 orang di bagian produksi, 25 orang di bagian distribusi, serta 3 orang sebagai penjaga keamanan.
Jam kerja karyawan pada bagian produksi yaitu jam 07.00-15.00 WIB dengan waktu istirahat pada pukul 11.00-13.00 WIB, sedangkan jam kerja karyawan bagian administrasi yaitu dari pukul 08.00-16.00 WIB dengan waktu istirahat pukul 12.00-13.00 WIB. Seluruh karyawan memiliki enam hari kerja dalam satu minggu.
Penerimaan gaji karyawan antara satu dan yang lain tidak sama, tergantung dari jenis pekerjaan, ketrampilan, prestasi dan lamanya pekerjaan. Gaji karyawan di bagian produksi yaitu Rp 500 000 – Rp 800 000 per bulan.
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Penyemaian
Benih bayam diperoleh dengan membeli dari toko pertanian karena Parung Farm tidak memproduksi sendiri benih bayam. Benih bayam yang digunakan adalah varietas Amaranth 936 white leaf dengan merk dagang Known-You Seed, Co., Ltd, Taiwan. Benih tersebut memiliki daya berkecambah 80%. Benih bayam berbentuk bulat kecil berwarna ungu kehitaman. Penampilan fisik dari bayam hijau ini yaitu daun berwarna hijau muda, bentuk daunnya oval dan lebar.
Benih bayam disemai selama 13-15 hari hingga tumbuh menjadi bibit. Penyemaian dilakukan dengan menaburkan benih bayam di atas kerikil. Benih bayam yang dibutuhkan sebanyak 200 g/hari untuk 1.5-2 bedeng.
Benih yang telah disemai ditutup dengan plastik selama dua hari agar benih tidak dimakan burung dan cepat berkecambah. Kebun Parung menggunakan sistem rolling dalam membibitkan bayam, tujuannya agar setiap hari ada bibit bayam yang dipanen untuk ditanam di greenhouse pembesaran.
Gambar 9. Greenhouse Penyemaian Bayam
Proses penyemaian dilakukan di greenhouse tipe sawtooth seluas 320 m². Greenhouse penyemaian terdiri dari 16 bedeng, masing-masing berukuran
2 m x 10 m dan sebuah bak penampung nutrisi berkapasitas 1 500 liter. Greenhouse penyemaian bayam dinaungi plastik UV 15 %. Semaian bibit bayam pada greenhouse penyemaian dapat dilihat pada Gambar 9.
Konstruksi bedeng yaitu lapisan yang disemen, terpal, dan batu kerikil. Ketebalan batu kerikil sebagai media tanam adalah 3 cm. Konstruksi bedeng dibuat dengan kemiringan 5%.Lubang pembuangan terletak di antara dua bedeng, yang fungsinya untuk mengalirkan kembali larutan nutrisi ke bak nutrisi.
Pemberian larutan nutrisi dilakukan dengan menggunakan flowrate. Pengaliran larutan nutrisi menggunakan sistem NFT yang dimodifikasi dengan media kerikil. Pupuk yang diberikan adalah pupuk AB Mix dengan konsentrasi 0.5 ml/l. Pupuk yang diberikan memiliki EC 1-1.2 mS/cm dan pH-nya 6.5-6.7. Pengaliran larutan nutrisi dilakukan menggunakan timer 15 menit (15 menit nyala dan 15 menit mati) dari pukul 07.00-15.00 WIB secara rutin setiap hari.
Pemeliharaan di persemaian yaitu pemupukan, pengendalian hama, penyakit, gulma, dan pemerikasaan saluran irigasi. Gulma yang tumbuh di persemaian adalah krokot (Portulaca oleracea), Paspalum conjugatum, dan Euphorbia hirta. Hama yang sering menyerang bibit bayam adalah ulat lompat (Plusia chalsites Esper) dan belalang yang merusak tanaman dengan memakan daun. Penyakit yang sering menyerang bibit bayam disebabkan oleh cendawan. Parung Farm tidak menggunakan pestisida dalam budidaya sayurannya, sehingga pengendalian hama, penyakit, dan gulma dilakukan secara mekanis.
Pembungkusan bibit
Bibit bayam yang sudah berumur 13-15 hari siap untuk dipanen. Bibit kemudian dibungkus dengan rockwool dan jelly cup, dan selanjutnya ditanam di greenhouse pembesaran. Sebelum dibungkus, bibit bayam harus disortir terlebih dahulu untuk mengurangi kematian di greenhouse pembesaran.
Bibit yang dibungkus adalah bibit yang memiliki penampilan fisik yang baik (warna hijau cerah merata, tidak terserang hama dan penyakit, tegak, dan tingginya 8-10 cm). Bibit afkir banyaknya mencapai 30% dalam satu bedeng. Bibit afkir sebagai hasil sortir dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Bibit Bayam Afkir
Bibit yang telah disortir kemudian dicuci untuk menghilangkan kotoran kemudian dibungkus dengan rockwool. Pembungkusan bibit dengan rockwool dilakukan pada bagian bawah dekat akar (di atas akar), kemudian bibit dimasukkan ke dalam jelly cup yang fungsinya untuk menopang rockwool agar bibit bayam dapat tumbuh tegak. Dalam satu jelly cup terdapat 3 bibit bayam.
Pembungkusan bibit bayam dilakukan hari Senin hingga Sabtu dari pukul 07.00-14.00 WIB. Lamanya waktu pembungkusan tergantung pada banyaknya bibit bayam yang dibungkus. Pembungkusan bibit dilakukan oleh tiga orang tenaga kerja wanita.
Prestasi kerja magang pada pembersihan persemaian dapat menyamai karyawan yaitu sebesar 0.72 bed/jam, sedangkan prestasi kerja pada pembungkusan bibit masih di bawah karyawan. Rendahnya prestasi kerja magang karena belum berpengalaman dalam membungkus bibit.
Penanaman
Persiapan Tanam. Kegiatan persiapan sebelum penanaman merupakan
salah satu kegiatan penting, karena akan berpengaruh terhadap kelancaran proses penanaman. Pada persiapan tanam dilakukan pencucian jelly cup dan styrofoam, pemeriksaan saluran irigasi, serta penyiapan larutan nutrisi.
Pencucian jelly cup dilakukan sebelum jelly cup dipakai membungkus bibit. Jelly cup yang telah digunakan pada penanaman sebelumnya dibersihkan, lalu dicuci dengan air bersih. Jelly cup yang digunakan panjangnya 5 cm yang disobek
bagian samping dan dipotong bagian ujungnya. Penyobekan bagian samping bertujuan memudahkan saat panen dan ketika tanaman tumbuh besar jelly cup tidak menghambat pertumbuhan tanaman, sedangkan tujuan pemotongan ujung jelly cup yaitu memudahkan akar menjuntai ke bawah.
Gambar 11. Pencucian Styrofoam
Pencucian styrofoam dilakukan setelah panen. Styrofoam yang dicuci adalah styrofoam yang kotor, sedangkan styrofoam yang masih bersih hanya disapu menggunakan sapu lidi. Pencucian dilakukan dengan cara membasahi stryrofoam dengan air, kemudian digosok dengan kassa hingga kotoran hilang. Proses pencucian styrofoam dapat dilihat pada Gambar 11.
Prestasi kerja magang pada persiapan penanaman yang meliputi pencucian styrofoam, pembuangan sisa rockwool, dan pencucian jelly cup masih di bawah standar karyawan. Tingginya prestasi kerja karyawan dikarenakan karyawan sudah terbiasa dan terampil.
Penanaman. Sistem hidroponik yang digunakan untuk penanaman bayam
adalah aeroponik, deep flow technique (DFT), modifikasi NFT kerikil, dan modifikasi top feeding arang sekam. Sebagian besar sistem yang digunakan adalah aeroponik, sedangkan sistem yang lain diprioritaskan untuk percobaan.
Penanaman bibit bayam dilakukan di atas pukul 14.00 WIB, karena pada sore hari radiasi matahari tidak terlalu kuat dan suhu udara tidak terlalu tinggi
sehingga mengurangi proses penguapan. Bibit yang siap ditanam dapat dilihat pada Gambar 12A.
Gambar 12. Bibit Bayam; (A) Bibit Siap Tanam dan (B) Bibit yang Telah Ditanam di Bed
Luas penanaman bayam dalam sehari berbeda-beda, berkisar 40-45 m² dengan rata-rata luas tanam 42 m²/hari. Luas penanaman bayam mengikuti luas bayam yang dipanen pada pagi harinya. Bedeng yang kosong karena telah dilakukan pemanenan di pagi hari pada sore harinya digunakan untuk penanaman bibit baru. Bibit bayam yang sudah ditanam di bed dapat dilihat pada gambar 12B. Tipe greenhouse pembesaran bayam tipe piggy back system. Greenhouse dibangun menghadap arah barat-timur dengan harapan lebih banyak mendapat sinar matahari. Greenhouse pembesaran memiliki total luas efektif 800 m².
Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan pada pembesaran bayam yaitu pemupukan, sortasi, pengendalian hama dan penyakit, pemeriksaan saluran irigasi, dan sanitasi lingkungan.
Pemupukan dilakukan bersamaan dengan penyiraman (fertigation). Pupuk yang digunakan adalah AB Mix dengan konsentrasi 0.8 ml/l. EC yang digunakan 2.2-2.5 mS/cm dan pH-nya 6.5-6.7.
Sortasi dilakukan dengan membuang tanaman yang rusak dan terserang hama penyakit. Tanaman yang masih hidup dikelompokkan menjadi satu agar tumbuh seragam dan memudahkan saat panen. Tanaman yang disortasi sekitar
B A
135 jelly cup/bed (populasi 1 296 jelly cup/bed) atau 10%. Sortasi dilakukan 5-7 hari setelah tanam. Tanaman yang dibuang saat sortasi disajikan pada Gambar 13.
Gambar 13. Tanaman yang Dibuang Saat Sortasi
Pengendalian hama, gulma, dan penyakit dilakukan secara manual, yaitu dengan membuang hama yang menempel pada tanaman dan membuang tanaman yang terkena serangan agar tidak menular ke tanaman lain. Hama yang sering menyerang tanaman bayam adalah ulat grayak (Spodoptera litura F.), ulat penggulung daun (Lamprosema indica F) yang menyebabkan daun menjadi berlubang, kepik, dan belalang. Penyakit yang sering menyerang tanaman adalah bercak daun yang disebabkan oleh cendawan dan penyakit keriting daun. Gambar 14A menunjukkan tanaman yang terserang ulat grayak dan Gambar 14B menunjukkan tanaman terserang bercak daun.
Gambar 14. Tanaman Terserang Hama dan Penyakit; (A) Daun Berlubang karena Terserang Ulat Grayak, dan (B) Tanaman Terserang Bercak Daun
B A
Pemeliharaan saluran irigasi yang dilakukan meliputi pemeriksaan jets pray, pencucian filter, dan pengurasan bak penampung. Pengurasan dilakukan untuk menghilangkan kotoran serta endapan yang ada di bak penampung yang dilakukan setiap satu minggu sekali, sedangkan pencucian filter dilakukan setiap hari. Sanitasi lingkungan yang dilakukan di kebun Parung yaitu mencabut gulma yang ada di sekitar bed serta membuang sampah yang mengotori greenhouse.
Panen
Pemanenan yang dilakukan di Kebun Parung adalah petik pilih, yaitu panen dilakukan pada bayam yang sudah layak jual sedangkan bayam yang masih kecil dibiarkan dahulu dan dipanen beberapa hari kemudian. Kebun Parung memiliki kriteria tertentu dalam pemanenan. Kriteria panen bayam di Kebun Parung dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kriteria Panen Bayam di Kebun Parung Tahun 2010
Kriteria Panen Keterangan
Umur (hari) 15-18 Bobot (g/tanaman) 7-10 Tinggi (cm) 15-30 Luas (m²) 40-45 Bobot panen (kg) ± 76.8 Waktu 07.00 - 09.00
Umur bayam yang dipanen tergantung pada penampilan optimal dan bobot maksimal. Pada musim kemarau dengan intensitas cahaya matahari lebih banyak bayam dapat dipanen lebih cepat karena laju fotosintesis lebih tinggi. Jika bayam terlalu tua, batang akan mengeras dan tumbuh bunga yang menjadikan tanaman tidak layak jual karena menurunkan kualitas.
Jumlah bobot dan luas panen bayam setiap hari tidak sama, yaitu tergantung pada permintaan pasar. Semakin banyak permintaan bayam, maka luas dan bobot bayam yang dipanen juga semakin banyak. Rata-rata luas panen bayam per hari adalah 42 m², sedangkan rata-rata bobot bayam yang dipanen per hari sebanyak 76.8 kg dengan bobot 7-10 g/tanaman. Gambar luas panen dan bobot bayam yang dipanen setiap hari disajikan pada Gambar 15.
Gambar 15.Bobot dan Luas Pemanenan Bayam per Hari
Pemanenan dilakukan setiap pagi pukul 07.00-09.00 WIB, agar hasil tidak mengalami fluktuasi suhu yang besar yang dapat mengakibatkan penurunan kadar air dan penurunan kualitas hasil panen.
Pemanenan dilakukan secara manual menggunakan tenaga manusia. Cara pemanenannya yaitu dengan memegang bagian bawah tanaman tepat di atas styrofoam kemudian dicabut dan jelly cup dilepas. Bayam ditata di dalam tray dan diangkut ke ruang pengemasan menggunakan gerobak (gambar 18A). Proses pemanenan bayam dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Proses Pemanenan Bayam
Prestasi kerja magang pada pemanenan bayam masih di bawah standar karyawan, prestasi kerja karyawan mencapai 2.6 bed/jam, sedangkan prestasi
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Ulangan ke (hari) Luas panen (m²) Bobot panen (kg)
magang hanya 2.1 bed/jam. Rendahnya prestasi kerja magang dikarenakan belum terampil dalam memanen.
Pasca Panen
Bayam yang sudah diangkut ke ruang pengemasan tidak langsung diproses, tetapi didiamkan terlebih dahulu di tempat yang teduh untuk menghilangkan panas lapang (field heat). Proses awal yaitu sortasi untuk memilih bayam yang layak jual. Seleksi dilakukan dengan membuang daun tua, kuning, berlubang, dan robek. Daun yang disisakan pada tanaman sekitar 3-6 pucuk daun teratas.
Bayam yang telah disortir kemudian dicuci, tetapi pencucian tidak dilakukan pada semua bayam. Pencucian hanya dilakukan pada bayam yang kotor dan bayam yang ditanam pada media arang sekam. Bayam yang ditanam pada media arang sekam dicuci menggunakan air dengan cara membersihkan bagian akar untuk menghilangkan arang sekam yang masih menempel pada akar.
Bayam yang sudah bersih kemudian ditimbang dengan bobot sekitar 277 g dengan jumlah 29 tanaman. Parung Farm menjual bayam dalam satu kemasan dengan bobot 250 g tetapi dalam pengemasan sengaja dilebihkan karena jika sudah di pasar kandungan air sayuran menyusut sehingga bobot berkurang.
Pengemasan disertakan akar dan rockwool, karena akar dan rockwool merupakan ciri tanaman yang ditanam secara hidroponik. Pengemasan akar dan rockwool juga menambah bobot kemasan sehingga menguntungkan produsen.
Rata-rata dalam satu kemasan bayam terdapat sekitar 13 rockwool dengan bobot 3.68 g/rockwool, sehingga bobot total rockwool dalam satu kemasan adalah 47.84 g. Berdasarkan 59 sampel yang diambil, rata-rata bobot bayam yang sudah disortir adalah 7.75 g/tanaman, yang terdiri dari 3.49 g batang, 1.75 g daun, dan 2.49 g akar. Bobot total akar bayam dalam satu kemasan adalah 72.2 g. Jadi rata-rata bobot bersih bayam yang dapat dikonsumsi dalam satu kemasan adalah 156.96 g yang terdiri dari 25% daun dan 46% batang bayam.
Rata-rata bobot kering bayam per kemasan adalah 10.02 g, yang terdiri dari bobot kering daun 1.7 g (20%), batang 3.89 g (39%), dan akar 4.43 g (41%). Rata-rata kadar air bayam dalam satu kemasan adalah 25.86%.
Gambar 17. Jenis Plastik Kemasan Bayam; (A) Parung Farm, (B) First Choice, dan (C) Carrefour Brand
Bayam dikemas menggunakan tiga jenis plastik kemas (Gambar 17), yaitu kemasan Parung Farm, First Choice, dan Carrefour Brand. Ukuran plastik kemasan yang digunakan yaitu 25 cm x 45 cm dan 25 cm x 50 cm.
Sayuran yang sudah dikemas kemudian ditata rapi di dalam tray untuk didistribusikan. Pendistribusian bayam dilakukan pada sore hari menggunakan mobil boks tertutup yang dilengkapi pendingin dengan suhu 15-20°C. Gambar 18 menunjukkan alat pengangkut sayuran yang digunakan Kebun Parung.
Gambar 18. Alat Pengangkut Sayuran di Kebun Parung; (A) Gerobak Pengangkut Sayuran dari Lahan, (B) Mobil Boks Tertutup Berpendingin.
Tenaga kerja yang digunakan untuk sortasi dan pengemasan adalah tenaga kerja wanita, karena tenaga kerja wanita lebih teliti dan rapi. Prestasi kerja magang pada sortasi dan pengemasan masih di bawah prestasi karyawan. Prestasi kerja magang pada kegiatan sortasi adalah 5.53 kg/jam, dan prestasi kerja pada pengemasan adalah 4.87 kg/jam. Rendahnya prestasi kerja magang karena belum terampil dalam melakukan sortasi dan pengemasan bayam.
C B
A
B A
Pemasaran
Sistem penjualan yang diterapkan Parung Farm yaitu sistem terputus. Perusahaan mengirimkan produk berdasarkan pesanan kemudian pihak pemesan menyeleksi dan melakukan penghitungan ulang terhadap produk. Produk yang mengalami kerusakan selama transportasi akan dikembalikan sehingga total harga yang harus dibayarkan akan dikurangi jumlah produk yang rusak.
Saluran pemasaran yang dimiliki Parung Farm yaitu rantai pemasaran yang pendek. Penggunaan rantai pemasaran pendek lebih menguntungkan karena proses pendistribusian produk cepat dan harga dari produsen ke konsumen tidak terlampau jauh. Produk Parung Farm disalurkan ke pengecer yang terdiri dari agen, supermarket, restoran dan hotel. Pasar tujuan pengiriman produk Parung Farm disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Pasar Tujuan Parung Farm
Hipermarket Supermarket Supermarket Korea dan Jepang Hotel, Restoran, dan Kafe Toko Buah
Carrefour Sogo Cosmo Bintang Duta Buah
Giant Hero Papaya Sari Pizza Dunia Buah
Hypermart Matahari Company Warung Daun All Fresh
Makro Diamond New Seoul Pepper Lunch Jakarta buah segar
Ranch Kamone Tomodachi Serpong buah segar
Superindo Mahi-Mahi Total buah segar
Hari-Hari Citrus Cafe
Ramayana Kemchick Maxim Grand Lucky Rejeki
Sumber: Parung Farm, 2010
Harga bayam produk Parung Farm adalah Rp 8 500/250 g. Harga tersebut sama untuk agen, supermarket, hotel, restoran maupun konsumen langsung. Volume penjualan bayam dalam satu bulan mencapai 4 000 kemasan yang terdiri dari 3 jenis kemasan. Penjualan terbanyak adalah kemasan Parung Farm. Volume penjualan bayam selama bulan April 2010 dapat dilihat pada Gambar 19.
Gambar 19. Volume Penjualan Bayam Berdasarkan Jenis Kemasan pada Bulan April 2010
Aspek Manajerial
Kegiatan Parung Farm terbagi menjadi dua bagian, yaitu kegiatan produksi dan kegiatan pengembangan pendidikan.
1. Kegiatan Produksi
Kegiatan produksi dan pemasaran sayuran berada di bawah PT Kebun Sayur Segar yang dipimpin oleh seorang general manager. Tugas general manager adalah mengelola semua unit produksi dan pemasaran serta melaksanakan keputusan direktur. General manager membawahi tiga bagian yaitu:
a. Bagian Administrasi dan Keuangan
Bagian administrasi dan keuangan bertugas menangani semua masalah yang berhubungan dengan administrasi, keuangan, ketenagakerjaan, penyediaan barang-barang untuk produksi dengan jumlah dan kualitas yang dibutuhkan perusahaan, serta mengendalikan persediaan barang. Semua bahan dan peralatan yang dibutuhkan untuk proses produksi disediakan oleh bagian administrasi. b. Bagian Pemasaran
Bagian pemasaran bertugas mencari pasar dan pelanggan, melakukan promosi serta menerima berbagai pesanan dari konsumen. Produk yang telah dihasilkan oleh bagian produksi dan siap dipasarkan, pertanggungjawaban produknya berpindah dari bagian produksi ke bagian pemasaran.
2593 732 617 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 Parung Farm (PF) First Choice (FC) Carrefour Brand (CB) Ju m la h k em a sa n Jenis Kemasan
c. Bagian Produksi
Bagian produksi bertanggung jawab terhadap semua kegiatan dalam proses produksi dan melakukan pengawasan terhadap kelancaran produksi. Kegiatan produksi di bawah tanggung jawab seorang asisten manajer produksi.
2. Kegiatan Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan
Bagian pelatihan pendidikan dipimpin oleh seorang direktur pendidikan. Direktur pendidikan bertugas mencari peserta pelatihan dengan melakukan promosi dan bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan pelatihan.