• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh : Sinta Petri Lestari Abstraksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh : Sinta Petri Lestari Abstraksi"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TINGKAT KEPERCAYAAN BERKOMUNIKASI DI JEJARING SOSIAL (SOCIAL MEDIA) INSTAGRAM TERHADAP PERILAKU BELI MAHASISWA JURUSAN ILMU SOSIAL DAN ILMU

POLITIK UNIVERSITAS PANDANARAN SEMARANG

Oleh : Sinta Petri Lestari Abstraksi

This study aims to find a significant relationship between the variables of marketing

communication in social media Instagram (X) with the purchase decision variable (Y) in Pandanaran University Semarang. This research is descriptive quantitative research with survey method and questionnaire with tools. Respondents of this research is the students of Social Science And Political Science at Pandanaran University Semarang . Sampling technique using the census as many as 78 respondents . Sources of data used primary data and secondary data. The technique of collecting data using questionnaires and literature. Data were analyzed using cross tabulation. The analysis showed that there is a significant relationship, it is characterized a positive correlation coefficient, namely 1) the relationship between the variables of marketing communication (X) with purchase decision variable (Y) is 42%

Keywords : marketing communication , mass communication, social media, consumer behavior

PENDAHULUAN Latar Belakang

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan perkembangan teknologi,maka dunia usaha pun mengalami perkembangan yang pesat dengan munculnya berbagai perusahaan yang berusaha menciptakan produk dan jasa guna memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Perkembangan pesat dalam dunia usaha juga memberikan gambaran tentang kesejahteraan masyarakat yang semakin meningkat, kesejahteraan yang meningkat ini akan meningkatkan pula daya beli

masyarakat atau konsumen. Tetapi pada sisi lain perkembangan itu menyebabkan timbulnya persaingan yang semakin ketat pada dunia usaha dewasa ini. Perusahaan yang pada mulanya memiliki pangsa pasar yang besar, serta daerah pemasaran yang luas, kini dituntut untuk bekerja lebih efisien dan efektif serta tanggap mengantisipasi pasar yang akan mereka masuki baik pada saat ini maupun pada saat yang akan datang.

Dikemukakan oleh Kotler Keller (2008:06), bahwa pemasaran adalah: “Suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan

(2)

apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain”. Kini era social media secara pelan namun pasti telah „memaksa‟ banyak perusahaan mengubah cara mereka berkomunikasi. Maraknya penggunaan sosial media misal: Facebook, Twitter dan forum komunikasi sosial media yang lain mau tak mau memaksa perusahaan meningkatkan model ber-komunikasi. Perangkat Social media ini adalah hal yang lumrah selalu bersentuhan dengan aktivitas kita terutama bagi para pengguna internet.

Jejaring sosial yang saat ini biasa digunakan untuk memasarkan produk antara lain Facebook, Twitter dan Kaskus. Dengan melalui jejaring sosial tersebut akan terbentuk strategi komunikasi pemasaran yang efektif yaitu Word of Mouth dimana muncul secara natural dari pendapat lingkungan sosial yang dirasa lebih jujur dan tidak ada motif-motif tertentu dalam menyampaikan suatu informasi kepada konsumen lainnya. Promosi merupakan salah satu unsur dari bauran pemasaran (marketing mix), disamping penetapan harga jual, produk, dan distribusi. Promosi sangat berpengaruh terhadap usaha

perusahaan untuk mencapai volume penjualan yang maksimal, karena meskipun produk yang ditawarkan sudah baik, relatif murah serta mudah untuk diperoleh, jika tidak disertai promosi yang baik, maka tingkat penjualan tidak akan memadai. Suatu usaha jika ingin mencapai tingkat penjualan yang maksimal, perusahaan dapat memakai beberapa macam bauran promosi (Kotler, 2002:644) yaitu : periklanan (Advertising), promosi penjualan (Sales promotion), hubungan masyarakat dan publisitas (Public relations), penjualan personal (Personal selling), dan pemasaran langsung (Direct marketing).

Namun dari semua hal yang diharapkan dari promosi, perlu pula dipertimbangkan apakah biaya yang dikeluarkan oleh kegiatan promosi itu dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap peningkatan penjualan dan sampai sejauh mana promosi itu dapat menarik konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan. Efektivitas promosi sangat tergantung dari pemilihan bentuk promosi yang diperlukan terhadap produk yang dipasarkannya. Suatu jenis produk tertentu memerlukan bentuk promosi tertentu pula dan jenis promosi yang lain harus dipergunakan bentuk promosi yang lain pula. Dengan kata

(3)

lain tidak semua bentuk promosi dapat cocok dan menjamin keberhasilan promosi tersebut apabila tidak sesuai dengan kondisi yang dimiliki oleh suatu produk. Oleh karena itu, harus dicari suatu bentuk promosi yang sesuai dengan kondisi suatu produk yang akan dipromosikan.

Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan sesuatu yang unik, karena preferensi dan sikap terhadap obyek setiap orang berbeda. Selain itu konsumen berasal dari beberapa segmen, sehingga apa yang diinginkan dan dibutuhkan juga berbeda. Masih terdapat banyak faktor yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Produsen perlu memahami perilaku konsumen terhadap produk atau merek yang ada di pasar, selanjutnya perlu dilakukan berbagai cara untuk membuat konsumen tertarik terhadap produk yang dihasilkan. Keputusan atau niat untuk membeli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu, serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu. Keputusan pembelian merupakan pernyataan mental konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu. Pengetahuan akan

keputusan pembelian sangat diperlukan para pemasar untuk mengetahui niat konsumen terhadap suatu produk maupun untuk memprediksikan perilaku konsumen di masa mendatang.

Perilaku Konsumen Perilaku konsumen merupakan bagian dari manajemen pemasaran yang berhubungan dengan manusia sebagai pasar sasaran. Otomatis, riset perilaku konsumen juga merupakan bagian dari riset pemasaran (Rangkuti, 2004: 36). Simamora (2008: 2) berpendapat bahwa perilaku konsumen sebagai perilaku pembelian konsumen akhir, baik individu maupun rumah tangga, yang membeli produk untuk konsumsi personal.

Amirullah (2002: 2) perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang melibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh, dan menggunakan atau dapat mempergunakan barang-barang dan jasa. Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam pembelian. Proses pengambilan keputusan untuk membeli sama untuk setiap orang, hanya seluruh proses tersebut tidak selalu dilaksanakan oleh konsumen.

(4)

Proses dalam perilaku konsumen adalah suatu disiplin terapaan (Amirullah, 2002: 2) Keputusan Pembelian Engel et. Al (2000: 31) keputusan pembelian adalah proses merumuskan berbagai alternatif tindakan guna menjatuhkan pilihan pada salah satu alternatif tertentu untuk melakukan pembelian. Kotler (2000: 204) tahap-tahap yang dilewati pembeli untuk mencapai keputusan membeli melewati lima tahap, yaitu: 1. Pengenalan masalah yaitu proses membeli dimulai dengan pengenalan masalah dimana pembeli mengenali adanya masalah atau kebutuhan. 2. Pencarian informasi yaitu konsumen menerima sebagian besar informasi mengenai suatu produk dari sumber komersial. 3. Evaluasi alternatif yaitu konsumen mengevaluasi alternatif barang yang akan dibeli tergantung pada masing-masing individu dan situasi membeli spesifik. 4. Keputusan membeli yaitu membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor dapat muncul antara niat untuk membeli dan keputusan untuk membeli. 5. Tingkah laku pasca pembelian yaitu konsumen mengambil tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan pada rasa puas atau tidak puas.

PERMUSAN MASALAH

Adakah hubungan yang signifikan antara variabel Kepercayaan Berkomunikasi (X) dengan variabel keputusan pembelian (Y) melalui media sosial?

KERANGKA TEORI

Teori Uses and Gratificcation (Kegunaan dan Gratifikasi)

Teori Kegunaan dan Gratifikasi memberikan sebuah kerangka untuk memahami kapan dan bagaimana konsumen media individu menjadi lebih atau kurang aktif dan konsekwensi dari keterlibatan yang meningkat atau menurun. Banyak asumsi kegunaan dan gratifikasi secara jelas dinyatakan oleh para pencetus pendekatan ini yaitu Katz, Blumler dan Gurevitch ditahun 1974. Mereka menyatakan bahwa terdapat lima asumsi dasar teori kegunaan dan gratifikasi.

 khalayak aktif dan penggunaan medianya berorientasi pada tujuan

 inisiatif dalam menghubungkan kepuasan kebutuhan pada pilihan media tertentu terdapat pada anggota khalayak

 media berkompetisi pada sumber lainnya untuk kepuasan kebutuhan

 orang mempunyai cukup kesadaran diri akan pengunaan media, minat,

(5)

dan motif sehingga dapat memberikan sebuah gambaran yang akurat mengenai kegunaan tersebut kepada para peneliti

 penilian mengenai nilai isi media hanya dapat dinilai oleh khalayak

Asumsi teori ini mengenai khalayak yang aktif dan penggunaan media yang berorientasi pada tujuan yang cukup jelas. Khalayak juga berusaha untuk menyelesaikan tujuannya melalui media seperti yang ditekankan sebelumnya oleh McQuail dan koleganya (1972) mengidentifikasi beberapa cara untuk mengklasifikasikan kebutuhan dan kepuasan khalayak. Klasifikasi tersebut mencakup pengalihan (diversion) yang bisa didefiniskan sebagai keluar rutinitas atau masalah sehari-hari. Kemudian hubungan personal (personal relationship) yang terjadi ketika orang menggunakan media sebagai ganti temannya. Identitas personal (personal identity) yaitu cara untuk menekankan nilai-nilai individu dan yang terakhir yaitu pengawasan (surveillance) yaitu informasi mengenai bagaimana media akan membantu individu mencapai sesuatu.

Pendekatan kegunaan dan gratifikasi telah memicu sejumlah kritik, terutama karena tidak bersifat

teoritis, karena asih banyak kabur dalam mendifinisikan konsep-konsep utama misalnya kebutuhan, dan karena pada dasarnya tak lebih dari sebuah strategi pengumpulan data.

Berangkat dari pokok persoalan yang sam, sebuah penelitian mengenai menoton televisi (Kubey dan Csikszenmihalyi, 1990) menyatakan bahwa konsep audien aktif ternyata menyesatkan ketika diterpkan pada kegiatan menonton televisi. Penelitiaan tentang kegiatan menonton televisi yang dilakukan berdasarkan kelompok-kelompok demografi yang berbeda dan para respondennya berkisar antara usia 10 sampai 82 tahun ini menemukan bahwa orang-orang tersebut secara konsisten melaporkan pengalaman mereka selama menonton televisi sebagai kegiatan yang pasif, santai dan tidak banyak membutuhkan banyak konsentrasi.

Ketertarikan dalam mempelajari penggunaan media oleh khalayak dan kepuasan yang diterima atas penggunaan tersebut mengalami dua kebangkitan. Kebangkitan pertama adalah terjadi pada tahun 1970-an, sebagian merupakan respon atas temuan yang kurang penting dan atas standar terhadap penelitian efek yang tidak istimewa.

(6)

Kebangkitan kedua dan yang terbaru adalah produk dari aplikasi baru internet yang selalu berkembang dan tersebar, lebih spesifik karena keterhubungan yang didorong oleh aplikasi tersebut. Thomas Ruggiero (2000 : 15 -16) dalam buku yang di tulis oleh Baran dan Davis (2010 : 295 -296) mengidentifikasi tiga karakteristik komunikasi massa yang dimediasi oleh komputer yang menawarkan perilaku komunikasi dalam skala besar untuk dipelajari oleh peneliti Uses and Gratification.

 Keterhubungan yaitu secara signifikan menguatkan inti pemahaman (Uses and Gratification) dari pengguna aktif,

karena keterhubungan dalam komunikasi massa telah lama dianggap sebagai derajat ketika partisipan dalam proses komunikasi memiliki kontrol, dan dapat mengubah peran dalam wacana mereka secara timbal balik.

 Demassification adalah kemampuan pengguna media untuk memilih dari menu yang banyak. Tidak seperti media massa tradisional, media baru seperti internet menyediakan karakteristik selektif yang memungkinkan individu untuk merangkai pesan ke dalam kebutuhan mereka.

 Asynchroneity berarti bahwa pesan termediasi dapat dilakukan dalam waktu yang berbeda. Pengirim dan penerima pesan elektronik (e-mail) dapat membaca pesan elektronik dalam waktu yang lain dan masih dapat berinteraksi dengan nyaman. Hal ini juga berarti bahwa kemampuan indvidu untuk mengirim, menerima, menyimpan, atau mendapatkan pesan pada saat yang ia inginkan.

a. Khalayak Aktif

Teori kegunaan dan gratifikasi yang mendasarkan asumsinya pada gagasan bahwa konsumen atau media bersifat aktif, harus betul-betul dapat menjelaskan apa yang dimaksudkannya dengan audiens aktif. Hal ini berarti adanya sifat sukarela serta pilihan selektif audiens terhadap proses komunikasi. Survey yang pernah dilakukan oleh Perse dan Dunn (1995), secara khusus mengamati penggunaan komputer untuk berkomunikasi dengan orang lain melalui layanan informasi dan internet atau oleh para penulisnya disebut sebagai konektivitas komputer. Orang-orang menggunakan komputer sebagai sarana komunikasi elektronik untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan seperti pembelajaran, hiburan,

(7)

interaksi sosial, pelarian, melewatkan waktu, dan lepas dari kebiasaan.

Teori yang didasarkan pada asumsi bahwa konsumen media adalah aktif yang dapat dikatakan sebagai khalayak aktif. Mark Levy dan Sven Windahl (1985) dalam buku yang ditulis oleh Barand dan Davis (2010 : 297) memahami masalah tersebut dengan cara tersebut : “ sebagaimana yang dipahami oleh peneliti gratifikasi istilah “aktivitas khalayak” mengasumsikan sebuah pandangan yang selektif dan sukarela oleh khalayak terhadap proses komunikasi. Singkatnya, hal ini menyatakan bahwa penggunaan media dimotivasi oleh kebutuhan dan tujuan yang didefinisikan oleh anggota khalayak itu sendiri, dan bahwa partisipasi aktif dalam proses komunikasi dapat memfasilitasi, membatasi, atau mempengaruhi kepuasan serta efek yang disosialisasikan dengan ekspos. Pemikiran terbaru juga menyatakan bahwa aktivitas khalayak paling baik dikonseptualisasikan sebagai sebuah variabel konsep, ketika khalayak memperlihatkan beragam jenis dan tingkat aktivitas.”

Jay G. Blumer (1979) menyatakan bahwa satu masalah dalam perkembangan yang kuat tradisi Uses

and Gratification adalah jangkauan

makna yang luar biasa besar terhadap konsep aktifitas. Ia mengidentifikasi beberapa pengertian untuk istilah tersebut, termasuk beberapa hal dibawah ini :

Kegunaan yaitu media memiliki kegunaan untuk orang-orang, dan mereka dapat menggunakan media untuk kegunaan-keguanaan tersebut, misalnya melihat internet untuk mndapatkan informasi tertentu, membaca buku mode untuk mengetahui gaya busana terbaru, dll.

Kehendak yaitu hal yang terjadi ketika motivasi menentukan konsimsi media. Ketika orang membutuhkan hiburan dari televisi maka mereka mencari program komedi. Ketika mereka memburuhkan informasi politik, mereka akan mencari program berita, dan begitu selanjutnya.

Seleksi yaitu penggunaan media oleh audien mencerminkan ketertarikan atau preferensinya. Jika orang menyukai musik dangdut, maka ia akan mencari satasiun televisi yang menyajikan jenis musik tersebut. Seperti itu juga dengan media internet, audien akan mencari program sesuai dengan kebutuhannya.

(8)

Tidak terpengaruh hingga

terpengaruh yaitu audien

menciptakan makna terhadap isi media yang akan mempengaruhi apa yang mereka pikirkan dan kerjakan, namun mereka juga secara aktif sering menghindar terhadap jenis pengaruh media tertentu.

Ada dua hal yang perlu kita ketahui yaitu perbedaan Aktivitas dengan perilaku aktif. Aktivitas dan

perilaku aktif adalah dua hal yang

berhubungan, akan tetapi Aktivitas lebih merujuk kepada apa yang dilakukan oleh khalayak, dan Perilaku

aktif lebih kepada penggunaan serta

kepuasan yang dimiliki sesorang dipikirannya. Tingkat aktivitas kita dapat berbeda-beda seiring berjalannya waktu dan jenis konten. Dengan kata lain, kebutuhan dan kepuasan audien terhadap media tidak bersifat otonom yang tidak ditentukan semata-mata hanya pada diri individu. b. Pengaruh Media

Kecenderungan untuk mengabaikan kemungkinan terjadinya efek penyebab banyak peneliti untuk menganggap bahwa penelitian uses and gratication sebagai sesuatu yang menarik, tetapi tidak terlalu penting. Hasilnya, beberapa pendapat terbaru dari pendeketan ini telah ditantang

untuk menghubungkan kepuasan dan efek.

Windahl (1981) berpendapat bahwa gabungan antara uses and gratification dengan tradisi efek sangat terlambat dan menyarankan apa yang disebut sebagai “uses and effects”, sebuah model yang memandang produk dari penggunaan konten media sebagai “conseffects”. Dalam kerangka yang serupa, Phillip Palmgreen, Wenner, dan Karl Rosengren (1985) menulis bahwa studi menunjukan bahwa beragam kepuasan penonton berhubungan dengan spektrum yang luas dari efek media, termasuk pengetahuan, ketergantungan, sikap, persepsi terhadap realitas sosial, diskusi agenda setting, dan beragam variabel efek politik.

Ketika khalayak aktif menentukan penggunaan yang ingin mereka lakukan terhadap media massa dan kepuasan yang mereka cari dari penggunaan tersebut maka pengaruh dapat dan memang terjadi.

Aspek-aspek Jejaring Sosial Ada beberapa aspek yang dapat dilihat, dalam situs jejaring sosial. Boyd dan Ellison (2007) menyebutkan bahwa aspek-aspek tersebut antara lain adalah :

(9)

2. Networks and network structure 3. Online or offline social networks 4. Kekhawatiran tentang privasi

Aspek pertama adalah jalinan persahabatan, dan konstruksi identitas (terkait dengan profil dari pengguna). Aspek kedua adalah struktur jaringan atau kumpulan data yang terdapat pada situs jejaring sosial, untuk menggambarkan pola interaksi. Aspek ketiga adalah situs jejaring sosial memungkinkan individu untuk berhubungan dengan satu sama lain, baik dalam keadaan aktif maupun tidak aktif. Aspek keempat adalah privasi terkait dalam kemampuan pengguna untuk mengatur tampilan serta mengelola isi dalam jejaring sosial. Serupa dengan Boyd dan Ellison (2007), menurut Gotta (2008) situs jejaring sosial memiliki beberapa aspek/komponen yaitu :

1. Berperan sebagai fasilitas bagi individu untuk menjalin hubungan dengan individu lainnya sehingga memungkinkan mereka untuk bersama-sama membangun atau memperluas jejaring sosial mereka. 2. Merupakan sebuah fasilitas bagi

orang-orang untuk berinteraksi satu sama lain, berbagi informasi dalam situs, berpartisipasi dalam kegiatan situs yang berbeda, dan

membangun komunitas secara informal dan sukarela.

3. Terintegrasi dengan platform infrastruktur yang terkait untuk melengkapi sistem end-to-end (misalnya direktori, keamanan, dan aplikasi integrasi).

4. Mengandung komponen spesifik yang memungkinkan orang untuk: a. mendefinisikan profil secara online. b. daftar hubungan individu.

c. pemberitahuan tentang suatu kegiatan (notification).

d. berpartisipasi dalam kegiatan suatu kelompok masyarakat (group). e. pengaturan privasi dan izin. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Mengakses Jejaring Sosial Instagram dapat mempengaruhi keputusan

membeli mahasiswa Jurusan

Hubungan Masyarakat Universitas Pandanaran Semarang.

METODE PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN Tipe penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanatori (Explanatory

Research). Sebuah penelitian eksplanatori menurut Singarimbun (dalam Singarimbun dan Effendi, 1995 : 4-5) merupakan penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara

(10)

variabel penelitian dengan pengujian hipotesa. Dalam penelitian eksplanatori, pendekatan yang dipakai adalah metode survey dengan alat bantu menggunakan wawancara terstruktur berupa kuesioner, dimana penelitian yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta mengenai fenomena-fenomena yang ada di dalam obyek penelitian dan mencari keterangan secara aktual dan sistematis. Pada penelitian ini, variabel yang digunakan adalah Intensitas Mengakses Jejaring Sosial Instagram. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Stratifide

Random Sampling. Teknik ini digunakan karena populasi mempunyai unsur yang tidak sama dan berstrata secara proposrsional berupa tingkatan kelas yang berbeda Adapun sampel yang ditetapkan sebanyak 50 orang dengan rincian sebagai berikut :

Teknik Pengolahan Data

Data dalam penelitian kuantitatif merupakan hasil pengukuran terhadap keberadaan suatu variabel. Variabel

yang diukur merupakan gejala yang menjadi sasaran pengamatan penelitian. Data yang diperoleh melalui pengukuran variabel dapat berupa data nominal, ordinal, interval atau rasio. Pengolahan data adalah suatu proses untuk mendapatkan data dari setiap variabel penelitian yang siap dianalisis. Pengolahan data meliputi kegiatan pengeditan data, tranformasi data (coding), serta penyajian data sehingga diperoleh data yang lengkap dari masingmasing obyek untuk setiap variabel yang diteliti.

a) Editing

Pengeditan adalah pemeriksaan atau koreksi data yang telah dikumpulkan. Pengeditan dilakukan karena kemungkinan data yang masuk (raw data) tidak memenuhi syarat atau tidak sesuai dengan kebutuhan. Pengeditan data dilakukan untuk melengkapi kekurangan atau menghilangkan kesalahan yang terdapat pada data mentah. Kekurangan dapat dilengkapi dengan mengulangi pengumpulan data atau dengan cara penyisipan (interpolasi) data. Kesalahan data dapat dihilangkan dengan membuang data yang tidak memenuhi syarat untuk dianalisis.

(11)

Coding (pengkodean) data adalah

pemberian kode-kode tertentu pada tiap-tiap data termasuk memberikan kategori untuk jenis data yang sama. Kode adalah simbol tertertu dalam bentuk huruf atau angka untuk memberikan identitas data. Kode yang diberikan dapat memiliki makna sebagai data kuantitatif (berbentuk skor). Kuantikasi atau transformasi data menjadi data kuantitatif dapat dilakukan dengan memberikan skor terhadap setiap jenis data dengan mengikuti kaidah-kaidah dalam skala pengukuran.

c) Tabulasi

Tabulasi adalah proses menempatkan data dalam bentuk tabel dengan cara membuat tabel yang berisikan data sesuai dengan kebutuhan analisis. Tabel yang dibuat sebaiknya mampu meringkas semua data yang akan dianalisis agar memudahkan dalam proses analisis data.

d) Data entry

Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah pemrosesan data, dimana yang dilakukan oleh seorang peneliti yaitu memasukan data yang telah diolah dari kuesioner ke dalam paket program komputer.

a) Uji Validitas

Pengujian validitas tiap butir digunakan analilis item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah skor tiap butir. Menurut Masrun (1979) Dalam Sugiyono (2013: 133) menyatakan teknik korelasi untuk menentukan validitas ini paling banyak digunakan. Selanjutnya dalam memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi, Masrun menyatakan “item yang mempunyai korelasi positif dengan skor total serta korelasi yang tinggi, menunjukan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula.

b) Uji Reabilitas

Pengujian digunakan untuk menunjukan sejauh mana pengukuran dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda pada variabel-variabel pada kuesioner bila dilakukan pengukuran kembali pada subjek yang sama pengujian reabilitas terhadap seluruh item atau pertanyaan pada penelitian ini akan menggunakan rumus koefisien Cronbach Alpha dengan bantuan program SPSS for Windows Versi 16.0.

Nilai Cronbach Alpha kritis pada penelitian ini menggukan nilai 0,60 dengan asumsi bahwa pertanyaan yang diuji akan dikatakan reliabel bila nilai

(12)

Cronbach Alpha ≥ 0,60 (Nunnaly, 1967) dalam Ghozali Imam (2006) Identifikasi Responden

Data identitas responden pada penelitian ini terdiri dari jenis kelamin,

usia, pekerjaan, dan pendidikan terakhir responden. Data tersebut diperoleh dari hasil tabulasi data kemudian di hitung persentase masing-masing data tersebut.

Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden N=50

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Laki-laki 20 40,0 40,0 40,0

Perempuan 30 60,0 60,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

Sumber : Kuesioner Data Responden No.1 Berdasarkan tabel di atas dapat

diketahui bahwa responden yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 30 responden (60,0%) dan berjenis kelamin laki-laki berjumlah 20 responden (40,0%). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa responden yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada laki-laki walaupun perbedaan jumlahnya tidak terlalu signifikan.

Identitas Responden Berdasarkan Usia N=50 Frekuensi Persentase (%) 17 8 16,0 18 18 36,0 19 21 42,0 20 3 6,0 Total 50 100,0

Sumber: Kuesioner Data Responden No. 2

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden dengan usia di atas usia 20 tahun berjumlah 3 responden (6,0%), usia 17 tahun berjumlah 8 responden (16,0%), usia 18 tahun berjumlah 18 responden (36,0%), dan mayoritas responden berada pada usia 19 tahun berjumlah 21 responden (42,0%).

Kategori Variabel Komunikasi Pemasaran (X)

Setelah mendapatkan hasil dari jawaban responden atas kuesioner yang penulis buat maka selanjutnya adalah menganalisis hasil penelitian pada variabel korelasi komunikasi interpersonal Hotel Kesambi Hijau Semarang. Sebelum menentukan kategori tersebut, terlebih dahulu mencari batas kategori melalui panjang interval kelas dengan rumus:

(13)

Jangkauan (R) Panjang interval kelas =

Jumlah kelas (K) Keterangan :

R= Nilai maksimum – Nilai minimum

Nilai maksimum = Skor tertinggi x Jumlah pertanyaan

Nilai minimum = Skor terendah x Jumlah pertanyaan

Jadi :

Nilai maksimum = 5 x 17 = 85 Nilai minimum = 1 x 17 = 17 Jangkauan (R) = Nilai maksimum – Nilai minimum

= 85 – 17 = 68 68 Panjang interval kelas =

3 = 22,6

= 23

Skor Variabel Korelasi Komunikasi Pemasaran (X)

N=50

Skor Kode Kategori 23 sampai 46 1 Rendah 47 sampai 70 2 Tinggi 71 sampai 94 3 Sangat Tinggi Sumber: Olahan Data Primer

Berdasarkan data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada 50 responden, dapat diketahui kesimpulan tanggapan dari responden mengenai variabel korelasi komunikasi pemasaran seperti pada tabel berikut:

Kategorisasi Hasil Penelitian Variabel Komunikasi Interpersonal

N=50

No Kategori Frekuensi Persentase (%) 1 Rendah 0 0 2 Tinggi 41 82% 3 Sangat Tinggi 9 18% Jumlah 50 100%

Sumber: Olahan Data Primer

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa penilaian mahasiswa terhadap korelasi komunikasi pemasaran melalui sosial media yang menyatakan rendah tidak ada. Sedangkan penilaian mahasiswa terhadap korelasi korelasi komunikasi pemasaran melalui sosial media yang menyatakan tinggi, sebanyak 41 responden (82,0%). Selanjutnya penilaian mahasiswa terhadap komunikasi korelasi komunikasi pemasaran melalui sosial media yang menyatakan sangat tinggi, sebanyak 9 responden (18,0%) Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa penilaian pelanggan terhadap korelasi komunikasi interpersonal Hotel Kesambi Hijau Semarang efektif. Variabel Perilaku Beli (Y)

Setelah mendapatkan hasil dari jawaban responden atas kuesioner yang penulis buat maka selanjutnya adalah menganalisis hasil penelitian pada variabel kepuasan pelanggan.

(14)

Sebelum menentukan kategoritersebut, terlebih dahulu mencari batas kategori melalui panjang interval kelas dengan rumus:

Jangkauan (R) Panjang interval kelas =

Jumlah kelas (K) Keterangan :

R= Nilai maksimum – Nilai minimum

Nilai maksimum = Skor tertinggi x Jumlah pertanyaan

Nilai minimum = Skor terendah x Jumlah pertanyaan

Jadi :

Nilai maksimum= 5 x 4 = 20 Nilai minimum= 1 x 4 = 4

Jangkauan (R) = Nilai maksimum – Nilai minimum

= 20 – 4 = 16 16 Panjang interval kelas =

3 = 5,3

= 5

Skor Variabel Perilaku Beli (Y) N=50

Skor Kode Kategori

5 sampai 10 1 Rendah 11 sampai 16 2 Tinggi 17 sampai 22 3 Sangat Tinggi Sumber: Olahan Data Primer

Berdasarkan data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada 50 responden, dapat diketahui kesimpulan tanggapan dari responden mengenai variabel perilaku beli seperti pada tabel berikut :

Kategorisasi Hasil Penelitian Variabel Perilaku Beli

N=50

No Kategori Frekuensi Persentase (%) 1 Rendah 0 0 2 Tinggi 19 38% 3 Sangat Tinggi 31 62% Jumlah 50 100%

Sumber: Olahan Data Primer

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa penilaian mahasiswa terhadap perilaku beli yang berada pada titik rendah tidak ada. Sedangkan penilaian mahasiswa terhadap perilaku beli yang berada pada titik sangat tinggi sebanyak 31 responden (62%). Selanjutnya penilaian mahasiswa terhadap perilaku beli yang berada pada titik tinggi, sebanyak 19 responden (38%). Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa penilaian mahasiswa terhadap perilaku beli sangat tinggi.

Tabulasi Silang

Berikut akan disajikan berupa analisa tabulasi silang antara korelasi Komunikasi Pemasaran (X) terhadap Perilaku Beli (Y) yang bertujuan mengetahui hubungan antara dua variabel yaitu variabel (X) dan variabel (Y).

(15)

Tabulasi Silang Variabel Komunikasi Pemasaran (X) Terhadap Variabel Keputusan Beli (Y) N=50

Y X Rendah Tinggi Sangat Tinggi ∑ Rendah - - - - Tinggi - 20 (40%) 21 (42%) 41 (82%) Sangat Tinggi - - 9 (18%) 9 (18%) ∑ - 20 (40%) 30 (60%) 50 (100% ) Sumber: Olahan Data Primer

Dari tabel di atas menunjukkan sebanyak 21 responden (40,0%) menyatakan jika komunikasi pemasaran tinggi maka perilaku beli sangat tinggi hal ini menunjukkan ada korelasi di antara keduanya. Kemudian sebanyak 20 responden menyatakan jika komunikasi pemasaran tinggi maka perilaku beli tinggi atau terjadi korelasi pada bagian ini. Sedangkan jika komunikasi pemasaran sangat tinggi maka perilaku beli sangat tinggi sesuai dengan banyaknya responden yaitu sebesar 9 responden (18%).

Berdasarkan hasil tabulasi silang tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi pemasaran berpengaruh terhadap perilaku beli, yaitu sebanyak 21 responden atau sebesar 42%. Karena pada

kenyataannya kepuasan konsumen sangat berpengaruh terhadap loyalitas konsumen, hal ini sesuai dengan pendapat Tjiptono (1994 : 19), terciptanya kepuasan konsumen akan memberikan manfaat, di antaranya adalah hubungan antara perusahaan dan konsumen menjadi harmonis, menjadi dasar bagi pembelian ulang serta terciptanya loyalitas konsumen. PENUTUP

Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komunikasi pemasaran melalui media sosial terhadap keputusan membeli mahasiswa Fisip Jurusan Humas Unpand, dari Rumusan masalah penelitian yang diajukan, maka analisis data yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Berdasarkan

tabel pengaruh komunikasi pemasaran

melalui media sosial terhadap keputusan membeli mahasiswa Fisip Jurusan Humas Unpand tinggi, sebanyak 41 responden (82,0%).

Dari simpulan diatas dapat diketahui bahwa komunikasi pemasaran melalui media sosial dalam kategori tinggi, hal ini tampak dari pandangan yang baik dari konsumen

(16)

tentang kategorisasi komunikasi pemasaran dan perilaku beli mahasiswa. Tingginya tingkat kepercayaan terhadap produsen menyebabkan mereka memutuskan untuk membeli produk tersebut.

Saran

Indikator yang penting bagi konsumen adalah Attention (Perhatian) Interest (Minat) Desire (Hasrat) Decision (Keputusan) Action (Kegiatan). Besarnya perhatian yang dimiliki konsumen dan minat yang tinggi mempengaruhi tingginya keputusan konsumen dalam membeli. Oleh karena itu sebaiknya produsen dalam mempromosikan produk dengan jujur dan apa adanya. Tidak perlu dilebih-lebihkan karena konsumen saat ini sudah sangat cerdas dalam memilih dan berbelanja barang atau kebutuhan yang mereka perlukan.

Daftar Pustaka

Amirullah. 2002. Perilaku Konsumen. Jakarta: Graha Ilmu.

Arikunto, Suharsimi. 1988. Prosedur

Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek.

Rineka Cipta.

Baran Stanley, J. dan Davis Dennis K. 2010. Teori Komunikasi Dasar (Pengaruh Pergolakan dan Masa Depan). Jakarta : Salemba Humanika

Effendi, Onong Uchana. 2003. Ilmu

Komunikasi Teori dan Praktek.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

____. 2000. Ilmu Teori dan Filsafat

Komunikasi. Bandung: Citra Aditya

Bakti.

Engel, et all. 2000. Perilaku Konsumen. Jakarta: Binarupa Aksara.

Gallaway, C. 1976. Psycology For

Learning and Teaching. New York :

Mc. Grow Hill

Gulo,W. 1985.Dasar-Dasar Statistik

Sosial. Salatiga: Satya Wacana Press.

Kotler, Philip. 2000. Manajemen

Pemasaran, Jakarta: Prenhallindo.

Liliweri, Alo, 1991. Komunikasi Antar

Pribadi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Littlejohn Stephen W. dan Foss Karen A. 2009. Teori Komunikasi (Theries of

Human Communication) Edisi 9.

Jakarta : Salemba Humanika

McQuail Denis. 2011. Teori

Komunikasi Massa McQuail

(McQuail’s Mass Communication Theory) Edisi 6 Buku 1. Jakarta :

Salemba Humanika

---, 2011. Teori

Komunikasi Massa McQuail

(McQuail’s Mass Communication Theory) Edisi 6 Buku 2. Jakarta :

Salemba Humanika

Morissan, dkk. 2010. Teori Komunikasi Massa (Media, Budaya dan Masyarakat). Bogor : Ghalia

Indonesia

Morissan. 2013. Teori Komunikasi

Individu Hingga Massa. Jakarta :

Kharisma Putra Utama

Rakhmat, Jalaluddin. 2001. Metode

Penelitian komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Simamora, Bilson. 2008. Panduan

Riset Perilaku Konsumen. Jakarta:

Gramedia Pustaka

Utama, Sutisna. 2003. Perilaku

Konsumen dan Komunikasi

Pemasaran. Bandung: Remaja

(17)

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan dalam Siklus II meliputi menginformasikan kembali kepada siswa tentang pembuatan Mind Mapping yang baik dan benar, memberi point pada setiap siswa yang bertanya,

(3) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penguasaan sudut terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal – soal segitiga.. Penelitian ini mengacu pada pembelajaran

Adapun judul dari Laporan Akhir ini adalah “Pengaruh Iklan di Televisi terhadap Keputusan Pembelian Kartu XL pada Mahasiswa Jurusan Akuntansi Program D- III Politeknik

Karyawan yang memiliki hubungan yang kurang baik dengan pemimpinnya akan menunjukkan kinerja yang rendah dan cenderung berkeinginan keluar dari pekerjaannya ( turnover

NIC yang sesuai untuk NOC penyembuhan luka primer, diantaranya:..

Data hasil pretest pada Tabel I dapat dijelaskan bahwa nilai nilai rata- rata (mean) pretest yang diperoleh pada kelas eksperimen I adalah 31,53 lebih rendah dibandingkan pada kelas

Salah satu bagian dari kegiatan e- Learning yang menggunakan fasilitas internet adalah distance learning, merupakan suatu proses pembelajaran, dimana dosen dan maha- siswa tidak

(1) Insan Pemerintah Daerah apabila diminta untuk memberikan gratifikasi yang tidak sesuai dengan ketentuan pemberian, hendaknya melakukan penolakan secara sopan