• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

i

KECENDERUNGAN POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA DUGEM DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN TOPIK-TOPIK PROGRAM PARENTING (Studi Deskriptif Kuantitatif Persepsi Kecenderungan Pola Asuh

Pada Remaja Dugem di beberapa SMA Kota Yogyakarta)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh: Ana Rosminarti NIM: 141114002

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN MOTTO

Orang yang menginginkan impiannya menjadi kenyataan, harus menjaga diri agar tidak tertidur.

(Richard Wheeler)

Ini bumi, tempat yang luas penuh kenangan. Ada sedih, ada senang, duka, suka, ketika bisa semuanya dirasakan,

hati brfungsi dengan baik. (Pidi Baiq)

Segala sesuatu yang bisa kau bayangkan adalah nyata. (Pablo Picasso)

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk

Tuhan Yang Maha Esa yang selalu menjadi sumber kekuatan dalam hidupku

Kedua Orang Tua Tercinta Rodolfo Perez Macrohon & Jamilah

Kakak Tersayang

Indra Hermawan & Dwi Ayu Nanta

Pembimbing yang selalu sabar, memberi semangat dan setia membantu proses penulisan ini hingga akhir

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

KECENDERUNGAN POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA DUGEM DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN TOPIK-TOPIK PROGRAM PARENTING (Studi Deskriptif Kuantitatif Persepsi Kecenderungan Pola Asuh

Pada Remaja Dugem di beberapa SMA Kota Yogyakarta)

Ana Rosminarti Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2018

Penelitian ini bertujuan: (1) Mengetahui pola asuh yang menjadi kecenderungan pada remaja dugem di beberapa SMA di Kota Yogyakarta tahun 2018; (2) Membuat usulan topik-topik program parenting untuk orangtua dalam mencegah perilaku pada remaja dugem di beberapa SMA Kota Yogyakarta tahun 2018 berdasarkan pola asuh orang tua yang mendominan. Subjek penelitian berjumlah 64 siswa di beberapa SMA Kota Yogyakarta.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan Kuisioner Pola Asuh Orangtua. Kuisioner yang disusun terdiri dari 75 item dengan 56 item valid. Nilai koefisien reliabilitas instrumen 0,766. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian data ini adalah analisis deskriptif yang mengacu pada norma kategorisasi Azwar dengan jenjang sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

Hasil penelitian yang diperoleh yaitu: (1) Pola asuh otoriter menjadi kecenderungan pola asuh paling banyak yang diterima oleh remaja dugem sebanyak 86%, pola asuh ke dua yaitu Permissive-Indulgent sebanyak 75%, pola asuh ke tiga yaitu pola asuh Permissive-Indifferent sebanyak 75%, dan pola asuh ke empat yaitu demokratis pola asuh terendah yang diterima remaja dugem sebanyak 50%; (2) Berdasarkan pola asuh yang dominan, usulan topik-topik program layanan Bimbingan dan Konseling yang dapat dikembangkan oleh guru Bimbingan dan Konseling guna memberikan pelayanan informasi untuk orangtua yaitu dengan tema Menjadi Orang Tua Zaman Now dan Apakah Saya Sudah Menyayangi Anak Saya?.

(9)

ix

ABSTRACT

PARENTING PATTERN TENDENCY ON TEENAGERS WHO HANG OUT IN NIGHTCLUBS AND ITS IMPLICATION ON PARENTING

PROGRAM TOPIC SUGGESTIONS

(Descriptive-Quantitative Study on Perception about Parenting Pattern on Teenagers Who Hang Out in Nightclubs in Several Senior High Schools of

Yogyakarta City) Ana Rosminarti Sanata Dharma University

Yogyakarta 2018

This study aims: (1) To know the parenting pattern that becomes a tendency in teenagers who hang out in nightclubs in several senior high schools of Yogyakarta City in 2018; (2) To make suggestions on parenting program topics for parents in preventing behavior teenagers who hang out in nightclubs in several senior high schools of Yogyakarta City in 2018 based on the dominant parenting pattern. Subjects of this research are 64 students in several high schools in Yogyakarta.

This type of research is descriptive-quantitative. Data collection in this study uses Parenting Pattern Questionnaire. The questionnaire consists of 75 items with 56 valid items. The instrument reliability coefficient value is 0.766. The data analysis technique used in this research is descriptive analysis which refers to Azwar categorization norm with very high, high, medium, low, and very low level.

The result of this research are: (1) Authoritarian parenting pattern becomes the most tendency of parenting pattern received by teenagers who hang out in nightclubs, as much as 86%; the second parenting pattern is Permissive-Indulgent, which is as much as 75%; the third parenting pattern is Permissive-Indifferent, which is as much as 75%; and the fourth parenting pattern is democratic pattern, which is the lowest pattern received by teenagers who hang out in nightclubs, which is as much as 50%; (2) Based on the dominant parenting pattern, the proposed topics of Guidance and Counseling service program that can be developed by teacher of Guidance and Counseling to provide information service for parents is the theme of Being Parent of Today’s Age and Have I Already Loved My Children?

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur senantiasa peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kasih-Nya yang mengagumkan sehingga tugas akhir skripsi ini dapat diselesaikan. Peneliti menyadari bahwa karya ilmiah ini tidak akan terselaesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah mendukung dan mendampingi peneliti. Oleh karna itu, secara khusus peneliti memgucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. Selaku Dekan Fakultas keguruan Ilmu dan Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Dr. Gendon Barus , M.Si., Selaku ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ag. Krisna Indah Marheni, S.Pd., M.A., Selaku dosen pembimbing dan kakak perempuan yang selalu memberikan waktu, semangat, dan selalu sabar mendampingi peneliti sehingga banyak ilmu dan pelajaran hidup yang peniliti dapat selama proses penulisan skripsi.

4. Bapak Nasarius Sudaryono, S.Pd., M.Si., Bapak Juster Donal Sinaga, M.Pd., dan Ibu Dra. M.J Retno Priyani, M.Si., Selaku dosen yang memberi semangat agar tidak meneyerah dan memberi bekal melalui cerita-cerita kehidupan sehingga peneliti dapat berjuang sampai dengan titik ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen di Program Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi peneliti.

(11)

xi

6. Siswa-siswi SMA BOPKRI 2 Yogyakarta dan SMA Budi Luhur Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018 atas kerjasama dan kesediaannya untuk mengisi kuisioner penelitian ini.

7. Orangtua ku tercinta Bapak Rodolfo Perez Macrohon & Ibu (alm) Jamilah yang selalu mendoakan dan sabar mendidik peneliti sampai saat ini.

8. Kakak ku Indra Hermawan dan istrinya Dwi Ayu Nanta, yang selalu sabar mendidik, mendoakan, dan membekali berbagai pengalaman hidup sampai saat ini agar peniliti dapat mencapai cita-cita yang diimpikan.

9. Sahabatku sedari SMP Silva Putri M, Vendy Ferdanasa, Diah Tia Eka dan Keluarga Tomorejo yang selalu mendoakan, mendampingi dari senang maupun susah, dan memberi semangat peneliti hingga saat ini.

10. Monica Wuluh Gandasuli, Vincensia Ririn, Dinda Tiara Putri R dan Pratiwi Yuliana, yang sudah memberikan waktu untuk membantu dan memberi semangat untuk peneliti.

11. Tommy Sadewa, yang sudah menemani, memberi dukungan, dan menjadi pendengar keluh kesah peneliti.

12. Sahabat ku tercinta Vitalis Herjayanto, Adepina Senja, Thomas Govanis, Yosep Arimathea, Elisabet Lentera, Cristian Ade P, dan CB Eko Indah Sasongko, yang selalu mendampingi peneliti dari suka dan duka, menjadi pengingat yang sangat berpengaruh, dan membantu peneliti selama proses penulisan skripsi.

13. Sahabat Ariesta, adikku Sarifatul Nuraini, Gabriella, Lina R, Rega Depy, yang selalu menjadi teman disaat susah maupun senang, serta menjadi alarm buat peniliti agar tetap maju dan pantang menyerah.

(12)
(13)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN MOTTO ...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ...vii

ABSTRAK ...viii

ABSTRACT ...ix

KATA PENGANTAR ...x

DAFTAR ISI ...xiv

DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM ...xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...xvii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...9 C. Pembatasan Masalah...9 D. Rumusan Masalah ...10 E. Tujuan Penelitian ...10 F. Manfaat Penelitian ...10 G. Batasan Istilah ...11

BAB II KAJIAN TEORI ...13

A. Pola Asuh Orang Tua ...13

1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua ...12

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua ...14

3. Macam-macam Pola Asuh Orang Tua ...15

(14)

xv

B. Dugem ...22

1. Pengertian Dugem ...22

2. Faktor Penyebab Dugem ...23

3. Ciri-ciri Dugem ...24

4. Pandangan atau Image Dugem ...25

C. Remaja Akhir ...27

1. Pengertian Remaja Akhir...27

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menyimpang pada remaja ...28

3. Tugas Perkembangan Remaja ...29

4. Karakteristik Perkembangan Remaja Akhir ...31

5. Konflik yang Dialami Oleh Remaja ...33

D. Kajian Penelitian yang Relevan ...34

E. Kerangka Pikir ...36

BAB III METODE PENELITIAN ...40

A. Jenis Penelitian ...40

B. Tempat dan Waktu Penelitian ...39

C. Populasi dan Sampel Penelitian ...41

1. Populasi ...41

2. Sampel ...41

D. Definisi Variabel Penelitian...42

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ...42

1. Teknik Pengumpulan Data ...42

2. Instrumen Pengumpulan Data ...42

F. Validitasi dan Reliabilitas Instrumen ...48

1. Validitas ...48

2. Reliabilitas ...53

G. Teknik Analisis Data ...54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...57

(15)

xvi

B. Pembahasan Hasil Penelitian ...63

C. Usulan Program Layanan Bimbingan yang Sesuai ...69

BAB V PENUTUP ...69

A. Simpulan ...71

B. Keterbatasan Penelitian ...71

C. Saran ...72

(16)

DAFTAR TABEL DAN DIAGARAM

Tabel 2.1 Kerangka Pikir Pola Asuh Orangtua pada Remaja Dugem

...39

Tabel 3.1 Norma Skoring Pola Asuh Orang Tua Remaja Dugem ...43

Tabel 3.2 Kisi-kisi Pola Asuh Orang Tua Remaja Dugem ...45

Tabel 3.3 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas ...50

Tabel 3.4 Relibilitas Item ...53

Tabel 3.5 Kriteria Guilford ...54

Tabel 3.6 Norma Kategorisasi ...55

Tabel 3.7 Norma Kategorisasi Skor Item Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja Dugem di beberapa SMA Kota Yogyakarta ...56

Tabel 4.1 Rekapitulasi Presentasi yang Menjadi Kecenderungan Pola Asuh Orangtua Pada Remaja Dugem ...57

Tabel 4.2 Penggolongan Pola Asuh Demokratis ...59

Tabel 4.3 Penggolongan Pola Asuh Otoriter ...59

Tabel 4.4 Penggolongan Pola Asuh Permissive-Indulgent ...60

Tabel 4.5 Penggolongan Pola Asuh Permissive-Indiferent...60

Tabel 4.6 Kategori Skor Butir Instrumen Pola Asuh Orangtua pada Remaja Dugem di beberapa SMA Kota Yogyakarta...61

Tabel 4.7 Item-item yang Tergolong Dalam Kategori Tinggi ...62

Tabel 4.8 Usulan Topik-topik Program Parenting di Beberapa SMA Kota Yogyakarta ...70

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 75 Lampiran 2. Kuesioner Penelitian ... 77 Lampiran 3. Hasil Komputasi Uji Validitas Item-Total Instrumen Penelitian ... 83 Lampiran 4. Tabulasi Data Penelitian ... 93

(18)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah yang digunakan.

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini salah satu pembangunan yang cukup berkembang pesat yaitu pembangunan di sektor industri hiburan. Salah satu industri hiburan yang sering kita dengar yaitu dunia gemerlap (dugem). Dugem tidak lepas dari dari kilatan lampu disko yang gemerlap dan musik-musik yang dimainkan oleh DJ (Disk Jocky) yang saat ini kerap datang dari luar negri. Para clubbers (sebutan individu yang suka dugem) digolongkan dari berbagai macam tingkat usia, salah satunya yaitu saat usia 17-22 tahun yang disebut remaja akhir.

Aktivitas para clubbers yaitu individu yang bergoyang menggerakan badan mengikuti irama musik di bawah lampu disko. Tidak hanya bergoyang, namun remaja juga merokok, mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan minum-minuman beralkohol adalah sebagian kecil gambaran perilaku remaja di tempat hiburan dugem seperti diskotik, pub,

cafe dan bar (Bagaskoro 2006).

Menurut Susanto (dalam Tjahjanto, 2009) ada 2 Pandangan atau

Image Dugem, yaitu; (1) Pandangan Positif: individu dapat menunjukan

kemampuan financial, dicap sebagai “anak gaul”, dan menunjukan

(19)

kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan secara trendy sesyai dengan perkembangan zaman. (2) Pandangan Negatif: dugem dapat menurunkan perfoma pendidikan serta membahayakan remaja karena sangat dekat dengan obat terlarang dan seks bebas, menghambur-hamburkan uang untuk kesenangan semu dan sangat membahayakan karena sangat dekat dengan narkotika, untuk putri party goers mereka akan dianggap sebagai “perempuan nakal”, bagi sekelompok golongan agamawan clubbing dianggap sebagai kegiatan maksiat.

Saat ini dugem sudah menjadi kecenderungan pada masa remaja, sehingga banyak bermunculan diskotik dan kafe-kafe seperti Liquid, Boshe dan Terrace, yang ramai di kunjungi. Semakin meningkatnya kecenderungan remaja untuk dugem semakin sering pula tempat hiburan mengadakan event.

Dari obeservasi peneliti di dalam dugem, clubbers dapat melakukan kegiatan apa saja. Tidak hanya berrgoyang, mendengarkan musik, dan memimun-minuman keras, namun mereka juga dapat melakukan kegiatan sex seperti petting dengan siapapun tanpa adanya larangan. Hal ini sangat berbdampak buruk bagi para remaja khususnya remaja yang masih bersekolah. Selain karena akan mengganggu jam sekolah mereka, dugem ini pun akan mendekatkan mereka ke sex bebas dan narkotika.

Pada saat masa remaja akhir, mereka mengalami masa transisi dari anak ke dewasa sehingga mudah sekali terbuka oleh perubahan-perubahan

(20)

yang masuk. Mudahnya remaja memperoleh gadget dan akses internet membuat remaja mudah terpangaruh oleh hal-hal yang menurut budaya timur adalah suatu hal yang tabu. Salah satunya yaitu dugem. Pengaruh globalisasi ini sangat mengalihkan perhatian, sehingga tugas remaja sebagai pelajar menjadi terabaikan, dan melupakan kewajiban mereka sebagai seorang pelajar.

Pada masa remaja akan lebih mudah stress yang diakibatkan oleh rutinitas mereka sehari-sehari, banyaknya tugas dan kegiatan di sekolah maupun luar sekolah, tekanan dari lingkungan sosial, sampai dengan orangtua yang mengharuskan remaja mengikuti segala peraturan orangtua tanpa melakukan kesepakatan terlebih dahulu. Sedangkan ketika remaja sedang stress karena rutinitas mereka di luar rumah, mereka sangat butuh dukungan dari orangtua.

Remaja akhir berada di tahap menuju ke masa dewasa, sehingga membuat individu yang berada di masa ini belum mampu berpikir matang, cenderung labil dalam mengambil suatu keputusan, dan mereka masih berada pada masa mencari jati diri. Pada masa ini perkembangan remaja harus didampingi oleh orangtua, karena bila tidak didampingi remaja dapat melakukan penyimpangan-penyimpangan moral dan etika yang dapat merusak dirinya sendiri. Maka dari itu peran keluarga sangatlah mempengaruhi dalam perkembangan masa remaja akhir ini. Setiap orangtua pasti ingin yang terbaik untuk anak-anaknya, agar dapat

(21)

menemukan pilihan hidup yang terbaik. Hal ini akan dikatakan berhasil dapat di lihat dari pengasuhan orangtua.

Kohn (Santrock, 2002) menyatakan bahwa pola asuh merupakan interaksi orang tua dengan anak. Pola asuh sendiri berupa perhatian yang berupa materi dan dapat berupa non materi seperti kasih sayang, pemberian rasa aman, ketentraman, kedamaian, dan lain-lain. Pola asuh yang benar akan memicu tumbuhnya nilai-nilai moral dan perilaku yang baik seperti yang orangtua inginkan. Menurut Baumrind (dalam Marheni, 2009) ada tiga jenis pola asuh orang tua yang berpengaruh dalam pekembangan remaja, yaitu: (1) otoriter, dalam pola asuh otoriter orangtua cenderung ikut campur dalam kehidupan remaja, menuntut remaja agar menuruti peraturan yang dibuat dan cenderung menghukum jika remaja melakukan kesalahan. (2) demokratis, dalam pola asuh demokratis orangtua memberi kesempatan kepada remaja untuk mengemukakan pendapatnya. (3) permisif, pola asuh permisif dibagi menjadi dua yaitu

indifferent dan indulgent. Pola asuh permissive-indifferent orangtua tidak ingin terlibat dalam kehidupan remaja serta tidak

adanya pengontrolan bagi kehidupan remaja. Permissive-indulgent orangtua cenderung menuruti semua keinginan anak dan tidak memberikan hukuman.

Ketiga pola asuh tersebut akan berdampak baik bagi perkembangan remaja, apabila orangtua dapat menerapkan pola asuh secara tepat dan sesuai dengan perkembangan remaja. Di kehidupan nyata, seringkali

(22)

orangtua salah dalam mengasuh remaja, seperti orangtua yang selalu menuntut remaja agar mematuhi peraturan yang dibuat, orangtua menerapkan kembali pola pengasuhan yang pernah diterimanya, serta kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orangtua. Apabila orangtua tidak menerapkan pola pengasuhan dengan baik, hal ini tentu saja berdampak buruk bagi perkembangan remaja. Masa remaja merupakan masa peralihan transisi dari masa anak-anak ke dewasa, salah satu ciri-ciri pada masa ini remaja mempunyai asumsi yang kuat bahwa pendapat mereka yang paling benar, serta timbul sikap menentang dan melawan orangtua.

Remaja adalah salah satu kelompok masyarakat yang kerap dikaitkan dengan kenakalan. Kategori kenakalan remaja dapat dikategorikan sebagai perilaku menyimpang, dan mengabaikan norma sosial yang berlaku secara umum. Remaja merupakan asset bagi bangsa jika remaja menunjukan potensi yang positif. Menurut artikel (Kusmiyati, 2013) ditulis bahwa penyebab kenakalan remaja bisa timbul dari sifat bawaan atas dari keluarga misalnya orangtua yang terlalu sibuk, kurangnya komunikasi atau perceraian. Orangtua yang terlalu sibuk dan jarang berkomunikasi dengan anaknya terkadang kurang memerhatikan perkembangan anak, padahal di masa remaja ini orangtua sangatlah dibutuhkan oleh remaja untuk berbagi cerita bahkan pendapat. Kurangnya perhatian dari orangtua akan menimbulkan dampak remaja akan lebih nyaman ketika mereka melakukan aktivitas di luar rumah. Remaja yang

(23)

sudah merasa tidak nyaman berada di dalam rumah maka akan mudah terpengaruh lingkungan luar rumah. Penjelasan ini menggambarkan pola asuh permisif yang dimana orangtua cenderung tidak ingin terlibat dalam keseharian remaja.

Menurut Kusmiyati (2013) kenakalan remaja yang kerap terjadi salah satunya yaitu penyalahgunaan narkotika, obat-obat terlarang dan minuman keras.Hal ini sangat mudah sekali di dapatkan di dalam dugem. Pada masa remaja, mereka cenderung mengikuti segala perkembangan yang ada di lingkungan mereka. Remaja kerap menganggap orang-orang yang tidak mengikuti jaman adalah remaja yang tidak keren. Dugem menurut remaja merupakan sebuah kemajuan yang harus diikuti, dan dapat menghilangkan segala kepenatan dari aktivitas mereka. Dariyo (2004) mengatakan remaja memiliki emosi yang labil.

Berbeda dengan kenyataan yang terjadi saat ini, orangtua selalu menginginkan remaja untuk dapat menjalani aktivitas yang sudah orangtua tentukan. Sama seperti pola asuh otoriter dimana orangtua menuntut remaja untuk mengikuti apa yang orangtua katakakan dan cenderung menghukum. Hal ini menimbulkan keinginan remaja untuk melakukan aktivitas yang dapat membuat dirinya senang. Tidak menutup kemungkinan remaja meluapkan emosi dengan memilih dugem, karena di dalam aktivitas dugem menjanjikan segala bentuk kegembiraan, sehingga remaja tidak pernah merasa bersalah dengan apa yang mereka lakukan,

(24)

bercerita dengan bangga, menganggap dugem adalah sebuah kewajaran, dan trend dikalangan mereka.

Remaja tidak sungkan lagi menunjukan dirinya ketika melakukan aktivitas dugem, hal ini terlihat ketika peniliti observasi melalui media sosial seperti instagram yang semua orang bisa melihat. Dari observasi dan wawancara yang peniliti lakukan kepada salah satu subjek di salah satu SMA Kota Yogyakarta, subjek mengatakan bahwa subjek dan teman-teman kerap mengunjungi dugem ketika ada event, merayakan pesta ulang tahun, dan menghilangkan rasa penat karena kondisi di rumah. Dalam

Instagram remaja secara terbuka memperlihatkan bahwa mereka sedang

melakukan aktivitas dugem. Salah satu contoh yang peniliti ambil dari media sosial instagram (22 oktober 2017) yaitu seorang remaja putri berusia 17tahun berada di salah satu tempat dugem di Yogyakarta. Remaja putri tersebut berfoto dengan meminum minuman keras dengan

caption“17+”.

Kurangnya pemahaman remaja dalam dunia gemerlap (dugem) ini akan menimbulkan hal-hal yang negatif seperti, pemerkosaan, pembunuhan, pencurian, hingga pemerkosaan karena penggunaan narkoba dan minum-minuman keras/beralkohol. Dampak dugem juga berpengaruh pada aktivitas remaja di sekolah. Aktivitas dugem berlangsung pada malam hingga pagi hari, hal ini akan berpengaruh pada aktivitas di sekolah remaja. Remaja akan tidak fokus dan mengantuk ketika pelajaran di sekolah berlangsung, tidak memiliki banyak waktu untuk belajar, dan

(25)

nilai-nilai mereka akan menurun. Sedangkan remaja memiliki kewajiban untuk belajar agar dapat melanjutkan pendidikan mereka kejenjang yang lebih tinggi dan baik.

Dugem seringkali di persepsikan sebagai suatu hal yang negatif,

meskipun sebenarnya aktivitas dugem bukan hal yang bisa dianggap negatif. Negatif atau tidaknya aktivitas dugem tergantung dari tujuannya. Karena kita berada di budaya timur, dugem dianggap sebagai salah satu tempat yang tabu. Negara Indonesia mempunyai norma-norma yang harus dipatuhi oleh masyarakatnya.Norma tersebut bersifat wajib dipatuhi oleh masyarakatnya dan memilik manfaat bagi kelangsungan hidupnya.

Maka dari itu, peran serta pola orangtua sangatlah dibutuhkan untuk mengarahkan remaja dalam mengambil keputusan dengan benar. Remaja membutuhkan teladan orangtua sebagai dasar tingkah laku mereka. Tentunya teladan tersebut di dapatkan remaja lewat pola asuh yang diberikan orangtua sehari-hari karena pola asuh orangtua sangatlah dominan dalam perkembangan seorang remaja akhir.

Pola asuh orangtua di dasari dengan adanya perhatian, kasih sayang, dan memberi remaja kesempatan untuk berpendapat dan menegembangkan ide-ide yang mereka miliki. Orangtua perlu melakukan kontrol terarah tehadap remaja, di mana orangtua mengawasi perilaku remaja dan memberikan remaja tanggung jawab kepada remaja atas segala sesuatu yang dilakukan. Adapun pola asuh yang cenderung menghukum remaja, sebaiknya diberikan pada saat yang tepat.

(26)

Dari data-data di atas peneliti tertarik untuk mengetahui Kecenderungan Pola Asuh Orang Tua pada Remaja Dugem di beberapa SMA Kota Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah diatas, terkait dengan maraknya remaja yang memasuki dunia gemerlap (dugem). Dapat diidentifikasi beberapa masalah berikut :

1. Maraknya remaja yang terjerumus dalam dunia gemerlap. 2. Remaja tertekan karena keinginan orangtua.

3. Orangtua terlalu sibuk dengan pekerjaan.

4. Remaja tidak mendapatkan perhatian penuh dari orangtua.

5. Kebebasan yang diberikan oleh orangtua di salah gunakan oleh remaja sehingga mereka melupakan kewajiban sebagai seorang pelajar.

6. Maraknya remaja terjerumus dalam narkoba dan sex bebas. 7. Kurangnya pemahaman remaja terhadap aktivitas dugem.

8. Orangtua memaksakan remaja agar mengikuti segala aktivitas yang telah orangtua tentukan.

C. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini hanya berfokus untuk menjawab beberapa masalah yang terindentifikasi dari latar belakanh masalah yaitu kecenderungan pola asuh remaja dugem.

(27)

D. Rumusan Masalah

1. Kecenderungan Pola Asuh Orang Tua mana saja yang di alami pada remaja dugem di beberapa SMA di Kota Yogyakarta tahun 2018? 2. Berdasarkan kecenderungan empat jenis pola asuh orangtua yang

dominan, usulan topik-topik program apa sajakah yang dapat di usulkan untuk pihak sekolah guna memberikan pelayanan informasi bagi orangtua dalam mencegah perilaku pada remaja dugem di beberapa SMA Kota Yogyakarta tahun 2018?

E. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian yaitu:

1. Mengetahui kecenderungan Pola Asuh Orang Tua mana saja yang di alami pada remaja dugem di beberapa SMA di Kota Yogyakarta tahun 2018.

2. Mengusulkan topik-topik program berdasarkan kecenderungan empat jenis pola asuh orangtua yang dominan, dapat di usulkan untuk pihak sekolah guna memberikan pelayanan informasi bagi orangtua dalam mencegah perilaku pada remaja dugem di beberapa SMA di Kota Yogyakarta tahun 2018.

F. Manfaat Penelitian

Adanya penelitian ini, peneliti berharap muncul beberapa manfaat sebagai berikut:

(28)

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi di bidang ilmu Bimbingan dan Konseling dengan tema Kecenderungan Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja Dugem dan Implikasinya Pada Usulan Topik-Topik Program

Parenting.

2. Manfaat praktis

a. Bagi pihak sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan usulan topik-topik program layanan BK yang dapat diusulkan sebagai pelayanan informasi bagi orangtua agar mampu menerapkan pola asuh manakah yang tepat untuk remaja. b. Orang tua

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan untuk orang tua dalam menentukan pola asuh mana yang lebih tepat bagi remaja.

c. Peneliti lain

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi peneliti lain dalam mengembangkan penelitian tentang kecenderungan pola asuh orang tua pada remaja dugem

G. Batasan Istilah

1. Pola asuh orangtua adalah interaksi anak dan orangtua, di mana orangtua mengarahkan anaknya dengan mengubah tingkah laku, serta

(29)

nilai-nilai yang dianggap paling tepat oleh orangtua agar anak dapat mandiri, tumbuh berkembang secara baik.

2. Dugem adalah kata singkat dari dunia gemerlap. Di dunia gemerlap ini remaja mengartikan sebagai dunia kebebasan, kebahagiaan, bebas berekspresi dan modern, yang dapat di datangi di tempat yang biasa kita dengar. Seperti, diskotik, café, pub, bar, dan lain-lain. Tidak hanya hal itu. Saat berada dalam dugem remaja akan di suguhi dengan berbagai makanan dan minuman beralkohol. Dugem ini tidak berada di Indonesia saja, namun sudah marak di seluruh dunia.

3. Remaja akhir, yaitu masa pertumbuhan dari anak ke dewasa. Masa remaja ini bermula dari perubahan fisik, berat dan tinggi badan, serta gaya berfikir anak.

(30)

BAB II

KAJIAN TEORI

Bab ini berisi landasan teori yang dijadikan dasar untuk menghubungkan kerangka konseptual. Berdasarkan judul penelitian, maka dalam bab ini peneliti akan mengemukakan beberapa konsep yang berkaitan dengan variable penelitian, yaitu: kajian teori, kajian penelitian yang relevan, kerangka pikir.

A. Pola Asuh Orang Tua

1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Keluarga memiliki pengaruh besar terhadap masa pembentukan dan perkembangan anak.Salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam pembentukan dan perkembangan anak yaitu pola asuh.dalam mengasuh anak oran tua dapat dipengaruhi oleh budaya yang ada di lingkungannya. Orang tua memiliki cara pengasuhan yang berbeda-beda dalam memelihara, membimbing, dan mengarahkan anaknya. Kenny (1991) menyatakan bahwa pola asuh adalah cara orangtua membentuk perilaku anak-anak mereka yang meliputo semua peringatan atau aturan, pengajaran dan perencanaan.

Menurut Kohn (Santrock, 2002) pola asuh merupakan sikap orangtua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap yang dimaksud disini meliputi cara orang tua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orang tua menunjukan otoritasnya, dan cara orang tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya.

Berdasarkan uraian di atas menurut menurut peneliti pola asuh orang tua adalah pernanan penting orang tua dalam memberikan nilai-nilai

(31)

yang di anggap orang tua tepat untuk anak, agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan tepat di kehidupan anak.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua

Menurut Manurung (1995) ada tiga faktor yang mempengaruhi dalam pola pengasuhan orang tua yaitu:

a. Latar Belakang Pola Pengasuhan Orang Tua.

Orang tua belajar dari metode pola pengasuhan yang pernah didapat dari orang tua mereka sebelumnya.

b. Tingkat Pendidikan Orang Tua

Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan berbeda dengan pola pengasuhan orang tua yang hanya memiliki tingkat pendidikan yang rendah.

c. Status Ekonomi serta Pekerjaan Orang Tua

Orang tua yang cenderung sibuk dalam urusan pekerjaannya terkadang menjadi kurang memperhatikan keadaan anak-anaknya. Pada keadaan ini orang tua akan menyerahkan kewajiban mereka dalam mengurus anak kepada pembantu, yang pada akhirnya pola pengasuhan akan sesuai seperti yang diterapkan oleh pembantu.

Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulan bahwa faktor yang mempengaruhi pola asuh adalah latar belakang pola pengasuhan orang tua, tingkat pendidikan orang tua, dan status ekonomi serta pekerjaan orang tua.

(32)

3. Macam-macam Pola Asuh Orang Tua

Menurut Baumrind (1971) ada 3 macam pola asuh yang digunakan orang tua dalam mendidik anak-anaknya, yaitu :

a. Pola Asuh Authoritative (Demokratis)

Orang tua authoritative merupakan kombinasi unik antara pemberian kontrol yang tinggi dan dorongan positif orangtua terhadap otonomi dan perjuangan atau usaha mandiri anak. Orangtua dengan pola asuh ini, berusaha mengarahkan aktivitas anak tetapi secara rasional; mendorong anak dengan memberi masukan dan penerimaan, serta menjelaskan alasan dibalik kebijakannya.

Orangtua mengenakan seperangkat standar untuk mengatur anak-anaknya yang sesuai dengan perkembangan kemampuan dan kebutuhan anak-anaknya, serta tidak menutut anak di luar batas kemampuannya. Orangtua authoritative menempatkan nilai yang tinggi pada perkembangan kemandirian dan pengaturan diri; menanamkan kebiasaan-kebiasaan rasional, berorientasi pada permasalahan, sering melibatkan diri pada perbincangan dan penjelasan dengan anak-anak mereka mengenai persoalan-persoalan disiplin dan pemecahan masalah secara konstruktif.

Orang tua authoritative mendorong anak-anak agar mandiri tetapi masih menetapkan batas-batas dan

(33)

pengendalian atas tindakan-tindakan mereka. Musyawarah verbal yang ekstensi dimungkinkan, dan orangtua memperlihatkan kehangatan serta kasih sayang kepada anak. Orangtua selalu mendoronginteraksi saling memberi dan menerima; mendukung, menerima dan bertanggung jawab dalam pertimbangan berbagai alternative, tetapi tidak mendominasi anak; menggunakan wewenang, tetapi dalam penerapannya lebih bersifat membimbing; sering kali bekerjasama dengan dengan anak dalam membuat keputusan; dan mendorong anak untuk melepaskan dirinya secara berangsur-angsur dari pihak keluarga. Mereka sungguh menghargai anak sebagai pribadi yang membutuhkan bimbingan orangtua di satu pihak, tetapi di pihak lain sebagai pribadi yang ingin mandiri.

Gaya pengasuhan authoritative memiliki ciri-ciri; orangtua menjadikan dirinya sebagai model panutan bagi anak-anaknya dalam membuat keputusan akhir dalam keluarga, orangtua menghargai disiplin anak-anaknya.

b. Pola Pengasuhan Authoritarian (Otoriter)

Pola pengasuhan authoritarian adalah suatu gaya pengasuhan yang membatasi dan menghukum. Pola asuh ini cenderung menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orangtua dan menghormati pekerjaan dan usaha. Orangtua

(34)

dengan pola asuh ini tidak dekat dengan anak tetapi mengatur dan kurang hangat. Orangtua authoritarian cenderung untuk membentuk, mengontrol, dan mengevaluasi sikap dan perilaku anak berdasarkan standar-standar keagamaan. Orangtua menuntut kepatuhan yang tinggi. Mereka lebih suka menghukum, dictator dan kaku dalam menerapkan disiplin anak-anak. Mereka cenderung untuk tidak mendukung perilaku bebas dan melarang otonomi anak.

c. Pola Pengasuhan Laissez-faire (Permissive) Bebas/Manja Pola pengasuhan laissez-faire yang sering disebut dengan pengasuhan permissive, merupakan gaya pengasuhan orangtua yang tidak mengatur, tidak menuntut, dan relatif hangat. Pola asuh permissive terdiri dari dua pengasuhan yaitu; permissive-indifferent dan permissive-indulgent.

Pengasuhan permissive-indifferent adalah suatu gaya dimana orangtua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Orangtua dengan gaya pengasuhan ini menolak dan tidak mengontrol kehidupan anak. Artinya, mereka punya kepedulian yang sangay rendah terhadap proses perkembangan anak. Mereka tidak perduli terhadap kebutuhan kegiatan, maupun pergaulan anak-anak dengan teman-teman sebayanya.Mereka mengabaikan pendapat atau

(35)

masukan anak dalam membuat keputusan.Mereka juga sering menjauhi anak baik secara fisik maupun psikis.

Pengasuhan permissive-indulgent merupakan suatu gaya pengasuhan dimana orangtua berusaha untuk berperilaku tidak menghukum dan menerima keinginan dan tidakan anak. Orangtua dengan gaya pengasuhan ini tidak menuntut tanggungjawab dalam rumah, tidak berlaku sebagai pihak aktif yang bertanggungjawab dalam membentuk anak. Orangtua dengan pola asuh tipe ini, seringkali menghindari pengawasan terhadap anak. Pengawasan dipandang sebagai pengenkang atau pelanggaran terhadap kebebasan anak. Mereka melayani atau membantu anak sepenuhnya dalam hamper setiap kegiatan dan cenderung memanjakan anak. Orangtua juga sering melindungi atau menyayangi anak secara berlebihan dengan standar yang rendah.

Orangtua dengan jenis pola asuh seperti ini, membiarkan anak-anak mereka melakukan apa saja yang mereka inginkan dan akibatnya ialah anak-anak tidak pernah belajar mengendalikan perilaku mereka sendiri dan selalu mengharapkan kemauan mereka dituruti.

(36)

4. Aspek-aspek Pola Asuh

Aspek-aspek Pola Asuh menurut Baumrind (dalam Irmawati, 2002), yaitu :

a. Pengasuhan otoritatif (authoritative parenting)

Aspek dalam pengasuhan otoritatif ini adalah pengasuhan orangtua yang ekstra ketat terhadap anak mereka. Namun orang tua dalam pengasuhan ini bersifat responsif, menghargai, dan menghormati pikiran, perasaan, serta mengikut sertakan anak dalam mengambil keputusan. Pengasuhan otoritatif ini pun dikaitkan dengan harga diri yang tinggi, memiliki moral yang standar, kematangan psikososial, kemandirian, sukses dalam belajar.

b. Pengasuhan otoriter (authotarian parenting)

Aspek dalam otoriter ini adalah orang tua membatasi serta menuntut anak mereka agar mengikuti perintah dari orang tua, menetapkan batasan-batasan yang tegas dan tidak memberi kesempatan kepada anak dalam mengemukakan pendapat. Orang tua pengasuhan otoriter bersikap sewenang-wenang dan tidak demokratis dalam membuat keputusan serta kurang menghargai pemikiran dan perasaan mereka.

c. Pengasuhan permissive-indulgent

Aspek-aspek dalam pengasuhan ini adalah orang tua yang kurang dalam kemampuan mengendalikan diri anak, cenderung

(37)

membiarkan anak-anak mereka melakukan apa yang anak ingin lakukan, dan mengakibatkan anak tidak pernah belajar mengendalikan perilaku mereka sendiri dan cenderung manja. d. Pengasuhan permissive-indifferen

Aspek dalam pengasuhan ini adalah orang tua sangat tidak teribat dalam kehidupan anaknya. Anak-anak yang dibesarkan oleh orangtua yang menerapkan pola asuh ini kurang percaya diri, pengendalian diri yang buruk, dan rasa harga diri rendah. Contoh dalam pengasuhan ini adalah orang tua tidak perduli dengan kehidupan anak dan tidak memberikan bimbingan maupun rasa kasih sayang kepada anaknya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh memiliki pengaruh yang besar terhadap anak-anaknya. Orangtua berinteraksi dengan anaknya dengan cara orang tua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, bagaimana cara orang tua menunjukan otoritasnya, dan cara orang tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya. Ada pula faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orangtua seperti latar belakang pola pengasuhan orang tua, tingkat pendidikan orang tua, dan status ekonomi serta pekerjaan orang tua.

Pola asuh orang tua memilki beberapa jenis pengasuhan, yaitu: (1) pola asuh demokratis, yang dimana orangtua

(38)

menghargai keputusan anaknya serta menjadi model panutan dalam membuat keputusan. (2) otoriter, dalam pola asuh otoriter dimana orangtua menuntut anaknya agar menuruti peraturan yang dibuat, serta menghukum jika remaja melakukan kesalahan. (3) permisif, pola asuh permisif dibagi menjadi dua yaitu indifferent dan

permissive-indulgent. Pola asuh permissive-indifferent orangtua tidak ingin

terlibat dalam kehidupan remaja serta tidak adanya pengontrolan bagi kehidupan anaknya. Permissive-indulgent orangtua cenderung menuruti semua keinginan anaknya.

Selain memiliki beberapa jenis pola pengasuhan, pola asuh orang tua juga memiliki aspek-aspek, seperti; (1) pengasuhan orangtua yang ekstra ketat terhadap anak, bersifat responsif, menghargai, dan menghormati pikiran, perasaan, serta mengikut sertakan anak dalam mengambil keputusan. (2) orang tua membatasi serta menuntut anak mereka agar mengikuti perintah dari orang tua. (3) orang tua yang kurang dalam kemampuan mengendalikan diri anak, dan cenderung membiarkan anak-anak mereka melakukan apa yang anak ingin lakukan. (4) orang tua sangat tidak teribat dalam kehidupan anaknya.

(39)

B. Dugem

1. Pengertian Dugem

Istilah dugem memiliki banyak makna. Ada yang berpendapat dugem itu sekedar nongkrong di kafe atau pub. Ada juga yang mengaku dugema dalah refreshing yang dilakukan di malam hari. Pendapat lain menyatakan kalau dugem tidak harus identik dengan kafe, pub, diskotik atau kemewahan; tetapi lebih menonjolkan sisi kebebasan, luapan kesenangan secara berlebihan untuk memanjakan diri, mengekspresikan diri, dan meluangkan waktu untuk diri sendiri.

Menurut Perdana (2003), dugem adalah sebagai suatu istilah prokem yang merujuk pada suatu dunia malam yang bernuansa kebebasan, ekspresif, modern, teknologis, konsumeristik dan metropolis yang menjanjikan segala bentuk kegembiraan sesaat.

Dugem adalah kebiasaan sebagian besar orang yang gemar

menghabiskan waktu malamnya untuk berpesta pora dengan teman atau pasangannya yang dilakukan dengan berbagai suguhan menu makanan dan minuman beralkohol.

Menurut Ruz (dalam Tjahjanto, 2009) clubbing atau dugem sebagai alternative mengisi waktu akhir pecan remaja dengan berkumpul dengan teman sepermainan atau pacar di café, mendengarkan music di pub atau rumah karaoke, joget di diskotik dari malam hingga pagi. Penggemar clubbing biasanya cenderung memiliki penampilan yang khas.Hal ini selaras dengan yang dikatakan

(40)

Muharammi (dalam Tjahjanto, 2009), bahwa ketika clubbing wanita cenderung berpakaian lebih beran dan terbuka.

Jadi menurut peneliti dugem adalah kebiasaan sebagian besar orang yang gemar menghabiskan waktu malamnya untuk berpesta pora dengan pergi ke suatu club, pub, atau cafe dengan disuduhi berbagai minuman berakohol dan menjajikan kesenangan.

2. Faktor Penyebab Dugem

Menurut Gerungan (Perdana, 2003), faktor utama yang menyebabkan remaja dugem adalah kaum remaja yang memiliki status ekonomi yang cukup baik. Hal ini terlihat dari kebutuhan-kebutuhan material (finansial) yang menopang aktifitas dugem yang jelas membutuhkan dana yang besar. Mulai dari kebutuhan kostum, properti, kendaraan hingga perangkat di dugem itu sendiri seperti minuman keras atau narkoba.

Remaja yang memiliki status ekonomi yang tinggi akan lebih mudah membeli minum-minuman keras dan berbagai properti ketika mengikuti aktivitas dugem karena segala kebutuhan dapat dengan mudah mereka beli. Berbeda dengan remaja yang memiliki status ekonomi yang rendah, mereka akan berfikir-fikir terlebih dahulu untuk membeli yang ada dalam dunia gemerlap. Namun tidak menutup kemungkinan remaja yang berstatus ekonomi rendah tetap melakukan aktivitas dugem.

(41)

3. Ciri-ciri Dugem

Terdapat beberapa ciri dari para pelaku clubbing atau mereka yang pantas menyandang status sebagai seorang clubbers (Anonim, Pontianak Post, 2004) diantaranya sebagai berikut:

a. Mereka dapat dipastikan mempunyai kelompok masyarakat di tempat mereka berkumpul. Biasanya kelompok tersebut mempunyai kekhasan, orang-orang yang mapan dan jelas jati dirinya. Di Jakarta, kebanyakan clubbers adalah orang- orang yang profesional dibidangnya. Kalangannya beragam dari seorang pengusaha, artis, model, perancang, seniman. b. Mereka mempunyai wawasan yang luas dan lingkup

pergaulan yang juga luas.

c. Mereka biasanya adalah orang-orang apresiatif. Mempunyai pengetahuan mengenai selera makan, selera pergaulan, dan mengerti bagaimana cara untuk menampilkan diri karena mereka tidak hanya sekedar berkumpul di kafe atau restoran untuk makan saja, tetapi juga ingin memperhatikan orang lain dan diperhatikan orang lain.

d. Mereka sering menghadiri pesta-pesta yang unik dan khas, acara-acara berkelas dan yang sedang populer.

(42)

4. Pandangan atau Image Dugem

Menurut Susanto (dalam Tjahjanto, 2009), ada beberapa image positif yang diyakini masyarakat terutama dapat di timbulkan oleh aktivitas clubbing, yaitu:

a. Menunjukan kemampuan financial para penggemar clubbing yang tinggi, gaya hidup mewah dan modern.

b. Dicap sebagai “anak gaul”

c. Menunjukan kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan secara trendy sesuai perkembangan zaman, juga tempat pertemuan bisnis dengan partner kerja yang sangat menjanjikan.

Di lain pihak, timbul berbagai tanggapan negatif mengenai kegiatan clubbing, antara lain:

a. Merupakan kegiatan negatif remaja yang perlu di kontrol karena dapat menurunkan perfoma pendidikan serta membahayakan remaja karena sangat dekat dengan obat terlarang dan seks bebas (Linawati dalam Tjahjanto, 2009)

b. Merupakan kegiatan menghambur-hamburkan uang untuk kesenangan semu dan sangat membahayakan karena berhubungan erat dengan minuman keras, obat terlarang dan seks bebas ( Kasali dalam Tjahjanto, 2009)

(43)

c. Pandangan yang timbul bagi remaja putri party goers, yaitu dianggap sebagai “perempuan nakal” (Jawa Pos dalam Tjahjanto, 2009)

d. Bagi sekelompok golongan agamawan, clubbing dianggap sebagai kegiatan maksiat yang dilarang karena bertentangan dengan ajaran agama yang dianutnya (Perdana dalam Tjahjanto, 2009)

Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulan bahwa ada 2 Pandangan atau Image Dugem, yaitu; (1) Pandangan Positif: menunjukan kemampuan financial, dicap sebagai “anak gaul”, dan menunjukan kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan secara trendy. (2) Pandangan Negatif: dapat menurunkan perfoma pendidikan serta membahayakan remaha karena sangat dekat dengan obat terlarang dan seks bebas, menghambur-hamburkan uang untuk kesenangan semu dan sangat membahayakan, dianggap sebagai “perempuan nakal”, Bagi sekelompok golongan agamawan clubbing dianggap sebagai kegiatan maksiat.

(44)

C. Remaja Akhir

1. Pengertian Remaja Akhir

Santrock (2007) menyatakan masa remaja atau adolescene adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang tengah terjadi perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional.

Masa remaja dibagai menjadi dua, yaitu remaja awal dan remaja akhir. Menurut Harlock (1980) awal masa remaja berlangsung kira-kira dari usia 13 tahun smapai 16 tahun dan akhir masa remaja bermula dari 16 tahun atau 17 tahun sampai dengan 18 tahun.

Menurut Santrock (dalam Anggraini, 2010) Remaja akhir kira-kira berada pada setengah terakhir decade kedua dalam kehidupan.Pada masa ini, remaja akhir lebih mempunyai perhatian pada karir dan eksplorasi identitas lebih tegas dibandingkan masa remaja awal. Di periode ini remaja sudah tidak ingin dianggap sebagai anak-anak lagi, dan mulai mampu menunjukan pemikiran, sikap dan perilaku yang makin dewasa.

Berdasarkan uraian di atas menurut peneliti remaja akhir adalah masa transisi dari anak menuju ke dewasa dimana adanya perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional.Di masa ini remaja akhir sudah tidak ingin lagi disebut sebagai anak-anak.

(45)

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menyimpang pada Remaja

Yudrik Jahja (2011) menyatakan kelalaian orang tua dalam mendidik (memberikan ajaran dan bimbingan tentang nilai-nilai agama). Perilaku Menyimpang Remaja antara lain :

a. Pergaulan negatif (teman bergaul yang sikap dan perilakunya kurang memerhatikan nilai-nilai moral).

b. Berdarnya film-film atau bacaan-bacaan porno. c. Kurang dapat memanfaatkan waktu luang. d. Kehidupan moralitas masyarakat yang bobrok.

e. Kehidupan ekonomi keluarga yang morat-marit (miskin/fakir). f. Diperjual belikannya minuman keras/obat-obatan terlarang

secara bebas.

g. Perceraian orang tua.

h. Perselisihan atau konflik orang tua (antara anggota keluarga). i. Sikap perlakuan orang tua yang buruk terhadap anak

Berdasarkan paparan di atas, peniliti menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang pada remaja berasal dari teman sebaya, konten internet, lingkungan keluarga, sosial, ekonomi, serta mudahnya minuman dan obat-obatan terlarang di perjual belikan.

(46)

3. Tugas Perkembangan Remaja

Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu ialah masa (fase) remaja. Pada masa inilah segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat. Menurut (Konopka, dalam Pikunas, 1976; Kczman dan Riva, 1996) masa remaja ditandai dengan :

a. Berkembangnya sikap dipenden kepada orang tua kearah indipenden.

Dimana pada masa perkembangan ini remaja sudah merasa bahwa mereka dapat memutuskan keputusannya sendiri tanpa bantuan dari orang tua.

b. Minat seksualitas.

Rasa ingin tahu mengenai seksual pada masa perkembangan remaja ini sangat tinggi karena karena pada perkembangan ini remaja mengalami perubahan fisik berupa peningkatan hormon seksual.

Tujuan tugas perkembangan remaja Menurut Pikunas (1976) mengemukakan pendapat Luella Cole yang mengklarifikasikannya ke dalam bebrerapa kategori, yaitu :

a. Kematangan emosional.

Kematangan seseorang dalam mengontrol dan mengendalikan emosi dengan baik. Dalam hal ini

(47)

seseorang yang emosinya sudah matang tidak akan cepat terpengaruh oleh rangsangan stimulus baik dari dalam maupun luar pribadinya.

b. Pemantapan minat-minat hetero seksual.

Individu dapat menerima identitasnya sebagai pria/wanita, serta mempunyai perhatian terhadap jenis kelamin yang berbeda dan bergaul dengannya.

c. Kematangan sosial.

Individu mempunyai kemampuan untuk mengerti orang lain dan dapat menyesuaikan situasi sosial yang berbeda.

d. Emansipasi dari control keluarga.Individu mendapatkan aturan-aturan yang berlaku dalam keluarga.

e. Kematangan intelektual.

Individu mampu menghadapi persoalan dengan mempergunakan nalar dan logika, serta melakukan pertimbangan yang logis terlebih dahulu sebelum mengambil suatu tindakan atau keputusan.

f. Menggunakan waktu senggang secara tepat.

Individu dapat menggunakan waktu senggang dengan positif, seperti meningkatkan produktifitas yang

(48)

efektif. Individu dapat menggunakan waktu yang dimiliki secara tepat

g. Memiliki filsafat hidup.

Individu mempunyai tujuan dan prinsip-prinsip untuk hidupnya.

h. Identifikasi diri.

Kesadaran diri individu bahwa ia memiliki pribadi khas yang berbeda dari orang lain dan memperthankan ke khasan itu.

4. Karakteristik Perkembangan Remaja Akhir

Perkembangan dalam kehidupan manusia terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan yang dikemukakan Papilia dan Olds (2001) yaitu :

a. Perkembangan fisik

Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris, dan keterampilan motorik (Papilia dan Olds,2001). Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi, dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya ialah kematangan.

(49)

b. Perkembangan kognitif

Ketika perubahan biologis terjadi pada remaja, pada saat yang bersamaan terjadi juga perubahan kognitif. Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001) seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka.Menurut pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, dimana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka, sehingga dapat membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibandingkan ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide ini.

Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mentalseperti belajar, menari, menalar, berpikir, dan bahasa.

c. Perkembangan kepribadian dan sosial

Perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik; sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain (Papilia dan Olds, 2001). Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja ialah pencarian jati diri.Perkembangan sosial pada masa

(50)

remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua (Conger, 1991; Papali & Olds, 2001). Pada masa remaja peran kelompok teman sebaya ialah besar. Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam memnentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannnya sendiri, namun penentuan remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya (Conger, 1991).

5. Konflik yang Dialami Oleh Remaja

Sebagian besar remaja menghadapi masalah-masalah, baik dari internal maupun eksternal. Konflik-konflik yang dialami remaja menurut Yudrik Jahja (2011) yaitu:

a. Antara kebutuhan untuk mengendalikan diri dan kebutuhan untuk bebas dan merdeka.

b. Konflik antara kebutuhan akan kebebasan dan ketergantungan kepada orang tua.

c. Konflik antara kebutuhan seks dan agama serta nilai moral. d. Konflik antara prinsip dan nilai-nilai yang dipelajari oleh

remaja ketika ia kecil dahulu dengan prinsip dan nilai yang dilakukan oleh orang dewasa di lingkungannya dalam kehidupan sehari-hari.

(51)

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa konflik yang dialami oleh remaja yaitu terdapat dari dari dalam diri seperti mengendalikan diri, dan luar diri remaja, seperti keluarga dan lingkungan.

D. Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian ini mengenai kecenderungan pola asuh orang tua pada remaja dugem. Berdasarkan hasil penelitian Ahmad Latief Zulfikar Muqurrobin pada tahun 2017 dengan judul penelitian “pengaruh pola asuh orang tua terhadap kenakalan remaja siswa kelas X dan X1 SMK N 2 Malang”. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pola asuh orang tua terhadap kenakalan remaja. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa kecenderungan pola asuh subjek berada pada kategori sedang yang artinya subjek dalam penelitian ini dalam kondisi sehari-hari kadang mendapatkan perhatian atau kontrol dari orangtua dan kakdang tidak mendapatkan perhatian. Lalu pada tingkat kenakalan remaja mayoritas sedang yang artinya adanya faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi kontrol diri, identitas, usia, dan jenis kelamin. Sedangkan faktor eksternal meliputi faktor masyarakat, keluarga, teman sebaya, dan lingkungan. Sehingga dapat disimpulkan adanya pengaruh pola asuh terhadap kenakalan remaja.

Penelitian yang kedua oleh Magdalena Agsatriya Viva dengan judul “kecenderungan pola asuh orang tua siswa-siswi kelas VIII SMP

(52)

Pangudi Luhur 1 Klaten dan implikasinya pada usulan topik-topik program bimbingan dan konseling tahun ajaran 2016/207”.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif bertujuan untuk mengetahui pola asuh yang menjadi kecenderungan siswa-siswi kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Klaten.Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pengasuhan yang terlihat cenderung digunakan oleh orangtua terhadap siswa SMP Pangudi Luhur 1 Klaten yaitu permisif-indulgent di mana orangtua membiarkan remaja melakukan apa saja yang mereka inginkan yang megakibatkan anak-anak tidak pernah belajar mengendalikan perilaku remaja itu sendiri dan selalu mengharpkan kemauan mereka dituruti..

Penelitian yang ketiga diambil dari jurnal Rilya Senduk dengan judul “perilaku mahasiswi dalam dunia gemerlap (DUGEM) di Kota Manado” tahun 2016. Penelitian ini bertujuan mengetahui perilaku mahasiswi dalam dunia gemerlap (dugem). Hasil penelitian menunjukan bahwa ada 2 hal yang dapat di simpulkan, yaitu; (1) gaya hidup modern. (2) faktor internal eksternal, dimana adanya rasa jenuh terhadap aktivitas yang sama serta adanya masalah pribadi.

Berdasarkan paparan di atas dapat di simpulkan bahwa pola asuh orangtua sangat berpengaruh pada remaja, salah satunya yaitu pada remaja

dugem. Orangtua yang memberikan pola asuh yang tidak sesuai dengan

tugas perkembangan remaja akan berdampak pada kehidupan remaja di dunia luar.

(53)

E. Kerangka Berpikir

Pola asuh orangtua merupakan hal yang penting dalam perkembangan remaja, karena pada masa ini individu mengalami masa transisi dari kanak-kanak ke dewasa. Orangtua tentu saja berperan dalammendidik remaja seperti pendidikan moral dan tata karma dalam berperilaku. Cara orangtua mendidik dapat dikatakan berhasil dapat dilihat melalui cara pengasuhan orangtua.

Ada tiga jenis pola asuh orang tua, yaitu: (1) otoriter, dalam pola asuh otoriter dimana orangtua cenderung ikut campur dalam kehidupan remaja, menuntut remaja agar menuruti peraturan yang dibuat, serta menghukum jika remaja melakukan kesalahan. (2) demokratis, dalam pola asuh demokratis orangtua memberi kesempatan kepada remaja untuk mengemukakan pendapatnya. (3) permisif, pola asuh permisif dibagi menjadi dua yaitu permissive-indifferent dan permissive-indulgent. Pola asuh permissive-indifferent orangtua tidak ingin terlibat dalam kehidupan remaja serta tidak adanya pengontrolan bagi kehidupan

remaja.Permissive-indulgent orangtua cenderung menuruti semua keinginan anaknya.

Pola asuh juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu latar belakangan pola pengasuhan orangtua, tingkat pendidikan orangtua, dan status ekonomi serta pekerjaan orangtua. Pola asuh mempengaruhi perilaku pada remaja akhir, karena pada dasarnya lingkungan terkecil sosialisasi seorang remaja berada pada lingkup orangtua dan keluarga di mana orangtua berperan penting dalam mengarahkan perekembangan

(54)

remaja sesuai dengan tahapnya. Pola asuh akan berdampak positif jika cara pengasuhan yang diberikan orangtua untuk remaja itu tepat sesuai dengan perkembangan remaja. Namun akan berdampak negatif jika pengasuhan yang diberikan orangtua tidak sesuai dengan perkembangan remaja akhir. Maka dari itu orangtua sangat perlu memahami tugas perkembangan remaja agar dapat memberikan pola asuh yang sesuai untuk remaja.

Pada masa remaja akhir ini remaja masuk dalam masa mencari jati diri dan belum mampu berfikir matang.Pada masa ini remaja memiliki asumsi yang kuat bahwa pendapat mereka lah yang paling benar serta menimbulkan pertentangan dengan orangtua.Pada kehidupan sosial remaja cenderung mengikuti segala perkembangan yang ada di lingkungan mereka, salah satunya perkembangan di dunia hiburan yaitu dugem.Tidak sedikit remaja yang mengikuti dugem karena di dalam dugem menjanjikan kegembiraan semata dan dapat menghilangkan kepenatan dari aktivitas mereka.

Masa remaja akhir mereka akan lebih mudah stres yang diakibatkan oleh aktivitas mereka sehari-sehari. Banyaknya kegiatan mereka di luar rumah membuat remaja membutuhkan peran orangtua dalam memberi dukungan untuk mereka.Berbeda dengan kenyataan yang ada saat ini, antara lain yaitu (1) Orangtua cenderung menuntut remaja agar dapat mengikuti segala aturan yang mereka buat. Hal ini sama halnya dengan pola asuh otoriter yang dimana orangtua menuntut anaknya agar

(55)

patuh pada aturan yang telah dibuat tanpa melakukan kesepakatan terlebih dahulu. (2) kurangnya perhatian dari orangtua kepada remaja, orangtua terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga membuat remaja tidak dapat menceritakan keluh kesahnya kepada orangtua, padahal pada masa ini remaja sangat membutuhkan arahan dari orangtuanya. Hal ini sama halnya dengan pola asuh permisif dimana orangtua tidak ingin ikut campur dalam aktivitas yang dilakukan anaknya. (3) Berbeda halnya dengan orangtua yang mau mendengarkan segala keluh kesah serta memantau perkembangan remaja. Pola asuh yang seperti ini disebut pola asuh demokratis dimana orangtua menjadi pendengar untuk anak mereka serta memberi masukan dan dorongan terhadap anak mereka.Namun terkadang masukan serta dorongan orangtua kurang dapat diterima oleh remaja karena remaja merasa pendapat mereka yang paling benar dan tepat.

Hal ini menimbulkan keinginan remaja untuk melakukan aktivitas yang dapat membuat dirinya bebas, ekspresif, dan senang. Tidak menutup kemungkinan remaja meluapkan emosi dengan memilih dugem, karena di dalam aktivitas dugem menjanjikan segala bentuk kegembiraan sehingga remaja tidak pernah merasa bersalah dengan apa yang mereka lakukan, bercerita dengan bangga, menganggap dugem adalah sebuah kewajaran, dan trend dikalangan mereka.

Sebagai orangtua hendaknya menerapkan pola asuh yang sesuai dengan perkembangan masa remaja akhir, serta mendampingi danmengarahkan remaja dalam mengambil keputusan dengan

(56)

benar.Remaja membutuhkan teladan orangtua sebagai dasar tingkah laku mereka.Tentunya teladan tersebut di dapatkan oleh remaja dalam pola asuh yang diberikan oleh orangtua sehari-hari.

Tabel 2.1

Kerangka Pikir Pola Asuh Orangtua pada Remaja Dugem

POLA ASUH ORANG TUA

OTORITER DEMOKRATIS PERMISIF

- permissive-indulgent - permissive-indifferent

REMAJA DUGEM

(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini berisi uraian tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian, definisi variabel penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini mendeskripsikan kecenderungan pola asuh orangtua pada remaja dugem. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti sebuah populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatiif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2015). Metode penelitian kuantitatif digunakan karena sudah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah, yaitu konkrit, empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis.

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh kecenderungan pola asuh orangtua pada remaja dugem pada beberapa SMA di Kota Yogyakarta tahun 2018.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat

a. Penelitian ini di lakukan di SMA Budi Luhur. Jl. Keparakan Kidul, BI MG-1/1329, Keparakan, Mergangsan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55152 dan Penelitian ini dilakukan di SMA

(58)

BOPKRI 2 Jl. Jendral. Sudirman No.87, Terban, Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55223.

2. Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2017 sampai bulan Juli 2018.

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Sugiyono (2015) mengatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. Populasi yang digunakan penelitian ini adalah remaja

dugem di beberapa SMA Kota Yogyakarta. Jumlah remaja dugem yang

peneliti dapatkan dari beberapa SMA Kota Yogyakrta yaitu 88 siswa. 2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dipilih dari populasi Sugiyono (2015). Teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah nonprobability sampling dengan model sampling

purposive. Pengambilan menggunakan teknik sampling purposif

dikarenakan sampel diambil dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2015). Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan populasi yang berjumlah 64 remaja dugem.

(59)

D. Defenisi Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalah pola asuh orangtua. Pola asuh orangtua pernanan penting orang tua dalam memberikan nilai-nilai yang di anggap orang tua tepat untuk anak, agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan tepat di kehidupan anak. Menurut Baumrind dalam Marheni (2009) ada 3 macam pola asuh orangtua, yaitu: pola asuh Authoratative (demokratis), pola asuh Authoritarian (otoriter), dan pola asuh Permissive yang dibagi menjadi 2 yaitu indifferent (bebas) dan

Permissive-indulgent (manja).

E. Teknik dan Intrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2015).

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner penelitian ini ditujukan untuk mengumpulkan data tentang kecenderungan pola asuh orang tua pada remaja dugem di beberapa SMA Kota Yogyakarta. Pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner bersifat tertutup, dengan menggunakan skala Likert sebagai pilihan jawaban, agar responden lebih leluasa dalam menjawab pertanyaan kuesioner. Skala

(60)

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Item pernyataan yang terdapat pada kuesioner terdiri dari pernyataan favorable dan unfavorable (Sugiyono, 2015).

Bagian pertama dalam kuesioner berisikan keterangan demografi siswa yaitu jenis kelamin dan kelas. Bagian kedua berisikan kata pengantar penelitian yang mengharapkan kerelaan dan kesediaan siswa dalam mengisi kuesioner. Bagian ketiga berisikan petunjuk pengisian kuesioner dengan memberi tanda check (√) pada kolom yang telah disediakan. Bagian keempat berisikan pernyataan tentang pola asuh orang tua. Semua pernyataan dalam kuesioner disediakan empat alternatif jawaban dengan menggunakan skala Likert yaitu dari gradasi tertinggi sampai terendah yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Penentuan skor dalam pengolahan data yang dihasilkan instrument ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Norma Skoring Pola Asuh Orang Tua Remaja Dugem

Alternatif Jawaban Item Favorable Item Unfavorable

Sangat Sesuai (SS) 4 1

Sesuai (S) 3 2

Tidak Sesuai (TS) 2 3

Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4

Skoring dilakukan dengan menjumlahkan jawaban responden pada masing-masing item. Semakin tinggi jumlah skor yang diperoleh, maka semakin tinggi pula pola asuh orang tua remaja dugem, sebaliknya semakin rendah jumlah skor yang diperoleh, maka semakin rendah pula

(61)

pola asuh orang tua remaja dugem. Kisi-kisi pola asuh orang tua remaja

(62)

Tabel 3.2

K

isi-kisi P

ola Asuh Orang Tua pa

da Re m a ja Dug em No . Pola Asuh Asp e k Ind ik a to r No . Ite m Jum lah Ite m Fav o ra b le Ite m U n va vo ra b le Ite m 1. P en g asuh an Dem o krati s. 1. Te ga s 1. Ora n g tu a m em b eri b atasan b erp erilak u p ad a rem aja. 11, 72 39 3 25 2. Ora n g tu a me m b erikan sa n k si atas p elang g aran y an g d ibu at rem aja. 12 50 2 2 . Bersif at Respo n sif 1. Ora n g tu a m em b eri ta n ggap an ket ika re m aja b erak ti v itas. 56 13 2 2. Re m aja di pe rb ol eh k an unt uk men g elu arkan pe nda pa t. 14 38 2 3. Me ng ha rg ai da n m eng hor m at i p ikiran d an p ersa an 1. O ra ng tu a m eng ha rg ai da n m eng hor m at i p erasa an re m aja. 51 57 2 2. O ra ng tu a m eng ha rg ai da n m eng hor m at i p ikiran rem aja 16 15, 58 3 4. Me ng am bi l k eput us an 1. Re m aja d ib eri k es em p at an unt uk m em bua t k eput us an . 26, 67 37 3 2. Re m aja d iik u t se rtak an da la m m eng am bi l k eput us an 17, 25 24 3 5. Man d iri 1. Ora n g tu a m em b eri k epe rc ay aa n pa da re m aja. 23 52 2 45

(63)

Tabel 3.2

K

isi-kisi P

ola Asuh Orang Tua pa

da Re m a ja Dug em 2. Ora n g tu a m en g ajarkan re m aja u n tu k b ertang g u n g jaw ab 18, 22 10 3 2. P en g asuh an oto rit er. 1. Me nu nt ut . 1. Ora n g tu a m er asa k eput us an m er eka lebih te p at d ari rem aja. 68, 21 53 3 26 2. O ra ng tu a m enunt ut re m aja u n tu k m eng ik ut i a tur anny a. 19, 73 36 3 2. Ekstra Ke tat. 1. Re m aja d ib eri b atasan or an g tua da la m b erg au l. 8, 2 0 9 3 2. Ora n g tu a m em b erikan p eratu ran ek stra k etat p ad a rem aja. 7, 7 4 48 3 3. Ti d ak Mem b eri Ke se m p atan 1. Re m aja tid ak d ib eri o ran g tu a k ese m p atan melak u k an ak tiv itas y an g re m aj a suk ai. 54 65 2. Ora n g tu a tid ak m au m ende ng ar k an pe nda pa t r em aj a. 35 47 4. Besik ap Se w ena ng -w ena ng 1. Ora n g tu a tid ak me m p erd u lik an situ asi re m aja. 6, 3 4 49 3 2. Ora n g tu a m ema k sa k ei n g ina n pa da r em aj 59, 33 55 3 5. Kuran g m eng ha rg ai pe m ik ir an da n 1. Ora n g tu a k u ran g m eng ha rg ai p em ikiran re m aja. 45 5 2 46

(64)

Tabel 3.2

K

isi-kisi P

ola Asuh Orang Tua pa

da Re m a ja Dug em p erasa an re m aja. 2. Ora n g tu a k u ran g men g h arg ai p erasa an re m aja. 4 46 2 3. P en g asuh an p ermissive-in d u lg en t 1. Kuran g d alam pe ng enda li an d iri rem aja. 1. Re m aja d ib iark an or an g tua m el ak uka n kei n gi n an n y a. 32, 60 62 3 11 2. O ra ng tu a m eng ik ut i se g ala k emau an re m aja. 44, 70 31 3 2. P en g ab aian. 1. Ora n g tu a m em b iar k an re m aja jika melak u k an k esa lahan . 61, 69 30 3 2. Ora n g tu a tid ak me m b eri h u k u m an jik a re m aja salah. 71 3 2 4. P en g asuh an p ermissive-in d if feren . 1. Ora n g tu a tid ak terlib at p ad a k ehi dupa n re m aja. 1. Ora n g tu a tid ak me m b im b in g remaja. 29, 75 , 6 4 43 4 13 2. Ora n g tu a tid ak me m b eri p erh atian pe nu h pa da r em aj a 28, 42 2 3 2. Ora n g tu a m em ent ing k an ur us an p rib ad in y a. 1. Ora n g tu a lebih m em ent ing k an p ek erjaa n n y a d ari p ad a re m aja. 63, 41 66 3 2. Ora n g tu a m elu p ak an tang g u n g jaw ab n y a se b ag ai o ran g tu a. 27, 40 1 3 TOTAL 75 47

Gambar

Tabel 3.2 Kisi-kisi Pola Asuh Orang Tua pada Remaja Dugem  No. Pola AsuhAspek IndikatorNo
Tabel 3.2 Kisi-kisi Pola Asuh Orang Tua pada Remaja Dugem  2.Orangtua mengajarkan remaja untuk bertanggung jawab
Tabel 3.2 Kisi-kisi Pola Asuh Orang Tua pada Remaja Dugem  perasaan remaja.2.Orangtua kurangmenghargai perasaan remaja.
Tabel 3.3  Rekapitulasi Hasil Uji Validitasi  No. Pola AsuhAspek IndikatorNo. Item  14
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian adalah penambahan garam dapat mengurangi nilai pengembangan, menurunkan indeks plastisitas, dan meningkatkan nilai kohesi pada tanah ekspansif.. Penambahan

Adapunyang menyebabkan penerapan syariah menjadi sangat urgen dalam bisnis jasa konstruksi, antara lain dikarenakan maraknya budaya bisnis yang tidak sehat dalam dunia

[r]

Band : Sekumpulan yang terdiri atas dua atau lebih musisi yang memainkan alat musik atau pun bernyanyi. Sriwedari Boot Bois : komunitas skinhead dan punk di Solo. gleyer : Dalam

16 Fikosianin mempunyai absorpsi cahaya maksimum pada panjang gelombang 546 nm, merupakan salah satu protein yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan tersebut karena

Bersama ini diumumkan daftar nama peserta yang berhak mengikuti seleksi Psikotes dan Diskusi Kelompok pada Rekrutmen Direct Shopping Lokasi Bandung. Ada pun bagi