• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Komunikasi Tatap Muka terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Bayi dan Balita dalam UPGK di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Komunikasi Tatap Muka terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Bayi dan Balita dalam UPGK di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2013"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KOMUNIKASI TATAP MUKA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BAYI DAN BALITA DALAM UPGK DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS KAMPUNG PAJAK KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

TAHUN 2013

TESIS

Oleh

LISNA FEBRIANTI 107032128/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

THE INFLUENCE OF FACE-TO-FACE COMMUNICATION ON KNOWLEDGE AND ATTITUDE OF MOTHERS WHO HAVE

BABIES AND CHILDREN UNDER FIVE YEARS OLD IN UPGK IN THE WORKING AREA OF KAMPUNG PAJAK

PUSKESMAS, NORTH LABUHANBATU DISTRICT, IN 2013

THESIS

By

LISNA FEBRIANTI 107032128/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PENGARUH KOMUNIKASI TATAP MUKA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BAYI DAN BALITA DALAM UPGK DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS KAMPUNG PAJAK KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

TAHUN 2013

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

LISNA FEBRIANTI 107032128/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

Judul Tesis : PENGARUH KOMUNIKASI TATAP MUKA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP

IBU BAYI DAN BALITA DALAM UPGK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

KAMPUNG PAJAK KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

TAHUN 2013 Nama Mahasiswa : Lisna Febrianti Nomor Induk Mahasiswa : 107032128

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Drs. Amir Purba, M.A, Ph.D)

Ketua Anggota

(Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(5)

Telah Diuji

pada Tanggal : 27 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Drs. Amir Purba, M.A, Ph.D Anggota : 1. Alam Bakti Keloko, M.Kes

(6)

PERNYATAAN

PENGARUH KOMUNIKASI TATAP MUKA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BAYI DAN BALITA DALAM UPGK DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS KAMPUNG PAJAK KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

TAHUN 2013

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2013

(7)

ABSTRAK

Pemerintah mengupayakan penanggulangan masalah gizi dengan mengembangkan usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK). Merujuk dari laporan Rikesdas tahun 2007 di Sumatera Utara prevalensi gizi buruk dan gizi kurang di Sumatera Utara yaitu 22,7%. Prevalensi balita dengan gizi kurang di Kabupaten Labuhanbatu Utara pada tahun 2010 berjumlah 26 orang dan balita dengan gizi buruk 10 orang dan di antara kasus gizi buruk 3 orang meninggal, 2 laki-laki dan 1 perempuan. Di wilayah kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten Labuhanbatu Utara pada tahun 2010 dilaporkan sebesar 5,3% anak dengan gizi kurang dan pada tahun 2011 dilaporkan sebesar 5,5% anak dengan gizi kurang.

Penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh komunikasi tatap muka terhadap pengetahuan dan sikap ibu dalam UPGK (Usaha Perbaikan Gizi Keluarga) di wilayah kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten Labuhanbatu Utara. Jenis penelitian ini adalah rancangan kuasi-eksperimen, menggunakan desain one group pre-test and post test. Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten Labuhanbatu Utara. Waktu penelitian dilakukan mulai Bulan April 2012 sampai dengan Juni 2013. Besar sampel sebanyak 88 orang, dengan menggunakan metode proporsional random sampling. Pengumpulan data menggunakan data primer dan skunder. Data dianalisis dengan menggunakan paired-sample T-Test.

Hasil penelitian diketahui komunikasi tatap muka mempunyai pengaruh yang signifikan dengan pengetahuan dan sikap ibu bayi dan balita dalam UPGK dengan p value untuk pengetahuan ( 0,037) dan nilai p value untuk sikap (0,013).

Disarankan bagi pihak puskesmas, agar dapat memberikan pelatihan guna meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan dalam melakukan komunikasi tatap muka sehingga pengetahuan dan sikap ibu balita dalam UPGK dapat lebih ditingkatkan. Bagi pihak kecamatan disarankan untuk lebih meningkatkan kerjasama dengan pihak Puskesmas dengan memberdayakan PKK dan kader dalam memberikan penyuluhan gizi dan peningkatan UPGK pada ibu.

(8)

ABSTRACT

The government attempts to cope with nutrition problem by developing UPGK (the improvement of family nutrition). Referring to the report of Riskesdas of North Sumatera in 2007, the prevalence of bad nutrition and malnutrition in North Sumatera was 22.7%. There were 26 children under five years old who suffered from malnutrition in North Labuhanbatu District in 2010, and there were ten children under five years old who suffered from bad nutrition; three of them (two males and one female) died. It was reported that 5.3% of children suffered from malnutrition in 2010, and it increased to 5.5% in 2011 in the working area of Kampung Pajak Puskesmas, North Labuhanbatu District.

The objective of the research was to analyze the influence of face-to-face communication on mothers’ knowledge and attitude in UPGK in the working area of Kampung Pajak Puskesmas, North Labuhanbatu District. The research used quasi experiment method with pre-test and post-test design. It was conducted in the working area of Kampung Pajak Puskesmas from April until June, 2013. The samples consisted of 88 respondents, using proportional random sampling technique. The data were gathered by using primary and secondary data and analyzed by using paired-sample t-test.

The result of the research showed that face-to-face communication had significant influence on the knowledge and attitude of mothers who had children under five years old in UPGK with p value for knowledge was 0.037 and p value for attitude was 0.013.

It is recommended that the management of Puskesmas be able to provide training in order to increase the capability of health workers in conducting face-to- face communication so that mothers who have children under five years old in UPGK can be improved. It is also recommended that the Subdistrict Administration increase the collaboration with the management of Puskesmas by empowering PKK and their cadres to provide counseling about nutrition and to improve UPGK in mothers.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul “Pengaruh Komunikasi Tatap Muka terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Bayi dan Balita dalam UPGK di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2013”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini, penulis mendapat bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., M.Sc.(CTM)., Sp.A, (K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(10)

mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari awal penulisan hingga selesai tesis ini.

4. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si dan Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si selaku Komisi Penguji yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

5. Kepala Puskesmas Kampung Pajak dr. H. Ahyar Rangkuti yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

6. Para Dosen dan Staf di Lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Ucapan terima kasih yang tulus saya tujukan kepada Ayahanda H. Mhd. Yanis, BA dan Ibunda Zainab Lubis serta keluarga besar yang telah memberikan dukungan moril serta doa dan motivasi selama penulis menjalani pendidikan.

8. Teristimewa buat suami tercinta Zulkifli Ritonga dan anak- anak saya Mhd. Arinaldi Ritonga, Alvi Khoiruni Ritonga dan Ahmad Afdal Ritonga, berkat merekalah penulis termotivasi untuk menyelesaikan studi ini.

9. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Minat Studi Promosi Kesehatan 2010 Universitas Sumatera Utara khususnya atas dukungan, semangat dan kebersamaan yang diberikan selama ini.

(11)

Akhir kata, semoga Tuhan melimpahkan berkat dan kasihNya bagi kita semua dan penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, Oktober 2013 Penulis

(12)

RIWAYAT HIDUP

Lisna Febrianti, lahir pada tanggal 10 Februari 1976 di Kuala Simpang Kecamatan Kejruen Muda Aceh Timur Nangroe Aceh Darussalam (NAD), beragama Islam, bertempat tinggal di Dusun II Kp. Dalam Desa Pulo Jantan Kecamatan Na. IX-X Aek Kota Batu kabupaten Labuhanbatu Utara. Menikah dengan Zulkifli Ritonga pada tanggal 02 Oktober 1999 dan dikarunia 2 orang putra dan 1 orang putri, yaitu Mhd. Arinaldi Ritonga, Alvi Khoiruni Ritonga dan Ahmad Afdal Ritonga.

Pendidikan, SD Negeri Kampung Durian (1988), SMP Negeri Kuala Simpang (1991), SMA negeri Kuala Simpang (1994), PAM Keperawatan Depkes RI Medan (1997), S-l Kesehatan Masyarakat di Stikes Sumatera Utara (2006).

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 10

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Hipotesis ... 10

1.5. Manfaat Penelitian ... 11

BAB 2. KAJIAN TEORITIS ... 12

2.1. Komunikasi ... 12

2.1.1 Prinsip Dasar Komunikasi ... 13

2.1.2 Unsur-unsur Komunikasi ... 13

2.1.3 Bentuk-bentuk Komunikasi ... 14

2.2. Pengetahuan ... 18

2.2.1 Pengertian ... 18

2.2.2 Sumber Pengetahuan ... 20

2.2.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan ... 21

2.3. Sikap ... 21

2.3.1 Pengertian ... 21

2.3.2 Indikator Sikap Kesehatan ... 22

2.4. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga ... 23

2.4.1 Pengertian ... 23

2.4.2 Tujuan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) ... 24

2.4.3 Sasaran UPGK ... 25

2.5. Landasan Teori ... 26

2.6. Keramgka Konsep ... 27

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 28

3.1. Jenis Penelitian ... 28

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

(14)

3.4. Prosedur Intervensi Komunikasi Terapeutik ... 30

3.5. Metode Pengumpulan Data ... 31

3.6. Metode Pengukuran ... 35

3.7. Metode Analisis Data ... 35

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 37

4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian ... 37

4.2. Analisa Univariat ... 38

4.3. Analisa Bivariat ... 45

BAB 5. PEMBAHASAN ... 48

5.1. Pengaruh Komunikasi Tatap Muka terhadap Pengetahuan Ibu Bayi dan Balita dalam UPGK ... 48

5.2. Pengaruh Komunikasi Tatap Muka terhadap Sikap Ibu bayi dan Balita dalam UPGK ... 49

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

6.1. Kesimpulan ... 52

6.2. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54 LAMPIRAN

(15)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman 3.1. Penentuan Sampel Tiap Desa di Wilayah Kerja Puskesmas

Kampung Pajak dengan Menggunakan Proporsional Random Sampling ... 30 3.2. Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur ... 35 4.1. Distribusi Frekuensi Gambaran Karakteristik Umur Responden Ibu

Bayi dan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2013 ... 38 4.2. Distribusi Frekuensi Gambaran Karakteristik Jumlah Anak

Responden Ibu Bayi dan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2013 ... 39 4.3. Distribusi Frekuensi Gambaran Karakteristik Pekerjaan Responden

Ibu Bayi dan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2013 ... 39 4.4. Distribusi Frekuensi Gambaran Karakteristik Pendidikan

Responden Ibu Bayi dan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2013 ... 39 4.5. Distribusi Frekuensi Kategori Komunikasi Tatap Muka Ibu Bayi

dan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2013 ... 40 4.6. Hasil uji t test Pre Test dan Post Test Komunikasi Tatap Muka Ibu

Bayi dan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2013 ... 40 4.7. Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Ibu Bayi dan Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2013 ... 41 4.8. Tabulasi silang Komunikasi Tatap Muka Berdasarkan Pengetahuan

(16)

4.9. Hasil Uji T-test Pre Test dan Post Test Pengetahuan Ibu Bayi dan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2013 ... 42 4.10. Distribusi Frekuensi Kategori Sikap Ibu Bayi dan Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2013 ... 43 4.11. Tabulasi silang Komunikasi Tatap Muka Berdasarkan Sikap Ibu

Bayi dan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2013 ... 44 4.12. Hasil uji T-test Pre Test dan Post Test Sikap Ibu Bayi dan Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2013 ... 44 4.13. Hubungan Komunikasi Tatap Muka dengan Pengetahuan Ibu Bayi

dan Balita dalam UPGK di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten Labuhan batu Utara Tahun 2013 ... 45 4.14. Hubungan Komunikasi Tatap Muka dengan Sikap Ibu Bayi dan

(17)

DAFTAR GAMBAR

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman 1. Kuesioner ... 56 2. Out Put SPSS Data Penelitian ... 61 3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 94 4. Surat Izin Penelitian dari Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat ... 95 5. Surat Telah Selesai Meneliti dari Puskesmas Kampung Pajak

(19)

ABSTRAK

Pemerintah mengupayakan penanggulangan masalah gizi dengan mengembangkan usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK). Merujuk dari laporan Rikesdas tahun 2007 di Sumatera Utara prevalensi gizi buruk dan gizi kurang di Sumatera Utara yaitu 22,7%. Prevalensi balita dengan gizi kurang di Kabupaten Labuhanbatu Utara pada tahun 2010 berjumlah 26 orang dan balita dengan gizi buruk 10 orang dan di antara kasus gizi buruk 3 orang meninggal, 2 laki-laki dan 1 perempuan. Di wilayah kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten Labuhanbatu Utara pada tahun 2010 dilaporkan sebesar 5,3% anak dengan gizi kurang dan pada tahun 2011 dilaporkan sebesar 5,5% anak dengan gizi kurang.

Penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh komunikasi tatap muka terhadap pengetahuan dan sikap ibu dalam UPGK (Usaha Perbaikan Gizi Keluarga) di wilayah kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten Labuhanbatu Utara. Jenis penelitian ini adalah rancangan kuasi-eksperimen, menggunakan desain one group pre-test and post test. Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten Labuhanbatu Utara. Waktu penelitian dilakukan mulai Bulan April 2012 sampai dengan Juni 2013. Besar sampel sebanyak 88 orang, dengan menggunakan metode proporsional random sampling. Pengumpulan data menggunakan data primer dan skunder. Data dianalisis dengan menggunakan paired-sample T-Test.

Hasil penelitian diketahui komunikasi tatap muka mempunyai pengaruh yang signifikan dengan pengetahuan dan sikap ibu bayi dan balita dalam UPGK dengan p value untuk pengetahuan ( 0,037) dan nilai p value untuk sikap (0,013).

Disarankan bagi pihak puskesmas, agar dapat memberikan pelatihan guna meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan dalam melakukan komunikasi tatap muka sehingga pengetahuan dan sikap ibu balita dalam UPGK dapat lebih ditingkatkan. Bagi pihak kecamatan disarankan untuk lebih meningkatkan kerjasama dengan pihak Puskesmas dengan memberdayakan PKK dan kader dalam memberikan penyuluhan gizi dan peningkatan UPGK pada ibu.

(20)

ABSTRACT

The government attempts to cope with nutrition problem by developing UPGK (the improvement of family nutrition). Referring to the report of Riskesdas of North Sumatera in 2007, the prevalence of bad nutrition and malnutrition in North Sumatera was 22.7%. There were 26 children under five years old who suffered from malnutrition in North Labuhanbatu District in 2010, and there were ten children under five years old who suffered from bad nutrition; three of them (two males and one female) died. It was reported that 5.3% of children suffered from malnutrition in 2010, and it increased to 5.5% in 2011 in the working area of Kampung Pajak Puskesmas, North Labuhanbatu District.

The objective of the research was to analyze the influence of face-to-face communication on mothers’ knowledge and attitude in UPGK in the working area of Kampung Pajak Puskesmas, North Labuhanbatu District. The research used quasi experiment method with pre-test and post-test design. It was conducted in the working area of Kampung Pajak Puskesmas from April until June, 2013. The samples consisted of 88 respondents, using proportional random sampling technique. The data were gathered by using primary and secondary data and analyzed by using paired-sample t-test.

The result of the research showed that face-to-face communication had significant influence on the knowledge and attitude of mothers who had children under five years old in UPGK with p value for knowledge was 0.037 and p value for attitude was 0.013.

It is recommended that the management of Puskesmas be able to provide training in order to increase the capability of health workers in conducting face-to- face communication so that mothers who have children under five years old in UPGK can be improved. It is also recommended that the Subdistrict Administration increase the collaboration with the management of Puskesmas by empowering PKK and their cadres to provide counseling about nutrition and to improve UPGK in mothers.

(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah kematian anak usia bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang khususnya Indonesia masih cukup tinggi. Salah satu penyebab yang menonjol diantaranya karena keadaan gizi yang kurang baik atau bahkan buruk. Kondisi gizi anak-anak Indonesia rata-rata lebih buruk dibanding gizi anak-anak dunia dan bahkan juga dari anak-anak Afrika (Anonim, 2006).

Tercatat satu dari tiga anak di dunia meninggal setiap tahun akibat buruknya kualitas nutrisi. Sebuah riset juga menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena kekurangan gizi serta buruknya kualitas makanan (Anonim, 2008). Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa 54 persen kematian anak disebabkan oleh keadaan gizi yang buruk. Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan lebih dari 80 persen kematian anak (WHO, 2011)

(22)

rawan yang dapat diderita balita gizi buruk adalah diabetes (kencing manis) dan penyakit jantung koroner. Dampak paling buruk yang diterima adalah kematian pada umur yang sangat dini (Samsul, 2011).

Prevalensi balita gizi buruk merupakan indikator Millenium Development Goals (MDGs) yang harus dicapai disuatu daerah (kabupaten/kota) pada tahun 2015,

yaitu terjadinya penurunan prevalensi balita gizi buruk menjadi 3,6 persen atau kekurangan gizi pada anak balita menjadi 15,5 persen (Bappenas, 2010).

Pencapaian target MDGs belum maksimal dan belum merata di setiap provinsi. Besarnya prevalensi balita gizi buruk di Indonesia antar provinsi cukup beragam. Berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2010, secara nasional prevalensi balita gizi buruk sebesar 4,9 persen dan kekurangan gizi 17,9 persen. Rentang prevalensi BBLR (per 100) di Indonesia adalah 1,4 sampai 11,2, dimana yang terendah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan tertinggi di Provinsi Gorontalo. Provinsi Jawa Timur termasuk daerah dengan balita gizi buruk masih tergolong tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan prevalensi gizi buruk sebesar 4,8 persen. Walaupun pada tingkat nasional prevalensi balita kurang gizi telah hampir mencapai target MDGs, namun masih terjadi disparitas antar provinsi, antara perdesaan dan perkotaan, dan antar kelompok sosial-ekonomi (Depkes RI, 2008).

(23)

Merujuk dari laporan Riskesdas tahun 2007 di Sumatera Utara, prevalensi gizi buruk dan gizi kurang di Sumatera Utara lebih tinggi dibandingkan angka Nasional yaitu 22,7 %. (standard WHO : 5-9% rendah, 10-19% medium, 20-39% tinggi, >40% sangat tinggi). (Profil Dinkes Prop. Sumut, 2011).

Prevalensi balita dengan gizi kurang di Kabupaten Labuhanbatu Utara pada tahun 2010 berjumlah 26 orang dan balita dengan gizi buruk 10 orang dan diantara kasus gizi buruk 3 orang yang meninggal, 2 laki-laki dan 1 perempuan dan pada tahun 2011 terjadi peningkatan sebesar 5%. (Profil Dinkes Labuhanbatu Utara, 2011).

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, khususnya Dinas Kesehatan, baik pendekatan strategis maupun pendekatan taktis. Pendekatan strategis yaitu berupaya mengoptimalkan operasional pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan pelayanan kesehatan balita diantaranya pengoptimalan fungsi posyandu. Pendekatan taktis merupakan upaya antisipasi meningkatnya prevalensi balita gizi buruk serta upaya penurunannya melalui berbagai kajian atau penelitian yang berkaitan dengan balita gizi buruk.

(24)

Usaha Perbaikan Gizi Keluarga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat, yang sebagian kegiatannya dilaksanakan oleh bidan desa di posyandu. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga ini dititikberatkan pada kegiatan penyuluhan gizi dengan menggunakan pesan-pesan gizi sederhana, pelayanan gizi, pemanfaatan lahan perkarangan, yang secara keseluruhan kegiatan tersebut dapat dilaksanakan oleh masyarakat sendiri (Depkes RI,2002).

Program Perbaikan Gizi Masyarakat adalah salah satu program pokok Puskesmas yaitu program kegiatan yang meliputi peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yaodium (GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/ Masyarakat.Kegiatan-kegiatan program ini ada yang dilakukan harian, bulanan, smesteran (6 bulan sekali) dan tahun (setahun sekali) serta beberapa kegiatan investigasi dan intervensi yang dilakukan setiap saat jika ditemukan masalah gizi misalnya ditemukan adanya kasus gizi buruk. Kegiatan program Perbaikan Gizi Masyarakat dapat dilakukan dalam maupun di luar gedung Puskesmas.

(25)

adalah penyuluhan gizi melalui pemberdayaan keluarga dan masyarakat. Strategi lain yang dapat dilakukan adalah melalui keluarga sadar gizi atau disebut juga dengan KADARZI. Tujuan dari program KADARZI adalah meningkatkan pengetahuan dan perilaku keluarga untuk mengatasi masalah gizi. Indikator keluarga sadar gizi antara lain adalah; status gizi anggota keluarga khusunya ibu dan anak baik, tidak ada lagi bayi berat lahir rendah pada keluarga, semua anggota keluarga menkonsumsi garam beryodium, semua ibu memberikan hanya ASI saja pada bayinya sampai usia 6 bulan dan semua balita yang ditimbang naik berat badannya sesuai usia (Depkes, 2004)

Pemerintah telah mengupayakan penanggulangan masalah gizi dengan mengembangkan suatu program yakni Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK). Kegiatan yang dilakukan untuk menanggulangi masalah gizi antara lain dengan penimbangan secara berkala anak-anak dibawah lima tahun (balita) yang pada hakekatnya perpaduan dari kegiatan pendidikan gizi, monitoring gizi, dan intervensi gizi melalui usaha-usaha Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Kegiatan ini bertolak dari usaha swadaya masyarakat dan sepenuhnya dilakukan oleh tenaga sukarela desa yang telah mendapat latihan dibawah pengawasan dari Puskesmas.

(26)

berhasil guna tanpa didukung oleh usaha-usaha lain secara terpadu. Oleh karena itu usaha penanggulangan masalah gizi memerlukan kerjasama dan koordinasi yang mantap antar berbagai sektor pembangunan. Lebih dari itu, keberhasilan penanggulangan gizi sangat tergantung dari pertisipasi aktif masyarakat. Salah satu indikator keberhasilan dalam usaha perbaikan gizi adalah angka pencapaian program yang tinggi.

Berdasarkan besarnya masalah gizi dan kesehatan serta variasi faktor penyebab masalah antar wilayah, maka diperlukan program yang komprehensif dan terintegrasi, baik di tingkat kabupaten, provinsi, maupun tingkat nasional. Kesadarn gizi dalam keluarga merupakan salah satu yang diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan kesehatan khususnya danpembangunan masyarakat pada umumnya. Masalah gizi yang terjadi di tingkat keluarga erat kaitannya dengan perilaku keluarga. Keluarga mandiri sadar gizi merupakan keluarga yang mampu mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi di tingkat keluarga/rumah tangga melalui perilaku penimbangan berat badan secara teratur, memberikan hanya ASI saja kepada bayi 0-6 bulan, makan beraneka ragam, memasak menggunakan garam beryodium, dan mengkonsumsi suplemen zat gizi sesuai anjuran (Depkes RI, 2007)

(27)

yang sangat mempengaruhi pada pencapaian program keluarga mandiri sadar gizi (Supardi, 2009).

Dalam hal ini perlu perbaikan gizi kepada keluarga ole tenaga kesehatan khususnya bidan desa. Sasaran perbaikan gizi meliputi meningkatnya pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang gizi sebagai bagian dari upaya meningkatkan kualitas hidup manusia, serta meningkatnya peran serta aktif masyarakat terutama di pedesaan sehingga kegiatan usaha perbaikan gizi keluarga (UPKG) menjadi gerakan masyarakat yang mantap.

Sehubungan dengan itu, kebijaksanaan pokok usaya perbaikan gizi adalah meningkatlkan penyuluhan gizi masyarakat; meningkatkan upaya penanggulangan masalah gizi-kurang (GAKY, AGB, KVA, dan KEP), meningkatkan kualitas dan kuantitas pengelolaan usaya perbaikan gizi melalui peningkatan jumlah dan mutu tenaga gizi yang profesional untuk berbagai jenjang, meningkatkan kegiatan peningkatan unggulan mengembangkan penerapan teknologi pasca panen untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan yang beraneka ragam dan bergizi dan meningkatkan kemitraan antara dunia usaha, masyarakat lembaga kemasyarakatan dan pemerintah.

(28)

seperti pengurus dan anggota kelompok pengajian, organisasi wanita keagamaan, kelompok petani dan nelayan, dan berbagai lembaga masyrakat.

Kegiatan pelayanan gizi posyandu dilaksanakan sedikitnya sebulan sekali oleh kader PKK khususnya kader gizi dengan bantuan tenaga gizi/kesehatan puskesmas dan bidan di desa. Kegiatannya meliputi: a) pemantauan tumbuh kembang anak, b) penyuluhan gizi ibu dan anak, c) pemberian kapsul yodium kepada penduduk yang tinggal doi daerah endemik, d) pemberian tablet besi kepada ibu hamil, anak balita, dan pekerja wanita, e) pemberian kapsul vitamin A kepada anak balita, dan f) penurunan jumlah penderita kekurangan energi dan protein (KEP).

Untuk meningkatkan tercapainya kegiatan perbaikan gizi pada keluarga, perlu melaksanakan komunikasi tatap muka dengan keluarganya. Pada dasarnya komunikasi tatap muka merupakan komunikasi profesional yang mengarah pada tujuan yaitu memengaruhi perilaku ibu dalam UPGK (usaha perbaikan gizi keluarga). Komunikasi tatap muka merupakan salah satu cara untuk membina hubungan saling percaya terhadap ibu dan pemberian informasi yang akurat kepada ibu, sehingga diharapkan dapat berdampak pada peningkatan pengetahuan dan sikap ibu dalam UPGK (usaha perbaikan gizi keluarga).

(29)

dengan analisis diskriminan. Riskiyanti (2010) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi angka harapan hidup, angka kematian bayi dan status gizi buruk di Provinsi Jawa Timur dengan analisis regresi multivariat. Inadiar (2010) meneliti tentang perbedaan pola asah asih, asuh pada balita status gizi kurang dan normal dengan menggunakan uji Chi-square. Penelitian-penelitian tersebut sebagian besar tidak menekankan aspek humaniora. Aspek humaniora, seperti kekhasan budaya yang direpresentasikan kekhasan lokasi (kabupaten/kota) masih terbatas untuk dikaji. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dikembangkan pemodelan balita gizi buruk yang mengakomodasi adanya aspek prilaku masyarakat yang direpresentasikan dalam spasial (lokasi).

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di wilayah kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten Labuhanbatu Utara dengan menggunakan data dari Dinas Kesehatan diperoleh bahwa pada tahun 2010 dilaporkan sebesar 5,3% anak dengan gizi kurang dan pada tahun 2011 terdapat sebesar 5,5% anak dengan gizi kurang (Dinkes Labuhanbatu Utara,2011).Melihat data tersebut bahwa anak di wilayah kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten Labuhanbatu Utara mengalami penurunan status gizi dari tahun ke tahun. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh komunikasi yang kurang baik yang diperoleh ibu tentang usaya perbaikan gizi keluarga.

(30)

UPGK (usaha perbaikan gizi keluarga) di wilayah kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten Labuhanbatu Utara.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalah adalah apakah ada pengaruh komunikasi tatap muka terhadap pengetahuan dan sikap ibu bayi dan balita dalam UPGK (Usaha Perbaikan Gizi Keluarga) di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten Labuhanbatu Utara.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh komunikasi tatap muka terhadap pengetahuan dan sikap ibu bayi dan balita dalam UPGK (Usaha Perbaikan Gizi Keluarga) di wilayah kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten Labuhanbatu Utara.

1.4. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian, hipotesis penelitian ditetapkan sebagai berikut :

(31)

- Tidak ada pengaruh komunikasi tatap muka terhadap pengetahuan dan sikap ibu bayi dan balita dalam UPGK (Usaha Perbaikan Gizi Keluarga) di wilayah kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten Labuhanbatu Utara.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Utara khususnya Puskesmas di Kampung Pajak sebagai informasi untuk meningkatkan status gizi anak guna mewujudkan sumber daya manusia yang sehat.

2. Bagi tenaga kesehatan agar meningkatkan komunikasi kepada ibu tentang usaha perbaikan gizi keluarga

3. Bagi masyarakat sebagai upaya meningkatkan usaha perbaikan gizi keluarga 4. Bagi peneliti sebagai pengembangan ilmu kesehatan masyarakat, khususnya yang

(32)

BAB 2

KAJIAN TEORITIS

2.1. Komunikasi

(33)

2.1.1. Prinsip Dasar Komunikasi

Komunikasi adalah proses pengopoperasian rangsangan (stimulus) dalam bentuk lambang atau simbol bahasa atau gerak (non-verbal), untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Proses komunikasi yang menggunakan stimulus atau respon dalam bentuk bahasa baik lisan maupun tulisan selanjutnya disebut komunikasi verbal. Sedangkan apabila proses komunikasi tersebut menggunakan simbol-simbol disebut komunikasi non-verbal (Setiawati, 2008).

2.1.2. Unsur-unsur Komunikasi

(34)

2.1.3. Bentuk-bentuk Komunikasi

2.1.3.1. Komunikasi Interpersonal/Tatap Muka (Face to face) 2.1.3.1.1. Pengertian

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal. guru-murid dan sebagainya (Mulyana, 2000).

Menurut Effendi, pada hakekatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar komunikator dengan komunika sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga. Pada saat komunikasi dilancarkan, komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif atau negatif, berhasil atau tidaknya. Jika ia dapat memberikan kesempatan pada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya (Sunarto, 2003).

2.1.3.1.2. Faktor-faktor Efektivitas Komunikasi Tatap Muka/ Face To Face

1.

Menurut Devito (1997) bahwa faktor-faktor efektivitas komunikasi tatap muka dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu :

Keterbukaan (Openness)

(35)

kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.

Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan. Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.

2.

Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran (Bochner dan Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama tunggal).

Empati (Empathy)

(36)

itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang.

3.

Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya. Sikap Mendukung (Supportiveness)

4.

Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3) provisional, bukan sangat yakin.

Sikap Positif (Positiveness)

(37)

pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.

5.

Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.

Kesetaraan (Equality)

(38)

2.2. Pengetahuan 2.2.1. Pengertian

Umpan balik pertama yang diharapkan dari pengkomunikasian pesan kesehatan adalah pengetahuan yakni pengetahuan masyarakat tentang penyakit diare, seperti pengobatan, dan pencegahannya.

Pengertian pengetahuan secara umum didefinisikan sebagai kombinasi dari kerangka pengalaman, informasi kontekstual, nilai-nilai dan pandangan ahli yang memberikan kerangka kerja untuk mengevaluasi dan memadukan pengalaman dan informasi. Dengan kata lain, pengetahuan adalah kombinasi dari informasi dan pengalaman (Davenport and Prusak,2001)

Pengetahuan adalah informasi yang merubah sesuatu atau seseorang baik dengan menjadikannya sebagai dasar melakukan tindakan, maupun membuat individu atau organisasi menjadi cakap dalam melakukan tindakan yang lebih efektif (Peter Drucker, 2001)

Achterbergh & Vriens (2002) lebih jauh menuliskan bahwa pengetahuan memiliki 2 fungsi yakni : pertama, berfungsi sebagai latar belakang untuk pengkajian gejala, yang sebaliknya akan memungkinkan pelaksanaan tindakan. Fungsi kedua adalah untuk menilai apakah bentuk tindakan akan memberikan hasil yang diharapkan dan untuk menggunakan penilaian dalam memutuskan cara mengimplementasikan tindakan tindakan tersebut.

(39)

sebagai hal apa yang diketahui oleh orang atau responden terkait dengan sehat atau sakit atau kesehatan, misalnya tentang penyakit (penyebab, cara penularan, serta pencegahan), gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan berencana dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010)

Notoatmodjo (2007) mengatakan tingkat pengetahuan seseorang dalam bidang kesehatan dapat dibagi kedalam 3 kelompok yakni :

1). Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi penyebab penyakit, gejala atau tanda tanda penyakit, bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencari pengobatan, bagaimana cara penularan dan bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi dan sebagainya.

2). Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat, meliputi :

a). Jenis jenis makanan yang bergizi

b). Manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatannya c). Pentingnya olah raga bagi kesehatan

d). Penyakit penyakit atau bahaya merokok, minum minuman keras, narkoba, dan sebagainya.

e). Pentingnya instirahat cukup, relaksasi, rekreasi, dan sebagainya bagi kesehatan, dan sebagainya.

(40)

b). Cara cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk pembuangan kotoran yang sehat dan sampah

c). Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat

d). Akibat polusi (polusi air, udara, dan tanah) bagi kesehatan dan sebagainya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain adalah (Sunaryo, 2004) :

a. Faktor intrinsik

Faktor intrinsik mencakup : pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi, dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar.

b. Faktor ekstrinsik

Meliputi lingkungan sekitar baik fisik maupun non fisik seperti iklim manusia, sosial ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya (Sunaryo, 2004)

2.2.2. Sumber Pengetahuan

Pengetahuan juga dipengaruhi oleh sumber informasi. Informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber yaitu :

a. Media Massa

Media massa merupakan salah satu perantara yang digunakan oleh sumber untuk mengirim pesan kepada penerima pesan. Media massa berupa televisi, radio, koran, tabloid dan lain-lain.

b. Petugas Kesehatan

(41)

c. Teman dan Keluarga

Pengetahuan yang dimiliki seseorang bisa juga diperoleh dari teman. Dengan merasakan manfaat dari suatu ide bagi dirinya, maka seseorang akan menyebarkan ide tersebut pada orang lain (Sunaryo, 2004).

2.2.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan

Notoatmodjo (2003) mengatakan ada 6 (enam) faktor yang memengaruhi pengetahuan, yaitu : usia, pendidikan, intelengia, pekerjaan, pengalaman, penyuluhan, media massa dan sosial budaya.

Dari penjelasan tentang sumber pengetahuan tersebut di atas, dapat diketahui bahwa satu-satunya cara transfer pengetahuan dari petugas kesehatan kepada masyarakat adalah melalui penyuluhan. Hal ini berarti komunikasi terapeutik memiliki titik penekanan pada peran petugas kesehatan (bidan desa) dalam memberikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan khususnya tentang gizi.

2.3. Sikap

2.3.1. Pengertian

(42)

Struktur sikap terdiri dari komponen kognitif (kepercayaan), komponen emosional (perasaan), dan komponen perilaku (tindakan). Isi dari komponen kognitif adalah persepsi, kepercayaan dan stereotype (sesuatu yang sudah terpolakan) dari individu. Komponen kognitif sering disamartikan dengan opini (pandangan), terutama yang menyangkut isu atau masalah yang kontroversial. Komponen afektif yang berisi perasaan individu terhadap objek dan menyangkut masalah emosi. Terakhir, isi dari komponen perilaku berisi kecenderungan untuk bertindak (Sunaryo, 2004).

Menurut Sunaryo (2004) sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni : Menerima (receiving), Merespons (Responding), Menghargai (valuing), Bertanggung jawab (responsible)

2.3.2. Indikator Sikap Kesehatan

Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa indikator sikap kesehatan dibagi dalam 3 kelompok yakni :

1). Sikap terhadap sakit atau penyakit, yakni bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap gejala atau tanda tanda penyakit, dan sebagainya.

2). Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat, yakni penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara cara memelihara dan cara cara berperilaku hidup sehat. 3). Sikap terhadap kesehatan lingkungan, yakni pendapat atau penilaian seseorang

(43)

2.4. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga 2.4.1. Pengertian

Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) adalah usaha perbaikan gizi masyarakat yang berintikan penyuluhan gizi, melalui peningkatan peran serta masyarakat dan didukung kegiatan yang bersifat lintas sektoral yang dilaksanakan oleh berbagai sektor terkait (Depkes RI. 2003)

Pengertian lain mengenai UPGK adalah :

a. Merupakan usaha keluarga sendiri untuk memperbaiki keadaan gizi seluruh anggota keluarga.

b. Dilaksanakan oleh keluarga dan masyarakat dengan kader sebagai penggerak masyarakat dan petugas berbagai sektor sebagai motivator, pembimbing dan pembina.

c. Merupakan bagian dari kehidupan keluarga sehari-hari dan juga merupakan bagian integral dari pembangunan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

(44)

2.4.2. Tujuan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)

Tujuan umum UPGK adalah untuk mendorong perubahan sikap dan perilaku yang mendukung perbaikan gizi anak balita dan keluarga melalui peningkatan pengertian, partisipasi dan pemerataan hasil kegiatan untuk mencapai keluarga sadar gizi menuju terjadinya manusia berkualitas. Sedangkan tujuan khusus UPGK adalah ; 1) Partisipasi dan pemerataan kegiatan:

a) Semua anggota masyarakat ikut serta aktif dalam penyelenggaraan kegiatan. Penanggungjawab kegiatan adalah anggota masyarakat setempat yang telah mendapat latihan.

b) Pada daerah UPGK, kegiatan meluas ke semua RW

c). Pada setiap RW, semua balita (anak dibawah 5 tahun), ibu hamil dan ibu menyusui tercakup dalam kegiatan.

2) Perubahan tingkah laku yang mendukung tercapainya perbaikan gizi.

a) Semua balita ditimbang setiap bulan, dan hasil timbangannya dicatat di KMS b) Semua bayi disusui ibunya sampai usia 2 tahun atau lebih dan mendapat

makanan lain yang sesuai dengan kebutuhannya

c) Semua anak yang berumur 1-4 tahun mendapat 1 kapsul vitamin A dosis tinggi setiap 6 bulan

(45)

2.4.3. Sasaran UPGK

Secara upaya perbaikan gizi keluarga (UPGK) dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian yakni :

1). Sasaran Langsung

Sasaran langsung adalah perorangan atau keluarga yang bersedia melakukan sesuatu terhadap dirinya sendiri dalam rangka mewujudkan keluarga sadar gizi.

a)

Sasaran ini pada garis besarnya dapat disegmentasikan menjadi:

b)

Keluarga Balita (Ibu, bapak, anggota keluarga yang ditugasi mengasuh anak)

c)

Ibu muda

d)

Ibu Hamil

e)

Ibu menyusui

2).

Masyarakat umum Sasaran Tidak Langsung

a)

Yang dimaksud dengan sasaran tidak langsung adalah perorangan atau institusi yang diharapkan dapat membantu secara aktif baik sebagai pengajar (motivator), maupun sebagai penyedia jasa kelompok UPGK dalam rangka melembagakan dan memberdayakan keluarga sadar gizi. Sasaran ini antara lain :

b)

Kelompok yang mempunyai pengaruh dan menentukan dalam proses pengambilan keputusan misalnya : pemuka masyarakat baik formal maupun informal (pemuka agama, kepala adat, dan lain-lain )

(46)

c) Kelompok Petugas KIE dari sektor yang terkait dalam berbagai tingkat daerah, meliputi:

(1). Sektor kesehatan (Petugas Rumah Sakit, Petugas Puskesmas )

(3).

(2). Sektor Keagamaan (Petugas KUA, motifator UPGK jalur agama, penyuluh agama, guru agama)

Sektor Pertanian (4). Sektor BKKBN

2.5. Landasan Teori

[image:46.612.120.514.509.663.2]

Menurut teori komunikasi Devito (1997), bahwa faktor yang berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam UPGK adalah efektivitas komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness) dan kesetaraan (equality). Berdasarkan faktor-faktor yang memengaruhinya, ibu akan berusaha melaksakan perbaikan gizi keluarga.

Gambar 2.1. Kerangka Teori Devito (1997) Keterbukaan Empati Sikap Mendukung Sikap Positif

Persepsi

Sikap ibu dalam UPGK

(47)

2.6. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian deskriptif tentang pengaruh komunikasi tatap muka terhadap pengetahuan dan sikap ibu bayi dan balita dalam UPGK, maka kerangka konsep penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

[image:47.612.132.524.225.370.2]

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Komunikasi Tatap Muka (Face to

face communication) tentang UPGK : 1. Keterbukaan (Openness)

2. Empati (Emphaty)

3. Sikap Positif (Positiveness) 4. Sikap

mendukung(Supportiveness)

5. Kesetaraan (Equality)

Pengetahuan dan sikap Ibu Bayi dan Balita dalam

(48)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah rancangan kuasi-eksperimen, dimana bentuk desain yang dipakai adalah one group pre-test and post test untuk mengetahui pengaruh komunikasi tatap muka terhadap pengetahuan dan sikap ibu bayi dan balita dalam usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK).

Dimana dalam rancangan ini tidak ada kelompok pembanding (kontrol)tetapi dilakukan observasi pertama (pre-test) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan.

Keterangan : 01 = Pre-test

X = Komunikasi tatap muka tentang UPGK 02 = Post-test

Perbedaan antara 01 dengan 02 dapat diasumsikan sebagai efek atau pengaruh dari perlakuan yang ada.

(49)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten Labuhanbatu Utara. Alasan pemilihan lokasi adalah :

1). Masih rendahnya pengetahuan dan sikap ibu bayi dan balita dalam usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK)

2). Peran bidan desa belum optimal dalam melakukan komunikasi tatap muka terhadap perbaikan pengetahuan dan sikap ibu bayi dan balita dalam usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK)

3). Belum pernah dilakukan penelitian tentang pengaruh komunikasi tatap muka terhadap pengetahuan dan sikap ibu bayi dan balita dalam UPGK

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai dari survei awal pada bulan Mei sampai Juni 2013.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

(50)

3.3.2. Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini adalah sebagian populasi dijadikan menjadi sampel. Besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus Lemeshow sebagai berikut :

) 5 . 0 1 ( 5 . 0 ) 96 . 1 ( ) 1 1009 ( ) 1 . 0 ( 1009 ) 5 . 0 1 ( 5 . 0 ) 96 . 1 ( 2 2 2 − + − −

= 87,77 orang = 88 orang

Jadi besar sampel dalam penelitian ini berjumlah 88 orang.

[image:50.612.117.530.446.532.2]

Penentuan sampel tiap desa di wilayah kerja Puskesmas Kampung Pajak dengan menggunakan proporsional random sampling dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 3.1. Penentuan Sampel Tiap Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Pajak dengan Menggunakan Proporsional Random Sampling

No Nama Desa Jumlah Ibu Perhitungan Sebaran Sampel

1 Kampung Pajak 267 267/1009x88 23

2 Merantiomas 356 356/1009x88 31

3 Pulo Jantan 242 242/1009x88 21

4 Bangun Rejo 144 144/1009x88 12

Jumlah 1009 88

3.4. Prosedur Intervensi Komunikasi Tatap Muka dalam UPGK

(51)

Kampung Pajak sebanyak 88 orang yang dilakukan di balai desa yang terdekat dengan Puskesmas Kampung Pajak yaitu di Desa Kampung Pajak. Pre-test dilakukan selama 2 hari mulai pukul 09.00-12.00 WIB di Balai Desa Kampung Pajak. Setelah pre-test selesai dilakukan, peneliti melakukan intervensi dengan ibu bayi dan balita yang berjumlah 88 orang pada 25 posyandu yang tersebar di wilayah kerja Puskesmas Kampung Pajak. Di posyandu yang terdapat nama ibu yang terpilih untuk menjadi sampel, peneliti melakukan komunikasi tatap muka yang berisikan materi UPGK. Dalam satu posyandu, peneliti memanggil satu persatu ibu-ibu tersebut kemudian melakukan komuniasi tatap muka selama + 10-15 menit untuk satu orang ibu dengan materi UPGK yang sama pada setiap ibu.

Di akhir intervensi dilakukan pengukuran pengetahuan dan sikap ibu melalui wawancara dengan membagikan kuesioner (post-test), terhadap 88 orang ibu yang dilaksanakan di Balai Desa Kampung Pajak. Post-test dilakukan selama 2 hari mulai pukul 09.00-12.00 WIB.

3.5. Metode Pengumpulan Data 3.5.1. Data Primer

Data primer meliputi data :

1. Karakteristik ibu yang memiliki bayi dan balita yang meliputi : Umur, jumlah anak, pekerjaan dan tempat tinggal yang dikumpulkan langsung dengan menggunakan kuesioner

(52)

penyampaian materi komunikasi tatap muka, dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan ibu balita.

3. Pengetahuan dan sikap ibu bayi dan balita tentang usaha perbaikan gizi keluarga dikumpulkan melalui wawancara langsung kepada responden dengan alat bantu kuesioner berupa pertanyaan-pertanyaan.

3.5.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang mendukung data primer yang dihimpun melalui pencatatan dokumen yang ada di lokasi penelitian yaitu laporan bulanan Puskesmas tentang kasus gizi dan data pemanfaatan pekarangan menjadi apotik hidup dari bulan Januari sampai dengan bulan Mei 2013.

3.5.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kelayakan dalam menggunakan instrumen yang akan dipakai untuk penelitian diperlukan uji validitas dan reliabilitas. Notoatmodjo (2005) menyatakan sebelum dilakukan penelitian kepada responden, terlebih dahulu dilakukan uji validitas kuesioner kepada 30 responden. Uji validitas diperlukan untuk mengetahui apakah instrument penelitian (kuesioner) yang dipakai cukup layak digunakan sehingga mampu menghasilkan data yang akurat. Sugiono (2006) menyatakan bahwa instrumen dikatakan valid, apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Demikian juga kuesioner sebagai alat ukur harus mengukur apa yang akan diukur.

(53)

teknik korelasi Pearson Product Moment Correlation Coefisient (r), dengan ketentuan: a) Bila r-hitung > t-tabel maka dinyatakan valid dan b) Bila r-hitung < t-tabel

Uji reliabilitas terhadap kuesioner untuk melihat konsistensi jawaban. Sugiono (2006) menyatakan bahwa suatu instrumen dikatakan reliable atau konsisten jika digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data atau jawaban yang sama, dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dalam penelitian ini teknik untuk menghitung indeks reliabilitas yaitu menggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, dengan

ketentuan : jika nilai

r-maka dinyatakan tidak valid.

Alpha > r-table

3.5.4.Variabel dan Definisi Operasional

maka dinyatakan reliable.

3.5.4.1. Variabel Bebas 1. Komunikasi Tatap Muka

1. adalah suatu usaha adanya keterbukaan dalam komunikasi untuk membuka diri dalam mengungkapkan segala informasi tentang UPGK yang disampaikan yang berguna bagi ibu. Pengukuran variabel 30 pertanyaan yang diajukan dengan jawaban “ya (bobot nilai 1)” dan “tidak (bobot nilai 0)”, dan dikategorikan menjadi 2 yaitu:

(54)

3.5.4.2. Variabel Terikat

1. Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui ibu tentang usaha perbaikan status gizi keluarga yang dipaeroleh dari hasil wawancara terhadap responden.

Kategori Pengetahuan :

0. buruk : bila responden tidak mengetahui UPGK. 1. baik : bila responden mengetahui UPGK.

Pengukuran variable pengetahuan ibu dalam UPGK disusun 10 pertanyaan yang diajukan dengan jawaban “ya (bobot nilai 1)” dan “tidak (bobot nilai 0)”, dan dikategorikan menjadi 2, yaitu :

1. Kurang, jika responden memperoleh total skor > 76% dari 10 atau > 8 2. Baik, jika jawaban responden memiliki total skor ≤ 76% dari 10 atau < 7

(Nursalam, 2011).

2. Sikap adalah suatu reaksi atau responden ibu tentang usaha perbaikan status gizi keluarga

Kategori sikap : 0. Negatif 1. Positif

Untuk mengukur sikap ibu tentang usaha perbaikan gizi keluarga disusun sebanyak 10 pertanyaan dengan jawaban “ya (bobot nilai 1)” dan “tidak (bobot nilai 0)”, dan dikategorikan menjadi 2 yaitu :

(55)
[image:55.612.113.527.169.421.2]

3.6.Metode Pengukuran

Tabel 3.2 Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur

Variabel Cara dan Alat Ukur

Skala

Ukur Hasil Ukur

Variabel Bebas

1. Keterbukaan Wawancara (kuesioner)

Ordinal 0. Tidak ada keterbukaan 1. Ada keterbukaan Tidak

2. Empati Wawancara

(kuesioner)

Ordinal 0. Tidak empati 1. Empati 3. Sikap mendukung Wawancara

(kuesioner)

Ordinal 0. Tidak mendukung 1. Mendukung 4. Sikap positif Wawancara

(kuesioner)

Ordinal 0. Tidak bersikap positif 1. Bersikap positif 5. Kesetaraan Wawancara

(kuesioner)

Ordinal 0. Tidak ada kesetaraan 1. Ada kesetaraan Variabel Terikat

Pengetahuan Wawancara (Kuesioner)

Ordinal 0. Buruk 1. Baik

Sikap Wawancara

(Kuesioner)

Ordinal 0. Tidak melakukan 1. Melakukan

3.7. Metode Analisis Data 3.7.1. Analisis Univariat

(56)

3.7.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan komunikasi tatap muka (keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan) dengan pengetahuan dan sikap ibu dalam UPGK di wilayah kerja Puskesmas Kampung Pajak dengan menggunakan statistik uji chi-square dengan menggunakan derajat kepercayaan 95%, sehingga bila ditemukan hasil analisis statistik p<0,05, maka variabel dinyatakan berhubungan secara signifikan.

(57)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Kampung Pajak berada di wilayah Kecamatan Na. IX-X Aek Kota Batu dan Mulai berfungsi sejak April 2005 yang sebelumnya adalah Puskesmas Pembantu. Saat ini Puskesmas Kampung Pajak membawahi 4 (empat) desa sebagai wilayah kerja dengan luas wilayah + 125.17 Ha dengan batas-batas wilayah kerja sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Puskesmas Bandar Durian 2. Sebelah Selatan : Puskesmas Aek Kota Batu

3. Sebelah Timur : Puskesmas Aek Korsik (Aek Kuo) 4. Sebelah Barat : Puskesmas Simonis (Aek Natas)

Menurut data profil Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Utara, jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kampung Pajak sementara adalah 15.152 orang, yang terdiri atas 7.695 laki-laki dan 7.457 perempuan.

4.1.2. Visi dan Misi a)

b) Misi :

Visi : Tercapainya kecamatan sehat melalui pembangunan kesehatan masyarakat di desa menuju terwujudnya Kabupaten Labuhanbatu Utara Sehat 2015

(58)

2). Memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan secara oleh tim yang bertugas di wilayah kerja Puskesmas Kampung Pajak.

3). Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat.

4.2. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menentukan distribusi frekuensi karakteristik responden yang meliputi umur dan jumlah anak sebagai berikut :

[image:58.612.114.526.431.517.2]

4.2.1. Karakteristik Responden

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Gambaran Karakteristik Umur Responden Ibu Bayi dan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Pajak

Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2013

No Karakteristik Umur Frekuensi (n) Persentase (%)

1 <25 tahun 7 8,0

2 25-30 tahun 47 53,4

3 31-35 tahun 24 27,3

4 >35 tahun 10 11,3

Total 88 100,0

(59)
[image:59.612.112.532.170.241.2]

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Gambaran Karakteristik Jumlah Anak Responden Ibu Bayi dan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung

Pajak Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2013

No Karakteristik Jlh Anak Frekuensi (n) Persentase (%)

1 1 anak 25 28.4

2 2 anak 37 42.1

3 3 anak 26 29.5

Total 88 100.0

Dari tabel 4.2 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki 2 anak yaitu sebanyak 37 orang (42.0%) dan minoritas responden memiliki 1 anak yakni sebanyak 25 orang (28.4%).

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Gambaran Karakteristik Pekerjaan Responden Ibu Bayi dan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten

Labuhanbatu Utara Tahun 2013

No Karakteristik Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Ibu Rumahtangga 35 39.8

2 Buruh 4 4.6

3 Pedagang 15 17.0

4 Petani 34 38.6

Total 88 100.0

Berdasarkan tabel 4.3. mayoritas pekerjaan responden yaitu ibu rumahtangga yaitu sebanyak 35 (39.8%) dan minoritas pekerjaan buruh yaitu 4 orang (4.6%).

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Gambaran Karakteristik Pendidikan Responden Ibu Bayi dan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung

Pajak Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2013

No Karakteristik Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Tidak Sekolah 25 28.4

2 Pendidikan Dasar (SD, SMP) 35 39.8

3 SMA 20 22.7

4 Perguruan Tinggi 8 9.1

(60)

Berdasarkan tabel 4.4. Mayoritas responden berpendidikan dasar (SD,SMP) sebanyak 35 (39.8%), minoritas responden berpendidikan perguruan tinggi yaitu sebanyak 8 orang (9.1%).

[image:60.612.115.529.281.338.2]

4.2.2. Komunikasi Tatap Muka

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Kategori Komunikasi Tatap Muka Ibu Bayi dan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten

Labuhanbatu Utara Tahun 2013

No Komunikasi Tatap Muka Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Kurang 48 54,5

2 Baik 40 45,5

Total 88 100.0

Hasil distribusi pada Tabel 4.5 dijelaskan mengenai komunikasi tatap muka pada ibu bayi dan balita paling banyak dengan kategori kurang yaitu 48 orang (54,5%) dan paling sedikit dengan kategori baik yaitu 40 orang (45,5%).

Uji statistik paired t-test digunakan untuk mengetahui perbedaan hasil pre dan post pada komunikasi terapeutik oleh ibu balita yang dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini :

Tabel 4.6. Hasil uji t testPre Test dan Post Test Komunikasi Tatap Muka Ibu Bayi dan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten

Labuhanbatu Utara Tahun 2013

Kelompok Mean Standar Deviasi

Standar Error

Perbedaan

T Sig

Mean Standar Error Pre Test 14,59 3,588 0,377

[image:60.612.113.529.577.645.2]
(61)

Hasil pada Tabel 4.6 mengungkapkan bahwa hasil pengukuran pada kelompok pre test mempunyai nilai z skor rata-rata sebesar 14,59 dengan standar deviasi sebesar 3,588 dan pada kelompok post test mempunyai nilai z skor sebesar 18,72, dengan standar deviasi sebesar 3,751. Dari hasil uji t-test berpasangan diperoleh nilat thitung

4.2.3. Pengetahuan Ibu

sebesar -31,233 dan p-value 0,000 artinya ada perbedaan yang signifikan antara komunikasi tatap muka yang dilakukan pada ibu balita pada kelompok pre test dan post test.

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Ibu Bayi dan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten Labuhanbatu Utara

Tahun 2013

No Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Kurang 57 64,8

2 Baik 31 35,2

Total 88 100.0

Hasil distribusi pada Tabel 4.7 dijelaskan mengenai pengetahuan ibu bayi dan balita paling banyak dengan kategori kurang yaitu 57 orang (64,8%) dan paling sedikit dengan kategori baik yaitu 31 orang (35,2%).

(62)
[image:62.612.115.530.228.341.2]

tentang UPGK, terjadi peningkatan pengetahuan ibu bayi dan balita tentang UPGK menjadi 68 orang (77,2%) berpengetahuan baik tentang UPGK.

Tabel 4.8. Tabulasi silang Komunikasi Tatap Muka Berdasarkan Pengetahuan Ibu Bayi dan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten

Labuhanbatu Utara Tahun 2013

Komunikasi Tatap Muka

Pengetahuan

Sebelum Sesudah

Baik Kurang

Total Baik Kurang

Total

n % n % n % n %

Baik 24 60.0 16 40.0 40 35 87.5 5 12.5 40 Kurang 7 14,6 41 85,4 48 33 68.75 15 31.25 48 Total 31 35,2 57 64,8 88 68 77,3 20 22,7 88 Tabel 4.9. Hasil Uji T-testPre Test dan Post Test Pengetahuan Ibu Bayi dan

Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2013

Kelompok Pengetahuan

Mean Standar Deviasi

Standar Error

Perbedaan

T Sig

Mean Standar Error Pre Test 5,85 3,128 0,333

- 4,155 0,121 -12,036 0,000 Post Test 7,31 2,220 0,237

(63)
[image:63.612.115.527.182.241.2]

4.2.4. Sikap Ibu

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Kategori Sikap Ibu Bayi dan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2013

No Sikap Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Negatif 47 53,4

2 Positif 41 46,6

Total 88 100.0

Hasil distribusi pada Tabel 4.10 dijelaskan mengenai sikap ibu bayi dan balita paling banyak dengan kategori negatif yaitu 47 orang (53,4%) dan paling sedikit dengan kategori positif yaitu 41 orang (46,6%).

(64)
[image:64.612.115.528.171.288.2]

Tabel 4.11. Tabulasi silang Komunikasi Tatap Muka Berdasarkan Sikap Ibu Bayi dan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten

Labuhanbatu Utara Tahun 2013

Komunikasi Tatap Muka

Sikap

Sebelum Sesudah

Positif Negatif

Total

Positif Negatif

Total

n % n % n % n %

Positif 26 65.0 14 35.0 40 33 82.5 7 17.5 40 Negatif 15 31.3 33 68.7 48 32 66.7 16 33.3 48 Total 41 46,6 47 53,4 88 65 73,9 23 26,1 88

Tabel 4.12. Hasil uji T-testPre Test dan Post Test Sikap Ibu Bayi dan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten Labuhanbatu Utara

Tahun 2013

Kelompok

Sikap Mean

Standar Deviasi

Standar Error

Perbedaan

T Sig Mean Standar

Error

Pre Test 6,17 3,471 0,370

- 1,170 0,121 -9,658 0,000

Post Test 7,34 2,444 0,261

(65)

4.3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel bebas yakni komunikasi tatap muka dengan pengetahuan dan sikap ibu dalam UPGK dengan hasil sebagai berikut :

4.3.1. Hubungan Komunikasi Tatap Muka dengan Pengetahuan ibu bayi dan balita dalam UPGK

[image:65.612.112.533.382.490.2]

Hubungan komunikasi tatap muka dengan pengetahuan ibu bayi dan balita dalam UPGK dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.13. Hubungan Komunikasi Tatap Muka dengan Pengetahuan Ibu Bayi dan Balita dalam UPGK di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Pajak

Kabupaten Labuhan batu Utara Tahun 2013

Komunikasi Tatap Muka

Pengetahuan Ibu Bayi dan Balita

dalam UPGK

p-value

0,037

Kurang Baik Total

n % n % n %

Kurang 31 64,5 17 35,4 48 100,0

Baik 16 40,0 24 60,0 40 100,0

Total 47 53,4 41 46,6 88 100,0

(66)

Hasil uji chi-square menunjukkan nilai p-value

4.3.2. Hubungan Komunikasi Tatap Muka dengan Sikap ibu bayi dan balita dalam UPGK

0,037, < 0,05, sehingga dapat

disimpulkan bahwa dalam komunikasi tatap muka memiliki hubungan signifikan dengan pengetahuan ibu bayi dan balita dalam UPGK.

[image:66.612.111.530.349.460.2]

Hubungan komunikasi tatap muka dengan sikap ibu bayi dan balita dalam UPGK dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.14. Hubungan Komunikasi Tatap Muka dengan Sikap Ibu Bayi dan Balita dalam UPGK di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten

Labuhanbatu Utara tahun 2013

Komunikasi Tatap Muka

Sikap Ibu Bayi dan Balita

dalam UPGK

p-value

0,013 Negatif Positif Total

n % n % n %

Kurang 33 68,8 15 31,3 48 100,0

Baik 16 40,0 24 60,0 40 100,0

Total 49 55,7 39 44,3 88 100,0

(67)

Hasil uji chi-square menunjukkan nilai p-value

0,037, < 0,05, sehingga dapat

(68)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Pengaruh Komunikasi Tatap Muka Terhadap Pengetahuan Ibu Bayi dan Balita dalam UPGK

Komunikasi tatap muka mendorong dan mengajarkan kerja sama antara petugas kesehatan dengan ibu bayi dan balita agar dapat mengungkap perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam masalah kesehatan.

(69)

akhirnya seseorang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuannya tersebut. Hasil uji chi-square menunjukkan nilai p-value

Hasil analisis dengan menggunakan t-test diperoleh jumlah rata-rata skor pengetahuan ibu bayi dan balita pada pre-test sebesar 5,85 dan post-test sebesar 7,31 nilai t hitung -12,036 dan p-value 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Nilai P sebesar 0,000 artinya ada pengaruh komunikas

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Teori Devito (1997)
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1. Penentuan Sampel Tiap Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Pajak dengan Menggunakan Proporsional Random Sampling
Tabel 3.2 Variabel, Cara, Alat,  Skala dan Hasil Ukur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan untuk layanan tes HIV dapat diakses secara gratis oleh masyarakat, layanan yang masuk dalam pembiayaan BPJS diantaranya obat-obatan untuk infeksi

[r]

[r]

pendapatan asli daerah dan belanja tidak langsung terhadap kemiskinan. melalui pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali tahun

Hasil interpretasi tanda yang ada pada iklan korporat Dove “Real Beauty” versi global ke lokal menunjukkan pergeseran standar kecantikan (definisi baru kecantikan) hanya

Oleh sebab itu, sangat diharapkan seluruh LPPPCKS dan master trainer dapat melaksanakan Diklat Calon Kepala Sekolah/Madrasah In-Service Learnin 1 sesuai dengan standar yang telah

Dari hasil penelitian, seluruh responden memiliki umur lebih dari 50 tahun dimana Diabetes Melitus tipe 2 sering menyerang orang yang berumur &gt;40 tahun, sebagian besar memiliki

Produk Industri Kehutanan (ETPIK) oleh Direktur Jenderal. Perusahaan industri kehutanan yang dapat diakui sebagai ETPIK adalah perusahaan industri kehutanan yang telah