• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Interpersonal dan Pergeseran Bahasa Jawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Komunikasi Interpersonal dan Pergeseran Bahasa Jawa"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

JURNAL

Komunikasi Interpersonal dan Pergeseran Bahasa Jawa

(Studi Korelasi Antara Komunikasi Interpersonal pada Remaja terhadap Pergeseran Bahasa Jawa di Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali)

Oleh:

MARTA RATNA HAPSARI D1214051

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Politik Program Studi Ilmu Komunikasi

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user 1

Komunikasi Interpersonal dan Pergeseran Bahasa Jawa

(Studi Korelasi Antara Komunikasi Interpersonal pada Remaja terhadap Pergeseran Bahasa Jawa di Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali)

Marta Ratna Hapsari Dwi Tiyanto

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract

Communication as the tool for an interaction, is one of the way for the man to keep the social behaviour within there is an interpersonal communication process inside, whereas any interpersonal communication of course contain of an interaction. Having an intepersonal communication by the adolescent when they was study outside of the Java has effected a changing toward the Javanese, which it the speaker of javanese has go down in the level teenager. The purpose of this research is to know how much the correlation toward intepersonal communication in the level teenager which it has affected the shif of Javanese language in the Simo Region.

This research is using an Accomodation Theory by Howard Giles. An Accomodation Communication theory is rested on the premise that is when the speaker having an interaction, they will adjust the conversation, Vocal Patterns or their action to accomodate another people. This theory is affeceted by any personal situation, situational and culture.

Method Survye is the methods that using in this research with the quesionnare as the tools. The respondents of this research is the teenager who are sixteen untill twenty one years old and living in the Simo Region. Sampling technique using Cluster Sampling with 98 respndents. The Distribution of the questionnaire carried out directly and by email. Data analysis technique is using Rank Spearman.

The result of the research get the r-count between Interpersonal communication and the shift of Javanese is 0,420 is show that there is a positive correlation and significancy in medium category. It is characterized by a positive correlation coefficient, which has meaning that higher adolescent interpersonal communication is done the higher the Java language shift is happening and its significance is showing through a comparison of the value of r-count larger than t -table.

Key Words: Correlation study, Interpersonal Communication, The shift Of

(3)

commit to user 2

Pendahuluan

Proses sosialisasi tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat atau untuk berinteraksi dengan orang lain. Sosialisasi merupakan cara belajar atau suatu proses akomodasi dan yang dipelajari adalah nilai-nilai, norma-norma, ide-ide atau gagasan, pola-pola tingkah laku dan adat istiadat serta keseluruhannya itu diwujudkan dalam kepribadiannya (Hanum, 2006: 25). Sosialisasi yang dilakukan seseorang memberikan dampak saling mempengaruhi satu sama lain saat dua orang atau lebih ada dalam kondisi bersamaan, yang kemudian menimbulkan suatu hasil diantara satu dengan yang lain atau berkomunikasi satu dengan yang lain sehingga sikap setiap orang dapat memepengaruhi individu lainnya dan terjadi suatu proses sosialisasi atau bisa disebut juga dengan interaksi sosial.

Interaksi sosial sebagai rangsangan dan reaksi dimana rangsangan dan reaksi tersebut terjadi pada saat yang sama yaitu pada saat interaksi sosial, yang mengandung makna suatu situasi dapat menyebabkan setiap individu menjalin hubungan dengan individu yang lain dalam waktu bersamaan. Dalam kondisi sosial inilah setiap individu secara aktif menghadapi individu lain serta dituntut pula memberi rangsangan dan reaksi yang sesuai dengan situasi proses interaksi tersebut.

Komunikasi sebagai sarana untuk berinteraksi merupakan salah satu cara individu untuk memelihara tingkah laku sosial yang di dalamnya terdapat proses komunikasi interpersonal (komunikasi antarpribadi) begitu juga sebaliknya setiap komunikasi interpersonal senantiasa mengandung interaksi, sehingga sulit untuk memisahkan antara keduanya.

Sering kali dalam komunikasi interpersonal seseorang berupaya mengubah sikap dan perilaku orang lain. Singkatnya banyak mempergunakan waktu untuk mempersuasi seseorang melalui komunikasi interpersonal. Sehingga dapat dikatakan komunikasi interpersonal adalah peristiwa sosial, yakni peristiwa yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia lain.

Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari yang sering dilakukan oleh seseorang sebagai mahluk

(4)

commit to user 3

sosial. Sejak bayi seseorang telah melakukan komunikasi dengan menggunakan bahasa atau lambang-lambang. Hal ini karena sejatinya sejak bayi seseorang telah belajar bahasa ibu, yang dimaksud bahasa ibu disini ialah bahasa pertama yang dikuasai, diperoleh atau digunakan seorang anak.

Individu yang sedang menginjak masa remaja akan mengalami perubahan, baik dari sisi biologis, kognitif, maupun emosional. Masa remaja adalah masa yang sangat menentukan untuk setiap individu. Memasuki masa remaja, individu mengalami proses untuk menemukan tempat dalam masyarakat yang biasa dikenal dengan proses pencarian identitas. Proses pencarian jati diri pada remaja disini dengan melakukan interaksi.

Berdasarkan pada sosial-budaya dan tujuan penggunaannya, batasan usia remaja berbeda-beda. Menurut badan PBB yang memperhatikan kesehatan dunia World Health Organization (WHO) batasan usia remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10 sampai 20 tahun (Sarwono, 2011: 9). Sedangkan dari segi Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja ialah penduduk yang berusia 10-18 tahun. Sementara itu, menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) batasan usia remaja adalah 10 sampai 24 tahun dan belum menikah. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa atau bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka dimasukkan ke dalam kelompok remaja.

Pencarian identitas diri yang dilakukan oleh remaja pada saat berkomunikasi mulai mengalami peralihan dalam menggunakan bahasa. Hal ini dapat dilihat pada Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali, para remaja mulai meninggalkan bahasa Jawa. Saat ini remaja di Kecamatan Simo mulai menggunakan bahasa lain dan menggunakan bahasa kekinian (bahasa gaul) dalam berkomunikasi. Hal ini menyebabkan penggunaan bahasa Jawa di Kecamatan Simo mulai mengalami penurunan pada remaja sehingga terjadi suatu pergeseran bahasa Jawa. Berbeda dengan dahulu bahasa Jawa masih kental digunakan oleh para remaja sebagai bahasa dalam keseharian.

(5)

commit to user 4

Adanya tuntutan remaja di Kecamatan Simo yang harus meninggalkan daerah asalnya untuk menempuh pendidikan yang lebih baik merupakan pengaruh terbesar terjadinya pergeseran bahasa Jawa. Karena para remaja harus berkomunikasi, bersosialisasi, serta menyesuaikan diri pada lingkungan baru dengan teman yang asal daerahnya berbeda-beda. Hal ini yang menyebabkan terjadinya percampuran bahasa antara satu individu dengan yang lainnya dan tak jarang para remaja juga menggunakan bahasa kekinian yang saat ini marak digunakan di kalangan remaja.

Pergeseran bahasa pada Kecamatan Simo tersebut sesuai dengan pendapat Rokhman yang mengatakan bahwa seseorang atau sekelompok penutur pindah ke daerah lain yang menggunakan bahasa lain, dan berinteraksi dengan masyarakat tutur wilayah tersebut, maka terjadilah pergeseran bahasa (Rokhman, 2013: 51).

Bahasa sebagai salah satu unsur kebudayaan dan sebagai alat komunikasi yang digunakan masyarakat untuk melakukan interaksi sosial antara individu satu dengan individu yang lainnya untuk menyatakan identitas budayanya. Hal ini didukung dengan adanya pendapat dari FX. Rahyono yang mengatakan bahwa bahasa bukan sekedar alat komunikasi. Melalui bahasa kebudayaan pemilik bahasa dapat diketahui karena realitas kultural diungkapkan, diwujudkan, serta dilambangkan dengan bahasa. (Rahyono, 2015: 83)

Melihat adanya pergeseran bahasa Jawa yang terjadi menarik peneliti untuk melakukan penelitian mengenai pergeseran bahasa Jawa sebagai penyesuaian komunikasi pada remaja yang memiliki latar belakang kultur bahasa Jawa yang kental dan saat ini sedang tinggal sementara di luar kota untuk menuntut ilmu, penelitian dilakukan untuk melihat seberapa besar hubungan komunikasi interpersonal pada remaja yang menyebabkan terjadinya pergeseran bahasa Jawa.

Dengan adanya pergeseran bahasa Jawa yang terjadi pada remaja peneliti mengambil batasan usia remaja dari usia 16 tahun hingga 21 tahun dengan jumlah populasi 5257 remaja yang tersebar pada 13 Kelurahan di Kecamatan Simo. Pada masa usia ini remaja telah mengalami interaksi yang diterima tidak hanya pada lingkup keluarga maupun pendidikan melainkan telah mengalami interaksi dengan

(6)

commit to user 5

lingkungan luar. Lingkungan luar yang dimaksud disini ialah ketika remaja harus belajar di luar kota dan tinggal tidak bersama dengan orang tua sehingga harus menyesuaikan dengan tempat tinggal barunya untuk beradaptasi sesuai kultur yang di tempatinya.

Penelitian ini berlandaskan pada Teori Akomodasi Komunikasi atau Communication Accomodation Theory yang biasa disingkat dengan CAT. Teori Akomodasi Komunikasi adalah teori yang diperkenalkan oleh Howard Giles. Teori ini berpijak pada premis bahwa ketika pembicara berinteraksi, mereka menyesuaikan pembicaraan, pola vokal, dan atau tindak-tanduk mereka untuk mengakomodasi orang lain. (West & Turner, 2008: 217).

Teori Akomodasi Komunikasi mengacu pada adaptasi komunikasi interpersonal. Saat dua orang sedang melakukan komunikasi, dan setiap individu berusaha melakukan akomodasi komuniksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Seperti menyesuaikan bahasa, aksen, bahasa tubuhnya sebagai respon komunikasi terhadap lawan bicaranya. Hal ini mengidikasikan bahwa individu menyesuaikan bentuk komunikasi verbal dan non-verbal dalam proses komunikasi tersebut.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah hubungan yang positif dan signifikan antara variabel komunikasi interpersonal pada remaja (X) dan variabel pergeseran bahasa Jawa (Y) di Kecamatan Simo?

Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar hubungan yang positif dan signifikan antara variabel komunikasi interpersonal pada remaja (X) dan variabel pergeseran bahasa Jawa (Y) di Kecamatan Simo.

(7)

commit to user 6

Tinjauan Pustaka

a. Komunikasi

Everett M. rogers & Lawrence Kincaid tahun 1960 dalam Marheni (2009: 32) menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam.

Berdasarkan definisi komunikasi menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan dasar interaksi antara individu satu dengan yang lainnya dimana proses komunikasi yang dilakukan mempuyai tujuan yakni mengubah atau membentuk sikap dan perilaku seseorang yang menjadi sasaran komunikasi.

Karakteristik saluran komunikasi menurut Marheni Fajar (2009: 55) di bagi menjadi tiga, yaitu:

a. Media cetak

Dengan adanya teknologi komunikasi baru, publikasi cetak masih menjadi media utama untuk komuniksi. Terdiri dari: Majalah, Koran, surat, newsletter.

b. Media Elektronik

Menyediakan informasi dalam bentuk Audibel, visual, dan Audio Visual. Terdiri dari: radio, televise dan satelit, display, video, telekonferensi, hotline, dan internet.

c. Komunikasi Tatap Muka

Temuan riset menunjukkan bahwa karyawan lebih suka komunikasi secara langsung dengan atasan dari pada melalui email, memo, voice mail, atau bentuk lainnya. Studi juga menunjukkan bahwa jenis pesan yang paling diingat dan efektif bagi karyawan adalah komunikasi tatap muka.

Berdasarkan saluran komunikasi di atas dapat disimpulkan secara sederhana bahwa komunikasi dimulai dari seseorang (komunikator) yang membuat pesan yang kemudian menyampaikannya melalui saluran atau media tertentu kepada penerima pesan (komunikan) yang menimbulkan efek tertentu.

(8)

commit to user 7

Sementara itu jika dilihat dari arti lebih luas, tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar informasi, diskusi dan sosialisasi sebagai kegiatan seseorang dalam hidup bermasyarakat.

Dalam proses komunikasi yang dilakukan para remaja di Kecamatan Simo yang sedang berada di luar daerah asalnya dan mengalami penurunan dalam penggunan bahasa Jawa, karakteristik saluran komunikasi yang digunakan yakni komunikasi tatap muka.

b. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi Interpersonal sebenarnya suatu proses komunikasi yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Komunikasi Interpersonal merupakan pengiriman pesan-pesan yang efektif digunakan untuk seseorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung. (Liliweri, 1991: 12)

Komunikasi Interpersonal yaitu proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antar dua orang atau lebih di dalam suatu kelompok kecil manusia. (Widjaja, 1986: 8)

Dari definisi komunikasi interpersonal menurut para ahli dapat di simpulkan bahwa komunikasi antarpribadi adalah sebuah proses komunikasi yang dilakukan secara langsung antara dua tiga orang dalam kedekatan secara fisik dimana seluruh panca indera dapat dimanfaatkan dan mendapatkan umpan balik yang terlihat saat itu juga.

Menurut Hardjana Agus M. (2009: 86-89) komunikasi interpersonal merupakan bagian kegiatan yang dinamis. Dengan tetap memperhatikan kedinamisannya, komunikasi interpersonal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi verbal dan non verbal. b. Komunikasi interpersonal mencakup perilaku tertentu.

c. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berproses pengembangan.

(9)

commit to user 8

d. Komunikasi interpersonal mengandungkan umpan balik, interaksi, dan koherensi.

e. Komunikasi interpersonal berjalan menurut peraturan tertentu. f. Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan aktif.

g. Komunikasi interpersonal saling mengubah.

Berdasarkan ciri-ciri komunikasi interpersonal di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua unsur pokok dalam komunikasi interpersonal yaitu isi pesan dan bagaimana isi itu dikatakan atau dilakukan. Komunikasi interpersonal itu sendiri mencakup perilaku tertentu dan berbeda-beda tergantung dari tingkat hubungan pihak-pihak yang terlibat dalam proses penyampaian pesan. Hasil dari Komunikasi Interpersonal itu sendiri bersifat koherensi yakni dalam komunikasi baik antara pesan yang disampaikan dan umpan balik yang diberikan, maupun dalam keseluruhan komunikasi. Dalam hal ini komunikasi interpersonal berjalan menurut peraturan yang telah di tetapkan pada intrinsik dan ekstrinsik sehingga komunikasi interpersonal merupakan kegiatan komunikasi dalam kategori aktif berperan untuk saling mengubah dan mengembangkan wawasan, pengetahuan, dan kepribadian.

c. Elemen Komunikasi Interpersonal

Elemen yang ada di dalam proses komunikasi antarpribadi menurut Alo Liliweri (1991: 12), sebagai berikut:

a. Pesan

b. Orang atau sekelompok orang c. Penerima pesan

d. Efek

e. Umpan balik

Berdasarkan elemen komunikasi interpersonal diatas daapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan bentuk komunikasi yang melibatkan dua orang atau lebih. Sedangkan penerimanya yaitu dalam komunikan antarpribadi dan pesannya diterima sehingga terjadi efek berupa persetujuan mutlak berupa pengertian

(10)

commit to user 9

kemudian umpan balik pesan yang dikirim baik sengaja atau tidak sengaja dapat dilakukan dengan tatap muka, senyum atau anggukan kepala dan apabila komunikasi melalui telefon diterima hanya berupa vokal.

d. Remaja

Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Individu juga mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. Selain itu juga terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2011: 9).

Dapat disimpulkan bahwa seorang anak dikatakan remaja apabila secara seksual menjadi matang dan berakhir pada saat mencapai usia matang secara hukum dan dapat memenuhi kebutuhan ekonomi secara mandiri.

e. Budaya

Trenholm dan Jensen mendefinisikan budaya sebagai seperangkat nilai, kepercayaan, norma dan adat istiadat, aturan dan kode yang secara sosial mendefinisikan kelompok-kelompok orang, mengikat mereka satu sma lain dan memberi mereka kesadaran bersama (Dedy, 2004: 15)

Berdasarkan definisi budaya dari berbagai ahli disimpulkaan bahwa budaya tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari yang terjadi dalam masyarakat. Ruang lingkup budaya meliputi semua pengaruh perilaku yang diterima selama kehidupan berlangsung.

f. Bahasa

Menurut Reed H. Blake & Edwino O. Haroldsen (2003: 6) dalam bukunya Taksonomi Konsep Komunikasi, Krech dan kawan kawan menyatakan bahwa adalah benar–benar sukar untuk menekankan pentingnya

(11)

commit to user 10

bahasa dalam kegiatan manusia. Mereka menetapkan tiga fungsi utama bahasa:

a. Bahasa adalah alat utama dalam berkomunikasi.

b. Bahasa mencerminkan kepribadian individu dan kebudayaan masyarakat sekaligus, pada gilirannya bahasa, membantu membentuk kepribadian dan kebudayaan manusia.

c. Bahasa meningkatkan pertumbuhan dan pewarisan kebudayaan, kelangsungan masyarakat dan fungsi pengawasan, serta pengendalian yang efektif dari kelompok-kelompok masyarakat.

g. Pergeseran Bahasa

Pergeseran bahasa merupakan masalah yang menyangkut penggunaan bahasa oleh sekelompok penutur yang bisa terjadi sebagai akibat perpindahan dari satu masyarakat tutur ke masyarakat tutur lain. (Rokhman: 2013, 51)

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa adanya perpindahan tempat tinggal mempengaruhi pergeseran bahasa ibu yang dimiliki oleh seseorang sehingga seseorang mengalami dwibahasa. Oleh karena itu kondisi kedwibahasaan seringkali dihubung-hubungkan sebagai pengaruh terhadap pergeseran bahasa Jawa. Yang paling dasar. Hal penting yang harus diketahui bahwasannya kedwibahasaan bukanlah satu-satunya faktor yang menyebabkan adanya pergeseran bahasa Jawa. Meskipun kedwibahasaan merupakan salah satu syarat terjadinya pergeseran bahasa.

h. Pembagian tingkat tutur bahasa Jawa

Adanya perkembangan jaman, pembagian tingkat tutur yang digunakan saat ini hanya 2, yaitu bahasa ngoko dan krama. Penjelasan kedua tingkat tutur adalah sebagai berikut.

a. Bahasa Ngoko 1) Ngoko Lugu

(12)

commit to user 11

Menurut Haryana Harjawijaya dan Supiya Lugu berarti asli, dan murni. Asli sejatinya bisa menurut pada kodrat manusia dan menurut kepribadian orang Jawa. (Haryana dan Supiya, 2009: 39) 2) Ngoko Alus

Wujud bahasa ngoko alus adalah leksikon ngoko, netral, dan krama inggil/ krama andhap/ krama untuk menghormati mitra tutur. b. Bahasa Krama

Bahasa krama untuk berkomunikasi antara anak kepada orang tua, cucu kepada kakek atau nenek, pembantu rumah tangga kepada majikan (tuan rumah), murid kepada guru dan adapula orang tua kepada anak sebagai pembelajaran. (Dwiraharjo, 2001: 163-169)

1) Krama Lugu

Krama lugu merupakan salah satu jenis dari tingkat tutur yang diusulkan oleh Wardoyo dalam Dwiraharjo (2001: 105). Di dalam krama lugu, kosa katanya berupa kata-kata krama, tidak terdapat krama inggil. (Dwiraharjo, 2001: 105).

2) Krama Inggil

Krama inggil merupakan istilah yang menunjuk pada kosa kata atau leksikon. Krama inggil memiliki makna lebih tinggi bila dibanding krama. (Dwiraharjo, 2001: 106).

i. Teori Akomodasi Komunikasi (Communication Accomodation Theory)

Dalam buku teori komunikasi yang ditulis Richard West dan Lyn H. Turner yang di terjemahkan oleh Maria Natalia Damayanti teori akomodasi komunikasi berpijak pada premis bahwa ketika pembicara berinteraksi, mereka menyesuaikan pembicaraan, pola vokal, dan atau tindak-tanduk mereka untuk mengakomodasi orang lain. (West & Turner, 2008: 217).

Teori akomodasi komunikasi milik Howard Giles (2008: 219) dipengaruhi oleh beberapa keadaan personal, situasional dan budaya, berikut ini hasil identifikasi beberapa asumsi:

(13)

commit to user 12

a. Persamaan dan perbedaaan berbicara dan perilaku terdapat di dalam semua percakapan.

b. Cara dimana kita mempersepsikan tuturan dan perilaku orang lain akan menentukan bagaimana kita mengevaluasi sebuah percakapan.

c. Bahasa dan perilaku memberikan informasi mengenai status sosial dan keangotaan kelompok.

d. Akomodasi bervariasi dalam hal tingkat kesesuaian dan norma mengarahkan proses akomodasi.

Metodologi

Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode pendekatan kuantitatif dengan metode survey, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data pokok (Siangarimbun, 1989: 3)

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi korelasi dimana dalam hal ini memaparkan hubungan klausal antara variabel-variabel yang berhubungan dengan melalui pengujian hipotesa. Fokusnya terletak pada penjelasan hubungan-hubungan antar variabel penelitian. Studi ini juga disebut explanatory research karena studi ini berusaha menyoroti hubungan antara beberapa variabel dan menguji hipotesa yang dirumuskan sebelumnya (Singarimbun, 1989: 5)

Sajian dan Analisis Data a. Uji Validitas

Sebelum menganalisis seluruh data yang terkumpul, terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas daftar kuesioner yang diajukan kepada responden. Tujuan pengujian ini adalah untuk memastikan bahwa pertanyaan yang diajukan mengukur konsep yang akan diukur.

Teknik yang digunakan untuk menguji validitas adalah teknik korelasi Spearman-Rank. Setelah melakukan perhitungan, apabila masing-masing hasil korelasi yang diperoleh lebih besar atau sama dengan r tabel, maka item-item

(14)

commit to user 13

pertanyaan yang diajukan kepada responden benar-benar mengukur aspek yang ingin diukur. Tetapi jika hasil korelasi tersebut lebih kecil dari harga dari r tabel, maka item pertanyaan tersebut tidak dapat digunakan untuk analisis selanjutnya. Hasil analisis uji validitas kuesioner dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut:

1. Variabel Komunikasi Interpersonal pada remaja

Tabel 1.1

Hasil Uji Validitas Instrumen Komunikasi Interpersonal (X) Nomor

Item rhitung rtabel Keterangan

1 0,209 0,195 Valid 2 0,220 0,195 Valid 3 0,348 0,195 Valid 4 0,584 0,195 Valid 5 0,533 0,195 Valid 6 0,639 0,195 Valid 7 0,675 0,195 Valid 8 0,486 0,195 Valid 9 0,534 0,195 Valid 10 0,473 0,195 Valid 11 0,489 0,195 Valid 12 0,439 0,195 Valid 13 0,562 0,195 Valid

Sumber: Data primer yang diolah 2016

Uji validitas yang telah dilakukan terhadap variabel independen (X), hasilnya didapatkan bahwa rhitung semua butir pertanyaan > rtabel dan bertanda positif yang berarti kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah valid sehingga butir-butir pertanyaan untuk variabel dalam penelitian ini layak di pergunakan sebagai instrumen penelitian.

(15)

commit to user 14

2. Variabel Pergeseran Bahasa Jawa

Tabel 1.2

Hasil Uji Validitas Instrumen Pergeseran Bahasa Jawa (Y)

Sumber: Data primer yang diolah 2016

Uji validitas yang telah dilakukan terhadap variabel dependen (Y), hasilnya didapatkan bahwa rhitung semua butir pertanyaan > rtabel dan bertanda positif yang berarti kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah valid sehingga butir-butir pertanyaan untuk variabel penelitian ini layak di pergunakan sebagai instrumen penelitian.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana hasil suatu pengukuran terhadap hal yang sama untuk dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, hasil ditujukkan oleh indeks yang menunjukkan seberapa jauh alat ukur dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas menggunakan rumus cronbach alpha. Jika diperoleh nilai rhitung > 0,60 maka kuesioner dinyatakan reliabel.

Tabel 1.3

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel Komunikasi Interpersonal pada Remaja (X) dan Variabel Pergeseran Bahasa Jawa (Y)

No Variabel Cronbach

Alpha Keterangan 1 Komunikasi interpersonal pada remaja (X) 0,833 Reliabel

2 Pergeseran bahasa Jawa (Y) 0,892 Reliabel

Sumber: Data primer yang diolah 2016 Nomor

Item rhitung rtabel Keterangan

1 0.733 0,195 Valid 2 0,843 0,195 Valid 3 0,794 0,195 Valid 4 0,542 0,195 Valid 5 0,317 0,195 Valid 6 0,478 0,195 Valid 7 0,747 0,195 Valid 8 0,728 0,195 Valid 9 0,752 0,195 Valid

(16)

commit to user 15

Karena setiap variabel memiliki nilai Cronbach Alpha yang lebih besar dari 0,60 maka hasil analisis data untuk uji reliabilitas instrumen penelitian dapat dinyatakan bahwa kuesioner yang digunakan di dalam penelitian ini adalah reliabel.

c. Uji Korelasi

Uji hubungan antar variabel dilakukan pada data yang diperoleh dari 98 responden. Peneliti menguji ada tidaknya hubungan antar variabel yang sebelumnya sudah di bagi ke dalam beberapa indikator.

Ada berbagai macam teknik statistik dalam penelitian kuantitatif untuk menguji hipotesis. Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data ordinal atau berjenjang, maka uji korelasi yang digunakan adalah uji korelasi Spearman Rank atau Tata Jenjang Spearman.

Tabel 1.4

Koefisien Korelasi Komunikasi Interpersonal dan Pergeseran Bahasa Jawa

Correlations

Pergeseran bahasa Jawa

Komunikasi interpersonal

Spearman's rho Pergeseran bahasa Jawa Correlation Coefficient 1.000 .420** Sig. (2-tailed) . .000 N 98 98 Komunikasi interpersonal Correlation Coefficient .420** 1.000 Sig. (2-tailed) .000 . N 98 98

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil penghitungan korelasi Spearman dengan SPSS 17.0 antara komunikasi interpersonal pada remaja dengan pergeseran bahasa Jawa, diperoleh koefisien korelasi (rhitung) sebesar 0,420 dengan signfikansi sebesar 0,000. Diketahui rtabel untuk jumlah sampel sebesar 98 responden dengan taraf signifikansi 0,05 adalah 0,195. Untuk mengetahui hipotesis bisa diterima atau

(17)

commit to user 16

tidak adalah dengan membandingkan rhitung dengan rtabel. Sesuai dengan hasil penghitungan di atas 0,420 (rhitung) > 0,195 (rtabel), maka hipotesis dapat diterima. Angka signifikansi dalam hasil penelitian menunjukkan angka 0,000 ini berarti hubungan antar variabel menunjukkan hubungan yang signifikan karena hasil angka signifikansi lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan hal tersebut diperoleh kesimpulan bahwa:

H0 : Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel komunikasi interpersonal pada remaja (X) dan variabel pergeseran bahasa Jawa (Y) di Kecamatan Simo.

H1 : Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel komunikasi interpersonal pada remaja (X) dan variabel pergeseran bahasa Jawa (Y) di Kecamatan Simo.

Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar koefisien korelasi, maka digunakan pedoman interpretasi koefisien korelasi dari Sugiyono (2014: 231). Diketahui koefisien korelasi 0,420 ini menunjukkan bahwa hubungan antara variabel X dan Y termasuk ke dalam kategori hubungan yang sedang. Tanda korelasi yang positif menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel positif dan searah. Artinya, semakin tinggi komunikasi interpersonal yang dilakukan remaja di Kecamatan Simo maka akan diikuti pula oleh tingginya pergeseran bahasa Jawa pada remaja di Kecamatan Simo.

Simpulan

Setelah peneliti melakukan penghitungan data menggunakan metode korelasi tata jenjang Spearman dan analisa data yang diperoleh hasilnya, maka langkah selanjutnya adalah menarik kesimpulan berdasarkan dari hasil penelitian yang didapat. Setelah diproses, diperoleh hasil bahwa hipotesis terbukti dan sesuai dengan teori akomodasi komunikasi.

Dapat dilihat dalam konteks pencarian identitas diri yang dilakukan oleh remaja di Kecamatan Simo proses interaksi yang dilakukan menggunakan komunikasi interpersonal dan proses penyesuaian bicara, pola vokal dan

(18)

tidak-commit to user 17

tanduk yang dilakukan untuk mengakomodasi orang lain termasuk dalam pergeseran bahasa Jawa terbukti, berikut penjelasannya:

Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel komunikasi interpersonal pada remaja (X) dan variabel pergeseran bahasa Jawa (Y) di kecamatan Simo. Artinya, dengan adanya komunikasi interpersonal pada remaja di Kecamatan Simo yang berpindah tempat tinggal selama masa studi di luar kota atau Negara mengalami pergeseran bahasa Jawa pada konteks teman sebayanya namun tidak terjadi pergeseran bahasa pada orang tua.

Saran

Saran yang dapat di sampaikan penulis berdasarkan penelitian ini adalah sebagai berikut:

3. Bagi remaja

a. Bagi para remaja menggunakan bahasa daerah bukan merupakan hal yang buruk. Sebagai generasi penerus bangsa sudah menjadi kewajiban untuk melestarikan bahasa daerah yang notabene merupakan identitas budaya. b. Menggunakan bahasa lain dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan baru

sebenarnya baik, karena bertanda bahwa seseorang remaja dapat bersosialisasi di lingkungan baru namun alangkah lebih baik apabila seorang remaja dapat memilih bahasa mana yang baik dan mana yang kurang tepat untuk digunakan.

4. Pemerintah Daerah

a. Mengingat fungsi utama pemerintah adalah melayani masyarakat, maka pemerintah perlu terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat sebagai penerima pelayanan publik. Pelayanan publik dalam hal ini ialah cara bagaimana meningkatkan kesadaran akan pentingnya budaya terutama melestarikan bahasa Jawa. Hal ini di dukung dengan adanya Perda Nomor 9 Tahun 2012 tentang bahasa, sastra, dan Aksara Jawa, diharapkan memberikan dampak nyata yang luas terhadap pelindungan, pembinaan, pengembangan bahasa, sastra, dan Aksara Jawa.

(19)

commit to user 18

b. Bagi pemerintah setempat agar memberikan perhatian lebih kepada remaja yang notabene merupakan generasi penerus bangsa. Perhatian yang di berikan dari pemerintah akan mendidik, meneruskan dan melestarikan kebudayaan daerah itu sendiri, dimana jika para remaja memiliki kemampuan dalam menghargai budaya daerahnya sendiri maka dapat dipastikan pergeseran bahasa Jawa dalam suatu daerah tidak akan terjadi. Mengingat karena para remaja telah di bekali ilmu yang cukup untuk menjaga kebudayaan dimana kebudayaan dalam suatu daerah harus di jaga serta di lestarikan dan pemerintah yang berperan aktif dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia yang berlandaskan UUD 1945 pasal 32.

5. Bagi Penelitian selanjutnya

a. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian mengenai bahasan yang serupa, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi. Peneliti mengharapkan untuk peneliti selanjutnya untuk menggunakan variabel-variabel baru, memakai paradigma penelitian baru dalam menentukan pola hubungan antar variabel, lokasi penelitian yang berbeda, penentuan karakteristik sampel yang lebih bervariasi dan juga menggunakan metode analisis yang berbeda. Jika dalam penelitian ini peneliti hanya mencari ada tidaknya hubungan antar variabelnya dengan pola hubungan yang sederhana, maka untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk menggunakan penelitian menggunakan model penelitian dengan paradigma (pola hubungan) penelitian yang lebih bervariasi misalnya paradigma sederhana berurutan, paradigma ganda maupun paradigma jalur.

b. Disarankan pula untuk peneliti berikutnya agar menggunakan varian media massa dan media sosial lain yang lebih beragam sebagai objek penelitian. Sehingga ke depannya akan lebih memperluas dan memperbanyak referensi kajian mengenai pengaruh media sosial dan media baru pada fenomena pergeseran bahasa Jawa di kalangan remaja.

(20)

commit to user 19

Daftar Pustaka

Blake, Reed H., and Edwin O. Haroldsen. (2003). Taksonomi Konsep Komunikasi. Terj Bahana, Hasan. Surabaya: Papyrus

Dwiraharjo. (2001). bahasa Jawa Krama. Surakarta: Yayasan Pustaka Cakra. Fajar, Marheni. (2009). Ilmu Komunikasi Teori & Praktik. Yogyakarta: Graha

Ilmu Grafindo Persada.

Hanum, Farida. (2006). Diktat Mata Kuliah: Sosioantropologi Pendidikan, Yogyakarta: Universitas Negri Yogyakarta

Hardjana, Agus M. (2009). Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius

Harjawijaya, Haryana, & Th. Supriya. (2009). Kamus Unggah-Ungguh Basa Jawa. Yogyakarta: Kanisius.

Liliweri, Alo M.S. (1991). Komunikasi Antar Pribadi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Mulyana, Dedy. (2004). Komunikasi Efektif suatu Pendekatan Lintas-Budaya. Rahyono. (2015). Kearifan Budaya dalam Kata. Jakarta: Wedatama Widya Sastra Rokman, Fathur. (2013). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sarwono, Sarlito. (2011). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Singarimbun, Masri dan Sofian Effendy. 1989. Metodologi Penelitian Survei.

Jakarta: PT. Pustaka LP3ES Indonesia.

Sugiyono. (2014). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

West, Richard dan Lynn H. Turner. (2008). Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. Terj Maer, Maria Natalia Damayanti. Jakarta: Salemba Humanika

Widjaja, H. A. W. (1986). Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: Rineka Cipta

Referensi

Dokumen terkait

Pusat-pusat pelayanan kegiatan sosial ekonomi dan pemerintahan yang melayani seluruh wilayah kota yang tersebar di Bagian Wilayah Kota (BWK) tengah terdiri dari:  Kawasan

Penjual langsung dan atau pengecer minuman beralkohol untuk tujuan kesehatan adalah perusahaan yang melakukan penjualan minuman beralkohol yang

Surya Pratista Hutama ( PT. SUPRAMA) adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan mie dan makanan ringan. Perusahaan ini terletak di Jawa Timur tepatnya di

menu Reservasi Hotel yang berfungsi untuk melakukan pengelolaan transaksi reservasi dihotel yang meliputi data booking kamar, check in dan pembayaran biaya hotel dan

Studi EHRA dilaksanakan secara penuh oleh Pokja Kabupaten/ Kota dengan penanggung jawab pelaksana adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dengan bantuan Sanitarian dan atau

 Peran petugas dalam membantu pasien memperoleh rata-rata 2.63 dengan keterangan baik. Ditandai dengan petugas membantu pasien mulai dari administrasi sampai

Dengan tidak adanya segmentasi pasar, berakibat pada suatu perusahaan akan kesulitan untuk membidik konsumen mana yang akan dituju, karena kosumen mempunyai kebutuhan