• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

80

BAB VI

KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

“Solidarity is essential: yes I can have one idea as an individual, but when I join that together with other folks we can build something massive and incredible.” (Aisha Fukushima) 6.1 Konsep Makro

Ruang Kreatif Publik berperan sebagai fasilitas beriklim kreatif yang berorientasi pada inovasi produk kerajinan khas Yogyakarta. Produk kerajinan yang menjadi perhatian utama dalam Ruang Kreatif Publik ini merupakan produk-produk olahan yang menjadi unggulan dari Yogyakarta, yakni produk kayu, produk kulit, produk tanah liat, dan produk batik. Tidak hanya itu, produk metal dan fabrikasi juga ditambahkan sebagai fasilitas di Ruang Kreatif Publik untuk memperkaya dan memperluas kemungkinan inovasi. Fungsi edukasi, promosi, eksperimen, dan produksi dijalankan di dalam Ruang Kreatif Publik agar anak muda Yogyakarta terstimulasi untuk belajar secara informal mengenai proses pembuatan kerajinan lokal dan nilai-nilainya. Inovasi yang dilakukan oleh anak muda setelah melalui serangkaian proses kreatif dan edukasi di Ruang Kreatif Publik diharapkan memiliki ciri khas Yogyakarta dengan teknik dan pakem semirip mungkin dengan apa yang telah dilaksanakan secara turun-menurun oleh pengrajin asli Yogyakarta.

6.2 Konsep Meso

6.2.1 Tahapan Berjenjang Proses Kreatif dalam Ruang Kreatif Publik

Aktivitas yang ada dalam Ruang Kreatif Publik distimulasi dan dilakukan untuk membangkitkan proses kreatif. Proses kreatif sendiri, berdasarkan teori Wallas yang telah dibahas sebelumnya (Bab V, halaman 68), memiliki tahap-tahap yang berjenjang, yakni preparation,

incubation, insight, dan verification. Teori Wallas ini kemudian dikaji

dan dikembangkan oleh Tore Kristensen yang melakukan kombinasi dengan teori miliknya, teori proses kreatif yang terjadi tanpa disadari, yakni value creation process, scaffolding, imagination, dan

materialization (Tabel 20, halaman 71). Proses kreatif yang terjadi

(2)

81

tahap dari proses kreatif menjadi lapisan yang memiliki porsi perannya masing-masing, tergantung pada tahap mana proses tersebut terjadi.

Proses scaffolding menurut Tore Kristensen adalah proses dimana kreativitas memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan konteks budaya dan lingkungan fisik, di sinilah arsitektur menjadi bagian yang tidak terlepaskan dari kreativitas. Proses scaffolding ini terutama berperan dalam preparation dan incubation, yakni dua tahap awal dalam proses kreatif dimana daya pikir dan kolaborasi sangat diperlukan. Selain kedua tahap tersebut, tahap insight dan verification juga melibatkan peran arsitektur, walaupun dalam intensitas rendah.

Tabel 21. Perwujudan Tahapan Berjenjang Proses Kreatif dalam Arsitektur

Preparation Incubation Insight Verification Proses Pencarian informasi, diskusi, brainstorming Perenungan, pengalihan pikiran, proses berpikir Tahap datangnya ide kreatif Presentasi ide, diskusi, perwujudan ide Persyaratan Arsitektur - Area komunal yang kondusif untuk berdiskusi, mendapatkan dan menyebarkan informasi - Fleksibilitas ruang baik, dapat digunakan untuk beberapa komunitas dalam satu waktu - Pencahayaan dan akustika baik - Memiliki sistem coworking - Memiliki akses

visual yang baik ke area luar/landscape - Area komunal yang interaktif dan atraktif, memiliki berbagai fasili-tas hiburan dan istirahat - Memiliki fasilitas yang bersifat komunal dan privat - Bersifat open plan dengan batas yang minim untuk menstimulasi interaksi - Merupakan pusat dari keseluruhan bangunan - Memiliki elemen-elemen yang memicu kreativitas, dapat berupa elemen dekoratif maupun fungsional - Memungkin-kan pengguna untuk mencatat ide-ide yang secara spontan terlintas di pikiran - Memiliki karakter ruang yang unik untuk membangkit-kan memori - Fleksibilitas ruang tinggi, terutama dalam antisipasi penggunaan ruang bagi eksperimen ide kreatif - Sesuai dengan standard penggunaan alat produksi yang digunakan dalam proses eksperimen - Terhubung secara visual dengan ruang publik agar menarik dan menstimulasi keinginan untuk belajar Perwujudan dalam Arsitektur

Coworking space Area kreatif Elemen-elemen ruang

Coworking space dan makerspace (Analisis penulis)

(3)

82

6.2.2 Interaksi dan Kolaborasi Kreatif dalam Ruang Kreatif Publik

Kegiatan dan proses kreatif terus mengalami perkembangan seiring dengan berjalannya waktu. Kegiatan kreatif yang pada awalnya melibatkan pelaku kreatif secara individual kini memiliki kecenderungan ke arah kolaborasi dalam komunitas. Suatu proses kreatif yang dilakukan secara komunal memiliki hasil yang lebih memuaskan dengan tingkat kreativitas yang lebih tinggi dibanding hasil dari proses kreatif secara individual, meskipun proses individual tersebut dilakukan secara bersamaan. Peningkatan kualitas dan kuantitas ide-ide kreatif inilah yang dirasa sesuai dengan tuntutan era ekonomi kreatif yang terjadi saat ini.

Kegiatan kreatif yang terjadi secara komunal melibatkan suatu kolaborasi di dalamnya. Kolaborasi yang merupakan usaha bersama untuk mencapai tujuan bersama ini menjadi dasar dalam pengembangan pola kegiatan kreatif dalam Ruang Kreatif Publik. Rasa saling percaya dan interaksi antar-individu merupakan hal yang penting dalam mengawali proses kolaborasi. Interaksi antar-pelaku kreatif yang memicu rasa percaya antar-individu akan dibentuk dan didorong oleh arsitektur dalam Ruang Kreatif Publik.

(4)

83

6.2.3 Tanggapan Ruang Kreatif Publik terhadap Tapak dan Lingkungan Sekitar

Gambar 41. Ukuran Tapak (Modifikasi dari Google Earth 2016)

Berdasarkan penilaian alternatif tapak yang telah dilakukan sebelumnya (Bab IV, halaman 59), dipilih lokasi tapak di Jalan DR. Sardjito, Kelurahan Gondokusuman, Yogyakarta. Blok C2 Kelurahan Gondokusuman tidak termasuk kawasan yang harus diutamakan penanganannya sehingga belum terbentuk karakter kawasan yang cukup kuat di sini. Untuk itu akan diambil karakteristik lingkungan pendidikan dan sarana-sarana komersial yang mengikutinya, serta perkampungan Code yang ada di sisi timur tapak sebagai elemen yang akan mempengaruhi karakter bangunan dalam tapak. Garis bangunan di sekitar tapak merupakan bangunan satu hingga dua lantai dengan gaya tropis konvensional yang menggunakan dinding bata dan atap tanah liat. Di seberang tapak terdapat ruang terbuka hijau kemudian “diteruskan” dalam tapak untuk menciptakan iklim mikro bangunan.

Gambar 42. Panoramic View Area Sekitar Tapak (Dokumentasi pribadi, Januari 2016)

Berkaitan dengan lokasi tapak yang ada di persimpangan jalan dan bersebelahan dengan jalan kampung, akses menuju bangunan akan difokuskan pada sisi tenggara dengan pintu akses yang cukup lebar

(5)

84

(mencukupi untuk akses 2 mobil sekaligus) agar tidak menyebabkan kemacetan di Jalan DR. Sardjito sekaligus tidak mengganggu jalan kampung yang ada.

6.3 Konsep Mikro

6.3.1 Tahapan Berjenjang Proses Kreatif

Tahapan berjenjang proses kreatif dan kaitannya dengan aspek spasial merupakan penekanan yang digunakan dalam desain Ruang Kreatif Publik. Tahapan ini pada dasarnya diaplikasikan dalam setiap unsur desain yang ada, namun 3 poin konsep mikro dalam penjabaran ini merupakan poin-poin yang menjadi fokus utama bagi jalannya tahapan berjenjang proses kreatif dalam Ruang Kreatif Publik.

6.3.1.1 Konsep Kombinasi Makerspace – Coworking Space – Area Kreatif

Dewasa ini, kesadaran akan pentingnya kreativitas dan proses kreatif yang memicu inovasi dalam pekerjaan mulai bermunculan. Salah satunya ditandai dengan coworking space yang mulai muncul sejak 2005 dan semakin berkembang hingga sekarang. Coworking space mengutamakan kolaborasi serta fitur-fitur yang mendorong interaksi agar pengguna dapat berkreasi dan berkarya secara optimal.

Makerspace yang mengadaptasi cara kerja coworking space dengan target pengguna khusus yang disebut maker generation juga sudah diperkenalkan di Indonesia. Walaupun

jumlahnya masih minim, makerspace ternyata sangat diminati oleh generasi muda. Hal ini menunjukkan bahwa keinginan belajar generasi muda Indonesia mengenai handmade products sebenarnya cukup tinggi.

(6)

85 Diagram 14. Kombinasi Fungsi dalam Ruang Kreatif Publik

Tipologi Ruang Kreatif Publik kemudian dirumuskan dari kombinasi antara coworking space, makerspace, dan creative

space dengan menggunakan fasilitas penunjang (fasilitas

irisan) yang selalu ada dalam masing-masing tipologi tersebut sebagai pengikat. Coworking space, makerspace dan creative

space dipilih karena ketiga tipologi ini mendorong terjadinya

interaksi tatap muka yang memicu kolaborasi untuk mencapai tujuannya. Untuk itu, Ruang Kreatif Publik kemudian dirancang untuk memberikan nilai tambah dibanding dengan

coworking space, makerspace, dan creative space

konvensional, yakni dengan memperhatikan tahapan berjenjang dalam proses kreatif. Sehingga secara umum, Ruang Kreatif Publik mengutamakan keterbukaan, keleluasaan, dan fleksibilitas untuk mewadahi kebutuhan proses kreatif dan kolaborasi penggunanya.

Dalam mewadahi tahapan berjenjang proses kreatif, masing fasilitas utama memiliki perannya masing-masing. Tahap preparation diwadahi dalam coworking space sebagai “kantor” yang digunakan oleh para pelaku kreatif. Sedangkan area kreatif berperan utama dalam tahap incubation dimana pelaku proses kreatif dapat beristirahat, bermain, atau sekadar merenung di area ini, tergantung tingkat kenyamanan

(7)

86

individu. Proses insight yang tidak terkait dengan area spasial tertentu dapat terjadi di mana saja, untuk itu seluruh elemen bangunan harus dapat memfasilitasi proses yang cenderung spontan ini. Sedangkan tahap terakhir, verification, menjadi fokus utama bagi makerspace dengan coworking space sebagai pendukungnya.

Diagram 15. Tahapan Proses Kreatif dalam Setiap Fungsi Bangunan

6.3.1.2 Konsep Organisasi Ruang

(8)

87

Kebutuhan ruang untuk mengakomodasi proses kreatif dalam Ruang Kreatif Publik telah dijabarkan sebelumnya (Bab III, halaman 42). Kebutuhan tersebut diorganisir berdasarkan jarak dan hubungan antar-ruang untuk mendukung jalannya tahapan berjenjang proses kreatif. Organisasi ruang mendukung hubungan antar-ruang yang cair sehingga interaksi antar-pengguna dapat terjadi secara bebas dan santai. Organisasi ini juga membentuk sirkulasi dalam bangunan yang penuh dengan tantangan dan pengalaman sehingga bersifat inspiratif dan dapat memicu proses kreatif individu.

Diagram 16. Aksonometri Pembagian Ruang

6.3.1.3 Konsep Zonasi

Tabel 23. Pembagian Zonasi

Zona Publik Zona Semi-Publik Zona Privat

Area Kreatif Makerspace Ruang pengelola

Ruang Lokakarya Coworking space Loading dock

Kafe Ruang penyimpanan

Creative store

(Analisis penulis)

Ruang Kreatif Publik didesain sebagai suatu fasilitas publik yang bebas digunakan oleh kalangan manapun, terutama pelaku kreatif dan peminat kreatif. Ruang Kreatif Publik juga bertujuan untuk menstimulasi keinginan belajar mengenai proses produksi kerajinan dan mengajak orang dengan berbagai latar belakang untuk masuk dan menggunakan kesempatan berproses kreatif di dalamnya.

(9)

88

Semakin beragam latar belakang pengguna Ruang Kreatif Publik, maka semakin luas pula kemungkinan inovasi produk yang terjadi. Karena itulah zona publik diatur sebagai perimeter bangunan agar orang tidak segan untuk masuk ke dalam bangunan. Sedangkan zona semi-publik (makerspace) dirancang sebagai pusat dari bangunan agar setiap orang mendapatkan akses visual ke zona tersebut sehingga nantinya tertarik untuk ikut terlibat dalam proses pembuatan kerajinan.

Diagram 17. Zonasi Ruang Kreatif Publik

Integrasi zona publik dengan semi-publik serta antar-zona publik maupun semipublik juga sangat penting bagi jalannya proses kreatif. Makerspace dan coworking space terkait erat dengan area kreatif sebagai area interaksi komunal utama. Area kreatif ini terdiri atas zona individu dan zona komunal, sesuai dengan kebutuhan pengguna yang beragam dalam tahap

incubation proses kreatif. Sebagian orang akan menjalani tahap

(10)

89

minum kopi, namun sebagian yang lain akan lebih nyaman apabila berdiskusi atau bermain dengan rekan lain. Zona individu dan komunal ini harus terhubung dengan baik namun privasi zona individu tetap harus terjaga.

Diagram 18. Integrasi Antar-Zona dalam Bangunan serta dalam Area Kreatif

Agar pengunjung semakin tertarik untuk mempelajari proses produksi, makerspace sebagai area produksi komunal utama dalam bangunan diletakkan dalam zona yang dapat terekspos dengan mudah secara visual. Makerspace ini terkait erat dengan coworking space bagi industri kerajinan, sedangkan coworking space untuk industri kreatif digital dapat diletakkan di zona yang berbeda.

(11)

90

6.3.1.4 Konsep Sirkulasi dalam Bangunan

Diagram 20. Konfigurasi Sirkulasi dalam Bangunan: Radial dan Jaringan

Sirkulasi dalam bangunan berjalan selaras dengan konfigurasi ruang-ruang yang ada, yakni menggunakan kombinasi sistem radial dan jaringan. Sirkulasi radial diharapkan dapat menekankan kesan ruang komunal dan

makerspace sebagai pusat dari bangunan. Sedangkan

sirkulasi jaringan yang memiliki titik-titik penghubung ruang diharapkan dapat memberikan pengalaman dan pilihan jalur yang kaya bagi pengguna.

Sirkulasi jaringan (network) memberikan peluang yang lebih besar bagi pengguna untuk bertemu dengan pengguna lain dalam perjalanan untuk kemudian menjalani proses kreatif bersama ataupun sekadar berinteraksi secara singkat. Perjalanan yang dapat dibuat lebih panjang sesuai dengan keinginan pengguna juga dapat memberikan kesempatan berproses kreatif dengan lebih dalam atau memberikan inspirasi bagi kebuntuan yang mungkin terjadi pada saat melakukan tersebut.

(12)

91

Sirkulasi dalam bangunan menjadi kunci dalam membimbing dan mengarahkan pengguna menjalani tahapan berjenjang proses kreatif melalui hubungan jalur-ruang. Hubungan jalur-ruang dalam Ruang Kreatif Publik dibuat lewat menembusi ruang agar kombinasi elemen arsitektural dengan aktivitas sosial yang terjadi dapat lebih berperan dalam menstimulasi kreativitas, serta agar kemungkinan terjadinya interaksi dengan pengguna lain dalam perjalanan semakin besar.

Bentuk ruang sirkulasi sendiri didominasi oleh ruang yang terbuka pada satu sisi. Keterbukaan ini dilakukan melalui penggunaan elemen transparan maupuan peniadaan elemen pembatas vertikal. Dengan adanya keterbukaan, kemenerusan visual antar-pengguna maupun antara pengguna dengan elemen arsitektur diharapkan dapat terjadi secara lebih luas sehingga memicu inspirasi dalam proses kreatif.

6.3.2 Interaksi dan Kolaborasi Kreatif 6.3.2.1 Konsep Konfigurasi Ruang

(13)

92

Dalam penyusunan ruang, terdapat lima konfigurasi dasar menurut Francis D. K. Ching, yakni terpusat, linier, radial, terkluster, dan grid. Tore Kristensen merekomendasikan konfigurasi radial atau terpusat untuk mewadahi aktivitas kreatif. Konfigurasi radial atau terpusat dianggap lebih baik dalam memfasilitasi interaksi, terlebih apabila ruang komunal dapat diatur untuk menjadi pusat dari keseluruhan bangunan.

Sedangkan untuk fleksibilitas ruang, konfigurasi kluster atau grid dianggap lebih baik. Konfigurasi ini juga lebih menantang bagi perjalanan atau perpindahan dari satu ruang ke ruang lain. Tantangan ini dimaksudkan untuk memicu daya pikir dan mendorong terjadinya proses kreatif secara individual. Untuk itu, Ruang Kreatif Publik menggunakan kombinasi dari pola terpusat dan pola kluster agar fungsi bangunan menjadi optimal. Ruang-ruang ditata mengelilingi fungsi dominan, yakni fungsi makerspace sebagai area produksi komunal utama dalam bangunan.

6.3.2.2 Konsep Hubungan Antar-Ruang

(a) (b)

Diagram 23. Hubungan Antar-Ruang dalam Bangunan (a) Koridor dan Ruang Bersama serta (b) Dinding atau Elemen Vertikal Lain

Suatu ruangan dengan satu fungsi disusun dalam sistem

open plan untuk menghubungkan antar-segmen agar tidak ada

kesan hierarki yang muncul. Sedangkan antara satu ruang dengan ruang lain dihubungkan secara asimetris menggunakan koridor, ruang bersama, maupun dengan dinding atau elemen

(14)

93

vertikal. Kesan hierarki, terutama hierarki secara sosial, dalam Ruang Kreatif Publik ini dihilangkan agar interaksi antar-pengguna dapat terjadi dengan lancar tanpa adanya perasaan canggung. Interaksi yang mengalir secara informal dapat membuat pikiran lebih bebas dan rileks sehingga menjadikan daya pikir spontan berkemampuan untuk memberikan refleks secara cepat.

Gambar 43. Adanya Deretan Kursi di Koridor sebagai Tempat Singgah (http://officesnapshots.com/photos/21253/, diakses pada 20 Januari 2016,

07.02 WIB)

Koridor tetap digunakan dengan modifikasi sedemikian rupa agar kesan hierarki dapat disembunyikan. Penggunaan koridor diharapkan dapat memperbesar peluang terjadinya interaksi. Koridor penghubung ruang yang digunakan memiliki ukuran yang lebih lebar dibandingkan koridor standard agar tidak mempersulit interaksi yang kemungkinan terjadi. Di sepanjang koridor terdapat „tempat singgah‟ yang mudah diakses untuk mengantisipasi dan memperdalam interaksi yang terjadi ketika pengguna melintasi koridor tersebut.

Dalam Area Kreatif yang difokuskan untuk tahap

incubation, terdapat integrasi antara zona komunal dengan

zona individu yang harus diperhatikan. Zona individu digunakan oleh pengguna bangunan yang ingin menyendiri untuk berpikir, mencari informasi, maupun melakukan hal lain. Zona individu dibuat sedemikian rupa agar bersifat privat namun tetap memiliki akses visual dari maupun ke dalam area

(15)

94

individu sehingga tidak apatis terhadap area sekitar. Namun demikian, akses visual ini tidak boleh mengganggu konsentrasi bagi pengguna yang ada di dalam zona individu. Untuk itu, zona individu dibentuk melalui bidang dasar yang diangkat ke atas sehingga terbentuk jarak fisik yang cukup untuk menjaga suasana privat dalam zona ini.

Diagram 24. Integrasi Zona Individu dan Komunal dalam Area Kreatif

6.3.2.3 Konsep Fasilitas

“People are very good at repurposing or recycling ideas, they just need to hear them.” (Jonathan C. Molloy)

Dalam preseden yang diklaim sebagai bangunan yang paling banyak menghasilkan produk-produk inovatif, Building 20, hanya tersedia satu fasilitas penunjang dalam keseluruhan bangunan. Sebagai contoh, Building 20 hanya menyediakan satu vending machine bagi seluruh bangunan sehingga jika pengguna merasa haus atau lapar, mereka pergi dan mengantre di satu-satunya penyuplai makanan di seluruh gedung. Di antrean itulah para pengguna „dipaksa‟ untuk berinteraksi satu sama lain. Interaksi inilah yang mendorong knowledge

spillovers, sutau kondisi yang diperkenalkan oleh Jane Jacobs,

dimana ide-ide atau pengetahuan mengalami perputaran dalam pemikiran sekelompok manusia.

(16)

95

Untuk itu, fasilitas penunjang di Ruang Kreatif Publik akan diletakkan hanya pada satu zona. Walaupun tidak hanya tersedia satu buah untuk seluruh bangunan, fasilitas seperti mesin fotokopi, printer, dispenser, snack area, dan lain sebagainya akan „memaksa‟ pengguna untuk bertemu dan berbagi mengenai proyek yang sedang mereka kerjakan.

6.3.3 Tanggapan terhadap Tapak dan Lingkungan Sekitar 6.3.3.1 Konsep Bentuk dan Fasad

Bangunan-bangunan yang ada di sekitar tapak merupakan bangunan dengan gaya tropis Indonesia yang konvensional dengan ciri dinding bata serta atap miring berbahan tanah liat. Bangunan di kawasan ini pada umumnya memiliki massa segi empat terdiri atas satu hingga tiga lantai.

Diagram 25. Bentuk Dasar dalam Pembentukan Massa Bangunan

Diagram 26. Bentuk Aditif dalam Elevasi dan Denah

Dalam hal bentuk dan fasad, Ruang Kreatif Publik menyelaraskan diri dengan lingkungan menggunakan gaya bangunan tropis, bentuk massa segi empat, dan atap miring, sebagai ciri khas yang paling kuat dari kawasan. Namun demikian, untuk merespons fungsi kreatif dan target pengguna

(17)

96

yang merupakan anak muda, bentuk massa segi empat yang lebih dominan dikombinasikan secara aditif dengan bentuk lain dan disusun sedemikian rupa agar menimbulkan kesan dinamis dan tidak kaku.

Diagram 27. Konsep Bentuk dan Fasad Bangunan

6.3.3.2 Konsep Perletakan Massa Bangunan

Perletakan massa bangunan dalam tapak dipengaruhi oleh hubungan tapak dengan jalan utama, akses visual terhadap tapak, serta interaksi tapak dengan lingkungan sekitar. Ketiga faktor ini terkait dengan tanggapan bangunan terhadap lingkungan, yakni kemampuan tapak untuk menciptakan iklim kreatif bagi lingkungan sekitar.

Diagram 28. Hubungan Tapak dengan Jalan Utama

(18)

97

Tapak di Jalan DR. Sardjito memiliki bentuk yang tidak beraturan dengan hubungan tapak terhadap jalan raya yang tidak merata di sisi timur. Hanya sudut bagian tenggara tapak yang memiliki akses terhadap jalan utama, baik akses fisik maupun visual. Sebagian lain sisi timur tapak tertutup oleh warung-warung temporer.

Diagram 29. Akses Visual terhadap Tapak dari Jalan Sekitar *sudut visual dihitung sebesar 30o dari jalan yang sejajar tapak

Diagram 30. Intensitas Interaksi Tapak dengan Lingkungan

Tapak dikelilingi dengan jalan kampung yang menjadi akses warga ke perkampungan Blimbingsari serta akses menuju TK Budi Mulia Dua. Dalam hal ini, interaksi tapak dengan warga sekitar lebih diutamakan daripada interaksi tapak dengan pengguna bangunan TK Budi Mulia Dua berkaitan dengan sasaran dan target bangunan.

(19)

98 Diagram 31. Perletakan Massa Bangunan

Berdasarkan pertimbangan dari faktor akses fisik, akses visual, interaksi dengan sekitar, serta peraturan garis sempadan bangunan, massa bangunan diletakkan di sisi selatan-barat tapak. Hal ini dilakukan dengan harapan bahwa bangunan tetap dapat terekspos dari Jalan DR. Sardjito dan jalan alternatif di depan tapak serta bangunan dapat menjalin hubungan yang erat dengan warga sekitar melalui jalan kampung yang ada di sisi selatan tapak.

6.3.3.3 Konsep Pencapaian Bangunan

Diagram 32. Pencapaian Bangunan

Pencapaian bangunan dilakukan dengan pencapaian tidak langsung yang diarahkan dengan vegetasi untuk menekankan perspektif bangunan sekaligus untuk menanggapi lokasi terhadap lalu lintas di timur tapak. Tapak berada tepat di

(20)

99

persimpangan jalan, untuk itu entrance menuju tapak berada di sudut tenggara, sedekat mungkin dengan arus kendaraan, sedangkan entrance menuju bangunan berada di sisi timur. Selain itu, pencapaian tidak langsung juga digunakan untuk mengekspos keberadaan Area Kreatif di sudut tenggara bangunan sebagai impresi yang didapatkan saat memasuki area tapak.

6.3.3.3 Konsep Sistem Bangunan - Pencahayaan

Pencahayaan dalam bangunan seoptimal mungkin memanfaatkan cahaya alami. Optimalisasi cahaya alami ini dilakukan dengan pengaturan massa bangunan, permainan solid-void, serta pemilihan material yang mendukung tersebarnya cahaya secara merata dalam ruang. Ruang-ruang tertentu yang digunakan dalam waktu lama atau digunakan untuk kegiatan yang membutuhkan akurasi visual tinggi menggunakan pencahayaan lampu dengan intensitas terang yang sesuai.

Diagram 33. Pencahayaan pada Ruang Kreatif Publik

- Penghawaan

(21)

100

Penghawaan dalam Ruang Kreatif Publik seoptimal mungkin menggunakan penghawaan alami dengan mengatur massa bangunan, bukaan, serta menciptakan iklim mikro yang tepat. Penghawaan buatan menggunakan air

conditioner (AC) dibutuhkan dalam ruang-ruang yang

mewadahi aktivitas produksi dengan mesin yang menimbulkan panas, seperti laser cutting dan 3D printer. Standard ruang-ruang ini telah dibahas sebelumnya (Bab III, halaman 42).

6.3.3.4 Konsep Material dan Vegetasi

Material pada Ruang Kreatif Publik digunakan untuk memberikan kontras yang diperlukan oleh bangunan sebagai pembeda dari bangunan di sekitarnya. Hal ini menggambarkan pembaruan/inovasi yang menjadi tujuan dalam fungsi bangunan. Material bata tetap digunakan, namun secara ekspos, sebagai pengikat bangunan Ruang Kreatif Publik dengan bangunan sekitar. Material bata ini dipadukan dengan kayu, beton, batu alam, dan kaca untuk menciptakan kesan yang dinamis dan kreatif.

Gambar 44. Konsep Material Ruang Kreatif Publik

(http://www.texturex.com/, diakses pada 17 Januari 2016, 04.51 WIB)

Di sisi lain, vegetasi digunakan sebagai penyelaras bangunan dengan lingkungan. Vegetasi yang ditata dalam site sedapat mungkin sejenis dengan vegetasi yang ada di lingkungan sekitar agar bangunan tidak hanya menyatu melalui bentuk, namun juga melalui suasana.

(22)

101 Gambar 45. Vegetasi di Sekitar Tapak

(Google Streetview, Maret 2015)

6.4 Kesimpulan

Ruang Kreatif Publik merupakan fasilitas yang berperan sebagai sarana berkumpul, berinteraksi, dan bereksperimen bagi para pelaku dan peminat kreatif. Dengan penekanan pada tahapan berjenjang dalam proses kreatif, Ruang Kreatif Publik ini didesain untuk menjawab kebutuhan Kota Yogyakarta akan infrastruktur yang mendukung industri kreatif. Lokasi yang dekat dengan pusat aktivitas anak muda diharapkan dapat menjadi salah satu faktor yang menarik anak muda ke ranah kerajinan. Melalui peran anak muda inilah inovasi yang menerus diharapkan menjadi keunggulan bagi pengembangan industri kreatif di Kota Yogyakarta.

Tabel 24. Struktur Konsep Perancangan

KONSEP MAKRO KONSEP MESO KONSEP MIKRO

Ruang Kreatif Publik sebagai fasilitas beriklim

kreatif yang berorientasi pada inovasi produk

kerajinan khas Yogyakarta

Bagaimana Ruang Kreatif Publik mewadahi

tahapan berjenjang proses kreatif

Konsep Kombinasi

Makerspace – Coworking Space – Area Kreatif

Konsep Organisasi Ruang Konsep Zonasi

Konsep Sirkulasi Bagaimana Ruang

Kreatif Publik memfasilitasi interaksi

dan kolaborasi kreatif

Konsep Konfigurasi Ruang Konsep Hubungan Antar-Ruang

Konsep Fasilitas Bagaimana Ruang

Kreatif Publik menganggapi tapak dan

lingkungan sekitar

Konsep Bentuk dan Fasad Konsep Perletakan Bangunan Konsep Pencapaian Bangunan Konsep Sistem Bangunan Konsep Material dan Vegetasi

Gambar

Tabel 21. Perwujudan Tahapan Berjenjang Proses Kreatif dalam Arsitektur
Diagram 13. Konteks Kegiatan Kreatif dalam Ruang Kreatif Publik
Gambar 41. Ukuran Tapak  (Modifikasi dari Google Earth 2016)
Diagram 15. Tahapan Proses Kreatif dalam Setiap Fungsi Bangunan
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

diterima, dengan demikian diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered

Memperhatikan ketentuan-ketentuan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana diubah terakhir dengan

Variabilitas genetik pada isolat yang sama terjadi pada sampel yang berasal dari UPTD Pelayanan Kesehatan Hewan, Bantul, Yogyakarta yaitu kemungkinan besar disebabkan oleh

Penelitian ini menggunakan sampel saham-saham yang terdaftar dalam indeks LQ-45 dan JII selama periode 2011-2013 dan memberikan hasil bahwa terjadi fenomena Monday

berdasarkan data-data yang ditunjukkan oleh pasien maka penulis menegakkan diagnosa keperawatan Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan Penumpukan

Mencermati tingginya peningkatan pinjaman untuk keperluan investasi serta juga didukung kontribusi investasi yang cukup besar terhadap perekonomian Kabupaten Kubu Raya yaitu 37,8

transportasi ini, maka perlu dilakukan perhitungan harga pokok produksi dengan memperhatikan aktivitas yang menimbulkan biaya dan dapat mempengaruhi biaya produksi,