• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBAHASAN. Kriteria Panen. Tabel 9. Kriteria panen divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate. Kriteria panen oleh pemanen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBAHASAN. Kriteria Panen. Tabel 9. Kriteria panen divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate. Kriteria panen oleh pemanen"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBAHASAN

Kriteria Panen

Kriteria panen atau minimum ripenes standart (MRS) secara umum untuk tandan buah yang dapat dipanen di Unit Kebun Pinang Sebatang Estate berdasarkan jumlah brondolan yang terlepas dari tandannya dan jatuh ke tanah (piringan) secara alami dan bukan brondolan partenokarpi atau brondolan muda karena serangan tikus atau penyakit.

Kebijakan kriteria matang panen minimal 5 brondolan di piringan ini diberikan untuk mengurangi losses akibat banyaknya jumlah brondolan yang jatuh atau hilang di kebun dan untuk mengurangi jumlah tenaga kerja untuk mengutip brondolan. Hal ini dikarenakan jumlah brondolan yang jatuh di piringan sebelum dipanen berkaitan erat dengan jumlah brondolan yang jatuh setelah dipanen dan waktu pengutipan brondolan. Semakin banyak jumlah brondolan yang ada di piringan sebelum buah dipanen maka akan mengakibatkan jumlah brondolan setelah dipanen semakin banyak dan waktu pengutipan semakin lama. Untuk mengetahui kriteria panen dari 3 mandoran divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Kriteria panen divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate Ulangan Kriteria panen oleh pemanen Rata-rata t-hit

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ...(brondolan/pokok)... Mandor A 15 16 16 17 22 21 17 23 20 16 18 -1.88tn Mandor B 21 19 22 18 23 20 20 18 20 22 20 Mandor A 15 16 16 17 22 21 17 23 20 16 18 -2.09tn Mandor C 21 22 24 21 21 18 22 19 20 18 21 Mandor B 21 19 22 18 23 20 20 18 20 22 20 -0.37tn Mandor C 21 22 24 21 21 18 22 19 20 18 21

Sumber : Pengamatan Penulis Maret-April 2012

Keterangan : Hasil uji t-student tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah brondolan yang jatuh di piringan sebelum buah dipanen jauh lebih banyak dari pada yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu minimal 5 brondolan di piringan. Jumlah brondolan sebelum buah dipanen semakin banyak dipengaruhi oleh jumlah rotasi yang tinggi

(2)

serta curah hujan yang tinggi. Jumlah brondolan yang semakin banyak ini akan mengakibatkan lamanya pengutipan brondolan. Selain itu, lamanya pengutipan brondolan juga dipengaruhi oleh kondisi piringan, piringan yang kotor atau bersemak maka akan mengganggu kegiatan pengutipan brondolan sehingga pengutipan semakin lama. Hal ini akan mengakibatkan prestasi pekerja semakin menurun dan akan membutuhkan jumlah tenaga kerja pengutip brondol semakin banyak. Untuk mengatasi hal tersebut maka pihak kebun harus tetap menjaga kondisi piringan agar tetap bersih dengan cara penyemprotan piringan dan pembersihan piringan secara manual atau racking. Berdasarkan uji-t student pada taraf 5%, kriteria panen pada tiap kemandoran tidak berbeda nyata artinya tiap kemandoran memiliki kriteria panen yang sama.

Tenaga Kerja Panen

Tenaga kerja panen merupakan hal yang terpenting dalam perkebunan kelapa sawit. Kegiatan pemanen akan terhambat dengan berkurangnya jumlah tenaga kerja panen yang akan mengakibatkan luasan panen lebih kecil dari pada yang targetkan oleh perusahaan. Berkurangnya tenaga kerja harian panen disebabkan oleh banyaknya cuti karyawan pada hari tersebut, kompetensi yang tidak standar dan faktor alam berupa hujan pada jam kerja. Presentase kehadiran karyawan tiap mandoran terdapat pada Tabel 10.

Tabel 10. Presentase kehadiran karyawan panen

Sumber : Hasil pengamatan penulis April 2012

Data tersebut menunjukkan bahwa dari ketiga mandoran panen, presentase ketidakhadiran karyawan yang paling tinggi terdapat pada mandoran C dan yang paling rendah terdapat pada kemandoran A. Ketidakhadiran karyawan disebabkan karena karyawan panen yang mengalami sakit dan ijin tidak kerja karena

Mandoran Jumlah pemanen kehadiran Rata-rata Presentase kehadiran ...HK... ...HK... ...%...

A 16 13.8 86.3

B 16 13.2 82.5

C 17 13.7 80.6

(3)

kepentingan pribadi atau tidak bekerja tanpa ijin. Ketidakhadiran yang tinggi akan mengakibatkan produksi harian yang rendah dan luasan panen menurun sehingga mengakibatkan rotasi panen yang semakin tinggi. Permasalahan yang ada terkait tenaga kerja yaitu adanya beberapa tenaga kerja panen yang keluar dari perusahaan akibat dikeluarkan atau mengundurkan diri. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja panen sehingga perusahaan perlu menambah tenaga kerja panen sesuai dengan kebutuhan yang telah tetapkan oleh perusahaan yaitu 50 HK. Menurut Walad (2011) untuk mengatasi masalah tersebut perlu aturan yang lebih tegas baik berupa sanksi atau denda, bahkan perusahaan bisa memberikan insentif bagi karyawan dengan tingkat absensi rendah untuk memotivasi kinerja karyawan.

Kebutuhan tenaga kerja ini harus dihitung untuk mengetahui kecukupan tenaga kerja panen. Perhitungan penetapan tenaga kerja panen berdasarkan ketentuan perusahaan adalah :

= (luas area x rasio pemanen) + (10% + luas area x rasio pemanen) = 728.99 x + (10% + 728.99 x ) = 50 HK

Jumlah tenaga kerja berdasarkan ketentuan perusahaan kemudian dibandingkan dengan perhitungan berdasarkan kapasitas pemanen atau prestasi pemanen berdasar faktor-faktor penentu dengan rumus : T A C D EB

Keterangan:

T = jumlah tenaga panen (HK)

A = luas kebun yang harus dipanen dalam 1 hari (ha) B = kapasitas pemanen (kg)

C = kerapatan panen (%) D = rata-rata bobot tandan (kg) E = ∑ tanaman per ha

Sehingga contoh perhitungan penentuan tenaga kerja panen seksi panen A: T . . %. . = 31 HK

Tenaga kerja panen yang ditentukan oleh perusahaan lebih banyak dari pada perhitungan berdasarkan standar perkebunan kelapa sawit. Jumlah karyawan yang berlebih pada waktu kerapatan panen rendah harus dialokasikan ke bagian

(4)

pekerjaan yang lain dan bekerja sebagai karyawan panen kembali ketika kerapatan buah meningkat.

Pelaksanaan Panen

Unit Kebun Pinang Sebatang Estate menggunakan sistem panen BHS yaitu sistem panen yang kegiatan panennya setiap hari kerja terkonsentrasi pada satu seksi panen tetap berdasarkan interval yang telah ditentukan untuk mencapai sasaran kegiatan panen yang optimum dan mengantisipasi kendala yang sering terjadi. Pengawasan panen dilakukan dengan menggunakan sistem SBS yaitu sistem pengawasan terhadap blok yang dilakukan dengan terpola atau terstruktur yang dilakukan pada kegiaan panen. Secara detail rangkaian kegiatan potong buah meliputi:

(1) Tenaga panen setelah mengikuti kegiatan lingkaran pagi dengan mandor panen maka segera memasuki hanca tetap masing masing sesuai dengan batas hancanya yang telah ditentukan

(2) Kegiatan awal dan arah panen dari setiap tenaga pemanen pada masing– masing kemandoran harus searah

(3) Pemanen harus memotong pelepah yang menjadi penyangga buah masak (tidak boleh sengkleh) kemudian susun pada gawangan mati dengan memperhatikan standar songgo buah dan dijaga agar tidak over prunning atau sebaliknya

(4) Pemanen wajib memotong buah yang telah masak, kemudian gagang panjang dipotong minimal ± 3 cm dari permukaan buah lalu potongan gagang tersebut dibuang pada gawangan mati

(5) Mengutip semua brondolan di piringan dan pasar rintis dengan tangan (hand picking) serta mengambil brondolan yang berada di ketiak pelepah pada pokok panen

(6) Selanjutnya pindah (maju) ke pokok berikutnya sampai ke pokok di pasar tengah dan seterusnya pindah ke rintis berikutnya sampai rintis terakhir dalam hanca tersebut

(7) Selesai pemotongan buah di pokok, pemanen mengeluarkan tandan buah dan brondolan dari piringan dan menyusunnya dengan rapi di TPH

(5)

(kelipatan lima untuk setiap barisnya), memberi stempel pada pangkal gagang sesui nomor karyawan potong buah

(8) Brondolan yang sudah dikutip ke dalam karung diantrikan disamping TPH yang telah diberi alas goni atau dimasukkan ke dalam karung

(9) Bila hanca dalam blok pertama selesai, selanjutnya pindah pada blok berikutnya sampai hanca pada hari itu selesai semua.

Buah yang telah diantrikan di TPH dicatat oleh KCS untuk di catat jumah janjang dari tiap pemanen dan diperiksa mutu buahnya kemudian dimuat ke PKS. Buah yang dari tiap-tiap divisi akan diklasifikasikan di loading rump PKS untuk dicek mutu buah dan mutu brondolan oleh asisten PSQM.

Basis panen antara areal berbukit dengan areal yang datar diberikan dalam jumlah yang sama. Padahal pelaksanaan pemanenan ini sering terjadi permasalahan dengan adanya areal kebun yang berbukit. Pada areal berbukit ini pemanen kesulitan dalam mengantrikan buah ke TPH sehingga waktu yang dibutuhkan pemanen untuk mengantrikan buah ke TPH lebih lama dari pada di area datar. Oleh karena itu, untuk areal yang berbukit harus dibuatkan tangga teras untukmempermudah pemanen dalam mengantrikan buah ke TPH.

Kapasitas Pemanen

Kapasitas panen setiap harinya tergantung tergantung pada produksi panen kelapa sawit per ha yang dihubungkan dengan umur tanaman (tinggi), topografi areal, kerapatan pohon, premi yang disediakan dan musim panen yang memuncak atau menurun (PPKS, 2006). Kapasitas pemanen divisi II pada bulan april 2012 terdapat pada Tabel 11.

Tabel 11. Kapasitas pemanen divisi II

Keman-doran

Hasil panen karyawan

Rata-rata t-hit 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ...Kg... A 1,344 1,392 1,290 1,351 1,387 1,287 1,428 1,373 1,352 1,416 1,362 -4.12tn B 1,466 1,389 1,568 1,519 1,386 1,485 1,502 1,392 1,568 1,442 1,472 A 1,344 1,392 1,290 1,351 1,387 1,287 1,428 1,373 1,352 1,416 1,362 1.41* C 1,216 1,362 1,539 1,401 1,238 1,306 1,185 1,259 1,224 1,362 1,309 B 1,466 1,389 1,568 1,519 1,386 1,485 1,502 1,392 1,568 1,442 1,472 3.99tn C 1,216 1,362 1,539 1,401 1,238 1,306 1,185 1,259 1,224 1,362 1,309 Sumber : Hasil pengamatan penulis April 2012

Keterangan : tn = Hasil uji t-student tidak berbeda nyata pada taraf 5% * = Hasil uji t-student berbeda nyata pada taraf 5%

(6)

Kapasitas pemanen pada bulan april lebih rendah dari basis borong yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Hal ini dikarenakan pada bulan tersebut bukan merupakan musim puncak panen kelapa sawit. Kapasitas panen yang rendah akan mengakibatkan berkurangnya penghasilan karyawan panen. Berdasarkan hasil uji-t suji-tudenuji-t pada uji-taraf 5% menunjukan kapasiuji-tas panen pada seuji-tiap kemandoran tidak berbeda nyata, kecuali pada kemandoran A dan C. Hal ini menunjukan bahwa untuk setiap kemandoran memiliki kapasitas panen yang sama kecuali kemandoran A dan C. Kemandoran yang memiliki kapasitas panen terbaik adalah kemandoran B, hal ini ditunjukan oleh niali tengah yang paling tinggi.

Kerapatan Panen

Kerapatan panen merupakan jumlah pohon yang tandannya dapat dipanen atau jumlah pohon dari luasan tertentu (PPKS, 2006). Semakin tinggi persen kerapatan panen maka potensi buah yang akan dipanen semakin besar begitu pula sebaliknya semakin rendah persen kerapatannya maka buah yang akan dipanen semakin sedikit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2003) menyatakan bahwa angka kerapatan panen ini berfungsi untuk menentukan jumlah produksi TBS untuk esok hari sehingga dari pihak kebun bisa menentukan jumlah tenaga kerja untuk melakukan kegiatan potong buah. Jumlah produksi TBS selanjutnya digunakan untuk menentukan jumlah unit angkutan ke pabrik pengolahan TBS.

Kegiatan taksasi di Divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate biasanya dilakukan oleh mandor panen dan dilaksanakan pada waktu siang hari atau sore hari berdasarkan hanca panen masing-masing mandor panen. Pengamatan angka kerapatan panen oleh mahasiswa dilakukan terhadap 10 blok yang terdapat di Divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate. Ketentuan pengamatan buah masak berdasarkan kriteria panen sawit Unit Kebun Pinang Sebatang Estate yaitu minimal 5 brondolan yang jatuh di piringan. Tanaman contoh yang dambil sebesar 2.5% dari total pokok dalam satu blok dalam satu seksi panen. Hasil pengamatan angka kerapatan panen dicantumkan dalam Tabel 12.

(7)

Tabel 12. Pengamatan angka kerapatan panen

Blok TT tanaman Jumlah Tanaman contoh BJR masak Buah AKP taksasi Aktual Panen Presentase ketepatan ...pokok... kg/tandan janjang ..%.. ...kg... ...%... B 006 1993 8756 219 17.70 35 16.0 24,774 15,530 62.69 A004 1994 14,222 356 18.07 45 12.7 32,523 33,980 104.8 B 005 1994 9,801 245 18.07 39 15.9 28,187 14,790 52.47 A006 1995 12,408 310 17.66 49 15.8 34,608 38,700 111.82 A005 1996 8,582 215 17.94 32 14.9 22,967 25,880 112.68 A001 1997 12,164 304 17.29 38 12.5 26,283 23,750 90.36 A002 1997 7,331 183 17.29 22 12.0 15,216 13,120 86.22 A003 1997 11,760 294 17.29 49 16.7 33,891 20,630 60.87 B 004 1997 6,826 171 17.29 24 14.1 16,600 17,010 102.47 B 003 1999 9,224 231 16.98 30 13.0 20,370 18,450 90.57 Rata-rata 10,107.4 252.8 17.558 36.3 14.36 25,541.9 tn 22,184 tn 87,495 Sumber : Hasil pengamatan penulis April 2012

tn = hasil uji t-student tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Keterangan : TT = tahun tanam

BJR = bobot janjang rata-rata

AKP = angka kerapatan panen

Contoh perhitungan blok A004 :

AKP = J J x 100%

= x 100%

= 12.66%

Taksasi produksi = Jumlah pokok blok A004 x BJR x AKP = 14,222 pokok x 18.07 kg/janjang x 12.66%

= 32,523 kg

Hasil taksasi pada blok B005 dan A003 mempunyai perbedaan yang besar. Menurut Miranda (2009) perbedaan angka kerapatan panen dengan hasil taksasi disebabkan oleh tingkat ketelitian saat pengamatan masih rendah atau adanya kesalahan dari pemanen itu sendiri baik adanya pemanenan tandan yang belum memenuhi kriteria matang panen atau adanya buah matang tertinggal di pokok. Berdasarkan uji t–student pada taraf 5% hasil taksasi dengan produksi aktual pada setiap blok yang diamati tidak berbeda nyata.

Hasil taksasi selanjutnya dibandingkan dengan data aktual di lapangan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesalahan dalam melakukan kegiatan taksasi. Perbandingan angka kerapatan panen hasil pengamatan dengan hasil taksasi dan aktual dapat dilihat pada Tabel 13.

(8)

Tabel 13. Perbandingan angka kerapatan panen dengan hasil taksasi dan aktual

Blok TT taksasi aktual Angka kerapatan panen Selisih ...%... B 006 1993 16.0 12.0 (4.0) A004 1994 12.7 13.2 0.6 B 005 1994 15.9 8.4 (7.6) A006 1995 15.8 17.7 1.9 A005 1996 14.9 16.8 1.9 A001 1997 12.5 11.3 (1.2) A002 1997 12.0 10.4 (1.7) A003 1997 16.7 10.1 (6.5) B 004 1997 14.1 14.4 0.3 B 003 1999 13.0 11.8 (1.2) rata-rata 14.4 12.6 (2.7)

Sumber : Hasil pengamatan penulis April 2012

Perbandingan hasil pengamatan dengan produksi aktual terdapat perbedaan yaitu 0-2.7%. Standar maksimum selisih hasil taksasi dengan hasil pengamatan yang diperbolehkan oleh perusahaan yaitu harus kurang dari 5%. Perbedaan rata-rata hasil pengamatan penulis masih di bawah 5% sehingga masih diterima sebagai hasil taksasi. Kegiatan taksasi pada blok B005 dan A003 mempuyai perbedaan lebih dari 5%. Menurut Miranda (2009) hasil perkiraan produksi melalui perhitungan angka kerapatan panen dapat berbeda dengan produksi aktual di lapangan. Hal ini disebabkan oleh tingkat ketelitian saat pengamatan masih rendah atau adanya kesalahan dari pemanen itu sendiri baik adanya pemanenan tandan yang belum memenuhi kriteria matang panen atau adanya buah matang tertinggal di pokok. Oleh karena itu, dibutuhkan pengawasan yang lebih ketat terhadap kinerja karyawan sehingga mampu meminimalkan terjadinya kerugian yang lebih besar bagi perusahaan maupun karyawan panen.

Kualitas Panen

Kegiatan pemeriksaan kualitas panen meliputi pemeriksaan mutu hanca dan mutu buah. Pemeriksaan mutu hanca dan mutu buah dilakukan oleh mandor panen, mandor satu, asisten divisi ataupun dari pihak kebun. Pemeriksaan mutu hanca dan mutu buah ini berfungsi untuk membuat sistem pengawasan menjadi

(9)

standar, standarisasi mutu pekerjaan, mengukur kinerja karyawan supervisi dan divisi, usaha perbaikan kinerja menjadi lebih fokus dan meningkatkan motivasi karyawan panen. Kegiatan pemeriksaan mutu buah dilakukan setelah kegiatan panen dan pengamatan dilakukan di TPH masing-masing pemanen. Hasil pengamatan mutu buah tercantum pada Tabel 14.

Tabel 14. Mutu buah di TPH

Mandoran n

Mutu buah Buah

masak mentah Buah

Buah kurang

masak

Janjang

kosong panjang Gagang ..(orang).. ...%... A 10 98.4 0.0 1.6 0.0 0.0 B 10 99.5 0.0 0.5 0.0 0.0 C 10 99.2 0.0 0.8 0.0 0.0 Rata-rata 99.0 0.0 1.0 0.0 0.0 Standar > 95 0.0 < 5 0.0 0.0

Sumber : Hasil pengamatan penulis Maret 2012

Keterangan : n = orang pada tiap kemandoran Buah masak = brondolan yang lepas >10 butir Buah mentah = brondolan yang lepas < 5 butir Buah kurang masak = brondolan yang lepas 5-10 butir

Janjang kosong = brondolan yang lepas lebih dari 95%, permukaan potongan gagangnya belum berwarna kecoklatan Gagang Panjang = gagang buah yang panjangnya maksimal 5 cm, diukur

dari permukaan buah sampai sisi potongan yang miring (pada bagian yang terpendek)

Dari hasil pengamatan mutu buah pada Tabel 14 dapat disimpulkan bahwa mutu buah di divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate berada di atas standar yang telah ditetapkan oleh pihak kebun. Tingkat kematangan buah yaitu di atas 95% dan tidak terdapat buah mentah, gagang panjang dan janjang kosong. Pada tabel tersebut masih terdapat buah yang kurang matang yang masih di bawah standar kebun. Kebijkan perusahaan apabila terdapat buah mentah atau kurang matanng maka buah tersebut tidak dihitung dalam hasil panen pemanen tatapi harus dikirim ke PKS dan harus dibelah menjadi empat bagian. Hal ini dilakukan untuk memberikan sangsi kepada pemanen yang telah memanen buah mentah tersebut.

Pengamatan mutu hanca dilakukan setelah kegiatan panen selesai. Data hasil pengamatan mutu hanca terdapat pada Tabel 15.

(10)

Tabel 15. Mutu hanca Mandoran n Buah tinggal Brondolan tinggal Pelepah sengkleh Susunan pelepah Pelepah gundul Pelepah gondrong (orang) ...%... A 10 0.0 1.8 0.0 0.0 0.0 0.0 B 10 0.0 1.7 0.0 0.0 0.0 0.0 C 10 0.0 1.8 0.0 0.0 0.0 0.0 rata-rata 0.0 1.8 0.0 0.0 0.0 0.0 Standar 0.0 4-10 0.0 0.0 0.0 0.0

Sumber : Hasil pengamatan penulis Maret 2012 Keterangan : n = banyaknya karyawan yang diamati

Contoh perhitungan :

Pengecekan mutu hanca dilakukan pada 180 pokok dan terdapat 50 janjang TBS yang dipanen. Jumlah brondolan yang tertinggal (tidak dikutip oleh pemanen) yaitu 81 brondolan. Kehilangan hasil pada kegiatan panen tersebut adalah: (81/50) x 100% = 1.62% brondolan/janjang.

Dari Tabel 13 menunjukkan bahwa secara umum mutu hanca di divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Rasio kehilangan hasil (losse fruit) dari kegiatan panen tersebut berasal dari brondolan yang tertinggal baik di dalam piringan (in side circle), luar piringan (out side circle), di batang pokok (visible on palm) dan di pasar rintis (in harvest path) sebesar 1.8%. Menurut Sarimanah (2008) banyaknya brondolan yang tertinggal terjadi pada saat rotasi tinggi sehingga jumlah brondolan banyak, sedangkan kapasitas pengutip serta jam kerja sudah habis. Selain itu kondisi hanca yang kotor dan becek membuat pengutip malas untuk mengutip brondolan secara bersih.

Pengawasan Unit Kebun ini perlu ditingkatkan lagi agar mutu hanca menjadi lebih baik sehingga tidak terdapat kesulitan dalam melakukan praktik budidaya. Selain itu, mutu hanca yang baik juga akan menciptakan semangat kerja karyawan meningkat sehingga produktivis kerja maupun kebun juga meningkat.

Sarana dan Prasarana Panen

Sarana dan sarana merupakan fasilitas panen yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan panen. Sarana dan prasarana ini meliputi alat kerja

(11)

panen dan APD. Alat kerja panen meliputi egrek, gancu, kampak, karung pikul, karung brondol dan stempel. Alat pelindung diri yang wajib dipakai oleh karyawan panen meliputi sepatu, sarung egrek, sarung kampak dan helm. Presentase penggunaan alat kerja divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate terdapat pada Tabel 16.

Tabel 16. Presentase penggunaan alat kerja panen

Jenis alat Mandor A Presentase penggunaan alat Mandor B Mandor C Rata-rata ...%... Egrek 100 100 100 100 Gancu 100 100 100 100 Kampak 100 100 100 100 Karung pikul 100 100 100 100 Karung brondol 100 100 100 100 Stempel 80 75 77 77.3

Sumber : Hasil pengamatan penulis April 2012

Tabel 16 menunjukkan bahwa presentase penggunaan alat panen yang paling rendah terdapat pada penggunaan stempel. Stempel tidak digunakan oleh pemanen dikarenakan stempel tersebut hilang dalam bekerja atau karyawan tersebut merupakan karyawan baru sehingga belum mendapatkan peralatan kerja yang lengkap. Karyawan panen tetap harus menomori janjang buah sawit yang telah dipanen untuk memudahkan penghitungan buah oleh krani panen sawit. Apabila karyawan tidak memiliki peralatan kerja akibat hilang atau rusak maka karyawan wajib melapor kepada perusahaan sehingga alat panen disediakan kembali oleh perusahaan. Dalam melaksanakan kegiatan panen ini maka karyawan wajib menggunakan APD baik pada alat maupun bagi diri pemanen tersebut. Tabel presentase pemakaian alat pelindung diri terdapat pada Tabel 17.

Tabel 17. Presentase pemakaian alat pelindung diri Jenis APD Presentase Pemakaian

Mandor A Mandor B Mandor C Rata-rata ...%...

Helm 98 95 96 96

Sepatu 100 100 100 100

Sarung Egrek 100 100 100 100

Sarung Kampak 74 75 75 74.7

(12)

Alat pelindung diri pada Tabel 17 menunjukan bahwa helm dan sarung kampak merupakan alat pelindung diri yang masih diabaikan penggunaannya oleh karyawan. Hal ini dikarenakan karyawan panen kurang memiliki kesadaran diri akan keselamatan dalam bekerja, kemungkinan adanya potensi bahaya atau kecelakaan dalam bekerja. Perusahaan mewajibkan karyawan panen memakai alat pelindung diri sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja apabila terjadi berbagai kecelakaan kerja sehingga resiko kecelakaan kerja menjadi berkurang.

Sarana dan prasaran lain yang mendukung dalam kegiatan panen meliputi jalan, jembatan, titi panen dan TPH. Perbaikan jalan harus dilakukan secepat mungkin apabila terjadi kerusakan jalan. Tempat pengumpulan hasil harus di dibuat sesui ukuran standar perusahaan yaitu seluas 4 m x 7 m dan terdapat setiap tiga pasar pikul. Apabila TPH ini mengalami kerusakan maka dilakukan perbaikan TPH dengan membersihkan atau menyemprot gulma yang tumbuh di TPH. Titi panen juga harus ada dan dalam kondisi baik agar pemanen bisa melewati parit. Titi panen yang rusak atau hanyut di sungai maka harus dipsang kembali atau diganti dengan titi panen yang lain. Selain itu, tangga teras juga harus diperbaiki kembali apabila tangga teras tersebut sudah tidak dapat dilalui oleh pemanen. Apabila dalam kondisi hujan, maka pemanen bisa berteduh di rumah hujan yang telah disediakan oleh perusahaan.

Pengangkutan TBS Hasil Panen

Prinsip dasar kegiatan transportasi adalah melakukan evakuasi TBS dari lapangan ke PKS secepat-cepatnya (maksimal 24 jam), tidak boleh ada restan di lapangan dan TBS harus bersih dari kotoran. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran transportasi TBS yaitu organisasi potong buah, bentuk atau pola jalan, kondisi atau perawatan jalan, jenis atau tipe alat-alat transportasi, perawatan kendaraan transport, pengoperasian kendaraan transportasi, sistem premi transport, kapasitas loading ramp dan kelancaran pengolahan di pabrik.

Organisasi potong buah harus mengusahakan proses potong buah untuk setiap harinya terkonsentrasi dan jangan terpencar-pencar antara kemandoran yang satu dengan kemandoran yang lain. Kegiatan potong buah harus

(13)

menghindari adanya potongan-potongan hanca panen pada setiap kemandoran, artinya kegiatan panen diusahakan 1 (satu) seksi tersebut selesai dipanen dalam waktu 1 (satu) hari. Setiap selesai panen pada satu pasar rintis, maka TBS yang dipanen harus langsung dikeluarkan ke TPH. Hal ini perlu dilakukan agar kegiatan transportasi TBS dapat segera dimulai paling lambat pukul 08.30 WIB. Oleh karena itu, krani buah harus secepatnya memeriksa dan menerima buah di TPH. Taksasi panen dan realisasi panen (ton TBS/hari) agar diusahakan seakurat mungkin sehingga unit yang dialokasikan untuk pengangkutan tidak kurang atau tidak berlebih. Unit kendaraan untuk memuat buah di Unit Kebun Pinang Sebatang ditangani oleh bagaian traksi yang terdapat di divisi 3 dan setiap divisi mempunyai unit kendaraa yang tetap. Jenis kendaraan dan spesifikasi kendaraan di divisi II dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Jenis kendaraan muat buah dan spesifikasi Jenis Kendaraan Jumlah Jumlah

pekerja

Lama

pengangkutan Kapsitas

..(unit).. ..(HK).. ..(jam).. ..(ton)..

Mitsubishi DT Colt D.(DT03) 1 2 3 5 Mitsubishi DT Colt D.(DT04) 1 2 3 5 DT Hino Ranger FG 210 (03) 1 3 4 8 Traktor Landini 1 2 - 6

Sumber : Hasil pengamatan penulis April 2012.

Rotasi Panen

Rotasi panen (interval/umur panen) merupakan faktor yang menentukan produksi TBS, kualitas atau mutu buah, mutu transport, pengolahan TBS di PKS, serta biaya eksploitasi. Rotasi atau pusingan panen terlambat akan menyebabkan buah cenderung terlalu masak, bahkan bisa menjadi janjang kosong. Apabila hal ini terjadi, maka akan mengakibatkan jumlah brondolan meningkat sehingga memperlambat penyelesaian hanca panen bahkan basis borongnya sulit tercapai (output kg/HK rendah dan biaya panen meningkat). Selain itu, pusingan tinggi juga mengakibatkan losses yakni janjang masak tinggal di pohon dan brondolan tidak terkutip menjadi tinggi serta kualitas minyak menjadi rendah (ALB > 3%).

(14)

Rotasi panen juga tidak boleh terlalu cepat (pusingan < 7 hari) karena akan mengakibatkan pemanen cenderung memotong buah agak mentah dan mentah untuk memenuhi basis kerja. Akibat dari meningkatnya buah agak mentah dan mentah dapat menurunkan persentase OER. Biaya pengolahan menjadi CPO menjadi meningkatnya karena menurunnya kapasitas olah pabrik akibat tingginya persen buah mogol (unstripe bunch) sehingga proses perebusannya memerlukan waktu yang lebih lama. Perbandingan rotasi aktual dan standar Unit Kebun Pinang Sebatang Estate dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Rotasi panen divisi II

Tangal Rotasi Produksi Luas hanca HK panen Aktual Standar

...(hari)... ...(kg)... ...(ha)... ...(orang)...

2 7 7 41 380 80.62 41 3 8 7 40 220 146.53 41 4 8 7 34 580 129.70 40 5 8 7 36 790 86.27 39 7 8 7 44 370 104.58 41 9 8 7 48 270 122.35 38 10 8 7 51 940 120.02 43 11 8 7 49 130 95.39 43 12 8 7 40 360 108.53 41 13 9 7 38 630 120.40 40

Sumber : Hasil pengamatan penulis April 2012

Dari Tabel 19 dapat diketahui bahwa rotasi panen selama sepuluh hari di awal bulan april menjadi meningkat. Peningkatan rotasi panen ini diakibatkan banyaknya karyawan panen yang tidak bekerja, hari ibur dan hujan pada waktu jam kerja sehingga luasan panen menjadi berkurang. Rotasi panen yang meningkat ini dinormalkan oleh perusahaan menjadi 7 hari dengan cara dilaksanakannya potong buah pada hari libur yaitu kontanan, potong buah pada sore hari dan penambahan luas hanca pemanen.

Organisasi dan Administrasi Panen

Organisasi dan administrasi panen mempunyai peranan yang sangat penting

dalam kegiatan potong buah. Struktur organisasi dan administrasi panen Kebun Pinang Sebatang Estate Divisi II terdiri dari asisten, mandor 1, mandor panen,

(15)

KCS dan krani keliling. Asisten bertanggung jawab atas seluruh kegiatan panen secara keseluruhan dengan mengontrol kegiatan panen pada setiap harinya. Mandor 1 membawahi 3 mandor panen dan 3 krani cek sawit dengan jabatan yang setara dengan krani keliling. Struktur organisasi panen divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate dapat dilihat pada Gambar 12.

Asisten Divisi II Mandor I Krani I Mandor Panen A, B dan C KCS

A, B dan C Krani Keliling

Gambar 12. Struktur organisasi panen divisi II unit Kebun Pinang Sebatang Estate tahun 2012

Mandor 1 ini bertugas dalam mengontrol khususnya semua kegiatan panen sedangkan mandor panen yang membawahi karyawan sejumlah 16 orang untuk tiap kemandoran bertugas dalam mengontrol proses kegiatan potong buah masing-masing hanca. Krani cek sawit bertugas dalam mencatat jumlah tandan yang dihasilkan oleh setiap pemanen dalam buku penerimaan buah (BPB), mengontrol kualitas buah serta menghitung jumlah buah yang diangkut ke PKS. Struktur organisasi panen di divisi II ini sudah lengkap, tetapi perlu peningkatan kualitas SDM mereka dengan mengadakan pelatihan secara gratis yang harus dilakukan oleh pihak perusahaan.

Organisasi dan administrasi panen mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan potong buah. Menurut Trismiaty (2008) peningkatan ketenagakerjaan sangat diperlukan untuk perusahaan kebun sawit. Oleh karena itu perlu pemberdayaan SDM yang unggul, lewat manajemen tenaga kerja yang baik. Manajemen tenaga kerja yang baik diperlukan karena merupakan langkah awal dari produksi minyak kelapa sawit. Tenaga kerja panen berpengaruh langsung dan berperan dalam proses produksi yang merupakan bagian dari tujuan manajemen tenaga kerja.

Gambar

Tabel 12. Pengamatan angka kerapatan panen
Tabel 13. Perbandingan angka kerapatan panen dengan hasil taksasi dan  aktual
Tabel 19. Rotasi panen divisi II  Tangal  Rotasi

Referensi

Dokumen terkait

DELETE FROM pegawai; -- Menghapus semua data dari tabel pegawai.

Pelaksanaan penelitian ini didasari oleh pembelajaran yang masih berpola teacher center sehingga berpengaruh pada rendahnya aktivitas dan perolehan nilai siswa kelas IV di SDN

Penelitian dilaksanakan pada April hingga Oktober 2012 dengan mengambil tanaman terinfeksi bulai dari Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Lampung, Kalimantan Barat, Jawa Barat, Jawa

tanaman kedelai pada fase generatif lebih tinggi dibandingkan pada fase vegetatif, sehingga pada fase generatif lebih peka terhadap kekeringan terutama pada fase pembungaan

Luas fase yang dihasilkan pada periode 11 April 2015 yaitu fase generatif 20468,40 Ha, fase vegetatif 2220,99 Ha, fase bera 3644,1 Ha, dan fase air 125,4 Ha.Jumlah fase vegetatif

Pada dasarnya pembelajaran IPS berupaya mengembangkan kesadaran siswa dalam berhubungan dengan orang lain disekitarnya. Siswa diharapkan mampu memahami kondisi sosial

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa metode kecerdasan kinestetis dalam upaya perbaikan teknik pernapasan dan

Hidrofilisitas membran, fluks permeat, permeabilitas, dan rijeksi garam semakin meningkat dengan semakin kecilnya ukuran partikel silika dan semakin besarnya konsentrasi silika