DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA BARAT
Jl Perintis Kemerdekaan No 65 A Padang-Sumatera Barat
(0751) 25642 - 39796 Fax (0751) 33437
Website : www.dinkes.sumbarprov.go.id
PROFIL KESEHATAN
TAHUN 2013
S
U
M
A
T
E
R
A
B
A
R
A
T
P. Kasik P. BandoProfil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 1
Keberhasilan pembangunan kesehatan yang sesuai dengan Visi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat “Terwujudnya Masyarakat Sumatera Barat
Peduli Sehat , Mandiri, Berkualitas dan Berkeadilan” dan dengan Misinya “1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat,
termasuk swasta dan masyarakat madani; 2) Melindungi kesehatan masyarakat
dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu
dan berkeadilan; 3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan; 4) Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik” perlu diukur
dengan suatu indikator yang tercantum dalam Rencana Strategi (Renstra).
Rencana Strategis (Renstra) merupakan penjabaran dari sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (UU Nomor 25 Tahun 2004). Renstra Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat merupakan dokumen perencanaan yang
bersifat indikatif dan memuat berbagai program pembangunan kesehatan yang
akan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat untuk kurun
waktu tahun 2011-2015, dengan penekanan pada pencapaian sasaran prioritas
nasional dan Provinsi Sumatera Barat yaitu Standar Pelayanan Minimal (SPM)
bidang Kesehatan dan Millenium Development Goals (MDGs).
Dalam perjalanannya, indikator kesehatan tersebut bersifat dinamis
mengikuti situasi dan kondisi yang ada. Beberapa indikator mengalami
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 2
Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan diperlukan
indikator-indikator kesehatan dan indikator lainnya yang terkait yang dapat
digolongkan ke dalam : (A) Indikator Derajat Kesehatan yang terdiri atas
indikator Mortalitas, Morbiditas dan Status Gizi, (B) Indikator Upaya Kesehatan,
yang terdiri atas Indikator Pelayanan Kesehatan, Akses dan Mutu Pelayanan
Kesehatan, Perilaku Hidup dan Keadaan Lingkungan, (C) Indikator Sumber Daya
Kesehatan yang terdiri atas Sarana Kesehatan, Tenaga Kesehatan dan Pembiayaan
Kesehatan, (D) Indikator lainnya seperti Gambaran Umum wilayah,
Kependudukan dan Pendidikan
Pengarusutamaan gender (PUG) adalah salah satu strategi pembangunan
yang dilakukan untuk mencapai kesetaraan gender melalui pengintegrasian
permasalahan, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki
harus dimasukan ke dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi
dari seluruh kebijakan, program, proyek dan kegiatan di berbagai bidang
kehidupan dan pembangunan. Data terpilah menurut jenis kelamin atau yang
sering disebut data gender sangat penting artinya dalam setiap penyusunan
perencanaan kebijakan/program/kegiatan pembangunan. Data ini dapat disebut
sebagai dasar utama dalam mengidentifikasi isu-isu gender yang masih terjadi di
masyarakat.
Data kesehatan yang responsif gender diperlukan untuk mengidentifikasi
ada tidaknya serta besaran kesenjangan mengenai kondisi, kebutuhan dan
persoalan yang dihadapi laki-laki dan perempuan terkait dengan akses, partisipasi,
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 3
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, Pasal 169 disebutkan Pemerintah memberikan kemudahan kepada
masyarakat untuk memperoleh akses terhadap informasi kesehatan dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu hasil dari
penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan Daerah adalah Profil Kesehatan
Profil kesehatan adalah salah satu sarana penyediaan data/informasi yang
menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan dan sarana pelaporan hasil
pemantauan pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari
penyelenggaraan pelayanan minimal.
Data dan informasi dalam Profil Kesehatan ini sebagai landasan penentu
kebijakan, bukti-bukti untuk pengambilan keputusan berlandaskan fakta
(evidence based decision making), memberikan gambaran situasi dan kondisi
kesehatan masyarakat , sehingga dapat diupayakan perbaikan setiap tahunnya
sehingga adanya peningkatan dan perbaikan kesehatan.
Sumber data dalam penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat
tahun 2013 ini berasal dari berbagai program, baik di lingkungan Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Barat maupun yang berasal dari Lintas Sektoral yang terkait
antara lain; Badan Pusat Statistik (BPS), Kantor BKKBN, Badan Perencanaan
Daerah dan Penanaman Modal, Rumah Sakit Umum Provinsi Sumatera Barat,
Rumah Sakit Swasta, Rumah Sakit Khusus, Sarana Kesehatan Swasta,
Institusi/Pendidikan Tenaga Kesehatan.
Profil Kesehatan diharapkan dapat dijadikan salah satu media untuk
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 4
pusat maupun daerah. Untuk itu penyusunan profil kesehatan yang berkualitas,
terbit lebih cepat, menyajikan data yang lengkap, akurat, konsisten dan sesuai
kebutuhan, menjadi harapan kita bersama.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat membahas beberapa topik yang
terdapat dalam setiap bab yang disajikan dalam urutan sebagai berikut :
BAB GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK
Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Provinsi Sumatera Barat, yang
meliputi letak geografis, administrasi dan informasi umum lainnya. Bab ini juga
mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan meliputi
kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya, perilaku dan lingkungan.
BAB SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Bab ini berisi uraian tentang tentang indikator mengenai angka kematian, angka
kesakitan dan angka status gizi masyarakat. Angka kematian pada bayi, balita, dan
maternal pada profil kesehatan Provinsi Sumatera Barat ini menggunakan data
laporan dari seluruh sarana pelayanan kesehatan yang ada di Provinsi Sumatera
Barat. Angka kematian neonatal, bayi dan balita bersifat fluktuatif selama 5 tahun
terakhir.
BAB SITUASI UPAYA KESEHATAN
Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan
rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan
lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian
dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 5
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan
kesehatan lainnya
BAB SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan
kesehatan dan sumber daya pembangunan kesehatan lainnya.
BAB KESIMPULAN
Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting dan ditelaah lebih lanjut dari
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2013. Selain
keberhasilan-keberhasilan, bab ini juga mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang
dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
LAMPIRAN
Pada lampiran berisi tabel resume/angka pencapaian kabupaten/kota dengan 82
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 6
Sumatera Barat yang terletak di sebelah barat pulau Sumatera mempunyai
letak geografis yang strategis antara kawasan sebelah utara dan kawasan timur
pulau Sumatera dengan pulau Jawa di sebelah selatan. Provinsi Sumatera Barat
mempunyai luas 42.229.730 km2* dengan topografi yang datar dan bergelombang
sampai bergunung yang merupakan bagian dan jajaran pegunungan Bukit Barisan
dengan luas perairan laut diperkirakan ± 186.500 Km2.
Batas wilayah Provinsi Sumatera Barat terletak disepanjang pinggiran
pantai barat pulau Sumatera yang berada antara 0 - 54’ Lintang Utara sampai 3 - 30’ Lintang Selatan serta antara 98 36’ sampai 101 53’ Bujur Timur. Provinsi
Sumatera Barat yang terdiri dari 19 kabupaten/kota (12 Kabupaten dan 7 Kota)
diantaranya Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki wilayah terluas, yaitu
6.001,00 Km2 atau sekitar 14,21 % dari luas Provinsi Sumatera Barat. Sedangkan
kota Padang Panjang memiliki luas daerah terkecil, yakni 23,00 Km2 (0,05 %).
Provinsi Sumatera Barat terletak di sebelah barat pulau Sumatera dan sekaligus
berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia, Provinsi Riau, Provinsi Jambi,
Provinsi Bengkulu dan Provinsi Sumatera Utara
Iklim Sumatera Barat tergolong iklim tropis dengan rata-rata suhu 25,5
derajat Celcius dan rata-rata kelembaban yang tinggi yaitu 86,17 % dengan
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 7
A.
KEADAAN PENDUDUK
Sesuai dengan data dari BPS Provinsi Sumatera Barat, jumlah penduduk
Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2013 tercatat sebesar 4.957.719
jiwa*, dengan tingkat kepadatan 117,21 jiwa per km2. Kepadatan
penduduk Provinsi Sumatera Barat tidak merata, kepadatan penduduk
tertinggi adalah di Kota Bukittinggi dengan kepadatan penduduk 4.533,08
jiwa/km2. Komposisi penduduk Provinsi Sumatera Barat menurut
kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda (<15
tahun) sebesar 30,95 %, yang berusia produktif (15-64 tahun) sebesar
63,58 % dan yang berusia tua (>65 tahun) sebesar 5,46 %.
B. ADMINISTRASI
Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2013 mempunyai wilayah
administrasi terdiri atas 12 (dua belas) Kabupaten dan 7 (tujuh) Kota,
dengan pengembangan/pemekaran 3 (tiga) Kabupaten yang relatif muda
yaitu Pasaman Barat, Dhamasraya dan Solok Selatan sehingga terjadi
perubahan jumlah kecamatan di Provinsi Sumatera Barat, menjadi 176
kecamatan dengan jumlah nagari sebanyak 755 nagari, 260 kelurahan, 125
desa dan 3.640 jorong / kampung * (SDBA)
C. KEADAAN PENDIDIKAN
Keadaan pendidikan di Provinsi Sumatera Barat dapat dilihat dari
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 8
Persentase penduduk berumur 15 – 64 tahun ke atas yang buta huruf
sebesar 2,2 %.
Pendidikan berkaitan erat dengan peningkatan sumber daya manusia. Ada
beberapa ukuran yang dapat digunakan untuk melihat kualitas pendidikan,
antara lain menilai tingkat intelegensia, kreativitas/inovasi dan kemampuan
lain dari lulusannya. Ukuran-ukuran tersebut relatif sulit untuk diterapkan,
sehingga tidak cocok untuk ruang lingkup yang luas. Akibatnya kualitas
pendidikan jarang digunakan untuk menilai keberhasilan pembangunan.
D. KEADAAN LINGKUNGAN DAN PERILAKU
Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian
khusus karena lingkungan merupakan media penularan penyakit. Untuk itu
maka penanganan lingkungan perlu dilakukan. Disini dapat dilihat gambaran
keadaan lingkungan terutama dari indikator-indikator persentase rumah sehat
dan persentase tempat-tempat umum serta tempat pengelolaan makanan
sehat. Disamping itu ada juga indikator lain yang sangat menunjang keadaan
suatu lingkungan yang sehat antara lain persentase keluarga yang memiliki
akses terhadap air bersih, gambaran masing-masing indikator lingkungan
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 9
1. Cakupan Rumah Sehat
Grafik 2.1 Cakupan Rumah Sehat Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
Cakupan rumah yang memenuhi syarat 70,14 % masih jauh dari target 81
% pada umumnya semua Kab/Kota masih di bawah target. Rumah Sehat
ini banyak faktor yang mempengaruhinya : tingkat ekonomi dan tingkat
pendidikan masyarakat akan mempengaruhi dari perilaku masyarakat itu
sendiri dan masyarakat lebih mementingkan kehidupannya untuk makan
dari pada kebersihan diri dan lingkungannya (rumah sehat, limbah, sampah
dan jamban keluarga serta air bersih). Sebagaiman kita ketahui bahwa
rumah yang dikatakan memenuhi syarat kesehatan selain keadaan rumah,
lingkungan di sekitar rumah juga termasuk harus memenuhi syarat
kesehatan seperti pegelolaan sampah, pengelolaan limbah, jamban dan
kandang ternak yang ada di sekitar rumah. Kalau dilihat keadaan rumah
seperti ventilasi pada umumnya sudah memenuhi syarat akan tetapi untuk
pencemaran di sekitar rumah pada umumnya yang belum memenuhi syarat
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 10
kandang ternak yang dekat dengan rumah, ini yang akan berdampak
terhadap rumah menjadi tidak sehat. Ini dapat kita lihat untuk pengelolaan
sampah dan limbah yang memenuhi syarat baru mencapai untuk sampah
67,03 % dan limbah 62,80 %.
Untuk meningkatkan cakupan rumah sehat ini perlu dilakukan peningkatan
penyuluhan dan pemantauan ke lapangan dengan menggunakan kartu
rumah, sehingga dapat merobah perilaku masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan rumah.
Grafik 2.2 Cakupan Tempat-Tempat Umum (TTU) Sehat Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
Tempat-tempat umum ini merupakan tempat berkumpulnya orang banyak
sehingga agak susah untuk pengelolaannya terutama untuk kebersihan
lingkungannya seperti pasar, tempat wisata, bioskop, hotel, penginapan dan
lain-lain. Untuk tempat-tempat umum ini yang menjadi masalah terutama air
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 11
tahun 2013 mencapai 70,48 % dengan target 81% Pada umumnya untuk
kota sudah mendekati target. Tempat-tempat umum ini yang paling susah
mengelolanya adalah sampah ini sangat tergantung juga dengan perilaku dari
masyarakat pengunjungnya, dimana telah disediakan tempat sampah akan
tetapi masyarakat masih membuang sampah di sembarangan tempat seperti di
pasar dan daerah wisata. Dan juga penyediaan air bersih masih banyak yang
kurang, sehingga mengakibatkkan jamban umum akan kotor, karena air tidak
mencukupi, serta perilaku masyarakat dalam penggunakan jamban umum
tidak merasa bertanggung jawab terhadap kebersihan jamban (WC umum) ini
mengingat kebersihan WC umum ini ada yang mengelolanya
Untuk meningkatkan cakupan ini lebih ditingkatkannya koordinasi lintas
sektor terkait dengan adanya Perda dalam penertiban pengelolaan tempat –
tempat umum dan penyuluhan kepada masyarakat pengguna Tempat-Tempat
Umum
Grafik 2.3 Cakupan Tempat Pengelolan Makanan (TPM) Sehat Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 12
Yang termasuk dalam Tempat Pengelolaan Makanan ini antara lain
restoran/rumah makan, kaki lima, kantin sekolah, warung kopi dan lain-lain.
Cakupan untuk tahun 2013 baru mencapai 65,07 % dengan target 71 % , hal
ini juga masih didominasi oleh kota yang pada umumnya sudah mencapai
target. Tempat pengelolaan makanan ini yang sering menjadi masalah juga
sampah, limbah dan kamar mandi/jamban. Hal ini berdasarkan hasil tinjauan
/ pengawasan lapangan sangat erat hubungannya dengan perilaku dari
orang-orang yang terlibat dengan pengelolaan tempat makanan tersebut. Untuk
TPM ini masih dikelola oleh masing-masing pribadi, disini para pelaku TPM
masih mementingkan penjualan dari pada kesehatan lingkungannya,
mengingat sebagian masyarakat TPM ini merupakan mata pencarian
ekonomi menengah ke bawah.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 13
Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor.
Faktor-faktor tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti
pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana, melainkan
juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan
dan faktor lainnya. Situasi derajat kesehatan masyarakat dapat tercermin
melalui angka morbiditas, mortalitas dan status gizi. Pada bab berikut ini
situasi derajat kesehatan di Provinsi Sumatera Barat digambarkan melalui
Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA),
Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka morbiditas beberapa peyakit.
Mortalitas merupakan angka kematian yang terjadi pada kurun
waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat
berupa penyakit maupun sebab lainnya.
A. MENINGKATKAN UMUR HARAPAN HIDUP
Umur atau Angka Harapan Hidup adalah perkiraan rata-rata tambahan
umur seseorang yang diharapkan dapat terus hidup atau rata-rata jumlah
tahun yang akan dijalani seseorang sejak orang tersebut lahir. Umur
harapan hidup merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam
menentukan Human Development Index (HDI). Peningkatan kesejahteraan
ditandai dengan peningkatan derajat kesehatan seluruh masyarakat.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 14
dan meningkat menjadi 70,02 tahun pada tahun 2012. Untuk tahun 2013
masih menunggu data yang dikeluarkan oleh BPS.
Umur harapan hidup baru dapat tercapai jika 15 program langsung yang
menjadi faktor pendukung terealisasi dengan baik yaitu:
a. Penurunan AKI
b. Penurunan AKABA
c. Penurunan AKB
d. Prevalensi BBLR
e. Prevalensi gizi kurang pada ballita
f. Prevalensi stunting pada anak balita .
g. Persalinan dengan tenaga kesehatan
h. Anak di bawah usia 1 tahun mendapat imunisasi lengkap
i. Penduduk dengan sanitasi dasar
j. Penduduk dengan sarana air bersih
k. Tersedianya obat esensial di pelayanan kesehatan dasar
l. Kasus malaria / 100.000 penduduk
m. Kasus TBC / 100.000 penduduk
n. Rata-rata pertahun konsumsi rokok pada orang dewasa
o. Anggaran kesehatan untuk pelayanan publik
B. ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB)
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia di
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 15
merupakan salah satu indikator yang menentukan derajat kesehatan dan
merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan
pembangunan millenium yaitu MDGꞌs 4 yaitu mengurangi kematian Bayi
menjadi 23/1000 kelahiran hidup. Hasil SDKI 2007 dan SDKI 2012, AKB
di Indonesia sudah mengalami penurunan dari 34/1000 KH pada tahun
2007 menjadi 32/1000 KH pada tahun 2012. AKB di Provinsi Sumatera
Barat dibandingkan Provinsi lain di Indonesia sudah memperlihatkan
penurunan yang cukup bermakna meskipun secara target Provinsi hanya
mencapai 66%. AKB di Sumatera Barat turun 47/1000 KH pada tahun
2007 menjadi 27/1000 KH pada tahun 2012. Indikator yang digunakan
untuk memantau keberhasilan program antara lain Persentase Kunjungan
Neonatus Lengkap dan Persentase Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi
sebagaimana tertera pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.1 Indikator Penurunan AKB Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
No Indikator Target Realisasi % Pencapaian
1 Persentase Kunjungan neonatus lengkap 82% 84,9% 103,5% 2 Persentase cakupan pelayanan kesehatan bayi 86% 90,3% 110,1%
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 16
C. ANGKA KEMATIAN IBU (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan
pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa
memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena
kehamilannya atau pengelolaannya dan bukan karena sebab-sebab lain, per
100.000 kelahiran hidup. AKI merupakan salah satu indikator dari derajat
kesehatan juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam
tujuan pembangunan millenium (MDGꞌs) yaitu tujuan MDGꞌs 5a yaitu
Menurunkan Angka Kematian Ibu hingga 3/4 dalam kurun waktu
1990-2015 dimana ditargetkan AKI pada tahun 1990-2015 sebesar 102/100.000 KH.
Berdasarkan SDKI 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia
sebesar 228/100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan Survey Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas tahun 2008, AKI Provinsi Sumatera Barat
sebesar 212/100.000 kelahiran hidup. Jika dilihat perkembangannya
angka ini sudah mengalami penurunan, namun angka tersebut masih jauh
di bawah target Millenium Development Goals (MDGs) yang harus
dicapai pada tahun 2015 yaitu menjadi 102/100.000 Kelahiran Hidup.
Tabel. 3.2 Indikator Penurunan AKI Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
No Indikator Target Realisasi
% Penca paian
1 Persalinan oleh tenaga
kesehatan terlatih
89% 89% 100
2 Persentase ibu hamil
yang mendapatkan pelayanan ANC lengkap
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 17
D. JUMLAH KEMATIAN NEONATAL 0 - 6 HARI
Resiko terbesar kematian neonatal terjadi 24 jam pertama kehidupan,
minggu pertama dan bulan pertama kehidupan. Bayi yang berusia kurang
dari 1(satu) bulan merupakan golongan umur yang paling rentan atau
memiliki resiko gangguan kesehatan yang paling tinggi.
Grafik 3.1 Kematian Neonatal 0-6 hari Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
E. JUMLAH KEMATIAN NEONATAL 7 - 28 HARI
Jumlah kematian neonatal 7 - 28 hari di Provinsi Sumatera Barat tahun
2013 sebesar 127 orang dengan penyumbang kematian terbesar dari Kab.
Sijunjung, Kab. Padang Pariaman, Kab. Agam dan Kab. 50 kota sebanyak
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 18
Grafik 3.2 Kematian Neonatal 7-28 hari Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
F. JUMLAH KEMATIAN BAYI
Jumlah Kematian Bayi di Provinsi Sumatera Barat sebanyak 244 orang
yang tersebar di 18 Kab/Kota dengan penyumbang kematian tertinggi dari
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 19
Grafik 3.3 Kematian Bayi Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
G. JUMLAH KEMATIAN ANAK BALITA
Jumlah kematian anak balita di Provinsi Sumatera Barat sebanyak 130
orang.
Grafik 3.4 Kematian Anak Balita Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 20
H. MENURUNNYA ANGKA GIZI KURANG (BB/TB)
Perbaikan gizi masyarakat di Provinsi Sumatera Barat dibandingkan
Provinsi lain di Indonesia secara nyata telah memperlihatkan hasil yang
cukup bermakna. Keberhasilan program gizi selama ini dapat dilihat dalam
3 tahun terakhir dimana terjadinya penurunan status gizi kurang pada
balita (BB/TB) dari 15,7 % tahun 2007 menjadi 8,2 % tahun 2010, status
gizi kurang (BB/U) 19,9 % tahun 2007 menjadi 17,9 % tahun 2010 dan
balita pendek (TB/U) dari 36,2 % tahun 2007 menjadi 32,8 % tahun 2010
(Data RISKESDAS 2010). Angka ini sudah berada di bawah angka yang
ditetapkan MDGS tahun 2014 yaitu status gizi kurang balita
setinggi-tingginya 15 % dan balita pendek 32 % .
I. MORBIDITAS
Morbiditas adalah angka kesakitan, baik insiden maupun prevalen dari
suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu
populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam
penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat.
Data angka kesakitan penduduk yang berasal dari masyarakat (comunity
based data) salah satunya dapat di peroleh dari hasil pengumpulan data
dari Dinas Kesehatan Kab/Kota dan sarana pelayanan kesehatan lainnya
(facility based data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 21
1. Tuberkulosis
Hasil angka penjaringan suspek per kabupaten/kota pada tahun 2012
sampai dengan 2013 dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 3.3 Angka Penjaringan Suspek TB Provinsi Sumatera Barat Tahun 2012 – 2013 2012 2013 1 Padang Pariaman 868 1.142 274 2 Kab. Solok 628 531 -97 3 Tanah Datar 446 555 109 4 Sijunjung 917 594 -323 5 Agam 846 549 -297 6 Pessel 1019 872 -147 7 50 Kota 741 514 -227 8 Pasaman 888 741 -147 9 Padang 572 726 154 10 Bukittinggi 940 1662 722 11 Payakumbuh 1064 803 -261 12 Padang Panjang 623 2023 1.400 13 Kota Solok 315 942 627 14 Sawahlunto 1442 810 -632 15 Kep. Mentawai 677 496 -181 16 Kota Pariaman 923 1128 205 17 Pasaman Barat 761 662 -99 18 Solok Selatan 355 376 21 19 Dharmasraya 1441 575 -866 Trend Angka Penjaringan Suspek Angka Penjaringan Suspek No Kabupaten/Kota
Kabupaten/Kota dengan penurunan angka penjaringan suspek tertinggi
adalah Kabupaten Dharmasraya (menjadi 575 per 100.000 penduduk) dan
tertinggi adalah Kota Padang Panjang (1.400 per 100.000 penduduk).
a. Proporsi pasien TB Paru BTA positif diantara suspek yang diperiksa
Tahun 2013 proporsi pasien TB paru BTA positif diantara suspek yang
diperiksa dahaknya sebesar 9,39%. Proporsi pasien TB paru BTA positif di
antara suspek pada tahun 2013 ini masih dalam range target yang
diharapkan (target 5-15%).
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 22
penjaringan suspek terlalu longgar, banyak orang yang tidak memenuhi
kriteria suspek, atau ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium
(negatif palsu). Sedangkan bila angka ini terlalu besar (>15%)
kemungkinan disebabkan antara lain penjaringan terlalu ketat atau ada
masalah dalam pemeriksaan laboratorium (positif palsu).
Grafik 3.5 Proporsi Pasien TB Paru BTA Positif di Antara Suspek, Proporsi Sumatera Barat Tahun 2013
Untuk hasil proporsi pasien TB Paru BTA Positif di antara seluruh pasien
TB Paru per kabupaten/kota dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Grafik 3.6 Proporsi Pasien BTA Positif diantara Seluruh Pasien TB Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 23
Berdasarkan grafik tersebut di atas proporsi pasien TB Paru BTA Positif di
antara seluruh pasien TB per Provinsi tahun 2013 menunjukkan terdapat
15 kabupaten /kota, dengan angka sebesar >65% yaitu Kab. Solok Selatan,
Kab. Pesisir Selatan, Kab. Sijunjung, Kota Pariaman, Kota Payakumbuh,
Kabupaten Solok, Kabupaten Pasaman, Kota Sawahlunto, Kabupaten
Dharmasraya, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Kepulauan
Mentawai, Kab. Agam, Kota Padang Panjang, Kab. Tanah Datar dan
Kabupaten Pasaman Barat.
b. Proporsi pasien TB Anak di antara seluruh pasien TB
Adalah prosentase pasien TB anak (<15 tahun) diantara seluruh pasien TB
tercatat. Angka ini sebagai salah satu indikator untuk menggambarkan
ketepatan dalam mendiagnosis TB pada anak. Angka ini berkisar 15%.
Bila angka ini terlalu besar dari 15%, kemungkinan terjadi overdiagnosis.
Untuk hasil proporsi pasien TB Anak di antara seluruh pasien TB per
kabupaten/kota dapat dilihat bahwa proporsi pasien TB anak di antara
seluruh pasien TB. Pada tahun 2013 yang diatas angka 15% adalah Kota
Padang Panjang (17,89%) hal ini terjadi disebabkan oleh beberapa
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 24
Grafik 3.7 Proporsi Pasien TB Anak di antara Seluruh Pasien TB Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
c. Angka notifikasi kasus
Adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan dan
tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini
apabila dikumpulkan serial, akan menggambarkan kecenderungan
penemuan kasus dari tahun ke tahun di wilayah tersebut. Angka ini
berguna untuk menunjukkan kecenderungan (trend) meningkat atau
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 25 Tabel 3.4 Case Notification Rate TB Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2012 - 2013 2012 2013 2012 2013 1 Padang Pariaman 125 114,84 -11 164 148 -16 2 Kab. Solok 65 73,73 9 74 89 15 3 Tanah Datar 53 57,02 4 79 71 -8 4 Sijunjung 75 78,29 3 95 112 17 5 Agam 79 68,20 -11 103 92 -11 6 Pessel 114 129,34 15 145 162 17 7 50 Kota 58 62,22 5 87 93 6 8 Pasaman 97 104,20 7 121 138 17 9 Padang 74 75,57 1 99 100 1 10 Bukittinggi 96 66,04 -30 151 110 -41 11 Payakumbuh 68 81,30 13 72 105 33 12 Padang Panjang 32 45,66 14 36 46 10 13 Kota Solok 54 60,61 7 86 82 -4 14 Sawahlunto 77 61,20 -16 146 92 -54 15 Kep. Mentawai 127 125,47 -2 168 138 -30 16 Kota Pariaman 85 113,99 28 114 156 42 17 Pasaman Barat 120 112,45 -7 145 137 -8 18 Solok Selatan 38 51,57 13 65 67 2 19 Dharmasraya 65 64,30 -1 84 75 -9 Trend CNR Semua Kasus TB
Kabupaten/Kota CNR BTA + CNR BTA + Trend No
Untuk angka notikasi kasus baru TB Paru BTA Positif per
kabupaten/kota pada tahun 2012 - 2013 dapat dilihat bahwa untuk angka
notifikasi kasus BTA positif, kabupaten yang mengalami peningkatan
pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 sebanyak 12
kabupaten/kota yaitu Kabupaten Solok, Kabupaten Tanah Datar,
Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten 50 Kota,
Kabupaten Pasaman, Kota Padang, Kota Payakumbuh, Kota Padang
Panjang, Kota Solok, Kota Pariaman dan Kabupaten Solok Selatan.
Kabupaten dengan angka peningkatan terkecil adalah Kota Padang (1)
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 26
Grafik 3.8 Cakupan Penemuan Kasus atau Case Detection Rate (CDR) Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
Diperlukan upaya maksimal dalam rangka peningkatan penemuan kasus
pada masing-masing kabupaten/kota. Dari seluruh kabupaten/kota yang
mencapai target hanya 5 kabupaten/kota yaitu Kota Pariaman, Kab. Pesisir
Selatan, Kab. Mentawai, Kab. Pasaman dan Kab. Padang Pariaman.
2. HIV dan AIDS
Distribusi kasus HIV dan AIDS tersebar di 19 kabupaten dan kota di
Provinsi Sumatera Barat. Distribusi terbesar terdapat di Kota Padang,
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 27
Grafik 3.9 Jumlah Kasus AIDS Kumulatif Provinsi Sumatera Barat Tahun 2002 – 2013
Pada tahun 2013 di kawasan Sumatera (Provinsi Sumatera Barat dan
sekitarnya) ini ditemukan 50 kasus baru HIV dan 150 kasus baru AIDS
dengan ratio jenis kelamin. Pria masih menjadi penderita mayoritas dan
menjadi pelaku tersangka penular ke kelompok pasangannya.
Grafik 3.10 Kasus AIDS berdasarkan Jenis Kelamin Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 28
sudah beralih dari pengguna NAPZA suntik ke heteroseksual yaitu sebesar
59%. Dalam 5 tahun sebelumnya penularan melalui narkoba suntik adalah
faktor risiko utama kasus HIV-AIDS di Sumatera Barat. Sumatera Barat
bahkan pernah menduduki rangking 5 kasus HIV-AIDS dari narkoba
suntik. Pergeseran trend faktor risiko penular utama ini menggambarkan
bahwa hubungan seks heteroseksual berisiko di Sumatera Barat
meningkat, sehingga perlu peningkatan intervensi pencegahan penularan
pada kelompok risiko ini.
Grafik 3.11 Kasus AIDS berdasarkan Cara Penularan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
Berdasarkan data surveilans kasus AIDS dari rumah sakit rujukan Anti
Retroviral Terapi, kasus AIDS terbanyak pada tahun 2013 ini pada
kelompok umur 30-39 tahun, diikuti kelompok umur 20-29 tahun dan
kelompok umur 40-49 tahun. Dibandingkan tahun 2012, terjadi sedikit
pergeseran kelompok umur terbanyak kasus AIDS yang sebelumnya
terbanyak pada kelompok umur 20-29 tahun. Hal ini mengasumsikan
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 29
kelompok remaja ke kelompok dewasa muda. Hal ini mungkin
berhubungan dengan perilaku seksual berisiko yang mulai dilakukan oleh
kelompok umur 20-29 tahun. Hal ini sesuai jika dianaliis berdasarkan
pendekatan faktor risiko penularan pada tahun ini, dimana 59% nya
tertular melalui hubungan seks heteroseksual.
Grafik 3.12 Kasus AIDS berdasarkan Kelompok Umur Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
Dari 150 kasus baru AIDS di Sumatera Barat pada tahun 2013 jenis
pekerjaaan terbanyak adalah wiraswasta (33%). Hal ini tidak jauh berbeda
dengan data di tahun 2012. Namun fakta yang harus mendapat perhatian
khusus adalah 23% dari penderita AIDS di tahun 2013 ini adalah ibu
rumah tangga. Hal ini berarti bahwa ibu rumah tangga sudah menjadi salah
satu kelompok risiko tinggi. Oleh sebab itu skrening atau deteksi dini juga
perlu diarahkan pada kelompok ini salah satunya melalui pendekatan
skrening infeksi menular seksual, poli ibu hamil dan konseling pranikah.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 30
penularan kasus anak-anak yang lahir dengan HIV-AIDS jika tidak
ditanggulangi dengan komprehensif.
Grafik 3.13 Gambaran Kasus AIDS 2013 berdasarkan jenis pekerjaan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
Pada tahun 2013, jika dikelompokkan per kabupaten/kota, penyumbang
kasus AIDS terbanyak dilaporkan adalah Kota Padang (61 kasus) dan
Kab Agam (16 kasus). Diikuti Kabupaten Tanah Datar (12 kasus), Pesisir
Selatan (11 kasus) dan Kabupaten Padang Pariaman (7 kasus). Status
Kota Padang dan Bukittinggi sebagai sentra ekonomi, pendidikan dan
pariwisata di samping jumlah penduduk yang lebih banyak dibandingkan
kabupaten/kota lainnya, menjadi faktor salah satu pendukung tingginya
kasus HIV-AIDS di kedua kota besar di Sumatera Barat tersebut. Oleh
sebab itu berbagai tindakan pengendalian, pencegahan penularan serta
program dukungan perawatan lainnya harus terus diintensifkan di kedua
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 31
Grafik 3.14 Gambaran Kasus AIDS 2013 di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
Dengan meningkatnya akses pelayanan dari tahun ke tahun terlihat angka
kematian ODHA sudah menurun akibat adanya peningkatan akses
pelayanan kesehatan terhadap layanan HIV/AIDS.
3. Penanggulangan dan Pemberantasan ISPA
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia. Hal ini tampak dari hasil Survei
Kesehatan Nasional (SURKESNAS) tahun 2001 yang menunjukkan
bahwa kematian bayi akibat ISPA masih 28% artinya bahwa dari 100
balita yang meninggal, 28 disebabkan oleh penyakit ISPA terutama pada
Balita dimana 80% kasus kematian ISPA adalah akibat Pneumonia.
Target cakupan penemuan kasus pneumonia nasional adalah 70%. Tahun
ini cakupan penemuan pneumonia Provinsi Sumatera Barat baru mencapai
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 32
rendahnya penemuan kasus pneumonia di kab/kota, kecuali di daerah
sentinel yaitu Kabupaten Pesisir Selatan. Petugas di puskesmas masih
belum terbiasa untuk melakukan hitung nafas pada setiap kasus infeksi
saluran napas akut sehingga dapat menjaring kasus-kasus suspek
pneumonia lebih banyak.
Grafik 3.15 Cakupan Penemuan Pneumonia di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
4. Penanggulangan dan Pemberantasan KUSTA
Salah satu jenis penyakit menular adalah Neglected Tropical Diseases
(NTD). Hingga saat ini NTD termasuk diantaranya kusta dan frambusia
masih banyak memiliki permasalahan antara lain keterbatasan sumber
daya, adanya stigma buruk di masyarakat dan berhubungan dengan
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 33
Saat ini dalam upaya penganggulangan Kusta dan Frambusia, sudah
terbentuk Aliansi Nasional Eliminasi Kusta (ANEK) dan Aliansi Daerah
Eliminasi Kusta (ADEK).
Secara umum Sumatera Barat termasuk daerah low burden untuk
endemisitas penyakit kusta. NewlyCase DetectionRate dari tahun 2001
sampai tahun 2013 selalu ≤ 5 per 100.000 penduduk. Namun demikian
Sumatera Barat belum dapat mencapai eliminasi kusta, karena setiap
tahunnya selalu saja ditemukan kasus-kasus baru. Dalam rangka mencapai
eliminasi kusta, program pengendalin kusta Sumatera Barat terus
mengupayakan agar angka kesakitan kusta ≤ 1 per 10.000 penduduk.
Tahun 2013, prevalensi kusta di Sumatera Barat masih 0,2/10.000
penduduk.
Grafik 3.16 Case Detection Rate (CDR) Provinsi Sumatera Barat
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 34
Setiap tahunnya rata-rata ditemukan lebih dari 50 kasus baru kusta di
Sumatera Barat. Pada tahun 2013 ditemukan 83 kasus kusta yang terdiri
dari 61 kasus MB (73%) dan 22 kasus PB (27%). Kasus-kasus baru ini
didapatkan melalui survey aktif rapid village survey dan survei anak
sekolah maupun penemuan pasif case di puskemas. Berdasarkan
persentase jenis kasus yang ditemukan tersebut, kasus MB lebih tinggi
dibandingkan PB. Secara program data ini menggambarkan bahwa risiko
sumber infeksi masih tinggi, sehingga penemuan kasus harus tetap
dilakukan secara intensif terutama di daerah-daerah kantong kusta di
Sumatera Barat untuk memutus mata rantai penularan demi mencapai
eliminasi kusta di Sumatera Barat.
Grafik 3.17 Penemuan Kasus Baru Kusta di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 Berdasarkan Jenis Kasus
73 27
% PB - MB
MB PB .Walaupun Provinsi Sumatera Barat berstatus endemik rendah kusta,
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 35
Sehingga juga dilakukan penetapan kebijakan daerah endemik (low/high
burden) berdasarkan wilayah administratif Kabupaten/kota. Daerah
kantong kusta pada tahun 2013 adalah Kabupaten Padang Pariaman,
Kabupaten Agam dan Kabupaten 50 Kota. Sebanyak 33% kasus kusta di
Sumatera Barat tahun 2013 ditemukan di Kabupaten Padang Pariaman.
Kabupaten Padang Pariaman memang merupakan daerah high burden
kusta sejak lebih dari 5 tahun terakhir.
Grafik 3.18 Penemuan Kasus Baru Kusta MB di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 17 8 5 5 5 2 3 4 3 3 1 2 2 1 1 0 0 0 0 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 Pa d an g Pa ri ama n Ag am 5 0 Ko ta Pa d an g Pa sam an Ko ta Pa ri ama n Tan ah D at ar Kab . So lo k Sawah lu n to Pas aman B ar at Si ju n ju n g D h ar mas ray a Pe ss el B u ki tt in gg i So lo k Sel at an P ay ak umbu h Ko ta So lo k Kep . M en taw ai Pa d an g Pa n jan g MB PB .
Dari 19 kabupaten/kota yang ada di Sumatera Barat, hanya 4
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 36
Kabupaten Mentawai, Kota Padang Panjang, Kota Solok dan Kota
Payakumbuh.
Grafik 3.19 Prevalensi Kasus Kusta di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 3,03 0,62 0,51 0,34 0,3 0,29 0,2 0,190,190,140,130,110,070,080,04 0 0 0 0 0,21 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 P ad an g P ar ia m an K o ta P ar ia m an Sa w ah lu n to P as am an A ga m Dh ar m as ra ya So lo k Se la ta n 5 0 K o ta Sij u n ju n g Ta n ah Da ta r P as am an B ar at K ab . So lo k P ad an g B u kit tin gg i P e ss e l P ay ak u m b u h K o ta S o lo k K e p . M e n ta w ai P ad an g P an ja n g Su m b ar
Prevalensi Kusta 2013
.Penderita terdaftar di Sumatera Barat pada akhir tahun 2013 sebanyak 83
Penderita yang terdiri dari 22 PB dan 61 MB dengan Angka Prevalensi
0,21 per 10.000 penduduk dan lebih kurang 33% dari penderita tersebut
terdapat di Kabupaten Padang Pariaman. Angka Prevalensi menunjukkan
besar masalah dan menentukan beban kerja sebagai dasar perencanaan dan
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 37
Grafik 3.20 New Case Detection (NCDR) di Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2013 6,7 6,2 5,1 1,9 3 1 0,7 2,5 0,9 0,9 0,8 1,1 0,6 0,8 0,4 0 0 0 0 1,67 0 1 2 3 4 5 6 7 8 P ad an g P ar ia m an K o ta P ar ia m an Sa w ah lu n to P as am an A ga m Dh ar m as ra ya So lo k Se la ta n 5 0 K o ta Si ju n ju n g Ta n ah D at ar P as am an B ar at K ab . So lo k P ad an g B u kit tin gg i P e ss e l P ay ak u m b u h K o ta So lo k K e p . M e n ta w ai P ad an g P an ja n g Su m b ar
NCDR
NCDRWalaupun ada penurunan yang cukup drastis dari jumlah kasus terdaftar, namun sesungguhnya jumlah penemuan kasus baru (New case detection) tidak berkurang sama sekali. Oleh karena itu, selain angka prevalensi, angka penemuan kasus baru (NCDR) juga merupakan indikator yang harus diperhatikan.
Grafik 3.21 Presentase Kasus Kusta Tipe MB Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
100100100100100100100100100 73 63 60 56 50 40 0 0 0 0 0 20 40 60 80 100 120 P ad an g P as am an K ab . So lo k Sa w ah lu n to P as am an B ar at D h ar m as ra ya P e ss e l B u kit tin gg i So lo k Se la ta n A ga m P ad an g P ar ia m an Ta n ah D at ar 5 0 K o ta Sij u n ju n g K o ta P ar ia m an P ay ak u m b u h K o ta S o lo k K e p . M e n ta w ai P ad an g P an ja n g
% MB in New Cases 2013
.Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 38
Grafik 3.22 Prevalensi Kasus Kusta Cacat Tingkat Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
40 20 25 33 50 0 27 19 40 19 0 10 20 30 40 50 60 P ad an g P as am an K ab . S o lo k Sa w ah lu n to P as am an B ar at Dh ar m as ra ya P e ss e l B u kit tin gg i So lo k Se la ta n A ga m P ad an g P ar ia m an Ta n ah Da ta r 5 0 K o ta Sij u n ju n g K o ta P ar ia m an P ay ak u m b u h K o ta S o lo k K e p . M e n ta w ai P ad an g P an ja n g Su m b ar
% Cacat Tk II in New Cases
Kusta menjadi masalah masyarakat karena kecacatannya. Kecacatan
mencakup setiap kerusakan, pembatasan aktivitas yang mengenai
seseorang. Tiap penderita baru yang ditemukan harus dicatat tingkat
cacatnya karena menunjukkan kondisi penderita pada saat diagnosis
ditegakkan. Tingkat cacat juga digunakan untuk menilai kualitas
penanganan pencegahan cacat yang dilakukan oleh petugas. Dari tahun ke
tahun, tingkat kecacatan penderita baru di Sumatera Barat sudah sangat
menurun. Di tahun 2013, dari 83 kasus baru, 16 pasien sudah cacat tingkat
2 saat ditemukan. Hal ini menggambarkan perbaikan kualitas diagnosis
dini kusta di Sumatera Barat masih perlu ditingkatkan. Petugas kesehatan
harus waspada terhadap cardinal sign dari kusta untuk dapat menemukan
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 39
Grafik 3.23 Penemuan Kasus Baru Kusta Pada Anak Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
1 5 1 1 1 1 10 0 2 4 6 8 10 12 Pessel Padang Pariaman Tanah Datar
50 Kota Sijunjung Kota Pariaman
Sumbar
Kasus Anak
Kasus kusta pada anak juga menunjukkan tren menurun sejak tiga tahun
terakhir. Namun pada tahun 2013, proporsi kasus anak meningkat yaitu
13%. Proporsi penderita anak (0-14 tahun) diantara semua penderita yang
baru ditemukan pada periode satu tahun dapat menggambarkan keadaan
penularan kasus saat periode tersebut. Angka proporsi Sumatera Barat
tahun 2013 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya (5,26% tahun
2012) sebagai gambaran masih terjadi penularan kusta secara umum di
Sumatera Barat sehingga perlu dilakukan peningkatan penemuan kasus
baru, meningkatkan promotif dan preventif serta meningkatkan kualitas
pengobatan untuk dapat memutus mata rantai penularan kusta di
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 40
Grafik 3.24 Penemuan Kasus Baru Kusta di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 Menurut Jenis Kelamin
80% 18% 11% 11% 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Kota Pariaman Agam Padang Pariaman Sumbar
Proporsi Wanita diantara Kasus Baru
2013
Berdasarkan jenis kelamin, 89% kasus baru di tahun 2013 adalah laki-laki.
proporsi penderita baru perempuan hanya 11%. Angka ini menunjukkan
akses pelayanan perempuan untuk kasus kusta relatif masih rendah
dibandingkan laki-laki.
5. Penanggulangan dan Pemberantasan Diare
Pada tahun 2013 kasus diare yang datang ke sarana kesehatan sebanyak
90.188 kasus, 84.170 (93%) orang diberikan oralit. Sedangkan pemakaian
zink hanya baru mencapai 62,6% dari total kasus. Masih rendahnya
pemakaian tablet zink ini mungkin karena belum tersosialisasikannya
dengan menyeluruh pedoman penggunan zink pada kasus diare. Sebagian
besar dokter dan klinisi juga berpandangan bahwa tablet zink hanya pada
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 41
zink. Oleh karena itu, sosialisasi penggunaan tablet zink harus terus
ditingkatkan.
Grafik 3.25 Kasus Diare, Pemakaian Oralit dan Pemakaian Tablet Zink Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
J. PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG (P2B2) 1. Penanggulangan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue Angka Bebas Jentik (ABJ) yang masih tinggi > 95% menggambarkan
perilaku masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) masih
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 42
Grafik 3.26 Insidens Rate & Case Fatality Rate DBD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2003 - 2013
Grafik 3.27 Kejadian DBD di Provinsi Sumatera Barat Th 2006- 2013
Kita dapat melihat bahwa pada tahun 2013 pola kejadian DBD di Provinsi
Sumatera Barat fluktuasinya agak meningkat pada awal tahun dan
mengalami penurunan pada pertengahan tahun kemudian meningkat lagi
pada akhir tahun. Terlihat bahwa musim agak berpangaruh terhadap
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 43
Tabel 3.5 Endemisitas Masing-Masing Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat Tahun 2006 – 2013
Kita dapat melihat bahwa hampir seluruh kabupaten/kota di Provinsi
Sumatera Barat endemis DBD. Sebagian besar berada di daerah kota yang
padat penduduk dan mobilitas tinggi serta sanitasi lingkungan yang tidak
baik. Disamping itu kecenderungan kasus di Sumatera Barat terjadi pada
kompleks perumahan
2. Penanggulangan dan Pemberantasan Rabies
Dari tahun ketahun terlihat bahwa kasus Gigitan Hewan Tersangka Rabies
(GHTR) masih sangat tinggi dan tidak menunjukkan penurunan yang
berarti. Dari kasus gigitan tersebut lebih dari separuhnya selalu diberi
VAR, hal ini disebabkan karena masih rendahnya pengetahuan masyarakat
sehingga hampir seluruh HPR setelah menggigit dibunuh oleh masyarakat.
Jumlah specimen yang diperiksa juga sangat sedikit, dan angka ini belum
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 44
Grafik 3.28 Gambaran Kasus Rabies Pada Manusia Provinsi Sumatera BaratTahun 2000 s/d 2013
Akan tetapi apabila dilihat kasus kematian akibat rabies, menunjukkan
peningkatan yang cukup berarti walaupun masih sangat jauh dari target
yang diharapkan.
3. Penanggulangan dan Pemberantasan Flu Burung
Pada tahun 2012 kasus flu burung yang dilaporkan ke Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Barat terdapat 4 kasus suspect yaitu dari KotaPadang (2
kasus), Kota Sawahlunto (1 kasus) dan Kabupaten Padang Pariaman (1
kasus). Pada tahun 2013 kasus flu burung yang dilaporkan ke Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat terdapat 1 kasus suspect yaitu dari
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 45
Grafik 3.29 Distribusi Kasus AI/FB Provinsi Sumatera Barat 2005 – 2013.
4. Penanggulangan dan Pemberantasan Malaria
Pencapaian program malaria bervariasi pada masing-masing
kabupaten/kota di seluruh Provinsi Sumatera Barat. Ada 7 kabupaten yang
endemis malaria pada tahun 2013 yaitu Kabupaten Kepulauan Mentawai,
Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Pasaman, Kota Sawahlunto,
Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Dhamasraya dan Kabupaten
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 46
Grafik 3.29 Annual Parasite Incidence (API) di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
5. Penanggulangan dan Pemberantasan Filariasis
Ada 14 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat yang mempunyai kasus
filaria. Survei darah jari sudah dilakukan disemua kabupaten/kota yang
memiliki kasus. Dari hasil SDJ yang dilakukan pada tahun 2013 ada 3
Kabupaten/Kota yang memulai MDA pada tahun ini yaitu Kab Padang
Pariaman, Kab Sijunjung dan Kota Sawahlunto. Sedangkan untuk
Kabupaten yang telah berhasil melaksanakan MDA selama minimal 5
tahun berturut-turut adalah Kab Kep Mentawai dan Kab 50 Kota, yang
akan dilanjutkan dengan survei TAS sebagai konfirmasi.
Sedangkan untuk 4 Kabupaten/Kota lain menambah 2 tahun lagi yaitu Kab
Pesisir Selatan, Kab Agam, Kab Pasaman Barat, Kota Bukittinggi. Hal ini dikarenakan hasil Mf Rate yang masih ≥ 1%, sehingga perlu diperhatikan
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 47
Dari 7 kecamatan yang telah disurvei dan hasil Mikro Filaria Rate (mf
Rate)nya > 1 dilakukan pengobatan massal. Setelah pengobatan massal
maka ketika sudah melewati putaran kedua harus dilakukan survei evaluasi
pasca pengobatan.
Tabel 3.6 Endemisitas Masing-masing Daerah di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 48
Secara umum upaya kesehatan terdiri dari dua unsur utama, yaitu
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya
kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah dan masyarakat serta swasta untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya
masalah kesehatan di masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat mencakup
upaya-upaya promosi kesehatan, pemberantasan penyakit menular,
pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan
penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, peningkatan
kesehatan keluarga, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan,
pengamanan penggunaan zat aditif dalam makanan dan minuman serta
penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan
Berikut ini diuraikan upaya kesehatan yang dilakukan selama
tahun 2013.
A. UPAYA PERBAIKAN GIZI KELUARGA (UPGK)
1. Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
Pemantauan Garam beryodium dilaksanakan pada anak SD di seluruh
kabupaten/kota. Tahun 2013 hanya Kota Bukittinggi yang tidak
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 49
yang melaporkan hanya Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten
Sijunjung, Kota Payakumbuh dan Kota Padang Panjang yang di bawah
target (85%).
Grafik 4.1 Cakupan Rumah Tangga Yang Mengkonsumsi Garam Beryodium Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
2. Penanggulangan Kekurangan Vitamin A
Penanggulangan kekurangan vitamin A dilakukan melalui kegiatan
pencegahan dengan mendistribusikan Kapsul Vitamin A pada kelompok
rawan yaitu Balita (6-59 bulan).
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 50
Pada tahun 2013 pencapaian distribusi kapsul Vitamin A pada Balita (6-59
bulan) Provinsi Sumatera Barat adalah 84,2%. Dibandingkan tahun 2012,
teradapat peningkatan pencapaian program. Angka ini juga berada di atas
target yang ditetapkan yaitu 83 % dengan pencapaian terendah Kabupaten
Mentawai (61,0 %) dan pencapaian tertinggi Kabupaten Solok Selatan
(98,7 %).
3. Penanggulangan Anemia Gizi
Anemia gizi merupakan salah satu penyebab terjadinya kekurangan gizi di
Provinsi Sumatera Barat. Upaya penanggulangan anemia gizi dilakukan
melalui pendistribusi Tablet Besi pada kelompok rawan antara lain ibu
hamil melalui melalui program UPGK..
Grafik 4.3 Cakupan Fe 3 Bumil Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
Pada grafik di atas terlihat bahwa cakupan tablet besi di Provinsi Sumatera
Barat adalah sebesar 82,7 %. Dibandingkan dengan tahun lalu terjadi
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 51
2013 (81%). Pencapaian tertinggi adalah Kota Bukittinggi (100 %),
terendah Kabupaten Mentawai (57,5 %).
a. Penanggulangan Kurang Gizi Pada Bayi dan Balita 1). Bayi dan Anak Baduta Mendapatkan MP-ASI
Penanggulangan kurang gizi pada balita dilakukan dengan pemberian
MP-ASI pada anak baduta (12 – 24 bulan) sebanyak 2242 baduta dalam
bentuk biskuit dan untuk bayi (6 -11 bln) pemberian MP-ASI bayi
diberikan kepada 716 bayi selama 3 bulan yang bertujuan untuk
meningkatkan status gizi & mempertahankan jangan sampai menjadi gizi
buruk. Pemberian MP-ASI ini diprioritaskan kepada baduta dengan status
gizi kurang Gakin di 19 Kabupaten/Kota
2). Balita Gizi Buruk Mendapatkan Perawatan
Jumlah balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan tahun 2013 adalah
611 orang. Semua balita gizi buruk sudah mendapatkan perawatan sesuai
dengan 10 langkah penatalaksanaan kasus gizi buruk baik secara rawat
inap maupun rawat jalan. Di Provinsi Sumatera Barat sudah ada 14 Klinik
gizi buruk yang tersebar di 9 Kab/Kota yaitu Kota Padang (Hc. Nanggalo),
Kab. Pasaman (Hc. Pegangbaru), Kab. Agam (Hc. Pekan Kamis, Hc.
Lubuk Basung), Kota Solok (Hc. Tanah Garam), Kab. Solok Selatan (Hc.
Lubuk Gadang), Kab. Dharmasraya (Hc. Sungai Rumbai, Hc. Koto Baru,
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 52
Kota (Hc. Dangung-dagung, Hc. Kapur IX, Hc. Pangkalan) dan Kota
Pariaman (Hc. Kampung Baru Padusunan)
b. Konseling ASI
Grafik 4.4 Pencapaian ASI Esklusif Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
Pencapaian Asi Esklusif di Provinsi Sumatera Barat tahun 2013 adalah
67,4 % angka ini lebih rendah dari target yang ditetapkan yaitu 75 % akan
tetapi dibandingkan tahun lalu sudah ada peningkatan. Pencapaian
tertinggi pada Kota Solok (84,4 %) dan pencapaian terendah pada
Kab.Tanah Datar ( 58,0 %).
4. Sistim Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) a. Penimbangan Bulanan
Penimbangan bulanan merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh
setiap posyandu untuk memantau pertumbuhan balita setiap bulan.
Indikator yang digunakan untuk melihat pencapaian penimbangan bulanan
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 53
1) Indikator (D/S).
Indikator D/S digunakan untuk melihat tingkat partisipasi masyarakat.
Pencapaian D/S Provinsi Sumatera Barat untuk tahun 2013 (78,2 %) angka
ini lebih tinggi dari target yang ditetapkan yaitu 77,5%. Jika dibandingkan
dengan tahun 2012 pencapaian tahun 2013 sudah ada peningkatan, dimana
pencapaian pada tahun 2012 (75,5 %).
Grafik 4.5 Persentase Cakupan D/S Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
Dari grafik di atas terlihat pencapaian tertinggi pada Kota Sawahlunto
(87,1 %) dan pencapaian terendah Kabupaten Mentawai (60,4 %).
3. Indikator N/D’
Indikator N/D’ digunakan untuk melihat pencapaian program. Pencapaian
N/D’ untuk tahun 2013 (86,5 %) lebih tinggi dari target yang telah
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 54
Grafik 4.6 Persentase Cakupan N/D Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
Dari grafik di atas terlihat pencapaian tertinggi Kabupaten Pasaman Barat
(96,5 %) dan terendah Kota Padang Panjang (67,0 %).
3). Indikator BGM/D.
Indikator BGM/D digunakan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap memburuknya keadaan gizi balita. Target yang ditetapkan adalah 1,5 %. Pencapaian Sumatera Barat untuk BGM/D adalah 0,8 %, angka ini masih berada di bawah target.
Grafik 4.7 Persentase BGM/D Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 55
Dari grafik terlihat Kab Mentawai (1,7 %), Dharmasraya (1,9 %)
dan Tanah Datar (2,0 %) yang angka BGM/D nya berada di atas target
yang ditetapkan yaitu 1,5 %, hal ini perlu diwaspadai karena dengan
tingginya angka BGM/D kemungkinan untuk munculnya kasus gizi buruk
akan semakin banyak
B. PROGRAM KESEHATAN IBU
1. Persentase Ibu Hamil yang Mendapat Pelayanan Antenatal Care/K1
Grafik 4.8 Cakupan K1 Provinsi Sumatera Barat tahun 2013
Cakupan Kunjungan Pertama (K1) ibu hamil ke petugas kesehatan tahun
2013 sebesar (98,1%). Angka ini sudah mencapai target yang ditetapkan
yaitu 98%. Grafik di atas menunjukkan baru 14 Kab/Kota sudah mencapai
target, yaitu Sijunjung, Pasaman Barat, Kota Solok, Mentawai, Padang
Panjang, Payakumbuh, Padang, Agam, Pesisir Selatan, Kabupaten Solok,
Solok Selatan, Pasaman , Bukittinggi dan Kota Pariaman
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 56
2. Presentase Ibu Hamil Mendapatkan Pelayanan Antenatal (K 4)
Grafik 4.9 Persentase Ibu Hamil Mendapatkan Pelayanan Antenatal (K4) Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
Pencapaian cakupan ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal (K4)
tahun 2013 sebesar 89% sudah mencapai target yang ditetapkan sebesar
88%. Pencapaian tertinggi Kota Padang Panjang dan pencapaian terendah
di Kab mentawai.
3. Presentase Ibu Bersalin yang Ditolong oleh Tenaga Kesehatan Terlatih
Grafik 4.10 Persentase Ibu Bersalin yang Ditolong Nakes Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
Target : 88%
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 57
Pencapaian persalinan oleh tenaga kesehatan di Provinsi Sumatera
Barat tahun 2013 adalah 89% sudah mencapai target yang ditetapkan yaitu
89 %. Pencapaian tertinggi pada Kota Sijunjung dan pencapaian terendah
pada Kab.Mentawai.
4. Presentase Ibu Nifas Yang Mendapatkan Pelayanan (KF)
Grafik 4.11 Cakupan Kunjungan Nifas di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
Kunjungan ibu nifas tahun 2013 adalah 89 % dan ini sudah mencapai
target yang telah ditetapkan yaitu 89%. Dari grafik di atas terlihat
pencapaian tertinggi Kab Sijunjung dan Pasaman Barat dan pencapaian
terendah Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 58
5. Presentase Ibu Hamil, Bersalin, Nifas yang Dapat Penanganan
Komplikasi Kebidanan (PK)
Grfaik 4.12 Cakupan Penanganan Komplikasi Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2013
Grafik di atas menunjukkan Pencapaian Penanganan Komplikasi Ibu
Hamil, Bersalin dan Nifas di Provinsi Sumatera Barat tahun 2013 sebesar
71,5%, angka ini sudah mencapai target yang ditetapkan sebesar 71,5%.
Penanganan Komplikasi (PK) adalah penanganan komplikasi kebidanan,
penyakit menular, maupun penyakit tidak menular serta masalah gizi yang
terjadi pada waktu hamil bersalin dan nifas. Pelayanan diberikan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi.
Target : 71.5% %
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 59
C. PROGRAM KESEHATAN ANAK
1. Cakupan Pelayanan Neonatus Pertama /Kunjungan Neonatus ke-1 (KN 1) Grafik 4.13 Cakupan Kunjungan Neonatus ke-1 (KN 1)
Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
Pencapaian Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2013 sebesar 91,14%, ini sudah di atas target yang ditetapkan
sebesar 84%, cakupan ini meningkat dibanding cakupan tahun 2012.
Kab/Kota yang belum mencapai target yaitu kota Sawahlunto, 50 Kota,
Dharmasraya dan Kab. Mentawai.
2. Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap
Grafik 4.14 Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap Provinsi Sumatera Barat Tahun
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 60
Pencapaian Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap Provinsi Sumatera
Barat tahun 2013 adalah 87,2% angka ini sudah mencapai target yaitu
84%, dan angka ini lebih tinggi dari cakupan tahun 2012.
Terlihat dari grafik ada 7 (tujuh) Kab/Kota yang tidak mencapai target
adalah Kab. Agam, Pasbar, Solsel, Sawahlunto, Kota Solok, 50 Kota dan
Mentawai.
3. Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang ditangani
Grafik 4.15 Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang ditangani Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
Dari target yang ditetapkan sebesar 73% yang tercapai baru 23,6%, angka
ini meningkat dibanding cakupan tahun 2012 (12%). Keadaan ini
menggambarkan tidak satupun kab/kota yang capaian target minimal
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 61 4. Cakupan Kunjungan Bayi
Grafik 4.16 Cakupan Kunjungan Bayi Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
Kunjungan bayi tahun 2013 sebesar 88,05% hal ini sudah mencapai target
yang telah ditetapkan sebesar 87%. Indikator ini dapat mengetahui
efektifitas, continuum of care dan kualitas pelayanan kesehatan bayi.
Kab/Kota yang belum mencapai target yaitu kab. Agam, Pdg pariaman,
Sawahlunto, Solsel, Padang Panjang, Tn. Datar dan Mentawai.
5. Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita
Grafik 4.17 Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 62
Pencapaian pelayanan kesehatan anak balita di Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2013 (83%), sudah mencapai target yang ditetapkan yaitu 83%.
Pencapaian tertinggi pada Kota Bukittinggi.
6. Cakupan SD/MI yang melaksanakan Penjaringan Siswa Kelas 1
SD
Grafik 4.18 Cakupan SD/MI yang melaksanakan Penjaringan Siswa Klas 1 SD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
Pencapaian cakupan kegiatan penjaringan siswa SD di Provinsi Sumatera
Barat 96,8% sudah di atas target yang ditetapkan yaitu 92%. Kab/Kota
yang belum mencapai target yaitu 50 Kota, Mentawai, Solsel.
7. Imunisasi
Tidak dicapainya target UCI disuatu wilayah pada umumnya karena
distribusi jumlah sasaran yang tidak merata, ada yang terlalu rendah dan
ada yang terlalu tinggi, sehingga mempengaruhi jumlah cakupan UCI
Kelurahan/Jorong/Desa.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 63
a. Imunisasi Rutin
Jumlah sasaran bayi 0-11 bulan adalah 103.444 tahun 2013. Di Provinsi
Sumatera Barat beberapa indikator sudah dapat dicapai, akan tetapi masih
ada beberapa yang belum tercapai.
Untuk cakupan imunisasi Hepatitis B 0 diberikan pada bayi 0-7 hari, yang
memberikan kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus
hepatitis B mencapai 81,4% (target 80%).
Untuk cakupan imunisasi kontak pertama, BCG: 92%, Polio 1: 93,7%,
DPT-HB1: 91,4%. Semua pemberian antigen kontak pertama mencapai
target.
Untuk cakupan imunisasi lengkap, Polio 4: 88,7%, DPT-HB3: 88%,
Campak: 85,4% (Target 90%). Ketiga yang tidak mencapai target karena
adanya mitos/issue negatif tentang imunisasi yang haram dan tidak efektif.
b. Desa UCI
Cakupan UCI secara Provinsi sudah mencapai target, akan tetapi ada
beberapa kabupaten/kota, bahkan Puskesmas/Kelurahan/Jorong/Desa
yang belum mencapai target UCI.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 64
Grafik 4.19 Cakupan Desa UCI Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
c. Wanita usia subur (15-39) tahun, Bumil dan Catin
Rendahnya pencapaiaan TT2 + Bumil, disebabkan masih belum
optimalnya sistim pencatatan dan pelaporan dimana program telah
mengacu ke pencatatan TT 5 dosis sedangkan di lapangan masih banyak
yang menggunakan K1 dan K4.
Grafik 4.20 Cakupan Imunisasi TT Bumil Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 10 3. 3 10 0. 6 91 .4 84 .2 82 .2 81 .2 79 .1 78 .6 78 .2 73 .5 71 .9 70 .1 66 .8 61 .4 59 .6 58 .9 57 55.7 31 74 .2 0 20 40 60 80 100 120 Kota Pay akum buh Kab.P asam an Kota Pariam an Kota Buk ittin ggi Kab.P esisi r Sela tan Kab. Pada ng P ariam an Kota Pad ang P anjan g Kota Pad ang Kab.S ijunj ung Kab.T anah Dat ar Kab.P asam an B arat Kab.S olok Sela tan Kab.A gam Kab.5 0 Ko ta Kota Solok Kota Saw ahlu nto Kab.S olok Kab.D harm asraya Kab.K ep.M enta wai PROV INSI