• Tidak ada hasil yang ditemukan

PREDIKSI SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER IV TAHUN 2016/2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PREDIKSI SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER IV TAHUN 2016/2017"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PREDIKSI SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER IV

TAHUN 2016/2017

MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA

Disusun oleh

MUHAMMAD NUR JAMALUDDIN

NPM. 151000126

KELAS D

UNIVERSITY Muh_Nur_Jamal

D070AF70

16jamal

muh.jamal08

081223956738 muh.nurjamaluddin

(2)

Silakan follow ya

   muh.jamal85@yahoo.com muhnurjamaluddin.blogspot.co.id mnurjamaluddin.blogspot.co.id creativityjamal.blogspot.co.id muh.jamal1608@gmail.com SAAT INI

Jalan PH. Hasan Mustapa Nomor 28, Gang Senang Raharja, RT 02, RW 15, Kelurahan Cikutra, Kecamatan Cibeunying Kidul,

Kode POS 40124, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, Indonesia ASAL

Kampung Pasir Galuma, RT 02, RW 06, Desa Neglasari, Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut,

Provinsi Jawa Barat, Indonesia

(3)

Renungan

Ya Tuhan, saya lupa

Saya benar-benat lupa, padahal sudah belajar dan menghafalnya Ingat:

Ingatlah Aku, maka akan Ku ingatkan pula semua yang kamu lupa? Ya Tuhan, karena saya lupa

Izinkan saya untuk melihat pekerjaan temanku

Izinkan pula saya untuk menyontek melalui Hand Phone Atau melalui buku yang sudah saya bawa ini

Atau melalui catatan kecil yang sudah saya siapkan ini Ingat:

Bukankah Aku lebih mengetahui apa yang kamu tidak ketahui? Bukankah Aku lebih dapat melihat apa yang kamu sembunyikan itu? Ya Tuhan, karena saya ingin mendapat nilai terbaik

Supaya dapat membanggakan diriku, kelurgaku dan juga yang lainnya

Izinkan saya mengahalalkan semua cara ini Ingat:

Bukankah yang memberikan nilai terbaik itu Aku? Dosen hanyalah sebagai perantara saja dariku? Jikalau kamu ingin mendapatkan kebahagian di dunia

Dan juga kebahagiaan di akhirat

Jangan pernah menghalalkan semua yang telah Aku haramkan Ingat:

Kebahagian di dunia itu hanya bersifat sementara bagimu Aku akan siapkan 99% lagi kebahagiaan untukmu kelak di akhirat

(4)

UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG FAKULTAS HUKUM

Jalan Lengkong Besar Nomor 68 Bandung 40261 UJIAN AKHIR SEMESTER TAHUN AKADEMIK 2016/2017

MATA KULIAH : HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA

HARI, TANGGAL : JUMAT, 9 JUNI 2017 KELAS/SEMESTER : A-B-C-D-E-F-G / IV

WAKTU : 90 MENIT

DOSEN : TIM DOSEN

SIFAT UJIAN : OPEN BOOK

SOAL

1. Sebagaimana di dalam pasal 54 UU Peradilan Agama disebutkan bahwa “Hukum acara yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan peradilan agama adalah hukum acara perdata yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan peradilan umum, kecuali yang telah diatur secara khusus dalam undang-undang ini. Sebutkan dan jelaskan apa saja yang diatur secara khusus di dalam Hukum Acara Peradilan Agama tersebut!

Jawaban:

Hukum acara pada pengadilan agama adalah hukum acara yang berlaku pada peradilan umum, kecuali hal-hal yang secara khusus diatur oleh undang peradilan agama sebagaimana diatur dalam pasal 54 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama. Adapun hal-hal yang diatur secara khusus dalam Hukum Acara Peradilan Agama sebagaimana diatur dalam pasal 49 Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009 jo Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 jo Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama adalah mengenai mengenai perkara waris, wasiat, wakaf, hibah, perceraian, sadaqah, infak, zakat, dan ekonomi syariah dan hubungan hukum lainnya yang berdasarkan hukum Islam. Selain itu Hukum Acara Peradilan Agama mengatur sekaligus memeriksa, mengadili dan memutus dalam hal:

a. Pengajuan gugatan cerai di pengadilan dimana penggugat/istri bertempat tinggal sebagaima diatur dalam pasal 132 Kompilasi Hukum Islam.

b. Pengajuan cerai talak, diajukan di tempat istri berada, kecuali istri nusyuz (tidak taat), maka diajukan di tempat suami.

(5)

c. Untuk tergugat/termohon yang gaib, maka dipanggil via Radio Republik Indonesia dalam tenggang waktu 4 bulan hingga hari sidang.

d. Untuk tergugat/termohon yang di luar negeri, maka dipanggil via Keduatan Besar selama 6 bulan.

e. Sidang tertutup untuk umum sebagaimana diatur dalam pasal 145 Kompilasi Hukum Islam, tetapi putusan dalam sidang terbuka untuk umum sebagaimana diatur dalam pasal 146 Kompilasi Hukum Islam.

f. Hakim wajib mendamaikan para pihak sebagaimana diatur dalam pasal 143 Kompilasi Hukum Islam.

g. Adanya upaya mediasi, sebelum masuk pokok perkara sebagaimana diatur dalam Perma Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.

h. Saksi untuk cerai gugat/cerai talak dari pihak keluarga atau orang dekat dengan penggugat dan tergugat.

i. Adanya hakamain, dalam perkara syiqoq (percekcokan yang tajam).

j. Biaya perkara cerai gugat/cerai talak dibebankan kepada siapa yang mengajukan sebagaimana diatur dalam pasal 89 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama. k. Dalam cerai talak secara ex officio (hakim karena jabatannya) dapat menghukum pemohon

membayar mut’ah, nafkah iddah, maskan dan kiswah meskipun tidak dituntut oleh istri. l. Untuk pemberian mut’ah syaratnya ba’da dukhul (telah hubungan suami istri).

m. Dalam gugatan cerai dapat dikumulasi dengan nafkah iddah, nafkah lampau (madhiyah) dan biaya pemeliharaan anak, kecuali istri nusyuz (gugur hak iddahnya).

n. Adanya sumpah li’an untuk gugatan kebendaan, harta bersama, waris, wakaf, dan ekonomi syari’ah, dan berlaku hukum acara perdata umum juga.

2. Soalnya, yaitu:

a. Apa yang dimaksud dengan putusan pengadilan? Jawaban:

Putusan Pengadilan adalah pernyataan hakim sebagai Pejabat Negara, yang diucapkan pada persidangan Pengadilan yang terbuka untuk umum, guna menyelesaikan/mengakhiri sengketa diantara kedua belah pihak. Putusan Pengadilan memuat keadilan, kepastian hukum dan bermanfaat secara proporsional.

(6)

b. Sebutkan dan jelaskan anatomi putusan Hakim! Jawaban:

Anatomi putusan Hakim, yaitu:

1) Kepala putusan, setiap putusan pengadilan harus mempunyai kepala putusan yang berbunyi: “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Kepala putusan memiliki kekuatan eksekutorial kepada putusan pengadilan. Pencantuman kata-kata “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” dalam putusan pengadilan oleh pembuat undang-undang juga dimaksudkan agar hakim selalu menginsafi, bahwa karena sumpah jabatannya ia tidak hanya bertanggung jawab pada hukum, diri sendiri, dan kepada rakyat, tetapi juga bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagaimana diatur dalam pasal 224 HIR atau pasal 258 RBg.

2) Identitas pihak-pihak yang berperkara, dalam putusan pengadilan identitas pihak penggugat, tergugat dan turut tergugat harus dimuat secara jelas, yaitu nama, alamat, pekerjaan, dan sebagainya serta nama kuasanya kalau yang bersangkutan menguasakan kepada orang lain. Diatur dalam pasal 184 HIR atau 195 RBg.

3) Pertimbangan (alasan-alasan), dalam putusan pengadilan terhadap perkara perdata terdiri atas 2 (dua) bagian, yaitu:

a) Pertimbangan tentang duduk perkaranya (feitelijke gronden), adalah bukan pertimbangan dalam arti sebenarnya, oleh karenanya pertimbangan tersebut hanya menyebutkan sesuatu yang terjadi di depan pengadilan. Seringkali dalam praktiknya gugatan penggugat dan jawaban tergugat dikutip secara lengkap, padahal dalam pasal 184 HIR/pasal 195 RBg menentukan bahwa setiap putusan pengadilan dalam perkara perdata harus memuat ringkasan gugatan dan jawaban dengan jelas.

b) Pertimbangan tentang hukumnya (rechtsgronden), adalah pertimbangan atau alasan dalam arti yang sebenarnya, pertimbangan hukum inilah yang menentukan nilai dari suatu putusan pengadilan, yang penting diketahui oleh pihak-pihak yang berperkara dan hakim yang meninjau putusan tersebut dalam pemeriksaan tingkat banding dan tingkat kasasi.

(7)

4) Amar putusan adalah putusan pengadilan yang merupakan jawaban terhadap petitum dalam gugatan penggugat. Diatur dalam pasal 178 ayat (2), (3) HIR atau pasal 189 ayat (2) dan (3) RBg. Dalam amar putusan harus secara jelas diuraikan tentang sesuatu yang harus diberikan putusan. Contohnya apakah seluruh petitum dari gugatan dikabulkan, atau hanya sebagian dikabulkan dan selebihnya ditolak, atau seluruh gugatan ditolak. Dalam hal adanya penetapan mengenai dikabulkannya sita jaminan (conservatoir-beslag), maka penetapan tersebut dalam putusan ini harus dinyatakan sah dan berharga. Dalam hal gugatan ditolak maka sita jaminan harus diperintahkan untuk diangkat (op geheven). Juga harus ditentukan secara jelas pihak mana yang dihukum membayar biaya perkara, kecuali dalam hal perkara prodeo, dan desarnya biaya perkara harus dicantumkan.

c. Sebutkan dan jelaskan macam-macam putusan Hakim! Jawaban:

Pasal 185 ayat (1) HIR atau 196 ayat (1) R.Bg membedakan putusan pengadilan atas 2 macam, yaitu:

1) Putusan sela (tussenvonnis) adalah putusan yang dijatuhkan sebelum putusan akhir yang diadakan dengan tujuan untuk memungkinkan atau mempermudah kelanjutan pemeriksaan perkara, misalnya putusan sela Pengadilan Agama terhadap eksepsi mengenai tidak berwenangnya pengadilan untuk mengadili suatu perkara. Dalam hukum Hukum Acara Peradilan Agama dikenal beberapa macam putusan sela, yaitu:

a) Putusan preparatoir adalah putusan persiapan mengenai jalannya pemeriksaan untuk melancarkan segala sesuatu guna mengadakan putusan akhir, misalnya putusan untuk menolak pengunduran pemeriksaan saksi.

b) Putusan interlocutoir adalah putusan yang isinya memerintahkan pembuktian, misalnya putusan untuk memeriksa saksi atau pemeriksaan setempat. Karena putusan ini menyangkut masalah pembuktian maka putusan interlocutoir akan memengaruhi putusan akhir.

c) Putusan incidentieel adalah putusan yang berhubungan dengan insiden yaitu peristiwa yang menghentikan prosedur peradilan biasa. Putusan ini pun belum berhubungan dengan pokok perkara, seperti putusan yang membolehkan seseorang ikut serta dalam suatu perkara vrijwaring, voeging, dan tussenkomst.

(8)

d) Putusan provisionieel adalah putusan yang menjawab tuntutan provisi yaitu permintaan pihak yang berperkara agar diadakan tindakan pendahuluan guna kepentingan salah satu pihak sebelum putusan akhir dijatuhkan, misalnya dalam perkara perceraian, ssebelum perkara pokok diputuskan istri minta dibebaskan dari kewajiban untuk tinggal bersama suaminya.

2) Putusan akhir (eindvonnis) adalah putusan yang mengakhiri perkara perdata pada tingkat pemeriksaan tertentu. Perkara perdata dapat diperiksa pada tiga tingkatan pemeriksaan yaitu pemeriksaan tingkat pertama di Pengadilan Negeri, pemeriksaan tingkat banding di Pengadilan Tinggi dan pemeriksaan tingkat kasasi di Mahkamah Agung.

d. Dilihat dari sifatnya putusan hakim ada yang bersifat Declaratoir, Constitutief dan Condemnatoir. Jelaskan maksud dari putusan yang bersifat Declaratoir, Constitutief dan Conemnatoir tersebut serta berikan contohnya masing-masing dalam kaitannya Putusan di Pengadilan Agama!

Jawaban:

1) Putusan yang bersifat declratoir adalah putusan yang menyatakan suatu keadaan sebagai suatu keadaan yang semata-mata sah menurut hukum, misalnya perjanjian antara penggugat dan tergugat dinyatakan sah menurut hukum, kemudian penggugat dinyatakan sebagai ahli waris yang sah menurut hukum dan lain sebagainya.

Putusan declaratoir berbunyi: ”Menyatakan ………sah menurut hukum.”

Contohnya: “Menetapkan sah menurut hukum bahwa Muhammad Nur Jamaluddin telah ditetapkan Ahli Waris pada tanggal 17 Agustus 1945.”

2) Putusan yang bersifat condemnatoir adalah putusan yang bersifat menghukum pihak yang dikalahkan untuk memenuhi prestasi, di dalam putusan condemnatoir hak perdata penggugat yang dituntutnya terhadap tergugat, diakui kebenarannya oleh hakim. Amar putusan condemnatoir selalu berbunyi: ”Menghukum ……… dst.

Contohnya: “Menghukum Turut Tergugat supaya tunduk dan mematuhi putusan ini.” 3) Putusan yang bersifat constitutief adalah putusan yang menciptakan suatu keadaan

hukum yang baru misalnya putusan yang membatalkan suatu perjanjian, menyatkakan pailit, memutuskan suatu ikatan perkawinan dan lain sebagainya. Amar putusan constitief berbunyi: ”Menyatakan ……….dst.

Contohnya: “Menyatakan sah dan berharga atas surat cerai yang sudah diterima oleh Tergugat.”

(9)

e. Dari ketiga sifat putusan Pengadilan tersebut mana yang dapat dieksekusi? Jawaban:

Dari ketiga macam sifat putusan akhir, maka putusan yang dapat dieksekusi hanyalah isi putusan yang bersifat condemnatoir, sedangkan isi putusan yang bersifat constitutief dan declaratoir tidak perlu adanya pelaksanaan eksekusi, karena sudah mempunyai akibat hukum tanpa bantuan pihak yang kalah untuk melaksanakannya, sehingga hanya mempunyai kekuatan mengikat.

f. Sebutkan dan jelaskan kekuatan putusan Hakim? Jawaban:

Putusan pengadilan mempunyai 3 (tiga) macam kekuatan, yaitu:

1) Kekuatan mengikat, putusan pengadilan dimaksudkan untuk menyelesaikan perkara, maka hal ini berarti bahwa pihak-pihak yang berperkara tersebut akan tunduk dan patuh pada putusan yang dijatuhkan pengadilan.

2) Kekuatan pembuktian, putusan pengadilan selalu dituangkan dalam bentuk tertulis. Putusan pengadilan yang tertuang dalam bentuk tertulis ini merupakan akta otentik yang dapat dipergunakan sebagai alat bukti oleh pihak-pihak.

3) Kekuatan eksekutorial, putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan eksekutorial, maksudnya mempunyai kekuatan untuk dilaksanakan secara paksa, terhadap pihak yang tidak melaksanakan putusan tersebut secara sukarela.

g. Apa yang dimaksud dengan Uitvoorbar Bij Voorraad? Jawaban:

Uit Voerbaar bij Vooraad merupakan suatu putusan pengadilan yang bisa dijalankan terlebih

dahulu, walaupun terhadap putusan tersebut dilakukan upaya hukum Banding, Kasasi atau Perlawanan oleh pihak Tergugat atau oleh pihak Ketiga yang dirugikan. Putusan uitvoer baar bij voorrrad dapat dijatuhkan dalam putusan pengadilan tingkat pertama dan/atau pengadilan tingkat kedua. Adapun dasar hukumnya terdapat Pasal 180 ayat (1 (HIR) dan Pasal 191 ayat (1) (RBg). Penjelasan Pasal 180 HIR yaitu biarpun orang membantah putusan hakim pengadilan negeri atau meminta apel, maka pengadilan negeri itu boleh memerintahkan supaya putusan hakim itu dijalankan lebih dahulu, jika ada surat yang sah, suatu surat tulisan yang menurut peraturan tentang hal itu boleh diterima sebagai bukti, atau jika ada keputusan hukuman lebih dahulu dengan putusan yang sudah menjadi tetap, demikian pula jika dikabulkan tuntutan dahulu, lagi pula di dalam perselisihan tentang hak milik.

(10)

Kemudian SEMA Nomor 3 Tahun 2000 tentang putusan serta merta dan putusan provisionil dengan alasan:

1) Putusan serta-merta dikabulkan berdasar bukti yang keotentikannya dibantah oleh tergugat dengan bukti yang juga otentik.

2) Pertimbangan hukum untuk mengabulkan tuntutan serta-merta tidak jelas.

3) Hampir setiap jenis perkara dijatuhkan putusan serta-merta sehingga menyimpang dari ketentuan dalam Pasal 180 ayat (1) HIR.

4) Persetujuan untuk melaksanakan putusan serta-merta kepada Ketua Pengadilan Tinggi tanpa disertai data atau dokumen pendukung.

5) Ketua Pengadilan Tinggi dengan mudah mengabulkan permohonan persetujuan dari Ketua Pengadilan Negeri.

6) Ketua Pengadilan Tinggi dan Para Hakim tidak mengindahkan SEMA-SEMA terdahulu yaitu SEMA No .13 Tahun 1964, SEMA No. 5 Tahun 1969, SEMA No. 3 Tahun 1971 dan SEMA No. 3 Tahun 1978.

h. Sebutkan dan jelaskan upaya hukum dalam Peradilan Agama! Jawaban:

Upaya hukum dalam Peradilan Agama, yaitu:

1) Upaya hukum biasa adalah upaya hukum yang dipergunakan bagi putusan yang belum memiliki hukum tetap. Upaya hukum biasa yaitu:

a) Perlawanan/verzet adalah suatu upaya hukum terhadap suatu putusan di luar hadirnya pihak tergugat (disebut putusan verstek) yang terdapat dalam pasal 129 HIR. Verzet tersebut dapat dilakukan pada tenggang waktu atau tempo 14 hari (termasuk juga hari libur) setelah suatu putusan verstek tersebut telah diberitahukan dan disampaikan kepada pihak tergugat karena pihak tergugat tidak menghadiri persidangan. Syarat-syarat verzet yaitu dalam Pasal 129 ayat (1) HIR:

 keluarnya suatu putusan verstek;

 jangka waktu untuk mengajukan perlawanan ialah tidak boleh lewat dari empat belas hari dan jikalau adanya eksekusi tidak boleh lebih dari delapan hari;

verzet tersebut dimasukan dan juga diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri di dalam wilayah hukum dimana pihak penggugat telah mengajukan gugatannya tersebut.

(11)

b) Banding ialah suatu upaya hukum yang dilakukan bilamana ada salah satu pihak yang tidak puas terhadap suatu putusan Pengadilan Negeri. Permohonan banding tersebut harus diajukan dan ditujukan kepada panitera Pengadilan Negeri yang telah menjatuhkan putusan sebagaimana diatur dalam pasal 7 Undang-undang No 20 Tahun 1947. Urutan banding bedasarkan pada Pasal 21 Undang-undang No. 4 Tahun 2004 jo. pasal 9 Undang-undang No. 20 Tahun 1947 yang mana mencabut ketentuan dari pasal 188-194 HIR, ialah:

 adanya pernyataan ingin banding;

 panitera membuat suatu akta banding;

 telah dicatat dalam register induk perkara;

 pernyataan banding harus telah diterima oleh pihak terbanding paling lama empat belas hari sesudah suatu pernyataan banding tersebut dibuat;

 pihak pembanding juga dapat membuat suatu memori banding, terbanding juga bisa mengajukan suatu kontra memori banding.

c) Kasasi, bedasarkan pada pasal 29 dan 30 Undang-undang No. 14 Tahun 1985 jo. Undang-undang No. 5 Tahun 2004 kasasi ialah suatu pembatalan putusan atas suatu penetapan pengadilan dari semua lingkungan peradilan pada tingkat peradilan akhir. Dalam Putusan yang diajukan dalam putusan kasasi ialah merupakan putusan banding. Adapun alasan yang dipergunakan dalam permohonan kasasi yang ditentukan di dalam pasal 30 Undang-undang No. 14 Tahun 1985 jo. Undang-undang No. 5 Tahun 2004, yaitu:

 tidak berwenang (baik itu merupakan kewenangan absolut maupun kewenangan relatif) untuk melampaui batas suatu wewenang;

 salah menerapkan ataupun melanggar hukum yang berlaku;

 lalai dalam memenuhi syarat-syarat yang telah diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang dapat mengancam kelalaian dengan batalnya suatu putusan yang bersangkutan atau berkaitan.

(12)

2) Upaya hukum luar biasa adalah suatu upaya hukum dilakukan atas putusan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap dan juga dalam asasnya upaya hukum ini tidaklah menangguhkan eksekusi. Yang di dalamnya mencakup antara lain:

a) Perlawanan pihak ketiga (denderverzet) terhadap sita eksekutorial terjadi bilamana dalam putusan pengadilan yang telah merugikan kepentingan dari pada pihak ketiga, oleh karenanya pihak ketiga itu bisa mengajukan perlawanan atas suatu putusan tersebut. Bedasarkan Pasal 378-384 Rv dan pasal 195 ayat (6) HIR dapat dikatakan sebagai upaya hukum luar biasa oleh pada dasarnya suatu putusan tersebut hanya mengikat para pihak yang berperkara saja (antara pihak penggugat dan pihak tergugat tersebut) dan tidak mengikat kepada pihak ketiga akan tetapi di dalam hal ini hasil putusan tersebut juga akan mengikat orang lain atau pihak ketiga, oleh karenanya dapat dikatakan luar biasa. Denderverzet tersebut diajukan ke Pengadilan Negeri yang telah memutus suatu perkara pada tingkat pertama pengadilan.

b) Peninjauan kembali (request civil) adalah apabila terdapat hal-hal ataupun keadaan yang ditentukan oleh undang-undang, terhadap suatu putusan pengadilan yang memiliki kekuatan hukum tetap dan dapat dimintakan peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung di dalam perkara perdata dan pidana oleh para pihak-pihak yang memiliki kepentingan sebagaiman diatur dalam pasal 66-77 Undang-undang No. 14 Tahun 1985 jo. Undang-undang No. 5/2004. Adapun alasan dalam peninjauan kembali menurut pasal 67 Undang-undang No. 14 Tahun 1985 jo. Undang-undang No. 5 Tahun 2004, ialah:

adanya novum atau disebut bukti baru yang diketahui setelah perkaranya diputus yang telah didasarkan kepada bukti-bukti yang kemudian oleh hakim yang telah dinyatakan palsu;

 apabila setelah suatu perkara diputus, ditemukannya surat-surat bukti yang memiliki sifat yang menentukan pada waktu perkara diperiksa tidak bisa ditemukan;

 apabila setelah dikabulkannya hal yang tidak dituntut atau lebih daripada yang telah dituntut tersebut;

 bilamana mengenai sesuatu bagian dari suatu tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan terlebih dahulu sebab-sebabnya;

 bilamana dalam satu putusan terdapat kekhilafan hakim atau suatu kekeliruan hakim yang nyata

(13)

i. Apa yang dimaksud dengan eksekusi? Jawaban:

Istilah “sksekusi” yang dialih bahasakan “pelaksanaan” putusan, merupakan suatu tindakan hukum yang dilakukan oleh Pengadilan kepada pihak yang kalah. Merupakan aturan dan tata cara lanjutan dalam proses pemeriksaan perkara perdata di Pengadilan. Eksekusi juga merupakan suatu tindakan yang berkesinambungan dari keseluruhan proses Acara Perdata yang diatur dalam pasal 195 s.d. 224 HIR atau pasal 206 s.d. 256 Rbg, yang mengatur tentang “sandera (gejzeling)” tidak lagi dilaksanakan secara efektif SEMA No.2 tahun 1964 tanggal 22 Januari 1964). Pasal-pasal yang efektif berlaku sebagai pedoman eksekusi masih terdapat lagi pasal 225 HIR atau pasal 259 Rbg. Tentang “eksekusi tergugat untuk melakukan suatu perbuatan tertentu”, juga pasal 180 HIR mengatur tentang pelaksanaan putusan secara serta merta. Aturan lain yang tidak kalah pentingnya adalah ruang lingkup eksekusi ialah pengaturan Lelang No. 189 tahun 1908 (verdu reglement St. 1908/No. 189) yang kesemua aturan tersebut satu sama lain saling berkaitan, dan harus dipahami oleh yang akan menimbulkan kesulitan dikemudian hari. Serta UU No. 49 Prp/1960 mengatur tentang kewenangan “parate eksekusi” yang dilimpahkan Undang-undang kepada Instansi PUPN.

j. Jelaskan asas-asas yang dimiliki dalam eksekusi! Jawaban:

Asas-asas yang dimiliki dalam eksekusi, yaitu:

1) Menjalankan putusan yang telah bekekuatan hukum tetap. Pada tahap eksekusi kedudukan tergugat telah diubah menjadi “pihak yang tereksekusi”. Pengecualian dari asas ini ialah:

a) Pelaksanaan putusan lebih dahulu (uitveorbaar bij voorraad), diatur dalam pasal 100 (1) HIR atau pasal 191 (1) Rbg.

b) Pelaksanaan putusan provisi atas gugatan dalam provisi (pasal 100 ayat (1) HIR), yakni tuntutan lebih dahulu yang bersifat sementara mendahului putusan akhir. c. Pelaksanaan putusan perdamaian diatur dalam pasal 130 HIR atau pasal 154 Rbg. d. Eksekusi terhadap grasse akta, menjalankan eksekusi grasse akta, baik grasse hipotik

maupun akta pengakuan hutang, diatur dalam pasal 224 HIR atau pasal 258 Rbg. e. Eksekusi hak tanggungan, diatur dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1946. 2) Putusan yang dapat dieksekusi bersifat condemnatoir.

3) Putusan tidak dijalankan secara suka rela.

(14)

 Ketua Pengadilan memerintahkan dan memimpin jalanya eksekusi.

 Kewenangan memerintahkan dan memimpin eksekusi yang ada pada Ketua Pengadilan adalah secara ex officio.

k. Sebutkan dan jelaskan macam-macam eksekusi! Jawaban:

Eksekusi dibedakan menjadi dua yaitu: 1) eksekusi riil, yaitu:

a) menyerahkan suatu barang;

b) mengosongkan sebidang tanah atau rumah; c) melakukan suatu perbuatan tertentu;

d) menghentikan suatu perbuatan atau keadaan.

2) eksekusi pembayaran uang, yakni membayar sejumlah uang.

l. Sebutkan dan jelaskan syarat-syarat eksekusi! Jawaban:

Syarat eksekusi riil, yaitu:

1) Apabila peraturan yang bersifat condemnatoir telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde).

2) Apabila tegugat sebagai pihak yang kalah tidak mau menaati dan memenuhi putusan secara sukarela.

3) Eksekusi baru dijalankan apabila telah terlampaui tenggang waktu peringatan /aanmaning.

4) Ketua Pengadilan Negeri mengeluarkan penetapan tentang perintah eksekusi. 5) Pelaksanaan eksekusi riil dilakukan oleh Panitera dan juru sita.

Kemudian syarat eksekusi pembayaran uang, yaitu:

1) Eksekusi pembayaran sejumlah uang pada umumnya bersumber dari perjanjian hutang atau penghukuman membayar sejumlah uang yang bersumber dari ganti rugi atau hutang. 2) Apabila amar putusan berisi penghukuman pembayaran sejumlah uang, ini berarti tergugat dipaksa membayar sejumlah uang kepada penggugat dengan cara menjual secara lelang harta kekayaan tergugat.

3) Tata cara penjualan lelang, melalui tahapan-tahapan persyaratan yang diatur dalam beberapa peraturan antara lain pasal 196 HIR tentang aanmaning/teguran, pasal 197 HIR tentang penyitaan, pasal 200 HIR tentang penjuan secara lelang, pasal l 224 HIR tentang

(15)

eksekusi grasse akta hipotik, UU Hak Tanggungan, Undang-undang Nomor 4 Tahun 1994, dan vendu reglement St. 1908 No. 189.

m. Bagaimana proses eksekusi atau pelaksanaan putusan dilakukan? Jawaban:

Proses eksekusi atau pelaksanaan putusan dilakukan, yaitu:

1) Pada prinsipnya eksekusi baru dapat dijalankan apabila putusan Pengadilan telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap, kemudian sejak kapan timbul kewenangan menjalankan eksekusi.

2) Bahwa eksekusi merupakan suatu alternatif terakhir, apabila tergugat tidak mau melaksanakan putusan Pengadilan secara sukarela.

3) Bahwa tergugat (yang kalah) tidak mau menjalankan putusan secara suka rela terhitung sejak tanggal “peringatan” atau “teguran” (aanmaning) dilampaui baru eksekusi diberlakukan (yang ditentukan oleh Ketua Pengadilan) yaitu tidak lebih dari 8 hari (pasal 198 HIR atau pasal 207 Rbg).

4) Peringatan disini merupakan salah satu syarat utama dalam menjalankan eksekusi, sehingga berfungsinya eksekusi secara efektif terhitung sejak tenggang waktu peringatan dilampaui.

5) Agar peringatan Ketua Pengadilan negeri memenuhi tata cara formal yang bernilai otentik, maka harus dilakukan dalam pemeriksaan sidang insidentil yang dihadiri oleh Ketua Pengadilan, Panitera dan pihak tergugat tentunya setelah dipanggil secara patut.

6) Dalam persidangan tersebut diberitahukan adanya permohonan eksekusi dari penggugat agar tergugat menjalankan putusan dalam waktu yang telah ditentukan, hal mana dicatat dalam berita acara.

7) Sebagai lanjutan dari proses peringatan adalah dikeluarkannya “surat penetapan” oleh Ketua Pengadilan Negeri melalui panitera / juru sita untuk malaksanakan / memerintahkan eksekusi dan sekaligus memimpin jalannya eksekusi, dengan disaksikan 2 (dua) orang saksi yang sekaligus membantu dalam proses eksekusi nantinya.

(16)

n. Jelaskan mengenai lelang eksekusi? Jawaban:

Apabila telah dilakukan sita eksekusi tergugat masih juga belum memenuhi putusan hakim tersebut, maka penggugat dengan mengajukan surat permohonan yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang berwenang, untuk melaksanakan eksekusi, kemudian Ketua Pengadilan Negeri akan mengeluarkan penetapan teguran kepada tergugat untuk melaksanakan putusan dengan suka rela, apabila teguran tidak dihiraukan dan sampai batas waktu yang ditentukan tergugat tetap belum melaksanakan putusan dengan suka rela, maka Ketua Pengadilan dapat langsung membuat penetapan yang berisikan perintah kepada panitera/ juru sita untuk melakukan pelelangan/penjualan di muka umum atas barang-barang yang telah disita tersebut, melalui kantor lelang negara. Setelah juru sita yang ditunjuk menetapkan hari dan tanggal pelelangan, kemudian panitera/juru sita melakukan pengumuman atas lelang tersebut dalam harian umum yang terbit didaerah barang tersebut berada.

3. Jelaskan arti dari istilah/pengertian-pengertian di bawah ini: a. Isbat nikah

Jawaban:

Isbat nikah adalah cara yang dapat ditempuh oleh pasangan suami istri yang telah menikah secara sah menurut hukum agama untuk mendapatkan pengakuan dari negara atas pernikahan yang telah dilangsungkan oleh keduanya beserta anak-anak yang lahir selama pernikahan, sehingga pernikahannya tersebut berkekuatan hukum. Bila pernikahannya secara hukum agama adalah sah, tentunya anak-anak yang lahir dari pernikahan tersebut adalah anak-anak yang sah juga.

b. Dispensasi nikah Jawaban:

Dispensasi nikah merupakan Permohonan kepada Pengadilan Agama untuk memberikan Dispensasi bagi pihak yang hendak menikah tetapi terhalang oleh umur yang belum diperbolehkan oleh Peraturan Perundang-undangan untuk menikah. Perlu dicatat di sini bahwa pihak yang mengajukan Permohonan adalah orangtua (ayah atau ibu) dari anak yang hendak dinikahkan.

(17)

c. Gugat cerai dan cerai talak Jawaban:

Berdasarkan Pasal 40 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan jo Pasal 20 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan bahwa cerai gugat atau gugatan adalah gugatan yang diajukan oleh suami atau istri atau kuasanya ke pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman. Kemudian menurut Pasal 117 Kompilasi Hukum Islam bahwa cerai talak adalah ikrar suami di hadapan Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan. Hal ini diatur pula dalam Pasal 129 Kompilasi Hukum Islam yang berbunyi “Seorang suami yang akan menjatuhkan talak kepada istrinya mengajukan permohonan baik lisan maupun tertulis kepada Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat tinggal istri disertai dengan alasan serta meminta agar diadakan sidang untuk keperluan itu.”

d. Rekonvensi dan kapan mengajukanya Jawaban:

Gugat rekonvensi merupakan gugatan balasan yang diajukan oleh tergugat asli (penggugat dalam rekonvensi) yang digugat adalah penggugat asli (tergugat dalam rekonvensi) dalam sengketa yang sedang berjalan antara mereka. Penggugat rekonvensi dapat juga menempuh jalan lain yakni dengan mengajukan gugatan baru dan tersendiri, lepas dari gugat asal. Gugat balasan diajukan bersama-sama dengan jawaban, baik itu berupa jawaban lisan atau tertulis, dalam praktik gugat balasan dapat diajukan selama belum dimulai dengan pemeriksaan bukti, artinya belum sampai pada pendengaran keterangan saksi. Adapun tujuan diperbolehkan mengajukan gugatan balasan atas gugatan penggugat adalah:

1) Bertujuan menggabungkan dua tuntutan yang berhubungan. 2) Mempermudah prosedur.

3) Menghindarkan putusan-putusan yang saling bertentangan antara satu dengan yang lainnya.

4) Menetralisir tuntutan konvensi.

5) Acara pembuktian dapat disederhanakan. 6) Menghemat biaya.

(18)

Contohnya dalam sidang peradilan agama, jika suami selaku pemohon, kemudian pihak istri

sebagai termohon menuntut kepada pihak suami sebagai pemohon asal perihal nafkah wajib,

mut’ah, kiswah, mas kawin dan pemeliharaan anak, Begitu juga bila istri mengajukan gugatan

cerai terhadap suaminya baik dengan jalan pelanggaran ta’lik talak (sighot ta’lik talak) maupun syiqoq, maka pihak suami sebagai tergugat mengajukan gugat balik (rekonvensi) tentang harta bersama, pemeliharaan anal dan lain-lain. Kemudian gugat rekovensi dapat dilakukan setelah adanya gugatan awal dari penggugat baru tergugat boleh melakukan

gugatan balik sebagaimana diatur dalam Pasal 132a dan 132b HIR atau Pasal 157 dan 158

RBg.

e. Mudhorobah Jawaban:

Mudharabah adalah suatu bentuk kerja sama antara pemilik modal/dana (sahibul maal)

dengan pengelola (mudharib) disertai suatu perjanjian. Pemilik modal biasanya akan mempercayakan sejumlah dana yang akan digunakan sebagai modal. Modal tersebut akan dikelola oleh pengelola sesuai perjanjian yang disepakati dengan harapan kelak memperoleh laba dan peningkatan aset. Pemilik modal berhak menetapkan syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh pengelola di dalam mengurus modal yang diberikannya.

4. Suami istri beragama Islam menikah pada tahun 2000. Selama perkawinan tinggal di rumah orang tua suami terletak di kota Bandung. Pada saat awal tahun 2014 terjadi pertengkaran. Kerena perselisihan yang terus menerus membuat istri tidak kerasan sehingga kemudia istri pergi meninggalkan tempat tinggan bersama (di bandung) dan kembali ke rumah orangtuanya di kabupaten Sumedang, tanpa memberitahukan kepergiannya kepada suami. Selama berpisah tidak ada komunikasi diantara keduannya sehingga hal tersebut membuat kondisi rumah tangga semakin keruh dan tidak harmonis.

Menurut istrinya penyebab dari pertengkaran adalah karena suaminya telah berselingkuh dengan wanita lain (WIL) dan tidak memberikan nafkah, sedangkan menurut suaminya bahwa istrinya tidak taat kepada suami dan selalu merasa kekurangan terhadap nafkah yang diberikan oleh suami.

(19)

Pertanyaan:

a. Ke pengadilan manakah jika suami akan mengajukan permohonan cerai talak? Berikan alasan yang didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang ada!

Jawaban:

Berdasarkan kasus di atas jika suami mengajukan permohonan cerai talak maka gugatan diajukan ke pengadilan negeri agama karena mereka berdua beragama Islam, di pengadilan agama tempat tinggal istri yakni dalam hal ini di kabupaten Sumedang sebagaimana hal ini pula diatur dalam Pasal 129 Kompilasi Hukum Islam yang berbunyi: “Seorang suami yang akan menjatuhkan talak kepada istrinya mengajukan permohonan baik lisan maupun tertulis kepada Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat tinggal istri disertai dengan alasan serta meminta agar diadakan sidang untuk keperluan itu.” Jadi, talak yang diakui secara hukum negara adalah yang dilakukan atau diucapkan oleh suami di Pengadilan Agama. Adapun dasar hukum mengenai perkawinan dapat putus salah satunya karena perceraian yaitu salah satunya karena cerai talak sebagaimana diatur dalam Pasal 38 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

b. Bila istri hendak mengajukan gugatan perceraian, apakah pengadilan Agama Sumedang berwenang mengadili perkara tersebut? Jelaskan!

Jawaban:

Iya, Pengadilan Negeri Agama berwenang memeriksa dan mengadili karena berkaitan dengan perkara perceraian. Tentu dalam hal ini yang berwenang mengadili adalah pengadilan negeri agama tempat tinggal istri. Cerai gugat atau gugatan cerai yang diatur dalam Pasal 40 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan jo Pasal 20 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan bahwa gugatan yang diajukan oleh suami atau istri atau kuasanya ke pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman tergugat. Kemudian mengenai gugatan cerai menurut Kompilasi Hukum Islam adalah gugatan yang diajukan oleh istri sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 132 ayat (1) Kompilasi Hukum

Islam yang berbunyi: “Gugatan perceraian diajukan oleh istri atau kuasanya pada Pengadilan

Agama, yang daerah hukumnya mewilayahi tempat tinggal penggugat kecuali istri meninggalkan tempat kediaman tanpa izin suami.”

(20)

5. Suami istri bernama RICKY (suami) dan RINI (istri) beragama Islam menikah pada tahun 2000, selama perkawinan tinggal bersama dengan orang tua RICKY yaitu Pak ASEP dan Bu LILIS, terletak di Kota Bandung. Dari perkawinan tersebut RICKY dan RINI dikaruniai dua orang anak laki-laki masing-masing IKBAL berumur 4 tahun dan DONI 7 tahun. Pada sekitar awal tahun 2014 terjadi pertengkaran, karena perselisihan yang terus menerus membuat RINI tidak kerasan sehingga kemudian RINI pergi meninggalkan tempat tinggal bersama (di bandung) dan kembali ke rumah orangtuanya di kabupaten Sumedang, tanpa memberitahukan kepergiannya kepada RICKY. RICKY menceritakan perihal keadaan rumah tangganya kepada kedua orang sahabatnya yang bernama BUDI dan DEDI. Selama berpisah tidak ada komunikasi diantara keduanya sehingga hal tersebut membuat kondisi rumah tangga semakin keruh dan tidak harmonis. Selama suami istri tersebut berumah tangga mereka mempunyai sebuah mobil Toyota Avanza dan sebuah motor Honda Vario. Menurut RINI penyebab dari pertengkaran adalah karena suaminya telah berselingkuh dengan wanita lain (WIL) dan tidak memberikan nafkah, sedangkan menurut suaminya bahwa RINI tidak taat kepada RICKY dan selalu merasa kekurangan terhadap nafkah yang diberikan oleh suami.

Pertanyaan:

a. Ke pengadilan manakah jika suami akan mengajukan permohonan cerai talak? Sebutkan alasan yang didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang ada!

Jawaban:

Berdasarkan kasus di atas jika suami mengajukan permohonan cerai talak maka gugatan diajukan ke pengadilan negeri agama karena mereka berdua beragama Islam, di pengadilan agama tempat tinggal istri yakni dalam hal ini di kabupaten Sumedang sebagaimana hal ini pula diatur dalam Pasal 129 Kompilasi Hukum Islam yang berbunyi: “Seorang suami yang akan menjatuhkan talak kepada istrinya mengajukan permohonan baik lisan maupun tertulis kepada Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat tinggal istri disertai dengan alasan serta meminta agar diadakan sidang untuk keperluan itu.” Jadi, talak yang diakui secara hukum negara adalah yang dilakukan atau diucapkan oleh suami di Pengadilan Agama. Adapun dasar hukum mengenai perkawinan dapat putus salah satunya karena perceraian yaitu salah satunya karena cerai talak sebagaimana diatur dalam Pasal 38 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

(21)

b. Bila istri hendak mengajukan gugatan perceraian, apakah pengadilan negeri Agama Sumedang berwenang memeriksa dan mengadili perkara tersebut? Jelaskan alasan dan sumber hukumnya!

Jawaban:

Iya, Pengadilan Negeri Agama berwenang memeriksa dan mengadili karena berkaitan dengan perkara perceraian. Tentu dalam hal ini yang berwenang mengadili adalah pengadilan negeri agama tempat tinggal istri. Cerai gugat atau gugatan cerai yang diatur dalam Pasal 40 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan jo Pasal 20 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan bahwa gugatan yang diajukan oleh suami atau istri atau kuasanya ke pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman tergugat. Kemudian mengenai gugatan cerai menurut Kompilasi Hukum Islam adalah gugatan yang diajukan oleh istri sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 132 ayat (1) Kompilasi Hukum

Islam yang berbunyi: “Gugatan perceraian diajukan oleh istri atau kuasanya pada Pengadilan

Agama, yang daerah hukumnya mewilayahi tempat tinggal penggugat kecuali istri meninggalkan tempat kediaman tanpa izin suami.”

c. Siapakah yang paling diutamakan untuk menjadi saksi pada persidangan di Pengadilan Agama jika RICKY ingin mengajukan saksi untuk menguatkan dalil permohonan cerai talaknya? Sebutkan alasan dan dasar hukumnya!

Jawaban:

Berdasarkan kasus di atas jika Ricky ingin mengajukan saksi untuk menguatkan dalil permohonan cerai talaknya maka Pak Asep dan Bu Lilis sebagai orangtuanya. Adapun syarat yang harus dipenuhi oleh Pak Asep dan Bu Lilis untuk dapat menjadi saksi yaitu diatur dalam pasal 145 HIR atau pasal 172 RBg mengenai orang yang dilarang untuk didengar sebagai saksi dan pasal 146 a ayat (4) HIR atau pasal 174 RBg mengenai kelompok yang berhak mengundurkan diri sebagai saksi sebagai syarat formilnya. Kemudian syarat materiil yang harus dipenuhi diatur dalam pasal 171 ayat (1) HIR atau pasal 308 ayat (1) Rbg mengenai hal yang diberikan saksi harus menyebutkan sebab-sebab ia mengetahui, pasal 171 ayat (2) HIR atau pasal 308 ayat (2) Rbg mengenai pendapat atau persangkaan saksi berdasarkan akal pikiran tidak bernilai sebagai alat bukti, pasal 172 HIR atau pasal 309 Rbg mengenai keterangan yang diberikan oleh saksi harus saling bersesuaian satu dengan yang lain dan alat bukti yang sah, dan pasal 169 HIR atau pasal 306 Rbg mengenai keterangan seorang saksi tanpa dikuatkan alat bukti lain bukan bukan kesaksian (unus testis nullus testis).

(22)

d. Jika suami yang mengajukan permohonan cerai, dan istri akan mengajukan gugat balik (rekonvensi) kira-kira apa saja yang bisa dipersoalkan oleh istri untuk mengajukan gugatan balik (rekonvensi) tersebut?

Jawaban:

Adapun yang bisa dipersoalkan oleh istri (Rini) dalam rekonvensi adalah mengenai pembagian harta bersama yaitu sebuah mobil Toyota Avanza dan sebuah motor Honda Vario serta pengasuhan anak yakni Ikbal berumur 4 tahun dan Doni 7 tahun. Kemudian dasar hukum pengajuan gugat balik (rekovensi) terdapat dalam Pasal 132 a ayat (1) HIR bahwa rekovensi merupakan gugatan yang diajukan tergugat sebagai gugatan balasan terhadap gugatan yang diajukan penggugat kepadanya, dan gugatan rekonvensi diajukan tergugat kepada pengadilan pada saat berlangsung proses pemeriksaan gugatan yang diajukan penggugat.

6. Tuan Yohanes beragama Kristen beralamat Jl. Ir. H. Juanda No. 5 Kota Bandung, mengajukan pinjaman ke Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRI Syariah) Cabang Buah Batu untuk pembelian sebuah mobil. Di dalam akad Mudrobahah tersebut disepakati harga mobil tersebut sebesar Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah). Dan pembayaran yang dilakukan oleh Tuan Yohanes akan diangsur setiap tanggal 5 tiap bulannya, selama 48 (empat puluh delapan) bulan. Dan di dalam akad tersebut juga disepakati tentang penyelesaian perkara jika terjadi sengketa antara Tuan Yohanes dengan BRI Syariah.

Ternyata sejak angsuran ke 9 (sembilan) Tuan Yohanes tidak membayar angsuran pembayaran dan saat ini telah menunggak selama 6 bulan, BRI Syariah telah menyampaikan teguran dan upaya musyawarah tetapi tidak ditanggapi dari Tuan Yohanes, sehingga kemudian Bank Rakyat Indonesia Syariah mengajukan gugatan kepada Tuan Yohanes untuk menyelesaikan kewajibannya ke Pengadilan Negeri Bandung.

Pertanyaan:

a. Apakah yang dimaksud dengan Asas Personalitas Keislaman? Jawaban:

Asas personalitas ke-Islaman, artinya bahwa yang tunduk dan yang dapat ditundukkan kepada kekuasaan peradilan agama, hanya mereka yang mengaku dirinya beragama Islam. Asas personalitas ke-Islaman diatur dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 Tentang Peradilan Agama Pasal 2 Penjelasan Umum alenia ketiga dan Pasal 49 terbatas pada perkara-perkara yang menjadi kewenangan peradilan agama.

(23)

Ketentuan yang melekat pada Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang asas personalitas ke-Islaman adalah para pihak yang bersengketa harus sama-sama beragama Islam, perkara perdata yang disengketakan mengenai waris, wasiat, wakaf, hibah, perceraian, sadaqah, infak, zakat, dan ekonomi syariah serta hubungan hukum yang melandasi berdasarkan hukum Islam, oleh karena itu acara penyelesaiannya berdasarkan hukum Islam.

b. Apakah Pengadilan Negeri Bandung berwenang untuk memeriksa dan memutus perkara tersebut di atas? Jika bisa apa alasannya yang menyebabkan penyelesaian perkara dapat diselesaikan di Pengadilan Negeri dan jika tidak dapat apa alasannya? Sebutkan dasar hukumnya?

Jawaban:

Iya, bisa sebagaimana diatur dalam Pasal 50 Undang-undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum bahwa Pengadilan Negeri bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara pidana dan perkara perdata di tingkat pertama. Kasus di atas dapat diselesaikan di Pengadilan Negeri Bandung karena Tuan Yohanes yang beragama Kristen telah melakukan Wanprestasi sehingga perkara ini akan ditindaklanjuti di Peradilan Umum mengenai keperdataan. Perlu diketahui intepretasi analogi sebagai badan hukum dalam hal ini Bank Rakyat Indonesia Syariah secara hukum tidak beragama Islam, meskipun mungkin menjalankan kaidah syariah. Dengan demikian, sengketa yang bersangkutan dengan Perbankan Syariah tidak termasuk kewenangan dari Pengadilan Agama. Apalagi berdasarkan kasus di atas bahwa yang berpekara adalah Tuan Yohanes yang beragama Kristen. Sudah jelaslah yang dapat menangani perkara tersebut adalah Peradilan Umum bagaimana diatur dalam Pasal 50 Undang-undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum.

(24)

c. Sebelum digelar sidang menyangkut pokok perkara terlebih dahulu dilakukan mediasi, apakah poin-poin penting dalam PERMA No. 1 Tahun 2016 dalam rangka proses mediasi! Jawaban:

Poin-poin penting dalam PERMA No. 1 Tahun 2016 dalam rangka proses mediasi, yaitu: 1) Pertama, terkait batas waktu mediasi yang lebih singkat dari 40 hari menjadi 30 hari

terhitung sejak penetapan perintah melakukan Mediasi.

2) Kedua, adanya kewajiban bagi para pihak (inpersoon) untuk menghadiri secara langsung pertemuan Mediasi dengan atau tanpa didampingi oleh kuasa hukum, kecuali ada alasan sah seperti kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan hadir dalam pertemuan Mediasi berdasarkan surat keterangan dokter, di bawah pengampuan, mempunyai tempat tinggal, kediaman atau kedudukan di luar negeri, atau menjalankan tugas negara, tuntutan profesi atau pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkan.

3) Ketiga, hal yang paling baru adalah adanya aturan tentang Iktikad Baik dalam proses mediasi dan akibat hukum para pihak yang tidak beriktikad baik dalam proses mediasi sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (1) PERMA No. 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.

Referensi

Dokumen terkait

beberapa impak telah berjaya diperoleh iaitu penurunan imej sinar-x anggota kaki daripada 40.18% kepada 7.95%, penjimatan kos pembelian alat cegah gerak kaki sebanyak RM23,316.00,

Partikel per dalam bilangan pecahan yang ditulis dengan huruf dituliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya. Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf

Selain kebutuhan umum untuk kegiatan perkuliahan di Prodi Magister PSDA, kebutuhan khusus untuk beberapa matakuliah yang memerlukan praktikum adalah sebagai berikut:.

jika class C3 pada package P1 mempunyai instance dari C1 bernama c1, maka x dapat diakses c1 karena C3 dan C1 berada pada package yang sama.. jika class C4 pada package P2

Anda bisa menggunakan keyword this atau tidak apabila ada perbedaan deklarasi nama variabel pada class Handphone dengan parameter pada method setter (lihat script yang

Dengan segala kerendahan dan keyakinan diri yang kuat, penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 11 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pelaksanaan Uji Kelayakan dan Kepatutan, Pemilihan dan Penetapan,

Sedangkan metode penelitian lapangan digunakan untuk memperoleh data yang akan digunakan sebagai sumber dalam mengetahui sistem pengendalian internal pada sistem informasi