• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Reproduksi merupakan suatu proses biologis organisme baru yang terbentuk dari organisme sebelumnya. Proses tersebut adalah suatu cara dasar makhluk hidup dalam usaha mempertahankan eksistensinya. Manusia merupakan bagian dari makhluk hidup yang melakukan reproduksi untuk menghasilkan keturunan dengan cara reproduksi seksual yang dicirikan oleh terlihatnya dua jenis kelamin yang berbeda. Proses seksual terjadi ketika pria dan wanita melakukan hubungan kelamin, koitus (Anonim, 2012a; Levay dan Valente, 2006). Selama proses seksual, terjadi interaksi antara sistem reproduksi pria dan wanita sehingga proses fertilisasi terjadi. Penyatuan spermatozoa dengan ovum menghasilkan zigot. Pertumbuhan dan perkembangan tersebut akan terus terjadi hingga zigot menjadi embrio, fetus, janin dan akhirnya lahir sebagai bayi. Bayi yang dilahirkan dapat berjenis kelamin laki-laki atau perempuan (Levay dan Valente, 2006).

Bayi lahir sebagai laki-laki dan perempuan dengan perbandingan yang kira-kira sama. Perbedaan jenis kelamin umumnya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan (epigenetik) (Suryo, 2008). Penemuan oleh ahli genetika, Edmund Beecher Wilson dan Nettie Stevens tahun 1905, pada manusia, wanita memiliki dua kromosom seks yang sama, diistilahkan homogametik (XX), dan pria memiliki dua kromosom seks berbeda, kromosom X dan Y, disebut heterogametik (XY). Kromosom tersebut akan dibawa dalam sel gamet masing-masing individu. Ovum akan selalu membawa kromosom X karena sifatnya yang homogametik dan spermatozoa dapat membawa kromosom Y, disebut sperma Y, dan membawa kromosom X, disebut sperma X (Stern, 1973; Suryo, 2008). Jika sperma X membuahi ovum maka zigot yang dihasilkan pada perkembangannya akan menjadi bayi perempuan karena individu tersebut memiliki kromosom seks XX tetapi bila sperma Y membuahi ovum maka zigot akan memiliki kromosom seks XY yang dalam perkembangannya akan menjadi bayi laki-laki (Stern, 1973). Pada kromosom Y, terdapat gen yang dapat

(2)

2 mengkode pembentukkan testis yaitu gen SRY (Sex-determining Region of the Y chromosome) yang terletak di bagian kromoson Y (Stern, 1973). Proses fertilisasi sperma X atau Y dipengaruhi oleh kondisi fisiologis pria dan wanita tersebut (Anonim, 2012b). Adaptasi fisiologis pria dan wanita kemungkinan dapat mempengaruhi rasio jenis kelamin pada kelahiran (James, 2008).

Kondisi fisiologis pria berhubungan dengan tingkatan hormon seks dalam tubuh pria salah satunya hormon testoteron. Hormon testoteron akan mempengaruhi spermatogenesis, perilaku seksual dan libido (Ermayanti dan Sukmaningsih, 2007; Gutierrez-Adan et al, 2001 dalam James, 2008). Fisiologis paternal berperan pada saat coitus yang berimplikasi pada proses konsepsi. James (1986) berpendapat jika konsetrasi hormon testosterone dalam jumlah yang tinggi berasosiasi dengan kemungkinan kelahiran bayi laki-laki. Laki-laki yang memiliki perkerjaan seperti pilot yang membutuhkan kemampuan tinggi (contohnya: pilot pesawat tempur), astronot, sering terpapar radiasi non-ion, supir professional (truk-truk besar), dan penyelam profesional mempunyai kadar testoteron yang rendah dan cenderung memilki bayi perempuan (James 2006).

Stern (1973) menyatakan bahwa ada 3 kemungkinan yang mempengaruhi nasib sperma X dan Y bila kondisi kematangan sperma X dan Y, tingkat survival (survival rates), dan jumlah dalam vagina dianggap sama. Pertama, keadaan asam-basa dalam saluran genitalia wanita dapat mempengaruhi angka kematian sperma; Kedua, sperma Y memiliki kemampuan lebih cepat untuk mencapai ovum; Ketiga, permukaan ovum bereaksi lebih siap terhadap sperma Y dibanding sperma X. Lingkungan dalam vagina berhubungan dengan keadaan fisiologis wanita. Pada wanita, jika keadaan vagina dalam keadaan asam maka sperma Y akan mati. Jika dalam keadaan basa maka sperma Y akan lebih cepat bertemu ovum pada saat bergerak dalam saluran genitalia wanita karena lebih ringan dibanding sperma X (Ermayanti dan Sukmaningsih, 2007; Stern, 1973).

Kondisi fisiologis wanita (maternal) dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia, kesehatan tubuh, kadar hormon dalam tubuh, pengalaman kehamilan, nutrisi, perilaku seksual dan kondisi lingkungan tempat tinggal (Gutierrez-Adan 2001; Catalano et al. 2006; James 1980; James 1986 dalam James (2008). Kondisi

(3)

3 fisiologis wanita dapat mempengaruhi rasio jenis kelamin pada kelahiran yaitu saat coitus dan pada saat kehamilan. Kondisi wanita jika dalam tubuhnya terdapat konsentrasi hormon estrogen yang tinggi maka akan menigkatkan peluang bayi laki-laki dan jika konsentrasi hormon progesteron tinggi maka peluang terjadinya bayi perempuan akan tinggi (James,1996; 2004a dalam James, 2008). Stress pada ibu juga akan berpengaruh pada saat kehamilan yang mengakibatkan terjadinya abortus (Catalano et al, 2006). Salah satu hal yang termasuk dalam kondisi lingkungan tempat tinggal adalah kondisi geografis yang berpengaruh pada suhu dan curah hujan. Menurut Catalano et al (2006) dan Navara (2009) kondisi lintang geografis akan mempengaruhi kondisi fisiologis wanita baik secara langsung maupun tidak.

Pengaruh langsung akibat kondisi lintang geografis yaitu akan mempengaruhi kinerja hipotalamus yang berhubungan dengan kerja sistem endokrin tubuh. Sistem endokrin akan mempengaruhi kadar hormon seks tubuh. Kondisi hormon estrogen dalam tubuh wanita akan mempengaruhi vagina. Pengaruh yang terjadi akibat hormon estrogen yang meningkat akan menyebabkan bakteri atau flora di dalam vagina tumbuh baik yang membuat kondisi lubang genital wanita menjadi asam (Catalano et al, 2006; Ermayanti dan Sukmaningsih, 2007). Kondisi lintang yang mempengaruhi secara tidak langsung salah satunya adalah banyaknya hasil panen makanan pada musim tertentu (Colombo, 1957; James, 1984b dalam Williams dan Gloster, 1995).

Faktor-faktor yang telah dikemukakan diatas akan saling berhubungan mempengaruhi rasio jenis kelamin khususnya rasio jenis kelamin pada kelahiran. Catalano et al (2006) menyatakan kenaikan 10C suhu akan meningkatkan

kelahiran bayi perempuan begitu juga menurut Navara (2009) bahwa pada negara yang berada di garis ekuator memiliki kelahiran bayi perempuan lebih tinggi dibanding negara dekat dengan kutub. Rasio jenis kelamin adalah rasio laki-laki terhadap perempuan dalam suatu populasi. Rasio jenis kelamin bervariasi tergantung pada kondisi umur suatu populasi. Rasio jenis kelamin umumnya dibagi menjadi empat yaitu: rasio jenis kelamin primer yang merupakan rasio pada saat fertilisasi atau konsepsi, rasio jenis kelamin sekunder yang mewakili

(4)

4 rasio jenis kelamin pada kelahiran, rasio jenis kelamin tertier mengacu pada organisme yang sudah dewasa, dan rasio jenis kelamin kuantener yaitu rasio jenis kelamin suatu organisme pada masa pasca reproduktif (Anonim, 2012c).

Pada penelitian ini rasio jenis kelamin yang digunakan adalah rasio jenis kelamin sekunder atau rasio jenis kelamin pada kelahiran. Rasio jenis kelamin pada kelahiran dapat direpresentasikan baik dalam pecahan atau tidak yaitu banyaknya kelahiran laki-laki per 100 kelahiran perempuan. Rasio jenis kelamin pada kelahiran orang kulit putih di Amerika Serikat dalam Stern (1973) terdapat 105 kelahiran laki-laki maka ada 100 kelahiran perempuan (atau 1,05 kelahiran laki-laki per kelahiran perempuan) sedangkan orang kulit hitam 102,6 laki-laki per 100 perempuan atau 1,02 laki-laki per kelahiran perempuan. Rasio jenis kelamin pada kelahiran bayi di korea yaitu 113 hingga 117. Penelitian yang dilakukan oleh James (1987) memperkirakan bahwa rasio jenis kelamin pada kelahiran di dunia berkisar antara 102 sampai 108 per 100 kelahiran perempuan. Rasio jenis kelamin pada kelahiran dapat berbeda-beda di setiap tempat yang dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Di provinsi Bali, kota Denpasar dan kabupaten Bangli adalah dua daerah yang memiliki corak geografis dan iklim yang berbeda. Menurut situs resmi pemerintah kota Denpasar (2012), kota Denpasar terletak diantara 08° 35" 31'-08° 44" 49' lintang selatan dan 115° 10" 23'-115° 16" 27' bujur timur dengan keadaan topografi secara umum miring kearah selatan dengan ketinggian berkisar antara 0-75m diatas permukaan laut. Kondisi iklim kota Denpasar termasuk daerah beriklim tropis yang dipengaruhi angin musim. Angin musim timur pada bulan Juni-Desember menyebabkan terjadinya musim kemarau. Musim hujan yang dipengaruhi angin barat pada bulan September sampai Maret dan diselingi oleh musim Pancaroba. Suhu rata-rata berkisar antara 25,4°C - 28,5°C dengan suhu maksimum jatuh pada bulan Januari, sedangkan suhu minimum pada bulan Agustus. Kabupaten Bangli berdasarkan data yang dirilis situs resmi pemerintah kabupaten Bangli (2012) memliki kondisi wilayah berdasarkan aspek topografinya yaitu berada pada ketinggian 100- 2.152 meter dpl, dengan puncak tertinggi adalah Puncak Penulisan. Secara umum rentang ketinggian wilayah

(5)

5 kecamatan Susut (100–920 m), Kecamatan Bangli (100 – 1200 m), Kecamatan Tembuku (320 – 920 m) dan Kecamatan Kintamani (920 – 2.152 m). Kabupaten Bangli beriklim tropis, suhu udara relatif rendah berkisar antara 150 –300 C, jika

semakin ke utara suhu semakin dingin. Angka curah hujan rata-rata tahunan terendah adalah 900 mm dan tertinggi 3.500 mm. Penyebaran curah hujan relatif tinggi (2.500-3.500mm) meliputi bagian utara (lereng Gunung Batur) dan semakin rendah ke arah selatan. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember –Maret dan terendah pada bulan Agustus. Implikasi pengaruh lingkungan terhadap keadaan fisiologis pada saat fertilisasi dan perkembangan zigot akan berdampak pada rasio jenis kelamin bayi yang dilahirkan.

Di Indonesia data yang merepresentasikan tentang rasio jenis kelamin pada kelahiran yang berhubungan dengan kondisi lingkungan khususnya temperatur belum pernah ada. Oleh karena itu dilakukan penelitian yang berhubungan dengan rasio jenis kelamin pada kelahiran antara bulan Desember 2010 - November 2012 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wangaya, Denpasar dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangli, Bangli.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimanakah rasio jenis kelamin bayi pada kelahiran antara bulan Desember 2010 - November 2012 di RSUD Wangaya, Denpasar dan RSUD Bangli, Bangli.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rasio jenis kelamin bayi pada kelahiran antara bulan Desember 2010 - November 2012 di RSUD Wangaya, Denpasar dan RSUD Bangli, Bangli.

(6)

6 1.4. Manfaat

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang rasio jenis kelamin bayi pada kelahiran antara bulan Desember 2010 - November 2012 di RSUD Wangaya, Denpasar dan RSUD Bangli, Bangli. Penelitian diharapkan memberikan manfaat dalam pengembangan perencanaan pembangunan yang berwawasan gender, terutama yang berkaitan dengan perimbangan pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil. Informasi yang dapat dikaji jika mengetahui hubungan-hubungan tersebut adalah penting bagi para calon orang tua yang berencana dalam memiliki keturunan khususnya menentukan jenis kelamin keturunannya.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mencegah virus Covid-19 adalah dengan menerapkan perilaku Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di mana dalam penerapannya

Reaktivitas : Tidak ada data tes khusus yang berhubungan dengan reaktivitas tersedia untuk produk ini atau bahan bakunya... Stabilitas

Berdasarkan hasil statistik yang telah dilakukan serta hasil uraian pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu variabel pertumbuhan kredit dan

Hasil dari tahap ini, terbentuk sebuah pola perilaku jaringan pada kondisi normal sebagai model awal untuk deteksi atas anomali yang disebabkan oleh

Pemodelan penyelesaian permasalahan penjadwalan ujian Program Studi S1 Sistem Mayor-Minor IPB menggunakan ASP efektif dan efisien untuk data per fakultas dengan mata

Cuplikan percakapan berikut sebagai contoh adanya penggunaan kode yang berwujud bahasa asing dalam percakapan novel Ney Dawai Cinta Biola karya Hadi S.. Arifin

kot ke pelaku pasar (Identifikasi Persoalan) Pembentukan lembaga khusus Penataan Terpadu Kawasan Arjuna sbd perwakilan stakeholder Persiapan Penilaian (Tahap Perencanaan)

1) Mengembangkan kurikulum mata pelajaran IPS. a) Menelaah prinsip-prinsip pengembangan kurikulum IPS. b) Memilih pengalaman belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran IPS.