• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMUPUKAN PHONSKA PADA KEDELAI DI LAHAN SAWAH IRIGASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMUPUKAN PHONSKA PADA KEDELAI DI LAHAN SAWAH IRIGASI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PEMUPUKAN PHONSKA PADA KEDELAI

DI LAHAN SAWAH IRIGASI

Q. D. Ernawanto 1) dan S. Humaida 2)

1) Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Jl. Raya Karangploso Km.4 Malang, email : qdadang@yahoo.co.id

2) Pengajar Politeknik Negeri Jember Jl. Mastrip P.O. Box 164 Sumbersari Jember

ABSTRAK

Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan perlu dikembangkan. Dalam budi daya kedelai diperlukan pupuk. Mengingat harga pupuk cukup mahal, penggunaannya harus efisien. Pupuk Phonska merupakan pupuk majemuk NPK yang bermanfaat dalam meningkatkan hasil kedelai. Pengkajian dilaksanakan di Desa Gambirono, Kecamatan Bangsalsari, Jember; pada bulan Juni sampai September 2011. Pengkajian pemupukan Phonska pada kedelai varietas Argomulyo terdiri dari 7 perlakuan dosis Phonska (0, 25, 50, 75, 100, 125, dan 150 kg/ha). Rancangan percobaan adalah acak kelompok 3 ulangan. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa penggunaan pupuk Phonska mampu meningkatkan hasil kedelai. Pemupukan Phonska sebanyak 75 kg/hamemberikan hasil kedelai 2,33 t/hadengan pendapatan Rp 5.297.500 dan nisbah R/C 1,83 atau hasil meningkat 24%dibanding tanpa Phonska.

Kata kunci: kedelai, pupuk, Phonska

ABSTRACT

The application of NPK Phonska fertilizer for soybean grown in irrigated wet-land. Soybean is food commodity that is necessarily to be developed. In cultivating soybean,

certain amount of money would be spent for fertilizer. Considering the price of fertilizer is quite expensive, it must be used efficiently. Phonska fertilizer is a composite NPK fertilizer that is beneficial in improving soybean yield. The assessment of Phonska fertilizer relates to soybean yield was conducted in the Village Gambirono, District Bangsalsari, Jember Region from June to September 2011. Argomulyo variety was used as planting material. The randomized block design with three replicates was applied. There were seven treatments of Phonska dosages (0, 25, 50, 75, 100, 125, and 150 kg ha-1). The result indicated that the use of Phonska was able to increase seed yield. The application of 75 kg ha-1 Phonska resulted in 2.33 t ha-1 seed yield that valued of Rp 5,297,500 and R/C ratio of 1.83. This production was 24 % higher than the seed yield with no Phonska application.

Key words: soybean, Phonska fertilizer, seed yield

PENDAHULUAN

Produksi kedelai nasional pada tahun 2010 hanya 908.000 ton, sedangkan kebutuhan nasional sudah mencapai 2.672.000 ton, dengan demikian masih kekurangan 1.764.000 ton (Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 2011; dan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 2011).

Penyebab rendahnya produktivitas kedelai adalah pengelolaan tanaman kurang intensif, hama belum dapat dikendalikan dengan baik, penyediaan benih bermutu dari varietas unggul jarang terpenuhi, tanaman kedelai pada musim kemarau sering tidak memperoleh air yang mencukupi (Sumarno 1999). Senjang hasil kedelai di tingkat petani

(2)

dengan potensi hasilnya cukup besar. Rata-rata hasil di tingkat petani hanya 1,35 t/ha, padahal potensi hasilnya >2 t/ha.

Di sentra produksi utama di Jawa Timur kedelai umumnya dibudidayakan di lahan sawah, di sisi lain kesuburan tanah sawah semakin turun. Ketersediaan nitrogen, fosfat, dan kalium dalam tanah sering menjadi faktor pembatas dalam upaya peningkatan hasil (Tisdale et al. 1985; Ernawanto dkk. 2007 ).

Peningkatan produktivitas kedelai dapat diupayakan dengan perbaikan lahan melalui ameliorasi, pemupukan berimbang, penggunaan varietas unggul, dan perbaikan tata air (Marwoto 2007). Tanaman kedelai yang ditanam setelah padi mendapatkan manfaat dari residu hara pemupukan padi. Namun kebutuhan hara tanaman kedelai yang ditanam setelah padi belum optimal. Oleh karena itu perlu diketahui jumlah unsur hara yang harus ditambahkan melalui pupuk pada usahatani kedelai. Pupuk majemuk merupakan salah satu jenis pupuk yang praktis untuk tanaman kedelai karena mengandung beberapa hara makro.

Kabupaten Jember merupakan sentra produksi kedelai utama di Jawa Timur dengan luas areal panen 13.226 ha, produksi 18.777 t, dan produktivitas 1,42 t/ha. Daerah pengembangannya meliputi Kecamatan Wuluhan, Ambulu, Bangsalsari, Balung, Gumuk-mas, dan Kencong (Diperta Kabupaten Jember 2010 dan 2011).

Pengkajian bertujuan untuk memperoleh dosis pupuk Phonska yang optimal untuk meningkatkan produktivitas kedelai.

BAHAN DAN METODE

Pengkajian dilakukan pada lahan sawah irigasi di Desa Gambirono, Kec Bangsalsari, Kab Jember, Jawa Timur pada bulan Juni sampai September 2011. Bahan yang digunakan adalah kedelai varietas Argomulyo yang diperoleh dari UPBS BPTP Jawa Timur; pupuk Urea, Phonska, dan pestisida. Di lokasi pengkajian, petani umumnya menanam kedelai setelah panen padi MK 1.

Tabel 1. Komponen teknologi budi daya kedelai di lahan sawah irigasi. Jember, Juni–September 2011.

Uraian Komponen teknologi

Varietas Argomulyo Pengolahan tanah Tanpa Olah Tanah (TOT)

Jumlah benih 40 kg/ha

Saluran drainase/irigasi Saluran drainase dibuat kedalaman 25-30 cm dengan lebar 30 cm, saluran dibuat setiap 4 – 5 m,

Cara tanam Tugal, jajar legowo, 2 biji per lubang tanam Pupuk organik Mulsa jerami 5 t/ha

Pupuk dasar 50 kg Urea/ha

Pengendalian OPT PHT

Penyiangan tiga kali

Rancangan percobaan adalah acak kelompok, tiga ulangan. Perlakuan merupakan dosis Phonska (15% N, 15% P2O5, 15% K2O) yang terdiri atas 0, 25, 50, 75, 100, 125,

dan 150 kg/ha. Kedelai varietas Argomulyo ditanam dengan jarak tanam (20-40) cm x 10 cm (sistem tanam jajar legowo-bekas tanaman padi MK 1), luas areal pengkajian 0,2 ha. Penanaman kedelai varietas Argomulyo dilakukan pada lahan sawah irigasi dengan penerapan komponen teknologi seperti disajikan pada Tabel 1.

(3)

Phonska dan Urea diberikan dua kali, yaitu 1/2 dosis pada saat tanaman berumur 7 hari, dan 1/2 dosis pada saat tanaman berumur 30 hari. Pupuk Phonska diberikan sesuai perlakuan, sedangkan Urea 50 kg/ha diberikan pada semua perlakuan.

Pengamatan meliputi hasil analisis tanah sebelum tanam dan sesudah panen (pH, N, P, dan K), tinggi tanaman kedelai, bobot biji kering, dan analisis finansial. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan dilakukan analisis ragam (Anova), dan untuk pembandingan nilai tengah digunakan uji jarak ganda Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis tanah lokasi pengkajian adalah Vertisol. Hasil analisis tanah sebelum dan sesudah pengkajian disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan status kesuburan tanah (Pusat Penelitian Tanah 1983), maka kesuburan tanah lokasi pengkajian tergolong sedang. Hasil analisis kimia tanah menunjukkan bahwa pemberian pupuk Phonska meningkatkan kandungan N, P, dan K tanah, serta menurunkan pH tanah. Peningkatan N, P, dan K tersebut seiring dengan meningkatnya dosis Phonska. Penurunan pH tanah terjadi karena pengaruh dari anion-anion sulfat dalam Phonska, anion tersebut dilepaskan ke dalam larutan tanah yang dapat menyebabkan menurunnya pH tanah.

Tabel 2. Hasil analisis tanah sebelum dan sesudah pengkajian di Desa Gambirono, Kecamatan Bangsalsari, Jember, MK II, 2011

Setelah panen Dosis Phonska (kg/ha) Jenis analisis Sebelum tanam

0 25 50 75 100 125 150 pH - H2O 6,40 6,40 6,40 6,30 6,30 6,30 6,30 6,30 C-organik (%) 2,32 2,31 2,36 2,36 2,34 2,35 2,34 2,33 N-total (%) 0,28 0,29 0,31 0,33 0,32 0,35 0,39 0,39 P2O5-Bray 1 (ppm) 29,5 29,2 30,4 30,5 31,1 31,7 32,4 32,8 K (me/100 g) 0,52 0,53 0,57 0,63 0,66 0,66 0,68 0,70 Tabel 3. Pengaruh Phonska terhadap tinggi tanaman dan hasil kedelai varietas Argomulyo di

Desa Gambirono, Kecamatan Bangsalsari, Jember pada MK II, 2011 Tinggi tanaman (cm)

Dosis Phonska

(kg/ha) 30 hari 60 hari Hasil biji (t/ha)

0 33,7 a 87,7 a 1,88 a 25 35,5 ab 89,3 ab 1,97 a 50 38,3 bc 91,4 abc 2,21 b 75 42,6 cd 93,8 bcd 2,33 bc 100 45,6 d 95,1 cd 2,40 bc 125 46,7 d 96,3 cd 2,40 bc 150 47,1 d 96,8 d 2,42 c

Angka-angka sekolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada taraf 5 %

Tinggi tanaman nyata dipengaruhi oleh pemupukan Phonska pada umur 30 hari mau-pun 60 hari. Penambahan dosis pemupukan Phonska di atas 100 kg/ha tidak nyata me-ningkatkan tinggi tanaman (Tabel 3).

(4)

y = -4E-05x2+ 0,0092x + 1,84 R2= 0.97 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 0 25 50 75 100 125 Has il (t/ha)

Gambar 1. Pengaruh dosis Phonska terhadap hasil kedelai varietas Argomulyo di Desa Gambirono, Kecamatan Bangsalsari, Jember pada MK II, 2011.

Pemupukan Phonska nyata meningkatkan hasil biji kedelai, namun peningkatan dosis pupuk Phonska setelah dosis 75 kg/ha tidak menunjukkan perbedaan nyata terhadap peningkatan hasil (Tabel 3). Dibandingkan dengan kontrol (50 kg Urea/ha), pemberian 75 kg/ha Phonska meningkatkan hasil kedelai 24%. Pengaruh dosis pupuk Phonska terhadap hasil kedelai varietas Argomulyo disajikan pada Gambar 1.

Hara N, P, dan K merupakan unsur hara makro primer. Pemupukan Phonska mening-katkan kadar hara N, P, dan K tanah, yang berarti meningkatnya jumlah hara tersebut yang dapat diserap tanaman. Pupuk Phonska mengadung 15% N, 15% P2O5, 15% K2O,

dan 10% SO4, sehingga pemupukan Phonska meningkatkan ketersediaan N, P, dan K

dalam tanah. Hara N berfungsi untuk pertumbuhan tanaman kedelai sepanjang musim; hara P diperlukan pada stadia awal pertumbuhan, perkembangan akar, anakan, dan mempercepat berbunga. Sedangkan hara K dalam tanaman memacu laju fotosintesis dan distribusi fotosintat serta memacu laju sintesis protein dan reaksi enzimatis dalam meta-bolisme karbohidrat (Huber 1985; Tisdale et al. 1985).

Tabel 4. Analisis ekonomi penggunaan Phonska pada usahatani kedelai varietas Argomulyo di Desa Gambirono, Kecamatan Bangsalsari, Jember pada MK II, 2011

Biaya/ha Dosis Phonska

(kg/ha) Hasil (t/ha) (Rp/ha) Pupuk

Non pupuk (Rp/ha) Nilai jual (Rp/ha) Pendapatan (Rp/ha) Nisbah R/C 0 1,88 760.000 5.800.000 9.400.000 3.520.000 1,60 25 1,97 817.500 5.900.000 9.850.000 3.812.500 1,63 50 2,21 875.000 6.000.000 11.050.000 4.855.000 1,78 75 2,33 932.500 6.100.000 11.900.000 5.297.500 1,83 100 2,40 990.000 6.100.000 12.000.000 5.590.000 1,87 125 2,40 1.047.500 6.100.000 12.000.000 5.532.500 1,86 150 2,42 1.105.000 6.100.000 12.100.000 5.575.000 1,85 Harga Phonska = Rp 2.300/kg, Urea = Rp 1.600/kg, Harga jual biji kedelai kering Rp 5.000/kg.

Penggunaan pupuk Phonska meningkatkan pendapatan usahatani kedelai varietas Argomulyo di Jember. Hasil tertinggi (2,42 t/ha) pada perlakuan 150 kg/ha Phonska tidak

(5)

selalu diikuti oleh pendapatan yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh penambahan biaya yang lebih tinggi dari pupuk Phonska. Berdasarkan analisis finansial, tingkat pendapatan terbesar diperoleh pada perlakuan pupuk Phonska dosis 75 kg/ha yaitu Rp 5.297.500, dengan nisbah R/C 1,83. Sedangkan pendapatan terendah pada perlakuan kontrol (50 kg Urea/ha) Rp 3.520.000 (Tabel 4 dan 5).

Tabel 5. Analisis usahatani kedelai varietas Argomulyo dengan penggunaan Phonska 75 kg/ha di

Desa Gambirono, Kecamatan Bangsalsari, Jember pada MK II, 2011

Uraian Jumlah Satuan (Rp/ha) Biaya Jumlah biaya (Rp/ha) Biaya saprodi Bibit kedelai 40 kg 9.000 360.000 Phonska 75 kg 2.300 172.500 Urea 50 kg 1.600 80.000 Pestisida Matador 1 lt 140.000 140.000 Confidor 2 lt 180.000 360.000

Beaya tenaga kerja:

Pembuatan drainase 12 HOK 20.000 240.000

Penanaman 30 HOK 20.000 600.000 Pemupukan 6 HOK 20.000 120.000 Penyiangan 14 HOK 20.000 280.000 PHT 6 HOK 20.000 120.000 Pengairan 3 HOK 20.000 60.000 Pemanenan 15 HOK 20.000 300.000

Perontokan biji 21 HOK 20.000 420.000

Biaya lain-lain Sewa lahan 1 MT 3.000.000 Iuran HIPPA 1 MT 100.000 Total biaya 6 .352.500 Hasil (kg/ha) 2.330 Nilai hasil 11.650.000 Pendapatan 5.297.500 Nisbah R/C 1,83

KESIMPULAN DAN SARAN

Penggunaan pupuk Phonska berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai varietas Argomulyo pada tanah Vertisol Jember.

Phonska dengan dosis optimum 75 kg/ha meningkatkan hasil kedelai 24% dibanding tanpa Phonska.

Pada tanah Vertisol disarankan pemupukan Phonska 75 kg/ha yang menghasilkan biji kedelai 2,40 t/hadengan nisbah R/C 1,83.

DAFTAR PUSTAKA

Diperta Provinsi Jawa Timur. 2011. Skenario pencapaian dan keberkelanjutan swasembada pangan 2011. Pertemuan Tim Teknis SLPTT Jawa Timur. Malang, 3 Februari 2011.

Dinas Pertanian Kabupaten Jember. 2011. Laporan Akuntabilitas Dinas Pertanian Kabupaten Jember Tahun 2010.

(6)

Dinas Pertanian Kabupaten Jember. 2010. Renstra Dinas Pertanian Kabupaten Jember Tahun 2011-2015. Dinas Pertanian Kabupaten Jember. Jember.

Huber, S.C. 1985. Role of Potassium in Photosynthesis and Respiration. In : Munson R.D (ed) Potassium in Agriculture. ASA-CSSA-SSSA. Madison. USA p: 369−398.

Marwoto. 2007. Pengelolaan Tanaman Terpadu Kedelai. Pusat Penelitian Tanaman Pangan, Badan Litbang Pertanian. Bogor.

Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. 2011. Perspektif ekonomi global kedelai dan ubi kayu mendukung swasembada. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Hasil Penelitian Aneka Kacang dan Umbi. Malang, 15 November 2011.

Pusat Penelitian Tanah. 1983. Penilaian Kesuburan Tanah. Pusat Penelitian Tanah. Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Q.D. Ernawanto, S. Purnomo, dan R. Hardiyanto. 2007. Roadmap Pembangunan Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Jember 2008−2012. Kerjasama Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Jember dengan BPTP Jawa Timur.

Sumarno. 1999. Strategi pengembangan produksi kedelai nasional mendukung Gema Palagung. 2001. Dalam Sunarlim, D. Pasaribu, dan Sunihardi. Ed. Pros. Lokakarya Pengembangan Produksi Kedelai Nasional. Bogor, 16 Maret 1999.

Tisdale SL, Nelson WI, Beaton JD. 1985. Soil Fertility and Fertilizers. McMillan Publ. Co. New York. DISKUSI

Fachrur Rozi (Balitkabi)

Pertanyaan : 1. Umumnya tanam kedelai di lahan setelah padi tidak dipupuk urea, phonska? 2. Produktivitas antarperlakuan tidak nyata,bagaimana menarik kesimpulan dosis

yang optimum?

3. Analisis R/C ratio, kalau antarperlakuan tidak nyata tidak perlu.

Jawaban : 1. Betul, di lahan sawah kedelai tidak dipupuk, mengandalkan residu pupuk dari padi sebelumnya. Namun beberapa petani juga ada yang memupuk urea dengan kisaran 50-100 kg/ha dan phonska 25-100 kg/ha.

2. Dari pengkajian menunjukkan antardosis phonska nyata berbeda antara 0-25 dan 50 kg phonska/ha. Dari analisis regresi kuadratik, didapatkan dosis optimum 75 kg/ha.

3. R/C Ratio perlu dihitung untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh dari dosis pupuk Phonska.

Gambar

Tabel 1. Komponen teknologi budi daya kedelai di lahan sawah irigasi. Jember, Juni–September  2011
Tabel 2.   Hasil analisis tanah sebelum dan sesudah pengkajian di Desa Gambirono, Kecamatan  Bangsalsari, Jember, MK II, 2011
Tabel 4.   Analisis ekonomi penggunaan Phonska pada usahatani kedelai varietas Argomulyo di  Desa Gambirono, Kecamatan Bangsalsari, Jember pada MK II, 2011
Tabel 5.  Analisis usahatani kedelai varietas Argomulyo dengan penggunaan Phonska 75 kg/ha di  Desa Gambirono, Kecamatan Bangsalsari, Jember pada MK II, 2011

Referensi

Dokumen terkait

Ayat ini menceritakan tentang orang-orang yang mengambil berhala- berhala sebagai teman sekutunya, teman yang tidak dapat memberikan manfaat kepada mereka sedikitpun, tidak

Untuk itu, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui persentase tutupan dan status terumbu karang, serta mengetahui hubungan antara kondisi terumbu karang

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian dan pengembangan (Recearch and development) yaitu mengembangkan produk yang dihasilkan dari penelitian ini adalah tes

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran investigasi kelompok memberikan pengaruh yang baik terhadap hasil belajar matematis siswa, sehingga pembelajaran

Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif dalam mengkaji pesan atau makna feminisme dalam drama Korea My ID is Gangnam Beauty serta

(2) Peningkatan Kemampuan Apresiasi Cerpen Dengan Menggunakan Model Taba Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SDN 01 Tegalrejo Musi Rawas,

F 0,000 pada Tabel 1 memiliki arti bahwa variabel Customer Value dan Word of Mouth secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Keputusan Berkunjung atau

Adapun variabel yang diambil dari kantor camat Batam Kota yaitu jenis penilaian seperti: (1) Orientasi Pelayanan, Merupakan sikap dan perilaku kerja pegawai dalam