14
BAB 3METODE PENELITIAN
3.1 Subyek Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Psikologi Univesitas
Bina Nusantara. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
non probability sampling. Dengan teknik ini, semua populasi belum tentu memiliki
peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel karena bagian tertentu
yang secara sengaja tidak dimasukkan dalam pemilihan untuk mewakili populasi.
Cara ini sering disebut sebagai pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan
karena dalam pelaksanaannya digunakan pertimbangan tertentu oleh peneliti (Umar,
2009).
Dalam hal ini, peneliti memilih calon responden berdasarkan keanggotaan
akun facebook pada groups Himpunan Mahasiswa Psikologi (HIMPSIKO) Binus di
facebook. Selain itu, peneliti juga memilih sampel dari daftar nama yang didapatkan
dari organisasi HIMPSIKO Binus. Karena itu, ada kemungkinan tidak semua
populasi memiliki peluang menjadi sampel karena tidak semua mahasiswa psikologi
Binus tercatat dalam daftar nama yang dimaksud. Walaupun begitu, peneliti
menganggap daftar nama dan akun facebook yang terdaftar dalam groups
HIMPSIKO Binus cukup mewakili karena jumlah datanya meliputi sebagian besar
populasi.
Daftar nama tersebut berisi data lengkap mahasiswa jurusan psikologi Binus
yang meliputi nama, alamat, nomor telepon dan surel. Dari daftar nama tersebut,
15
surel yang diperoleh dari daftar nama tersebut, peneliti mengirimkan link kuisioner ke
alamat surel calon responden.
Setelah dilakukan pengambilan data, diketahui bahwa responden terdiri dari
101 orang yang terdiri dari 26 laki-laki (25,74 %), dan 75 wanita (74,25 %)
Persebaran rentang usia responden antara 18 sampai 25 tahun dan semuanya
belum menikah.
3.2. Desain Penelitian
Karena tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara dua buah
variabel, maka penelitian ini dilakukan dengan pendekatan penelitian korelasi.
Menurut Arikunto (2010), penelitian korelasi merupakan salah satu bentuk penelitian non eksperimen.
3.3 Setting Lokasi & Instrumen Penelitian
Karena pengambilan data dilakukan secara online, partisipan dapat mengisi
kuisioner di mana ada koneksi internet.
Alat ukur atau instrumen yang dipakai adalah:
1. Kuisioner Kualitas Pertemanan
Alat ukur ini disusun berdasarkan uraian mengenai kualitas pertemanan dari
Mendelson dan Aboud (1999). Kualitas pertemanan terdiri dari enam dimensi yaitu
stimulating companionship, help, intimacy, reliable alliance, self validation, dan emotional stability. Alat ini bertujuan untuk mengukur keenam aspek tersebut.
Kuisioner kualitas pertemanan berisi 40 butir pertanyaan yang mengevaluasi
16
lengkap dari kuisioner ini dapat dilihat pada lampiran 8, nomor 10-49. Contoh-contoh
dari butir soal, dilihat dari dimensinya adalah sebagai berikut:
a. Stimulating companionship, contohnya: ”Saya dan teman sering
melakukan kegiatan yang seru bersama-sama”. Dimensi ini diukur pada
butir soal nomor 10-15.
b. Help, contohnya: ” Saya dapat mengandalkan teman saya untuk
meminta bantuan”. Dimensi ini diukur pada butir soal nomor 16-21.
c. Intimacy, contohnya: ” Saya dan teman saling menceritakan masalah
masing-masing”. Dimensi ini diukur pada butir soal nomor 22-28.
d. Reliable alliance, contohnya: ”Saya tetap berhubungan dengan teman
saya meskipun lama tidak bertemu”. Dimensi ini diukur pada butir soal nomor 29-35.
e. Self validation, contohnya: ” Teman saya membuat saya nyaman
terhadap ide-ide saya”. Dimensi ini diukur pada butir soal nomor 36-42.
f. Emotional stability, contohnya: ” Teman saya membela saya jika saya
terancam”. Dimensi ini diukur pada butir soal nomor 43-49.
Skala pertanyaan ada 5 poin, dari 1 = ”sangat tidak setuju”, 2 = ”tidak setuju”,
3 = ”ragu-ragu”, 4 = ”setuju sampai 5 = ”sangat setuju”. Cara melakukan skoring
terhadap alat ukur ini adalah memberikan nilai sesuai dengan urutan jawaban pada
skala tersebut. Misalnya, jika subjek menjawab ”sangat tidak setuju”, maka akan
diberikan skor 5, jika menjawab ”tidak setuju” maka skor yang diberikan 2, dan
seterusnya. Pengecualian cara skoring diberlakukan bagi butir yang pernyataan
soalnya berlawanan dengan sesuatu yang ingin diukur, yaitu pada butir nomor 37
yang berbunyi ”tidak ada teman yang menemani jika saya menghadapi situasi yang
17
telah dijelaskan. Misalnya, jika subjek menjawab ”sangat tidak setuju”, maka diberi
skor 5, jika menjawab ”tidak setuju” diberi skor 4 dan seterusnya.
2. Satisfaction With Life Scale (SWLS)
SWLS adalah alat ukur berjumlah 5 butir yang didesain untuk mengukur
penilaian individu terhadap kepuasan hidupnya (Diener, Larsen & Griffin, 1985).
Skor total didapatkan dengan menjumlahkan nilai dari semua butir yang ada.
Pengukuran menggunakan skala 7 poin dari 1 = ”sangat tidak setuju”, 2 = ”tidak
seuju”, 3 = ”agak tidak setuju”, 4 = ”ragu-ragu”, 5 = ”agak setuju”, 6 = ”setuju” sampai
7 = ”sangat setuju”. Skor total didapatkan dengan menjumlahkan poin dari semua
butir. Rentang skor total adalah antara 5-35 poin.
Cara memahami skor total dari SWLS adalah sebagai berikut (Diener, 2006):
a. 30-35 (Sangat Tinggi) : Responden yang mendapatkan skor dalam rentang
ini mencintai kehidupan mereka dan merasa bahwa segala sesuatu berjalan
dengan sangat baik. Mereka merasa hidup menyenangkan dan aspek-aspek
penting kehidupan mereka seperti sekolah/kerja, keluarga, pertemanan,
waktu senggang, dan pengembangan diri mereka berjalan dengan baik.
b. 25-29 (Tinggi) : Responden yang mendapatkan skor dalam rentang ini
mencintai kehidupan mereka dan merasa bahwa hemapir segala sesuatunya
berjalan dengan baik. Mereka merasa hidup menyenangkan dan
aspek-aspek penting kehidupan mereka seperti sekolah/kerja, keluarga,
pertemanan, waktu senggang, dan pengembangan diri mereka berjalan
dengan baik.
c. 20-24 (Rata-rata) : Tingkat kepuasan hidup rata-rata pada negara
18
puas, tapi ada beberapa aspek kehidupan yang ingin ditingkatkan. Biasanya,
orang-orang yang berada pada level ini ingin meningkatkan kepuasan
hidupnya ke level yang lebih tinggi.
d. 15-18 (Agak di bawah rata-rata) : Orang-orang yang berada pada level ini
biasanya memiliki masalah kecil namun signifikan pada beberapa aspek
kehidupan mereka, atau memiliki kehidupan yang baik dalam sebagian besar
aspek, tapi ada satu masalah besar dalam salah satu aspek kehidupan
mereka. Ketidakpuasan dalam salah satu atau beberapa aspek ini akan
membuat gangguan ataupun perasaan yang tidak nyaman.
e. 10-14 (Tidak Puas) : Orang-orang pada level ini umumnya tidak puas dengan
hidup mereka. Mereka biasanya memiliki beberapa aspek kehidupan yang tidak berjalan dengan baik, sebagian diantaranya sangat buruk. Bila
ketidakpuasan hidup ini disebabkan oleh kejadian yang baru terjadi seperti
perceraian atau kematian dari anggota keluarga, mungkin orang yang
mengalaminya dapat kembali ke tingkat kepuasan hidup yang lebih tinggi
seiring berjalannya waktu. Namun, bila ketidakpuasan hidup ini
menghinggapi hingga menjadi kronis, maka orang yang mengalaminya perlu
untuk merubah sikap, cara berpikir, dan aktivitas sehari-hari. Untuk
membantu keluar dari masalah, dapat dilakukan cara seperti berbincang
dengan sahabat, atau mendatangi konselor untuk konsultasi. Namun,
hasilnya tergantung dari orang yang bersangkutan.
f. 5-9 (Sangat tidak puas) : Orang yang berada pada rentang ini sangat tidak
puas dengan hidup mereka. Hal ini bisa disebabkan karena kejadian buruk
yang baru saja dialami seperti perceraian atau mengalami pemecatan dari
19
kecanduan obat dan alkohol. Selain itu, kehilangan orang yang dicintai bisa
juga menjadi penyebab. Seringkali ketidakpuasan pada level ini disebabkan
karena mengalami ketidakpuasan dalam beberapa aspek kehidupan. Orang
yang berada pada level ini membutuhkan bantuan orang lain-keluarga,
sahabat, konselor atau psikolog- untuk membantu mengatasi masalah
hidupnya. Bila ketidakpuasan hidup ini menghinggapi hingga menjadi kronis,
maka orang yang mengalaminya perlu untuk merubah sikap, cara berpikir,
dan aktivitas sehari-hari. Butir soal lengkap dapat dilihat pada lampiran 8
(Bagian 2), nomor 50-54.
3. SPANE (Scale of Positive and Negative Feeling)
SPANE (Diener, Wirtz, Tov, Kim-Prieto, Choi, & Oishi, et al, 2009
)
adalah alat ukur mengukur afek positif dan afek negatif dan keseimbangan diantarakeduanya (SPANE B). Alat ini terdiri dari 12 butir dimana 6 butir mengukur afek
positif (SPANE P), dan 6 butir mengukur afek negatif (SPANE N). Untuk
masing-masing afek positif dan negatif, tiga dari butir pernyataan bermakna umum (cth:
positif, negatif), dan lainnya lebih spesifik (cth: bahagia, sedih). Alat ini memakai
skala 5 poin dari dari 1 = ”sangat tidak setuju”, 2 = ”tidak setuju”, 3 = ”ragu-ragu”, 4
= ”setuju sampai 5 = ”sangat setuju”. Cara melakukan skoring terhadap alat ukur ini
adalah memberikan nilai sesuai dengan urutan jawaban pada skala tersebut. Misalnya, jika subjek menjawab ”sangat tidak setuju”, maka akan diberikan skor 5,
jika menjawab ”tidak setuju” maka skor yang diberikan 2, dan seterusnya. Cara
mendapatkan nilai SPANE P dan SPANE N adalah dengan menjumlahkan skor
20
nilai SPANE P dengan SPANE N. Butir soal lengkap dapat dilihat pada lampiran 8
(Bagian 3), nomor 55-66.
3.4 Pengukuran
Pengukuran terhadap alat ukur dilakukan dua kali, yaitu pada studi uji coba
(pilot study) dan studi lapangan (field study). Studi uji coba dilakukan untuk
mengetahui apakah alat ukur yang akan dipakai memiliki internal consistency yang
baik. Studi lapangan bertujuan untuk mendapatkan data yang dipakai untuk analisis
utama penelitian.
Untuk menguji validitas, dilakukan uji validitas konten. Validitas konten terkait
dengan isi dari alat ukur yang akan bisa mendapatkan respon yang representatif dan sesuai dengan keseluruhan domain yang ingin diukur (Aiken & Groth-Marnat, 2006).
Untuk mengujinya, peneliti meminta expert judgement kepada dosen pembimbing
yang akan mengevaluasi isi dari alat ukur. Setelah alat ukur dianggap baik, peneliti
akan menyebarkannya kepada calon responden.
3.4.1 Uji Korelasi Antar Butir
Untuk menguji keakuratan butir pada alat ukur, dilakukan uji coba dengan
menyebarkan kuisioner awal secara online. Langkah selanjutnya adalah melakukan
perhitungan corrected item total correlation menggunakan software SPSS dengan
taraf signifikansi 0,05. Hasil perhitungan kemudian dibandingkan dengan batas
korelasi minimal 0,30. Menurut Azwar (dalam Priyatno, 2010), butir yang mencapai
koefisien korelasi mencapai 0,30 dianggap memuaskan. Jadi, butir dapat dianggap
21
3.4.1.1 Uji Korelasi Antar Butir Kualitas Pertemanan
Alat ukur kualitas pertemanan untuk studi uji coba ini memiliki butir-butir soal
yang mengukur enam dimensi : stimulating companionship (6 butir), help (7 butir),
intimacy (7 butir), reliable alliance (7 butir), self validation (8 butir), dan emotional stability (7 butir) dengan total butir ada 42. Ada 4 buah butir yang sifatnya unfavorable, yaitu butir nomor 9, 29, 37 dan 39. Untuk studi uji coba, hasil data yang
dapat diolah berjumlah 39 kuisioner.
Setelah melakukan perhitungan corrected item total correlation, didapatkan
hasil bahwa ada dua butir pernyataan yang tidak valid yaitu butir nomor 9 yang
mengukur help, nomor 29 yang mengukur self validation. Ada satu butir yang direvisi
yaitu butir nomor 37 yang mengukur emotional stability. Butir-butir yang tidak valid tersebut semuanya merupakan butir yang sifatnya unfavorable. Dengan demikian,
hanya ada satu butir unfavorable yang valid, yaitu butir nomor 39. Butir-butir lainnya
memiliki nilai korelasi yang baik jadi dianggap valid. Data selengkapnya dipaparkan
pada lampiran 3.
Tahap selanjutnya adalah membuang butir yang tidak valid dan merevisi butir
yang masih bisa diperbaiki. Setelah melakukan revisi terhadap satu butir soal, total
butir pernyataan yang dapat dipakai sebanyak 40 butir. Kemudian, penyebaran
kuisioner dilakukan secara online.
Dari penyebaran kuisioner online sebanyak 160, hasil yang masuk ke dalam
database sebanyak 120. Dari data yang masuk tersebut, data partisipan yang dapat
diolah sebanyak 101. Sisanya tidak dapat diolah karena isian kuisioner yang tidak
lengkap.
Hasil perhitungan corrected item total correlation dengan software SPSS
22
dianggap valid. Ada satu butir yang memiliki nilai dibawah 0,3 yaitu butir nomor 37
yang memiliki nilai korelasi 0,295 pada domain emotional stability. Namun, peneliti
memutuskan untuk tetap memakai butir tersebut, karena nilai korelasinya terhadap
total kualitas pertemanan adalah 0,38. Selain itu, nilai korelasi butir tersebut pada
domain emotional stability juga hampir mendekati 0,30. Penjabaran hasil
perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran.
3.4.1.2 Uji Korelasi Antar Butir Satisfaction with Life Scale (SWL)
Hasil uji corrected item correlation dengan software SPSS untuk SWL
menunjukkan bahwa semua butir valid karena nilai korelasi lebih besar dari 0,30,
baik pada studi uji coba, maupun pada studi lapangan. Data selengkapnya terdapat pada lampiran 4.
3.4.1.3 Uji Korelasi Antar Butir Scale of Positive and Negative Experience (SPANE)
Hasil uji corrected item correlation dengan software SPSS untuk SPANE
dibagi dua, yaitu untuk SPANE P (Postitive) dan SPANE N (Negative). Perhitungan
hasil studi uji coba menunjukkan bahwa semua butir pada SPANE P maupun
SPANE N memiliki nilai di atas 0,30 kecuali pada butir ”takut” yang bernilai 0,239.
Butir ini direvisi menjadi ”khawatir”, dan pada studi lapangan menunjukkan nilai
korelasi yang cukup baik (0,485). Oleh karena itu, pada studi lapangan, semua butir
23
3.4.2 Uji ReliabilitasUji realibilitas yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan teknik sekali
ukur, yaitu pengukuran hanya diberikan satu kali pada kelompok subjek
(Nisfiannoor, 2009). Dengan teknik ini, didapatkan informasi mengenai konsistensi
butir internal dengan rumus Alpha Cronbach. Nilai dari Alpha Cronbach akan
menunjukkan koefisien realibilitas. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan
software SPSS.
3.4.2.1 Uji Realibilitas Kualitas Pertemanan
Dari hasil perhitungan SPSS diketahui nilai Alpha Cronbach untuk alat ukur
Kualitas Pertemanan adalah 0,944. Perhitungan realibilitas juga dilakukan terhadap domain-domain kualitas pertemanan, dan diapatkan nilai Alpha Cronbach sebagai
berikut (tabel 3.1).
Tabel 3.1 Realibilitas Domain KP
Domain Alpha Cronbach
Stimulating Companionship 0,804 Help 0,839 Intimacy 0,861 Reliable Alliance 0,841 Self Validation 0,816 Emotional Stability 0,767 KP Total 0,944
24
Menurut Sekaran (dalam Priyatno, 2010) realibilitas yang dapat diterima
adalah 0,7 dan di atas 0,8 adalah baik, sedangkan kurang dari 0,6 adalah kurang
baik. Dengan demikian, berdasarkan data pada tabel 4.5, realibilitas keseluruhan
maupun masing-masing domain pada alat ukur Kualitas Pertemanan adalah baik.
Hasil perhitungan lengkap dari SPSS terdapat pada lampiran 3.
3.4.2.2 Uji Reliabilitas Satisfaction with Life Scale (SWL)
Hasil perhitungan realibilitas terhadap SWL menunjukkan nilai Alpha
Cronbach 0,801. Dengan demikian, realibilitas SWL dianggap baik. Hasil
perhitungan lengkap dari SPSS terdapat pada lampiran 4.
3.4.2.3 Uji Reliabilitas Scale of Positive and Negative Experience (SPANE)
Tabel 3.2 Realibilitas SPANE
Alpha Cronbach
SPANE P 0,771
SPANE N 0,745
Sumber: Hasil Olah Data SPSS
Dari Tabel 3.2 di atas dapat diketahui bahwa realibilitas SPANE P adalah
0,771, sedangkan untuk SPANE N 0,745. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa realibilitas untuk SPANE dapat diterima.
3.4.3 Uji Normalitas
Sebelum dilakukan uji hubungan, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas
25
SPSS. Persebaran data dikatakan normal bila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05
(Priyatno,2010).
Tabel 3.3 Uji Normalitas
Sumber: Hasil Olah Data SPSS
Dari tabel 3.3 di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi (Sig.) pada
semua KP 0,389; SWL 0,373; SPANE P 0,289; SPANE N 0,289; SPANE B 0,295
dan SWB 0,750. Nilai signifikansi semua variabel lebih besar dari 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa semua variabel memiliki persebaran data yang normal.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
KP SWL SPANEP SPANEN SPANEB SWB
N 101 101 101 101 101 101
Normal Parametersa Mean 1.5788E2 22.9010 22.0792 17.2970 4.7822 .00000 Std.
Deviation 1.69760E1 5.75240 3.12948 3.54555 5.85082 1.719657E0 Most Extreme Differences Absolute .090 .091 .098 .098 .097 .067 Positive .055 .056 .091 .098 .058 .053 Negative -.090 -.091 -.098 -.064 -.097 -.067 Kolmogorov-Smirnov Z .903 .915 .983 .982 .978 .676 Asymp. Sig. (2-tailed) .389 .373 .289 .289 .295 .750 a. Test distribution is Normal.
26
3.5 Prosedur3.5.1 Persiapan
Persiapan pertama yang dilakukan adalah mempersiapkan instrumen
penelitian yang akan digunakan. Peneliti menggunakan tiga alat ukur yaitu kuisioner
Kualitas Pertemanan, Satisfaction With Life Scale (SWLS) dan Scale of Positive and
Negative Experience (SPANE). Butir-butir dalam kuisioner Kualitas Pertemanan
disusun oleh peneliti berdasarkan teori mengenai kualitas pertemanan. Sedangkan
dua alat ukur lainnya (SPANE dan SWLS) merupakan terjemahan dari alat ukur
yang sudah ada yang berbahasa Inggris.
Untuk mempersiapkan kuisioner Kualitas Pertemanan, pertama-tama peneliti
membuat draf awal yang berisi butir butir soal yang mengukur kualitas pertemanan. Draf awal ini berjumlah 42 butir. Kemudian, peneliti melakukan konsultasi dengan
dosen pembimbing untuk memberikan pendapatnya (expert judgement) mengenai
keterbacaan (face validity) dan juga isi dari butir-butir tersebut.
Persiapan awal pada alat ukur yang berbahasa Inggris (SWLS dan SPANE)
adalah dengan menerjemahkan butir-butir soal ke dalam Bahasa Indonesia.
Pertama-tama, peneliti menerjemahkan sendiri alat ukur tersebut. Kemudian, untuk
mendapatkan hasil terjemahan yang lebih meyakinkan, peneliti menguji terjemahan
tadi dengan memberikannya kepada seorang lulusan Sastra Inggris dari Universitas
Bina Nusantara (yang dianggap sebagai expert judgement), untuk diterjemahkan
kembali ke dalam bahasa Inggris. Hal ini dilakukan untuk menguji apakah
terjemahan yang dilakukan oleh peneliti mengalami perubahan makna atau tidak.
Setelah melakukan expert judgement terhadap terjemahan, tidak ditemukan
perubahan makna yang signifikan. Dengan demikian, hasil terjemahan sudah
27
Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah dengan melakukan uji coba (pilot
study) kuisioner untuk menguji kualitas alat ukur. Uji coba dilakukan dengan
menyebarkan kuisioner kepada mahasiswa Universitas Bina Nusantara. Data yang
terkumpul dan dapat diolah sebanyak 39 dan dianggap cukup. Dari hasil
perhitungan, diputuskan bahwa ada dua butir dari kuisioner kualitas pertemanan
yang dihapus, dan satu butir direvisi. Dari alat ukur SPANE butir ”takut” direvisi
menjadi ”khawatir”. Pembahasan lebih lengkap terhadap hasil pilot study dapat
dilihat pada bab 3.4. Hasil pilot study yang pertama menyimpulkan bahwa alat ukur
sudah cukup baik dan siap untuk dipakai pada field study.
3.5.2 Pelaksanaan
Untuk menyebarkan kuisioner (baik pilot study maupun field study), dilakukan
secara online. Pilot study dilakukan dari 30 Juni sampai 16 Juli 2011. Uji field study
dilakukan dari 16 Juli sampai 26 Juli. Untuk menyebarkan kuisioner (baik pilot sudy
maupun field study), dilakukan secara online dengan bantuan layanan survey online
bernama kwiksurveys (www.kwiksurveys.com). Kwiksurveys memungkinkan peneliti
untuk membuat kuisioner yang dapat disebarkan lalu diisi oleh responden secara
online.
Penyebaran kuisioner dengan bantuan melalui internet (online) memiliki
keuntungan yaitu efisien dan tidak banyak memakan biaya. Selain itu, kuisioner
online tidak memerlukan kertas sehingga lebih ramah lingkungan. Dengan bantuan
internet, partisipan dapat mengisi kuisioner ketika kondisi mereka sedang nyaman
tanpa harus meninggalkan ruangan mereka. Kekurangan dari metode ini adalah
terjadinya selection bias karena responden hanya berasal dari golongan yang
28
terhadap lingkungan responden. (Shaughnessy, Zechmeister, & Zechmeister,
2006).
Peneliti memilih metode ini dengan mempertimbangkan keuntungan dari
metode online yaitu efisien dan murah. Untuk mengatasi kontrol yang kurang,
peneliti melengkapi kuisioner dengan sistem yang akan mengingatkan partisipan
apabila ada butir yang belum diisi. Sistem dalam kwiksurveys didesain sedemikian
rupa sehingga memungkinkan hal tersebut dilakukan. Dengan sistem ini, partisipan
harus mengisi semua butir untuk menyelesaikan survey. Dengan demikian semua
kuisioner yang masuk ke database adalah kuisioner yang lengkap terisi. Selain itu
peneliti menganggap metode online ini cocok diterapkan pada subjek yang
merupakan mahasiswa Universitas Bina Nusantara. Hal ini karena pertimbangan bahwa Universitas Bina Nusantara merupakan kampus yang berbasis teknologi
informasi.
Seperti yang dijelaskan di atas, peneliti menggunakan kwiksurveys sebagai
alat bantu. Kuisioner yang telah dibuat dalam kwiksurveys akan memiliki alamat
yang dapat diakses melalui link kuisioner. Peneliti mengirim link kuisioner kepada
calon responden melalui akun social media (facebook) dan surel. Mengakses link
tersebut akan memunculkan halaman suryey penelitian. Kuisioner penelitian berisi
soal-soal yang mengevaluasi kebahagiaan dan kualitas pertemanan responden.
Selain itu, di awal kuisioner, responden juga diwajibkan mengisi data kontrol seperti
jenis kelamin, umur. Setelah responden selesai mengisi kuisioner, hasilnya akan
29
3.5.3 Olah DataPertama-tama, pengolahan data dilakukan dengan menghitung nilai skor
total SWL dan SPANE B. Keduanya dijumlahkan untuk mendapatkan skor SWB.
Kemudian, skor total Kualitas Pertemanan didapatkan dengan menjumlahkan nilai
dari semua domain. Kemudian, skor total Kualitas Pertemanan diuji korelasinya
dengan skor total SWB untuk mengetahui korelasi diantara keduanya.
Untuk melakukan uji korelasi, peneliti menggunakan rumus Pearson
Correlation yang dihitung dengan software SPSS versi 16.0. Rumus Pearson
Correlation digunakan untuk mengetahui keeratan antara dua variabel dan untuk
mengetahui arah hubungan yang terjadi (Priyatno, 2010). Sedangkan untuk mencari
tahu realibilitas alat ukur, digunakan rumus Alpha Cronbach yang dihitung dengan bantuan software SPSS versi 16.0