• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PERENCANAAN PARAMETER BSS UNTUK OPTIMALISASI BTS INDOOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PERENCANAAN PARAMETER BSS UNTUK OPTIMALISASI BTS INDOOR"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PERENCANAAN PARAMETER BSS

UNTUK OPTIMALISASI BTS INDOOR

3.1 BTS INDOOR

Berdasarkan data statistik yang ada, umumnya pengguna telepon selular di kota besar lebih banyak pada hari dan waktu jam kerja mereka berada di dalam gedung perkantoran maupun di pusat perbelanjaan. Meningkatnya pengguna telepon selular maka semakin besar pula jumlah traffic pada kanal pembicaraan, sehingga kebutuhan kanal pembicaraan meningkat. Sepeti tampak pada gambar 3.1, perbandingan traffic antar layer yang diambil dari salah satu Indoor BTS di salah satu gedung perkantoran di Jakarta dengan pembanding dari BTS Outdoor GSM1800 yang lokasinya berdekatan dengan Gedung Perkantoran tersebut.

Gambar 3.1 Grafik perbandingan traffic antar layer BTS

Cakupan dari sebuah BTS Outdoor mempunyai keterbatasan dalam penyediaan kanal pembicaraan, karena area cakupannya yang luas mencakup daerah sekitarnya, dimana terdapat gedung-gedung, perumahan, jalan raya dan lain

(2)

sebagainya. Selain itu BTS Outdoor mempunyai keterbatasan dalam hal penetrasi sinyal yang tidak dapat menjangkau keseluruhan area gedung.

Untuk mengatasi kendala cakupan dan kebutuhan traffic yang meningkat pada gedung yang mempunyai jumlah traffic penggunaan seluler yang tinggi (Hot Spot), maka di lokasi tersebut perlu dibangun sebuah BTS Indoor.

(3)

Tampak pada gambar 3.2, merupakan gambar perbandingan level sinyal antar layer BTS yang diambil dari salah satu gedung perkantoran yang telah dibangun BTS

Indoor GSM1800 dengan perbandingan dari BTS Outdoor GSM1900 yang dibangun

diluar gedung dengan jarak kurang lebih 150 meter, dimana sinyal level dari BTS

Outdoor tidak dapat mencakup keseluruhan area gedung secara merata.

Walaupun telah dibangun jaringan BTS Indoor di suatu gedung, masih ditemukan kendala dalam hal kualitas sinyal yang buruk bahkan sering terjadi drop

call, yang umumnya terjadi di area-area pinggiran gedung dimana terdapat sinyal

yang berasal dari cakupan BTS Outdoor yang sinyalnya lebih kuat, sehingga telepon genggam akan memilih sinyal yang terkuat sebagai Best Serving Cell.

Walaupun sinyal dari BTS Outdoor lebih kuat, bukan berarti kualitasnya baik, karena mempunyai keterbatasan dalam penggunaan frekuensi, sehingga memungkinkan terjadinya interferensi yang berasal dari BTS Outdoor yang lain yang menggunakan reuse frekuensi dan mengakibatkan penurunan kualitas sinyal, umumnya terjadi pada gedung-gedung bertingkat tinggi dimana sinyal-sinyal dari banyak BTS Outdoor tertangkap disana. Salah satu contoh masalah yang terjadi adalah jika MS melakukan panggilan pada BTS Outdoor, maka karena suatu sebab handover berlangsung dan memindahkan MS ke BTS Outdoor GSM1800, dimana pada frekuensi GSM yang dimiliki oleh operator seluler ini mempunyai re-use frekuensi yang amat ketat sehingga kemungkinan interferensi terjadi dan menyebabkan penurunan nilai C/I dan degradasi dari kualitas sinyal.

Berdasarkan akar permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan optimalisasi pada BTS Indoor, hal ini dilakukan dengan pengaturan beberapa parameter seluler untuk mengoptimalkan fungsinya, sehingga bukan hanya sebagai Indoor Building

Coverage tetapi menjadikan sebagai Indoor Building Solution yang memberikan

solusi Coverage, Capacity maupun Quality. Kualitas sinyal akan membaik bila berasal dari BTS Indoor karena mempunyai alokasi frekuensi sendiri yang berbeda dengan BTS Outdoor.

(4)

3.2 OPTIMALISASI FUNGSI BTS INDOOR

Pengaturan parameter seluler untuk mengoptimalkan fungsi dari BTS Indoor didesain berdasarkan obyektif yang akan dicapai yaitu: MS yang berada dalam gedung yang mempunyai BTS Indoor sebagai serving cell harus selalu di-serving oleh

BTS Indoor tersebut.

Strategi untuk mengoptimalkan fungsi dari BTS Indoor tersebut adalah mengoptimalkan fungsi dari parameter-parameter BSS BTS Indoor itu sendiri, maupun BTS Outdoor disekelilingnya, dimana sudah termasuk strategi layering GSM, pengaturan handover, power control dan neighbor cell, secara garis besar dibagi dalam tujuh kelompok: Manajemen idle mode, Manajemen traffic, Manajemen interferensi, Manajemen spillage, Manajemen handover keluar, Manajemen handover masuk dan Manajemen neighbor cell.

Pada Tugas Akhir ini, penulis melakukan implementasi optimalisasi fungsi

BTS Indoor berdasarkan strategi tersebut dan dilakukan pada jaringan seluler indoor

PT. Telkomsel Regional Jakarta dilokasi Gedung Mega Plaza, dimana hasil-hasil yang dicapai dari implementasinya akan dijelaskan pada bab 4.

3.2.1 Optimalisasi Idle Mode

Optimalisasi dari cakupan BTS Indoor perlu dilakukan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih dari dibangunnya BTS Indoor itu sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat BTS Indoor sebagai best serving cell di area cakupannya tanpa terjadinya cakupan yang keluar dari area gedung yang menyebabkan interferensi pada jaringan (spillage) dimana penempatan antenna-antena BTS Indoor perlu dioptimalkan.

Setelah area cakupan optimal, maka parameter BSS yang mengatur nilai

C2 harus dibuat sebesar mungkin diatas nilai-nilai C2 dari BTS Outdoor

disekelilingnya. Dimana parameter BSS yang diubah adalah: 1. CellReselectOffset diubah ke 24 dB

(5)

2. TemporaryOffset diubah ke 30 dB 3. PenaltyTime diubah ke 60 detik 4. RxLevAccessMin diubah ke -95 dBm 5. DrInUse diubah ke 0

Dengan perubahan CellReselectOffset dan RxLevAccessMin maka diyakinkan bahwa setelah PenaltyTime selesai (60 detik) maka nilai C2 BTS Indoor akan berada pada nilai yang tertinggi dari nilai-nilai C2 BTS lain. Dan dengan

DrInUse disable, maka diyakinkan tidak ada kejadian directed retry saat MS

yang melakukan panggilan atau menerima panggilan.

3.2.2 Optimalisasi Traffic

BTS Indoor diperuntukan bagi MS yang bergerak lambat dan sebagai

penyedia kebutuhan traffic pada area hot spot seperti pusat perbelanjaan dan perkantoran. Berdasarkan peruntukannya, maka BTS Indoor harus selalu dapat menyediakan kebutuhan traffic, sehingga bila kapasitas traffic yang ada pada

BTS Indoor terjadi TCH blocking atau congestion, maka hal-hal yang perlu

dilakukan dalam kaitan untuk mengoptimalkan fungsinya adalah sebagai berikut:

1. Melakukan traffic balancing berdasarkan utilisasi TRX dari BTS Indoor yang sama layer-nya (bila ada), yaitu dengan pengaturan parameter BSS

HoMarinPBGT antar layer yang sama.

2. Melakukan pengaturan nilai C2 dari BTS Indoor yang sama layer-nya (bila ada), yaitu dengan pengaturan parameter BSS CellReselectOffset.

3. Melakukan pengaturan neighbor cell BTS Indoor yang mempunyai layer yang sama, yaitu dengan pengaturan kombinasi parameter BSS

HoMarginPBGT dan HoMarginLev.

4. Men-disable Directed Retry pada BTS Indoor untuk meyakinkan bahwa tidak terjadinya directed retry, sehingga traffic yang ada merupakan traffic yang sebenarnya.

(6)

5. Melakukan penambahan TRX (traffic channel) bila terjadi TCH blocking atau congestion pada BTS Indoor tidak mempunyai sektor yang lain yang sama layer-nya.

3.2.3 Optimalisasi Interferensi

Interferensi dapat timbul dari dua belah pihak, baik yang berasal dari luar maupun yang berasal dari dalam. Interferensi yang berasal dari luar, dapat terjadi karena adjacent interference maupun co-channel interference pada frekuensi BCCH maupun pada frekuensi hopping MA list (co-Mal), umumnya pada arah downlink. Sedangkan interferensi yang berasal dari dalam, umumnya terjadi karena MS saling menginterferesi MS satu sama lain pada arah uplink karena pemakaian daya berlebih atau pemakaian daya yang kurang untuk kebutuhan BTS menerima sinyal MS dengan baik.

Pada BTS Indoor perlu dilakukan pengaturan power control untuk kebutuhan daya yang optimal pada MS dan BTS dalam berkomunikasi, sehingga interferensi yang terjadi dapat ditekan serendah-rendahnya. Parameter BSS yang diubah untuk kebutuhan ini adalah:

1. PcLowerThresholdsLevDL dan PcUpperThresholdsLevDL untuk membuat

power window dari level downlink berkisar -70 dBm hingga -60 dBm. Dan

juga mengatur PcLowerThresholdsLevDL Px dan Nx dengan nilai 1 untuk mempercepat kejadian peningkatan daya, dan juga mengatur

PcUpperThresholdsLevDL Px dan Nx dengan nilai 4 dan 6 untuk men-delay

dari akurasi pengukuran supaya penurunan tingkat daya tidak terlampau cepat.

2. PcLowerThresholdsLevUL dan PcUpperThresholdsLevUL untuk membuat

power window dari level downlink berkisar -80 dBm hingga -70 dBm,

dimana secara umum perbedaan beda sinyal level antara uplink dan

downlink adalah 10 dB. Dan juga mengatur PcLowerThresholdsLevUL Px

(7)

juga mengatur PcUpperThresholdsLevUL Px dan Nx dengan nilai 4 dan 6 untuk men-delay dari akurasi pengukuran supaya penurunan tingkat daya tidak terlampau cepat.

3. PcAveragingLevelDL dan UL diubah menjadi 2 sampel window size sehingga mempercepat proses averaging dalam pengukuran power control. 4. PcIncrementStepSize diubah menjadi 6 dB sehingga memperbesar langkah

saat terjadinya peningkatan daya yang akan terjadi pada tiap 6 dB.

3.2.4 Optimalisasi Spillage

Spillage yaitu suatu kejadian dimana level sinyal dari BTS Indoor masih kuat hingga diluar area cakupannya, hal ini amat merugikan dan dapat mengurangi nilai dan fungsi dari BTS Indoor itu sendiri. Bilamana spillage itu terjadi, kerugian yang akan timbul adalah MS yang bergerak cepat akan menerima level sinyal tersebut dan dimungkinkan dapat handover ke BTS

Indoor, bilamana MS terus melaju cepat, maka terjadi penurunan sinyal level

yang amat drastis yang dapat menyebabkan drop call.

Secara parameter BSS hal tersebut dapat dicegah, yaitu dengan menurunkan nilai C2 dan menambah nilai HoLevelUmbrella, tetapi hal tersebut akan menyebabkan area cakupan dari BTS Indoor seakan mengecil, sehingga mengurangi fungsi dari BTS Indoor tersebut.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pengaturan spillage adalah sebagai berikut:

1. Melakukan tinjauan ulang mengenai penempatan antena indoor yang mempunyai kemungkinan penyebab spillage terjadi.

2. Mengaktifasi parameter BSS handover berdasarkan jarak MS-BS yaitu dengan parameter BSS msMaxDistanceinCallSetup pada nilai timing advance 1, msDistanceAveragingParam pada nilai 10, msMaxRange pada nilai timing advance 1, msMaxRangePx dan Nx ber nilai 1 untuk mempercepat proses pengukuran, dimana diaktivasi dengan

(8)

enableMSDistanceProcess. Sehingga MS yang melakukan panggilan,

menerima panggilan dan handover adalah hanya MS yang berjarak sekitar 550 meter (total jarak propagasi gelombang) terhadap BS.

3.2.5 Optimalisasi Handover Keluar

Sebab terjadinya proses handover pada MS yang berada pada serving

cell BTS Indoor, selain karena trigger dari interferensi dan quality, umumnya

karena sinyal level pada MS telah mencapai threshold sinyal level untuk melakukan handover. Bila handover terjadi maka handover tersebut adalah berdasarkan radio resource handover dimana dalam layering GSM merupakan perpindahan dari lower layer ke upper layer.

Alokasi frekuensi untuk BTS Indoor mempunyai alokasi frekuensi sendiri yang independen, sehingga kecil kemungkinan terjadi interferensi pada

BTS Indoor (kecuali dari gedung yang bersebelahan), sehingga bisa diyakinkan

bahwa dengan level yang paling optimal dan serendah-rendahnya masih dapat mempertahankan kualitas sinyal karena level C/I yang baik.

Berdasarkan hal tersebut maka dalam mengoptimalkan area cakupan

BTS Indoor dapat dilakukan hingga sampai ke area pinggir gedung dengan

mengatur beberapa parameter BSS, sehingga MS dapat tetap didalam serving

cell BTS Indoor dan mengurangi kemungkinan handover keluar ke BTS Outdoor, sebagai berikut:

1. HoThresholdLevelUL dan HoThresholdLevelDL diatur dengan nilai -100 dBm dan -90 dBm. Sehingga keadaan sinyal level baik level uplink maupun level downlink akan men-trigger handover pada level tersebut.

2. HoThresholdLevelDL/ UL Px dan Nx diatur pada nilai 2 dan 4 untuk

men-delay akurasi dari pengukuran sehingga trigger handover tidak terlalu cepat

(9)

3. HoMarginLev diatur pada nilai 6 dB, sehingga hanya neighbor cell yang terukur mempunyai level sinyal 6 dB lebih besar dari serving cell yang dapat dijadikan sebagai kandidat handover.

4. RxLevMinCell diatur pada nilai -85 dBm, sehingga hanya neighbor cell yang terukur mempunyai level sinyal minimum -85 dBm yang dapat dijadikan sebagai kandidat handover.

3.2.6 Optimalisasi Handover Masuk

Bila karena suatu sebab baik karena interferensi maupun quality yang menyebabkan terjadinya proses handover dari MS yang berada di area cakupan

serving cell BTS Indoor keluar ke serving cell BTS Outdoor, maka yang terjadi

selanjutnya pada MS yaitu dapat handover kembali ke BTS Indoor, maupun dapat juga di-handover-kan ke BTS Outdoor yang lain dari neighbor cell-nya, sehingga dapat memungkinkan terjadinya drop call, terlebih lagi bila BTS

Indoor bukan termasuk neighbor cell dari BTS Outdoor tersebut.

Untuk mencegah hal ini, maka bila terjadi proses handover keluar ke

serving cell BTS Outdoor, dengan pengaturan parameter BSS, maka MS harus

dibuat semudah mungkin dapat handover kembali ke serving cell BTS Indoor. Proses handover dari BTS Outdoor ke BTS Indoor dalam layering GSM adalah berdasarkan Fast/Slow Moving Mobile dimana terjadi dari upper layer ke lower layer, sehingga parameter BSS yang diatur tersebut adalah sebagai berikut: 1. HoLevelUmbrella diatur pada nilai -85 dBm, sehingga minimum sinyal

level sebesar -85 dBm dari BTS Indoor yang terukur oleh MS dapat menjadikan BTS Indoor tersebut sebagai kandidat handover.

2. FastMovingThreshold diatur pada nilai 40 (10 detik) untuk sektor yang mencakup area bawah dan 60 (15 detik) untuk sektor yang mencakup area atas. Sehingga bila MS sudah berada pada area cakupan BTS Indoor selama lebih dari 10 detik (sektor bawah) atau 15 detik (sektor atas) maka akan BTS

(10)

baik threshold dari HoLevelUmbrella maupun FastMovingThreshold, keduanya harus terlampaui terlebih dahulu untuk dapat tercapainya proses

handover.

3. RxLevMinCell diatur pada nilai -100 dBm, sehingga level sinyal BTS Indoor yang terukur oleh MS dengan minimum level -100 dBm sudah dapat dijadikan sebagai kandidat handover.

3.2.7 Optimalisasi Neighbor Cell

Neighbor cell merupakan bagian yang terpenting dalam proses inter-cell handover, dimana MS dapat melakukan handover dari satu cell ke cell yang lain

untuk menghindari kemungkinan terburuk yang dapat menyebabkan drop call, yaitu interferensi, quality dan sinyal level baik arah uplink maupun downlink.

Suatu serving cell harus mempunyai satu atau lebih neighbor cell dimana daftar dari neighbor cell tersebut dapat ditambahkan atau dikurangi tergantung keperluannya. Dalam kaitan strategi optimalisasi BTS Indoor, pengaturan neighbor cell penting dilakukan, dimana hal-hal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Meng-audit dari daftar neighbor cell yang diperlukan, hanya BTS Outdoor yang paling dekat jaraknya dengan BTS Indoor yang masuk dalam daftar

both-way neighbor cell (dapat melakukan handover keluar dan handover

masuk). Hal ini untuk meminimalkan jumlah neighbor cell sehingga kemungkinan handover keluar dari BTS Indoor pun berkurang, dan juga karena jarak yang berdekatan itulah yang dapat meyakinkan bila MS memang betul keluar dari area cakupan BTS Indoor, maka akan di-serving hanya oleh neighbor cell tersebut.

2. Menambah daftar neighbor cell sebanyak mungkin yang dibutuhkan untuk

handover masuk ke BTS Indoor (one-way handover-in), sehingga

memungkinkan MS handover masuk ke BTS Indoor bila MS melakukan call

(11)

neighbor cell perlu dilakukan pengukuran neighbor cell yang belum

terdefinisi dalam daftar, yaitu dengan scanning frekuensi (dengan TEMS) maupun dengan menggunakan laporan OMC-R (undefine adjacencies). 3. Setelah menambah daftar neighbor cell, maka perlu dilakukan audit

berdasarkan jumlah handover attempt yang terjadi antara BTS Indoor dan

neighbor cell tambahan tersebut. Pengurangan daftar neighbor cell

dilakukan sebagai hasil audit, bila jumlah handover attempt sedikit, atau bahkan tidak ada attempt sama sekali.

3.3 PENGUKURAN DENGAN TEMS

TEMS (Test Mobile System) merupakan suatu alat ukur untuk melakukan

investigasi performansi jaringan seluler GSM yang diproduksi oleh perusahaan international Ericsson. TEMS juga dapat untuk mengukur performansi jaringan BTS

Indoor, dimana untuk melakukannya disebut walk test, yaitu mengukur sambil

berjalan ke seluruh area cakupan BTS Indoor, sehingga hasil pengukurannya sesuai dengan sinyal sebenarnya pada setiap titik atau sudut area cakupan BTS Indoor.

Gambar 3.3 Koneksi Perangkat TEMS

Informasi yang diberikan oleh TEMS meliputi Cell Identity, BTS Identity

Code, BCCH Carrier, ARFCN, Mobile Country Code, Mobile Network Code, Location Area Code dari serving cell, bahkan informasi time slot, channel type, Speech Codec, Ciphering Algorithm, informasi frekuensi hopping dari TRX serving cell. TEMS juga memberikan informasi mengenai Rx Level, BSIC, BCCH Carrier,

(12)

Nilai C1 dan C2 dari lebih dari 6 neighbor cell. Dan untuk informasi parameter performansi mengenai Rx Lev, Rx Qual, FER, Speech Quality Index (SQI), DTX

downlink, timing advance, C/I, MS power, counter radio link time out dan lain

sebagainya, dimana keseluruhan parameter GSM termasuk signaling pada air

interface GSM dapat diberikan informasinya oleh TEMS. Selain itu pula TEMS dapat

melakukan pengukuran scanning frekuensi, dimana daftar frekuensi yang ingin

di-scan dapat dipilih sesuai kebutuhan.

Hasil pengukuran dari TEMS dapat disimpan dalam bentuk logfile (*.log)

sehingga hasil pengukuran tersebut dapat diputar ulang untuk dianalisa. Dimana pada Tugas Akhir ini penulis menggunakan TEMS Investigation versi 8 untuk pengukuran data walk test dengan menggunakan TEMS Mobile K800, dan TEMS Investigation versi 8 untuk analisa data walk test. Tampilan dari TEMS Investigation versi 8 pada

windows dapat dilihat pada gambar 3.4 berikut:

(13)

Mekanisme pengukuran dengan TEMS yang dilakukan untuk mendapatkan informasi yang diinginkan pada area cakupan BTS Indoor adalah dengan menggunakan setting instalasi, menjalankan software dan hardware TEMS, membuat panggilan atau idle mode (dapat pula melakukan scanning frekuensi), selanjutnya melakukan pengukuran sambil berjalan sesuai dengan denah yang tampil pada layar windows.

Pada Tugas Akhir ini, penulis melakukan pengukuran menggunakan TEMS

Investigation versi 8 untuk melakukan pengukuran dengan parameter performansi

yang diamati adalah: Rx Lev, Rx Qual dan SQI sebelum dilakukannya perubahan parameter BSS dan dibandingkan dengan hasil pengukuran setelah dilakukannya perubahan parameter BSS pada rute walk test yang sama, yang akan dibahas pada bab 4.

Parameter pengukuran TEMS untuk Rx Level mempunyai range sinyal level berkisar antara -10 hingga -120 dBm, dimana semakin besar nilainya maka level sinyal semakin baik. Sedangka3n untuk Rx Quality direpresentasikan dengan indeks antara 0 hingga 7, dimana semakin besar nilainya maka kualitas sinyal semakin buruk. Untuk SQI direpresentasikan dengan indeks antara -20 hingga 30, dimana semakin besar nilainya maka kualitas suara semakin baik.

3.4 PENGUKURAN STATISTIK OMC-R

OMC-R yang merupakan pusat monitoring dan perbaikan dari semua kegiatan

jaringan GSM selain bertugas memonitor kegiatan yang ada pada jaringan BSS seperti

monitoring alarm, konfigurasi jaringan BSS, parameter jaringan BSS, juga bertugas

mengambil data performansi jaringan BSS. BSC yang Sebagai pengontrol utama sistem BSS memiliki counter-counter pengukuran yang secara otomatis menghitung setiap kejadian yang terukur pada BSC, seperti menghitung jumlah permintaan panggilan yang terjadi, jumlah panggilan yang sukses dan yang tidak sukses, panggilan yang terputus, gangguan pada sistem BSS, dan lain sebagainya [3]. Nilai-nilai counter tersebut secara terus menerus akan dikirim ke server database OMC

(14)

untuk disimpan secara teratur, data-data nilai counter yang terakumulasi pada server

database tersebut salah satunya digunakan untuk menghitung parameter-parameter

performansi dengan formula parameter performansi tertentu yang diinginkan melalui suatu program bahasa SQL (Sequence Query Language).

Metoda pengukuran parameter performansi jaringan GSM pada OMC dilakukan dengan cara mengaktifkan counter-counter pengukuran sesuai yang diinginkan pada BSC dan kemudian mengeksekusi program SQL untuk mengambil data performansi BSS diserver database OMC [3]. Program SQL yang dieksekusi ini bekerja dengan cara memasukan data-data counter yang diinginkan tersebut pada formula dari setiap parameter performansi sehingga hasil keluarannya berupa file teks berisi table performansi untuk tiap-tiap BTS berdasarkan waktu atau hari. Adapun program SQL yang dieksekusi tersebut berupa script-script (script yang disediakan oleh vendor manufacture) yang sesuai dengan kebutuhannya untuk dieksekusi dan diambil datanya. File teks tersebut selanjutnya dikonversikan ke dalam bentuk file

excel spreadsheet untuk memudahkan dalam pembuatan grafik dalam menganalisa

parameter-parameter performansi, seperti ilustrasi pada gambar 3.7 berikut:

Gambar 3.5 Blok diagram proses pengukuran performansi BSS

Mengaktifkan counter pengukuran

Mengirimkan data counter hasil pengukuran BSC Server Program OMC - BSS Server Database OMC - BSS File Teks Mengeksekusi Program SQL untuk

(15)

Statistik parameter performansi yang penulis ambil untuk Tugas Akhir ini meliputi empat parameter utama, yaitu: perfromansi traffic (TCH Traffic), performansi kanal

TCH (TCH drop rate dan TCH blocking rate), performansi kanal SDCCH (SDCCH drop rate) dan performansi handover (Handover failure rate), yang dijelaskan

sebagai berikut [3], [4]:

1. TCH Drop Rate

TCH Drop Rate merupakan persentasi kegagalan panggilan setelah berhasil

menduduki kanal TCH pada suatu cell BTS, dinyatakan dengan persamaan:

(3.1)

2. SDCCH Drop Rate

SDCCH Drop Rate merupakan persentasi kegagalan panggilan dalam menduduki

kanal SDCCH pada suatu cell BTS, dinyatakan dengan persamaan:

(3.2)

3. Handover Failure Rate

Handover Failure Rate merupakan persentasi kegagalan dalam mencoba handover keluar atau masuk dari pada suatu cell BTS ke cell BTS yang lain,

dinyatakan dengan persamaan:

(3.3)

4. TCH Blocking Rate

TCH Blocking Rate merupakan persentasi kegagalan dalam mencoba melakukan

permintaan kanal TCH dari suatu cell, dinyatakan dengan persamaan:

(16)

5. TCH Traffic

TCH Traffic merupakan jumlah traffic yang terjadi pada TCH. Traffic dalam

sistem telekomunikasi diartikan Sebagai lamanya pemakaian saluran yang diduduki dan diukur dengan satuan waktu. Satuan traffic dinyatakan dalam

erlang. Definisi dari satu erlang adalah lamanya pendudukan satu sirkit selama

satu jam secara terus menerus. Sedangkan intensitas traffic (A) didefinisikan sebagai jumlah total pendudukan dalam satu erlang waktu tertentu, seperti dijelaskan pada persamaan berikut:

C x h

A = (3.4) T

Dimana,

A = intensitas traffic (erlang) C = jumlah panggilan

H = waktu rata-rata pendudukan kanal (jam) T = waktu pengamatan (jam)

Selain itu juga penulis mengambil beberapa parameter-parameter performansi untuk melihat performansi handover antar relasi, dimana performansi ini dapat melihat penyebab dari handover (handover cause) maupun jumlah handover antar relasi tersebut sehingga dapat melihat peningkatan atau penurunan jumlah handover dari BTS Indoor ke BTS Outdoor atau sebaliknya dari hasil sebelum dilakukannya perubahan parameter BSS dan dibandingkan dengan hasil pengukuran setelah dilakukannya perubahan parameter BSS yang akan dibahas pada bab 4.

Mekanisme pengambilan statistic performansi BTS Indoor dari OMC-R adalah dengan mengeksekusi script-script dari performance report yang telah disediakan, dimana script-script tersebut akan menghasilkan data sesuai dengan

(17)

tersebut dapat ditentukan sesuai keinginan, baik per satuan jam, maupun per satuan hari.

Gambar

Gambar 3.1 Grafik perbandingan traffic antar layer BTS
Gambar 3.2 Perbandingan level sinyal antar layer BTS
Gambar 3.3 Koneksi Perangkat TEMS
Gambar 3.4 Tampilan TEMS Investigation versi 8.0.4
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan Metode Role Playing Dalam Pengembangan Keterampilan Sosial Peserta Didik Pada Pembelajaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas Pada Peserta Didik Kelas VIII di MTS YPPS

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan sikap siswa tentang cuci tangan pakai sabun diperoleh hasil nilai p McNemar adalah 0,001 sehingga secara statistik

Informasi yang dimaksud adalah uraian proses kegiatan pembelajaran, keaktifan peserta didik pada saat kegiatan pembelajaran yang diperoleh dari hasil observasi,

29 Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa

Kasus yang dapat dijadikan contoh adalah sekitar kawasan stasiun Depok Baru yang mulai tumbuh penggunaan lahan sebagai lahan perumahan, pertokoan, perkantoran dan

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan pendidikan merupakan usaha seseorang untuk mengembangkan kemampuan, pengetahuan, sikap, ketrampilan yang dikehendaki