• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA Kerbau Rawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA Kerbau Rawa"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA Kerbau Rawa

Kerbau adalah hewan ruminansia dari sub famili Bovidae yang berkembang di banyak bagian dunia dan diduga berasal dari daerah India. Kerbau domestikasi atau water bufallo berasal dari spesies Bubalus arnee. Spesies kerbau lain yang masih liar adalah B. mindorensis, B. depressicornis dan B. cafer (Hasinah dan Handiwirawan, 2006). Kerbau Asia terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau domestik terdiri atas dua tipe yaitu kerbau rawa (swamp buffalo) dan kerbau sungai (river buffalo).

Kerbau (Bubalus bubalis Linn.) adalah ruminansia yang mempunyai potensi tinggi dalam penyediaan daging. Kerbau merupakan ternak asli daerah panas dan lembab, khusus daerah belahan utara tropika. Kerbau ditinjau dari habitat, digolongkan dalam dua tipe, yaitu swamp bufallo dan river bufallo. Habitat swamp buffalo (kerbau rawa) adalah rawa, tempat berkubang adalah di lumpur sehingga disebut juga kerbau lumpur, sedangkan river buffalo (kerbau sungai) menetap di daerah basah dan lebih suka berenang di sungai atau kolam. Kerbau sungai merupakan tipe kerbau penghasil susu, sedangkan kerbau rawa merupakan tipe penghasil daging (Fahimuddin, 1975).

Kerbau rawa banyak terdapat di daerah Asia Tenggara. Kerbau ini tampak lebih liar dibandingkan dengan kerbau tipe sungai. Fahimuddin (1975) menyatakan bahwa kerbau rawa merupakan kerbau yang berbadan pendek, besar, bertanduk panjang, memiliki konformasi tubuh yang berat dan padat. Ciri-ciri bagian muka kerbau rawa adalah dahi datar, muka pendek, moncong lebar dan terdapat bercak putih di sekitar mata. Mason (1974a) menambahkan bahwa kerbau rawa memilki tubuh dan kaki yang pendek, perut yang luas dan leher panjang.

Kerbau rawa berwarna abu-abu dengan warna yang lebih cerah pada bagian kaki. Warna yang lebih terang dan menyerupai garis kalung juga terdapat di bawah dagu dan leher. Mason (1974b) juga menyatakan bahwa kerbau rawa berwarna kelabu, hitam totol-totol atau belang putih, albino dan abu-abu dengan warna yang lebih cerah pada kaki. Selain itu, warna yang lebih terang juga terdapat di bawah dagu dan leher. Kerbau rawa tidak pernah berwarna cokelat atau abu-abu cokelat sebagaimana kerbau sungai.

(2)

4 Kerbau Belang (Spotted Buffalo)

Kerbau Belang termasuk dalam kelas Mamalia, ordo Artiodactila, famili Bovidae, subfamili Bovinae, genus Bubalus, spesies Bubalus bubalis (kerbau air atau water buffalo). Kerbau air terbagi menjadi dua macam yaitu kerbau lumpur atau rawa (swamp buffalo) dan kerbau sungai (river buffalo). Kerbau belang di Tana Toraja termasuk dalam jenis kerbau rawa (Cockrill, 1974).

Secara garis besar, masyarakat Toraja mengenal tiga kategori warna kerbau yakni kerbau bonga atau kerbau belang, pudu’ atau kerbau hitam, dan sambao’ atau kerbau abu-abu. Masih terdapat variasi warna pula dari ketiga kategori tersebut. Kerbau belang mempunyai nilai relatif mahal, menyusul Kerbau pudu’ dan Kerbau sambao’.

Kerbau bonga (belang) adalah kerbau yang berwarna kombinasi hitam dan putih serta dianggap paling cantik. Harga kerbau belang mencapai puluhan sampai ratusan juta. Kerbau juga dapat ditemukan di masyarakat TO Bada, Sulawesi Tengah, Sumba, Flores, Roti dan Timor (Nooy-Palm, 1979). Namun, secara proporsional sangat jarang. Kerbau jenis ini di Toraja sendiri sangat jarang. Kelahiran Kerbau Belang bagi peternak merupakan suatu berkah. Upaya untuk perkawinan silang pun jarang sekali berhasil. Kelahiran bonga ini dinilai sangat kebetulan. Satu kerbau bonga biasanya dinilai antara 10 hingga 20 kerbau hitam. Peter et al. (2003) menyatakan bahwa bonga memiliki beberapa variasi dari segi kombinasi warna dan tanda-tandanya, yaitu 1) bonga saleko atau bonga doti adalah jenis yang warna hitam dan putih hampir seimbang serta ditandai dengan taburan bintik-bintik di seluruh tubuh, 2) bonga sanga’daran adalah jenis yang di bagian mulut didominasi warna hitam, 3) bonga randan dali’ adalah jenis bonga yang alis matanya berwarna hitam, 4) bonga takinan gayang adalah jenis yang memiliki warna hitam menyerupai parang panjang di punggung, 5) bonga ulu adalah jenis bonga yang berwarna putih hanya di kepala sedangkan bagian leher dan badan berwarna hitam, 6) bonga lotong boko’ adalah jenis bonga yang terdapat warna hitam di punggung, 7) bonga bulan adalah jenis bonga yang seluruh badan berwana putih, serta 8) bonga sori adalah jenis bonga yang warna putih hanya di kepala bagian mata.

(3)

5 Mason (1974b) menyatakan variasi warna kerbau rawa adalah kelabu, hitam totol-totol atau belang putih, albino dan abu-abu. Praharani dan Triwulanningsih (2008) menambahkan bahwa kerbau rawa atau lumpur mempunyai variasi warna kulit yang cukup banyak sehingga memunculkan beragam nama sebagai pembeda. Kerbau rawa atau lumpur yang berwarna hitam totol-totol atau belang putih yang disebut kerbau belang. Bobot lahir kerbau belang dari Toraja, yaitu 25 kg pada jantan dan 23 kg pada betina (Batosamma, 2004).

Pertumbuhan Ternak

Pertumbuhan secara umum didefinisikan sebagai perubahan ukuran tubuh yang meliputi perubahan bobot badan, bentuk, dimensi dan komposisi tubuh termasuk perubahan jaringan-jaringan tubuh seperti otot, lemak, tulang dan organ. Perubahan jaringan-jaringan dan organ-organ berlangsung secara gradual hingga tercapai ukuran dan bentuk karakteristik masing-masing organ dan jaringan tersebut (Soeparno, 1998).

Pertumbuhan menurut Hafez dan Dyer (1969) adalah perubahan ukuran, bentuk, serta komposisi dan struktur tubuh yang secara normal perubahan itu akan meningkatkan ukuran dan bobot badan hewan. Pertumbuhan ternak secara keseluruhan diukur dengan bertambah berat badan, sedangkan besar badan dapat diketahui antara lain melalui panjang badan dan lingkar dada.

Pertumbuhan ternak adalah pertumbuhan bobot badan dan atau ukuran tubuh sesuai dengan umur. Pertumbuhan tiap individu secara umum diperlihatkan sebagai bentuk sigmoid atau “S”. Kurva “S” ini menggambarkan suatu bentuk percepatan dan perlambatan karena berdasarkan penjelasan Vaccaro dan Rivero (1985), bahwa pola pertumbuhan tertinggi terjadi pada awal kemudian mengalami peningkatan secara perlahan sampai mencapai konstan saat ternak tua.

Kerbau merupakan ternak yang lambat dewasa. Kerbau mencapai dewasa tubuh setelah umur tiga tahun (Fahimmudin, 1975). Namun, pendapat yang lain menyatakan kerbau mencapai dewasa pada umur 5-6 tahun (Sasroamidjojo, 1991). Menurut Camoens (1976) pertumbuhan kerbau berlangsung dengan cepat baik jantan maupun betina sampai rata-rata umur sekitar empat tahun setelah itu pertumbuhan berlangsung kurang cepat.

(4)

6 Dewasa kelamin sangat mempengaruhi laju pertumbuhan. Lendhanie (2005) menyatakan dewasa kelamin kerbau rawa dicapai pada umur 2-3 tahun. Dewasa kelamin sangat mempengaruhi pertumbuhan. Yurleni (2000) juga menyatakan hal serupa, yaitu bahwa kerbau jantan dan betina mencapai dewasa kelamin sekitar umur 2,5-3 tahun. Bhikane dan Khawitkar (2004) menyatakan umur pubertas kerbau berkisar antara 36-42 bulan (3-3,5 tahun) di Vietnam.

Ukuran Tubuh

Pengukuran parameter tubuh sering digunakan untuk estimasi produksi, misalnya untuk pendugaan bobot badan (Saleh, 1982). Penimbangan di lapangan sering kali tidak dapat dilakukan karena timbangan ternak tidak tersedia (Siregar et al., 1984). Santosa (1983) menyatakan bahwa data lingkar dada dan panjang badan dapat digunakan untuk menduga bobot hidup kerbau. Parameter lingkar dada memiliki kecermatan yang lebih tinggi daripada panjang badan. Williamson dan Payne (1986) menyatakan bahwa ukuran tubuh seperti lingkar dada dan panjang badan dapat digunakan sebagai petunjuk bobot badan seekor hewan dengan tepat.

Chantalakhana dan Skunmum (2002) meneliti ukuran tubuh kerbau rawa dewasa di beberapa negara Asia. Penelitian tersebut menyatakan bahwa ukuran tubuh kerbau pada umur dewasa di Cina, Malaysia dan Thailand cenderung tidak jauh berbeda seperti disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Panjang Badan dan Lingkar Dada Kerbau Rawa pada Jenis Kelamin dan Umur yang Berbeda di Beberapa Negara di Asia

Negara Jenis Kelamin

Ukuran Tubuh

Panjang Badan (cm) Lingkar Dada (cm)

Cina Jantan 143 188 Betina 132 179 Malaysia Jantan 123 183 Betina 121 180 Thailand Jantan 144 197 Betina 134 182

(5)

7 Pengamatan ukuran tubuh meliputi panjang badan dan lingkar dada kerbau rawa di beberapa wilayah di Indonesia sudah dilaporkan sejumlah penelitian. Ismawan (2000) melakukan penelitian terhadap ukuran tubuh kerbau rawa di Garut, Jawa Barat yang disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Panjang Badan dan Lingkar Dada Kerbau Rawa Umur yang Berbeda di Garut, Jawa Barat

Kelompok Umur (tahun) Panjang Badan (cm) Lingkar Dada (cm)

0-1 94,30 134,25 1-2 107,35 156,96 2-3 125,02 176,38 >3 130,60 184,35 Rataan 114,32 162,99 Sumber: Ismawan (2000)

Penelitian Lita (2009) di Muara Muntai, Kalimantan Timur melaporkan bahwa panjang badan dan lingkar dada kerbau rawa adalah 113,76 cm dan 158,38 cm. Herianti dan Pawarti (2009) melakukan pengukuran panjang badan dan lingkar dada kerbau rawa di Brebes, Jawa Tengah yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Panjang Badan dan Lingkar Dada Kerbau Rawa pada Jenis Kelamin dan Umur yang Berbeda di Brebes, Jawa Tengah

Jenis Kelamin Kelompok Umur (tahun) Panjang Badan (cm) Lingkar Dada (cm) Jantan Anak (< 1) 67,60 103,60 Muda (> 1-3) 97,00 148,67 Rataan 82,30 126,14 Betina Anak (< 1) 72,42 109,92 Muda (> 1-3) 103,05 158,68 Dewasa (> 3-9) 115,22 187,26 Tua (> 9) 123,17 188,00 Rataan 103,47 160,97

(6)

8 Penelitian Kampas (2008) di Propinsi Sumatra Utara melaporkan bahwa kerbau rawa jantan memiliki panjang badan dan lingkar dada 135 cm dan 194 cm, sedangkan pada betina 134 cm dan 193 cm. Penelitian Sitorus (2008) yang juga di Provinsi Sumatra Utara melaporkan bahwa kerbau rawa jantan memiliki panjang badan dan lingkar dada 129,50 cm dan 182,16 cm, sedangkan pada betina 119,14 cm dan 176,60 cm.

Penelitian Hidayat (2007) di Propinsi Banten melaporkan panjang badan dan lingkar dada adalah 121 cm dan 166 cm, sedangkan betina 110 cm dan 171 cm. Penelitian Saroji (2008) yang juga di Provinsi Banten melaporkan bahwa panjang badan dan lingkar dada kerbau jantan berumur >2 tahun 118,5 cm dan 157,2 cm, sedangkan betina 123 cm dan 169,5 cm. Penelitian Erdiansyah (2008) di Propinsi NTB melaporkan bahwa kerbau rawa jantan memiliki panjang badan dan lingkar dada 122,86 cm dan 177,45 cm, sedangkan pada betina 123,10 cm dan 177,80 cm. Putra (1985) juga melakukan pengukuran terhadap panjang badan dan lingkar dada kerbau rawa di Bali yang disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Panjang Badan dan Lingkar Dada Kerbau Rawa pada Jenis Kelamin dan Umur yang Berbeda di Bali

Jenis Kelamin Kelompok Umur (tahun) Panjang Badan (cm) Lingkar Dada (cm) Jantan 0-1 118 164 1-2 125 181 2-3 132 191 >3 141 199 Rataan 129 183,75 Betina 0-1 114 160 1-2 121 173 2-3 127 185 >3 134 194 Rataan 124 178 Sumber: Putra (1985)

Hasil penelitian Triwulanningsih et al. (2004) menyatakan bahwa rataan panjang badan dan lingkar dada kerbau dewasa di Propinsi Sumatra Utara 119 cm

(7)

9 dan 176 cm, Propinsi Banten 112 cm dan 170 cm, Propinsi Jawa Barat adalah 114 cm dan 178 cm, serta Propinsi Jawa Tengah adalah 119 cm dan 180 cm. Praharani dan Triwulanningsih (2008) menambahkan kerbau rawa atau lumpur mempunyai variasi ukuran tubuh yang cukup besar. Rataan ukuran tubuh ternak di suatu daerah mengindikasikan kualitas bibit yang tersedia yang dapat digunakan sebagai dasar ukuran standar bibit di wilayah tersebut.

Parameter tubuh yang dapat diukur untuk mengestimasi bobot badan meliputi panjang badan dan lingkar dada. Korelasi ukuran-ukuran tubuh tersebut dapat berbeda satu sama lain. Korelasi dapat disebut positif bila peningkatan satu sifat menyebabkan sifat lain juga meningkat. Dwiyanto dan Subandryo (1995) menyatakan bahwa komponen tubuh yang berhubungan erat dengan bobot badan adalah lingkar dada dan panjang badan. Williamson dan Payne (1986) juga menyatakan bahwa ukuran lingkar dada dan panjang badan dapat memberikan petunjuk bobot badan seekor hewan dengan tepat. Nilai korelasi tertinggi diperoleh dari lingkar dada dibandingkan dengan ukuran tubuh lainnya (Aisiyah, 2000) sehingga lingkar dada dapat digunakan sebagai kriteria seleksi.

Bobot Badan

Bobot badan kerbau memiliki karakteristik yang spesifik. Bobot badan pada mempunyai hubungan positif dengan semua ukuran linear tubuh. Bobot badan kerbau berkisar 450-550 kg sampai mencapai satu ton. Shackleton dan Harested (2003) menyatakan kerbau domestik memiliki bobot badan sekitar 250-550 kg, sedangkan kerbau di Indonesia berkisar antara 300-400 kg (Sastromidjojo, 1991). Sastroamidjojo (1991) menyatakan bahwa bobot badan kerbau di Thailand berkisar 450-550 kg, di Cina 250 kg, Myanmar 300 kg, Laos 500-600 kg dan di Indonesia berkisar antara 300-400 kg.

Pengamatan bobot badan kerbau rawa di beberapa wilayah di Indonesia, baik melalui penimbangan maupun estimasi, sudah dilaporkan sejumlah penelitian. Estimasi bobot badan kerbau rawa juga dilakukan oleh Herianti dan Pawarti (2009) di Pringsurat, Jawa Tengah yang disajikan pada Tabel 5.

(8)

10 Tabel 5. Estimasi Bobot Badan Kerbau Rawa pada Jenis Kelamin dan Umur yang

Berbeda di Pringsurat, Jawa Tengah

Jenis Kelamin Kelompok Umur (tahun) Bobot Badan (kg)

Jantan Anak (< 1) 134,76 Muda (>1-3) 282,07 Rataan 208,42 Betina Anak (< 1) 163,74 Muda (>1-3) 317,42 Dewasa (>3-9) 376,14 Tua (> 9) 412,35 Rataan 317,41

Sumber: Herianti dan Pawarti (2009)

Penelitian Lita (2009) di Muara Muntai, Kalimantan Timur melaporkan bahwa hasil estimasi bobot badan kerbau rawa adalah 287,12 kg. Putra (1985) juga melakukan penimbangan dan estimasi bobot badan terhadap kerbau rawa di Bali yang disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Bobot Badan Kerbau Rawa pada Jenis Kelamin dan Umur yang Berbeda di Bali Jenis Kelamin Kelompok Umur (tahun) Bobot Badan (kg)

Penimbangan Estimasi (Putra, 1985)

Jantan 0-1 300 302 1-2 384 382 2-3 450 443 >3 514 507 Rataan 412 408,50 Betina 0-1 272 277 1-2 339 340 2-3 402 399 >3 464 461 Rataan 369,25 369,25 Sumber: Putra (1985)

Fahimuddin (1975) menyatakan bahwa kerbau rawa jantan memiliki bobot dewasa 500 kg dan kerbau betina 400 kg dengan tinggi pundak jantan dan betina

(9)

11 adalah 135-130 cm. Menurut Lendhanie (2005) kerbau rawa pada umur satu tahun beratnya mencapai 195-200 kg, panjang badan 95,40-97,60 cm dan lingkar dada 135,70-138,40 cm, sedangkan ketika dewasa (berumur tiga tahun) mencapai berat badan 400-500 kg dengan panjang badan 128-138 cm dan lingkar dada 174,60-177,00 cm.

Gambar

Tabel  1.  Panjang  Badan  dan  Lingkar  Dada  Kerbau  Rawa  pada  Jenis  Kelamin  dan      Umur yang Berbeda di Beberapa Negara di Asia
Tabel  2.  Panjang  Badan  dan  Lingkar  Dada  Kerbau  Rawa  Umur  yang  Berbeda  di  Garut, Jawa Barat
Tabel  4.  Panjang  Badan  dan  Lingkar  Dada  Kerbau  Rawa  pada  Jenis  Kelamin  dan  Umur yang Berbeda di Bali
Tabel 6. Bobot Badan Kerbau Rawa pada Jenis Kelamin dan Umur yang Berbeda di  Bali  Jenis  Kelamin  Kelompok Umur (tahun)  Bobot Badan (kg)

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, penelitian ini juga dilakukan untuk mendeskripsikan persentase soal dalam Buku Siswa Matematika Kurikulum 2013 untuk sekolah menengah

Peranan praktikan adalah sebagai Design Specialist yang bertanggung jawab untuk merancang infografis untuk keperluan publikasi dan operasional LAPOR!, seperti

Gambar 2.3 diatas merupakan halaman awal dari web tonasa , terlihat pada bagian atas terdapat slide gambar yang dapat berganti-ganti gambar , gambar yang ada merupakan

Diagram ini dibuat untuk menggambarkan tahapan proses yang ada di dalam Diagram Konteks, yang penyebarannya lebih terperinci. Tahapan proses tersebut

UPT BP4K2P KECAMATAN TANJUNG RAYA..

GUNA  MEMPEROLEH  CAPAIAN  HASIL  PEMENUHAN  TARGET  NASIONAL  TERHADAP  TINGKAT  KESELAMATAN  BERLALU  LINTAS  DARI  PILAR 

Kata “Syura” dalam ayat tersebut merupakan kata kunci yang harus ditempuh oleh seseorang dalam berbagai urusan, dan prinsip ini sepenuhnya dilaksanakan oleh Rasulullah SAW

Menurut (Notanubun, 2010), pemanfaatan lampu sebagai alat bantu penangkapan ikan telah berkembang secara cepat sejak ditemukan lampu listrik. Sebagian besar nelayan