4 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pores Pengolahan Kelapa Sawit
Secara umum pengolahan kelapa sawit menghasilkan 2 produk yang dihasilkan dari Tandan Buah Segar (TBS). Tandan Buah Segar yang masuk ke Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PPKS) diolah dengan menggunakan berbagai mesin (Naibaho, 1996).
Sebelum Tandan Buah Segar (TBS) masuk kedalam proses pengolahan, TBS terlebih dahulu ditimbang dan disortir. Proses penimbangan dilakukan di jembatan timbang (weight bridge) yang berfungsi untuk mengetahui berat TBS tersebut. Setelah melakukan penimbangan, selanjutnya TBS tersebut dibawa ke loading ramp untuk dilakukan sortasi TBS untuk menyortir buah antara yang baik dengan yang mentah maupun yang busuk. Setelah disortir, TBS kemudian dibawa ke stasiun rebusan menggunakan lori untuk horizontal sterilizer dan menggunakan scrapper jika menggunakan vertical sterilizer (Naibaho, 1996).
Setelah buah direbus didalam sterilizer, Tandan Buah Rebus (TBR) kemudian dibawa menuju stasiun pemipilan (threser) untuk memisahkan antara tandan dengan berondolan. Tandan yang sudah terpipil dari berondolannya kemudian akan di bawa menggunakan empty bunch
conveyor, yang kemudian akan menuju empty bunch hopper (Naibaho,
1996).
Berondolan yang telah terpipil tersebut kemudian akan menuju stasiun
press. Berondolan tersebut dilumat menggunakan mesin digester agar
proses press berodolan akan lebih mudah. Setelah pelumatan berondolan yang sudah dilumat kemudian tersebut akan dipress menggunakan screw
press. Di mesin ini berondolan akan diperas sehingga akan terpisah antara cake (campuran antara serat dan nut sawit) dan crude oil (minyak kasar
5
sawit). Cake yang berasal dari screw press akan menuju Cake Breaker
Conveyor (CBC). Disini cake tersebut akan digemburkan sehingga serat
yang lengket akan terpisah dari nut. Kemudian nut yang sudah terpisah antara serabut dan nut akan dipisahkan menggunakan depericarper, nut akan ke bawah menuju nut polishing drum dan serabut akan menuju boiler sebagai bahan bakar (Naibaho, 1996).
Nut yang di polishing drum akan dihaluskan kembali dari serat yang masih
melengket. Setelah dari nut polishing drum, maka nut tersebut akan dipecahkan menggunakan Ripple Mill. Dari Ripple mill akan terpisah antara cangkang dan inti sawit. Cangkang akan dipisahkan yang kemudian akan menjadi bahan bakar boiler sedangkan inti sawit yang telah dipisahkan akan dipisahkan antara cangkang di Light Tenera Dust
Separator dan Claybath/Hydrocyclone dan dikeringkan di Kernel Dryer
dan dikumpulkan di Kernel Storage (Naibaho, 1996).
Crude oil yang berasal dari screw press kemudian akan dibersihkan
pertama di sand trap tank, untuk memisahkan antara crude oil dengan pasir-pasir dengan cara sedimentasi. Kemudian crude oil tersebut akan menuju ayakan getar (vibro separator) yang akan memisahkan antara
crude oil dengan sludge yang masih melekat dengan crude oil. Setelah dari
ayakan getar, crude oil akan disedimentasikan kembali di crude oil tank untuk memisahkan antara crude oil dengan kotoran. Dari crude oil tank, minyak dipompakan menuju Vertical Continuous Tank. Di alat ini minyak akan disedimentasikan kembali sehingga akan terpisah antara minyak,
sludge dan non oil solid (Naibaho, 1996).
Minyak dari Vertical Continuous Tank kemudian akan menuju oil tank, di alat ini minyak akan dimurnikan kembali dengan cara sedimentasi. Setelah dari oil tank, minyak sawit menuju oil purifier, untuk memisahkan minyak sawit dengan air dengan cara sentrifugal. Kemudian minyak sawit dari oil
6
air dalam minyak dengan cara kehampaan udara. Setelah dari vacuum
dryer maka minyak sawit tersebut akan dikumpulkan di dalam tangki
timbun (Storage Tank). Sedangkan sludge dari Vertical Continuous Tank
akan menuju Sludge tank. Di alat ini sludge akan terpisah antara minyak
dan sludge, minyak akan menuju Vertical Continuous Tank sedangkan
sludge tersebut kemudian akan dipisahkan lagi di sludge separator dengan
cara sentifugal, sehingga akan terpisah antara minyak dan sludge. Minyak akan menuju Vertical Continuous Tank sedangkan sludge akan menuju
fatfit yang selanjutnya akan menuju ke kolam limbah (Naibaho, 1996).
7 2 3 4 5 6 7 8 9 1 10 11 12 2.2 Mesin Sterilizer
Sterilizer adalah suatu bejana bertekanan yang digunakan untuk merebus
TBS dengan menggunakan uap (steam) yang dikirim dari BPV, uap yang digunakan adalah saturated steam dengan tekanan 2.8- 3.0 kg/cm².
Penggunaan uap jenuh memungkinkan terjadinya proses hidrolisa / penguapan terhadap air didalam buah, jika menggunakan uap kering akan dapat menyebabkan kulit buah hangus sehingga menghambat penguapan air dalam daging buah dan dapat mempersulit proses pengempaan. Oleh karena itu, pengontrolan kualitas uap yang dijadikan sebagai sumber panas perebusan menjadi sangat penting agar diperoleh hasil perebusan yang sempurna (Naibaho, 1996).
Sketsa sterilizer dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.2 Sterilizer Sumber : Naibaho 1996 Bagian – Bagian Sterilizer
a. Pintu sterilizer
Pintu sterilizer berfungsi sebagai tempat masuknya TBS yang mau direbus dan keluarnya TBM yang sudah direbus. Pintu pada sterilizer harus benar- benar tertutup rapat supaya steam yang akan digunakan untuk perebusan tidak keluar.
8
b. Sensor
Sensor yang terdapat pada sterilizer terletak dibagian atas ujung
sterilizer, inlet valve, exchaust valve dan saluran condensate yang
berfungsi untuk mendeteksi apakah pintu/ valve terbuka atau tertutup dimana hasil pendeteksian yang dihasilkan oleh sensor akan ditampilkan di panel automatic system berupa lampu kecil. Pintu/
valve yang terbuka ditandai dengan warna lampu merah, sedangkan
pintu/ valve yang tertutup ditandai dengan lampu hijau. c. Body (DrumRebusan)
Drum rebusan adalah tempat lori yang berisi TBS selama dilakukan proses perebusan. Didalam body rebusan terdapat linear terbuat dari plat stainless stell. Pada bagian luar body dibalut dengan kapas dan ditutup dengan aluminium yang bertujuan untuk meminimalisir panas yang keluar dari drum rebusan.
d. Lori
Lori adalah tempat Tandan Buah Segar (TBS) yang akan direbus dan tempat Tandan Buah Rebus (TBR) yang akan didistribusikan ke
tippler.
e. Safety valve (KatupPengaman)
Safety valve adalah katup yang akan terbuka sendiri apabila tekanan
sudah melebihi dari batas yang ditentukan. Safety valve terletak di masing-masing drum rebusan dan juga pada kran induk.
f. Manometer
Manometer adalah indikator pada linear yang berfungsi sebagai
penunjuk besar-kecilnya tekanan yang terdapat pada linear.
Manometer terdapat pada masing-masing drum rebusan dan juga pada
9
g. Rail Track
Rail Track adalah tempat/jalur lori berjalan. Rail Track terbuat dari besi
dengan ukuran 50 x 50mm. h. Panel Automatic System
Panel Automatic System berfungsi untuk kontrol sterilizer. Pada panel
ini terdapat pengaturan untuk pilihan menjalankan sterilizer dengan cara manual atau otomatis. Pada panel ini terdapat layar untuk menunjukkan sisa waktu perebusan yang sedang berjalan.
i. Valve Steam (KatupUap)
Terdapat beberapa katup uap pada sterilizer seperti katup masuk (inlet
valve), katup buang (exchaust valve), dan katup air buang (condensate).
Katup-katup ini berfungsi untuk menahan dan membuka aliran pipa uap/air yang akan dimasukkan maupun dikeluarkan
j. Strainer Uap/Pipa Uap
Pipa uap adalah tempat mengalirnya uap. Pipa yang ada di sterilizer seperti pipa induk dari boiler, pipa pemasukan uap, pipa pembuangan uap, sedangkan strainer adalah pipa pembuangan bekas air rebusan
(condesate). k. Silencer
Yang dimaksud dengan silencer adalah plat tebal 8 mm yang dilas membentuk pipa besar yang berfungsi untuk pembuangan uap bekas perebusan
l. Distribution Steam
Distribution Steam adalah plat segi empat yang dilubangi yang terdapat
diujung pipa pemasukan uap didalam drum rebusan yang berfungsi untuk mendistribusikan uap dengan tujuan supaya uap menyebar keseluruh bagian dalam rebusan.
10 m. Water Pump
Water Pump berfungsi untuk memompakan air sisa rebusan ke dalam
bak penampungan.
n. Compressor
Compressor digunakan untuk menghasilkan udara dengan tekanan
tinggi yang akan difungsikan untuk membuka dan menutup katup yang beroperasi secara otomatis.
o. Recorder
Recorder adalah alat yang digunakan merekam/ mencatat program
kerja pada sterilizer seperti tinggi rendahnya tekanan uap pada drum perebusan yang dihubungkan interval waktu perebusan. ( Naibaho, 1996 ).
2.2.1 Tujuan Rebusan
Keberhasilan dalam proses perebusan akan mendukung kemudahan- kemudahan dalam proses selanjutnya, baik di stasiun thresing, press,
digester dan lain- lain. Fungsi dari sterilizer untuk melakukan proses
perebusan buah TBS sebelum diproses menjadi minyak dengan tujuan adalah:
1. Menghentikan Aktifitas Enzim
Buah yang dipanen mengandung enzim lipase dan oksidasi yang tetap bekerja didalam buah sebelum enzim tersebut dihentikan. Enzim Lipase bertindak sebagai katalisator dalam pembentukan Asam Lemak Bebas (ALB) sedangkan enzim oksidasi berperan dalam pembentukan peroksida yang kemudian berubah menjadi gugus aldehyde dan kation. Senyawa tersebut bila teroksidasi akan membentuk asam lemak bebas. Jadi, asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak kelapa sawit merupakan hasil kerja enzim lipase dan oksidasi.
11
Aktifiktas enzim semakin tinggi apabila buah TBS mengalami kememaran (luka). Enzim pada umumnya tidak aktif lagi bila dipanaskan sampai suhu > 50° C. Maka perebusan dengan suhu > 120° C sekaligus menghentikan kegiatan enzim.
2. Melepaskan Buah dari Tandannya Minyak dan inti sawit terdapat dalam buah, dan untuk mempermudah proses ekstraksi minyak, buah perlu dipisahkan dari tandannya. Pelepasan buah dari tandannya karena adanya hidrolisa pectin ini terjadi dipangkal buah. Jadi hidrolisa pectin ini telah terjadi secara alam dilapangan yang menyebabkan buah memberondol. Hidrolisa pectin dapat pula terjadi didalam sterilizer, dengan adanya reaksi yang dipercepat oleh pemanasan. Panas dan uap didalam sterilizer akan meresap kedalam buah dengan adanya tekanan. Hidrolisa pectin dalam tangkai tidak seluruhnya menyebabkan pelepasan buah oleh karena itu perlu dilakukan proses perontokan buah didalam mesin thresering.
3. Menurunkan Kadar Air
Proses sterilisasi buah dapat menyebabkan penurunan kadar air buah dan inti, yaitu dengan cara penguapan baik dari dalam saat direbus maupun saat sebelum dimasukkan ke Thresing. Interaksi penurunan kadar air dan panas dalam buah akan menyebabkan minyak sawit dari antara sel dapat bersatu dan mempunyai viskositas yang rendah sehingga mudah dikeluarkan dalam proses pengempaan (proses ekstraksi minyak).
4. Melunakkan Buah Sawit
Perikarp (kulit buah) yang mendapatkan perlakukan panas dan
tekanan akan menunjukkan sifat, dimana serat yang mudah lepas antara serat yang satu dengan yang lain. Hal ini akan mempermudah proses didalam Digester dan Depericarper
12
Polishing. Karena adanya panas dan tekanan tersebut maka air
yang terkandung dalam inti akan menguap lewat mata biji sehingga proses pemecahan biji lebih mudah dalam Ripple
Mill.
5. Melepaskan Serat dan Biji
Perebusan buah yang tidak sempurna dapat menimbulkan kesulitan pelepasan serat dan biji dalam polishing drum, yang menyebabkan pemecahan biji lebih sulit dalam alat pemecah biji. Pemberian uap yang cukup baik akan membantu proses pemisahan serat pericarp dan biji, yang dipercepat oleh proses
hidrolisis.
6. Membantu Proses Pelepasan Inti dari Cangkang
Perebusan yang sempurna akan menurunkan kadar air biji hingga 15% kadar air biji yang turun hingga 15% akan menyebabkan anti susut sedangkan tempurung biji tetap, maka terjadi inti yang lekang dari cangkang. Hal ini akan membantu proses fermentasi didalam Nut Silo, sehingga pemecahan biji dapat berlangsung dengan baik, demikian juga pemisahan inti dan cangkang dalam proses pemisahan kering atau basah dapat menghasilkan inti yang mengandung kotoran yang lebih kecil (Pahan, 2008) .
2.2.2 Cara Kerja Sterilizer
Horizontal Sterilizer
Prinsip kerja di stasiun perebusan adalah merebus dengan sistem
triple peak (tiga puncak). Dengan waktu perebusan berkisar 90-95
menit. Target yang harus dicapai distasiun ini adalah tekanannya 2.8-3.0 kg/cm dengan suhu 130- 135° C. Dengan norma losses minyak di air condensate sebesar 0.5%. Dengan perebusan 3 puncak, maka panas dapat masuk dengan baik sehingga perebusan
13
dapat matang secara merata. Cara ini dilakukan untuk mendapatkan hasil rebusan TBS yang sempurna, mengingat kerapatan berondolan dalam tandan buah semakin padat atau solid (Naibaho,1996).
1. Pembuangan Udara (Daerasi)
Pembuangan udara yang terdapat dalam ketel rebusan, karena udara adalah pengantar panas yang buruk. Udara merupakan penghantar panas yang buruk dan berpengaruh negatif terhadap proses perebusan. Udara yang terdapat dalam rebusan akan menurunkan tekanan dan menghambat steam masuk kedalam buah. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa udara yang terdapat dalam bejana hendaknya dikeluarkan terlebih dahulu dan cara ini disebut dengan daerasi.
2. Pembuangan air kondensat
Uap air yang terkondensasi berada di dasar bejana rebusan merupakan penghambat dalam proses perebusan. Air yang terdapat dalam rebusan akan mengabsorbsi panas yang diberikan sehingga jumlah air semakin bertambah. Pertambahan ini yang tidak diimbangi dengan pengeluaran air kondensat akan memperlambat usaha pencapaian tekanan puncak. Material balance air kondensat 12 % dari TBS yang diolah, sehingga oleh beberapa pabrik dilakukan blow down terus menerus melalui pipa kondensat. Cara ini menunjukkan buah rebus yang kering dan lebih mudah diolah dalam screw
press.
3. Pembuangan Uap ( Exhaust)
Pembuangan uap dilakukan sesuai dengan sistem perebusan yang dilakukan. Uap dibuang melalui pipa exhaust dan cerobong atas. Pada umumnya ukuran pipa pembuang uap lebih besar dari pipa uap masuk sehingga pembuangan uap
14
dapat terlaksana dengan cepat sehingga buah lebih mudah lepas dari tangkainya. Pembuangan uap sebelum akhir perebusan pada triple peak dilakukan bersamaan dengan pembuangan air kondensat, dengan maksud agar penurunan tekanan dapat berlangsung dengan cepat. Pada akhir perebusan, sebelum pembuangan uap (blow up), air kondensat dibuang terlebih dahulu sehingga buah yang direbus kering. 4. Waktu perebusan
Apabila waktu perebusan terlalu lama maka akan membuat buah menjadi lembek dan lewat matang, akan banyak minyak keluar dari buah dan terikut oleh kondensat dan akan menyebabkan banyak losses. Waktu perebusan yang efektif adalah 90-95 menit (Naibaho,1996).
2.2.3 Sitem Perebusan
Sistem perebusan triple peak banyak digunakan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS), selain berfungsi sebagai tindakan fisika juga dapat terjadi proses mekanik yaitu dengan adanya goncangan yang disebabkan oleh perubahan yang sangat cepat.
Gambar 2.3 Grafik rebusan Sumber : Naibaho, 1996
15
Tabel 2.3 Proses Sterilisasi TBS dengan Automatic System. Sumber : Naibaho 1996
No Program Sterilizer Inlet Condesate Exc
Haust
Waktu (mnt)
Tekanan Uap
1 Buang Udara I Buka Buka Tutup 5 0-0,5 Kg/cm³
2 Naik Tekanan I Buka Tutup Tutup 6 1,5-2,0 Kg/cm³
3 Buang Air Condensate Tutup Buka Tutup 1 0,8-1,2 Kg/cm³
4 Daerasi 1 (Air + Uap ) Tutup Buka Buka 2 0 Kg/cm³
5 Buang Udara II Buka Buka Tutup 1 0-0,05 Kg/cm³
6 Naik Tekanan II Buka Tutup Tutup 6 2,0-2,5 Kg/cm³
7 Buang Air Condensate Tutup Buka Tutup 1 1,2-1,5 Kg/cm³
8 Daerasi II (Air + Uap) Tutup Buka Buka 2 0-0,5 Kg/cm³
9 Naik Tekanan III (I) Buka Tutup Tutup 18-19 2,8 Kg/cm³
10 Buang Udara III Buka Buka Tutup 1 2,6-2,7 Kg/cm³
11 Naik Tekanan IV (II) Buka Tutup Tutup 19-20 2,8 Kg/cm³
12 Buang Udara IV Buka Buka Tutup 1 2,6-2,7 Kg/cm³
16
2.2.4 Operasional dan Perawatan Rebusan ( Sterilizer )
Rebusan merupakan sebuah bejana tekan yang bekerja dengan tingkat r esiko tinggi. Oleh karena itu, rebusan dan unit pendukungnya harus diperiksa sebelum dioperasikan. Hal- hal yang perlu diperiksa antara lain packing pintu rebusan, alat penunjuk tekanan (manometer), pelat penyaring kondensat, katup pengaman, cantilever dan pompa kondensat (Naibaho,1996).
a. Packing pintu rebusan
Kerusakan packing pintu rebusan biasanya terjadi dibagian bawah pintu rebusan karena adanya genangan air kondensat. Kebocoran packing harus benar- benar diperiksa. Jika ada yang bocor, harus segera dilakukan penggantian.
b. Alat penunjuk tekanan (manometer)
Manometer terdapat dibagin atas pintu rebusan. Fungsinya untuk menunjukkan apakah tekanan dalam rebusan masih ada atau tidak. Operator harus memperhatikan apakah masih ada atau tidak tekanan dalam rebusan pada saat hendak membuka pintu rebusan. Pastikan bahwa tekanan uap didalam rebusan benar-benar sudah nol sebab uap akan menyembur jika masih memiliki tekanan.
c. Pelat penyaring kondensat
Penyaring kondensat terdapat pada lantai dalam rebusan. Saringan ini harus sering diperiksa, jangan sampai tersumbat. Jika saringan ini tersumbat, air kondensat akan tergenang dilantai rebusan dan mempercepat rusaknya packing rebusan.
d. Katup Pengaman
Periksalah mekanisme katup pengaman, apakah masih berfungsi atau tidak. Katup pengaman berfungsi sebagai pencegah terjadinya tekanan berlebihan didalam rebusan
17 e. Rail Track
Rail Track berfungsi sebagai rel untuk jalan keluar-masuk lori
ke kedalam rebusan. Rail Track harus dalam keadaan baik dan tidak baling (twisted) agar lori yang keluar masuk rebusan tidak terguling atau anjlok.
f. Pompa Kondensat
Lantai disekitar rebusan tidak boleh digenangi oleh air kondensat karena temperatur air kondensat tinggi dan masih mengandung minyak yang menyebabkan lantai menjadi licin. Bagian dalam setiap rebusan harus dibersihkan minimal dua minggusekali serta dilakukan pemeriksaan, perawatan, dan perbaikan bila diperlukan. Pipa-pipa uap dan kondensat harus segera diperbaiki/diganti jika ada kebocoran karena akan mengganggu proses perebusan (pemborosan uap)
(Naibaho, 1996).
2.3 Perawatan mesin ( Maintenance ) 2.3.1 Peratawan ( Maintenance )
Maintenance adalah semua kegiatan yang berhubungan untuk
mempertahankan suatu mesin/peralatan agar tetap dalam kondisi siap untuk beroperasi, dan jika terjadi kerusakan maka diusahakan agar mesin/peralatan tersebut dapat dikembalikan pada kondisi yang baik. Peranan pemeliharaan baru akan sangat terasa apabila sistem mulai mengalami gangguan atau tidak dapat dioperasikan lagi (Ahuja dan Khamba. 2007).
Pemeliharaan (maintenance) adalah sebuah pekerjaan yang dilakukan secara berurutan untuk menjaga atau memperbaiki fasilitas yang ada sehingga sesuai dengan standar (sesuai dengan standar fungsional dan kualitas) (M.S Sehwarat dan J.S Narang 2001).
18
Pada industri manufaktur, mesin-mesin dan peralatan telah tersedia dan siappakai dibutuhkan setiap saat dalam proses produksi akan dimulai. Fungsi mesin/peralatan yang digunakan dalam proses produksi tersebut akan mengalami gangguan dan kerusakan sejalan dengan semakin menurunnya kemampuan mesin/peralatan tersebut, tetapi usia kegunaanya dapat diperpanjang dengan melakukan perbaikan secara berkala melalui suatu aktivitas pemeliharaan yang tepat (M.S Sehwarat dan J.S Narang 2001).
Menurunnya kemampuan mesin/peralatan ada 2 jenis yaitu :
1) Natural Deterioration yaitu menurunnya kinerja mesin/peralatan secara alami akibat terjadi pemburukan keausan pada fisik mesin/peralatan selama waktu pemakaian walaupun penggunaanya secara benar.
2) Accelerated Deterioration yaitu menurunnya kinerja mesin/peralatan akibat kesalahan manusia (human error) sehingga mempercepat pemburukan/keausan mesin/peralatan karena tindakan atau perlakuan yang tidak seharusnya terhadap mesin/peralatan.
Kerusakan yang terjadi pada mesin/peralatan dapat terjadi karena banyak sebab dan terjadi pada waktu yang berbeda sepanjang umur mesin/peralatan tersebut digunakan. Oleh karena itulah dalam usaha mencegah dan berusaha untuk menghilangkan kerusakan yang mungkin timbul akibat proses produksiberjalan, dibutuhkan cara dan metode untuk mengantisipasinya dengan melakukan pemeliharaan mesin/peralatan (M.S Sehwarat dan J.S Narang 2001).
Pada dasarnya hasil yang diharapkan dari kegiatan pemeliharaan mesin/peralatan (equipment maintenance) mencakup dua hal sebagai berikut :
19
1) Condition Maintenance yaitu mempertahankan kondisimesin/peralatan agar berfungsi dengan baik sehingga komponen-komponen yang terdapat dalam mesin/peralatan juga berfungsi sesuai dengan umur ekonomisnya.
2) Replacement Maintenance yaitu melakukan tindakan perbaikan dan penggantian komponen mesin tepat pada waktunya sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan sebelum kerusakan terjadi (Leflar dan James, 2001).
2.3.2 Tujuan Maintenance
Maintenace dilakukan pada mesin/peralatan dengan maksud agar
tujuan komersil perusahaan dapat tercapai dan juga kegiatan
maintenance yang dilakukan adalah untuk mencegah hal-hal yang
tidak diinginkan seperti terjadinya kerusakan yang terlalu cepat kerusakan tersebut bisa saja dikarenakan keausan akibat pengoperasian yang salah. Karena maintenance adalah kegiatan pendukung bagi kegiatan komersil, maka seperti kegiatan lainnya,
maintenance harus efektif, efisien dan berbiaya rendah. Dengan
adanya kegiatan maintenance ini, maka mesin/peralatan produksi dapat digunakan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami kerusakan selama jangka waktu tertentu yang telah direncanakan tercapai (Leflar dan James, 2001).
Beberapa tujuan maintenance yang utama antara lain :
1. Untuk memperpanjang umur/masa pakai dari mesin dan perlatan 2. Menjaga agar setiap mesin/peralatan dalam kondisi baik dan
dalam keadaan baik
3. Dapat menjamin ketersediaan optimum perlatan yang dipasang untuk produksi
20
4. Untuk menjamin kesiapan operasional dari selutruh perlatan yang diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktunya
5. Memaksimumkan ketersediaan semua mesin/peralatan system produksi (mengurangi downtime)
6. Dapat menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut
7. Dapet mendukung upaya memuaskan pelanggan
2.4 Jenis jenis Maintenance
2.4.1 Planned Maintenance ( Pemeliharan Terencana )
Planned maintenance (pemeliharaan terencana) adalah pemeliharaan
yang diorganisasi dan dilakukan dengan pemikiran ke masa depan, pengendalian dan pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu, program maintenance yangakan dilakukan harus dinamis dan memerlukan pengawasan dan pengendalian secara aktif dari bagian maintenance melalui informasi dari catatan riwayat mesin/peralatan (Leflar dan James, 2001).
Konsep planned maintenance ditujukan untuk dapat mengatasi masalah yang dihadapi manajer dengan pelaksanaan kegiatan
maintenance. Komunikasi dapat diperbaiki dengan informasi yang
dapat memberi data yang lengkap untuk pengambilan keputusan. Adapun data yang penting dalam kegiatan maintenance antara lain laporan permintaan pemeliharaan, laporan pemeriksaan, laporan perbaikan, dan lain-lain. Pemeliharaan terencana (planned
21
a. Preventive Maintenance (Pemeliharaan Pencegahan)
Preventive Maintenance (pemeliharaan pencegahan) adalah
tindakan tindakan maintenance yang dilakukan ketika dan selama mesin/peralatan sedang beroperasi dengan baik, sebelum mesin/peralatan tersebut rusak yang bertujuan untuk menjaga agar mesin/peralatan tidak rusak dan mendeteksi gejala akan terjadinya kerusakan dini, sehingga dapat bertindak untuk mengadakan perbaikan sebelum mesin/peralatan mengalami breakdown. Gambaran yang diperoleh dari pengertian diatas adalah bahwa kegiatan pemeliharaan pencegahan yang paling penting adalah pemeriksaan (inspection), yang meliputi pemeriksaan terhadap semua mesin/peralatan produksi yang sesuai dengan rencana dan pembuatan laporan-laporan dari hasil pemeriksaan. Dengan demikian semua fasilitas produksi yang dikenai preventive
maintenance akan terjamin kelancaran kerjanya dan selalu
diusahakan dalam kondisi atau keadaan yang siap dipergunakan untuk setiap operasi atau proses produksi pada setiap saat sehingga dapatlah dimungkinkan pembuatan suatu rencanadan jadwal pemeliharaan dan perawatan yang sangat cermat dan rencana produksi yang lebih tepat.
b. Corrective Maintenance (Pemeliharaan Perbaikan)
Corrective maintenance (pemeliharaan perbaikan) adalah suatu
kegiatan ang dilakukan setelah terjadinya suatu kerusakan atau kelainan pada mesin/peralatan sehingga tidak berfungsi dengan baik. Corrective maintenance menuntut para operator yang mengoperasikan mesin/peralatan untuk melaksanakan dua hal yang mencakup :
22
1) Mencatat hasil yang diperoleh dari inspeksi harian mencakup semua kerusakan-kerusakan yang timbul secara detail dan terperinci.
2 Secara aktif ikut berperan untuk memberikan ide-ide yang membangun bertujuan pencegahan terjadinya kerusakan mesin dan mengantisipasi kondisi yang memungkinkan akan mengakibatkan kerusakan mesin.
c. Predictive Maintenance (Pemeliharaan prediksi)
Predictive maintenance adalah tingkatan-tingkatan maintenance
yang dilakukan pada tanggal yang telah ditetapkan berdasarkan prediksi hasil analisa dan evaluasi data operasi yang diambil pada interval-interval waktu tertentu. Data rekaman untuk melakukan
predictive maintenance dapat berupa data getaran, temperature, vibrasi, flow rate dan lain-lainnya. Perencanaan predictive miantenace dapat dilakukan berdasarkan laporan oleh operator
lapangan yang diajukan melalui work order ke dapartemen maintenance untuk dilakukan tindakan yang tepat sehingga tidak akan merugikan perusahaan (Leflar dan James, 2001).
2.4.2 Unplanned Maintenance ( Pemeliharan Tidak Terencana ) Unplanned maintenance biasanya berupa breakdown/emergency maintenance. Breakdown/emergency maintenance adalah tindakan maintenance yang tidak akan dilakukan pada mesin yang masih
dapat beroperasi sampai mesin tersebut rusak dan tidak dapat berfungsi lagi. Melalui bentuk pelaksanaan pemeliharaan tidak terencana ini, diharapkan penerapan pemeliharaan tersebut dapat memperpanjang umur pakai dari mesin, dan dapat memperkecil
23 2.4.3 Tugas dan kegiatan Maintenance
Semua tugas-tugas dan kegiatan dari pada maintenance dapat digolongkan kedalam salah satu dari lima tugas pokok yang berikut: a. Inspeksi (Inspection)
Kegiatan inspeksi meliputi kegiatan pengecekan dan pemeriksaan secara berkala (routine, schedule check) terhadap mesin/peralatan sesuai dengan rencana yang bertujuan untuk mengetahui apakah perusahaan selalu mempunyai fasilitas mesin/peralatan yang baik untuk menjamin kelancaran proses produksi.
b. Kegiatan teknik (Engineering)
Kegiatan teknik meliputi kegiatan percobaan atas peralatan yang baru dibeli dan kegiatan pengembangan komponen atau peralatan yang perlu diganti, serta melakukan penelitian-penelitian terhadap kemungkinan pengembangan komponen atau peralatan, juga berusaha mencegah terjadinya kerusakan.
c. Kegiatan produksi
Kegiatan produksi merupakan kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya yaitu dengan memperbaiki seluruh mesin/peralatan produksi.
d. Kegiatan administrasi
Kegiatan administrasi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan-pencatatan mengenai biaya-biaya yang terjadi didalam melakukan kegiatan pemeliharaan, penyusunan planning dan scheduling, yaitu rencana kapan kegiatan suatu mesin/peralatan tersebut harus diperiksa, disservice dan diperbaiki.
24
e. Pemeliharaan bangunan
Kegiatan pemeliharaan bangunan merupakan kegiatan yang tidak termasuk dalam kegiatan teknik dan produksi dari bagian
maintenance (Leflar dan James 2001).
2.5 Total productive Maintenance ( TPM )
Menurut Ahuja dan Khamba (2008) mendefinisikan Total Productive
Maintenace (TPM) sebagai suatu pendekatan yang inovatif dalam
maintenance dengan cara mengoptimasi keefektifan peralatan serta mengurangi/ menghilangkan kerusakan mendadak (breakdown) dengan melakukan identifikasi terlebih dahulu
2.5.1 Defenisi Total Productive Maintenance ( TPM )
TPM sesuai dengan namanya terdiri atas 3 buah suku kata yaitu total mengindikasikan bahwa TPM mempertimbangkan berbagai aspek dan melibatkan seluruh personil yang ada, mulai dari tingkatan atas hingga jajaran bawah, kemudian productive yang menitik beratkan pada segala usaha untuk mencoba melakukan pemeliharaan dengan kondisi produksi tetap berjalan dan meminimalkan masalah-masalah yang terjadi diproduksi saat pemeliharaan dilakukan dan
maintenance berarti memelihara dan menjaga perlatan secara
mendiri yang dilakukan oleh operator produksi agar kondisi peralatan tetap bagus dan terpelihara dengan jalan membersihkannya, melakukan pelumasan dan memperhatikannya. Dengan kata lain Total Productive Maintenance sering didefinisikan sebagai productive maintenance yang dilaksanakan oleh seluruh pegawai, didasarkan pada prinsip bahwa peningkatan kemampuan peralatan harus melibatkan setiap orang di dalam organisasi, dari lapisan bawah sampai manajemen puncak (Nakajima S. 1988)
25
Kata total dalam total productive maintenance mempunyai tiga pengertian yang dikaitkan pada tiga hal penting dari TPM :
1. Total Effectiveness, menunjukkan bahwa TPM bertujuan untuk efisiensi ekonomi - efektifitas dari peralatan/mesin secara keseluruhan- dan mencapai keuntungan.
2. Total Participation, semua orang ikut terlibat, bertanggung jawab
dan menjaga semua fasilitas yang ada dalam pelaksanaan TPM (dari operator sampai top management).
3. Total Maintenance Sistem, pelaksanaan perawatan dan
peningkatan efektifitas dari fasiitas dan kesatuan operasi produksi. Meliputi maintenance prevention, maintainability
improvement, dan preventive maintenance.
Sasaran TPM (Total Productive Maintenance) yaitu antara lain : 1. Accident, yang artinya dengan penerapan TPM yang baik
maka diharapkan dapat meminimalisasi adanya kecelakaan kerja
2. Breakdown, artinya TPM mempunyai sasaran agar tidak terjadi adanya kerusakan (breakdown), sebab dengan adanya breakdown dapat mengganggu aktivitas proses produksi. 3. Crisis, yaitu TPM bertujuan untuk mengurangi semua krisis
yang terjadi yang jelas-jelas sangat merugikan perusahaan. 4. Defect, artinya TPM juga mempunyai sasaran untuk
mengurangi atau bahkan menghilangkan segala cacat produk yang terjadi sehingga produk yang dinikmati oleh konsumen sangat terjamin kualitasnya (Nakajima S. 1988)
2.6 Realibility ( keandalan )
Menurut Birolini (2003) dapat didefenisikan sebagai karakteristik
26
tertentu dan waktu yang telah ditentukan. Secara umum reliability dapat didefenisikan sebagai probabilitas suatu sistem atau produk dapat beroperasi denga baik tanpa mengalami kerusakan pada suatu kondisi tertentu dan waktu yang telah ditentukan, tujuan utama dari studi keandalan adalah untuk memberikan informasi sebagai basis untuk mengambil keputusan.
2.7 Maintainability (Keterawatan)
Menurut Ebiling (1997), maintainability adalah probabilitas bahwa suatu komponen atau sistem yang rusak akan diperbaiki dalam jangka waktu (T) tertentu, dimana proses perawatan dilakukan sesuai dengan ketentuan atau prosedur yang ditentukan
Maintainability sangat berhubungan dengan avaibility, karena
maintainability mempengaruhi tingkat avaibility secara langsung. Dalam
memperbaiki keruskan dan menyelasasikan preventtive maintenance biasanya waktu yang sangat erat antara reliability dengan maintainability, dimana yang satu mempengaruhi yang lainnya dan kedua-duanya mempengaruhi avaibility dan cost yang ada (Ebiling, 1997)
2.8 Distribusi Normal
Distribusi normal, disebut pula gauss, adalah distribusi probabilitas yang paling banyak digunakan dalam berbagai analisa statiska. Distribusi normal baku adalah distribusi normal yang memiliki rata-rata nol dan simpangan baku satu. Distribusi ini juga dijuluki kurva lonceng karena grafik fungsi kepekatan probabilitasnya mirip dengan bentuk lonceng. Jika time to failure dari suatu komponen adalah T mengikuti distribusi normal, maka pdf nya dapat di rumuskan seperti:
f(t) = 1 𝜎 2𝜋 𝑒 1 2 ( 𝑡− 𝜇 𝜎𝑡 )... ( 2.1 ) Fungsi keandalan ( realibility ) dari sebuah konponen yang memiliki
27
R(t) = 1 - f(t) ( 𝑡− 𝜇
𝜎𝑡 )... ( 2.2 )
Mean time to failure dari distribusi normal adalah
MTTF = 𝜇... ( 2.3
Berikut Pola Grafik Fungsi Distribusi Normal :
Gambar 2.4 Pola Grafik Fungsi Distribusi Normal Sumber: Jardine, AKS, 1973
f(t) t F(t) t 1 R(t) t 1 r(t) t 1
Fungsi Keandalan Fungsi Laju kerusakan