• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. misalnya dengan pengembangan kurikulum, peningkatan mutu guru, sebagaian besar lainya masih memprihatinkan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. misalnya dengan pengembangan kurikulum, peningkatan mutu guru, sebagaian besar lainya masih memprihatinkan."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya kualitas pendidikan pada setiap jenjang dan jenis pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, misalnya dengan pengembangan kurikulum, peningkatan mutu guru, perbaikan sarana pendidikan, pengadaan buku dan alat peraga, serta peningkatan mutu managemen madrasah. Namun demikian berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Sebagaian sekolah atau madrasah memang telah menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun pada umumnya, sebagaian besar lainya masih memprihatinkan.

Untuk mendorong peningkatan mutu pendidikan, kebijakan pemerintah telah bergulir dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Yang didalamnya antara lain mengamanatkan bahwa kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan, satuan pendidikan harus mengembangkan sendiri kurikulum sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan serta potensi peserta didik, masyarakat, dan lingkungannya. Kurikulum yang harus dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan disebut KTSP.

(2)

Salah satu indikator dari sekian banyak indikator yang diharapkan akan mendorong peningkatan mutu pendidikan adalah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Kriteria Ketuntasan Minimal adalah tingkat pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran oleh peserta didik per mata pelajaran1. Dalam pedoman KTSP model BSNP, pada muatan kurikulum mengharuskan adanya Kriteria Ketuntasan Belajar. Sekolah atau madrasah harus menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM)2.

Dikandung maksud bahwa dengan kriteria ketuntasan minimal yang ditargetkan oleh masing-masing mata pelajaran pada suatu satuan pendidikan, akan dapat meningkatkan prestasi peserta didik melalui penguasaan materi pembelajaran sesuai dengan target, baik secara kognitif afektif maupun psikomotorik, sehingga kemampuan peserta didik dapat terukur dan meningkat secara bertahap, dan pada giliranya akan dapat meningkatkan mutu lulusan.

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam muatan kurikulum merupakan dokumen dan acuan yang harus ada dan dipersyaratkan dalam KTSP, oleh karena itu sekolah/madrasah harus menetapkan KKM, dan tercapai memenuhi standar nasional. Satuan pendidikan harus barupaya mendesain programnya untuk mencapai KKM yang lebih tinggi, dengan KKM yang tinggi akan menunjukkan kualitas sekolah tersebut.

1

Khaeruddin, et al., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Konsep dan Implementasinya

di Madrasah (Jogjakarta: Pilar Media, 2007), hlm. 188 2,Ibid., hlm. 102

(3)

Namun instrumen KKM dan teori tentang KKM masih dilihat secara apriori sehingga belum memberi dampak yang signifikan bagi peningkatan mutu pendidikan, implementasi KKM diasumsikan sebagai istilah baru, kurangnya pemahaman terhadap pedoman KKM dan perbedaan peresepsi dalam menafsirkan KKM hanya menambah sederet permasalahan baru bagi guru dan satuan pendidikan dalam mengimplementasikan KKM. Hal ini tampak dari rendahnya nilai KKM yang dicapai oleh beberapa mata pelajaran tertentu masih jauh dari KKM nasional. Itu berarti bahwa penetapan KKM mata pelajaran tidak memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kegiatan proses belajar mengajar dan pencapaian standar ketuntasan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sebagaimana yang diharapkan.

Madrasah sebagai lembaga pendidikan formal yang masuk dalam sistem pendidikan nasional, merupakan salah satu unit penting yang keberadaannya tidak bisa dilepaskan dari masyarakat. Oleh karena itu madrasah harus mengorientasikan programnya agar peserta didik mampu berperan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya. Selain tuntutan global dan nasional, madrasah juga dihadapkan pada berbagai tuntutan untuk menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi sesuai PP no 19 tahun 2005. Oleh karena itu MTs Agung Alim Blado sebagai salah satu madrasah di Kabupaten Batang yang eksistensinya sudah mendapat legitimasi dan legalitas publik, apakah sudah bergiat melakukan penyesuaian dengan perubahan yang terjadi yang berkaitan dengan pengembangan

(4)

Silabus, dan penetapan KKM mata pelajaran sebagai target yang akan dicapai oleh tiap mata pelajaran dan satuan pendidikan.

Berangkat dari pemikiran tersebut diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul ; “IMPLEMENTASI KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) DI MADRASAH (STUDI DI MTs AGUNG ALIM BLADO)” Dengan alasan sebagai berikut ;

1. KKM, merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi tiap mata pelajaran.

2. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan salah satu tolok ukur kinerja satuan pendidikan menyelenggarakan program pendidikan.

3. Satuan pendidikan dengan KKM yang tinggi dan dilaksanakan secara bertanggung jawab akan dapat meningkatkan prestasi siswa. Oleh karena itu satuan pendidikan harus berupaya semaksimal mungkin untuk melampui KKM yang ditetapkan.

B. Rumusan Masalah

Setelah memperhatikan latar belakang di atas, maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut ;

1. Bagaimana Kriteria Ketuntasan Minimal di MTs Agung Alim Blado ? 4. Bagaimana Implementasi Kriteria Ketuntasan Minimal di MTs Agung

Alim Blado?

(5)

C. Penegasan Istilah

1. Implementasi

Implementasi yaitu penerapan/ pelaksanaan3 2. Kriteria

Kriteria yaitu ukuran yang dipakai pedoman untuk menetapkan (menilai) sesuatu4

3. Ketuntasan

Ketuntasan yaitu perihal tuntas, Ks. Tuntas berarti habis setelah dicurahkan; mengalir lagi; selesai secara menyeluruh; sempurna sama sekali; singkat dan tegas5

4. Minimal

Minimal yaitu Ks. Sekurang-kurangnya; sedikitnya6 5. Kriteria Ketuntasan Minimal

Kriteria Ketuntasan Minimal selanjutnya disingkat KKM, adalah Tingkat pencapaian Kompetensi Dasar mata pelajaran oleh peserta didik per mata pelajaran7

6. MTs, singkatan dari Madarasah Tsanawiyah

Madrasah Tsanawiyah adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan Agama Islam pada jenjang

3 Em Zulfajri dan Ratu Aprilia Senja, Kamus lengkap Bahasa Indonesia (Difa Bublisher

: 2008), hlm. 374

4 Ibid, hlm. 491 5 Ibid, hlm. 839 6 Ibid, hlm. 568 7

(6)

pendidikan dasar sebagai lanjutan dari SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SD atau MI 8

Sedangkan yang dimaksud dengan IMPLEMENTASI KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL DI MTs AGUNG ALIM BLADO, adalah pelaksanaan penilaian hasil belajar peserta didik pada kompetensi dasar setiap mata pelajaran dengan ukuran (angka paling rendah) yang ditetapkan pada awal tahun pelajaran, dan katerlibatanya terhadap hasil yang dicapai oleh peserta didik di MTs Agung Alim Blado, sehingga peserta didik dinyatakan tuntas belajar bila telah mencapai atau melampui angka ketuntasan minimal.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Kriteria Ketuntasan Minimal di Madrasah Tsanawiyah Agung Alim Blado;

2. Untuk mengungkap Impelementasi Kriteria Ketuntasan Minimal di Madrasah Tsanawiyah Agung Alim Blado ;

3. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan KKM di Madrasah Tsanawiyah Agung Alim Blado.

8 Peraturan Pemerintah RI Nomor 17 tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan ( Jakarta: PT. Binatama Raya 2010), hlm. 4

(7)

E. Kegunaan Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini ada dua aspek yaitu ;

a. Kegunaan Teoritis

a. Dapat memberi masukan kepada tenaga pendidik dan satuan pendidikan dalam rangka menyiapkan diri melaksanakan dan menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal.

b. Memberikan pemahaman lebih luas cara menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran di satuan pendidikan c. Mendorong peningkatan mutu pendidikan melalui penetapan KKM

yang optimal sehingga meningkat secara bertahap.

b. Kegunaan Praktis

a. Sebagai motivasi kepada pendidik untuk memberikan yang terbaik kepada peserta didik, dengan menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal setiap kompetensi dasar pada tiap Mata Pelajaran, akan mendorong peningkatan prestasi siswa.

b. Dapat memberikan masukan kepada para stakeholder pendidikan bahwa keberhasilan mengimplementasikan KKM sangat tergantung kepada partisipasi semua stakeholder dalam ikut serta mengatasi kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan KKM

(8)

F. Tinjauan Pustaka 1. Analisis Teoritis

Dalam penulisan Skripsi ini banyak referensi yang digunakan untuk mendukung karya ilmiah ini, seperti ;

Buku Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Konsep dan Implementasinya di Madrasah karya Drs, H. Khaerudin, MA, Drs. Mahfud Junaedi, M.Ag dkk, yang menyebutkan bahwa Penilaian Berbasis Kompetensi (PBK) merupakan kegiatan penilian yang dilakukan oleh guru secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar. Ada pula yang menyebut dengan Penilaian Berbasis Kemampuan Dasar (PBKD) karena penilaian yang dilakukan oleh guru dikembangkan berdasarkan kemampuan dasar yang harus dikuasai peserta didik. Dalam hal ini guru menilai kompetensi dan hasil belajar peserta didik berdasarkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang dijabarkan lebih lanjut menjadi Indikator-indikator pencapaian (IP). Diantara rambu-rambu dalam penetapan KKM adalah; 1. Penetapan KKM dilakukan melalui analisis ketuntasan belajar minimum pada setiap Kompetensi Dasar (KD); 2. Penetapan nilai KKM tiap KD dimaksud, dilakukan melalui analisis Indikator Pencapaian (IP) pada KD yang terkait; 3. Nilai KKM tiap KD merupakan rata-rata nilai tiap indikator9. Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) Belajar adalah tingkat pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran

9

(9)

oleh siswa per mata pelajaran. Penentuan kriteria ketuntasan minimum belajar ini ditetapkan dengan memperhatikan (1) Tingkat esensial (kepentingan) pencapaian standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa; (2) Tingkat kompleksitas (kesulitan dan kerumitan) setiap indikator pencapaian kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa; (3) Tingkat kemampuan (intake) rata-rata siswa di madrasah; dan (4) Ketersediaan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran10. Siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) harus mengikuti perbaikan (remidial), sampai mencapai ketuntasan kompetensi yang dipersyaratkan11.

Modul “ Peningkatan Kualitas Guru” (PKG) kerjasama Direktorat Pendidikan Agama Islam Diorektorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama RI, dengan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, sebagai materi pokok yang disajikan dalam diklat PKG, salah satu materinya adalah “ Pengembangan Evaluasi Pembelajaran PAI ” yang didalamnya terdapat pembahasan tentang Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal menyebutkan; Pembelajaran yang berbasis kompetensi menggunakan konsep belajar tuntas (mastery learning). Menurut konsep pembelajaran ini, peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu menguasai

10 Ibid, hlm. 188 11

(10)

kompetensi yang telah ditetapkan12. Peserta didik yang belajar lambat perlu waktu yang lebih lama untuk materi yang sama, mereka dapat berhasil jika kompetensi awal mereka terdiagnosis secara benar. Nilai ketuntasan ideal = 100, batas minimum menurut konsep belajar tuntas Peserta didik harus mencapai skor 75-80 % sebelum beralih pada pembahasan berikutnya. Guru dan sekolah dapat menetapkan nilai Ketuntasan Minimum secara bertahab dan terencana agar memperoleh nilai idial. Nilai ketuntasan minimum per mata pelajaran dan per kompetensi dasar dan per indikator ditetapkan berdasarkan tingkat kesulitan dan kedalaman mata pelajaran dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik. Setiap mata pelajaran dapat berbeda batas minimal nilai ketuntasanya.

Buku “Profil Madrasah Masa Depan” Departemen agama RI Majelis Pertimbangan dan Pemberdayaan Pendidikan Agama dan Keagamaan (MP3A) 2005, menyebutkan, Pada saat ini belum semua madrasah dapat memenuhi setandar isi, lingkup materi dan tingkat kompetensi yang seharusnya dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Hal ini terbukti banyak madrasah yang mencapai kelulusanya dalam kisaran antara 70 sampai dengan 80 persen pada ujian nasional tahun 2005. Sebagaian madrasah

12 Direktorat Pendidikan Agama Islam Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian

Agama RI kerja sama dengan Fakultas tarbiyah IAIN Walisongo, Modul Peningkatan Kualitas

(11)

belum dapat memenuhi standar kompetensi lulusan dari kemampuan kualifikasi, kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Sebagaian madrasah yang melakukan penilaian pendidikan yang belum sesuai standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Hal ini mengakibatkan, pada saat madrasah dinilai oleh pihak luar, banyak madrasah yang mendapatkan nilai rendah, baik kinerja madrasah maupun mutu lulusanya13.

Untuk itu upaya peningkatan mutu pendidikan harus dilakukan secara menyeluruh yang mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya, yakni aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, pengetahuan, keterampilan, seni, olah raga, dan perilaku. Dengan demikian peserta didik memiliki ketangguhan, kemandirian, dan jati diri. Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup (life-skills) yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi peserta didik untuk bertahan hidup, menyesuaikan diri, dan berhasil di masa datang. Pencapaian kompetensi tersebut dikembangkan melalui pencapaian indikator. Agar tiap indikator dapat tercapai secara tuntas maka perlu di tetapkan batas ketuntasan belajar, batas ketuntasan belajar tersebut dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal yang di singkat KKM.

13 Departemen Agama RI Majelis Pertimbangan dan Pemberdayaan Pendidikan Agama

dan Keagamaan MP3A 2005, Profil Madrasah Masa Depan : Bina Mitra Pemberdayaan

(12)

Dalam skripsi karya, Nurul Afidah, yang berjudul “Implikasi Standar Kelulusan Ujian Nasional Terhadap Motivasi Belajar Siswa” (Kajian di MASS Proto Kedungwuni Pekalongan). Di mana hasilnya terdapat implikasi positif yang signifikan antara standar kelulusan yang telah ditetapkan oleh sekolah terhadap motivasi belajar siswa14

Dalam skripsi yang penulis jadikan kajian penelitian terdapat perbedaan pembahasan, yaitu antara Standar Kelulasan dan Kriteria

Ketuntasan Minimal, tatapi didalamnya terdapat kesamaan yaitu,

tentang kegiatan penilaian dengan paradigma pendekatan menggunakan mekanisme penetapan standar minimal yang telah ditentukan. Pendeknya bahwa Standar Kelulusan dan Kriteria Ketuntasan Minimal adalah standar penilaian yang dapat memacu motivasi dan prestasi siswa di madrasah, sehingga mutu madrasah dapat meningkat.

Dari beberapa survey literatur diatas, penulis memandang bahwa kajian tentang Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) masih perlu diperluas dan diperdalam lagi mengingat disana- sini masih banyak terjadi perbedaan peresepsi dalam memahami KKM dan kendala-kendala dalam mengimplementasikanya. Karena topik ini tergolong masih populer dalam kajian pendidikan baik dalam satuan pendidikan umum maupun satuan pendidikan Madrasah pada khususnya, maka untuk mengetahui sejauh mana Implementasi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di madrasah, penulis memandang bahwa kajian

14 Nurul Afidah, “Implikasi Standar Kelulusan Ujian Nasional Terhadap Motivasi

Belajar Siswa (Kajian di MASS Proto Kedungwuni Pekalongan)”, Skripsi (Pekalongan : STAIN. PKL, 2009), hlm. 6

(13)

tentang Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM) seperti tersebut di atas masih layak untuk diteliti.

2. Kerangka berpikir

Untuk mempermudah dalam memecahkan masalah yang akan penulis kaji dalam penelitian ini, maka perlu di deskripsikan kerangka teori mengenai Kriteria Ketuntasan Minimal di madrasah.

Penilaian Pendidikan dalam KTSP menggunakan Kriteria Ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi tiap mata pelajaran, keberhasilan pencapaian KKM berpengaruh terhadap prestasi siswa. Oleh karena itu satuan pendidikan harus berupaya semaksimal mungkin untuk melampui KKM yang ditetapkan.

Satuan pendidikan dengan KKM yang tinggi dan dilaksanakan secara bertanggung jawab dapat menjadi tolok ukur keberhasilan satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

Peningkatan mutu pendidikan harus dilakukan secara menyeluruh yang mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya, yakni aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, pengetahuan, keterampilan, seni, olah raga, dan perilaku. Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup (life-skills) yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi peserta didik. Mengingat tiap Kompetensi memiliki tingkat esensial

(14)

(kerumitan) yang berbeda, maka indikator pencapain tiap kompetensi perlu ditetapkan dengan standar minimal ketuntasan belajar, setandar ketuntasan tersebut dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif , yaitu dengan menekankan analisisnya pada proses penyimpulan data deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antara penomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah15. Data yang penulis peroleh dianalisis menggunakan mixed method

research yaitu pensinergian kedua metode penelitian, antara kualitatif

dan kuantitatif16.

Sedangkan jenis penelitian ini adalah jenis penelitian field research (penelitian lapangan) suatu riset yang dilakukan dikancah atau medan terjadinya gejala-gejala17 Dari permasalahan yang penulis angkat kemudian penulis melakukan observasi, interviu dan dokumentasi secara langsung di tempat penelitian, yaitu dengan melakukan konfirmasi kepada Kepala Madrasah dan guru-guru madrasah serta pihak lain dengan pengamatan langsung terhadap penomena dilapangan guna memperoleh data pendukung.

15 Saefudin Anwar, Metode Penelitian, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 5

16

http://images.lussysf.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/TSW8uQooCGoAAFl RrVU1/mixed.pdf?key=lussysf:journal:635&nmid=402924456

17 Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid I, (yogyakarta : yayasan Penerbit Fakultas

(15)

2. Sumber data

Sumber data adalah subyek darimana data diperoleh18. Sumber data penelitian dibagi menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

a. Sumber data Primer ;

Sumber data primer penulis mengambil dari daftar nilai hasil UAS (ulangan akhir semester) peserta didik kelas VII,VIII dan IX tahun pelajaran 2010/2011. MTs Agung Alim Blado.

b. Sumber data Sekunder ;

Sumber data sekunder penulis mengambil dari kepustakaan atau buku-buku sebagai rujukan yang dapat menjadi referensi dalam penelitian ini.

3. Tekhnik pengumpulan data

a. Observasi ;

Metode observasi adalah pengamatan-pengamatan dan pencatatan secara sistimatis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.19 Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang ada di tempat penelitian dan digunakan sebagai alat pembantu untuk mendapatkan data tentang kondisi giografis sekolah, proses kegiatan belajar mengajar, input dan output peserta didik, peran

18 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek , (Jakarta : PT.

Rineka Cipta, 1992), hlm. 114.

19

(16)

serta masyarakat terhadap sekolah/madrasah, managemen madrasah dan mutu madrasah di MTs Agung Alim Blado.

b. Metode Wawancara (Interviu);

Metode wewancara adalah sebuah teknik pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematik dan berlandaskan kepada tujuan penelitian.20 Wewancara ditujukan kepada ;

1. Kepala Madrasah, untuk mendapatkan data-data tentang program-program madrasah, status madrasah, kurikulum yang digunakan oleh madrasah, KKM yang ditetapkan oleh madrsah, dan informasi lainya yang berkaitan dengan implementasi KKM di MTs Agung Alim Blado.

2. Pengurus Madrasah, untuk mendapatkan data tentang sejarah dan latar belakang pendirian madrasah, berupa data luas tanah dan asal-usul tanah madrasah, nama madrasah, tujuan didirikanya madrasah, sumber, dan kepengurusan madrasah. 3. Wakil kepala Madrasah bidang Kurikulum, untuk

mendapatkan data tentang kurikulum yang dipakai di madarsah, tahun dimulainya pemberlakuan KTSP, instrumen-instrumen yang diperlukan dalam KTSP, proses penetapan KKM, kendala-kendala yang dihadapi dalam menetapkan

(17)

KKM, proses belajar mengajar, ketercapaian KKM, dan aktifitas guru dalam mengimplementasikan KKM.

4. Guru mata pelajaran, terdiri dari 5 orang guru mata pelajaran yang diwawancarai, yaitu untuk memperoleh data tentang sosialisasi KKM, peran KKG/MGMP terhadap implementasi KKM, kegiatan penilaian KKM, ketercapaian KKM, dan tugas-tugas lain guru di MTs Agung Alim blado.

c. Metode Dokumentasi ;

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara meneliti dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan obyek penelitian.21 Metode ini digunakan unntuk menghimpun data yang bersifat dokumenter, seperti jumlah guru dan peserta didik, latar belakang pendidikan guru, struktur organisasi sekolah, data-data mengenai sarana dan fasilitas sekolah, prestasi sekolah, dokumen KKM, dan nilai akhir peserta didik dan KKM nya di MTs Agung Alim Blado.

4. Teknik analisis data

Teknik analisis data adalah proses penyederhanaan suatu data dalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterprestasikan.22

21 Koentjoroningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 1993), hlm. 46

22 Saiful Faisol, Dasar dan Tehnik Penyusunan Angket, (Surabaya: Usaha Nasional,

(18)

Dalam menganalisis data penulis menggunakan Mexed Method (metode gabungan) yaitu pensinergian kedua metode penelitian, antara kualitatif dan kuantitatif. Data yang diperoleh dari penelitian, melalui observasi, interviu dan dokumentasi selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teknik analisa data deskriptif kualitatif, Sedangkan data yang berupa daftar nilai UAS peserta didik Tahun 2010/2011, dianalilis menggunakan diskriptif kuantitatif prosentase.

H. Sistematika Skripsi

Untuk memperoleh pembahasan yang sistematis dan konsisten maka perlu disusun sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

Bab II Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di Madrasah, sebagai landasan teori yang membahas tentang Pengertian KKM, Kriteria Ketuntasan minimal belajar, Fungsi KKM, Penetapan KKM, Menafsirkan KKM, Analisis pencapaian ketuntasan belajar peserta didik,

Bab III Gambaran Umum MTs Agung Alim Blado, membahas mengenai tempat penelitian yang meliputi, sejarah dan perkembangan, letak giografis, visi dan misi, struktur organisasi, keadaan guru, keadaan karyawan, keadaan peserta didik, prestasi sekolah, sarana dan prasarana, dan

(19)

kegiatan belajar mengajar (KBM), data Pelaksanaan KKM per mapel dan data nilai rata-rata siswa per mata pelajaran dan KKM nya.

Bab IV Implementasi KKM di MTs Agung Alim Blado, bab ini membahas tentang Pelaksanaan KKM, dan faktor-faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan KKM

Referensi

Dokumen terkait

Model diatas merupakan model jangka pendek, sedangkan model jangka panjang dilakukan dengan cara membagi koefisien regresi dengan nilai koefisien penyesuaian (δ),

M enurut M cGregor dan Sykes (2001, p85) test case adalah sepasang input dan ecpected result di mana input adalah suatu deskripsi mengenai masukan untuk software yang akan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh selama proses pembelajaran pada siklus I, II dan III dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi

Halaman Raport siswa merupakan halam- an yang berfungsi untuk menampilkan ke- seluruhan rekan nilai siswa setiap anak. Pada halaman Raport ini wali kelas dapat me-

Satuan Polisi Pamong Praja atau yang dis- ingkat Satpol PP adalah perangkat Pemerintah Daerah dalam memelihara ke- tentraman dan ketertiban umum serta

Evaluasi tingkat kontaminasi Campylobacter jejuni pada sampel ayam dari beberapa pasar tradisional dan supermarket yang ada di Jakarta Selatan, Tangerang, Sukabumi dan Bogor

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris mengetahui pengaruh pengetahuan perpajakan, kesadaran, dan pengetahuan tax amnesty yang mempengaruhi

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian aditif pakan berupa kombinasi tepung kulit singkong dan bakteri asam laktat dalam ransum mampu menurunkan