• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 10, Nomor 2, 2019 E-ISSN: 2621-2404, P-ISSN: 1907-3003

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DAN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Muhammad Bahrudin

STIT Darul Ulum Kotabaru

Abstrak

Kebijakan Pembelajaran Jarak jauh merupakan kebijakan pendidikan yang bersifat formal dengan berbasis kelembagaaan yang memiliki prinsip - prinsip antara peserta didik dan instrukturnya berada di tempat terpisah. Proses pembelajaran jarak jauh memerlukan sistem telekomunikasi yang interaktif yang menekankan interaksi pembelajaran berbasis teknik informasi dan komonikasi (TIK), dengan menggunakan bahan ajar dalam bentuk e-learning dan dikombinasikan dengan bahan ajar lain dalam beragam bentuk. Sehingga perlu memanfaatkan berbagai sumber daya yang diperlukan di dalamnya. Pembelajaran elektronik (e-learning) merupakan bagian dari pendidikan jarak jauh yang secara khusus menggabungkan teknologi elektronika dan teknologi berbasis internet.

(2)

A. Pendahuluan

Pengakuan terhadap pembelajaran jarak jauh karena dianggap mampu menjawab beberapa permasalahan belajar mengajar dan semakin meningkatnya kesadaran tentang proses pembelajaran sepanjang hayat (long life education). Konsep long life education semakin diyakini oleh manusia sebagai upaya untuk mencapai kesuksesan pada era global sekarang ini. Setidaknya ada 3 alasan mengapa masyarakat semakin memahami pentingnya konsep pendidikan sepanjang hayat, yaitu:

1 Perubahan pada masyarkat yang semakin cepat, 2 Tuntutan kecepatan memperoleh informasi, dan

3 Kompetisi antar individu maupun kelompok yang semakin ketat.

Ketiga alasan itu pula yang membuat konsep virtual learning dalam pembelajaran jarak jauh semakin dirasakan penting, khususnya bagi peserta belajar yang tidak mungkin untuk meninggalkan tugas pekerjaannya untuk belajar, tetapi dengan virtual learning dapat seseorang dapat belajar tanpa harus meninggalkan pekerjaannya.

Menyelenggarakan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) merupakan Kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh pada Perguruan Tinggi.PJJ bertujuan untuk meningkatkan perluasan dan pemerataan akses terhadap pendidikan yang bermutu dan relevan sesuai kebutuhan. Semakin banyaknya masyarakat yang masuk ke perguruan tinggi (baik PTN maupun PTS), APK-PT bisa terdongkrak meningkatkan signifikan.Payung hukum bagi penyelenggara perguruan tinggi (baik PTN maupun PTS), antara lain adalah Permendikbud 109/2013 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) di Pendidikan Tinggi. Kenyataan dilapangan yang terjadi dalam menyelenggarakan PJJ (baik PTN maupun PTS), masih sangat sedikit sekali dari segi jumlah (baru sembilan lembaga).1

Di Indonesia pembelajaran jarak jauh (distance learing) merupakan bagian dari pendidikan jarak jauh (distance education) tercantum di dalam undang-undang Republik

1 Irwansyah, Irwansyah. “Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Tinggi Jarak Jauh Di Perguruan Tinggi Swasta.” JAS-PT Jurnal Analisis Sistem Pendidikan Tinggi 2, no. 1 (July 31, 2018): 39.https://doi.org/10.36339/jaspt.v2i1.122.

(3)

Indonesia Nomor 20 Tahun2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Rumusannya termaktub dalam BAB VI Jalur, Jenjang dan Jenis Pendidikan tentang pendidikan jarak jauh pasal 31 pada bagian ke sepuluh yang berbunyi:

1. Pendidikan jarak jauh diselenggarakan pada semua jalur, jenjang dan jenis kependidikan.

2. Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler.

3. Pendidikan jarak jauh di selenggarakan dalam berbagai bentuk, modus dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta system penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standard nasional pendidikan. 4. Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan jarak jauh sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Diselenggarakannya pendidikan jarak jauh sebagai upaya atau cara pemerintah dalam membenahi sistem pendidikan yang tepat, terencana, simultan, dan optimal dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Apalagi semangat otonomi daerah memberikan anginan segar terhadap pelaksanaan program pendidikan jarak jauh.

B. Pembahasan

1. Definisi Pembelajaran Jarak Jauh

Definisi Pendidikan Jarak Jauh (Prof.Dr. Pauline Pannen, 2016) adalah: a. Proses pendidikan yang terorganisasi yang menjembatani keterpisahan antara

siswa dengan pendidik dan dimediasi oleh pemanfaatan teknologi, dan pertemuan tatapmuka yang minimal.

b. Pendidikan jarak jauh ditawarkan lintas ruang dan waktu sehingga siswa memperoleh fleksibilitas belajar dalam waktu dan tempat yang berbeda, serta menggunakan beragam sumber pembelajar.

(4)

c. Biasanya berbentuk pendidikan massif Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) berevolusi dari bentuk pendidikan koresponden sampai pendidikan melalui e-learning lintas ruang dan waktu.2

Dalam UU No. 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi, Bagian Ketujuh Pendidikan Jarak Jauh Pasal 31 butir 1) Pendidikan jarak jauh (PJJ) merupakan proses belajar mengajar yang dilakukan secara jarak jauh melalui penggunaan berbagai media komunikasi. 2) Pendidikan jarak jauh (PJJ) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan: a. memberikan layanan pendidikan tinggi kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti Pendidikan secara tatapmuka atau reguler; dan b. memperluas akses serta mempermudah layanan pendidikan tinggi dalam pendidikan dan pembelajaran . 3) Pendidikan jarak jauh (PJJ) diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan Tinggi. 4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan pendidikan jarak jauh (PJJ) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dalam Peraturan Menteri Ristek Dikti. Media komunikasi. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) pendidikan jarak jauh (PJJ) adalah proses belajar mengajar yang dilakukan secara jarak jauh melalui penggunaan berbagai media komunikasi (Permendikbud No. 109/2013).3

2. Prinsip Pembelajaran Jarak Jauh

Prinsip ini berkaitan dengan adanya keterpisahan antara pendidik dan peserta didik lintas ruang dan waktu sehingga lebih menekankan pada belajar secara mandiri berbasis TIK menggunakan berbagai sumber belajar TIK dan media lain. Diorganisasikan secara sistematis dalam satu organisasi sesuai aturan yang berlaku dan dimungkinkan adanya tatap muka.

Dalam pendidikan jarak jauh, Pendidikan juga harus bersifat Terbuka yaitu Setiap individu memiliki kesempatan belajar tanpa hambatan apapun agar bisa mendaftar menjadi mahasiswa di perguruan tinggi yang diinginkan , bebas mengambil

2 Paulina Pannen, 2016, Kebijakan Pendidikan Jarak Jauh dan E-learning di Indonesia, Kemenristek Dikti

(5)

matakuliah apapun yang disukai, bebas menyelesaikan pendidikannya dengan batas waktu tertentu.4

3. Syarat Penyelenggaraan Pembelajaran Jarak Jauh

a. Memiliki dan mengembangkan system pengelolaan dan system pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi

b. Memiliki sumber daya atau akses terhadap sumber daya untuk menyelenggarakan interaksi pembelajaran antara tenaga pendidik dengan peserta didik secara intensif

c. Mempunyai sumber daya praktikdan/atau praktikum atau akses bagi peserta didik untuk melaksanakan praktik dan/atau praktikum

d. Mempunyai fasilitas pemantapan pengalaman lapangan atau akses bagi peserta didik untuk melaksanakan pemantapan pengalaman lapangan

e. Mempunyai USBJJ yang bertujuan memberikan layanan teknis dan akademis secara intensif kepada peserta didik dan tenaga pendidik dalam proses pembelajaran

f. Sumber daya atau akses terhadap sumber daya untuk melakukan evaluasi hasil belajar secara terprogram dan berkala paling sedikit 2(dua) kali persemester g. Mengembangkan sumber belajar terbuka berbasis teknologi informasi dan

komunikasi sesuai standar nasional pendidikan tinggi 4. Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran jarak jauh antara lain:

a. Program disusun disesuaikan dengan jenjang, jenis, dan sifat pendidikan. Waktu yang digunakannya pun sesuai dengan sesuai program tersebut. Tujuan program adalah untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap pembelajar. Untuk mengetahui keberhasilan pencapai tujuan program tersebut dilakukan penilaian sendiri (self evaluation).

b. Dalam proses pembelajaran tidak ada pertemuan langsung secara tatap muka antara pengajar dan pembelajar, sehingga tidak ada kontak langsung antara pengajar dengan pembelajar. Pertemuan antara pengajar dan pembelajar

(6)

hanya dilakukan kalau ada peristiwa tertentu yang dianggap penting sekali atau untuk membahas tugas-tugas tertentu saja.

c. Pembelajar dan pengajar terpisah sepanjang proses pembelajaran itu karena tidak ada tatap muka seperti halnya dalam pembelajaran konvensional, sehingga pembelajar harus dapat belajar secara mandiri. Bantuan belajar yang diperoleh dari orang lain sangat terbatas.

d. Adanya lembaga pendidikan yang mengatur pembelajar untuk belajar mandiri. Pendidikan jarak jauh adalah sistem pendidikan yang menekankan pada cara belajar mandiri (self study). Untuk itu, cara belajar mandiri pembelajar perlu dikelola secara sistematis. Penyajian materi pembelajaran, pemberian bimbingan kepada pembelajar, dan pengawasan serta jaminan keberhasilan pembelajar dilakukan oleh pengajar.

e. Lembaga pendidikan merancang dan menyiapkan materi pembelajaran, serta memberikan pelayanan bantuan belajar kepada pembelajar. Adanya lembaga pendidikan ini membedakan sistem pendidikan jarak jauh dari proses belajar sendiri (private study) atau teach yourself programmes.

f. Materi pembelajaran disampaikan melalui media pembelajaran, seperti komputer dengan internetnya atau dengan program e-learning. Misalnya, pembelajaran tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap disampaikan kepada pembelajar melalui media audio visual seperti komputer, TV, radio, media cetak, dan sebagainya. Media ini berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan materi pembelajaran, alat penghubung atau alat komunikasi antara pembelajar dan pengajar. Materi pembelajaran bersifat mandiri untuk dipelajari, sehingga dalam proses pembelajarannya bisa menggunakan media bantuan seperti komputer. Materi pembelajaran ini disimpan di komputer, sehingga dapat diakses oleh pengajar dan pembelajar kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan memperlukannya. Kendati pembelajaran jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi banyak digunakan, namun ada beberapa kendala yang dihadapinya, antara lain keterbatasan fasilitas teknologi, seperti tidak ada/kurangnya computer

(7)

dibandingkan dengan jumlah pembelajar yang akan menggunakannya, terbatasnya telepon sebagai alat komunikasi, atau terbatasnya listrik di daerah tertentu. Kendala ini menyebabkan berkurangnya pengguna teknologi, seperti komputer dengan internetnya.

g. Melalui media pembelajaran tersebut, akan terjadi komunikasi dua arah (interaktif) antara pembelajar dengan pengajar, pembelajar dengan pembelajar lain, atau pembelajar dengan lembaga penyelenggara pembelajaran jarak jauh. Inisiatif untuk berkomunikasi datang dari pembelajar atau dari pengajar.

h. Tidak ada kelompok belajar yang bersifat tetap sepanjang masa belajarnya, karena itu pembelajar menerima pembelajaran secara individual bukannya secara kelompok. Sedangkan jika ada waktu untuk melakukan pertemuan kelompok pembelajar akan mempelajari mata pelajaran atau mata kuliah yang sama untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran atau sekedar untuk bersosialisasi.

i. Paradigma baru yang terjadi dalam pembelajaran jarak jauh adalah peran pengajar yang lebih bersifat fasilitator yang memberikan bantuan atau kemudahan kepada pembelajar untuk belajar, dan pembelajar sebagai peserta dalam proses pembelajaran. Karena itu, pengajar dituntut untuk menciptakan teknik mengajar yang baik, menyajikan materi pembelajaran yang menarik, sementara pembelajar dituntut untuk aktif berpartisipasi dalam proses belajar. j. Pembelajar dituntut aktif, interaktif, dan partisipatif dalam proses belajar, karena sistem belajarnya secara mandiri yang sedikit sekali mendapatkan bantuan dari pengajar atau pihak lainnya. Pembelajar yang kurang aktif akan lebih mudah gagal dalam proses belajarnya.

k. Sumber belajar adalah bahan-bahan yang dikembangkan secara sengaja sesuai kebutuhan dengan tetap berdasarkan kurikulum.

(8)

l. Interaksi pembelajaran bisa dilaksanakan secara langsung jika ada suatu pertemuan. Bisa pula secara tidak langsung dengan bantuan tutor dalam forum tutorial atau pengajar.5

5. Perkembangan Pembelajaran Jarak Jauh

Pada generasi awal pembelajaran yang ada hanya berbentuk Korespondensi yaitu bahan ajar di cetak oleh satu pihak untuk disampaikan kepada pihak lain agar memudahkan dalam proses pemahaman materi. Pada generasi kedua model pembelajaran Multimedia menjadi titik perubahan dan perkembangan yang awalnya hanya dicetak, tetapi kemudian bisa berupa audio-visual dan computer-based learning, atau lebih dikenal dengan video interaktif. Generasi ketiga menggunakan Telelearning yang berupa Audio teleconferencing, video conferencing, Broadcast TV/Radio. Pada Generasi 4 Model Pembelajaran Fleksibel yang menjadikan waktu belajar mengajar di sesuaikan dengan kebutuhan. Generasi ke enam lebih banyak menggunakan jaringan internet sebagai basis dalam pembelajaran contohnya: Online IMM, Internet –based resources, computer-mediated comm. Generasi kelima lebih mengedepankan Pembelajaran Fleksibel Cerdas yaitu disesuaikan dengan kemampuan, keinginan dan kebutuhan siswa yang berbasis TIK Gen 4 + CMC dengan autoresponse, portal administrasidan akademik, e-learning. Generasi ke enam Pembelajaran dengan perangkat Mobile atau menggunakan fasilitas smartphone seperti tablet, netbook.6

6. E-Learning Dalam Pembelajaran Jarak Jauh

E-learning terdiri dan dua bagian, yaitu ‘e’ yang merupakan singkatan dan ‘electronic’ dan ‘learning’ yang berarti ‘pembelajaran’. Jadi e-leurning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa atau bantuan perangkat elektnonika, khususnya perangkat yang berbasis teknologi.7

E-learning merupakan salah satu di antara bentuk model pembelajaran yang difasilitasi dan didukung lansung pemanfaatan teknologi infor-masi dan komunikasi.

5 Munir. Pembelajaran Jarak Jauh berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Bandung: Alfabeta, CV. www.cvalfabeta.com, 2009.

6 ibid

7 Universitas Jambi, and Ade Kusmana. “E-Learning Dalam Pembelajaran.” Lentera Pendidikan :

(9)

E-learning mempunyai ciri-ciri, antara lain (Clark & Mayer 2008: 10): 1) memiliki konten yang relevan dengan tujuan pembelajaran; 2) menggunakan metode instruksional, misalnya penyajian contoh dan latihan untuk meningkatkan pembelajaran - pembelajaran; 3) menggunakan elemen-elemen media seperti kata-kata dan gambar-gambar untuk nyampaikan materi pembelajaran secara mudah; 4) me-mungkinkan pembelajaran langsung berpusat pada pengajar (synchronous e-learning) atau di desain untuk pembelajaran mandiri (asynchronous e-learning); 5) membangun pemahaman dan keterampilan yang terkait dengan tujuan pembelajaran baik secara perseorangan atau meningkatkan kinerja pembelajaran secara kelompok dalam pembelajaran.

Sedangkan menurut Rusman dkk (2011: 264) e-learning memiliki karakteristik, antara lain (a) interactivity (interaktivitas); (b) independency (kemandirian); (c) accessibility (aksesibilitas); (d) enrichment (pengayaan). E-learning dapat didefinisikan sebagai sebuah bentuk teknologi informasi yang diterapkan di bidang pendidikan dalam bentuk dunia maya. Istilah e-learning lebih tepat ditujukan sebagai usaha untuk membuat sebuah transformasi proses pembelajaran yang ada di sekolah atau perguruan tinggi ke dalam bentuk digital yang dijembatani teknologi internet (Munir, 2009: 169).

Seok (2008:725) menyatakan bahwa “e-learning is a new form of pedagogy for learning in the 21st century. e-Teacher are e-learning instructional designer, facilitator of interaction, and subject matter experts”. Penerapan e-learning untuk pembelajaran online pada masa sekarang ini sangatlah mudah dan cepat dengan memanfaatkan modul Learning Management System yang sangat mudah untuk diinstalasi dan dikelola seperti Moodle.8

Lebih detail lagi Rosenberg (2001) mengategorikan e-learning dalam tiga kriteria dasar yaitu: 1) E-learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki secara cepat dan tepat, menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan, dan sharing pembelajaran serta informasi. Kriteria ini sangatlah penting dalam e-learning, sehingga Rosenberg menyebutnya sebagai persyaratan absolute; 2) E-learning dikirimkan

8 Hanum, Numiek Sulistyo. “Keefektifan E-Learning Sebagai Media Pembelajaran (Studi Evaluasi Model Pembelajaran E-Learning Smk Telkom Sandhy Putra Purwokerto).” Jurnal Pendidikan Vokasi 3 (2013): 13.

(10)

kepada pengguna melalui teknologi komputer dengan menggunakan standar teknologi internet; 3) E-learning terfokus pada pandangan pembelajaran mulai dari bawah hingga yang paling luas, solusi pembelajaran yang mengungguli paradigma tradisional dalam pembelajaran – pembelajaran dilingkungan Sekolah maupun di Perguruan Tinggi.9

7. Kurikulum Program Pendidikan Jarak Jauh

a. PJJ dapat diselenggarakan dengan lingkup mata pelajaran atau mata kuliah, program studi, atau satuan pendidikan yang sudah ditentukan.

b. Kurikulum program PJJ memiliki beban studi dan ruang lingkup yang sama dengan kurikulum program studi yang diselenggarakan dengan modus tatap muka , namun memberikan keluwesan belajar bagi peserta didik. Hal ini ditunjukkan dengan kesamaan tujuan capaian pembelajaran (learning outcomes) untuk setiap mata kuliah/mata pelajaran atau program studi.

c. Profil dan capaian pembelajaran lulusan program PJJ adalah sama dengan profil dan capaian tujuan pembelajaran lulusan program pendidikan tatap muka yang sesuai.

d. Proses pembelajaran jarak jauh dilakukan secara terstruktur dengan memanfaatkan TIK termasuk layanan akademik yang diberikan dosen/tutor sehingga memotivasi peserta didik untuk proses belajar dengan memanfaatkan beragam sumber belajar secara terintegrasi.

e. Evaluasi hasil belajar harus dapat mencerminkan tingkat kemampuan peserta didik melalui mekanisme ujian secara tatap muka atau secara jarak jauh dengan pengawasan langsung atau tidak lansung.10

8. Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Jarak Jauh

Jika melihat penjelasan di atas, penggunaan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) dapat sangat efektif, khususnya bagi para peserta yang memiliki aktivitas yang padat diluar waktu belajar dan memiliki motivasi kuat untuk bisa belajar secara mandiri. Tetapi,

9 Karwati, Euis. “Pengaruh Pembelajaran Elektronik (E-Learning) terhadap Mutu Belajar Mahasiswa.”

10 Direktorat Pembelajaran Dan Kemahasiswaan. “Panduan Penyelenggaraan Model Pembelajaran Pendidikan Jarak Jauh Di Perguruan Tinggi.” Kemenristekdikti, 2011.

(11)

kesuksesan Pembelajaran Jarak Jauh yang meninggalkan ketaatan pada jadwal seperti pada proses pembelajaran tatap muka, bukanlah merupakan suatu pilihan yang mudah baik bagi instruktur maupun peserta didik. Maka dari itu PJJ memiliki keterbatasan sekaligus kelebihan. Berikut kelebihan pembelajaran jarak jauh (Rusman. 2011:351) : a. Tersedianya fasilitas e-moderating di mana pendidik dan peserta didik dapat

berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, waktu.

b. Peserta didik dapat belajar atau me-review bahan pelajaran setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan.

c. Bila peserta didik memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara mudah dan cepat baik pendidik maupun peserta didik dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.

d. Peserta didik dapat benar-benar menjadi titik pusat kegiatan belajar-mengajar karena ia senantiasa mengacu kepada pembelajaran mandiri untuk pengembangan diri pribadi.

Walaupun demikian, pembelajaran jarak jauh juga tidak terlepas dari berbagai kelemahan dan kekurangan, antara lain (Rusman. 2011:352) :

1. Kurangnya interaksi antara pendidik (Dosen) dan peserta didik (Mahasiswa) atau bahkan antarsesama peserta didik itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya dalam proses pembelajaran.

2. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.

3. Masalah ketepatan dan kecepatan pengiriman modul dari pusat pengelolaan pembelajaran jarak jauh kepada para peserta di daerah sering tidak tepat waktu, dan areanya dapat menghambat kegiatan proses pembelajaran. (OemarHamalik, 1994:53)

4. Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal dalam study yang dijalaninya.

(12)

5. Dukungan administratif untuk proses pembelajaran jarak jauh dibutuhkan untuk melayani jumlah peserta didik yang mungkin sangat banyak.11

C. Kesimpulan

Seperti pada pembahasan di atas menerangkan bahwa pembelajaran jarak jauh merupakan pembelajaran yang berciri khas sangat kemandirian. Pembelajaran jarak jauh merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi suatu masalah dalam pembelajaran. Misalnya, memberikan kemudahan bagi siswa yang mengalami kesulitan untuk mengakses pembelajaran karena jarak yang jauh.

Sistem belajar jarak jauh merupakan salah satu alternatif untuk memperoleh kesempatan belajar bagi pebelajar atau warga belajar yang karena berbagai alasan tidak dapat mengikuti pendidikan secara lansung pada sistem pendidikan formal atau konvensional. Pendidikan jarak jauh ini merupakan sistem pendidikan yang bebas untuk diikuti oleh siapa saja dan dimana saja tanpa terikat pada batasan tempat, jarak, waktu, usia, jender dan batasan non akademik lainnya. Sistem ini memberikan kebebasan kepada pebelajar atau warga belajar untuk mengikuti kegiatan pembelajaran secara bebas dan mandiri. Sehingga Keberhasilan dari program pendidikan jarak jauh ini sangat tergantung pada pihak-pihak yang saling membantu, baik itu dari pebelajar sendiri, lembaga pendidikan Tinggi yang menyelenggara, anggota masyarakat. Selain itu kita juga harus lebih perduli terhadap perkembangan Sistem belajar jarak jauh ini meski telah merupakan kegiatan yang sudah sejak lama sudah dilakukan oleh dinas pendidikan.

11 Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran; Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran; Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Direktorat Pembelajaran Dan Kemahasiswaan. “Panduan Penyelenggaraan Model Pembelajaran Pendidikan Jarak Jauh Di Perguruan Tinggi.” Kemenristekdikti, 2011. Universitas Jambi, and Ade Kusmana. “E-Learning Dalam Pembelajaran.” Lentera Pendidikan : Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 14, no. 1 (June 20, 2011): 35–51. Hanum, Numiek Sulistyo. “Keefektifan E-Learning Sebagai Media Pembelajaran (Studi Evaluasi Model Pembelajaran E-Learning Smk Telkom Sandhy Putra Purwokerto).” Jurnal Pendidikan Vokasi 3 (2013): 13.

Karwati, Euis. “Pengaruh Pembelajaran Elektronik (E-Learning) terhadap Mutu Belajar Mahasiswa.”

Munir. Pembelajaran Jarak Jauh berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Bandung: Alfabeta, CV. www.cvalfabeta.com, 2009.

Irwansyah, Irwansyah. “Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Tinggi Jarak Jauh Di Perguruan Tinggi Swasta.” JAS-PT Jurnal Analisis Sistem Pendidikan Tinggi 2, no. 1 (July 31, 2018): 39.https://doi.org/10.36339/jaspt.v2i1.122.

Paulina Pannen, 2016, Kebijakan Pendidikan Jarak Jauh dan E-learning di Indonesia, Kemenristek Dikti

Referensi

Dokumen terkait

Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa pada stasiun III sampling 1 dan 2 mendekati 1 bahwa berarti ada jenis yang mendominasi, dan pada sampling 3 nilai mendekati

(a) Susunan Organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Daerah, berdasarkan dengan Perda Nomor 17 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Berdasarkan hasil penelitian pada usaha beternak sapi potong, dapat disimpulkan bahwa: 1) terdapat perbedaan signifikan antara peternak lokal dan

Siregar dkk (1995) menjelaskan pula bahwa pengorganisasian tersebut diperankan oleh analisis wacana pemecahan masalah menurut dimensi elaborasi dan progesi.

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan bahwa dapat ditarik kesimpulan prosedur pelaksanaan uji laik jalan angkutan umum dan angkutan barang harus sesuai dengan

Berdasarkan tabel 3 hasil uji statistik (Uji Mann-Whitney dan uji t-independent) diperoleh p = 0,000; maka dapat disimpulkan pada alpha 5% terdapat perbedaan

Kemudian dengan hasil detrended data yang terletak di Lampiran 2 berikut adalah timeseries plot dari residual trend analysis jumlah mobil pribadi yang berada di

Kemudian setelah didapatkan bobot untuk tiap kriteria tersebut maka dapat dilakukan proses pemilhan supplier dengan bantuan software smartpicker berdasarkan data penawaran