IV. PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN 4.1. Identifikasi Penggunaan Lahan Identifikasi penggunaan lahan di Citra Lansat dilakukan dengan membuat contoh (training area) penggunaan lahan yang mewakili tiap kelas klasifikasi yang telah ditentukan sebelumnya. Kelas penggunaan lahan diklasifikasikan sesuai dengan keadaan di lapang, yaitu : (1) Hutan, menurut Undang - Undang RI No. 41 Tahun 1999 didefinisikan sebagai kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan, (2) Sawah, merupakan lahan usaha tani yang secara fisik permukaan tanahnya rata, dibatasi oleh pematang, dapat ditanami padi dan palawija atau tanaman pangan lainnya (kementerian pertanian), (3) Semak belukar, tipe vegetasi kecil atau kerdil yang tumbuh tidak lebih tinggi daripada perdu dan tidak bernilai komersial (Kementerian Kehutanan), (4) Kebun campuran adalah kebun yang terdiri atas campuran yang tidak teratur antara tanaman tahunan yang menghasilkan buah-buahan dan sayuran serta tanaman semusim yang terletak di sekitar rumah. Terdapat variasi yang besar dalam jenis tanaman dan intensitas penanaman yang sangat ditentukan oleh jenis tanah, iklim dan fluktuasi permukaan air bawah tanah (Arsyad, 1989), (5) Kelapa, areal kebun kelapa disini adalah areal lahan perkebunan kelapa rakyat dimana berdasarkan definisinya adalah usaha tanaman perkebunan yang dimiliki dan atau diselenggarakan atau dikelola oleh perorangan/tidak berbadan hukum, dengan luasan maksimal 25 hektar atau pengelola tanaman perkebunan yang mempunyai jumlah pohon yang dipelihara lebih dari batas minimum asaha (BMU), (6) Perkampungan, daerah-daerah di dalam citra yang ditutupi bangunan dan perumahan, (7) Karet, areal pertanaman karet yang dimaksud disini merupakan areal yang ditanami karet dalam skala perkebunan negara, swasta maupun perkebunan rakyat, (8) Kelapa Sawit, perkebunan kelapa sawit rakyat yang dimaksud disini adalah usaha perkebunan yang dimiliki dan atau diselenggarakan atau dikelola oleh perorangan/tidak berbadan hukum, dengan luasan maksimal 25 hektar atau pengelola tanaman
perkebunan yang mempunyai jumlah pohon yang dipelihara lebih dari batas minimum usaha (BMU). Klasifikasi citra dimulai dengan menganalisis secara visual kenampakan citra untuk menetapkan lokasi sebagai contoh kelas. Piksel-piksel yang telah diketahui jenis tutupannya di lapangan dikelompokkan sesuai kelas klasifikasinya. Contoh kelas area tersebut diberi nama pada atribut sesuai dengan nama kategori yang mewakilinya (Gambar 9). Pengujian area contoh kelas perlu dilakukan untuk menghindari pengulangan pada area contoh yang mempunyai nilai yang sama. Setelah semua kategori telah terwakili oleh daerah contoh maka dilakukan proses klasifikasi untuk mengelompokan piksel di seluruh daerah penelitian. Sebagai kunci keberhasilan tersebut adalah rincian dari kategori tutupan yang dapat dipisahkan secara spektral. Hasil akhir dari proses klasifikasi citra untuk daerah penelitian di delta Berbak Jambi diperoleh data tampilan sebaran penggunaan lahan dan data luasan setiap tipe penggunaan lahan. Dalam interpretasi citra untuk area contoh diperoleh gambaran visual untuk Citra Landsat sebagai berikut (Gambar 9) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 8) Gambar 9 Penampakan visual untuk area contoh Citra Landsat (1=hutan, 2=semak belukar, 3=sawah, 4=kebun campuran, 5=kelapa dan 6=pemukiman, 7=sawit, 8= karet).
Dalam proses klasifikasi Citra Landsat dilakukan dengan Software ENVI. Untuk citra 2008 dibantu dengan transformasi Tesseled Cap dengan menggunakan formula Tasseled cap (Tabel 7). Hasil klasifikasi menunjukkan bahwa rata-rata ketepatan semua contoh (Overall accuracy) klasifikasi adalah 95,8% dengan nilai Koefisien Kappa (Kappa Coefficient) adalah 0,95. Dengan nilai Overall accuracy sebesar 95,8 persen berarti dalam masing-masing area contoh tipe penggunaan lahan sudah cukup teliti. Dalam klasifikasi masih terdapat kelas sawah yang masuk dalam kelas pemukiman dimana di beberapa tempat pemukiman dekat
45 dengan sawah. Hal sama terjadi pada kelas sawah dan kelapa dimana pada kebun kelapa yang masih kecil masih ditanami padi seperti yang terjadi di Nipah Panjang dan Harapan Makmur (Tabel 8).
Tabel 7 Formula Transformasi Tasseled Cap Landsat Besarnya kelas kelapa sawit yang masuk ke dalam kelas kebun campuran yaitu mencapai 11,1 persen (Tabel 8) dapat dipahami bahwa beberapa tempat terdapat kebun kelapa sawit yang tidak terurus sehingga menghasilkan reflektan seperti kebun campuran. Tabel 8 Hasil matrik klasifikasi kelas penggunaan lahan Overall accuracy = 95,8 % Kappa Coefficient = 0,95 Keterangan : awan = awan; sw = sawah; krt = karet; Klp = kelapa; Pmk = pemukiman; swt = kelapa sawit; null = tidak dikalifikasi Ketelitian klasifikasi citra untuk tahun 2008 dari hasil pengecekan lapang sebanyak 130 titik pengecekan, terdapat tiga lokasi yang tidak tepat dengan area contoh yaitu: (1) pemukiman menjadi sawah yang berlokasi di Nipah
No Kelas Pixel Awa sw krt sw 1 Klp kc klp 1 klp 2 Pmk Swt null sw 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 Awan 250 94.8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5.2 2 Sawah 333 0 97 0 0.3 0 0 0 0 1.5 0 0 1.2 3 Karet 98 0 0 93.9 0 0 0 0 6.1 0 0 0 0 4 Sawah 1 169 0 0 0 97.6 0.6 0 0 1.8 0 0 0 0 5 Kelapa 118 0 0 0 0 89.8 2.5 2.5 4.2 0 0.8 0 0 6 Kebun campuran 236 0 0 0 0 2.5 90.3 0 0 0.4 4.2 0 2.5 7 Kelapa 1 179 0 0 0 0 2.8 0 97.2 0 0 0 0 0 8 Kelapa2 472 0 0 8.7 1.5 1.5 0.8 0 87.3 0 0.2 0 0 9 Pmk 127 0 0.8 0 0.8 0 2.4 0 0 96.1 0 0 0 10 Kelapa Sawit 54 0 0 0 0 0 11.1 0 0 0 88.9 0 0 11 Null 1437 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100 0 12 Sawah 2 473 0 0 0 0 0 3.6 0 0 0.6 0 0 95.8
Band Brightness GreennessKomponen
Wetness Band 1 Band 2 Band 3 Band 4 Band 5 Band 7 0,3561 0,3972 0,3904 0,6966 0,2286 0,1596 -0,3344 -0,3544 -0,4556 0,6966 -0,0242 -0,2630 0,2626 0,2141 0,0926 0,0656 -0,7629 -0,5388
Panjang, (2) pemukiman menjadi kelapa, (3) kebun campuran menjadi kelapa sawit. Ketiga lokasi tersebut tidak terlalu luas. Hal inilah yang disebut sebagai omisi dan komisi dalam klasifikasi citra. Jika dihitung ketelitian klasifikasi adalah 97,69%. 4.2. Penggunaan Lahan Awal Reklamasi Tahun 1973 Keadaan penutupan lahan pada tahun 1973 diwakili oleh peta penggunaan lahan tahun1973 (IPB 1973) (Gambar 10). Penentuan peta tahun 1973 sebagai awal penelitian karena mulai tahun tersebut dimulainya reklamasi lahan pasang surut di Provinsi Jambi dalam skala luas oleh pemerintah. Berdasarkan peta penggunaan lahan survey IPB tahun 1973 dan disepadankan dengan hasil interpretasi foto udara 1976 menunjukkan bahwa penggunaan lahan pada awal reklamasi dapat dikelompokkan dalam tiga (3) kelompok, yaitu ; (1) Hutan (belum dibuka), (2) Sawah (perladangan), (3) semak belukar (ditinggalkan). Pada waktu itu penggunaan lahan didominasi oleh hutan seluas 16.302,6 ha atau sekitar 58% dari seluruh areal 28.070,7 ha. Adapun daerah yang sudah dibuka untuk sawah seluas 11.198,3 ha atau 39,9% dari seluruh area. Namun sudah terdapat semak belukar yang merupakan lahan sawah yang ditinggalkan oleh petani lokal seluas 569,7 ha atau dua persen dari seluruh luasan. Perkampungan hanya tersebar sedikit dalam areal yang kecil yaitu Nipah Panjang dan untuk perkampungan transmigran berada sepanjang tanggul dekat saluran dengan jarak antar rumah sekitar 100 m dan 250 m.
Kelompok hutan dapat berupa mangrove (Avicenia officinalis L. dan Rhizophora sp.), yang mendominasi di daerah pantai delta Berbak yaitu Nipah Panjang, Sungai Ular (IPB 1973). Untuk di bagian tengah area studi didominasi oleh hutan tropis yang didominasi oleh Colophylum sp., pada tanah gambut yang tipis dan Eugenia sp., Alstonia sp., Dyera sp., Shorea sp., Kompassia malacesis Maing, Calamus sp., Daemanorops sp. dan Areca sp. pada lahan yang memiliki lapisan gambut tebal.
Luasnya lahan sawah pada waktu itu memang pemerintah sengaja membuka lahan pasang surut untuk penggunaan sawah bagi warga transmigrasi. Penggunaan lahan sawah mendominasi di daerah tengah delta Berbak (lokasi penelitian) yang
Gambar10Petapenggunaanl ahantahun19 73. 47
dibuka oleh petani transmigran dan bagian utara lokasi studi dan tepi (leevi) sungai Batanghari seperti di desa Rasau Desa dan desa Simpang yang dibuka oleh petani lokal (Melayu dan Bugis). Penggunaan lahan sawah oleh petani lokal sering ditanami tanaman kelapa dengan jarak 15 m x 15 m. Diantara tanaman kelapa ditanami padi sawah sekali dalam satu tahun. Sementara semak belukar terdapat di daerah yang ditinggalkan oleh petani lokal yang umumnya berada di pinggir sungai Pamusiran. 4.3. Penggunaan Lahan Tahun 1989 Berdasarkan hasil interpretasi Citra Landsat tahun 1989 diperoleh tipe penggunaan lahan yang dapat dikelompokkan dalam enam kelompok, yaitu ; (1) Hutan, (2) Sawah, (3) semak belukar, (4) Kebun campuran, (5) Kelapa, (6) Perkampungan (Peta 4). Penggunaan lahan sawah mendominasi di daerah tengah delta Berbak (lokasi penelitian) mencakup desa Rantau Rasau I, Rantau Rasau II, Bangun Karya, Rantau Karya, Harapan Makmur, Rantau Makmur dan Bandar Jaya. Penggunaan lahan sawah yang dominan ini merupakan hasil program pemerintah yang diperuntukkan bagi petani transmigran. Lokasi lain penyebaran lahan sawah adalah bagian utara lokasi studi dan dekat tepi sungai Batanghari seperti di desa Rasau Desa dan desa Simpang, Nipah Panjang dan Sungai Dusun yang dibuka oleh petani lokal (Melayu dan Bugis). Penggunaan lahan sawah pada tahun 1989 mencapai luasan 18.457,9 ha (65,8%). Hutan setelah pembukaan tahun 1989 hanya tinggal seluas 1.704,3 ha (6,07%). Kelompok hutan masih sedikit hanya terdapat di pinggir pantai berupa mangrove (Avicenia officinalis L. dan Rhizophora sp.) dan menyebar di bagian pinggir sungai Batanghari dan Batang Berbak di daerah Rasau Desa dan desa Simpang.
Penggunaan lahan kebun campuran tahun 1989 mencapai 4.126,2 ha (14,70%) yang umumnya terdapat pada daerah yang relatif lebih tinggi seperti di desa Rantau Rasau I, Rantau Rasau II, dan desa Bandar Jaya. Menurut informasi masyarakat (Komunikasi Pribadi, Oman, 2008 [tokoh masyarakat desa Rantau Rasau II], Jumadi, 2008 [tokoh masyarakat desa Sungai Dusun] dan Hamdani, 2008 [pensiunan pegawai Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah kabupaten
Gambar1 1Petapenggunaanl ahantahun19 89. 49 Peta 4. Peta Penggunaan lahan 1989
Tanjung Jabung Timur]), tanaman yang diusahakan pada kebun campuran berupa tanaman jengkol, pinang (Areca sp), kelapa (Cocos sp), durian (Durio sp), nangka (Artocarpus integrifolia L.), jeruk (Citrus sp.), pisang (Musa parasidiaca), ubi kayu (Monihot sp.) dan ubi jalar (Ipomea sp.). Semak belukar terdapat di daerah yang ditinggalkan oleh petani lokal yang umumnya berada di pinggir sungai Pamusiran mencapai 1.144,3 ha (4,08%).
Penggunaan lahan untuk kebun kelapa mencapai 2.504,7 ha (8,92%) dari seluruh areal seluas 28.070,7 ha. Penggunaan lahan kebun kelapa menyebar di daerah yang dibuka oleh petani lokal terutama Bugis dan Melayu yaitu pada daerah sebelah utara lokasi penelitian dekat Nipah Panjang. Kelapa yang diusahakan berupa kelapa lokal dengan sistem budi daya secara tradisional tanpa adanya usaha pemupukan.
Perkampungan relatif tersebar sedikit dalam areal yang kecil yaitu Nipah Panjang, Puding, Simpang dan untuk pemukiman transmigran berada sepanjang tanggul dekat saluran. Pemukiman Trasmigran diatur menurut lahan yang dimiliki. Untuk Desa Rantau Rasau II, pemukiman ditempatkan pada suatu kelompok di sepanjang SK 16 dan Parit 1, 2, 3, 4, 5 dan parit 6, dimana setiap rumah menempati areal pekarangan dan lahan usaha berada di lokasi yang lain. Sementara untuk desa lainnya pemukiman transmigran tersebar sesuai masing- masing lahan yang dimiliki yaitu 2 ha per kepala keluarga yang mencakup lahan pekarangan dan lahan usaha. 4.4. Penggunaan Lahan Tahun 1998 Berdasarkan Gambar 12 hasil interpretasi Citra Landsat tahun 1998, tipe penggunaan lahan sama dengan tahun 1989, namun terdapat perbedaan luasan dari masing-masing tipe penggunaan lahan. Penggunaan lahan sawah masih mendominasi dengan luasan 10.610,6 ha (37,80%). Penggunaan lahan sawah menyebar di daerah tengah delta Berbak (lokasi penelitian) mencakup desa Rantau Makmur, Bangun Karya, Rantau Rasau II, Harapan Makmur, dan Bandar Jaya yang termasuk dalam wilayah petani transmigran. Sebelah utara lokasi studi dan dekat tepi sungai Batanghari seperti di desa Rasau Desa dan desa Simpang, Puding dan Sungai Dusun masih terdapat lahan sawah. Penggunaan lahan sawah
Gambar12Petapenggunaanl ahantahun19 98 51 Peta 5. Peta Penggunaan lahan 1998
oleh petani lokal sering ditanami tanaman kelapa. Tanaman padi ditanam diantara pohon kelapa sekali setahun sampai tanaman kelapa berumur 4 tahun atau sampai tajuk kelapa sudah bertemu sehingga pencahayaaan tidak cukup untuk tanaman padi. Adapun semak belukar merupakan penggunaan lahan terluas ke-3 yaitu 6.274,8 ha (22,35%) yang tersebar di desa Bandar Jaya, Harapan Makmur dan sebagian Rantau Makmur yang berbatasan dengan Rantau Rasau II. Luasnya lahan semak belukar ini terjadi setelah kemarau panjang tahun 1997. Menurut informasi masyarakat hal itu karena masamnya tanah, tanaman padi tidak bisa tumbuh dengan baik dan gagal panen, sehingga petani banyak yang meninggalkan lahan usaha mereka. Penggunaan kebun kelapa masih mendominasi di sebelah utara lokasi penelitian dekat Nipah Panjang dan sungai Dusun dekat sungai Pamusiran. Luas penggunaan lahan kelapa mencapai 5.584,6 ha (19,9%). Kelapa yang diusahakan berupa kelapa lokal dengan sistem budi daya secara tradisional tanpa adanya usaha pemupukan. Penggunaan lahan berupa kebun campuran mencapai 4.953,2 ha (17,65%) yang umumnya terdapat pada daerah yang relatif lebih tinggi seperti di desa Rantau Rasau I dan Rantau Jaya. Kebun campuran merupakan alternatif bagi petani untuk daerah yang relatif lebih tinggi. Tanaman yang diusahakan berupa tanaman pisang (Musa paradisiaca), nangka (Artocarpus integrifolia L.) dan beberapa tanaman umbi-umbian seperti ubi kayu (Monihot sp.) & ubi jalar (Ipomea sp.). Perkampungan mulai berkembang seperti Nipah Panjang, Puding, Simpang dan pasar Rantau Rasau. Sedangkan untuk pemukiman transmigran tidak begitu berkembang bahkan banyak petani yang meninggalkan lahannya kecuali pada areal yang berpotensi sawah seperti Rantau Makmur, Bangun Karya dan Harapan Makmur. Penggunaan lahan berupa hutan pada tahun 1998 hanya tersisa seluas 186,5 ha (0,66%) dan hanya terdapat di pesisir berupa mangrove (Avicenia officinalis L. dan Rhizophora sp.).
53 4.5. Penggunaan Lahan Tahun 2008 Berdasarkan hasil interpretasi citra dan pengecekan lapang tahun 2008 terdapat delapan tipe pengunaan lahan, yaitu : (1) Hutan, (2) Sawah, (3) semak belukar, (4) Kebun campuran, (5) Kelapa, (6) Perkampungan, (7) Karet dan (8) Kelapa Sawit (Peta 6). Sawah mendominasi penggunaan lahan pada tahun 2008 dengan luasan mencapai 12.425,5 ha (44,26%). Penggunaan lahan sawah menyebar di daerah bagian bawah (selatan) mencakup desa Rantau Makmur, Harapan Makmur, Bandar Jaya, Sungai Dusun, dan Bangun Karya. Pengunaan lahan sawah juga menyebar di Nipah Panjang bagian utara lokasi studi yang mana pada areal tersebut terjadi penebangan tanaman kelapa yang sudah tua agar areal dapat ditanami padi kembali. Penggunaan lahan kebun kelapa masih mendominasi di Nipah Panjang dan sungai Dusun, namun di desa Rantau Rasau I petani sudah mulai menanam kelapa seperti pada SK 21, SK 22 dan SK 23. Luas penggunaan lahan kelapa mencapai 9.526,7 ha (33,94%) dan merupakan terluas kedua setelah sawah. Semak belukar hanya terdapat di daerah yang ditinggalkan oleh petani transmigran yang umumnya terdapat di desa Pematang Mayan (Pemekaran desa Rantau Makmur dan Rantau Rasau II) dan di Bandar Jaya. Semak belukar memiliki luasan 1.351,5 ha (4,81%). Adapun untuk kebun campuran mencapai 729,6 ha (2,60%) yang terdapat di desa Pematang Mayan dan Bandar Jaya pada lahan yang relatif lebih tinggi.
Tipe penggunaan lahan pada tahun 2008 bertambah dengan adanya penggunaan lahan untuk kebun karet dan kelapa sawit. Penggunaan lahan kebut karet seluas 1.046,66 ha (3,73%) dan kelapa sawit 2.625,4 ha (9,35%). Penggunaan lahan karet menyebar di lahan yang relatif lebih tinggi seperti Rantau Rasau II dan Rantau Rasau I, sedangkan kelapa sawit menyebar hampir seluruh desa tapi yang lebih banyak terdapat di desa Rantau Jaya, Rantau Rasau II dan Rantau Makmur.
Penggunaan lahan berupa hutan mangrove (Avicenia officinalis L. and Rhizophora sp.) tahun 2008 adalah masih seluas 186,5 ha (0,66%), hanya terdapat di daerah pantai delta berbak yaitu Nipah Panjang, sungai Ular. Adapun
Gambar13Petapenggunaanl
ahantahun20
08.
55 perkampungan mulai menyebar dan berkembang yaitu Nipah Panjang I dan Nipah Panjang II, Bandar Jaya, Simpang dan sungai Dusun. Pemukiman transmigran masih tetap sepanjang tanggul dekat saluran dengan jarak antar rumah sekitar 100 m dan 250 m. 4.6. Perubahan Penggunaan Lahan Berdasarkan hasil analisis peta penggunaan lahan tahun 1973 (IPB 1973) dan hasil interpretasi citra diperoleh perubahan penggunaan lahan dari periode 1973 sampai 2008 seperti pada Tabel 9 dan Gambar 14. Pada awal reklamasi pada tahun 1973 penggunaan lahan didominasi hutan diikuti penggunaan lahan sawah masing-masing mencapai 16.302,6 ha dan 11.198,3 ha. Sementara semak belukar hanya 569,8 ha. Namun pada tahun 1989 terjadi perubahan yang sangat besar yaitu penggunaan lahan hutan berkurang menjadi 1.704,3 ha. Penggunaan lahan sawah meningkat menjadi 18.457,9 ha. Perubahan tersebut dapat dipahami dimana lahan hutan dibuka untuk dijadikan lahan sawah sebagai implementasi kebijakan pemerintah dalam program transmigrasi. Namun pada tahun 1989 terdapat kebun campuran seluas 4.126,2 ha yang tersebar di tempat yang relatif tinggi di desa Bandar Jaya, Rantau Rasau II dan Rantau Rasau I. Penggunaan lahan kelapa mencapai 2.504,7 ha lebih dominan di daerah Nipah Panjang. Tabel 9 Perubahan penggunaan lahan tahun 1973, 1989, 1998 dan 2008 Sumber : Hasil Pengolahan Data * Data Survey Delta Berbak 1973 dan Foto Udara ** Analisis Citra Landsat TM dan informasi petani *** Analisis Citra Landsat TM dan informasi petani serta pengamatan di lapangan
No Penggunaan Lahan 1973* 1989** Tahun 1998** 2008*** Luas (Hektar) 1. Hutan 16.302,6 1.704,3 186,5 166,7 2. Sawah 11.198,3 18.457,9 10.610,7 12.425,5 3. Semak Belukar 569,8 1.144,3 6.274,8 1.351,5 4. Kebun Campuran 4.126,3 4.953,2 729,6 5. Kelapa 2.504,7 5.584,6 9.526,7 6. Perkampungan 133,2 461,0 198,7 7. Karet 1.046,7 8. Kelapa Sawit 2.625,4 Jumlah 28.070,7 28.070,7 28.070,7 28.070,7
Perubahan penggunaan lahan yang cukup besar dari tahun 1989 ke tahun 1998 yang besar adalah peningkatan penggunaan lahan semak belukar dari 1.144,3 ha menjadi 6.274,8 ha dan penggunaan lahan kelapa dari 2.504,7 ha menjadi 5.584,6 ha. Sementara itu terjadi penurunan pengunaan lahan sawah dari 18.457,9 ha menjadi 10.610,6 ha. Hal ini dapat dipahami dimana banyak lahan sawah yang ditinggalkan menjadi semak belukar dan sebagian penggunaan lahan sawah telah berubah menjadi pengunaan lahan kelapa dimana tanaman kelapa yang sudah besar tidak bisa ditanami padi. Perubahan penggunaan lahan dari tahun 1998 ke tahun 2008 yang cukup signifikan adalah penurunan penggunaan lahan semak belukar, kebun campuran dan hutan, serta terjadinya peningkatan luasan lahan budi daya kelapa dan lahan sawah. Pada periode ini muncul penggunaan lahan baru yaitu karet dan kelapa sawit. Gambar 14 Grafik perubahan penggunaan lahan. Perubahan fungsi lahan yang terjadi pada periode tahun 1998 ke tahun 2008 di mana sekitar tahun 2004 diantaranya dilatarbelakangi oleh ketertarikan masyarakat terhadap tanaman yang memiliki nilai ekonomis tinggi yaitu komoditas karet dan kelapa sawit. Ketertarikan ini diduga disebabkan adanya kejadian atau fenomena baik di beberapa tempat di daerah rawa dapat ditanami kelapa sawit dan karet. Daya tarik dari komoditas kelapa sawit dan karet tersebut menyebabkan sebagian petani melakukan alih fungsi lahan dari lahan semak
57 belukar, kebun campuran dan sawah menjadi penggunaan lahan perkebunan karet dan kelapa sawit. 4.6.1. Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1973 ke Tahun 1989 Perubahan penggunaan lahan pada periode tahun 1973 sampai 1989 yang paling besar adalah perubahan lahan yang belum dibuka (hutan) menjadi sawah seluas 12.821,7 ha diikuti oleh penggunaan lahan kebun campuran seluas 1.199,7 ha (Tabel 10). Besarnya perubahan hutan menjadi sawah disebabkan oleh adanya kebijakan pemerintah untuk membuka lahan sawah (percetakan sawah). Perubahan tersebut terjadi pada lokasi penempatan transmigrasi yaitu Rantau Rasau I, Rantau Rasau II, Bangun Karya dan Bandar Jaya. Pada periode 1973-1989 terjadi perubahan penggunaan lahan sawah menjadi kebun campuran seluas 1.199,7 ha terutama di daerah yang lebih tinggi seperti di desa Rantau Rasau II, dimana sebelumnya merupakan sawah yang hanya memanfaatkan air hujan sehingga petani mengalihkan untuk menjadi kebun campuran. Perubahan sawah menjadi kelapa seluas 2.163,3 ha dominan terjadi di daerah Nipah Panjang dimana sebelumnya lahan sawah ditanami kelapa dan bila sudah tinggi lahan tersebut tidak bisa ditanami padi Tabel 10 Perubahan penggunaan lahan tahun 1973 ke tahun 1989 Sumber : Hasil Olahan data dengan GIS 4.6.2. Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1989 ke Tahun 1998 Berdasarkan hasil tumpang tindih peta penggunaan lahan tahun 1989 dengan peta penggunaan lahan tahun 1998 diperoleh perubahan penggunaan lahan seperti pada Tabel 14. Periode tahun 1989-1998 perubahan terbesar adalah No Penggunaan Lahan
Hutan Sawah Semak
Belukar
Kebun
Campuran Kelapa Pemukiman Jumlah
HT SW SB KC KLP KP 1 BelumDibuka HT 1.704,3 12.389, 6 672,0 1.199,7 337,1 0,0 16.302,8 2 Perladangan SW 0,0 5.635,3 397,2 2.869,1 2.163,3 133,2 11.198,2 3 Ditinggalkan SB 0,0 433,0 75,1 57,5 4,3 0,0 569,8 Jumlah 1.704,3 18.457,9 1.144,3 4.126,3 2.504,7 133,2 28.070,7
perubahan lahan sawah menjadi semak belukar seluas 3.869,7 ha diikuti kebun kelapa seluas 3.435,1 ha dan menjadi kebun campuran seluas 3.065,9 ha. Perubahan penggunaan lahan sawah menjadi semak belukar dan kebun campuran terjadi pada daerah lokasi yang relatif tinggi dimana air pasang tidak bisa masuk sehingga tanah menjadi masam.
Perubahan penggunaan lahan sawah menjadi semak belukar, kebun campuran dan kelapa terjadi di daerah Rantau Rasau II, Nipah Panjang & Bandar Jaya dan Harapan Makmur & Rantau Rasau I. Pada periode 1989-1998 masih terjadi pembukaan lahan hutan untuk dijadikan lahan sawah seluas 1.051,25 ha. Perubahan tersebut terjadi di daerah pinggir sungai di daerah Pematang Mayan dan desa Simpang yang dilakukan oleh petani lokal. Tabel 11. Perubahan penggunaan lahan tahun 1989 ke tahun 1998 Sumber : Hasil Olahan data dengan GIS 4.6.3. Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1998 ke Tahun 2008 Pada periode 1998-2008, Luas sawah bertambah 1.814,8 ha sehingga sawah mendominasi seluas 12.425,5 ha (44,3%) dan semak belukar berkurang 4.923,2 ha. Berkurangnya semak belukar disebabkan lahan telah menunjukkan perbaikan kesuburan dan dapat ditanami padi kembali dan sebagian disebabkan oleh tingginya minat masyarakat terhadap kelapa sawit dan karet terutama pada lahan yang lebih tinggi. Bertambahnya luas lahan kelapa 3.942,1 ha terutama karena perubahan lahan sawah yang ditanami kelapa dan ketika kelapa telah tumbuh besar, lahan tidak bisa ditanami padi.
No Penggunaan Lahan Hutan Sawah BelukarSemak
Kebun Campuran Kelapa Pemu- kiman Jumlah HT SW SB KC KLP KP 1. Hutan HT 170,3 1.051,3 0,0 480,5 2,2 0,0 1.704,3 2. Sawah SW 0,0 7.726,9 3.869,7 3.065,9 3.435,1 360,2 18.457,9 3. Semak Belukar SB 16,1 225,6 797,9 104,7 0,0 0,0 1.144,3 4. Kebun Campuran KC 0,0 1.227,6 1.547,2 1.203,2 148,2 0,0 4.126,2 5. Kelapa KLP 0,0 379,3 60,0 98,9 1.949,8 16,7 2.504,7 6. Pemukiman KP 0,0 0,0 0,0 0,0 49,3 84,0 133,3 Jumlah 186,46 10.610,65 6.274,8 4.953,2 5.584,6 461,0 28.070,7
59 Tabel 12 Perubahan penggunaan lahan tahun 1998 ke tahun 2008 Sumber : Hasil Olahan data dengan GIS Berdasarkan Tabel 15, perubahan terbesar adalah perubahan penggunaan lahan semak belukar menjadi sawah mencapai 2.099,1 ha, perubahan kelapa menjadi sawah seluas 1.292,70 ha. Perubahan semak belukar menjadi sawah tersebut disebabkan adanya keyakinan petani bahwa lahan mereka menjadi lebih baik dan dapat ditanami padi karena kemasaman tanah sudah bisa dikendalikan dengan membuat tata air mikro di lahan. N o Penggunaan Lahan
Hutan Sawah BelukaSemak r Kebun Campura n Kelapa Pemu-kiman Karet Kelapa Sawit Jumla h HT SW SB KC KLP KP KRT SWT 1 Hutan HT 166,7 19,1 0,0 0,0 0,0 0,7 0,0 0,0 186,5 2 Sawah S W 0, 0 7.714,1 62,1 105,1 1.130,5 1,5 333,8 1.263,6 10.610,7 3 Semak Belukar SB 0,0 2.099,1 1.243,7 537,4 1.591,3 34,3 280,9 488,0 6.274,8 4 Kebun Campuran K C 0,0 962,0 45,7 87,0 2.510,0 47,8 431,9 868,7 4.953,2 5 Kelapa KLP 0,0 1.292,7 0,0 0,0 4.279,0 7,8 0,0 5,2 5.584,6 6 Pemukima KP 0,0 338,5 0,0 0,0 15,9 106,6 0,0 0,0 461,0 Jumlah 166,7 12.425,5 1.351,5 729,6 9.526,7 198,7 1.046,7 2.625,4 28.070,7