• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Peserta Didik tentang Pelaksanaan Layanan Informasi Mengenai Pemahaman Gaya Belajar di Kelas X Sma Negeri 15 Padang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Persepsi Peserta Didik tentang Pelaksanaan Layanan Informasi Mengenai Pemahaman Gaya Belajar di Kelas X Sma Negeri 15 Padang."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

1

Persepsi Peserta Didik tentang Pelaksanaan Layanan Informasi Mengenai Pemahaman Gaya Belajar

di Kelas X Sma Negeri 15 Padang Oleh:

Fitri Afriani

Dra. Hj, Fitria Kasih, M.Pd., Kons Fuaddillah Putra, M.Pd., Kons

Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK

This research was motivated by the students who have low motivation in

obtaining the information provided by the teacher BK. This study aims to describe the

perceptions of students about the implementation of information services concerning the

understanding of learning styles in class X SMA 15 Padang seen from (1) Planning, (2)

Execution (3) evaluation of information services Regarding understanding learning styles.

This research is quantitative descriptive. The study population was all the

students in the class X with the number of 311 learners and 76 learners sample SMA 15

Padang. The sampling technique is done by simple random sampling. Data were obtained

through a questionnaire, and processed using techniques percentage.

Based on analysis of data on perceptions of students about the implementation of

information services concerning the understanding of learning styles in class X SMA 15

Padang views of: 1) that are in the planning criteria. 2) the implementation of the criteria

are pretty good. 3) are in the evaluation criteria.

Keyword:

perceptions of students, about information services, regarding learning

styles

Pendahuluan

Pendidikan pada hakikatnya

merupakan usaha manusia untuk

memandirikan manusia itu sendiri, yaitu untuk menjadikan manusia yang berbudaya. Pendidikan merupakan usaha sadar yang mempersiapkan peserta didik melalui pengajaran, bimbingan atau latihan serta keterampilan guna meningkatkan peranan peserta didik di masa yang akan datang sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa pendidikan adalah tentang:

Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara efektif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Kemudian tujuan dan fungsi pendidikan menurut Undang-undang Sistem

Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 tentang pendidikan pasal 3 ayat 1 sebagai berikut:

Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan pendapat di atas pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat berkembang potensinya secara efektif dan juga dapat meningkatkan peranan peserta didik dimasa yang akan datang.

Proses yang terjadi pada individu memang merupakan suatu yang penting,

(3)

2

setiap individu akan mengalami proses belajar karena melalui belajar individu dapat mengenal lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Menurut Burton (Susanto Ahmad, 2013:3) “Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu lain dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya”. Menurut Winkel (Susanto Ahmad, 2013:4) “Belajar adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan,

pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas”. Selanjutnya menurut Slameto (2003:2) berpendapat bahwa “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan”.

Berdasarkan hal di atas dapat dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik, yang mana dalam proses itu, setiap individu akan melalui proses gaya belajar yang berbeda-beda.

Menurut Nasution (2000:94) “Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang peserta didik dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir, dan memecahkan soal. Tidak semua orang mengikuti cara yang

sama, masing-masing menunjukan

perbedaan, namun para peneliti dapat menggolong-golongkan”. Gaya belajar ini berkaitan erat dengan pribadi seseorang yang tentu dipengaruhi oleh pendidikan dan riwayat perkembangannya. Menurut Heinich, dkk (A, Benny, 2011:2) “Gaya belajar dapat juga dimaknai sebagai preferensi atau kebiasaan yang diperlihatkan oleh individu dalam memproses informasi dan pengetahuan serta mempelajari suatu keterampilan”.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya belajar sebenarnya bukanlah bawaan melainkan bisa dibentuk dan berubah sesuai dengan situasi peserta didik dan sekolah. Peserta didik dapat memilih dan menentukan gaya belajar yang sesuai dan dengan begitu akan

memudahkan peserta didik dalam membuat strategi yang sesuai dengan gaya belajar mereka, dimana peserta didik dapat mengetahui berbagai macam gaya belajar melalui layanan informasi yang ada dalam bimbingan dan konseling.

Layanan informasi perlu

dilaksanakan oleh seorang guru BK. Menurut Furqon (2005:24) “Guru BK adalah seorang guru yang berperan memberikan pengarahan atau orientasi dalam rangka belajar efektif”. Guru BK memberikan layanan informasi kepada peserta didik sehingga peserta didik akan lebih memahami gaya belajar serta kelebihan dan kelemahan dari setiap gaya belajar yang digunakan. Setelah mengetahui dan memahami berbagai macam gaya belajar serta kelemahan dan kelebihan, peserta didik dapat memperoleh strategi-strategi dalam belajar seperti cara belajar yang baik, kiat-kiat dalam belajar sehingga mendapatkan hasil belajar lebih optimal.

Menurut Prayitno (2004:2) “Layanan informasi adalah dikuasainya informasi tertentu oleh peserta layanan. Informasi tersebut selanjutnya dugunakan oleh peserta layanan untuk keperluan hidupnya sehari-hari (dalam rangka

effective daily living) dan perkembangan

dirinya”.

Sejalan dengan pendapat di atas Syahril, dkk (2009:50) “Layanan informasi bertujuan untuk membekali peserta didik dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri, dan merencanakan dan mengembangkan pola kehidupan sebagai peserta didik, anggota keluarga, dan masyarakat”.

Layanan informasi yang diberikan kepada peserta didik dapat menambah wawasan dan pengetahuannya tentang informasi yang dibutuhkan, dalam hal pengembangan kemandirian, pemahaman dan penguasaan peserta didik terhadap informasi yang diperlukannya dan memungkinkan peserta didik mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya secara objektif. Untuk itu layanan ini perlu direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi. Dalam hal ini Prayitno (2004:15) menyatakan langkah-langkah pelaksanaan layanan informasi adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan adalah tahap awal sebelum pemberian layanan informasi dimana guru BK menyiapkan berbagai macam hal yang diperlukan pada saat

(4)

3

memberikan/pelaksanaan layanan informasi, yang dilakukan saat tahap perencanaan adalah a) Identifikasi kebutuhan akan informasi bagi subyek (calon) peserta layanan b) Menetapkan materi informasi sebagai isi layanan c) Menetapkan subyek sasaran layanan d) Menetapkan nara sumber e) Menyiapkan prosedur, perangkat, dan media layanan f) Menyiapkan kelengkapan administrasi. 2. Pelaksanaan adalah tahap dimana guru

BK memberikan layanan kepada speserta didik. Pada tahap pelaksanaan yang perlu dilakukan oleh guru BK adalah a) Mengorganisasikan kegiatan layanan b) Mengaktifkan peserta layanan c) Mengoptimalkan penggunaan metode dan media.

3. Evaluasi yang terdiri dari a) Menetapkan materi evaluasi b) Menetapkan prosedur evaluasi c) Menyusun instrumen evaluasi d) Mengaplikasikan instrumen evaluasi e) Mengolah hasil aplikasi instrumen. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemberian layanan informasi harus ada perencanaan dari mulai pelaksanaan sampai evaluasi layanan informasi tersebut.

Menurut pendapat penulis kegiatan layanan informasi mengenai gaya belajar lebih cocok diberikan kepada peserta didik menggunakan layanan informasi karena masalah ini tidak bersifat rahasia sehingga setiap peserta didik berhak memperoleh informasi tersebut. Biasanya peserta didik ada yang mengalami kebingungan tentang gaya belajar mereka yang sebelumnya mereka bawa itu kurang cocok diterapkan di sekolah sekarang. Jika mereka tidak mendapatkan informasi yang mereka butuhkan maka ini akan berdampak pada hasil belajar mereka. Dengan layanan informasi ini peserta didik dapat mengembangkan informasi yang diperoleh dan menerapkannya di sekolah.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan selama Praktik Pengalaman Lapangan Bimbingan dan Konseling Sekolah (PPLBKS) di SMA Negeri 15 Padang yang dilakukan pada tanggal 03 Agustus sampai tanggal 16

Desember 2015 guru BK dalam

memberikan layanan informasi mengenai pemahaman gaya belajar peserta didik kurang maksimal, itu terlihat dari segi kesiapan guru BK dalam mengelola kelas

yang mengakibatkan adanya peserta didik yang memiliki motivasi rendah dalam memperoleh informasi yang diberikan guru BK, ada peserta didik yang kurang memperhatikan materi yang diberikan guru BK, ada peserta didik yang menganggap materi yang diberikan tidak bermanfaat, media yang digunakan dalam memberikan materi tidak bervariasi sehingga peserta didik merasa bosan, peserta didik lebih asik dengan kegiatannya sendiri seperti mengobrol, tidur dan bermain Hp, peserta didik cenderung menganggap remeh materi yang diberikan guru BK karena tidak adanya penilain untuk raport , dan peserta didik menganggap layanan informasi yang diberikan hanya nasehat

dan ceramah dan tidak dapat

menyelesaikan masalah, dan ada guru BK yang masih kurang memiliki keterampilan dalam menjelaskan informasi yang diberikan sehingga peserta didik tidak dapat memperoleh informasi dengan baik dan tidak paham akan informasi yang disampaikan.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti pada tanggal 10 Agustus 2015 pada lima orang peserta didik, terungkap bahwa dalam pelaksanaan layanan informasi mengenai pemahaman gaya belajar kurang maksimal, yaitu dari segi cara guru BK dalam mengelola kelas pelaksanaan layanan 4 orang peserta didik mengatakan bahwa guru BK lebih sering dengan marah-marah, dalam menyampaikan materi layanan informasi 8 orang peserta

didik mengatakan materi yang

disampaikan kurang jelas dan juga kurang menarik karena dalam penyampaian materi metode yang digunakan guru BK kurang bervariasi.

Berdasarkan fenomena di atas maka peneliti sebagai calon guru BK tertarik untuk meneliti tentang “Persepsi Peserta Didik tentang Pelaksanaan Layanan Informasi Mengenai Pemahaman Gaya Belajar Peserta Didik di Kelas X SMA N 15 Padang”.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi permasalahan peneliti yaitu:

1. Persepsi peserta didik tentang pelaksanaan layanan informasi mengenai pemahaman gaya belajar terkait dengan perencanaan layanan. 2. Persepsi peserta didik tentang

pelaksanaan layanan informasi mengenai pemahaman gaya belajar terkait dengan pelaksanaan layanan.

(5)

4

3. Persepsi peserta didik tentang

pelaksanaan layanan informasi mengenai pemahaman gaya belajar terkait dengan evaluasi layanan.

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan:

1. Persepsi peserta didik tentang pelaksanaan layanan informasi mengenai pemahaman gaya belajar terkait dengan perencanaan layanan. 2. Persepsi peserta didik tentang

pelaksanaan layanan informasi mengenai pemahaman gaya belajar terkait dengan pelaksanaan layanan. 3. Persepsi peserta didik tentang

pelaksanaan layanan informasi mengenai pemahaman gaya belajar terkait dengan evaluasi layanan.

Berdasarkan permasalahan yang terdahulu, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana persepsi peserta didik tentang pelaksanaan layanan informasi mengenai pemahaman gaya belajar peserta didik di kelas X SMA Negeri 15 Padang?.

MetodePenelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Yusuf (2005: 83) “Penelitian deskriptif adalah salah satu penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu”.

Menurut Iskandar (2009:61)

“Penelitian deskriptif merupakan penelitian untuk memberi uraian mengenai fenomena atau gejala sosial yang diteliti dengan mendeskripsikan tentang nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent) berdasarkan indikator-indikator dari variabel yang diteliti tanpa

membuat perbandingan atau

menghubungkan antara variabel yang diteliti guna untuk eksplorasi dan klasifikasi dengan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah variabel yang diteliti”. Dengan kata lain penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual yang sedang atau sudah terjadi dan diungkapkan sebagaimana adanya atau tanpa manipulasi. Berdasarkan penelitian ini akan mendeskripsikan persepsi peserta didik tentang pelaksanaan layanan informasi mengenai pemahaman

gaya belajar peserta didik di kelas X SMA Negeri 15 Padang.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2016. Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan, penelitian ini akan dilakukan pada peserta didik di kelas X SMA Negeri 15 Padang. Alasan peneliti memilih peserta didik di kelas X SMA Negeri 15 Padang karena peneliti menemukan masih adanya peserta didik yang memiliki motivasi rendah dalam memperoleh informasi yang diberikan guru BK.

Dalam penelitian ini yang akan menjadi populasi adalah seluruh peserta didik di kelas X SMA Negeri 15 Padang yang berjumlah 311 orang. dan sampel dalam penelitan ini adalah kelas X.8, X.9, dan X.10 di SMA Negeri 15 Padang. Teknik pengambilan sampel yaitu simple

random sampling.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data interval. interval menurut Yusuf (2005: 133) „Variabel interval adalah kategori dalam variabel ini selisih atau jumlahnya dan satuan ukuran mempunyai unit yang sama, dan tiap kategori mempunyai skala yang sama dalam selisih ukurannya”.”. Sementara itu Riduwan (2004: 85) “Variabel interval skala yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama”. “Data interval adalah data dimana objek atau kategori dapat diurutkan berdasarkan suatu atribut yang memberikan informasi tentang interval antara tiap objek atau kategori sama”. Data ini diperoleh langsung dari responden yang diteliti dengan cara penyebaran angket yang disusun sesuai permasalahan yang diteliti.

Adapun langkah-langkah penyusunan angket tersebut adalah sebagai berikut: 1. Melakukan kajian literatur untuk

menguji konsep-konsep atau variabel yang akan diukur.

2. Menyusun kisi-kisi instrument berdasarkan kajian teori yang dipakai, mulai dari menjabarkan variabel sampai kepada perumusan item pernyataan. 3. Menyusun item pernyataan tentang

persepsi peserta didik tentang pelaksanaan layanan informasi mengenai pemahaman gaya belajar di kelas X SMA Negeri 15 Padang dengan jumlah item yang ditentukan.

4. Untuk menguji validitas alat pengumpulan data atau instrumen, maka dilakukan judge oleh 3 orang dosen Prodi BK STKIP PGRI Sumatera Barat.

(6)

5

Dosen yang menjudge yaitu, Bapak Ahmad Zaini, S.Ag., M. Pd, Bapak Suryadi, M.Pd, Ibu Citra Imelda Usman, M.Pd., Kons. Berdasarkan hasil judge yang dilakukan oleh tiga orang dosen di atas, dapat diketahui bahwa dari 60 item pernyataan semua pernyataan angket diterima. Jadi jumlah item pernyataan yang dipakai pada angket sebanyak 60 item pernyataan.

5. Setelah dijudge, peneliti melakukan rekapitulasi untuk memastikan item yang terbuang dan item yang dipakai dalam penelitian. Kemudian hasil rekapitulasi tersebut, dikonsultasikan kepada dosen pembimbing, lalu dilakukan uji coba angket terlebih dahulu kepada 30 responden yaitu peserta didik, yang digunakan untuk mencari validitas dan realibilitas.

Angket yang telah dikumpulkan dari peserta didik yang menjadi sampel penelitian lalu diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Memeriksa kelengkapan dan kesesuaian isi angket yang telah diisi oleh subjek penelitian.

2. Membuat tabel pengolahan untuk penskoran.

3. Menghitung persentase masing-masing frekuensi Sudijono (2010: 43).

100

x

N

f

P

Keterangan : P : Persentase f : Frekuensi N : Jumlah sampel 100 : Bilangan tetap

4. Menetapkan kriteria penilaian masing-masing data yang diperoleh dengan batasan yang telah ditentukan. Dikemukakan oleh Azwar (2004: 108) yaitu:

Kategorisasi Rumus Norma

Sangat Kurang Baik X ≤ (μ - 1,5 SD) Kurang Baik (μ - 1,5 SD) < X ≤ (μ - 0,5 SD) Cukup Baik (μ - 0,5 SD) < X ≤ (μ + 0,5 SD) Baik (μ + 0,5 SD) < X ≤ (μ + 1,5 SD) Sangat Baik (μ + 1,5 SD) < X Hasil dan Pembahasan

1. Persepsi Peserta Didik tentang Pelaksanaan Layanan Informasi Mengenai Pemahaman Gaya Belajar di

Kelas X SMA Negeri 15 Padang di Lihat dari Perencanaan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa persepsi peserta didik tentang pelaksanaan layanan informasi mengenai pemahaman gaya belajar di kelas X SMA Negeri 15 Padang dilihat dari sub variabel perencanaan terdapat sebanyak 48 peserta didik dengan persentase 63,16% berada pada kategori baik. Hal ini terungkap bahwa dari 76 peserta didik tidak terdapat peserta didik yang berada pada kategori kurang baik dan sangat kurang baik, pada kategori cukup baik sebanyak 25 peserta didik dengan persentase 32,89% sedangkan pada kategori sangat baik 3 peserta didik dengan persentase 3,95% .

Keterangan di atas mengungkap bahwa identifikasi masalah serta keterangan yang peneliti dapatkan selama melakukan observasi terhadap persepsi peserta didik tentang perencanaan layanan informasi sebelumnya memang tidak semuanya sesuai. Karena hal tersebut terungkap dari hasil yang peneliti peroleh setelah mengolah data seperti yang tertera di atas. Namun dari data ini peneliti juga menemukan bahwa memang ada sebagian peserta didik yang berpersepsi bahwa dalam pelaksanaan layanan informasi dilihat dari perencanaan berada pada kategori cukup baik yaitu sebanyak 25 orang peserta didik dengan persentase 32,89%. Itu berarti bahwa guru BK masih perlu lebih meningkatkan lagi caranya dalam mengidentifikasi kebutuhan peserta didik seperti mengumpulkan data-data peserta didik melalui AUM, Sosiometri. Selain itu guru BK juga perlu menetapkan materi layanan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan siapa yang jadi sasaran dari materi layanan yang diberikan.

Sesuai dengan yang dipaparkan Prayitno (2004: 15) dalam perencanaan layanan informasi meliputi: “Identifikasi kebutuhan akan informasi bagi subjek (calon) peserta layanan, menetapkan materi informasi sebagai isi layanan, menetapkan subjek sasaran layanan, menetapkan narasumber, menyiapkan prosedur, perangkat dan media layanan, menyiapkan kelengkapan administrasi”. Senada dengan itu menurut Sukardi (2008: 59) juga mengemukakan langkah-langkah penyajian informasi, yaitu adanya: “Langkah persiapan: menetapkan tujuan dan isi informasi termasuk alasan-alasannya, mengidentifikasi sasaran yang akan menerima informasi, mengetahui

(7)

6

sumber-sumber informasi, menetapkan teknik penyampain informasi, menetapkan jadwal dan waktu kegiatan, menetapkan ukuran keberhasilan”.

Berdasarkan penjelasan di atas guru BK perlu mengidentifikasi dan memahami kebutuhan peserta didik dalam mengikuti layanan informasi. Sehingga materi yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Dan tingkat keberhasilan yang di dapat juga semakin tinggi. Layanan informasi selain tujuan dan materi yang perlu diperhatikan tentu perlu mengetahui apa kebutuhan peserta didik, bagaimana kesehariannya dalam belajar dan bagaimana hubungan sosialnya, tentu itu semua perlu diketahui dengan mengidentifikasi kebutuhan peserta didik. Dengan hal demikian maka guru BK akan mendapatkan sasaran dari layanan yang akan diberikan.

2. Persepsi Peserta Didik tentang Pelaksanaan Layanan Informasi Mengenai Pemahaman Gaya Belajar di Kelas X SMA Negeri 15 Padang di Lihat dari Pelaksanaan

Berdasarkan hasil analisis data pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa persepsi peserta didik tentang pelaksanaan layanan informasi mengenai pemahaman gaya belajar di kelas X SMA Negeri 15 Padang dilihat dari sub variabel pelaksanan terdapat 37 peserta didik 48,687% berada pada kategori sangat baik, kemudian sebanyak 12 peserta didik 15,79% berada pada kategori baik.

Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar peserta didik dalam mempersepsikan pelaksanaan layanan informasi mengenai pemahaman gaya belajar berada pada kategori sangat baik. Walaupun hasil persentase berada pada kategori sangat baik, namun pada data ini juga membuktikan bahwa masih ada peserta didik yang mempersepsikan pelaksanaan layanan informasi pada kategori cukup baik sebanyak 27 peserta didik dengan persentase 35,53%, dan tidak terdapat peserta didik yang berada pada kategori kurang baik dan sangat kurang baik.

Apabila dilihat berdasarkan aspek-aspek indikator yang mempengaruhinya dapat diperoleh sebagai berikut: Pertama, dari indikator tujuan materi layanan terdapat sebanyak 31 orang peserta didik terkategori baik dengan persentase 40,79%. Kedua, dari indikator mengaktifkan peserta layanan terdapat sebanyak 34 orang peserta didik

terkategori baik dengan persentase sebesar 44,74%. Dan Ketiga, dari indikator penggunaan metode dan media layanan terdapat sebanyak 37 orang peserta didik pada kategori cukup baik dengan persentase 48,69%. Jadi dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa pelaksanaan layanan informasi berada pada kategori sangat baik, itu berarti guru BK mampu dalam mengorganisasikan layanan seperti apa tujuan dari materi layanan informasi gaya belajar, dan bagaimana manfaatnya dari materi layanan bagi peserta didik, selain itu hal yang paling utama yaitu pada pelaksanaan layanan informasi mengenai pemahaman gaya belajar, guru BK mampu dalam mengaktifkan peserta layanan selama kegiatan layanan berlangsung sehingga peserta layanan tidak merasa bosan dengan materi dan metode yang diberikan pada layanan informasi mengenai pemahaman gaya belajar.

Menurut Prayitno (2004: 15) “Pelaksanaan layanan informasi meliputi: mengorganisasikan kegiatan layanan,

mengaktifkan peserta layanan,

mengoptimalkan penggunaan metode dan media”. Sejalan dengan itu Tohirin (2011: 152) “Mengemukakan pelaksanaan layanan informasi menempuh tahapan-tahapan sebagai berikut: pelaksanaan yang

mencakup kegiatan yaitu:

mengorganisasikan kegiatan layanan, mengaktifkan peserta layana, keaktifan peserta layanan dalam kegiatan pembelajaran sangat tergantung dari pemanfaatan potensi yang dia miliki oleh peserta didik itu sendiri”. Oleh karena itu, keaktifan peserta layanan dalam menjalani proses belajar mengajar merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran.

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan layanan informasi mengenai pemahaman gaya belajar di kelas X SMA Negeri 15 Padang masih tergolong baik dalam melaksanakan layanan informasi, hal ini tentunya akan berdampak positif bagi peserta didik serta bagi sekolah dan guru BK itu sendiri. Untuk mencapai hal yang demikian tentu perlunya guru BK meningkatkan kreativitas serta hendaknya memperhatikan secara sungguh-sungguh beberapa kriteria yang dapat mendukung terwujudnya pelaksanaan layanan informasi secara baik dan lancar. Sukardi (2008: 59) juga mengemukakan pelaksanaan layanan informasi, yaitu: usahakan tetap menarik

(8)

7

minat dan perhatian peserta didik, berikan informasi secara sistematis dan sederhana sehingga jelas isi dan manfaatnya, berikan contoh yang berhubungan dengan kehidupan peserta didik sehari-hari, bila menggunakan teknik karya wisata dan pemberian tugas persiapkan sebaik mungkin sehingga siswa memperhatikan apa yang harus di catat dan apa yang harus dilakukan, bila menggunakan teknik langsung atau tidak langsung usahakan tidak terjadi kekeliruan, usahakan selalu kerjasama dengan guru bidang studi dan wali kelas.

Berdasarkan penjelasan di atas dalam pelaksanaan layanan informasi gaya belajar guru BK perlu mengoptimalkan lagi pelaksanaan kegiatan layanan informasi tersebut, sehingga peserta didik lebih termotivasi dalam mengikuti kegiatan layanan informasi. Selain itu guru BK dibutuhkan ide-ide kreatif dan menciptakan suasana yang nyaman dalam pelaksanaan layanan informasi agar peserta didik lebih memperhatikan lagi layanan yang diberikan.

3. Persepsi Peserta Didik tentang Pelaksanaan Layanan Informasi Mengenai Pemahaman Gaya Belajar di Kelas X SMA Negeri 15 Padang di Lihat dari Evaluasi

Berdasarkan hasil pengolahan data yang peneliti lakukan, dapat diungkapkan bahwa secara umum persepsi peserta didik tentang pelaksanaan layanan informasi mengenai pemahaman gaya belajar di kelas X SMA Negeri 15 Padang dilihat dari sub variabel evaluasi sebanyak 51 peserta didik dengan persentase 67,11% berada pada kategori dikatakan baik. Hal ini terungkap bahwa dari 76 peserta didik hanya 2 peserta didik berada pada kategori kurang baik dengan persentase 2,63%, pada kategori cukup baik sebanyak 17 peserta didik dengan persentase 22,37%, dan pada kategori sangat baik 6 peserta didik dengan persentase 7,89%

Berdasarkan penjelasan dari hasil rekapitulasi dapat di katakan bahwa guru BK dalam mengevaluasi, baik secara proses maupun secara hasil kegiatan layanan informasi berada pada kategori baik yaitu 67,11% hal itu terlihat dari hasil pencapaian responden yang diperoleh dari 76 responden terdapat 51 responden berpersepsi bahwa guru BK dalam mengevaluasi, baik secara proses maupun secara hasil kegiatan layanan informasi

berada pada kategori baik dan 6 responden pada kategori sangat baik.

Walaupun hasil persentase yang terungkap lebih cenderung pada kategori baik, namun dari data ini juga membuktikan bahwa masih ada peserta didik yang berada pada kategori kurang baik yaitu sebanyak 2 orang peserta didik dengan persentase sebesar 2,63%. Namun apabila dilihat berdasarkan aspek-aspek indikator yang mempengaruhinya dapat diperoleh sebagai berikut: Pertama, dilihat dari indikator penilaian proses terdapat sebanyak 1 orang peserta didik yang berada pada kategori kurang baik dengan persentase sebesar 1,32%. Dan kedua, dari indikator penilaian hasil terdapat sebanyak 1 orang peserta didik yang berada pada kategori kurang baik, dengan persentase sebesar 1,32%, dan tidak terdapat peserta didik pada kategori sangat kurang baik.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa dalam evaluasi layanan informasi gaya belajar guru BK perlu meningkatkan lagi menetapkan prosedur untuk mengevaluasi, dan menyusun instrumen evaluasi, hal ini dikarnakan agar peserta didik lebih memperhatikan layanan dengan serius.

Menurut Prayitno (2004: 15)

mengemukakan “Evaluasi layanan

informasi meliputi: menetapkan materi, menetapkan prosedur, menyusun instrument evaluasi, mengaplikasikan instrument evaluasi, mengolah hasil aplikasi instrument”. Senada dengan itu Sukardi (2008: 59) juga mengemukakan langkah-langkah penyajian informasi, yaitu adanya: Langkah evaluasi: “Guru pembimbing mengetahui hasil pemberian informasi, guru pembimbing mengetahui efektifitas suatu teknik, guru pembimbing mengetahui apakah persiapannya sudah cukup matang atau masih banyak kekurangannya, guru pembimbing mengetahui kebutuhan peserta didik akan informasi lain atau yang sejenisnya, bila dilakukan evaluasi, peserta didik merasa perlu memperhatikan lebih serius”.

Berdasarkan penjelasan di atas guru BK perlu melakukan evaluasi terhadap kegiatan layanan informasi gaya belajar, hal ini dikarnakan dengan mengevaluasi hasil layanan guru BK mengetahui apa kekurangan dari pelaksanaan layanan yang telah di berikan, selain itu guru BK juga mengetahui kebutuhan peserta didik terhadap informasi lain dengan demikian peserta didik akan merasakan manfaat dari

(9)

8

layanan yang guru BK berikan dan tidak lagi mengganggap sepele informasi gaya belajar yang diberikan. Keterangan dari ketiga sub-variabel di atas, dapat diartikan bahwa persepsi peserta didik tentang pelaksanaan layanan informasi dapat dikatakan baik, hal itu tentu tidak lepas dari persiapan yang matang dari guru BK dalam melaksanakan layanan informasi gaya belajar seperti yang dikemukakan prayitno (2004: 15) “ Layanan informasi perlu direncanakan oleh guru BK dengan cermat baik mengenai informasi yang menjadi isi layanan, metode maupun media yang digunakan serta sasaran layanan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa layanan informasi mengenai pemahaman gaya belajar yang dilaksanakan guru BK tentu adanya perencanaan, dengan perencanaan guru BK dapat melihat apa yang di butuhkan oleh peserta didik dan bagaimana permasalahan yang dihadapi peserta didik, sehingga pelaksanaan layanan informasi mengenai pemahaman gaya belajar lebih terarah dengan program yang akan dijalankan dan dapat di sessuaikan dengan kebutuhan peserta didik.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dan pengolahan data yang dilakukan terkait dengan persepsi peserta didik tentang pelaksanaan layanan informasi mengenai pemahaman gaya belajar di kelas X SMA Negeri 15 Padang sesuai dengan rumusan masalah serta tujuan dari penelitian. Maka dapat disimpulkan dari hasil penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Persepsi peserta didik tentang

pelaksanaan layanan informasi mengenai pemahaman gaya belajar di kelas X SMA Negeri 15 Padang dilihat dari perencanaan berada pada kategori baik.

2. Persepsi peserta didik tentang pelaksanaan layanan informasi mengenai pemahaman gaya belajar di kelas X SMA Negeri 15 Padang dilihat dari pelaksanaan berada pada kategori cukup baik.

3. Persepsi peserta didik tentang pelaksanaan layanan informasi mengenai pemahaman gaya belajar di kelas X SMA Negeri 15 Padang dilihat dari evaluasi berada pada kategori baik.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan, peneliti mengemukakan saran, sebagai berikut:

1. Guru BK, agar lebih memahami bagaimana perencanaan layanan informasi gaya belajar yang baik untuk menentukan apa saja yang dibutuhkan peserta didik, perencanaan layanan sangat perlu dilakukan hal ini terkait dengan adanya need asessment yang dapat membantu guru BK dalam menentukan kebutuhan peserta didik, dan pelaksanaan layanan informasi lebih ditingkatkan lagi terutama dalam menyiapkan sarana dan prasarana, tentunya hal ini tidak lepas dari adanya hasil dari need asessment yang dilakukan pada langkah perencanaan tadi. Sedangkan evaluasi layanan informasi gaya belajar sangat penting dilakukan untuk melihat sejauh mana keberhasilan layanan yang diberikan kepada peserta didik.

2. Peserta Didik, diharapkan agar memiliki persepsi yang baik terhadap layanan informasi mengenai gaya belajar yang diberikan oleh guru BK. Perencanaan layanan informasi gaya belajar yang berguna untuk mengidentifikasi kebutuhan peserta didik akan informasi gaya belajar, dan pelaksanaan layanan informasi gaya belajar sangat membantu peserta didik untuk lebih mengetahui dan memahami tentang cara dan tipe gaya belajar yang dimiliki, banyak informasi yang dapat membantu peserta didik dalam mengatasi permasalahan peserta didik terutama dalam gaya belajar, dan evaluasi layanan informasi gaya belajar ini dilakukan untuk mengetahui bahwa layanan informasi ini bukan hanya sekedar pemberi nasehat mengenai gaya belajar, tapi untuk mengetahui pemahaman peserta didik akan gaya belajar yang dimiliki.

3. Pengelola Program Studi, agar dapat meningkatkan program perkuliahan serta menghasilkan tenaga guru BK di sekolah yang profesional dan memiliki wawasan yang luas dan pengalaman yang matang.

4. Kepala Sekolah, agar dapat menyediakan sarana dan prasarana yang memadai demi terselenggaranya suatu layanan yang dapat bermanfaat bagi peserta didik.

(10)

9

5. Peneliti selanjutnya, dapat dijadikan

sebagai sumber informasi dan diharapkan dapat melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang persepsi peserta didik tentang pelaksanaan

layanan informasi mengenai

pemahaman gaya belajar.

Kepustakaan

A. Benny. 2011. Model Assure. Jakarta: Dian Rakyat.

Azwar, S. 2004. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Buku Pedoman Penulisan Skripsi. (2013). STKIP PGRI Sumatera Barat. Furqon. 2005. Hubungan Sosial. Skripsi.

FIP UNP.

Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian

Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung

Persada Press.

Nasution. 2000. Berbagai Pendekatan

dalam Proses Belajar dan Pembelajaran Jakarta: Bumi Aksara.

Prayitno dan Amti Erman. 2004.

Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.

Jakarta: Rineka Cipta.

Riduwan. 2004. Belajar Mudah Penelitian

untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor

Yang

Mempengaruhinya.Jakarta:Rineka

Cipta.

Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statistika

Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Sukardi, Dewa Ketut dan Nila Kusmawati. 2008. Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Susanto Ahmad. 2014. Teori Belajar dan

Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Jakarta: Kencana.

Syahril, dkk. 2009. Profesi

Kependidikan. Padang: UNP Press.

Tohirin. 2011. Bimbingan dan Konseling di

Sekolah dan Madrasah. Jakarta:

Raja Grafindo Persada.

Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003.

Tentang Pendidikan Nasional.

Jakarta: Depdiknas. Yusuf, A. Muri. 2005. Metodologi

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan dengan metode lama penyimpanan batang sorgum manis terhadap rendemen dan brix nira yang dihasilkan dengan menggunakan dua varietas sorgum manis

6 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas menurut Propinsi, Kondisi Kesehatan (Hambatan yang Dihadapi dalam Pergaulan atau Melibatkan Diri dalam Kegiatan Masyarakat) selama

Inti dari aplikasi target costing pada blue ocean strategy adalah pada tahapan market-driven costing ini, karena dalam tahapan ini badan usa h a betul-betul h arus

Sehingga penelitian yang telah dilakukan adalah sesuai berdasarkan teori, yaitu dari 3.672 populasi dengan mengambil setiap kelipatan 10 karena kelipatan 10 adalah hasil

perbedaan pada penelitian ini adalah data dari hasil pengukuran ketinggian air yang dilakukan oleh sensor ultrasonik langsung dikirim ke web server secara online dan

Keempat, penelitian yang dilakukan ( Suprapto, 2017 ), menggunakan survei dan dilanjutkan dengan wawancara semi terstruktur, dalam penelitian selanjutnya, pengamatan

Analisis jumlah arsip yang tercipta dilakukan pada seluruh unit pengolah di lingkungan ANRI sebagai acuan jumlah arsip yang tercipta setiap tahun, sehingga dari hasil

Pada variabel dependen adalah pemanfaatan jaminan kesehatan, sedangkan variabel independen adalah umur, tingkat pendidikan responden, status dalam keluarga, status pekerjaan,