• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung yang bertempat di Jl. Kopo Sayati No. 337 Margahayu Bandung 40228. Pemilihan lokasi penelitian di SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung berdasarkan pertimbangan karena peneliti melihat fenomena yang berhubungan dengan interaksi sosial terhadap kemandirian peserta didik yaitu terdapat perbedaan antara kemandirian peserta didik yang sering berinteraksi dengan semua teman kelasnya dengan peserta didik yang sedikit berinteraksi dengan teman-teman di kelasnya yaitu beberapa peserta didik populer dapat lebih percaya diri saat tampil di depan kelas dan percaya diri saat berdiskusi didalam kelompok, dapat lebih bertanggung jawab atas semua pilihannya dan tidak selalu mengandalkan orang tua saat memiliki masalah dibandingkan dengan peserta didik yang sedikit berinteraksi dengan teman-teman di kelasnya.

Populasi merupakan totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya (Sudjana, 2002: 6).

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2013/2014. Pemilihan populasi terhadap Kelas VIII berdasarkan pertimbangan sebagai berikut.

1. Peserta didik Kelas VIII SMP berada pada rentang usia 13-14 tahun, dalam lingkup psikologi perkembangan individu pada masa ini individu memasuki masa remaja awal. Pada masa remaja awal terdapat penyesuaian-penyesuaian baru yang terjadi pada peserta didik ketika telah melalui masa akhir anak-anak.

2. Peserta didik Kelas VIII SMP secara umum pada masa ini tingkat konformitas dengan teman sebaya sangat tinggi dan mudah dipengaruhi oleh lingkungan.

(2)

3. Peserta didik Kelas VIII SMP secara umum sedang mengembangkan jati diri dan melalui proses pencarian identitas diri. Sehubungan dengan itu pula rasa tanggung jawab dan kemandirian mengalami proses perkembangan.

4. Belum ada yang meneliti mengenai kontribusi interaksi sosial teman sebaya terhadap kemandirian di Kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung.

Dalam penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah seluruh peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan penelitian sensus. Jumlah populasi dan sampel penelitian ditampilkan dalam tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1

Jumlah Anggota Populasi dan Sampel Penelitian

Peserta Didik Kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung

No. Kelas Anggota Populasi

1. VIII A 35 2. VIII B 35 3. VIII C 35 4. VIII D 36 5. VIII E 36 Total 177

B. Pendekatan, Metode dan Desain Penelitian

Pendekatan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2011: 7). Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengukur pencapaian interaksi sosial teman sebaya siswa dan kemandirian peserta didik. Data dari hasil penelitian berupa skor (angka-angka) dan akan diproses melalui pengolahan statistik selanjutnya dideskripsikan untuk mendapatkan gambaran interaksi sosial teman sebaya dan kemandirian siswa

(3)

kelas VIII SMP Muhammadiyah Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 melalui metode deskriptif.

Metode deskriptif yaitu metode penelitian yang mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang (Sudjana dan Ibrahim, 2007: 64). Melalui metode ini diharapkan diperoleh gambaran interaksi sosial teman sebaya siswa dan kemandirian peserta didik. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik statistik korelasi yaitu ukuran statistik yang menunjukkan arah dan besarnya hubungan antara dua variabel (Subino, 1982: 65). Teknik ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi interaksi sosial teman sebaya siswa terhadap kemandirian peserta didik. Serta menyatakan besar-kecilnya derajat hubungan antara interaksi sosial teman sebaya dengan kemandirian peserta didik.

Gambar 3.1

Desain Penelitian Kontribusi Interaksi Sosial Teman Sebaya Terhadap Kemandirian Peserta Didik

Tahap I adalah tahap persiapan, meliputi: (a) penyusunan proposal skripsi; (b) penyusunan skripsi; dan (c) pembuatan surat izin penelitian yang bertujuan untuk memenuhi kelengkapan administrasi penelitian sesuai dengan ketetapan yang berlaku. Tahap II adalah tahap pengumpulan data, meliputi: (a) penyusunan dan pengembangan instrumen berupa angket interaksi sosial teman sebaya dan kemandirian kepada peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah Kabupaten Bandung; (b) judgment instrumen oleh para ahli sebelum instrumen disebar ke

Tahap II: Pengumpulan Data Tahap I: Persiapan

Tahap III: Pengolahan Data Tahap IV: Penyelesaian

(4)

lapangan; (c) penyebaran angket ke lapangan. Tahap III adalah tahap pengolahan data, meliputi: (a) verifikasi data; (b) penyekoran data; (c) pengelompokkan data dan (d) analisis data. Tahap IV adalah tahap penyelesaian, meliputi penyusunan hasil-hasil pengolahan data dan menyelesaikan penulisan skripsi.

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu interaksi sosial teman sebaya dengan kemandirian. Kedua variabel tersebut dapat didefinisikan secara operasional sebagai berikut.

1. Interaksi Sosial Teman Sebaya

Dalam penelitian ini, interaksi sosial teman sebaya merujuk pada konsep interaksi sosial yang dikemukakan Osears, et al. (1991: 207) dan Setiadi dan Kolip (2011: 64). Osears, et al (1991: 207) mengemukakan bahwa “social interaction occurs when two or more people influence each other- verbally, physically, or emotionally”. Setiadi dan Kolip (2011: 64) mengungkapkan bahwa interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan yang dinamis antara individu dan individu, antara individu dan kelompok atau antara kelompok dan kelompok dalam bentuk kerjasama, persaingan maupun pertikaian. Interaksi sosial adalah hubungan dinamis peserta didik Kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 antara peserta didik dan peserta didik, antara peserta didik dan kelompok atau antara kelompok dan kelompok yang dapat saling mempengaruhi, merubah atau memperbaiki peserta didik yang lainnya atau sebaliknya secara verbal, fisik maupun secara emosional dalam bentuk inklusi, kontrol serta afeksi yang didasarkan pada nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat sehingga terjalin interaksi sosial yang baik di lingkungan sekolah.

Sub aspek interaksi sosial yang diungkap mengacu pada teori Schutz (Sarwono, 2010) yaitu teori FIRO (Fundamental Interpersonal Relations Orientation) atau (Orientasi Dasar Dari Hubungan-hubungan Antar Pribadi). Pola hubungan antar individu dapat dijelaskan dalam kaitan dengan tiga kebutuhan

(5)

dasar pada individu sehubungan dengan ketertarikan individu untuk masuk ke dalam sebuah kelompok yaitu sebagai berikut:

a. Inklusi (keikutsertaan)

Tahap inklusi yaitu tahap awal dimana peserta didik dapat memulai interaksi dan memiliki rasa untuk ikut saling memiliki dalam situasi kelompok. Hubungan yang mendasari adalah hubungan yang memuaskan dengan orang lain. Aspek pada tahap ini meliputi: menjalin hubungan yang hangat dengan teman, bersikap terbuka dan menerima orang lain apa adanya, ikut terlibat dalam aktivitas kelompok, dapat berintegrasi dengan semua anggota kelompok.

b. Kontrol

Tahap kontrol yaitu aspek pembuatan keputusan dalam hubungan antar pribadi. Pada tahap ini kebutuhan yang mendasarinya adalah keinginan untuk menjaga dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam kaitannya dengan wewenang dan kekuasaan. Aspek pada tahap ini meliputi: memberi pengarahan kepada teman, menjadi pemimpin kelompok, mendapat pengarahan dari teman, mematuhi peraturan di dalam kelompok. c. Afeksi (keterlibatan emosional)

Tahap afeksi adalah tahap mengembangkan keterikatan emosional dengan orang lain. Kebutuhan dasar pada tahap ini yaitu keinginan untuk disukai dan dicintai. Aspek pada tahap ini meliputi: kemampuan berempati, keinginan diperhatikan oleh teman, memberikan pujian atas kelebihan yang dimiliki teman.

2. Kemandirian

Dalam penelitian ini, kemandirian merujuk pada konsep yang dicetuskan oleh Steinberg (1993: 289) mengungkapkan individu yang mandiri adalah individu yang mampu mengelola dirinya sendiri (self governing person). Kemandirian adalah kemampuan berperilaku peserta didik Kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 yang ditunjukkan peserta didik dalam mengelola diri meliputi emosi, perilaku dan nilai.

(6)

Kemandirian emosi ditandai de-idealized, parent as people, non-dependency dan individuation, kemandirian perilaku ditandai kemampuan pengambilan keputusan, tidak rentan terhadap pengaruh pihak lain dan perubahan rasa percaya diri, kemandirian nilai ditandai abstrack belief, principal belief dan independent belief. Sub aspek kemandirian yang diungkap adalah:

a. Kemandirian emosi adalah aspek kemandirian yang berhubungan dengan perubahan kedekatan atau keterikatan hubungan emosional individu terutama orang tua. Kemandirian emosi ditandai dengan empat aspek, yaitu:

1) De-idealized, yaitu tidak menganggap orang tuanya sebagai sosok yang sempurna.

2) Parent as people, yaitu mampu melihat orang tuanya seperti orang lain pada umumnya.

3) Non-dependency, yaitu kemampuan untuk tidak bergantung kepada orang tua dalam mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambil

4) Individuation, yaitu remaja merasa sebagai individu yang memiliki pemikiran dan perasaan yang berbeda dengan orang tuanya dan remaja menjaga privasi

b. Kemandirian perilaku adalah kemampuan untuk membuat keputusan secara bebas dan menindaklanjutinya atau melaksanakannya tanpa terlalu bergantung kepada bimbingan orang lain. Kemandirian perilaku ditandai tiga aspek yaitu:

1) Kemampuan mengambil keputusan, yaitu dengan mampu menemukan akar masalah, sadar akan resiko yang akan diterima, dan merubah keputusan yang akan diambil berdasarkan informasi baru.

2) Tidak rentan terhadap pengaruh pihak lain, yaitu memiliki ketegasan diri dan tidak mudah terpengaruh dalam situasi yang menuntut konformitas.

3) Perubahan dalam rasa percaya diri, yaitu remaja yakin terhadap potensi yang dimiliki.

(7)

c. Kemandirian nilai adalah kemampuan untuk memaknai seperangkat prinsip tentang benar dan salah, yang wajib dan yang hak, apa yang penting dan tidak penting. Kemandirian nilai ditandai dengan tiga aspek, yaitu:

1) Abstrack belief, yaitu remaja dapat memaknai seperangkat prinsip tentang benar- salah dan keyakinan terhadap nilai keagamaan.

2) Principal belief, yaitu remaja bertindak sesuai dengan prinsip yang dapat dipertanggung jawabkan dalam bidang nilai.

3) Independent belief, yaitu keyakinan- keyakinan remaja menjadi semakin bertambah tinggi sesuai keyakinan pada nilai sendiri.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat pengumpulan data penelitian ini berupa angket atau kuesioner yang terdiri dari angket interaksi sosial teman sebaya untuk mengungkap tingkat interaksi sosial teman sebaya dan angket kemandirian untuk mengungkap tingkat kemandirian peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2013/2014. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, yaitu angket yang disajikan dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang menggambarkan keadaan nyata yang dirasakan peserta didik mengenai interaksi sosial teman sebaya dan kemandirian. Peserta didik diminta untuk memilih jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda checklist (√). Setiap jawaban diberi skor sesuai dengan bobot yang telah ditetapkan.

Skala yang digunakan dalam angket ini adalah skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pernyataan yang perlu dijawab oleh responden

(8)

(Riduwan, 2011: 38). Pilihan jawaban setiap item pernyataan memiliki gradiasi dari sangat positif sampai sangat negatif dengan alternatif jawaban pada tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2 Rentang Skala Likert

Interaksi Sosial Teman Sebaya dan Kemandirian

Alternatif Jawaban Pemberian Skor

(+) (-)

Sangat Sesuai (SS) 5 1

Sesuai (S) 4 2

Kurang Sesuai (KS) 3 3

Tidak Sesuai (TS) 2 4

Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 5

E. Proses Pengembangan Instrumen

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan terdiri atas dua macam angket yaitu interaksi sosial teman sebaya dan angket kemandirian. Kisi-kisi instrumen penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Instrumen Interaksi Sosial Teman Sebaya a) Pengembangan Kisi-kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen pengungkap data variabel interaksi sosial dikembangkan oleh peneliti dari teori Schutz yaitu teori FIRO (Fundamental Interpersonal Relations Orientation) atau (Orientasi Dasar Dari Hubungan-hubungan Antar Pribadi) serta modifikasi pengembangan indikator beserta item pernyataan dari Sukaesih (2010).

Adapun perubahan dan penambahan indikator yang dilakukan sebagai bentuk pengembangan yaitu pada aspek inklusi ditambah indikator yaitu dapat berintegrasi dengan semua anggota kelompok dan penambahan item pernyataan, pada aspek kontrol ditambah satu indikator yaitu mematuhi peraturan di dalam kelompok serta penambahan item pernyataan dan pada aspek afeksi, indikator memberi perhatian kepada orang lain menjadi bagian dari indikator kemampuan berempati dan penambahan satu indikator yaitu keinginan diperhatikan oleh

(9)

teman serta penambahan item pernyataan. Perumusan kisi-kisi instrumen ditampilkan dalam tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Interaksi Sosial Teman Sebaya (Sebelum Uji Coba)

b) Uji Kelayakan Instrumen

Instrumen interaksi sosial yang telah disusun terlebih dahulu dilakukan uji kelayakan instrumen. Uji kelayakan instrumen dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kelayakan angket dari segi isi, konstruk, maupun bahasa dari setiap item pernyataan. Penimbangan dilakukan oleh dosen ahli yaitu dosen dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Penilaian oleh dosen ahli dilakukan dengan memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai M menyatakan

No Aspek Indikator Nomor Item

(+) (-)

1. Inklusi 1. Menjalin hubungan yang hangat dengan teman

1,2,3,6 4,5,7 7

2. Bersikap terbuka dan menerima orang lain apa adanya

8,11,13 9,10,12 6 3. Ikut terlibat dalam aktivitas kelompok 14,18,20 15,16,17,

19

7

4. dapat berintegrasi dengan semua anggota kelompok

21,24,26,27 22,23,25 7 2. Kontrol 1. Memberi pengarahan kepada teman 30,31,32,33 28,29,34 7 2. Menjadi pemimpin kelompok 37,39,40,41 35,36,38 7 3. Mendapat pengarahan dari teman 44,45 42,43,46,

47

6 4. Mematuhi peraturan di dalam kelompok 49,50,51,53 48,52,54 7

3. Afeksi 1. Kemampuan Berempati 56,57,59 54,55,58,

60

7 2. Keinginan diperhatikan oleh teman 61,62,64,66,

67

63,65 7

3. Memberikan pujian atas kelebihan yang dimiliki teman

69,71,72,73 68,70,74 7

(10)

bahwa item tersebut bisa digunakan, dan item yang diberi nilai TM menyatakan dua kemungkinan yaitu item tersebut tidak bisa digunakan atau diperlukan revisi pada item tersebut.

Instrumen ditimbang oleh tiga orang dosen jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB) yaitu Dr. Hj. Nani .M Sugandhi, M.Pd., Dr. Ipah Saripah, M.Pd., dan Dr. Mubiar Agustin, M.Pd., Hasil judgment angket interaksi sosial teman sebaya yaitu ditampilkan pada tabel 3.4 berikut ini.

Tabel 3.4

Hasil Judgment Instrumen Interaksi Sosial Teman Sebaya

Kesimpulan Nomor Item Jumlah

Memadai 1,2,3,4,6,7,8,9,12,14,16,17,20,22,23,24,25,26,27,28, 31,32,33,34,36,37,39,43,45,46,47,48,50,52,53,54,56, 57,58,59,60,62,63,64,69,72 46 Revisi 5,10,11,13,15,18,19,21,29,30,35,38,40,41,42,44,51,55 ,61,65,66,67,68,70,71,73,75 27 Buang 49,74 2 c) Uji Keterbacaan

Uji keterbacaan dilakukan kepada lima orang peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung. Uji keterbacaan bertujuan untuk mengukur sejauh mana instrumen interaksi sosial teman sebaya dapat dipahami oleh subjek penelitian. Setelah uji keterbacaan, pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami oleh peserta didik kemudian direvisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

d) Uji Validitas

Setelah uji keterbacaan item dilakukan, langkah selanjutnya yaitu menguji validitas dan reliabilitas instrumen. Uji validitas alat pengumpul data dilakukan untuk mengetahui apakah intrumen yang digunakan dalam penelitian dapat digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur (Sugiyono, 2011: 267).

(11)

Pengujian validitas instrumen pada penelitian ini menggunakan program SPSS for Windows Versi 16.0. Validitas item dilakukan dengan menganalisis daya pembeda menggunakan prosedur pengujian Spearman’s rho. Adapun data yang digunakan untuk mengukur validitas item, merupakan data hasil penyebaran instrumen. Dengan kata lain, penyebaran instrumen dilaksanakan sekaligus untuk menguji validitas item (built-in). Berikut ditampilkan item-item pernyataan setelah validasi.

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Item Instrumen Interaksi Sosial Teman Sebaya

Signifikansi No.Item Jumlah

Valid 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21, 22,23,24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34,36,37,39,40,4 1,42,43,44,45,46,47,48,49,50,51,52,53,54,55,56,57,58 ,59,60,61,63,64,65,68,69,70,71,72,73 69 Tidak Valid 35,62,66,67 4

Berdasarkan tabel hasil uji validitas menunjukkan dari 73 item pernyataan dari angket interaksi sosial teman sebaya terdapat 69 item pernyataan yang valid dan 4 item pernyataan yang tidak valid (hasil pengujian validitas terlampir).

e) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui keajegan atau ketetapan alat ukur. Alat ukur dapat dianggap memiliki reliabilitas baik jika hasil pengukuran dengan alat ukur itu terhadap subjek yang sama berulang kali menunjukkan hasil atau skor yang relatif sama. Perhitungan reliabilitas pada penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan bantuan program SPSS for windows versi 16.0. Sebagai tolok ukur, digunakan klasifikasi rentang koefisien reliabilitas (Sugiyono, 2011: 257) sebagai berikut:

0,00 – 0,199 derajat keterandalan sangat rendah 0,20 – 0,399 derajat keterandalan rendah

0,40 – 0,599 derajat keterandalan cukup 0,60 – 0,799 derajat keterandalan tinggi

(12)

0,80 – 1,00 derajat keterandalan sangat tinggi

Hasil pengujian menggunakan SPSS for Windows Versi 16.0 adalah sebagai berikut.

Tabel 3.6

Tingkat Reliabilitas Instrumen Interaksi Sosial Teman Sebaya

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.900 69

Berdasarkan tabel didapatkan koefisien Cronbach’s Alpha 0,900 yang berada pada tingkat kategori keterandalan sangat tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan instrumen interaksi sosial teman sebaya dapat digunakan dengan baik dan dapat dipercaya sebagai alat pengumul data mengenai interaksi sosial teman sebaya. Setelah melalui serangkaian uji coba sesuai dengan ketentuan yang telah dikemukakan, maka dalam pengembangan kisi-kisi instrumen interkasi sosial teman sebaya mengalami perubahan yang ditampilkan pada tabel 3.7 berikut ini.

Tabel 3.7

Kisi-kisi Instrumen Interaksi Sosial Teman Sebaya (Setelah Uji Coba)

No Aspek Indikator Nomor

Valid

Nomor Item Baru

1. Inklusi 1. Menjalin hubungan yang hangat dengan teman

1,2,3,4,5,6,7 1,2,3,4,5,6 ,7

7 2. Bersikap terbuka dan menerima orang

lain apa adanya

8,9,10,11, 12,13

8,9,10, 11,12,13

6 3. Ikut terlibat dalam aktivitas kelompok 14,15,16,17,

18,19,20

14,15,16, 17,18,19, 20

(13)

Tabel 3.7

Kisi-kisi Instrumen Interaksi Sosial Teman Sebaya (Setelah Uji Coba)

1. Instrumen Kemandirian

a) Pengembangan Kisi-kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen pengungkap data variabel kemandirian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan angket yang telah dikembangkan oleh Iklima (2012) baik secara konsep, konstruk maupun pengukurannya dengan merujuk pada konsep kemandirian yang dikemukakan Steinberg (1993). Perumusan kisi-kisi instrumen ditampilkan dalam tabel 3.8 berikut ini.

No Aspek Indikator Nomor

Valid

Nomor Item Baru

1. Inklusi 3. Ikut terlibat dalam aktivitas kelompok 14,15,16,17, 18,19,20

14,15,16, 17,18,19, 20

7

4. dapat berintegrasi dengan semua anggota kelompok 21,22,23,24, 25 ,26,27 21,22,23, 24 ,25,26,27 7

2. Kontrol 1. Memberi pengarahan kepada teman 28,29,30,31, 32,33,34

28,29,30, 31,32,33 34

7

2. Menjadi pemimpin kelompok 36,37,38,39, 40,41

35,36,37, 38,39,40

6 3. Mendapat pengarahan dari teman 42,43,44,45,

46,47

41,42, 43,44,45, 46

6

4. Mematuhi peraturan di dalam kelompok 48,49,50,51, 52,53

47,48, 49,50,51, 52

6

3. Afeksi 1. Kemampuan Berempati 54,55,56,57, 58,59,60

53,54,55, 56,57,58, 59

7

2. Keinginan diperhatikan oleh teman 61,63,64,65 60,61,62, 63

4 3. Memberikan pujian atas kelebihan yang

dimiliki teman 68,69,70,71, 72,73 64,65,66, 67,68,69 7 Jumlah 69

(14)

Tabel 3.8

Kisi-kisi Instrumen Kemandirian (Sebelum Uji Coba)

No. Aspek Subaspek Indikator Nomor Item

(+) (-)

1. Kemandirian Emosi

1. De-idealized a. Remaja memandang orang tua bukan orang tua yang sempurna

3,4 1,2,5 5

2. Parent as people

a. Remaja mampu melihat orang tua seperti orang lain pada umumnya

6,8,9 7 4 3.Non-dependency a. Remaja mampu membuat keputusan untuk menyelesaikan masalahnya tanpa mengandalkan bantuan orang tua 10,13 11,12 4 b. Remaja mampu

bertanggung jawab atas dirinya sendiri

15 14 2

4. Individuation a. Remaja merasa sebagai individu yang memiliki pemikiran dan

perasaan yang berbeda dengan orang tuanya

16,17 2 b. Remaja menjaga privasi 19,20 18,21,22 5 2. Kemandirian Perilaku 1. Kemampuan mengambil keputusan a. Remaja mampu menemukan akar permasalahan 24 23,25,26,27 5

b. Remaja sadar akan resiko yang diterima

28,29,32 30,31 5

c. Remaja

mempertimbangkan informasi baru dan masukan dari orang lain, media massa dalam mengambil keputusan 34,35,37 33,36 5 2. Tidak rentan terhadap pengaruh pihak lain a. Remaja memiliki ketegasan diri 38,39,40,41,43 42 6 b. Remaja tidak mudah

terpengaruh dalam situasi yang menuntut konformitas

(15)

Tabel 3.8

Kisi-kisi Instrumen Kemandirian (Sebelum Uji Coba)

No. Aspek Subaspek Indikator Nomor Item

(+) (-) 2. Kemandirian Perilaku 3. Perubahan dalam rasa percaya diri

a. Remaja yakin terhadap potensi yang dimiliki

50,51 48,49 4

3. Kemandirian Nilai

1. Abstrack belief a. Remaja mampu

membedakan yang benar dan yang salah

52,53,54,55 4 b. Remaja memiliki keyakinan terhadap nilai keagamaan 56,57 58 3 2. Principal belief a. Remaja bertindak sesuai dengan prinsip yang dapat

dipertanggungjawabkan dalam bidang nilai

59,62 60,61 4 3. Independent belief a. Remaja bertindak sesuai dengan keyakinan dalam nilainya sendiri 64,66 63,65 Jumlah 66 b) Uji Validitas

Setelah uji keterbacaan item dilakukan, langkah selanjutnya yaitu menguji validitas dan reliabilitas instrumen. Uji validitas alat pengumpul data dilakukan untuk mengetahui apakah intrumen yang digunakan dalam penelitian dapat digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur (Sugiyono, 2011: 267). Pengujian validitas instrumren pada penelitian ini menggunakan program SPSS for Windows Versi 16.0. Validitas item dilakukan dengan menganalisis daya pembeda menggunakan prosedur pengujian Spearman’s rho. Adapun data yang digunakan untuk mengukur validitas item, merupakan data hasil penyebaran instrumen. Dengan kata lain, penyebaran instrumen dilaksanakan sekaligus untuk menguji validitas item (built-in). Berikut ditampilkan item-item pernyataan setelah validasi.

(16)

Tabel 3.9

Hasil Uji Validitas Item Instrumen Kemandirian

Signifikansi No.Item Jumlah

Valid 3,5,8,9,10,11,12,13,14,15,17,20,23,24,25,26,27,29,30, 32,33,34,35,36,37,39,40,41,42,43,44,45,46,47,48,49,5 0,51,52,53,54,55,56,57,58, 59,60,61,63,63,64,65,66 54 Tidak Valid 1,2,4,6,7,16,18,19,21,22,28,31 12

Berdasarkan tabel hasil uji validitas menunjukkan dari 66 item pernyataan dari angket kemandirian terdapat 54 item pernyataan yang valid dan 12 item pernyataan yang tidak valid (hasil pengujian validitas terlampir).

c) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui keajegan atau ketetapan alat ukur. Alat ukur dapat dianggap memiliki reliabilitas baik jika hasil pengukuran dengan alat ukur itu terhadap subjek yang sama berulang kali menunjukkan hasil atau skor yang relatif sama. Perhitungan reliabilitas pada penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan bantuan program SPSS for windows versi 16.0. Sebagai tolok ukur, digunakan klasifikasi rentang koefisien reliabilitas (Sugiyono, 2011: 257) sebagai berikut:

0,00 – 0,199 derajat keterandalan sangat rendah 0,20 – 0,399 derajat keterandalan rendah

0,40 – 0,599 derajat keterandalan cukup 0,60 – 0,799 derajat keterandalan tinggi 0,80 – 1,00 derajat keterandalan sangat tinggi

Hasil pengujian menggunakan SPSS for Windows Versi 16.0 adalah sebagai berikut.

(17)

Tabel 3.10

Tingkat reliabilitas instrumen Kemandirian

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.838 54

Berdasarkan tabel didapatkan koefisien Cronbach’s Alpha 0,838 yang berada pada tingkat kategori keterandalan sangat tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan instrumen kemandirian dapat digunakan dengan baik dan dapat dipercaya sebagai alat pengumul data mengenai kemandirian. Setelah melalui serangkaian uji coba sesuai dengan ketentuan yang telah dikemukakan, maka dalam pengembangan kisi-kisi instrumen kemnadirian mengalami perubahan yang ditampilkan pada tabel 3.11 berikut ini.

Tabel 3.11

Kisi-kisi Instrumen Kemandirian (Setelah Uji Coba)

No. Aspek Subaspek Indikator Nomor Valid Nomor Item Baru

1. Kemandirian Emosi

1. De-idealized a. Remaja memandang orang tua bukan orang tua yang sempurna

3,5 1,2 2

2. Parent as people

a. Remaja mampu melihat orang tua seperti orang lain pada umumnya

8,9 3,4 2 3.Non-dependency d. Remaja mampu membuat keputusan untuk menyelesaikan masalahnya tanpa mengandalkan bantuan orang tua e. Remaja mampu bertanggung jawab atas dirinya sendiri

10,11,12,13 5,6,7,8 4

4. Individuation a. Remaja merasa sebagai individu yang memiliki pemikiran dan

(18)

Tabel 3.11

Kisi-kisi Instrumen Kemandirian (Setelah Uji Coba)

No. Aspek Subaspek Indikator Nomor Valid Nomor Item

Baru

1. Kemandirian Emosi

4. Individuation dengan orang tuanya 17 11 1

b. Remaja menjaga privasi 20 12 1 2. Kemandirian Perilaku 1. Kemampuan mengambil keputusan a. Remaja mampu menemukan akar permasalahan 23,24,25,26,27 13,14,15,16,17 5

b. Remaja sadar akan resiko yang diterima

29, 30,32 18,19,20 3

f. Remaja

mempertimbangkan informasi baru dan masukan dari orang lain, media massa dalam mengambil keputusan 33,34,35,36,37 21,22,23,24,25 5 2. Tidak rentan terhadap pengaruh pihak lain a. Remaja memiliki ketegasan diri 38,39,40,41, 42,43 26,27,28,29,30,31 6 b. Remaja tidak mudah

terpengaruh dalam situasi yang menuntut konformitas

44, 45,46,47 32,33,34,35 4

3. Perubahan dalam rasa percaya diri

a. Remaja yakin terhadap potensi yang dimiliki

48,49,50,51 36,37,38,39 4 3. Kemandirian Nilai 4. Abstrack belief c. Remaja mampu membedakan yang benar dan yang salah

52,53,54,55 40,41,42,43 4 d. Remaja memiliki keyakinan terhadap nilai keagamaan 56,57, 58 44,45,46 3 5. Principal belief b. Remaja bertindak sesuai dengan prinsip yang dapat

dipertanggungjawabka n dalam bidang nilai

59, 60,61,62 47,48,49,50 4 6. Independent belief b. Remaja bertindak sesuai dengan keyakinan dalam nilainya sendiri 63,64,65,66 51,52,53,54 4 Jumlah 54

(19)

F. Pengolahan Data 1. Verifikasi Data

Verifikasi data yaitu suatu langkah pemeriksaan terhadap data yang diperoleh dalam rangka pengumpulan data untuk menyeleksi atau memilih data yang memadai untuk diolah. Adapun tahapan verifikasi data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pengecekan jumlah angket yang sudah terkumpul.

b. Memberikan nomor urut pada setiap angket untuk menghindari kesalahan pada saat melakukan rekapitulasi data.

c. Melakukan tabulasi data yaitu perekapan data yang diperoleh dari peserta didik dengan melakukan penyekoran sesuai dengan tahapan penyekoran yang telah ditetapkan.

d. Melakukan perhitungan statistik sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.

2. Pengelompokkan Data

Data-data yang diperoleh dari hasil penyebaran instrumen interaksi sosial teman sebaya dan kemandirian kemudian dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Pengelompokkan lima kategori tersebut dilakukan dengan mengkoversi skor mentah menjadi skor matang dengan menggunakan batas lulus ideal dengan cara menjumlahkan jawaban setiap peserta didik kemudian mencari rata-rata (μ) dan standar deviasi (σ) untuk memberikan makna diagnostik terhadap skor. Berdasarkan langkah-langkah tersebut, kemudian didapatkan rumusan kategorisasi sebagai berikut:

Tabel 3.12

Konversi Skor Mentah Menjadi Matang dengan Batas Lulus Ideal

Kategori Rentang Skor

Sangat Tinggi X > (μ + 1,5 σ) Tinggi (μ + 0,5 σ) ≤ X < (μ + 1,5 σ) Sedang ( µ - 0,5 σ < x < ( µ + 0,5 σ ) Rendah (μ - 1,5 σ) ≤ X < (μ - 0,5 σ) Sangat Rendah X < (μ - 1,5 σ)

(20)

Keterangan:

X = skor subjek μ = rata-rata baku σ = deviasi standar baku

Berdasarkan hasil perhitungan berdasarkan rumus di atas, maka dapat dilakukan penentuan kategorisasi interaksi sosial teman sebaya yang ditampilkan pada tabel 3.13 berikut ini.

Tabel 3.13

Kategorisasi Interaksi Sosial Teman Sebaya

No Interval Kategori 1. 310 Sangat tinggi 2. 242 – 309 Tinggi 3. 173 – 241 Sedang 4. 104 – 172 Rendah 5. 103 Sangat Rendah

Adapun untuk penentuan kategorisasi kemandirian peserta didik berdasarkan konversi skor mentah menjadi matang dengan batas lulus ideal yaitu sebagai berikut.

Tabel 3.14

Kategorisasi Kemandirian Peserta Didik

No Interval Kategori 1. 243 Sangat tinggi 2. 190 – 242 Tinggi 3. 136 – 189 Sedang 4. 82 – 135 Rendah 5. 81 Sangat Rendah

Hasil perhitungan diatas menunjukkan kategorisasi untuk menggambarkan interaksi sosial teman sebaya dan kemandirian peserta didik secara umum. Adapun kategorisasi secara khusus seperti berdasarkan aspek dan indikator dari interaksi sosial teman sebaya dan kemandirian peserta didik, dihitung seperti rumus yang telah dikemukakan.

(21)

Tabel 3.15

Kualifikasi Interaksi Sosial Teman Sebaya

Rentang Skor Kategori Kualifikasi

310 Sangat tinggi

Pada kategori sangat tinggi berarti peserta didik mencapai interaksi sosial pada setiap aspeknya, yang ditampilkan oleh peserta didik di sekolah yang meliputi kemampuan peserta didik untuk dapat memulai interaksi dengan orang lain, peserta didik dapat saling memiliki dalam situasi kelompok, peserta didik berkeinginan untuk menjaga dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain, serta peserta didik dapat mengembangkan keterikatan emosional dengan orang lain.

242 – 309 Tinggi

Pada kategori tinggi berarti peserta didik mencapai tingkat interaksi sosial pada hampir setiap aspeknya, yang ditampilkan oleh peserta didik di sekolah yang meliputi kemampuan peserta didik untuk dapat memulai interaksi dengan orang lain, peserta didik dapat saling memiliki dalam situasi kelompok, peserta didik berkeinginan untuk menjaga dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain, serta peserta didik dapat mengembangkan keterikatan emosional dengan orang lain hampir dalam setiap keadaan.

173 – 241 Sedang

Pada kategori sedang berarti peserta didik mencapai tingkat interaksi sosial yang sedang pada setiap aspeknya, yang ditampilkan oleh peserta didik di sekolah yang meliputi kemampuan peserta didik untuk dapat memulai interaksi dengan orang lain, peserta didik dapat saling memiliki dalam situasi kelompok, peserta didik berkeinginan untuk menjaga dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain, serta peserta didik dapat mengembangkan keterikatan emosional dengan orang lain pada beberapa keadaan.

104 – 172 Rendah

Pada kategori rendah berarti peserta didik kurang mencapai tingkat interaksi sosial pada setiap aspeknya, yang ditampilkan oleh peserta didik di sekolah yang meliputi peserta didik kurang mampu untuk dapat memulai interaksi dengan orang lain, peserta didik kurang memiliki dalam situasi kelompok, peserta didik kurang berkeinginan untuk menjaga dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang, serta peserta didik kurang dapat mengembangkan keterikatan emosional dengan

(22)

orang lain.

103 Sangat Rendah

Pada kategori sangat rendah berarti peserta didik mencapai tingkat interaksi sosial yang sangat rendah pada setiap aspeknya, yang ditampilkan oleh peserta didik di sekolah yang meliputi peserta didik tidak dapat memulai interaksi dengan orang lain, peserta didik tidak memiliki kemampuan untuk saling memiliki dalam situasi kelompok, tidak adanya keinginan peserta didik untuk menjaga dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain, serta peserta didik tidak dapat mengembangkan keterikatan emosional dengan orang lain.

Adapun kualifikasi kemandirian peserta didik berdasarkan rentang skor dan kategori yaitu sebagai berikut.

Tabel 3.16

Kualifikasi Kemandirian Peserta Didik

Rentang Skor Kategori Kualifikasi

243 Sangat tinggi

Pada kategori sangat tinggi berarti peserta didik mencapai tingkat kemandirian pada setiap aspeknya, yang ditampilkan oleh peserta didik di sekolah dalam kemampuan terhadap pengelolaan diri meliputi emosi, perilaku dan nilai.

190 – 242 Tinggi

Pada kategori tinggi berarti peserta didik mencapai tingkat kemandirian pada hampir setiap aspeknya, yang ditampilkan oleh peserta didik di sekolah dalam kemampuan terhadap pengelolaan diri meliputi emosi, perilaku dan nilai hampir dalam setiap keadaan.

136 – 189 Sedang

Pada kategori sedang berarti peserta didik mencapai tingkat kemandirian yang sedang pada setiap aspeknya, yang ditampilkan oleh peserta didik di sekolah dalam kemampuan terhadap pengelolaan diri meliputi emosi, perilaku dan nilai pada beberapa keadaan.

82 – 135 Rendah

Pada kategori rendah berarti peserta didik kurang mencapai tingkat kemandirian pada setiap aspeknya, yang ditampilkan oleh peserta didik di sekolah dengan kurangnya kemampuan terhadap pengelolaan diri meliputi emosi, perilaku dan nilai.

(23)

81 Sangat Rendah

Pada kategori sangat rendah berarti peserta didik mencapai tingkat kemandirian yang sangat rendah pada setiap aspeknya, yang ditampilkan oleh peserta didik di sekolah dengan tidak adanya kemampuan terhadap pengelolaan diri meliputi emosi, perilaku dan nilai.

G. Uji Korelasi

Penelitian ini merupakan penelitian sensus artinya penelitian yang menggunakan populasi penelitian sebagai sampel penelitian. Berdasarkan hal tersebut maka perhitungan selanjutnya dapat langsung dilakukan analisis korelasi terhadap variabel interaksi sosial teman sebaya dan variabel kemandirian peserta didik. Data dalam penelitian ini merupakan data ordinal maka analisis korelasi terhadap variabel interaksi sosial teman sebaya dan kemandirian menggunakan rumus Spearman Rank Order Correlation (rho), Riduwan (2012: 135) mengemukakan yaitu sebagai berikut.

ρ = 1- Keterangan:

ρ = Nilai Korelasi Spearman Rank ∑d² = Total kuadrat selisih antar ranking n = Jumlah sampel penelitian

Untuk menentukan nilai kontribusi antara interaksi sosial teman sebaya terhadap kemandirian peserta didik, dilakukan dengan cara menghitung koefisien determinasi (KD), menurut Sarwono (2007: 29) menggunakan rumus sebagai berikut.

Gambar

Tabel 3.2  Rentang Skala Likert

Referensi

Dokumen terkait

(2) Kelemahan Cooperative Learning antara lain: 1) untuk memahami dan mengerti filosofis Cooperatif learning memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita

Berdasarkan surat penetapan penyediaan barang dan jasa Nomor 12/PPBJ.04.05/III/2015 tanggal 27 Maret 2015, dengan ini pejabat pengadaan barang dan jasa Dinas pertanian

kali sehingga revisi yang dilakukan lebih terbatas. Sejauh ini penelitian mengenai instrumen evaluasi yang dapat digunakan untuk mengukur keterampilan problem

Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan struktur rantai pasok sistem logistik yang optimal pada Klaster Sayuran Bernilai Tinggi yang mengelola 6 komoditas sayuran

Bobot Kering Biji/1,44 m 2 (g) Hasil sidik ragam peubah bobot kering biji/1,44 m 2 tanaman kacang tanah menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara dosis

Dari nilai RSSI yang diterima, maka mobilenode akan mencoba untuk mencari nilai dari satic node mana yang terkuat yang berarti dapat menandakan bahwa node

Hal ini ditunjukan dengan siswa dengan gaya belajar visual, auditori, maupun kinestetik memiliki kemampuan pemahaman konseptual yang beragam, ada yang

Supervisi merupakan suatu usaha dalam memberikan bantuan dan bimbingan kepada guru untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui proses belajar mengajar yang efektif