• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interaksi perikanan tangkap dengan beberapa kegiatan industri di pesisir Kabupaten Lamongan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Interaksi perikanan tangkap dengan beberapa kegiatan industri di pesisir Kabupaten Lamongan"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

INTERAKSI PERIKANAN TANGKAP DENGAN BEBERAPA KEGIATAN INDUSTRI DIPESISIR KABUPATEN LAMONGAN

SANDYA MAHAPUTRI

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Interaksi Perikanan Tangkap dengan Beberapa Kegiatan Industri di Pesisir Kabupaten Lamonganadalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2015

(4)
(5)

ABSTRAK

SANDYA MAHAPUTRI. InteraksiPerikanan Tangkap denganBeberapa Kegiatan Industri di Pesisir Kabupaten Lamongan. Dibimbing oleh MUHAMMAD FEDI ALFIADI SONDITA dan SUGENG HARI WISUDO.

Perikanan tangkap telah lama berkembang sebagai kegiatan ekonomi masyarakat pesisir Kabupaten Lamongan. Kegiatan industri yang saat ini tergolong sangat menonjol di kawasan ini adalah bisnispariwisata di desa Paciran, kegiatan industri di sepanjang pantai, dan jasa transportasi laut di pelabuhan penumpang. Keberadaan tiga jenis kegiatan tersebut diduga akan menyebabkan pengurangan luasan daerah penangkapan ikan bagi sebagian nelayan, jumlah dan jenis unit penangkapan ikan serta produksi ikan yang didaratkan di beberapa tempat di pesisir tersebut. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan interaksi antara kegiatan perikanan tangkap dan kegiatan pembangunan di pesisir Kabupaten Lamongan.Pengurangan daerah penangkapan ikan di alami oleh beberapa unit penangkapan ikan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dampak yang dialami nelayan akibat pembangunan pesisir tidak selalu sama, tergantung pada ukuran kapal, jenis alat penangkapan ikan dan daerah operasi penangkapan ikan.

Kata kunci: Interaksi, perikanan tangkap, pariwisata, industri, pelabuhan

ABSTRACT

SANDYA MAHAPUTRI.Interaction between Marine Fisheries Some IndustrialActivities in the Coastal Area of District Lamongan. Supervised by MUHAMMAD FEDI ALFIADI SONDITAand SUGENG HARI WISUDO. Fisheries has been established as economic activity of coastal communities in Lamongan District. Recent development shows industrial development in the coastal area, such as tourism business in Paciran, an integrated industrial estate, and a passenger port. The development of three types of coastal activities are expected to affect local fisheries due to multi-use of coastal zones. This study aims to describe the interaction between the fisheries and the other coastal industries. Reduction in fishing areas and landing sites is experienced by some fishing fleet.This study concluded that the impact experienced by fishermen due to the construction of the maritime business is not always the same, depending on the size of the vessel, type of fishing gear and fishing operations area.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

INTERAKSI PERIKANAN TANGKAP DENGAN BEBERAPA KEGIATAN INDUSTRI PESISIR DI KABUPATEN LAMONGAN

SANDYA MAHAPUTRI

DEPARTEMEN PEMANAATAN SUMBERDAYA PERIKANA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikanskripsi dengan judul Interaksi Perikanan Tangkap denganBeberapa Kegiatan Industri di Pesisir Kabupaten Lamongan. Hasil penelitian ini diajukan untuk memperoleh gelar sarjana dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Institut Pertanian Bogor, yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh studi di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap.

2. Dr Ir M.Fedi A. Sondita, MSc sebagai dosen pembimbing akademik sekaligus pembimbing skripsi yang telah memberikan motivasi, bimbingan, serta pengarahan selama masa akademik dan dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi.

3. Dr Ir Sugeng Hari Wisudo, MSi sebagai dosen pembimbing skripsi anggota yang memberikan bimbingan serta pengarahan dalam penelitian maupun penyusunan skripsi.

4. Dr Ir Anwar Bey Pane, DEA sebagai dosen penguji tamu dan Dr Ir Iin Solihin, MSi sebagai komisi pendidikan departemen yang memberikan saran dan arahan dalam perbaikan skripsi.

5. Papa dan Mama (Sukarji dan Endah Wulandari), Adik (Hafizhuddin Al Hazmi) dan (Bahiirah Hasnaa Huwaidah), serta keluarga besar yang selalu memberikan doa, dukungan, dan motivasi untuk penulis.

6. Teman-teman seperjuangan selama kegiatan akademik dan Keluarga PSP 47 yang selalu memberikan kebersamaannya selama perkuliahan.

7. Kepala PPN Brondong beserta staff dan nelayan warga Lamongan yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.

8. Serta pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Saran dan kritik atas skripsi ini sangat diharapkan demi kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Bogor, Februari 2015

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat 2

Peralatan Penelitian 2

Metode Penelitian 3

Jenis dan Metode Pengambilan Data 3

Pengolahan dan Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Hasil 6

Kondisi pesisir kabupaten Lamongan 6

Kondisi perikanan tangkap di pesisir kabupaten Lamongan 8 Perkembangan pembangunan industri pesisir di Kabupaten Lamongan 13 Pengaruh perikanan tangkap terhadap pembangunan industri pesisir di

Kabupaten Lamongan 16

Pengaruh kegiatan industri pesisir terhadap perikanan tangkap di Kabupaten

Lamongan 19

Konflik dan masalah 20

Pembahasan 20

SIMPULAN DAN SARAN 22

Simpulan 22

Saran 22

DAFTAR PUSTAKA 22

LAMPIRAN 24

(13)

DAFTAR TABEL

1 Jenis data teknik pengambilan dan sumber data penelitian 4 2 Perkembangan pembangunan kawasan pesisir Kabupaten Lamongan 7 3 Perkembangan perikanan tangkap di pesisir Kabupaten Lamongan 10 4 Produksi perikanan tangkap menurut pelabuhan dan nilai produksi di

kabupaten Lamongan tahun 2008 11

5 Perkembangan alat tangkap di Kabupaten Lamongan tahun 2004-2008 11 6 Kunjungan kapal di PPN Brondong 1999-2008 12 7 Skor dampak pembangunan kegiatan maritim terhadap 6 jenis unit

penangkapan ikan 12

DAFTAR GAMBAR

1 Sketsa kondisi perubahan pesisir di Kabupaten Lamongan 6

2 Kondisi pesisir Kabupaten Lamonagan 8

3 Produksi ikan dari enam jenis alat tangkap di PPN Brondong 9 4 Kegiatan wisata di pesisir Kabupaten Lamongan 14 5 Obyek wisata yang memerlukan area perairan untuk aktivitas 14 6 Kegiatan industri Lamongan Integrated Shorebase 15 7 Kegiatan transportasi rute Paciran - Bawean 16 8 Hubungan interaksi antara perikanan tangkap dan pembangunan

industri pesisir di Kabupaten Lamongan 19

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lokasi Penelitian 24

2 Produksi hasil tangkapan PPN Brondong 1999-2013 24 3 Tabel perhitungan skoring pengaruh pembangunan industri 24

4 Jumlah dan jenis alat tangkap 25

5 Kondisi Perikanan Tangkap 25

6 Kegiatan Wisata 27

7 Kegiatan Industri 27

8 Kegiatan Transportasi pelabuhan Paciran 28

9 Kunjungan Kapal 28

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lamongan adalah sebuah kabupaten di pantai utara Jawa Timur. Sebelah utara wilayah Kabupaten ini dibatasi oleh Laut Jawa sedangkan di sebelah timur oleh Kabupaten Gresik, di sebelah selatan oleh Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Jombang, serta di sebelah barat dibatasi oleh Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban. Laut Jawa memiliki potensi perikanan tangkap yang sudah dimanfaatkan nelayan di sepanjang pantai utara Jawa, termasuk nelayan yang bermukim di pesisir Lamongan. Armada penangkapan ikan di Kabupaten Lamongan didominasi oleh kapal-kapal ikan yang mengoperasikan dogol,payang, pukat cincin (purse seine), pancing rawai (bottom longline),jaring insang hanyut (drift gillnet), dan pengumpul (collecting devices).Infrastruktur perikanan tangkap yang saat ini tersedia di pantai Lampongan yang panjangnya47 km adalah satu pelabuhan perikanan kategori Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) di Brondong dan empat pelabuhan perikan kategori Pangkalan Pendaratan ikan (PPI) di Lohgung, Labuhan, Kranji, dan Weru (Pemkab Lamongan 2014). PPN Brondong adalah salah satu pelabuhan perikanan terbesar di Jawa Timur.Produksi ikan yang didaratkan pada tahun 2013 di pelabuhan tersebut sebanyak 58.145 ton. Volume produksi tersebut menunjukkan bahwa nelayan di sekitarnya memiliki sumber mata pencaharian yang baik (Prambudi 2014).

Dalam waktu 10 tahun terakhir, di pesisir Kabupaten Lamongan telah terjadi pembangunan fisik berupa pengembangan kawasan pariwisata, kawasan industri dan dermaga penumpang. Pariwisata di kabupaten ini berkembang dengan adanya pembangunan kawasan Wisata Bahari Lamongan (WBL)yangterletak di Kecamatan Paciran, tidak jauh dari PPN Brondong dan 4 PPI. Kawasan ini terletak lokasi strategis, yaitu di tepi jalur utama jalan pantai utara atau jalan Raya Daendelsyang menghubungkan Anyer di Banten dan Panarukan di Jawa Timur. Obyek wisata di pesisir kabupaten ini adalah pantai pasir putih, perairan di depannya serta obyek wisata yang telah lama dikenal dengan nama Batu Kodok.Kegiatan pariwisata bahari, seperti berenang, perahu kano, sepeda air, shuttle boat, dan wahana lainnya.

Sebuah kawasan industri telah dibangun untuk menyediakan fasilitas pergudangan (warehouse) sarana ekspor-impor bahan minyak dan gas (migas). Kawasan ini disebut Lamongan Integrated Shorebase(LIS). Kawasan industri ini juga dilengkapi dengan dermagakhusus untuk melayani pengangkutan barang-barang, termasuk migas. Sebuah dermaga khusus lain untuk melayani pengangkutan penumpang telah dibangun di desa Paciran; prasarana transportasi laut ini dikenal dengan nama Pelabuhan Paciran. Pelabuhan ini melayani kapal-kapal penumpang berkapasitas 50 orang untuk rute Bawean dan Paciran-Surabaya (Anaz 2012). Kegiatan transportasi barang dan penumpang memerlukan jalur dan kawasan untuk operasi, sandar kapal, dan bongkar muat setiap waktu dan harinya.

(16)

2

akan memberikan dampak pada industri yang ada di pesisir tersebut. Di satu sisi, dampak tersebut dapat mencakup pengurangan luasan daerah penangkapan ikan, perubahan unit penangkapan ikan, jumlah hasil tangkapan. Di sisi lain, perikanan tangkap dapat menyediakan tenaga kerja dan sarana untuk kegiatan wisata, suplai ikan untuk wisatawan dan para pekerja di industri pesisir, serta layanan jasa lain untuk para pekerja tersebut.

Pengetahuan tentang interaksidi antara kegiatan perikanan tangkap dan kegiatan lain di pesisir Kabupaten Lamongan sangat penting untuk mengelola perikanan tangkap secara harmonis di tengah pembangunan pesisir yang diperkirakan akan semakin gencar dilakukan berbagai pihak, tidak hanya di Lamongan tetapi juga di tempat-tempat lain di Indonesia. Dengan alasan itulah, penelitian ini dilakukan untuk menyediakan informasi dari studi kasus di Kabupaten Lamongan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruhkegiatan perikana tangkap terhadap kegiatan pariwisata, kawasan industri, dan transportasi laut di pesisir Kabupaten Lamingan dan pengaruh sebaliknya.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada semua pihak yang ingin mewujudkan hubungan harmonis antara kegiatan penangkapan ikan dengan kegiatan lainnya di pesisir Kabupaten Lamongan.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Kegiatan penelitian pendahuluan dilakukan pada bulan Januari 2014 untuk mengumpulkan informasi awal terkait kondisi perikanan Lamongan secara umum dan kondisi kegiatan lain yang ada di pesisir Kabupaten Lamongan secara khusus. Kegiatan penelitian utama untuk pengumpulan data dilaksanakan selama tiga minggu, sejak tanggal 17 Maret hingga 9 April 2014, di Lamongan, Jawa Timur. Daerah yang menjadi objek penelitian meliputi kawasan pesisir sepanjang pantai di Kecamatan Brondong dan Kecamatan Paciran yang meliputikawasan wisata bahari, kawasan pelabuhan transportasi, serta kawasan pelabuhan ekspor impor di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur (Lampiran 1).

Peralatan Penelitian

(17)

3

tulis, kamera serta alat rekam yang digunakan dalam membantu pengumpulan data dan pengolahan data. Peta tersebut digunakan untuk memudahkan responden dalam menjelaskan pendapatnya dan memudahkan peneliti dalam melakukan verifikasi. Kuesioner dirancang untuk mencatat respons atau tanggapan responden tentang kondisi umum perikanan/industri di pesisir dan interaksi di antara kegiatan perikanan tangkap dan industri pesisir.

Metode Penelitian

Pengumpulan data dilakukan melalui survei yang dilakukan peneliti dengan mendatangi lokasi penelitian, melakukan wawancara dengan nara sumber dan nelayan, serta mempelajari data sekunder yang tersedia. Dari survei ini peneliti akan dapat membuat deskripsi atau gambaran tentang kondisi umum perikanan tangkap, kondisi umum pembangunan di pesisir Lamongan, interaksi di antara kegiatan perikanan tangkap dan kegiatan industri di pesisir, serta mengetahui tanggapan nelayan terhadap dampak pembangunan pesisir terhadap kegiatannya (Nazir, 1988).

Jenis dan Metode Pengambilan Data

Data yang diambil selama penelitian ada 2 kelompok, yaitu data tentang perikanan tangkap dan data tentang kegiatan di pesisir meliputi pariwisata, kawasan industri dan pelabuhan transportasi. Data perikanan tangkap meliputidata daerah penangkapan ikan, data jenis alat tangkap, data jumlah alat tangkap, data jumlah hasil tangkapan,dan penggunaan ruang. Data tentang kegiatan pariwisata,industri non perikanan, dan transportasi laut meliputi data jumlah pekerja di kawasan industri, suplai ikan, dan penggunaan ruang di daratan maupun di lautan. Data tersebut diperoleh dari PPN Brondong dan Dinas Perikanan Kabupaten Lamongan serta narasumber dari masing-masing jenis industri.Jenis data, teknik pengambilan dan sumber data penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Narasumber dari kalangan petugas PPN Brondong dan PPI, Dinas Perikanan Kabupaten Lamongan, WBL dan LIS ditentukan secara purposive. Pendekatan ini dipilih dengan mempertimbangkan pengetahuan, lingkup tugas dan kesediaan untuk diwawancarai (Nazir 1988).

(18)

4

saat ini. Jika jumlah nelayan yang layak dijadikan responden kurang dari 4 orang, peneliti akan mencari nelayan dari kelompok lain yang juga ditentukan secara acak. Dengan cara demikian, penelitian ini mendapatkan informasi dari 24 orang nelayan, yaitu 4 orang dari masing-masing 6 jenis unit penangkapan ikan.

Interaksi di antara perikanan tangkap terhadap kegiatan dari 3 jenis industri ditentukan dengan melihat aliran barang atau jasa yang dihasilkan perikanan tangkap terhadap industri yang berbasis di pesisir dan sebaliknya, serta melihat pengaruh yang ditimbulkan dari keberadaan salah satu pihak terhadap pihak lain.Informasi tentang pengaruh ini dikumpulkan dalam bentuk respons atau tanggapan nelayan terkait ruang bersandar kapal, lintasan pelayaran, dan perpindahan daerah penangkapan ikan.

Tanggapan tersebut dicatat dan dikelompokkan dalam 3 kategori tanggapan, yaitu sangat berpengaruh (skor 3), cukup berpengaruh (skor 2), dan tidak berpengaruh (skor 1). Sebagai contoh, :

 sangat berpengaruh (skor 3): setelah ada pembangunan, daerah penangkapan ikan harus pindah karena ada larangan beroperasi

 cukup berpengaruh (skor 2): kapal besar dilarang beroperasi dan bersandar, namun kapal ikan kecil masih boleh beroperasi dan bersandar di pantai sama seperti sebelum ada pembanguan

 tidak berpengaruh (skor 1): tidak ada perubahan sama sekali dalam praktek penangkapan ikan.

Tabel 1 Jenis data, teknik pengambilan dan sumber data penelitian

Jenis data Teknik pengambilan Sumber data Perikanan

(19)

5

Lanjutan...

Industri 1. Keadaan umum kawasan industri dan

Analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk mendeskripsikan hasil pengamatan sesuai dengan kenyataan di lapangan mengenai sesuatu yang diteliti. Persepsi nelayan skala kecil terhadap daerah penangkapan ikan dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif. Data yang diperoleh disusun melalui beberapa langkah yaitu editing, tabulasi dan analisis.

Informasi terkait pembangunan di kawasan pesisir Lamongan diolah dan dianalisis untuk membuat garis waktu atautimeline. Dari timeline ini dapat diketahui gambaran urutan perkembangan atau peristiwa yang terjadi pada perikanan tangkap dan pembangunan industri di pesisir Lamongan. Dalam penelitian dibuat 2 timeline, yaitu untuk perikanan tangkap dan untuk kegiatan industri pesisir.

(20)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kondisi pesisir di Kabupaten Lamongan

Wilayah pesisir kabupaten Lamongan terletak dipantai Utara Jawa. Kawasan pantai pesisirnya berada di Kecamatan Brondong dan Paciran dengan luas wilayah pesisir 131,41 km2, dengan panjang pantai mencapai 47 km (Pemkab Lamongan 2014). Kawasan pesisir Lamongan memiliki berbagai potensi diantarnya pertambakan, hutan mangrove, hatchery, dan industri perikanan lainya. Infrastruktur yang digunakan untuk menopang kegiatan ekonomi masyarakat nelayan seperti tempat pelelangan ikan (TPI) yang ada di desa Weru, Kranji, dan Brondong atau tempat sandar perikanan yang ada di setiap basis desa nelayan. Begitu juga dalam sektor industri memilki berbagai infrastruktur seperti LIS (Lamongan Integrated Shorebase) di dusun Kemantren, ASDP di dusun Tunggul, PT DOK, dan Wisata Bahari Lamongan (WBL) yang berpadu dengan wisata gua Maharani.

Adanya kondisi perubahan dan pembangunan dikawasan pesisir di Kabupaten Lamongan dalam 10 tahun terakhir baik disektor usaha produksi perikanan maupun industri tentu akan berdampak pada perubahan pemanfaatan potensi wilayah dan lingkungan maupun sosiologis masyarakatnya.

(21)

7

Tabel 2 Perkembangan pembangunan kawasan pesisir Lamongan

Tahun Timeline peristiwa yang terjadi

1978

Pembangunan PPI Kranji dan Peningkatan status PPI Brondong menjadi PPP Brondong

Peresmian Museum Sunan Dradjat yang merupakan salah satu wisata yang masih bertahan hingga sekarang.

Dibuka sebagai kawasan wisata pantai dengan daya tarik Batu Kodok dan Gua Maharani. Saat itu wisata tersebut merupakan satu-satunya industri wisata yang terletak di pesisir Lamongan.

Peningkatan kelas Pelabuhan tipe C PPP Brondong menjadi Pelabuhan tipe B PPN Brondong

1.Berdirinya PPI Labuhan, PPI Belimbing, PPI Lohgung, PPI Weru.

2.Hanyaterdapat wisata tanjung kodok dan industri pengolahan ikan. Belum banyak perkembangan pembangunan kegiatan perikanan, wisata, industry, dan transportasi laut.

Berdirinya PT LINTECH yang merupakan industri pabrikasi.

Pembangunan kawasan Wisata Bahari Lamongan oleh PT Bumi Lamongan Sejati yang bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Lamongan.

PT Lamongan Integrated Shorebase (PT LIS) bekerjasama dengan perusahaan asal Singapura, PT Easlog Ltd memulai pembangunan kawasan industri pergudangan dan migas.

Peresmian Wisata Bahari Lamongan oleh PT Bumi Lamongan Sejati

Pembangunan pelabuhan transportasi laut di desa Paciran

Perluasan PPN Brondong menjadi dermaga PPDI di barat dermaga PPN Brondong

Perusahaan galangan kapal PT Dok dan Perkapalan Surabaya mengawali tahap pembangunan Galangan Brondong Lamongan, Jawa Timur, karena banyaknya permintaan pembangunan kapal di wilayah Brondong.

Terbitnya Perda Kabupaten Lamongan No. 06 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan Tahun 2012-2032.

Peresmian pelabuhan Paciran oleh pemerintah Kabupaten Lamongan.

(22)

8

Gambar 2 menyajikan perkembangan terakhir yang terjadi di kawasan pesisir Kabupaten Lamongan. Kegiatan wisata yang terdapat di Kabupaten Lamongan yang terkenal di antaranya Wisata Bahari Lamongan (WBL) yang berada di desa Paciran, pantai pasir putih yang terdapat di desa Weru, serta pemandian air panas yang berada di desa Sedayu. Kegiatan industri ekspor dan impor dikenal dengan industri Lamongan Integrated Shorebase(LIS). LIS merupakan industri yang bergerak di bidang jasa bongkar muat serta pergudangan untuk kepentingan ekspor dan impor migas dengan luas 100 hektar di darat dan 500 meter dari garis pantai (Fidzikri 2012). Kegiatan pelabuhan transportasi untuk penumpang jarak dekat. Pelabuhan ini terletak di kecamatan Paciran, biasanya pelabuhan ini beroperasi satu minggu sekali untuk mengantar para penumpang rantau yang hendak pulang maupun menuju kota Surabaya dan Pulau Bawean. Adapun pembangunan untuk sektor perikanan seperti dermaga PPDI PPN Brondong untuk kegiatan bongkar muat maupun persiapan perbekalan

(a) (b)

(c ) (d)

Gambar 2 Kondisi pesisir perairan Kabupaten Lamongan; (a) kegiatan wisata, (b) kegiatan industri ekspor dan impor, (c) kegiatan pelabuhan perikanan, dan (d) kegiatan transportasi umum.

Sumber: PPN Brondong 2014

Kondisi perikanan tangkap di pesisir Lamongan

(23)

9

Lamongan mini purse seine, dogol besar, dogol kecil, payang, rawai, gillnet, dan alat pengumpul. Jenis alat tangkap yang paling banyak jumlahnya dalam 5 tahun terakhir adalah dogol (Lampiran 3). Payang dan dogol umumnya beroperasi di perairan Masalembu, Kangean dan Pulau Bawean sedangkan gillnet beroperasi di perairan Lamongan, tepatnya di kawasan Talang Air yang jaraknya 15 mil dari pantai. Armada purseseineumumnya beroperasi di tempat yang paling jauh, hingga mendekati perairan Kalimantan. Kapal-kapal purse seine yang berukuran besar (> 28 GT) ini umumnya beroperasi di bagian utara laut Jawa, yaitu di perairan Masalembu, Talang Air, dan Bawean. Menurut hasil wawancara dengan nelayan ada pula yang beroperasi hingga perairan Kalimantan yang berjarak lebih dari 230 mil dengan waktu tempuh 10 sampai 15 hari dari PPN Brondong. Sebaliknya, kapal-kapal ikan yang berukuran kurang dari 10 GT beroperasi dengan modus one day fishing biasanya melakukan penangkapan di perairan Lamongan dengan jarak 2 mil dari garis pantai. Armada rawai beroperasi di perairan Matasiri, i yang jaraknya 5 sampai 10 kilometer dari garis pantai.

Jenis ikan yang dominan didaratkan di PPN Brondong adalah ikan kapas-kapas (Gerres penetatus), ikan ayam-ayam(Cantligaster uslentini), ikan beloso (Sauridatumbil), ikan kurisi (Upeneus sp.), dan swangi atau mata besar (Priyacanthus tayenus). Dogol adalah penyumbang terbesar terhadap produksi ikan setempat pada tahun 2013, yaitu49.634 ton (Gambar 3).Alat pengumpul menghasilkan ikan sebanyak 7.790 ton, rawai menghasilkan 646 ton ikan, payang menghasilkan 55 ton ikan, dan pukat cincin hanya 20 ton. Produksi ikan dari pukat cincin ini sangat aneh karena terlalu rendah untuk kapal-kapal besar yang beroperasi jauh. Diduga kuat, sebagian besar ikan-ikan hasil tangkapannya tidak didaratkan di PPN Brondong.

Sumber : dokumen PPN Brondong 2013

Gambar 3 Produksi ikan dari enam jenis alat penangkapan ikan di pesisir Lamongan pada tahun 2013; dogol adalah penyumbang terbesar produksi ikan laut.

Saat pengumpulan data di lapangan, akses nelayandisekitar kawasan wisata, kawasan industri, dan kawasan pelabuhan transportasi telah dibatasi. Awalnya,

20

(24)

10

yaitu sebelum ada pembangunan kawasan pariwisata pada tahun 2004, kawasan ini terbuka bagi nelayan. Setelah adanya pembangunan kegiatan bisnis di pesisir ini, kawasan tersebut menjadi tertutup karena diterbitkannyaPeraturan Daerah Kabupaten Lamongan nomor 6 tahun 2012 tentang batas wilayah perairan yang menyatakan bahwa kapal penangkap ikan dilarang bersandar maupun mendekati kawasan tersebut pada radius 1 sampai 5 km.

Sekitar tahun 1999 sebelum berkembangnya pembangunan di pesisir Lamongan, nelayan masih menggunakan armada perikanan tradional yang terdiri dari kapal-kapal ikan dari kategori perahu tanpa mesin (PTM) dengan ukuran kecil. Nelayan hanya menangkap di perairan sekitar pesisir kabupaten Lamongan paling jauh jaraknya hanya sampai perairan Talang Air yang ditempuh dengan perjalan 3 jam, berdasarkan pengamatan peneliti jaraknya 50 mil dari garis pantai. Rata-rata masyarakat setempat bermata pencaharian sebagai nelayan penuh.

Tabel 3 Perkembangan perikanan tangkap di Pesisir Lamongan

Tahun Timeline peristiwa yang terjadi

1978

3)Kegiatan bongkar muat, kegiatan pelelangan, dan industri pengolahan yang masih sangat jarang, hanya penjual ikan dan tengkulak

- Jarak daerah penangkapan ikan untuk alat tangkap rawai dan perangkap (bubu)masih di sekitar perairan Lamongan

- Alat tangkap purse seine, dogol, dan payang rata-rata daerah penangkapan ikannya >50 mil dari garis pantai.

Jumlah produksi berdasarkan jenis alat tangkap cenderung fluktuatif seperti yang ditunjukkan pada (Lampiran 2).

1)Produksi nelayanpuse seine, gillnet dan payang produksi tertinggi terjadi pada tahun 1999 sebelum adanya pembangunan industry pesisir

2)Alat tangkap rawai produksi tertinggi terjadi pada tahun 2003, jenis alat tangkap pengumpul produksi tertinggi pada tahun 2008 dan

3)Untuk alat tangkap dogol produksi tertinggi terjadi pada tahun 2013. Hal ini bukan merupakan dampak karena adanya pembangunan industry pesisir di Kabupaten Lamongan. Sumber: hasil wawancara dan penelusuran pustaka

(25)

11

pasar. Pelabuhan perikanan di Brondong sudah menjadi pelabuhan tipe B tetapi saat itu, terdapat tempat-tempat pendaratan ikan berskala kecil yang terdapat di desa sepanjang pesisir. Pendapatan yang diperoleh dari hasil kegiatan penangkapan sepenuhnya diberikan pada nelayan pemilik dan nelayan buruh hanya diberikan upahsesuai ketentuan pemilik kapal.

Jumlah produksi di Kabupaten Lamongan meliputi produksi dari PPN Brondong, PPI Lohgung, PPI Labuhan, PPI Kranji, dan PPI Weru. Sejak tahun 2003 produksi perikanan tangkap Kabupaten Lamongan cenderung mengalami peningkatan meskipun pada tahun 2004 dan 2006 terjadi penurunan. Namun, pada tahun 2008 produksi perikanan laut mencapai 63.593 ton (Tabel 4). Hal ini terjadi karena peningkatan jumlah alat tangkap pada tahun 2007 seperti pada Tabel 5.

Tabel 4 Produksi perikanan tangkap menurut Pelabuhan dan nilai produksi di Kabupaten Lamongan tahun 2008.

Pelabuhan Produksi (Kg) Nilai Produksi (Rp)

1. Lohgung 3.216.430 68.407.033.240

Sumber: Dinas Perikanan, Kelautan dan Peternakan Kabupaten Lamongan

Tabel 5 Perkembangan alat tangkap di Kabupaten Lamongan tahun 2004-2008

No Alat Penangkapan Ikan/ Fishing Gear

Tahun

2004 2005 2006 2007 2008

1 Pukat cincin (purse seine) 271 271 422 593 492

2 Payang 568 560 735 1948 1950

3 Rawai (bottom longline) 2360 2360 2460 2614 2614

4 Dogol 3574 2569 2381 2843 2843

5 Jaring insang (gillnet) 710 795 865 916 1016

6 Lain-lain (collecting devices) 243 233 237 257 298

Jumlah 7726 6788 7100 9171 9213

Sumber : Dinas Perikanan, Kelautan dan Peternakan Kabupaten Lamongan 2008.

(26)

12

Kabupaten Lamongan mengalami penurunan pada tahun 2005, namun pada tahun selanjutnya terus mengalami peningkatan. Dilihat dari jumlahnya, dogol di Kabupaten Lamongan merupakan alat tangkap yang dominan, dengan jumlah sekitar 50% dari semua alat tangkap yang ada.

Tabel 6 Jumlah kunjungan kapal yang bongkar di PPN Brondong tahun 1999-2008

No. Tahun Jumlah Tonase ( GT )

< 10 20- 30 21 – 30 31 – 50

1 1999 41.787 33.554 1.523 6.674 36

2 2000 33.762 25.477 1.598 6.585 102

3 2001 37.034 25.438 4.837 6.667 92

4 2002 15.133 4.889 4.151 5.953 140

5 2003 14.557 606 9.971 3.824 156

6 2004 18.195 9.075 7.342 1.778 0

7 2005 24.245 13.502 9.268 2.025 450

8 2006 21.056 8.346 11.506 1.104 100

9 2007 24.379 9.325 13.455 1.504 95

10 2008 22.327 8.941 12.665 707 14

Jumlah kunjungan kapal di PPN Brondong berdasarkan ukurannya terjadi peningkatan pada ukuran 10-20 GT tetapi pada tahun 2004 sempat mengalami penurunan pada tahun 2007. Sedangkan ukuran ≤ 10 GT, 21-30 GT, 31-50 GT cenderung mengalami penurunan.

Berdasarkan Tabel 3, 4, 5, dan 6 hasil data yang diperoleh tersebut bukan merupakan pengaruh dari dampak adanya pembangunan kegiatan yang berbasis di pesisir. Data tersebut diindikasi karena kapal-kapal yang mendaratkan hasil tangkapan dan bersandar di PPN Brondong maupun PPI lainnya tidak hanya berasal dari Lamongan dan kapal-kapal tersebut tidak melakukan penangkapan di perairan Lamongan.

(27)

13

dibelakang rumah mereka tetapi saat ini ruang untuk bersandar menjadi terbatas karena adanya pembangunan kegiatan industri yang menyebabkan kapal-kapal ukuran lebih dari 10 GT harus bersandar di PPN atau PPI karena dianggap mengganggu aktiitas bahari lainnya. Kapal pancing rawai dan pengumpul tidak berpengaruh karena kapal mereka tidak terlalu banyak memakan ruang dan umumnya kapal yang mereka gunakan adalah kapal berukuran kecil > 10GT.

Lintasan pelayaran dan daerah penangkapan ikan tidak berpengaruh bagi kapal-kapal besar, tetapi kapal yang berukuran kecil merasa terganggu karena apabila kapal yang hendak menuju pelabuhan LIS dan menunggu antrian masuk pelabuhan LIS maka kapal nelayan tidak boleh melakukan penangkapan di area tersebut.

Berdasarkan hasil skor dapat dilihat bahwa armada penangkapan ikan yang berdampak paling besar yaitu armada jaring insang (gillnet) untuk peringkat kedua adalah armada rawai dan pengumpul karena umumnya merupakan armada penangkapan ikan yang berukuran kecil. Sedangkan untuk armada dogol, purse seine dan payang tidak berpengaruh.

Perkembangan pembangunanindustri pesisir di Kabupaten Lamongan

Perkembangan industri pariwisata

Parwisata adalah salah satu sektor kegiatan yang diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pemulihan ekonomi Indonesia. Pembangunan pariwisata bahari pada hakekatnya adalah upaya mengembangkan dan memanfaatkan objek dan daya tarik wisata bahari di seluruh pesisir dan lautan Indonesia, berupa kekayaan alam yang indah (pantai), keragaman flora dan fauna, seperti terumbu karang dan berbagai jenis ikan hias yang diperkirakan sekitar 263 jenis (Dahuri 2003).

(28)

14

(c ) (d)

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 4 Kegiatan wisata di pesisir Lamongan (a) Monument van der Wijck; (b) Maharani ; (c) Pantai pasir putih ; (d) Sunan drajat.

(a) (b)

Gambar 5 Obyek wisata yang memerlukan area perairan untuk beraktivitas (a) Batu kodok ; (b) Wisata Bahari Lamongan.

(29)

15

Perkembangan Industri pengolahan perikanan dan non perikanan

Kawasan industri yang berdiri di pesisir Kabupaten Lamongan disebut Lamongan Integrated Shorebase (LIS), tepatnya terletak di Desa Paciran. Kawasan inimerupakan lokasi bagi industri yang memproduksi komoditasekspor dan impor migas serta fasilitas pergudangan, selain fasilitas bongkar muat kapal.Kawasan industri ini berdiripadatahun 2003dengan luas daratan 92,28 hektar. Selain industri LIS, Kabupaten Lamongan juga memilikikawasan industri lain, sepertiarea dimana tujuh industri cold storage dan pengolahan ikan berada. Di kawasan ini terdapat unit usaha berupa KUD Mina Tani, PT Bahari Biru Nusantara, PT QL Hasil Laut dan UD ANELA yang berada di Kecamatan Brondong dan industri pengolahan ikan yang dilakukan oleh PT Starfood Internasional, PT Enam Delapan Sembilan dan PT Hasil Alam Tani Nelayan Indonesia (HATNI) di Desa Paciran. Kecuali UD ANELA yang berorientasi pasar di dalam negeri, 6 industri lainnya memasarkan produk olahannya hingga ke manca negara, seperti Malaysia, Jepang, Korea, Amerika dan beberapa negara di Eropa.

Jumlah pegawai yang bekerja di kawasan industri LIS saat penelitian dilakukanadalah 269 karyawan, diantaranya adalah 20 orang pemilik lahan yang sekarang dipekerjakan oleh manajemen LIS, 100 orang pekerja lokal dan sisanya pekerja yang berasal dari luar Kabupaten Lamongan. Industri pengolahan ikan umumnya memperkerjakan penduduk lokal (Arif 2014).

(30)

16

Perkembangan industri transportasi laut di Lamongan

Menurut Dinas Perhubungan Kabupaten Lamongan tahun 2013 kegiatan pelabuhan transportasi laut merupakan transportasi yang melayani rute Paciran – Bawean dan Paciran Surabaya. Pelabuhan transportasi laut berdiri sejak tahun 2004 di bawah pengawasan Dinas Perhubungan Kabupaten Lamongan. Pembangunan Dermaga Paciran ini dilatarbelakangi karena adanya permintaan (demand) angkutan penyeberangan dari Jawa Timur ke Kalimantan, Sulawesi, NTT dan NTB. Belum ada dermaga khusus angkutan penyeberangan antar pulau di Jawa Timur, yang sementara ini masih bersandar pada fasilitas dermaga milik PT. Pelindo III. Pelabuhan Tanjung Perak melayani angkutan penyeberangan dari Jawa Timur ke Kalimantan dan Sulawesi. Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi menimbulkan harapan Jawa Timur akan menjadi pusat transportasi laut menuju Indonesia Timur.

Gambar 7 Kegiatan transportasi laut rute Paciran-Bawean dan Paciran - Surabaya.

PengaruhKegiatan Perikanan Tangkap terhadapPembangunan Industri pesisir di Kabupaten Lamongan

Perikanan tangkap terhadap pembangunan pariwisata

(31)

17

menjadi terbatas di beberapa sektor, serta ancaman menurunnya kualitas perairan karena pencenaran akibat kunjungan wisatawan.

Kegiatan pariwisata yang terdapat di pesisir kabupaten Lamongan diantaranya wisata yang memiliki daya tarik kekayaan atraksi sumberdaya alam yaitu wisata pantai pasir putih dan wisata alam tanjung batu kodok. Selain itu, adapula jenis kegiatan yang telah dikembangan oleh pemerintah dan swasta seperti Wisata Bahari Lamongan (WBL) yang merupakan wisata berbasis wisata pantai (seaside tourism), wisata budaya (culture tourism), wisata alam (ecotourism), dan wisata olah raga (sport tourism). diantaranya terdapat wisata pemancingan, berenang, ski air, perahu kano, sepeda air,berlayar, dan rekreasi pantai.

Adanya kegiatan pariwisata bahari yang memerlukan ruang untuk melakukan kegiatan di wilayah pesisir Lamongan membuat para nelayan pengumpul dan kapal-kapal <10GT berpindah tempat untuk mencari lokasi fishing ground yang lebih jauh dan aman untukruang menangkap ikan atau area untuk memasang alat tangkap dan meletakkan peralatan penangkapan ikan. Adanya kegiatan pariwisata juga membuat nelayan kapal kecil kesulitan untuk melintasi kawasan tersebut karena peraturan yang membatasi untuk melintasi kawasan wisata tersebut.

Dampak lain terhadap perikanan tangkap adalah berpindahnya mata pencaharian. Sebelum adanya pembangunan lokasi pariwisata, masyarakat pesisir Lamongan umumnya bermata-pencaharian sebagai nelayan. Namun setelah adanya pembangunan pariwisata tersebut banyak masyarakat pesisir yang beralih profesi, misalnya sebagai penyedia layanan transportasi menuju lokasi wisata, sebagai pedagang oleh-oleh, bahkan adapula yang beralih profesi menjadi pemandu wisata. Hal ini berarti ada pengalihan tenaga kerja dari sektor perikanan ke sektor lainnya.

Perikanan tangkap terhadap kegiatan industri non peikanan

Kegiatan industri yang dikenal di kabupaten Lamongan selain industri pengolahan perikanan adalah Lamongan Integrated Shorebase (LIS). Kegiatan industri ini mencakup kegiatan ekspor dan impor migas dan penyedia pergudangan, selain itu terdapat juga jasa fasilitas bongkar muat kapal di dermaga tersebut.Salah satu pendorong ekonomi suatu daerah adalah kemajuan industrinya. Adapun dampak yang ditimbulkan dari kemajuan industri tersebut seperti dampak positif dan negatif. Dampak positif adanya industri adalah perkembangan kawasan menjadi lebih maju dan penduduk setempat mendapat manfaat misalnya karena ada lapangan pekerjaan baru, infrastruktur menjadi lebih baik dan sebagainya. Namun , adanya kegiatan industri tersebut malah berdampak negatif.

Adanya kegiatan industri tersebut mengakibatkan berapa kendala bagi nelayan kapal cantrang yang berukuran >10GT serta nelayan kapal-kapal kecil. Kebijakan yang diterapkan Pemerintah adalah memberikan kemudahan dan keselamatan bagi kapal-kapal tongkang yang hendak berlabuh menuju dermaga LIS. Oleh karena itu, kapal-kapal ikan harus mengalah.

(32)

18

menyulitkan nelayan yang mengoperasikan kapal-kapal kecil karena daerah tersebut sebelumnya merupakan daerah penangkapan ikan mereka. Kawasan tersebut telah ditutup untuk kepentingan dan keamanan pihak kawasan industri. Kapal-kapal ikan yang sebelumnya beroperasi disekitar perairan tersebut harus mencari daerah penangkapan ikan alternatif.

Selain kawasan industri LIS, kawasan industri pengolahan perikanan yang terdapat di pesisir juga diduga menjadi penyebab populasi ikan di pesisir menurun karenalimbah industri dibuang langsung ke laut.Beberapa jenis limbah yang dihasilkan kegiatan rumah tangga dan industri adalah limbah padat (lumpur, sampah), air kakus (black water),air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water). Nelayan-nelayan pengumpul mengindikasi faktor limbah ini menyebabkan pendapatan dari usahanya semakin berkurang. Menurut Rancak 2013, limbah tersebut dapat menimbulkan degradasi lingkungan.

Penurunan produksi ikan di pesisir kabupaten Lamongan dialami nelayan payang ukuran > 20 GT dan nelayan rawai. Hal ini membuat nelayan payang untuk berpindah ke lokasi lain yang lebih jauh sehingga diperlukan waktu tempuh yang lebih panjang. Daerah penangkapan sebelum adanya pembangunan kawasan industri tersebut rata-rata jauhnya hanya sekitar 5 mil sampai 10 mil tetapi setelah adanya pembangunan kawasan industri serta pembangunan lain nya menjadi lebih dari 50 mil. Pengaruh kegiatan industri juga menyebabkan sejumlah nelayan beralih profesi. Namun hal ini tidak terlalu berpengaruh terhadap kegiatan perikanan tangkap karena jumlah nelayan setiap tahunnya juga meningkat akibat ada nelayan baru.

Perikanan tangkap terhadap kegiatan transportasi laut

Kabupaten Lamongan memiliki pelabuhan transportasi laut untuk mengalayani angkutan penumpang yang tepatnya berada di desa Paciran. Infrastruktur tersebut berupa dermaga Kawasan tersebut jaraknya dari bibir pantai kurang lebih 1 mil. Daerah tersebut tidak terdapat peraturan bagi yang melintas. Banyak nelayan yang memarkir kapalnya disekitar daerah tersebut. Pelabuhan transportasi ini beroperasi tidak setiap hari, saat ini hanya melayani setiap satu pekan bagi para perantau dari Surabaya.Kegiatan transportasi laut ini tidak terlalu mempengaruhi kegiatan perikanan tangkap di kabupaten lamongan sehingga nelayan tetap dapat melakukan operasi daerah penangkapan disekitar kawasan pelabuhan transportasi tersebut hanya saja tidak memarkir kapalnya di sekitar dermaga pelabuhan.

(33)

19

Gambar 8 Hubungan interaksi antara perikanan tangkap dan pembangunan industri di pesisir Lamongan.

Pengaruh Kegiatan Industri terhadap Perikanan tangkap di Kabupaten Lamongan

Kegiatan industri merupakan salah satu pendorong perokonomian suatu daerah.Adapun pengaruh yang ditimbulkan dari kemajuan industry tersebut seperti pengaruh positif dan pengaruh negative. Dampak positif di satu posisi adalah perkembangan kawasan menjadi lebih maju dan penduduk setempat mendapat manfaat, misalnya karena ada lapangan pekerjaan baru infrastruktur menjadi lebih baik dan sebagainya.

Keberadaan industri yang berada dikawasan pesisir memiliki pengaruh terhadap keberadaan kegiatan perikanan tangkap. Adanya hal ini mengakibatkan mengakibatkan sedikit terganggunya alur pelayaran untuk merapatnya kapal tongkang yang hendak berlabuh menuju LIS dan sebaliknya harus menjaga jarak agar tidak bersinggungan dengan kapal perikanan. Sebenarnya dalam hal ini alur perikanan sudah terdapat perda no. 6 tahun 2012 tentang batas wilayah perairan dengan jarak 5 km dari lokasi LIS kapal perikanan dilarang mendekati maupun menangkap ikan di kawasan tersebut. Peraturan ini juga diberlakukan sama pada lokasi kawasan pelabuhan transportasi bahwa kapal perikana dilarang bersandar atau memarkir kapalnya di area pelabuhan Paciran.

(34)

20

kegiatan perikanan karena jumlah tenaga kerja sector periknan setiap tahunnya bertambah cukup pesat.

Pengaruh lainnya seperti rumah tangga nelayan menjadi tidak hanya mengandalkan mata pencarian dari pekerjaan nelayan. Apaila cuaca buruk maka istri nelayan dapat mengandalkan penghasilan mereka dengan berdagang atau menjual barang lain, menjadi buruh, tukang cuci, menyewakan rumah penginapan dan sebagainya.Berdasarkan pegolahan data maka interaksi antara kegiatan industri pesisir dengan kegiatan perikanan tangkap di Kabupaten Lamongan terjadi dalam hal penggunaan ruang daratan, jasa akomodasi, tenaga kerja, suplai ikan atau produk olahan, dan penggunaan ruang di lautan dapat dilihat pada Gambar 8.

Konflik dan masalah yang sering dialami oleh nelayan

Sumberdaya perikanan khususnya perikanan tangkap pada dasarnya bersifat common property dan open acces, sehingga nelayan dapat menangkap di daerah manapun. Namun setelah adanya otonomi daerah maka perairan yang dapat dijadikan daerah penangkapan menjadi semakin sempit. Nelayan antar daerah saling tidak memperbolehkanmelakukan operasi penangkapan di wilayah 4 mil pada masing-masing daerahnya. Adanya pelanggaran-pelanggaran yang terjadi diantara kedua kelompok nelayan tersebut seringkali memicu konflik sosial.

Adapun konflik atau kendala yang biasa dihadapi oleh nelayan pesisir kabupaten Lamongan adalah perebutan daerah penangkapan ikan. Biasanya daerah penangkapan ikan yang lebih dari 2 mil merupakan kawasan bagi kapal-kapal >10GT sehingga apabila terdapat kapal-kapal-kapal-kapal kecil menangkap di kawasan tersebut akan menimbulkan konflik antar nelayan. Hal ini biasanya terjadi pada nelayan pancing rawai dengan nelayan purse seine.

Selain konflik antar nelayan, masyarakat pesisir kurang menghiraukan kebersihan lingkungan. Sebagai akibatnya adalah tercemarnya perairan pesisir Lamongan oleh sampah yang langsung di buang di belakang pemukiman mereka, yaitu laut. Masyarakat tersebut menjadikan laut sebagai tempat pembuangan akhir sampah. Meskipun pemerintah telah menerbitkan peraturan dan sanksi tetapi hal ini tidak dihiraukan oleh masyarakat setempat. Pencemaran ini menyebabkan menurunnya kualitas perairan.

Pembahasan

(35)

21

untuk meminimalisir terjadinya konflik adalah melakukan identifikasi potensi konflik antar stakeholder.

Kegiatan pariwisata bahari merupakan kegiatan yang mendorong upaya konservasi karena obyek wisata harus tetap menarik perhatian wisatawan. Namun, pariwisata juga dapat berdampak buruk jika tidak ada pengendalian terhadap pengunjung, misalnya melebihi daya dukung (Dahuri 2003). Beberapa wahana permainan yang ada di Wisata Bahari Lamongan (WBL) yang memanfaatkan perairan seperti kano,banana boat, dan berenang membutuhkan kualitas air yang tidak tercemar agar tidak membahayakan kesehatan wisatawan. Kondisi perairan yang tercemar juga akan mengurangi keindahan oyek wisata. Ancaman lainnya yang berpeluang menimbulkan dampak serius yang terjadi adalah menurunnya kualitas perairan setempat akibat air buangan dan sampah pengunjung sehingga habitat ikan menjadi terganggu karena pencemaran. Aspek lingkungan merupakan bagian terpenting yang harus diperhatikan dalam kegiatan pariwisata. Kegiatan pariwisata dikatakan berhasil apabila terpenuhinya manfaat preservasi lingkungan terlaksana dengan baik.

Perkembangan industri pelayaran khususnya transportasi laut sangat berperan dalam melayani perpindahan manusia, barang dan jasa baik dari dalam maupun luar negeri (Dahuri 2003). Adanya pembangunan prasarana dan sarana transportasi laut sebagai upaya untuk mengoptimumkan peluang pembangunan kelautan. Beroperasinya pelabuhan penyeberangan Paciran tentunya akan banyak keluar masuk kapal motorpenumpang menuju dan meninggalkan perairan Lamongan. Berdasarkan data statistik tahun 2012, jumlah armada perikanan yang ada di Kabupaten Lamongan sebanyak 7.527 baik berupa kapal motor maupun motor tempel. Adanya jumlah armada yang sangat banyak tentunya lalu lintas laut akan semakin padat sehingga dalam hal ini diperlukan penetapan alur kapal perikanan, alur kapal penyeberangan, dan alur kapal barang industri.

Menurut Rancak (2013) adanya daerah pemukiman yang berdekatan dengan industri menyeababkan pencemaran air dan pencemaran udara yang mengganggu kesehatan. Sehingga perlu diperhatikan dalam pemberian izin pendirian usaha baik industri pengolahan skala rumah tangga maupun skala besar.

Pengaruh perubahan daerah penangkapa ikan berdampak pada jumlah konsumsi bahan bakar yang meningkat. nelayan dalam hal ini mensiasati dengan menggunakan bahan bakar solar bekas dan mengurangi jumlah solar murni sehingga menekan biaya pengeluaran, dengan demikian penghasilan yang didapat masih menguntungkan.

(36)

22

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Adanya kegiatan industri mempengaruhi kegiatan perikanan tangkap di pesisir Lamongan. Pengaruh yang ditimbulkan oleh kegiatan industri tidak selalu sama, tergantung pada ukuran kapal, jenis alat penangkapan ikan dan daerah operasi penangkapan ikan. Jenis kapal yang menggunakan alat tangkap dogol, purse seine, dan payang yang memiliki ukuran besar yaitu > 10 GT tidak berpengaruh terhadap kegiatan industri di pesisir Lamongan, tetapi jenis kapal yang menggunakan alat tangkap rawai dan alat tangkap pengumpul dengan ukuran kecil yaitu < 10 GT memiliki pengaruh yang cukup besar seperti jumlah produksi hasil tangkapan yang menurun, dan lokasi daerah penangkapan yang lebih jauh dari lokasi sebelum adanya pembangunan kegiatan industri di pesisir Kabupaten Lamongan. Sedangkan adanya kegiatan perikanan tangkap tidak berpengaruh terhadap kegiatan industri di pesisir Lamongan.

Saran

Perlu adanya kejelasan wilayah yang diperbolehkan untuk sandar maupun dilalui oleh kapal penangkap ikan dan pemenuhan persyaratan bagi rumah tangga nelayan seperti ketersediaan modal, keterampilan dan kemampuan yang dimiliki dari masing-masing individu, jiwa kewirausahaan, ketersediaan lahan, dan perizinan agar dapat menambah pendapatan ekonomi karena adanya peluang dari pembangunan industri di wilayah pesisir.

DAFTAR PUSTAKA

Arif. 2014 Apr 11. Pekerja lokal dominasi MAZOOLA. Jawa Pos . Rubrik Opini;4 (kol 2-1)

Anaz. B 2012.Gambaran Umum Kabupaten Lamongan. [Internet].[diunduh 2014 sept 20] Tersedia pada:www.lamongankab.go.id

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Jumlah Kunjungan Wisata di Kabupaten Lamongan. Lamongan (ID):BPS

Dahuri, R. 2003. Paradigma Baru Pembangunan Indonesia Berbasis Kelautan. Orasi Ilmiah. Bogor (ID) : IPB Pr.

Darsono, E. 2014. Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan. [Internet]. [diunduh 2015 Jan 30] Tersedia pada: www.eastjava.com

Dinas Perhubungan Kabupaten Lamongan. .2013. Infrastuktur Pelabuhan Transportasi Laut Paciran. Lamongan

(37)

23

Dzulikar, R. 2008. Kontribusi Sektor Perikanan Terhadap Pendapatan Asli di Kabupaten Lamongan. [Skripsi]. Malang (ID) : Universitas Brawijaya. Fidzikri, F. 2012. Ekspansi Industrialisasi di Kabupaten Lamongan. [Internet].

[diunduh 2014 Sept 14] Tersedia pada:www.paciranlamongan.com

Karya, A P. 2013. Pengambilan Sampel. [Internet]. [diunduh 2015 Feb 22] Tersedia pada: www.file.upi.edu

Kountur, R. 2007. Metode Penelitian untuk penulisan Skripsi dan Tesis, edisi revisi. Jakarta (ID) : penerbit PPM.

Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia. 63-64

Pemerintah Kabupaten Lamongan. 2014. Potensi Perikanan Kabupaten Lamongan. [Internet]. [diunduh 2015 jan 29] Tersedia pada: www.lamongan.go.id

Peraturan Daerah Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2012 tentang Pengelolaan dan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.

Prambudi, S. 2014. Analisis Hasil Tangkapan Sampingan Kapal Cantrang di PPN Brondong.[Skripsi] Malang (ID) : Universitas Brawijaya.

(38)

24

LAMPIRAN

Lampiran 1 Peta lokasi penelitian

Lampiran 2 Produksi hasil tangkapan ikan di PPN Brondong tahun 1999-2008

Lampiran 3 Tabel Perhitungan skoring Ruang

bersandar Kapal

Lintasan Pelayaran

Daerah Penangkapan

Ikan Jumlah Pembulatan

Dogol 3 1 1,25 5,25 5

Purse Seine 3 1 1 5 5

Gilnet 3 2,75 3 8,75 9

Gayang 3 1 1,25 5,25 5

Rawai 3 3 3 9 9

(39)

25

Lampiran 4 Jumlah dan jenis alat tangkap yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Brondong 2009-2013

No. Jenis Alat

Tangkap Keterangan 2009 2010 2011 2012 2013

1 Mini purse seine 20-30 GT 7 5 7 3 2

2 Dogol Besar 10-20 GT 1011 924 1011 1.035 1.197

3 Dogol Kecil < 10 GT 273 410 273 20 27

4 Payang besar 10-20 GT 4 49 4 - 2

5 Rawai <10 GT 50 52 50 186 247

6 Gill net 10-20 GT 3 - 3 2

-7. Lain – lain

/collecting <10 GT

--

--

-J u m l a h 1.348 1.440 1.348 1.246 1.475

Lampiran 5 Gambaran kondisi perikanan dan kegiatan lain di pesisir Kabupaten Lamongan.

Unit Penangkapan Purse seine Unit Penangkapan Gillnet

(40)

26

Unit Penangkapan Rawai Unit Penangkapan Pengumpul

Kegiatan Trip

(a) Persiapan dari PPN Brondon

(b)Setting

(41)

27

Hasil Tangkapan

Kegiatan Pariwisata

(42)

28

Kegiatan Transportasi Pelabuhan

Lampiran 6 jumlah kunjungan kapal di PPN Brondong tahun 2009-2013

No. Jenis Alat Tangkap 2009 2010 2011 2012 2013

1 Purse seine 9 50 9 9 2

2 Dogol Besar 6.057 8.624 6.057 6397 6.305

3 Dogol Kecil 6.835 9.526 6.835 4128 2.037

4 Payang besar 4 162 4 0 10

5 Rawai 509 632 509 587 771

6 Gill net 3 0 3 2 0

7. Lain – lain /collecting 352 687 352 411 349

(43)

29

Lampiran 7 Jumlah nelayan berdasarkan jumlah kapal yang bongkar di PPN Brondong tahun 2009-2013

3. Dogol Harian 273 6 163.848

4. Payang 4 12 350

No. Jenis Alat Tangkap Jumlah kapal Perikanan (Unit)

Jumlah Nelayan / Kapal (orang)

Jumlah Nelayan (orang)

1. Mini purse seine 5 25 125

2. Dogol Mingguan 924 10 9.240

3. Dogol Harian 410 6 2.460

4. Payang 49 12 588

No. Jenis Alat Tangkap Jumlah kapal Perikanan (Unit)

Jumlah Nelayan / Kapal (orang)

Jumlah Nelayan (orang)

1. Mini purse seine 7 25 175

2. Dogol Mingguan 1.011 10 10.110

3. Dogol Harian 273 6 1.638

4. Payang 4 12 48

5. Rawai 50 7 350

6. Gill net 3 6 18

7. Collecting 88 7 616

(44)

30

2012

No. Jenis Alat Tangkap

Jumlah kapal Perikanan (Unit)

Jumlah Nelayan / Kapal (orang)

Jumlah Nelayan

(orang)

1. Mini purse seine 3 25 75

2. Dogol Mingguan 1.035 10 11.350

3. Dogol Harian 20 5 100

4. Payang - -

-5. Rawai 186 7 1.302

6. Gill net 2 6 12

7. Collecting 143 7 1.001

J u m l a h 1.389 12.840

2013

No. Jenis Alat Tangkap

Jumlah kapal Perikanan (Unit)

Jumlah Nelayan / Kapal (orang)

Jumlah Nelayan

(orang)

1. Mini purse seine 2 25 50

2. Dogol Mingguan 1.197 10 11.970

3. Dogol Harian 27 5 135

4. Payang 2 8 16

5. Rawai 247 7 1.729

6. Gill net - -

-7. Collecting 102 7 714

(45)

31

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 30 April 1993 dari ayah Sukarji dan ibu Endah Wulandari. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Nganjuk dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

(46)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikanskripsi dengan judul Interaksi Perikanan Tangkap denganBeberapa Kegiatan Industri di Pesisir Kabupaten Lamongan. Hasil penelitian ini diajukan untuk memperoleh gelar sarjana dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Institut Pertanian Bogor, yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh studi di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap.

2. Dr Ir M.Fedi A. Sondita, MSc sebagai dosen pembimbing akademik sekaligus pembimbing skripsi yang telah memberikan motivasi, bimbingan, serta pengarahan selama masa akademik dan dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi.

3. Dr Ir Sugeng Hari Wisudo, MSi sebagai dosen pembimbing skripsi anggota yang memberikan bimbingan serta pengarahan dalam penelitian maupun penyusunan skripsi.

4. Dr Ir Anwar Bey Pane, DEA sebagai dosen penguji tamu dan Dr Ir Iin Solihin, MSi sebagai komisi pendidikan departemen yang memberikan saran dan arahan dalam perbaikan skripsi.

5. Papa dan Mama (Sukarji dan Endah Wulandari), Adik (Hafizhuddin Al Hazmi) dan (Bahiirah Hasnaa Huwaidah), serta keluarga besar yang selalu memberikan doa, dukungan, dan motivasi untuk penulis.

6. Teman-teman seperjuangan selama kegiatan akademik dan Keluarga PSP 47 yang selalu memberikan kebersamaannya selama perkuliahan.

7. Kepala PPN Brondong beserta staff dan nelayan warga Lamongan yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.

8. Serta pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Saran dan kritik atas skripsi ini sangat diharapkan demi kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Bogor, Februari 2015

(47)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat 2

Peralatan Penelitian 2

Metode Penelitian 3

Jenis dan Metode Pengambilan Data 3

Pengolahan dan Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Hasil 6

Kondisi pesisir kabupaten Lamongan 6

Kondisi perikanan tangkap di pesisir kabupaten Lamongan 8 Perkembangan pembangunan industri pesisir di Kabupaten Lamongan 13 Pengaruh perikanan tangkap terhadap pembangunan industri pesisir di

Kabupaten Lamongan 16

Pengaruh kegiatan industri pesisir terhadap perikanan tangkap di Kabupaten

Lamongan 19

Konflik dan masalah 20

Pembahasan 20

SIMPULAN DAN SARAN 22

Simpulan 22 Saran 22

DAFTAR PUSTAKA 22

LAMPIRAN 24

(48)

DAFTAR TABEL

1 Jenis data teknik pengambilan dan sumber data penelitian 4 2 Perkembangan pembangunan kawasan pesisir Kabupaten Lamongan 7 3 Perkembangan perikanan tangkap di pesisir Kabupaten Lamongan 10 4 Produksi perikanan tangkap menurut pelabuhan dan nilai produksi di

kabupaten Lamongan tahun 2008 11

5 Perkembangan alat tangkap di Kabupaten Lamongan tahun 2004-2008 11

6 Kunjungan kapal di PPN Brondong 1999-2008 12

7 Skor dampak pembangunan kegiatan maritim terhadap 6 jenis unit

penangkapan ikan 12

DAFTAR GAMBAR

1 Sketsa kondisi perubahan pesisir di Kabupaten Lamongan 6

2 Kondisi pesisir Kabupaten Lamonagan 8

3 Produksi ikan dari enam jenis alat tangkap di PPN Brondong 9

4 Kegiatan wisata di pesisir Kabupaten Lamongan 14

5 Obyek wisata yang memerlukan area perairan untuk aktivitas 14 6 Kegiatan industri Lamongan Integrated Shorebase 15

7 Kegiatan transportasi rute Paciran - Bawean 16

8 Hubungan interaksi antara perikanan tangkap dan pembangunan

industri pesisir di Kabupaten Lamongan 19

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lokasi Penelitian 24

2 Produksi hasil tangkapan PPN Brondong 1999-2013 24 3 Tabel perhitungan skoring pengaruh pembangunan industri 24

4 Jumlah dan jenis alat tangkap 25

5 Kondisi Perikanan Tangkap 25

6 Kegiatan Wisata 27

7 Kegiatan Industri 27

8 Kegiatan Transportasi pelabuhan Paciran 28

9 Kunjungan Kapal 28

(49)
(50)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lamongan adalah sebuah kabupaten di pantai utara Jawa Timur. Sebelah utara wilayah Kabupaten ini dibatasi oleh Laut Jawa sedangkan di sebelah timur oleh Kabupaten Gresik, di sebelah selatan oleh Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Jombang, serta di sebelah barat dibatasi oleh Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban. Laut Jawa memiliki potensi perikanan tangkap yang sudah dimanfaatkan nelayan di sepanjang pantai utara Jawa, termasuk nelayan yang bermukim di pesisir Lamongan. Armada penangkapan ikan di Kabupaten Lamongan didominasi oleh kapal-kapal ikan yang mengoperasikan dogol,payang, pukat cincin (purse seine), pancing rawai (bottom longline),jaring insang hanyut (drift gillnet), dan pengumpul (collecting devices).Infrastruktur perikanan tangkap yang saat ini tersedia di pantai Lampongan yang panjangnya47 km adalah satu pelabuhan perikanan kategori Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) di Brondong dan empat pelabuhan perikan kategori Pangkalan Pendaratan ikan (PPI) di Lohgung, Labuhan, Kranji, dan Weru (Pemkab Lamongan 2014). PPN Brondong adalah salah satu pelabuhan perikanan terbesar di Jawa Timur.Produksi ikan yang didaratkan pada tahun 2013 di pelabuhan tersebut sebanyak 58.145 ton. Volume produksi tersebut menunjukkan bahwa nelayan di sekitarnya memiliki sumber mata pencaharian yang baik (Prambudi 2014).

Dalam waktu 10 tahun terakhir, di pesisir Kabupaten Lamongan telah terjadi pembangunan fisik berupa pengembangan kawasan pariwisata, kawasan industri dan dermaga penumpang. Pariwisata di kabupaten ini berkembang dengan adanya pembangunan kawasan Wisata Bahari Lamongan (WBL)yangterletak di Kecamatan Paciran, tidak jauh dari PPN Brondong dan 4 PPI. Kawasan ini terletak lokasi strategis, yaitu di tepi jalur utama jalan pantai utara atau jalan Raya Daendelsyang menghubungkan Anyer di Banten dan Panarukan di Jawa Timur. Obyek wisata di pesisir kabupaten ini adalah pantai pasir putih, perairan di depannya serta obyek wisata yang telah lama dikenal dengan nama Batu Kodok.Kegiatan pariwisata bahari, seperti berenang, perahu kano, sepeda air, shuttle boat, dan wahana lainnya.

Sebuah kawasan industri telah dibangun untuk menyediakan fasilitas pergudangan (warehouse) sarana ekspor-impor bahan minyak dan gas (migas). Kawasan ini disebut Lamongan Integrated Shorebase(LIS). Kawasan industri ini juga dilengkapi dengan dermagakhusus untuk melayani pengangkutan barang-barang, termasuk migas. Sebuah dermaga khusus lain untuk melayani pengangkutan penumpang telah dibangun di desa Paciran; prasarana transportasi laut ini dikenal dengan nama Pelabuhan Paciran. Pelabuhan ini melayani kapal-kapal penumpang berkapasitas 50 orang untuk rute Bawean dan Paciran-Surabaya (Anaz 2012). Kegiatan transportasi barang dan penumpang memerlukan jalur dan kawasan untuk operasi, sandar kapal, dan bongkar muat setiap waktu dan harinya.

(51)

2

akan memberikan dampak pada industri yang ada di pesisir tersebut. Di satu sisi, dampak tersebut dapat mencakup pengurangan luasan daerah penangkapan ikan, perubahan unit penangkapan ikan, jumlah hasil tangkapan. Di sisi lain, perikanan tangkap dapat menyediakan tenaga kerja dan sarana untuk kegiatan wisata, suplai ikan untuk wisatawan dan para pekerja di industri pesisir, serta layanan jasa lain untuk para pekerja tersebut.

Pengetahuan tentang interaksidi antara kegiatan perikanan tangkap dan kegiatan lain di pesisir Kabupaten Lamongan sangat penting untuk mengelola perikanan tangkap secara harmonis di tengah pembangunan pesisir yang diperkirakan akan semakin gencar dilakukan berbagai pihak, tidak hanya di Lamongan tetapi juga di tempat-tempat lain di Indonesia. Dengan alasan itulah, penelitian ini dilakukan untuk menyediakan informasi dari studi kasus di Kabupaten Lamongan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruhkegiatan perikana tangkap terhadap kegiatan pariwisata, kawasan industri, dan transportasi laut di pesisir Kabupaten Lamingan dan pengaruh sebaliknya.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada semua pihak yang ingin mewujudkan hubungan harmonis antara kegiatan penangkapan ikan dengan kegiatan lainnya di pesisir Kabupaten Lamongan.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Kegiatan penelitian pendahuluan dilakukan pada bulan Januari 2014 untuk mengumpulkan informasi awal terkait kondisi perikanan Lamongan secara umum dan kondisi kegiatan lain yang ada di pesisir Kabupaten Lamongan secara khusus. Kegiatan penelitian utama untuk pengumpulan data dilaksanakan selama tiga minggu, sejak tanggal 17 Maret hingga 9 April 2014, di Lamongan, Jawa Timur. Daerah yang menjadi objek penelitian meliputi kawasan pesisir sepanjang pantai di Kecamatan Brondong dan Kecamatan Paciran yang meliputikawasan wisata bahari, kawasan pelabuhan transportasi, serta kawasan pelabuhan ekspor impor di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur (Lampiran 1).

Peralatan Penelitian

(52)

3 tulis, kamera serta alat rekam yang digunakan dalam membantu pengumpulan data dan pengolahan data. Peta tersebut digunakan untuk memudahkan responden dalam menjelaskan pendapatnya dan memudahkan peneliti dalam melakukan verifikasi. Kuesioner dirancang untuk mencatat respons atau tanggapan responden tentang kondisi umum perikanan/industri di pesisir dan interaksi di antara kegiatan perikanan tangkap dan industri pesisir.

Metode Penelitian

Pengumpulan data dilakukan melalui survei yang dilakukan peneliti dengan mendatangi lokasi penelitian, melakukan wawancara dengan nara sumber dan nelayan, serta mempelajari data sekunder yang tersedia. Dari survei ini peneliti akan dapat membuat deskripsi atau gambaran tentang kondisi umum perikanan tangkap, kondisi umum pembangunan di pesisir Lamongan, interaksi di antara kegiatan perikanan tangkap dan kegiatan industri di pesisir, serta mengetahui tanggapan nelayan terhadap dampak pembangunan pesisir terhadap kegiatannya (Nazir, 1988).

Jenis dan Metode Pengambilan Data

Data yang diambil selama penelitian ada 2 kelompok, yaitu data tentang perikanan tangkap dan data tentang kegiatan di pesisir meliputi pariwisata, kawasan industri dan pelabuhan transportasi. Data perikanan tangkap meliputidata daerah penangkapan ikan, data jenis alat tangkap, data jumlah alat tangkap, data jumlah hasil tangkapan,dan penggunaan ruang. Data tentang kegiatan pariwisata,industri non perikanan, dan transportasi laut meliputi data jumlah pekerja di kawasan industri, suplai ikan, dan penggunaan ruang di daratan maupun di lautan. Data tersebut diperoleh dari PPN Brondong dan Dinas Perikanan Kabupaten Lamongan serta narasumber dari masing-masing jenis industri.Jenis data, teknik pengambilan dan sumber data penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Narasumber dari kalangan petugas PPN Brondong dan PPI, Dinas Perikanan Kabupaten Lamongan, WBL dan LIS ditentukan secara purposive. Pendekatan ini dipilih dengan mempertimbangkan pengetahuan, lingkup tugas dan kesediaan untuk diwawancarai (Nazir 1988).

(53)

4

saat ini. Jika jumlah nelayan yang layak dijadikan responden kurang dari 4 orang, peneliti akan mencari nelayan dari kelompok lain yang juga ditentukan secara acak. Dengan cara demikian, penelitian ini mendapatkan informasi dari 24 orang nelayan, yaitu 4 orang dari masing-masing 6 jenis unit penangkapan ikan.

Interaksi di antara perikanan tangkap terhadap kegiatan dari 3 jenis industri ditentukan dengan melihat aliran barang atau jasa yang dihasilkan perikanan tangkap terhadap industri yang berbasis di pesisir dan sebaliknya, serta melihat pengaruh yang ditimbulkan dari keberadaan salah satu pihak terhadap pihak lain.Informasi tentang pengaruh ini dikumpulkan dalam bentuk respons atau tanggapan nelayan terkait ruang bersandar kapal, lintasan pelayaran, dan perpindahan daerah penangkapan ikan.

Tanggapan tersebut dicatat dan dikelompokkan dalam 3 kategori tanggapan, yaitu sangat berpengaruh (skor 3), cukup berpengaruh (skor 2), dan tidak berpengaruh (skor 1). Sebagai contoh, :

ƒ sangat berpengaruh (skor 3): setelah ada pembangunan, daerah penangkapan ikan harus pindah karena ada larangan beroperasi

ƒ cukup berpengaruh (skor 2): kapal besar dilarang beroperasi dan bersandar, namun kapal ikan kecil masih boleh beroperasi dan bersandar di pantai sama seperti sebelum ada pembanguan

ƒ tidak berpengaruh (skor 1): tidak ada perubahan sama sekali dalam praktek penangkapan ikan.

Tabel 1 Jenis data, teknik pengambilan dan sumber data penelitian

Jenis data Teknik pengambilan Sumber data Perikanan

(54)

5 Lanjutan...

Industri 1. Keadaan umum kawasan industri dan

Analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk mendeskripsikan hasil pengamatan sesuai dengan kenyataan di lapangan mengenai sesuatu yang diteliti. Persepsi nelayan skala kecil terhadap daerah penangkapan ikan dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif. Data yang diperoleh disusun melalui beberapa langkah yaitu editing, tabulasi dan analisis.

Informasi terkait pembangunan di kawasan pesisir Lamongan diolah dan dianalisis untuk membuat garis waktu atautimeline. Dari timeline ini dapat diketahui gambaran urutan perkembangan atau peristiwa yang terjadi pada perikanan tangkap dan pembangunan industri di pesisir Lamongan. Dalam penelitian dibuat 2 timeline, yaitu untuk perikanan tangkap dan untuk kegiatan industri pesisir.

(55)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kondisi pesisir di Kabupaten Lamongan

Wilayah pesisir kabupaten Lamongan terletak dipantai Utara Jawa. Kawasan pantai pesisirnya berada di Kecamatan Brondong dan Paciran dengan luas wilayah pesisir 131,41 km2, dengan panjang pantai mencapai 47 km (Pemkab Lamongan 2014). Kawasan pesisir Lamongan memiliki berbagai potensi diantarnya pertambakan, hutan mangrove, hatchery, dan industri perikanan lainya. Infrastruktur yang digunakan untuk menopang kegiatan ekonomi masyarakat nelayan seperti tempat pelelangan ikan (TPI) yang ada di desa Weru, Kranji, dan Brondong atau tempat sandar perikanan yang ada di setiap basis desa nelayan. Begitu juga dalam sektor industri memilki berbagai infrastruktur seperti LIS (Lamongan Integrated Shorebase) di dusun Kemantren, ASDP di dusun Tunggul, PT DOK, dan Wisata Bahari Lamongan (WBL) yang berpadu dengan wisata gua Maharani.

Adanya kondisi perubahan dan pembangunan dikawasan pesisir di Kabupaten Lamongan dalam 10 tahun terakhir baik disektor usaha produksi perikanan maupun industri tentu akan berdampak pada perubahan pemanfaatan potensi wilayah dan lingkungan maupun sosiologis masyarakatnya.

Gambar

Tabel 1 Jenis data, teknik pengambilan dan sumber data penelitian
Gambar 1 Sketsa kondisi perubahan pesisir di Kabupaten Lamongan
Tabel 2 Perkembangan pembangunan kawasan pesisir Lamongan
Gambar 2 Kondisi pesisir perairan Kabupaten Lamongan; (a) kegiatan wisata, (b)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Chatzoudi 8 dalam penelitiannya menyatakan mengenai efektifitas perawatan menggunakan chin cap menyatakan terjadi perubahan skeletal kelas III berupa: hubungan sagital

Angka perilaku masyarakat baik untuk cuci tangan berdasarkan Environmental Survey Program (ESP) tentang perilaku masyarakat terhadap kebiasaan mencuci tangan yang dilakukan

Menurut Harrel (2004;144) yang dikutip dalam modul praktikum simulasi Universitas Brawijaya mengartikan model merupakan representasi dari suatu sistem nyatta, dimana dalam

Mereka mengatakan, ini terbagi menjadi tiga macam; (1) kemungkinan mensyaratkan manfaat untuk dirinya pada barang yang dijualnya, (2) kemungkinan mensyaratkan kepada si

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh variabel total produksi jagung pipilan kering, total produksi beras jagung, harga

Sehingga pada saat ini diperlukan suatu sistem administrasi manajemen surat yang lebih terstruktur agar dapat mempercepat pencarian data yang ada dan pembuatan laporan, sehingga

Macam-macam HO pada CDMA... Soft dan

PHQMDODQNDQVXDWXSHUDWXUDQVHKLQJJDGDODP SHPEDKDVDQ LQL SHQXOLV DNDQ PHQFRED PDPEDKDVWHQWDQJSHQHUDSDQDWDXGDUL3DVDO D\DW GDQ D\DW GDUL SHUDWXUDQ PHQWHUL 1HJDUD DJUDULD 1R 7DKXQ