• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kolang-kaling merupakan olahan buah pohon aren atau enau (Arenga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kolang-kaling merupakan olahan buah pohon aren atau enau (Arenga"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang

Kolang-kaling merupakan olahan buah pohon aren atau enau (Arenga

pinnata (Wurmb) Merr). Salah satu kandungan didalamnya yang bisa kita

manfaatkan yaitu kandungan mineral kalsium. Laporan hasil uji LPPT mendapatkan kandungan kalsium dalam kolang-kaling segar cukup tinggi yaitu sebesar 40,050 mg/100 g, apabila dibandingkan dengan kalsium pada susu sapi segar sebesar 32,870 mg/100 g.

Salah satu manfaat kalsium yakni sebagai pembentuk tulang sehingga dapat mencegah oestoporosis dan menjaga kesehatan tulang. Selama ini kolang-kaling telah dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebelum dikonsumsi, kolang-kolang-kaling direbus terlebih dahulu dalam jumlah tertentu dan dikonsumsi rutin supaya khasiat untuk mencegah oestoporosis dan menjaga kesehatan tulang dapat dirasakan. Kebanyakan masyarakat merasa kesulitan dalam menyiapkan kolang-kaling. Ekstrak kolang-kaling diformulasi menjadi bentuk sediaan effervescent supaya masyarakat lebih mudah dan praktis dalam mengkonsumsinya.

Suplemen kalsium dari ekstrak kolang-kaling dibuat dalam bentuk sediaan tablet effervescent. Keuntungan bentuk sediaan ini dibanding sediaan lain, diantaranya dalam hal penyiapan larutan dalam waktu seketika yang mengandung dosis obat yang tepat, menghasilkan rasa yang enak dan mudah untuk digunakan

(2)

serta nyaman. Permasalahan dalam penelitian ini adalah tentang jumlah asam dan basa dalam formula.

Optimasi yang dilakukan adalah dengan memvariasi jumlah asam sitrat, asam tartrat dan basa natrium bikarbonat. Tablet effervescent biasanya diolah dari suatu kombinasi asam sitrat dan asam tartrat daripada hanya satu asam saja, karena penggunaan asam tunggal akan menyebabkan kesulitan dalam formulasi.

Asam sitrat dipilih dalam formula tablet effervescent ini karena mudah larut dalam air dan mudah diperoleh dalam bentuk granul. Penggunaan asam tartrat dalam formulasi tablet effervescent dikarenakan kelarutan nya yang lebih tinggi dari asam sitrat dan mudah diperoleh. Apabila asam tartrat sebagai asam tunggal, granul yang dihasilkan akan mudah kehilangan kekuatannya dan akan menggumpal (Ansel dkk., 2005). Asam tartrat dapat berfungsi sebagai pengatur pH dan menjadi pengawet (Anonim, 2013b). Penggunaan asam sitrat sebagai pemberi rasa asam, pengawet, pencegah rusaknya warna, aroma serta pengatur pH (Alikonis cit Kusumawati, 1979 ). Penggunaan asam sitrat tunggal akan menghasilkan campuran lekat dan sukar dibuat granul (Ansel dkk., 2005).

Rasio asam sitrat : asam tartrat sebesar 1:2. Rentang unsur asam yang umum digunakan dalam formula tablet effervescent adalah 0,5-50%. Asam sitrat dan asam tartrat tidak stabil terhadap pemanasan berlebih dan kelembaban (Anonim, 2013). Sumber basa digunakan natrium bikarbonat, sebagai bahan penghancur pada tablet effervescent (Ansel dkk., 2005). Selain sebagai sumber karbondioksida, Natrium bikarbonat dalam formulasi tablet effervescent juga berfungsi sebagai penstabil karena sifatnya yang nonhigroskopis (Lachman dkk,

(3)

1986). Natrium bikarbonat dapat mengalami dekomposisi karena adanya panas yaitu pada suhu di atas 120o C serta pada RH di atas 85% akan menyerap air dari lingkungan sehingga dapat mempengaruhi stabilitas tablet (Reynolds cit Wiyono, 1982). Rentang unsur basa yang umum digunakan dalam formula tablet

effervescent adalah 25-50% (Rowe dkk., 2009). Kontrol kualitas akan dilihat sifat

fisik granul dan sifat fisik tablet yang dihasilkan, sehingga akhirnya dapat diperoleh suatu formula sediaan tablet effervescent yang optimal, memenuhi persyaratan dan rasa yang lebih disukai masyarakat.

A. Rumusan Masalah

Berdasar latar belakang di atas, permasalahan dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh variasi jumlah asam sitrat, asam tartrat dan natrium bikarbonat dari komposisi tablet effervescent terhadap sifat fisik granul, sifat fisik tablet, dan rasa tablet effervescent?

2. Berapa proporsi asam sitrat, asam tartrat dan natrium bikarbonat yang menghasilkan formula optimum?

3. Bagaimana stabilitas fisik tablet effervescent formula optimum selama penyimpanan 1 bulan?

B. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh variasi jumlah asam sitrat, asam tartrat dan natrium bikarbonat dari komposisi tablet effervescent terhadap sifat fisik granul, sifat fisik tablet, dan rasa tablet effervescent.

2. Mengetahui proporsi asam sitrat, asam tartrat dan natrium bikarbonat yang menghasilkan formula optimum.

(4)

3. Mengetahui stabilitas fisik tablet effervescent formula optimum selama penyimpanan 1 bulan.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan memberikan informasi mengenai formula optimum tablet effervescent dari ekstrak kolang-kaling (Arenga pinnata (Wurmb) Merr) sehingga didapatkan tablet effervescent yang berkualitas dengan sifat fisik tablet terbaik dan rasa yang lebih disukai masyarakat.

D. Tinjauan Pustaka

1. Uraian buah aren / kolang-kaling (Arenga pinnata (Wurmb) Merr)

Gambar 1. Buah Kolang-kaling

www.sayangi.com

Arenga pinnata (Wurmb) Merr atau dikenal sebagai pohon aren, termasuk

dalam suku Arecaceae. Pohon ini tumbuh dan tersebar hampir di seluruh wilayah nusantara, khususnya di daerah-daerah perbukitan yang lembab, dan tumbuh secara individu maupun secara berkelompok (Sunanto cit Lempang, 1993). Aren sering tumbuh mulai dari permukaan laut sampai ketinggian 1.300 m di permukaan laut (Lempang, M., 2012).

(5)

Buah aren berupa buah buni, yaitu buah yang berair tanpa dinding dalam yang keras. Bentuknya bulat lonjong, bergaris tengah 4 cm. Tiap buah aren mengandung tiga biji. Buah aren yang setengah masak, kulit bijinya tipis, lembek dan berwarna kuning. Cadangan makanan (endosperm) berwarna putih agak bening dan lunak. Endosperma buah aren berupa protein albumin yang lunak dan putih seperti kaca kalau masih muda (Soeseno cit Lempang, 1992).

2. Ekstraksi a. Simplisia

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai bahan obat yang belum mengalami perubahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan (Departemen Kesehatan RI, 1979). Pada umumnya pembuatan simplisia melalui tahapan seperti berikut : pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, perajangan, sortasi kering, pengepakan, penyimpanan dan pemeriksaan mutu.

Simplisia dibedakan atas simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral). Sebelum dibuat dalam bentuk serbuk, simplisia nabati harus dibebaskan dari debu, pasir, atau pengotor lain yang berasal dari tanah maupun benda organik asing (Departemen Kesehatan RI, 1995).

b. Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi baku yang ditetapkan

(6)

(Departemen Kesehatan RI, 1995). Pembuatan ekstrak dimaksudkan agar zat berkhasiat yang ada di dalam simplisia terdapat dalam bentuk yang memenuhi kadar yang tinggi dan hal ini memudahkan zat berkhasiat diatur dosisnya. Metode dasar penyarian antara lain: maserasi, perkolasi, infundasi, dan penyarian berkesinambungan (Departemen Kesehatan RI, 1986).

1) Maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari (Departemen Kesehatan RI, 1986).

2) Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan (Departemen Kesehatan RI, 2000).

3) Infundasi

Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara menyari simplisia dengan air pada suhu 900C selama 15 menit. Infundasi adalah proses untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dan bahan-bahan nabati. Penyarian cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kapang dan kuman. Sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam (Departemen Kesehatan RI, 1986).

4) Penyarian Berkesinambungan

Penyarian berkesinambungan dengan alat soxhlet merupakan cara penyarian yang lebih baik, karena sari yang didapat lebih banyak dan juga penyari

(7)

yang diperlukan lebih sedikit dibandingkan dengan cara maserasi dan perkolasi (Departemen Kesehatan RI, 1986).

3. Tablet effervescent

Tablet effervescent yaitu tablet yang dibuat dengan cara mengempa bahan-bahan aktif dengan sumber asam dan sumber karbonat. Bila tablet effervescent dimasukkan dalam air, mulailah terjadi reaksi kimia antara sumber asam dan sumber karbonat sehingga membentuk garam natrium dari asam kemudian menghasilkan gas dalam bentuk karbondioksida. Reaksinya berjalan cukup cepat atau bisa kurang dari 1 menit. Di samping menghasilkan larutan yang jernih, tablet effervescent juga memberikan rasa yang enak karena adanya gas karbondioksida yang membantu memperbaiki rasa (Banker & Anderson, 1986). Tablet dilarutkan atau didispersikan dalam air sebelum pemberian. Tablet

effervescent harus disimpan dalam wadah tertutup rapat atau kemasan tahan

lembab, pada etiket tertera tidak langsung ditelan (Departemen Kesehatan RI, 2014).

Keuntungan tablet effervescent sebagai bentuk sediaan adalah penyiapan larutan dalam waktu seketika yang mengandung dosis obat yang tepat. Selain itu, tablet effervescent juga menghasilkan rasa yang enak karena adanya karbonat yang membantu memperbaiki rasa obat tertentu. Kerugian tablet effervescent ialah pemakaiannya agak terbatas, hal ini disebabkan karena untuk menghasilkan tablet

effervescent yang stabil secara kimia sangatlah sulit (Banker & Anderson, 1986).

Hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan bahan untuk tablet

(8)

Untuk alasan ini bentuk anhidrat dengan sedikit atau yang tidak menyerap air dan dengan partikel air terikat pada bentuk hidrat yang stabil dianjurkan untuk dipakai. Akan tetapi, sedikit air juga dibutuhkan untuk proses granulasi (Mohrle, 1980).

Garam-garam effervescent diolah dengan dua metode umum, yaitu metode peleburan (fusion method) dan metode basah. Adapun metode-metode tersebut adalah sebagai berikut :

1) Metode Peleburan (fusion method)

Metode peleburan (fusion methode) hampir digunakan dalam pengolahan semua serbuk effervescent yang diperdagangkan. Satu molekul air yang ada pada setiap molekul asam sitrat bertindak sebagai unsur penentu bagi pencampuran serbuk. Sebelum serbuk dicampur, kristal asam sitrat diserbuk terlebih dahulu agar mudah dicampur dengan serbuk lain. Alat untuk pencampuran harus terbuat dari stainless steel atau bahan lain yang tahan terhadap efek asam (Ansel dkk., 2005). Pencampuran dilakukan dengan cepat dan pada ruang dengan kelembaban rendah. Setelah proses pencampuran, bubuk diletakkan di atas piring (dish) yang sesuai di dalam oven pada suhu antara 34o C-40oC.

Panas menyebabkan lepasnya air kristal dari asam sitrat, sehingga menyebabkan sebagian campuran serbuk menjadi larut, terjadi reaksi kimia dan terlepasnya sebagian gas karbondioksida. Akibat dari hal ini adalah terbentuknya spon dari serbuk yang semula halus. Spon serbuk tersebut dapat dikeluarkan dari oven setelah mencapai kepadatan yang tepat untuk kemudian diayak dengan

(9)

ukuran sesuai keinginan. Granul mengering pada suhu tidak lebih dari 580C dan segera ditempatkan dalam wadah tertutup rapat (Ansel dkk., 2005).

2) Metode Basah

Metode basah berbeda dengan metode peleburan dalam hal sumber bahan pengikatnya yang bukan berupa air kristalisasi asam sitrat, tetapi berupa pengikat yang ditambah dengan alkohol sebagai pembasah (pembentuk massa lunak untuk granulasi). Pada metode ini, semua bubuk kemungkinan bersifat sebagai anhidrat selama air ditambahkan ke dalam cairan pembasah. Penambahan cairan hanya dibutuhkan secukupnya untuk menghasilkan massa dengan konsistensi tepat, kemudian granul yang dihasilkan dikeringkan sama seperti yang telah dijelaskan pada metode peleburan (Ansel dkk., 2005).

Pembuatan tablet effervescent memerlukan bahan tambahan. Bahan tambahan merupakan bahan penolong yang ditambahkan dalam formulasi suatu sediaan untuk berbagai fungsi dan tujuan tertentu. Bahan tembahan yang digunakan dalam pembuatan tablet effervescent antara lain :

a. Sumber Asam

Sumber asam meliputi food acid yaitu bahan yang mengandung asam atau yang dapat membuat suasana asam pada campuran effervescent. Sumber asam jika direaksikan dengan air akan terhidrolisa kemudian melepaskan karbondioksida.

Sumber asam yang umum digunakan dalam pembuatan tablet effervescent adalah asam sitrat dan asam tartrat. Rasio asam sitrat : asam tartrat sebesar 1:2. Rentang unsur asam yang umum digunakan dalam formula tablet effervescent adalah 0,5-50%. Asam sitrat tersedia dalam bentuk serbuk, bentuk free-flowing,

(10)

anhidrat dan bentuk monohidrat. Asam sitrat ini sangat higroskopis sehingga harus dijaga dari masuknya udara terutama bila disimpan dalam ruang dengan kelembaban yang tinggi. Asam tartrat juga digunakan dibanyak bentuk sediaan

effervescent. Asam tartrat banyak tersedia di pasaran, memiliki sifat lebih mudah

larut dibanding asam sitrat dan lebih higroskopis (Mohrle, 1980). b. Sumber Basa

Sumber basa digunakan sebagai bahan penghancur pada tablet effervescent (Ansel dkk., 2005). Sumber karbonat yang biasa digunakan dalam pembuatan tablet effervescent adalah natrium bikarbonat (NaHCO3) dan natrium karbonat (Na2CO3). Rasio natrium bikarbonat yang baik sebesar 3,5 (Ansel dkk., 2005). Rentang unsur basa yang umum digunakan dalam formula tablet effervescent adalah 25-50% (Rowe dkk., 2009). Natrium bikarbonat lebih banyak dipakai dalam pembentukan tablet effervescent. Natrium bikarbonat mempunyai kelarutan yang sangat baik dalam air, non higroskopis, serta tersedia secara komersil mulai bentuk bubuk sampai granul (Mohrle, 1980). Natrium bikarbonat dapat mengalami dekomposisi karena adanya panas yaitu pada suhu di atas 120o C serta pada RH di atas 85% akan menyerap air dari lingkungan dan menyebabkan dekomposisi dengan hilangnya karbondioksida sehingga dapat mempengaruhi stabilitas tablet effervescent (Reynolds cit Wiyono, 1982).

c. Bahan Pengikat

Bahan pengikat adalah bahan yang digunakan untuk mengikat serbuk menjadi granul atau menaikkan kekompakkan kohesi bagi tablet kempa langsung (Banker & Anderson, 1986). Bahan pengikat yang digunakan sebaiknya larut

(11)

dalam air antara lain dekstrosa, sorbitol, xylitol, dan laktosa (Lee, 2001). Penelitian ini menggunakan PVP 2% dalam alkohol sebagai pengikat. Rentang PVP yang diperbolehkan untuk dijadikan sebagai pengikat dalam tablet sebesar 0,5% - 5% (Rowe dkk., 2009).

d. Bahan Pengisi

Bahan pengisi dapat ditambahkan dengan pertimbangan memiliki kelarutan yang cepat, memiliki ukuran partikel yang mirip dengan komponen yang lain dalam tablet, serta memiliki bentuk kristal sehingga memiliki kompresibilitas yang besar. Tablet effervescent umumnya tidak membutuhkan adanya pengisi dan komponen dari bahan effervescent itu sendiri sudah tersedia dalam jumlah banyak (Mohrle, 1980). Maltodekstrin dipilih sebagai bahan pengisi dalam formula ini karena mudah larut dalam air dan dapat memperbaiki rasa (Rowe dkk., 2009).

e. Bahan Pelicin

Bahan pelicin atau lubrikan berfungsi untuk mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dan juga berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan (Departemen Kesehatan RI, 1995).

Pada umumnya lubrikan bersifat hidrofobik, sehingga cenderung menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu, kadar lubrikan yang berlebihan harus dihindarkan. Polietilenglikol dan beberapa garam lauril sulfat digunakan sebagai lubrikan yang larut, tetapi lubrikan yang seperti ini pada umumnya tidak memberikan sifat lubrikasi yang optimal dan diperlukan dengan kadar yang lebih tinggi (Departemen Kesehatan RI, 1995). PEG ≥ 6000

(12)

dipilih sebagai bahan pelicin karena mempunyai sifat alir yang bagus atau free

flowing, hidrofilik, stabil, dan nonhigroskopis. WHO menetapkan ADI

(Acceptable Daily Intake) untuk Polietilenglikol sebesar 10 mg/kg BB (Rowe dkk., 2009).

f. Bahan tambahan lain

Menurut Lee (2001), dalam pembuatan tablet effervescent dapat ditambahkan pewarna (buatan atau alami), pemanis (sakarin, aspartam), dan aroma. Tujuannya adalah untuk memperbaiki penampilan produk atau menutupi kekurangan bahan aktif. Tetapi yang paling penting untuk diperhatikan adalah bahan tersebut harus mudah larut dalam air agar tidak meninggalkan residu. Pemanis merupakan bahan tambahan yang digunakan dalam formula. Pemanis yang digunakan yaitu Aspartam. Bahan ini lebih manis 180-200 kali dibandingkan dengan sukrosa dan tidak memberikan rasa pahit setelah rasa manisnya, tetapi aspartam tidak stabil terhadap kelembaban (Ansel dkk., 2005). Aspartam merupakan pemanis buatan dengan nilai ADI (Acceptable Daily Intake) sebesar 40 mg/kg BB (Rowe dkk., 2009).

4. Kontrol Kualitas Effervescent a. Uji Sifat Fisik Granul

Pengukuran sifat fisik granul meliputi : 1) Waktu Alir

Waktu alir merupakan waktu yang diperlukan untuk mengalirkan sejumlah granul atau serbuk pada alat yang dipakai. Mudah tidaknya granul mengalir dipengaruhi oleh bentuk granul, sifat permukaan granul, densitas, dan kelembaban

(13)

granul (Fassihi & Kanfer, 1986). Umumnya, granul atau serbuk dikatakan mempunyai sifat alir yang baik dan mudah dilakukan penabletan jika untuk 100 gram granul atau serbuk mempunyai waktu alir kurang dari 10 detik (FDA, 2006). 2) Densitas massa

Densitas massa granul didapat dari pembagian massa granul dengan volume totalnya. Densitas massa tergantung dari bentuk granul. Granul bentuk bulat akan meningkatkan densitas massanya. Densitas massa mempengaruhi rasio kompresi yang berefek pada ketebalan tablet dan juga berpengaruh pada sifat alir (Banker & Anderson, 1986).

3) Kompaktibilitas granul

Kompaktibilitas granul menunjukkan kemampuan granul untuk memadat menjadi massa yang kompak. Uji ini menggunakan mesin tablet single punch dengan berbagai tekanan dari yang terendah ke yang tertinggi dengan mengatur kedalaman punch atas turun ke ruang die. Kompaktibilitas digambarkan dengan kekerasan tablet yang dihasilkan (Shotton dkk., 1976).

b. Uji Sifat Fisik Tablet Effervescent 1) Uji keseragaman bobot

Sepuluh tablet ditimbang satu per satu dengan neraca analitik. Bobot tablet dicatat, dihitung nilai presentase (%) dari target bobot tablet, dan dihitung nilai standar deviasi. Perhitungan nilai penerimaan (NP) berdasarkan rata-rata nilai presentase dari target bobot tablet yang didapat. Persyaratan terpenuhi apabila NP di bawah 15% (Departemen Kesehatan RI, 2014).

(14)

2) Uji kekerasan tablet

Banker dan Anderson (1986) menyebutkan bahwa kekerasan dapat diartikan sebagai kekuatan menghancurkan tablet. Kekerasan merupakan parameter yang menggambarkan ketahanan tablet melawan tekanan mekanik seperti goncangan, pengikisan dan ketahanan tablet selama pengemasan serta pendistribusian kepada konsumen. Alat yang digunakan untuk mengukur kekerasan tablet adalah hardness tester (Ansel dkk., 2005). Kekerasan tablet yang baik adalah 4-8 kg (Parrot, 1971).

3) Uji kerapuhan tablet

Kerapuhan menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik terutama goncangan dan pengikisan. Kehilangan berat tidak boleh lebih dari 1% (Agoes, 2012). Ketahanan terhadap kehilangan berat menujukkan tablet tersebut untuk bertahan terhadap goresan ringan atau kerusakan dalam penanganan, pengemasan dan pendistribusian (Ansel dkk., 2005).

4) Uji waktu larut

Waktu yang dibutuhkan tablet untuk melarut dalam air mulai tablet dimasukkan sampai tablet terlarut semua dinyatakan sebagai waktu larut. Waktu larut untuk tablet effervescent yang baik adalah kurang dari 2 menit (Lachman dkk, 2008). Adanya bahan yang water-insoluble serta tablet yang terlalu keras dapat menambah waktu larut (Mohrle, 1980).

(15)

c. Uji tanggap rasa

Uji tanggap rasa dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan responden terhadap tablet effervescent yang dihasilkan. Parameter ini memegang peranan penting karena berkaitan langsung dengan acceptibility terhadap konsumen. 5. Uji stabilitas tablet effervescent

Stabilitas fisik tablet adalah kemampuan tablet untuk mempertahankan sifat fisik berupa penampilan, keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan lain-lain pada saat penyimpanan (Bajaj dkk., 2012). Uji stabilitas fisik tablet dilakukan dengan cara mengevaluasi sifat fisik tablet setelah tablet disimpan dalam jangka waktu tertentu. Uji stabilitas merupakan parameter penting untuk menentukan suatu formula dapat diterima atau tidak (Bajaj dkk., 2012).

6. Simplex Latice Design

Simplex Lattice Design merupakan metode yang digunakan untuk

menentukan optimasi formula pada berbagai perbedaan jumlah komposisi bahan (yang dinyatakan dalam beberapa bagian), di mana jumlah totalnya yaitu sama dengan satu bagian. Profil respon dapat ditentukan melalui persamaan berdasarkan Simplex Lattice Design (Bolton,1997).

Y = B1(A) + B2(B) + B12(A)(B)... (1)

F. LANDASAN TEORI

Kolang-kaling memiliki kadar air yang sangat tinggi sebesar 91,17% (Irawan dkk., 2014). sehingga apabila serbuk ekstrak kolang-kaling tidak benar-benar kering maka kandungan air dalam serbuk ekstrak kolang-kaling dapat mempengaruhi granul maupun tablet effervescent yang dihasilkan.

(16)

Sumber asam yang digunakan merupakan kombinasi dari asam sitrat dan asam tartrat daripada hanya satu macam asam saja. Apabila digunakan asam sitrat tunggal akan menghasilkan campuran lekat dan sukar dibuat granul dan bila asam tartrat sebagai asam tunggal, granul yang dihasilkan akan mudah kehilangan kekuatannya dan akan menggumpal (Ansel dkk., 2005). Sumber basa yang digunakan yaitu natrium bikarbonat.

Asam sitrat dipilih karena memiliki sifat alir yang baik dan sangat mudah larut dalam air namun kekurangannya ialah sangat higroskopis. Asam tartrat dipilih karena kelarutannya yang lebih tinggi dari asam sitrat (Ansel dkk., 2005). Natrium bikarbonat dipilih sebagai sumber basa karena memiliki kelarutan yang sangat baik dalam air, non higroskopis, dan sifat alirnya baik (Mohrle, 1980). Rasio untuk asam sitrat:asam tartrat:natrium bikarbonat adalah 1:2:3,5 (Ansel dkk., 2005). Kombinasi asam dan basa akan memberikan respon rasa yang enak karena adanya pemanis serta rasa asam dan segar dari gas CO2.

Penelitian Gatiningsih (2008) menunjukkan bahwa meningkatnya konsentrasi asam sitrat pada tablet effervescent menyebabkan semakin cepat waktu alir granul, semakin kecil kerapuhan tablet dan semakin lama waktu larut tablet. Menurut penelitian Aditya (2004) menunjukkan bahwa kombinasi asam sitrat dan asam tartrat menghasilkan tablet effervescent dengan kekerasan yang semakin tinggi sehingga akan berpengaruh terhadap kerapuhan tablet. Kombinasi asam sitrat dengan asam tartrat dapat memperkuat ikatan antar partikel di dalam tablet effervescent, sehingga dapat menghasilkan kekerasan tablet yang baik, di mana tablet tahan terhadap goncangan dan gesekan pada saat pengempaan,

(17)

pengemasan dan pendistribusian (Candra, 2008). Semakin tinggi kekerasan tablet, maka kerapuhannya akan semakin kecil. Natrium bikarbonat digunakan sebagai bahan penghancur pada tablet effervescent (Ansel dkk., 2005). Ini berarti peningkatan natrium bikarbonat akan menurunkan waktu larut dari tablet

effervescent.

Asam sitrat dan asam tartrat memiliki sifat sebagai pengatur pH dan pengawet (Anonim, 2013a). Asam sitrat tidak stabil dalam pemanasan dan kelembaban. Sedangkan asam tartrat tidak stabil dalam pemanasan berlebih. Campuran asam sitrat dan asam tartrat dapat menyerap kelembaban (Purwandari, 2007). Selain sebagai sumber karbondioksida, natrium bikarbonat dalam formulasi tablet effervescent juga berfungsi sebagai penstabil karena bersifat nonhigroskopis (Lachman dkk., 1986). Natrium bikarbonat dapat mengalami dekomposisi pada suhu di atas 1200 C serta pada RH di atas 85%. Natrium bikarbonat akan menyerap air dari lingkungan dan menyebabkan dekomposisi dengan hilangnya karbondioksida sehingga dapat mempengaruhi stabilitas tablet

effervescent. Suhu dan RH penyimpanan berpengaruh terhadap kelarutan dari

tablet effervescent (Ansar dkk., 2006). Tablet dikatakan memiliki stabilitas fisik yang baik bila setelah penyimpanan sifat fisik tablet masih terdapat di dalam batas parameter standar.

G. HIPOTESIS

1. Variasi jumlah asam sitrat, asam tartrat, dan natrium bikarbonat pada formulasi tablet effervescent ekstrak kolang-kaling berpengaruh terhadap sifat fisik granul dan sifat fisik tablet effervescent yang dihasilkan. Peningkatan

(18)

proporsi asam sitrat dan asam tartrat dapat meningkatkan kekerasan, waktu larut dan rasa dari tablet yang dihasilkan, sedangkan peningkatan natrium bikarbonat dapat meningkatkan waktu alir, densitas massa, kompaktibilitas, dan kerapuhan. Kombinasi asam dan basa menghasilkan rasa yang enak. 2. Asam sitrat, asam tartrat dan natrium bikarbonat dengan perbandingan

mendekati 1:2:3,5 akan menghasilkan tablet yang optimum.

3. Tablet effervescent formula optimum yang dihasilkan memiliki stabilitas fisik tablet yang baik berdasarkan sifat fisik tablet effervervescent meliputi : keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, waktu larut dan uji tanggap rasa.

Gambar

Gambar 1. Buah Kolang-kaling

Referensi

Dokumen terkait

effervescent ekstrak daun ashitaba dilakukan variasi terhadap kadar asam sitrat, asam tartrat, dan natrium bikarbonat karena berpengaruh terhadap kadar

Komposisi formula yang optimum pada kombinasi asam sitrat dan natrium bikarbonat dapat menghasilkan sediaan garam mandi dalam bentuk serbuk effervescent yang

Dari ketiga formulasi variasi jumlah asam sitrat dan asam tartrat dan natrium bikarbonat berpengaruh terhadap kadar air, kecepatan alir, sudut diam dan waktu

Daging buah asam jawa mengandung asam tartrat, asam maleat, asam sitrat, asam suksinat, asam asetat, pektin, dan gula invert, yang digunakan untuk nyeri haid, sakit perut, demam,

Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan konsentrasi asam sitrat sebagai sumber asam tunggal dalam granul effervescent sari buah naga dengan Natrium Bikarbonat

Variasi asam sitrat dan asam tartrat mempengaruhi sifat fisik granul dan tablet, rasa tablet effervescent yang dihasilkan serta kadar senyawa fenolik total dari

Dari ketiga formulasi variasi jumlah asam sitrat dan asam tartrat dan natrium bikarbonat berpengaruh terhadap kadar air, kecepatan alir, sudut diam dan waktu

Komponen efervescent digunakan untuk mempercepat floating karena gas yang dihasilkan dari reaksi asam basa antara natrium bikarbonat dengan asam lambung akan