• Tidak ada hasil yang ditemukan

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO INFEKSI. Helicobacter pylori DI JOYOTAKAN SURAKARTA. Astri tantri i, harsono salimo, endang dewi lestari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO INFEKSI. Helicobacter pylori DI JOYOTAKAN SURAKARTA. Astri tantri i, harsono salimo, endang dewi lestari"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO INFEKSI Helicobacter pylori DI JOYOTAKAN

SURAKARTA

Astri tantri i, harsono salimo, endang dewi lestari Magister Kedokteran Keluarga Program PASCASARJANA UNS

astri_tan3@yahoo.com

ABSTRAK

Latar belakang. Helicobacter pylori menginfeksi 50% dari penduduk di seluruh dunia, dengan rata–rata prevalensi pada anak 10-80%, di negara berkembang jumlah infeksi lebih tinggi daripada negara maju. Penularan Helicobacter pylori berhubungan dengan kebersihan lingkungan dan sanitasi yang buruk.

Metode. Penelitian observasional analitik dengan pendekatan potong lintang pada bulan November 2014-Januari 2015, subyek penelitian anak berumur 1- 18 tahun di kelurahan Joyotakan Surakarta. Alat yang digunakan untuk menilai perbedaan prevalensi IgG Helicobacter pylori adalah Bio-M pylori.

Hasil. Terdapat 2 kelompok subyek penelitian yaitu 17 anak yang tinggal di kawasan kumuh dan 17 anak tinggal di kawasan tidak kumuh, dengan total subyek penelitian 34 anak. Prevalensi IgG Helicobacter pylori positif pada anak yang tinggal di kawasan kumuh 29,4%, sedangkan pada kawasan tidak kumuh 5,9% (p = 0,072). Pada higienitas perorangan buruk didapatkan IgG Helicobacter

pylori positif 31,3%, sedangkan pada higienitas perorangan yang cukup baik 5,6%

(p = 0,050). Kekuatan hubungan pada higienitas perorangan buruk OR= 5,25 (CI 95% = 0,398-45,828), sedangkan kawasan kumuh OR=4,27 (CI 95% = 0,496-55,631).

Kesimpulan. Pada penelitian ini prevalensi IgG Helicobacter pylori anak yang tinggal di kawasan kumuh cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang tinggal di kawasan tidak kumuh. Kawasan kumuh dan higienitas perorangan buruk menjadi faktor risiko infeksi Helicobacter pylori meskipun secara statistik tidak signifikan.

(2)

commit to user PENDAHULUAN

Sampai saat ini infeksi Helicobacter pylori masih menjadi masalah pada anak-anak. Kuman Helicobacter pylori menginfeksi 50% dari penduduk di seluruh dunia, dengan rata–rata prevalensi pada anak 10-80%.1 Infeksi kuman tersebut menjadi permasalahan kesehatan yang mendunia, di negara berkembang jumlah infeksi

Helicobacter pylori lebih tinggi daripada

negara maju, khususnya pada anak-anak dan bayi.2

Infeksi kuman Helicobacter pylori terjadi secara peroral dan dapat ditularkan antara anggota keluarga ketika masa kanak-kanak. Lingkungan yang padat dengan sosial ekonomi rendah dianggap sebagai faktor risiko terjadinya infeksi

Helicobacter pylori pada anak. Kemiskinan menyebabkan penyediaan perumahan yang tidak sehat, berjejal, serta sanitasi yang tidak memadai seperti buruknya fasilitas air minum dan tidak tersedianya jamban. Air yang terkontaminasi kuman Helicobacter pylori juga sebagai salah satu sumber penularan.3

Kawasan kumuh identik dengan lingkungan yang berpenghuni padat, serta higienitas dan sarana prasarana yang rendah. Penularan Helicobacter pylori sendiri berhubungan dengan kebersihan lingkungan dan sanitasi yang buruk, untuk itu kami ingin meneliti tentang prevalensi

dan faktor risiko infeksi Helicobacter

pylori pada anak di Joyotakan Surakarta.

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan potong lintang. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2014– Januari 2015 di kelurahan Joyotakan Surakarta. Sampel penelitian yang diambil semua anak usia 1-18 tahun pada bulan Desember 2014 – Januari 2015 di kelurahan Joyotakan Surakarta.

Tempat penelitian ditentukan sesuai dengan kriteria kawasan kumuh yaitu di kelurahan Joyotakan. Sementara cara pengambilan sampel dengan menggunakan teknik fixed exposure sampling dan

consecutive sampling. Penelitian ini dipilih

berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut. Kriteria inklusi: (1) Subyek penelitian anak berumur 1-18 tahun. (2) Orang tua atau wali menandatangani informed consent.

Kriteria eksklusi sebagai berikut: (1) Anak yang masih minum ASI.

ANALISIS

Data akan dianalisis dengan analisis regresi logistik, karena itu besar sampel ditetapkan dengan rumus yaitu 15 – 20 sampel penelitian tiap 1 variabel. Pada penelitian ini melibatkan 2 variabel luar

(3)

commit to user sehingga besar sampel yang dibutuhkan

dalam penelitian ini adalah 30-40.

Infeksi Helicobacter pylori akan diketahui melalui pemeriksaan IgG Helicobacter

pylori dengan alat ukur Bio-M pylori,

sementara penentuan lingkungan kumuh dan lingkungan tidak kumuh dengan alat ukur cek list standar modifikasi Hariyanto 2007. Sementara itu, tingkat higienitas perorangan diukur dengan kuisioner yang telah dilakukan uji validitas dan reabilitas.

ANALISIS STATISTIK

Perbedaan antara IgG Helicobacter pylori pada anak yang tinggal di kawasan kumuh dan kawasan tidak kumuh akan dianalisis dengan chi kuadrat dan analisis regresi logistik. Tujuan chi kuadrat adalah untuk mencari perbedaan prevalensi IgG

Helicobacter pylori pada anak yang

tinggal di kawasan kumuh dibandingkan dengan anak yang tinggal di kawasan tidak kumuh. Kekuatan perbedaan atau hubungan tersebut akan dianalisis dengan analisis regresi logistik dengan menggunakan ukuran Odds Ratio (OR) dan rasio prevalens dengan Confidence

Interval 95% (CI 95%).

Data yang didapat akan diolah dengan menggunakan SPSS 18.0.

HASIL

Dari penelitian ini didapatkan 34 subyek penelitian. Karakteristik responden yang

diteliti antara lain : usia subyek, jenis kelamin, kawasan kumuh, higienitas perorangan, IgG Helicobacter pylori. Karakteristik subyek penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 1. Karakteristik dasar subyek penelitian

n (%)

Jenis kelamin Laki-laki 16 (47,1)

Perempuan 18 (52,9) Higienitas perorangan Buruk 16 (52,9) Cukup 18 (47,1) IgG Helicobacter pylori Positif 6 (17,6) Negatif 28 (82,4) Kawasan Kumuh 17 (50) Tidak kumuh 17 (50) Usia Minimum 6 Maksimum 17 Rerata 13,18

Tabel 2. Hasil analisis Chi- Square hubungan IgG Helicobacter pylori dengan kawasan kumuh dan tidak kumuh

IgG H. pylori Nilai p Positif Negatif N % N % Kawasan Tidak kumuh 1 5,9 16 94,1 0,072 kumuh 5 29,4 12 70,6 Total 6 17,6 28 82,4

Dari semua sampel yang tinggal di kawasan kumuh, sebanyak 29,4% didapatkan IgG Helicobacter pylori

positif. Sedangkan pada kawasan tidak kumuh didapatkan IgG Helicobacter

(4)

commit to user yang digunakan adalah Chi-Square,

dengan nilai p sebesar 0,072. Hasil analisis

Chi-Square hubungan IgG Helicobacter pylori dengan kawasan kumuh dan tidak

kumuh ini menunjukan bahwa infeksi

Helicobacter pylori pada kawasan yang

kumuh cenderung lebih tinggi dibanding kawasan tidak kumuh, namun hasil ini secara statistik tidak signifikan karena p > 0,05.

Tabel 3. Hasil analisis Chi-Square hubungan IgG Helicobacter pylori dengan higienitas perorangan IgG H. pylori Nilai p Positif Negatif N % N % Higienitas Cukup 1 5,6 17 94,4 0,050 Buruk 5 31,3 11 68,8 Total 6 17,6 28 82,4

Dari semua subyek penelitian dengan higienitas perorangan yang buruk sebanyak 31,3% didapatkan IgG

Helicobacter pylori positif. Sedangkan

pada subyek penelitian dengan higienitas perorangan yang cukup baik didapatkan IgG Helicobacter pylori positif sebanyak 5,6%. Uji hipotesis yang digunakan adalah

Chi-Square, dengan nilai p sebesar 0,050.

Hasil analisis Chi-Square hubungan IgG

Helicobacter pylori dengan higienitas

perorangan ini menunjukan bahwa higienitas buruk cenderung lebih tinggi dibanding higienitas yang cukup baik.

Tabel 4. Hasil analisis regresi logistik faktor risiko kejadian IgG Helicobacter

pylori IgG H. pylori OR P CI 95% Min mak Kawasan kumuh 4,27 0,231 0,398 45,828 Higienitas buruk 5,25 0,168 0,496 55,631

Pada hasil analisis regresi logistik didapatkan variabel yang berpengaruh terhadap faktor risiko kejadian IgG

Helicobacter pylori adalah kawasan kumuh dan higienitas perorangan yang buruk. Kekuatan hubungan dapat dilihat dari nilai OR. Kekuatan hubungan terbesar pada variabel higienitas perorangan yang buruk yaitu OR= 5,25, artinya bahwa higienitas perorangan buruk mempunyai faktor risiko untuk terjadi infeksi

Helicobacter pylori sebesar 5 kali dibanding dengan higienitas perorangan yang cukup baik, namun secara statistik tidak signifikan yang ditunjukan dengan CI 95% = 0,398-45,828. Sedangkan pada variabel kawasan kumuh didapatkan OR= 4,27 dengan, yang artinya bahwa anak yang tinggal di kawasan kumuh mempunyai faktor risiko untuk terjadi infeksi Helicobacter pylori sebesar 4 kali dibanding dengan anak yang tinggal di

(5)

commit to user kawasan tidak kumuh, walaupun secara

statistik tidak signifikan yang ditunjukan dengan CI 95% = 0,496-55,631.

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan seberapa besar higienitas serta kawasan kumuh berpengaruh terhadap terjadinya infeksi Helicobacter

pylori pada anak di Joyotakan Surakarta.

Dari sampel yang tinggal di kawasan kumuh 29,4% didapatkan IgG

Helicobacter pylori positif. Sedangkan

pada kawasan tidak kumuh didapatkan 5,9% nilai p sebesar 0,072. Hasil analisis

Chi-Square hubungan IgG Helicobacter pylori dengan kawasan kumuh dan tidak

kumuh ini menunjukan bahwa infeksi

Helicobacter pylori pada kawasan kumuh

cenderung lebih tinggi dibanding kawasan tidak kumuh, namun hasil ini secara statistik tidak signifikan karena p > 0,05. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian systematic review yang dilakukan oleh Ahad Eshraghian pada Desember 2014 yang menyatakan bahwa higienitas, tinggal di daerah kumuh, sanitasi buruk, kepadatan penghuni, taraf pendidikan rendah dan sosial ekonomi yang rendah berhubungan atau menjadi faktor risiko infeksi Helicobacter pylori pada berbagai populasi.4

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Endale Tadesse dkk di Etiopia

didapatkan infeksi Helicobacter pylori secara signifikan lebih tinggi pada kawasan kumuh (71,2%), dibandingkan dengan kawasan tidak kumuh (28,8%) (p = 0,008).5

Pada penelitian yang dilakukan oleh Soebagyo tahun 2004 mengenai peran ibu dan keluarga sebagai sumber infeksi

Helicobacter pylori pada anak umur 0-5

tahun di Surakarta sebesar 47,4%.6 Pada penelitian ini didapatkan hasil berbeda yaitu prevalensi kejadian infeksi lebih kecil dibanding penelitian Soebagyo, hal tersebut dapat terjadi dikarenakan lokasi penelitian dan faktor lingkungan yang berbeda, sampel penelitian yang terlalu sedikit, usia pada penelitian ini antara 7 hingga 17 tahun, sementara pada penelitian yang dilakukan oleh Soebagyo pada balita.

Hasil analisis Chi-Square hubungan IgG

Helicobacter pylori dengan higienitas

perorangan ini menunjukan bahwa higienitas buruk cenderung lebih tinggi dibanding higienitas yang cukup baik. Hasil penelitian ini secara statistik tidak signifikan oleh karena jumlah sampel yang terlalu sedikit.

Pada hasil analisis regresi logistik didapatkan variabel yang berpengaruh terhadap faktor risiko kejadian IgG

Helicobacter pylori adalah kawasan kumuh dan higienitas perorangan yang buruk. Pada anak yang tinggal di kawasan

(6)

commit to user kumuh mempunyai faktor risiko infeksi

Helicobacter pylori sebesar 4 kali dan

higienitas perorangan sebesar 5 kali.

KESIMPULAN

Pada penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa prevalensi IgG Helicobacter pylori pada anak yang tinggal di kawasan kumuh cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang tinggal di kawasan tidak kumuh. Kawasan kumuh dan higienitas perorangan buruk menjadi faktor risiko infeksi Helicobacter pylori meskipun secara statistik tidak signifikan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dewita M, Syarif BH, Sastroasmoro S. Evaluation of Bio M pylori serologic test and C-13 urea breath test for H. pylori infection in children with recurrent abdominal pain: a pilot study. Paediatr Indones. 2010. 50(2): 101-4.

2. Soebagyo B. Water source as the risk factor of H. Pylori infection in children aged 0-5 years in suburban area of Surakarta. Folia Medica Indonesiana. 2005. 41(2): 142-8. 3. Tehuteru ES. Penatalaksanaan

infeksi Helicobacter pylori pada

anak. J Kedokter Trisakti. 2004. 23(3): 110-4.

4. Eshraghian A. Epidemiology of

Helicobacter pylori infection among the healthy population in Iran and countries of the Eastern Mediterranean Region: A systematic review of prevalence and risk factors. World J Gastroenterol. 2014. 20(46): 17618-25

5. Tadesse E, Daka D, Yemane D, Shimelis T. Seroprevalence of

Helicobacter pylori infection and

its related risk factors in symptomatic patients in southern Ethiopia. BMC research notes. 2014. 834(7): 1-5.

6. Soebagyo B. Peran ibu dan keluarga sebagai faktor risiko kejadian infeksi kuman

Helicobacter pylori pada anak

umur 0-5 tahun di Surakarta. Disertasi Program Pascasarjana. 2004.UNAIR.

Gambar

Tabel  1.  Karakteristik  dasar  subyek  penelitian
Tabel  3.  Hasil  analisis  Chi-Square  hubungan IgG  Helicobacter pylori  dengan  higienitas perorangan  IgG H

Referensi

Dokumen terkait

Setiap Pemegang saham public DVLA yang secara tegas memberikan suara tidak setuju atas rencana Penggabungan Usaha pada saat RUPSLB DVLA dan bermaksud untuk menjual saham

[r]

Penelitian ini bermanfaat untuk guru dalam merencanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa serta memilih model dan metode pembelajaran

Sumber: Data sekunder (Diolah Tahun 2012) Berdasarkan tabel 5 di atas, diketahui rata-rata nilai akhir uji kompetensi metode Non OSCA mahasiswi adalah 75,65. Nilai

Penggunaan minyak epoksidasi turunan olein minyak sawit sebagai pelunak utama pada PVC menunjukkan hasil epoksi metil ester (EpME) dan epoksi etyl ester (EpEt)

Karena usaha ini sepenuhnya dikelola oleh kelompok, maka ketersediaan SDM sudah dapat terpenuhi dengan ketersediaan anggota kelompok ditambah dengan kegiatan pembelajaran

PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO (NPPN) DENGAN MENGGUNAKAN PP NO 46 TAHUN 2013 PADA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI BIDANG USAHA PERDAGANGAN ” , sebagai salah satu syarat untuk

belum terlihatnya perbedaan mengenai kualitas informasi tentang manajemen laba, relevansi nilai, dan pengakuan kerugian tepat waktu terhadap kualitas akuntansi setelah