• Tidak ada hasil yang ditemukan

taman, dua petugas penyapu jalan utama, dan dua petugas UPS Mutu Elok.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "taman, dua petugas penyapu jalan utama, dan dua petugas UPS Mutu Elok."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

43 BAB V

GAMBARAN UMUM 5.1. Deskripsi Perumahan Cipinang Elok

Perumahan Cipinang Elok terletak di Kelurahan Cipinang Muara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Perumahan ini memiliki dua pintu gerbang utama, yaitu Cipinang Elok I dan Cipinang Elok II yang menghadap ke Jalan Raya Cipinang Jaya. Secara administrasi yang lebih kecil, Perumahan Cipinang Elok termasuk ke dalam RW 10 Kelurahan Cipinang Muara dan terdiri dari lima belas RT. Perumahan dengan area seluas 33 hektar ini memiliki kurang lebih 571 unit rumah dengan jumlah penduduk sekitar 2.891 jiwa atau 724 Kepala Keluarga (KK). Seluruh rumah sudah bersertifikat dengan luas bervariasi mulai dari 48-800 . Sebagian besar rumah dibangun vertikal dan telah mengalami perubahan tinggi dari permukaan tanah karena sering mengalami banjir dan genangan air.

Penerangan jalan dan lingkungan di Perumahan Cipinang Elok berfungsi dengan baik. Kebutuhan air sudah dipasok seluruhnya oleh PAM Palyja. Air tanah masih digunakan oleh sebagian warga untuk keperluan tertentu, seperti MCK dan pengomposan di UPS “Mutu Elok”.

Warga menjalankan fungsi kebersihan, keamanan, dan pemeliharaan lingkungan dengan mempekerjakan 25 orang petugas keamanan dan 28 orang petugas kebersihan yang terdiri dari lima belas petugas pengumpul sampah, empat petugas pembersih selokan, satu petugas perawat LRB, empat petugas pemelihara taman, dua petugas penyapu jalan utama, dan dua petugas UPS “Mutu Elok”. Tempat tinggal untuk petugas disediakan dalam bentuk mess yang terletak di sekitar UPS. Seluruh biaya operasional, gaji, dan honor petugas berasal dari

(2)

44 swadaya masyarakat berupa iuran bulanan, sumbangan dan hasil penjualan kompos.

Terdapat tiga taman seluas 2.913 di dalam area Perumahan Cipinang Elok. Jika memperhitungkan jalur hijau dan pekarangan warga, maka total Ruang Terbuka Hijau (RTH) diperkirakan seluas 2 hektar. Tanaman yang ditanam mencapai seratus jenis termasuk jenis tanaman obat keluarga. Tanaman obat ditanam oleh warga di pekarangan masing-masing dan di halaman Kantor RW. Daftar luas taman dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Luasan Taman Perumahan Cipinang Elok

No. Lokasi Luas ( )

1. Blok S 653

2. Blok AV 1.460

3. Blok AH 800

Jumlah 2.913

Sumber: RW 10 Kelurahan Cipinang Muara dalam Kaisar (2011)

Perumahan Cipinang Elok memiliki dataran yang relatif rendah dibandingkan daerah sekitarnya, sehingga sering tergenang air setiap kali hujan berlangsung lama atau deras. Genangan ini disebabkan oleh air larian (surface run

off) yang timbul karena belum memadainya drainase wilayah lain di sekitar

Perumahan Cipinang Elok. Pada tahun 2007, warga membuat lima ratus LRB untuk mengurangi genangan air. Kini, LRB sudah mencapai 5.155 lubang dan menjadi percontohan untuk penyuluhan oleh Badan Pengendali Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI. Semenjak ada LRB, sebagian besar warga merasa air genangan menjadi lebih cepat surut. Bahkan di beberapa tempat, genangan air tidak lagi terjadi. Berdasarkan wawancara dengan empat puluh responden, 31

(3)

45 responden merasa air genangan lebih cepat surut dengan selisih waktu bervariasi mulai dari 10 menit hingga 165 menit.

5.2. Deskripsi UPS “Mutu Elok”

UPS “Mutu Elok” pertama kali didirikan pada tahun 2005 atas inisiatif warga sebagai upaya mengurangi jumlah timbulan sampah yang diangkut ke TPST Bantargebang. Pengurus RW dan warga merasa perlu mengurangi jumlah timbulan sampah karena sampah yang dihasilkan sebelumnya seringkali melebihi kapasitas kontainer yang digunakan untuk menampung dan mengangkut sampah yang dihasilkan oleh warga Perumahan Cipinang Elok. UPS “Mutu Elok” mengurangi jumah timbulan sampah dengan cara mengolah sampah organik terolah menjadi kompos.

Pendirian UPS “Mutu Elok” mendapatkan bantuan dari warga, Kelurahan Cipinang Muara, dan Suku Dinas Kebersihan Jakarta Timur. Warga membantu UPS “Mutu Elok” dengan mengalokasikan sebagian uang kas warga untuk biaya investasi dan operasional UPS. Bantuan dari Kelurahan Cipinang Muara diperoleh warga melalui dana Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK). Dana ini diperoleh setelah warga mengajukan mengajukan proposal pendirian UPS “Mutu Elok” ke keluarahan. Suku Dinas Kebersihan Jakarta Timur menyumbangkan mesin pencacah dan mesin pengayak untuk membantu proses pembuatan kompos “Mutu Elok”. Untuk keperluan operasional, UPS „Mutu Elok” juga menerima bantuan berupa subsidi untuk pembayaran listrik yang tagihannya dibayarkan oleh pengurus RW dari pendapatan penyewaan lapangan tenis yang ada di Perumahan Cipinang Elok. Dalam kesehariannya UPS “Mutu Elok” dijalankan dan dikelola

(4)

46 oleh pengurus RW dibawah pengawasan ketua RW setempat, Bapak Saksono Soehodo.

Sejauh ini, kompos “Mutu Elok” hanya dipasarkan di sekitar daerah Jakarta Timur, khususnya kelurahan Cipinang Muara. Kompos disalurkan melalui toko yang dimiliki oleh salah satu pengelola UPS “Mutu Elok”. Kegiatan bazar yang rutin diadakan warga juga menjadi salah satu sarana untuk menjual kompos. Selain dijual, kompos “Mutu Elok” juga digunakan untuk menyuburkan taman dan jalur hijau. LRB juga diisi dengan kompos karena berdasarkan pengalaman warga, penyerapan air oleh LRB akan lebih efektif jika menggunakan kompos dibandingkan menggunakan sampah organik yang belum diolah. Penggunaan kompos untuk taman, jalur hijau, dan LRB tidak dikenakan biaya karena digunakan untuk kepentingan bersama warga Perumahan Cipinang Elok.

5.3. Karakteristik Responden

Sebanyak empat puluh keluarga yang bertempat tinggal di Perumahan Cipinang Elok RW 010 dipilih sebagai responden. Responden pria berjumlah 21 orang atau sama dengan 52,5 persen dari populasi sampel dan wanita berjumlah sembilan belas orang atau sama dengan 47,5 persen dari populasi sampel.

5.3.1. Sebaran Tempat Tinggal Responden

Sebagian besar responden dalam penelitian ini berasal dari RT 8, yaitu enam rumah tangga atau 15 persen dari total sampel. Responden terbesar kedua dan ketiga, berasal dari RT 10 dan RT 5 dengan jumlah masing-masing sebanyak lima rumah tangga dan empat rumah tangga atau 12,5 persen dan 10 persen dari total sampel. Tujuh koma lima persen responden atau sebanyak tiga rumah tangga masing-masing berasal dari RT 1, 2, 4, 12, dan 13. Lima persen responden atau

(5)

47 dua rumah tangga masing-masing berasal dari RT 6, 7, 14, 15, dan sebanyak 2,5 responden masing-masing berasal dari RT 9 dan RT 11. Karena tidak ada warga dari RT 3 yang bersedia untuk dijadikan responden, maka tidak ada responden yang berasal dari RT tersebut. Meskipun demikian, sebaran tempat tinggal responden ini menunjukkan bahwa pengambilan sampel sudah cukup mewakili populasi. Grafik sebaran tempat tinggal responden dapat dilihat pada Gambar 6.

Sumber: Data Primer (2011)

Gambar 6. Sebaran Tempat Tinggal Responden 5.3.2. Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan responden bervariasi, mulai dari jenjang SMP hingga perguruan tinggi. Sebanyak satu orang atau 2 persen dari total responden menempuh pendidikan hingga SMP, sembilan orang atau 23 persen dari total responden menempuh pendidikan hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Empat orang atau 10 persen dari responden menempuh pendidikan diploma atau akademi. Sisanya, sebanyak 26 orang atau 65 persen dari total responden menempuh pendidikan hingga pergurungan tinggi. Sebagian besar responden yang menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi menunjukkan bahwa umumnya warga Cipinang Elok berpendidikan tinggi. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi penilaian responden terhadap UPS “Mutu Elok”, sehingga secara

7,5% 7,5% 7% 7,5% 5% 5% 15% 2% 2,5% 12,5% 2,5% 7,5% 7,5% 5% RT 1 RT 2 RT 4 RT 5 RT 6 RT 7 RT 8 RT 9 RT 10 RT 11 RT 12 RT 13 RT 14 RT 15

(6)

48 tidak langsung juga mempengaruhi besaran nilai WTP yang akan diberikan. Perbandingan persentase tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Gambar 7.

Sumber: Data Primer (2011)

Gambar 7. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 5.3.3. Tingkat Pendapatan Responden

Pendapatan rumah tangga yang dimaksud adalah penerimaan yang diperoleh rumah tangga dalam kurun waktu 1 bulan. Penerimaan tersebut berasal dari seluruh anggota keluarga yang telah mempunyai penghasilan dan tinggal di dalam satu rumah.

Pada Gambar 8, terlihat bahwa 60 persen dari total responden memiliki tingkat pendapatan diatas Rp 8.000.000 per bulan. Sebanyak dua rumah tangga atau 5 persen dari total responden memiliki tingkat pendapatan Rp 6.100.000-8.000.000, sedangkan empat rumah tangga atau 10 persen dari total responden memiliki tingkat pendapatan masing-masing Rp 4.100.000-6.000.000 dan Rp 2.100.000-4.000.000. Selebihnya, enam rumah tangga atau 25 persen dari total responden memiliki tingkat pendapatan dibawah Rp 2.000.000 per bulan. Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa rata-rata warga Cipinang Elok memiliki tingkat pendapatan yang relatif tinggi, yaitu diatas Rp 8.000.000. Meskipun demikian, jumlah responden yang memiliki tingkat pendapatan rendah

2,5% 22,5% 10% 65% SMP SMA Akademi/Diploma Perguruan Tinggi

(7)

49 yaitu dibawah Rp 2.000.000 juga cukup besar. Hal ini disebabkan banyak responden yang sudah pensiun, sehingga memiliki tingkat pendapatan yang relatif rendah. Tingkat pendapatan akan mempengaruhi besaran nilai WTP yang diberikan responden terhadap UPS “Mutu Elok”. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendapatan rumah tangga dapat dilihat pada Gambar 8.

Sumber: Data Primer (2011)

Gambar 8. Sebaran Responden berdasarkan Tingkat Pendapatan Rumah Tangga

15% 10% 10% 5% 60% <=2.000.000 2.000.001-4.000.000 4.000.0001-6.000.000 6.000.001-8.000.000 > 8.000.000

Gambar

Tabel 5.  Luasan Taman Perumahan Cipinang Elok

Referensi

Dokumen terkait

Bagan 2.2 Struktur proyek PT Rumah Kreatif 23 Produser Eksekutif & Creative Director Endri Pelita.. Posisi penulis ditempatkan Asisten Creative Director -

Nilai hubungan antara NDVI dengan TSS yang rendah ini dipengaruhi oleh bentuk morfologi hutan mangrove yang dikelilingi oleh sungai tidak berhadapan langsung

Penentuan lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive),dengan pertimbangan bahwa usaha bawang goreng ini merupakan salah satu sentra usaha dengan kapasitas

Pada proses pembuatan ulir dengan menggunakan mesin bubut manual pertama-tama yang harus diperhatikan adalah sudut pahat (lihat Gambar 4.6) ditunjukkan bentuk pahat

Potensi buah pisang sangat besar dalam menunjang peningkatan pendapatan masyarakat petani, selain itu pisang juga menjadi bahan baku industri olahan keripik dan komoditas

Pada bobot kering umbi per rumpun (g) menunjukkan varietas berpengaruh nyata terhadap bobot segar umbi per rumpun (g) tetapi pemberian sumber nitrogen organik serta

yang setiap harinya tentunya memerlukan makanan ternak yang cukup menguras kantong. Mitra juga memiliki kemauan kuat untuk dapat mengembangkan usaha pakan ternak

Dari perancangan kampanye untuk mendukung pelestarian Badak Bercula Satu yang telah dilakukan dan berdasarkan hasil dari pengujian, dapat ditarik kesimpulan bahwa