• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah penelitian tersebut akan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah penelitian tersebut akan"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah penelitian tersebut akan dilakukan. Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis ialah mengambil lokasi di Sumatera Barat Nagari Batu Kalang Padang Pariaman. Daerah ini merupakan daerah penutur asli bahasa Minangkabau. Penulis menganggap tempat ini layak dijadikan lokasi penelitian karena bahasa yang digunakan belum tercampur dengan bahasa lain dan didukung oleh masyarakat yang masih asli. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 19 April sampai dengan 19 Mei 2016.

3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data lisan data yang diperoleh secara langsung dengan mewawancarai nara sumber untuk mengumpulkan data secara mendalam. Dan data sekunder yang diperoleh secara langsung dari buku seperti karya Amir M.S yang berjudul Adat Minangkabau Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang, guna mengumpulkan informasi terkait

(2)

dengan makna peribahasa pada adat Niniak mamak. Sumber data penulis adalah informan yang memenuhi syarat yang ditentukan. Informan dalam penelitian ini dipilih dari kalangan pemuka adat yang terlibat dan memiliki posisi penting dalam setiap upacara adat Niniak Mamak. Tidak semua orang mampu memahami tuturan-tuturan dalam upacara adat tersebut meskipun sering mengikutinya. Dalam penelitian ini informan akan melakukan wawancara dengan tiga orang marasumber. Informan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan syarat-syarat berikut ini. Informan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan syarat-syarat berikut ini.

1. Berjenis kelamin pria; 2. Berusia antara 30-60 tahun;

3. Jarang atau tidak pernah meninggalkan desanya; 4. Berpendidikan ( minimal tamatan SD sederajat ) 5. Menguasai bahasa dan budaya Minang dengan baik;

6. Memiliki kebanggaan terhadap isolek dan masyarakat isoleknya; 7. Dapat berbahasa Indonesia;

8. Sehat jasmani dan rohani (Mahsun,1995:106).

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan suatu penelitian lapangan, penulis secara langsung turun ke lapangan dalam upaya memeroleh data yang akan digunakan dalam penelitian. Penelitian lapangan dilakukan di Sumatera Barat yang secara administrarif terdapat di Padang Sago, Nagari Batu Kalang. Keterbatasan untuk mengingat semua hasil pembicaraan atau wawancara

(3)

tersebut, maka dilakukan teknik catat. Penelitian mencatat semua data atau informasi yang diperlukan untuk bahan penelitian (Sudaryanto, 1993:137-139).

Informan dalam penelitian ini dipilih dari kalangan pemuka adat yang terlibat dan memiliki posisi penting dalam setiap upacara adat Niniak mamak. Tidak semua orang mampu memahami tuturan-tuturan dalam upacara adat tersebut meskipun sering mengikutinya. Informan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan syarat-syarat berikut ini.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan ancangan Antropolinguistik untuk mendeskripsikan kebudayaan masyarakat ditinjau dari bahasa dalam konteks kebudayaan.

Setelah semua data teridentifikasi, langkah kerja selanjutnya adalah membuat analisis makna dari data yang ada. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Metode kepustakaan, yaitu penulis melakukan penelitian dengan mencari data dari buku-buku yang berhubungan dengan penulisan sebagai bahan acuan dari berbagai referensi. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan dasar-dasar teori yang akan digunakan dan untuk mengkaji hasil penelitian atau informasi yang mendukung penelitian.

2. Metode observasi, yaitu penulis turun langsung ke lokasi penelitian untuk melakukan pengamatan terhadap tempat, dan peran pemakai bahasa serta perilaku selama pelaksanaan pengguna bahasa berlangsung.

3. Metode wawancara, data penelitian ini adalah data lisan dan tulisan. Data tulisan diperoleh dengan menggunakan metode simak (Sudaryanto, 1993:13) yaitu dengan menyimak pengguna bahasa. Metode ini dikembangkan teknik sadap, yaitu meninjau dan mempelajari secara langsung kata-kata yang diperoleh dari studi pustaka. Selanjutnya

(4)

digunakan teknik catat dengan mencatat data-data tulis yang diperoleh dari bahan pustaka yang digunakan.

Tahapan strategi metode pengumpulan data itu berakhir dengan transkip dan tataan data yang sistematis dan ditandai oleh transkip serta tertatanya data secara sistematis (Sudaryanto, 1986:36).

3.3.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Data dianalisi dengan menggunakan metode padan, yang penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan. Teknik dasarnya berupa teknik pilah unsur penentu dengan alat penentu mitra wicana (sudaryanto, 1995:21). Metode ini digunakan untuk mengkaji nilai budaya yang ada di dalam peribahasa dikaji dari segi makna Harafiah yang dilanjutkan dengan menentukan makna yang tersirat dalam data) peribahasa dan dikaji secara antropolinguistik yang melibatkan masyarakat bahasa sebagai pendukung budaya pemilik peribahasa tersebut. Dalam menginterprestasikan data peribahasa, penulis mengubah bahasa Minang kedalam bahasa Indonesia. Hal ini dilakukan agar hubungan antar kalimat yang terdapat dalam peribahasa tersebut dapat diperoleh maknanya serta dapat ditemukan nilai budaya masyarakat yang tercermin di dalamnya.

Ko ado kayu gadang di tangah padang

‘Jika ada pohon besar di tengah padang’

Mako ka manjadi tampek balinduang kapanasan

‘Maka akan menjadi tempat berlindung kepanasan’

Ko ado duri nan mancucuak dalam kaluargo

(5)

Mako basamo-samo baselo jo kaluargo

‘Maka sama-sama bersila dengan keluarga’

Makna dari Pepatah-petitih di atas adalah makna menasehati, pepatah-petitih ini di sampaikan oleh urang nan tuo kepada kedua pengantin. Seorang suami yang sudah mempunyai keluarga merupakan raja di dalam keluarganya, tugas seorang suami adalah sebagai pelindung bagi keluarganya, sebagai hakim yang memutuskan semua masalah dalam keluarga. Ko ado duri

nan mancucuak dalam kaluargo, mako basamo-samo baselo jo kaluargo isi pepatah-petitih ini

merupakan nasehat untuk kedua pengantin yang artinya, jika ada masalah dalam keluarga sebaiknya sama-sama diselesaikan dengan duduk tenang dan tetap satu hati untuk membina rumah tangga yang penuh dengan cinta.

3.3.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Pada tahap penyajian hasil analisis, sistematika yang digunakan adalah menggunakan model penyajian informal yang merujuk pada metode penyajian hasil analisis oleh Sudaryanto (1993). Penyajian informal digunakan dalam penelitian ini karena metode tersebut memungkinkan penjelasan mengenai suatu kaidah secara lengkap, rinci, dan terurai sehingga dapat memberikan nilai keterbacaan yang tinggi dari hasil penelitian yang dilakukan.

(6)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Makna Petatah Petitih Niniak Mamak dalam pernikahan Minangkabau

Peribahasa atau yang biasa orang Minang sebut dengan Pepatah-petitih merupakan jenis peribahasa yang berisi nasehat atau ajaran dari orang-orang tua. Padanan setiap katanya mengandung aturan dasar dalam berperilaku. Makna pepatah-petitih yang terkandung di dalamnya sangat dalam dan bijak. Pepatah-petitih sering digunakan untuk memberi nasehat, memberi sindiran halus, memberi pujian, untuk mematahkan pembicaraan lawan bicara dan ditujukan kepada muda-mudi, pasangan pengantin, upacara menyambut tamu atau berbagai acara lainnya. Serta kadang kala Petatah Petitih juga diperdengarkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam acara Adat Minangkabau pada acara Niniak Mamak di pesta pernikahan, biasanya hanya ada 3 bagian peribahasa yang diungkapkan, yaitu peribahasa pembukaan, peribahasa nasehat, dan peribahasa penutup atau harapan. Pateda (2001: 230) membagi makna ungkapan menjadi empat bagian yaitu :

1. Membandingkan (penyamaan) 2. Menasehati

3. Mengharapkan sesuatu 4. Mengejek

Dalam upacara Adat Niniak Mamak , hanya ada tiga makna yang terkandung sesuai dengan pendapat Pateda tersebut, karena dalam Pepatah-petitih Minangkabau dalam acara

(7)

Niniak Mamak tidak ada makna mengejek. Jadi, sesuai dengan pendapat Pateda tersebut, maka dari hasil mengamatan penulis makna pepatah-petitih dalam Niniak Mamak ada tiga yaitu:

1. Makna Penyamaan / Membandingkan

Pepatah-petitih yang menggambarkan makna membandingkan /penyamaan dalam acara Niniak Mamak dapat dilihat dalam contoh data berikut ini:

Data (1) Elok rumah badiri kokoh

‘Bagus rumah berdiri kokoh’

Tiado tiang nyo ka bagoyang

‘Tidak ada tiang nya akan bergoyang’

Sia nan diparsuntiang nak daro

‘Siapa yang akan dinikahi oleh calon perempuan’

Inyo ka manjadi kamanakan mamak

‘Dia akan tetap menjadi keluarga paman’

Makna dari kata-kata pepatah-petitih adalah makna penyamaan yang ditemukan pada bagian isi sia nan diparsuntiang nak daro dengan inyo ka manjadi kamanakan mamak ‘siapa

yang akan dinikahi oleh calon perempuan, suami akan tetap menjadi keluarga paman’ adalah

bagian isi dari pepatah-petitih yang maknanya menyamakan kedudukan hak marapulai (pengantin laki-laki) seperti anak kemenakan mamak nak daro (pengantin perempuan). Dengan demikian, jika anak daro dipersunting suku lain, maka marapulai tersebut tetap akan menjadi anak kemenakan paman dari nak daro.

Data (2)

Pepatah-petitih yang menggambarkan makna membandingkan /penyamaan dalam acara Niniak Mamak dapat dilihat dalam contoh data berikut ini:

(8)

‘Tangga mencari enau’

Anau tatap sigai baranjak

‘Enau tetap tangga pindah

Nan marapulai datang dek bajapuik pai jo baanta

‘Pengantin laki-laki datang karena dijemput pergi dengan diantar’

Nan nak daro mananti di rumah

‘Yang pengantin perempuan menanti di rumah’

Makna dari pepatah-petitih di atas adalah makna membandingkan yang ditemukan pada bagian isi Nan marapulai datang dek bajapuik pai jo baanta, nan nak daro mananti di rumah

‘Pengantin laki-laki datang karena dijemput pergi dengan diantar, yang pengantin perempuan menanti di rumah’ dalam setiap adat pernikahan Minangkabau semua laki-laki akan diantar ke

rumah istrinya dan akan dijemput oleh keluarga istrinya secara adat. Mulai sejak itu suami menetap di rumah atau di kampung halaman istrinya. Bila terjadi perceraian, maka suami yang harus pergi dari rumah istrinya. Sedangkan istri tetap tinggal di rumah bersama anak-anaknya sebagaimana telah diatur hukum adat. Bila istri meninggal dunia, maka kewajiban keluarga pihak suami untuk segera menjemput suami yang sudah menjadi duda, untuk dibawa kembali ke dalam lingkungan kampung halaman.

2. Makna Menasehati

Pepatah-petitih yang menggambarkan makna menasehati dalam adat Niniak Mamak dapat dilihat dari contoh berikut :

Data (3) Ko ado kayu gadang di tangah padang

‘Jika ada pohon besar di tengah padang’

Mako ka manjadi tampek balinduang kapanasan

‘Maka akan menjadi tempat berlindung kepanasan’

(9)

‘Kalau ada duri yang menusuk dalam keluarga

Mako basamo-samo baselo jo kaluargo

‘Maka sama-sama bersila dengan keluarga’

Makna dari pepatah-petitih di atas adalah makna menasehati, pepatah-petitih ini disampaikan oleh urang nan tuo kepada kedua pengantin, tugas seorang suami adalah sebagai pelindung bagi keluarganya, sebagai hakim yang memutuskan semua masalah dalam keluarga. Makna menasehati yang ditemukan pada bagian isi Ko ado duri nan mancucuak dalam

kaluargo, mako basamo-samo baselo jo kaluargo ‘kalau ada duri yang menusuk dalam keluarga, maka bersama-sama bersila dengan keluarga’ ini merupakan nasehat untuk kedua

pengantin yang artinya, jika ada masalah dalam keluarga sebaiknya sama-sama diselesaikan dengan duduk tenang dan tetap satu hati untuk membina rumah tangga yang penuh dengan cinta. Data (4)

Pepatah-petitih yang menggambarkan makna menasehati dalam adat Niniak Mamak dapat dilihat dari contoh berikut :

Malompek samo patah

‘Melompat sama patah’

Manyaruduak samo bungkuak

‘Menyeruduk sama bungkuk’

Tatungkuik samo makan tanah

‘Tertelungkup sama makan tanah’ Susah sanang samo samo

‘Susah senang sama-sama’

Masalah datang dihadang baduao

(10)

Makna dari pepatah-petitih di atas adalah makna menasehati yang ditemukan pada bagian isi susah sanang samo-samo, masalah datang dihadang baduo ‘susah senang sama-sama,

masalah datang dihadang berdua’ yang ditujukan untuk kedua calon pengantin. Pepatah-petitih

ini dapat disimpulkan bahwa suami istri harus mempunyai sifat setia, yang dimaksud dengan setia adalah teguh hati, merasa senasib dan menyatu dalam lingkungan keluarga. Apapun yang terjadi dalam rumah tangga baik susah ataupun senang sama-sama dilalui dengan sabar. Pengantin diberi nasehat agar berjanji tidak boleh berpisah atau bercerai kecuali dipisahkan oleh kematian. Pengantin juga harus saling melengkapi satu sama lain agar terjalin hubungan yang harmonis, saling pengertian agar seia-sekata dalam suka dan duka dan menjadi pasangan yang satu perasaan dan satu pemikiran.

Data (5)

Pepatah-petitih yang menggambarkan makna menasehati dalam adat Niniak Mamak dapat dilihat dari contoh berikut :

Gunuang biaso timbunan kabuik

‘Gunung biasa timbunan kabut’

Lurah biaso timbunan aie

‘Lurah biasa timbunan air’

Lauik biaso timbunan ombak

‘Laut biasa timbunan ombak’

Ko baribuik hati kaduonyo

‘Kalau ribut hati berdua ini (suami istri)’

Nan suami harus mangalah

Yang suami harus mengalah

Makna dari pepatah-petitih di atas adalah makna menasehati. Biasanya petuah ini disampaikan kepada pengantin laki-laki harus mempunyai sifat arif bijaksana yang dapat

(11)

memahami pandangan orang lain, dapat mengerti apa yang tersurat maupun tersirat. Isi pepatah-petitih yang mengandung makna menasehati ditemukan pada bagian isi ko baribuik hati kaduo

ko, nan suami harus mangalah ‘kalau ribut hati berdua ini (suami istri), yang suami harus mengalah’ seorang suami mampu menangkis setiap bahaya yang akan datang. Serta mampu

menerima segala cobaan dengan dada yang lapang dan mampu mencarikan jalan keluar dengan pikiran yang jernih.

Data (6)

Pepatah-petitih yang menggambarkan makna menasehati dalam adat Niniak Mamak dapat dilihat dari contoh berikut :

Bakati samo barek

‘Menimbang sama berat’

Maukue samo panjang

‘Mengukur sama panjang’

Tibo di mato indak dipiciangkan

‘Tiba di mata tidak dipicingkan’

Tibo di paruik indak dikampihkan

‘Tiba di perut tidak dikempiskan’

Tibo di dado indak dibusuangkan

‘Tiba di dada tidak dibusungkan’

Jiko bakato marapulai ko nan manieh

‘Jika berkata suami haruslah manis’

Walau baban dipikua surang

‘Walau beban dipikul sendiri’

Makna dari pepatah-petitih di atas adalah makna menasehati, yang ditujukan kepada calon suami (marapulai) yang disampaikan oleh Niniak-Mamak. Marapulai diberi arahan agar

(12)

dapat bersifat adil, adil adalah dapat mengambil sikap yang tidak berat sebelah dan berpegang teguh pada kebenaran. Serta seorang suami harus pandai membawakan diri dan harus bijaksana, sehingga dapat mempertahankan keutuhan rumah tangga kelak. Makna menasehati terdapat pada isi jiko bakato marapulai ko nan manieh, walau baban dipikua surang ‘jika berkata lelaki

haruslah manis, walau beban dipikul sendiri’ yang artinya meskipun suami memiliki beban kerja

yang banyak sebaiknya tidak dilampiaskan kepada istri, dan suami hendaklah menguntaikan kalimat yang baik atau manis untuk memikat istri tersebut.

Data (7)

Pepatah-petitih yang menggambarkan makna menasehati dalam adat Niniak Mamak dapat dilihat dari contoh berikut :

Dalam awa akhie membayang

‘Dalam awal akhir terbayang’

Dalam baiak kanalah buruak

‘Dalam baik ingatlah buruk’

Dalam galak tangieh kok tibo

‘Dalam tawa tangis menghadang’

Hati gadang hutang kok tumbuah

‘Hati ria hutang tumbuh’

Kok ado rundiang ba nan batin

‘Jika ada masalah yang membantin’

Patuik baduo jan batigo

‘Diselesaikan berdua saja jangan bertiga’ Nak jan lahia didanga urang

(13)

Makna pepatah-petitih di atas adalah makna menasehati, ditujukan untuk kedua calon pengantin. Bahwa ketika sudah berumah tangga suami istri harus mempunyai rencana yang jelas dan perkiraan yang tepat. Makna menasehati terdapat pada bagian isi kok ado rundiang ba nan

batinpatuik baduo jan batigonak jan lahia didanga urang ‘kalau ada masalah yang membantin, diselesaikan berdua saja jangan bertiga, jangan sampai didengar orang’ maksudnya adalah

dalam setiap permasalahan selalu diselesaikan dengan akal sehat dan diselesaikan berdua saja, menggunakan akal pikiran dengan baik, serta menggunakan otak untuk berfikir dan memanfaatkan alam untuk hidup dan kehidupannya. Serta masalah setidaknya jangan sampai didengar oleh orang banyak.

3. Makna Mengharapkan Sesuatu

Pepatah-petitih Minangkabau pada acara Niniak-Mamak yang mengandung makna mengharapkan sesuatu terdapat pada data berikut :

Data (8) Bajalan anak surang tak dahulu

‘Berjalan anak sendiri tidak dahulu’

Bajalan baduo tak ditangah

‘Berjalan berdua tidak di tengah’

Diharoik hemat cermat anak selalu

‘Diharap hemat cermat anak selalu’

Martabat nan ditanam tidaklah lengah

‘Martabat yang ditanam tidaklah lengah’

Makna dari pepatah-petitih tersebut adalah, makna mengharapkan sesuatu yang terdapat pada kata diharoik hemat cermat anak selalu dan martabat nan ditanam tidaklah lengah

(14)

harapan yang ditujukan kepada suami istri agar kelak mendapatkan anak yang mempunyai sifat hemat dan cermat, serta diharap anak juga dapat bertindak pada saat dan waktunya, melihat kepada tempat dan keadaan, pandai menyesuaikan diri pada setiap tingkatan masyarakat, tidak merasa rendah diri dalam pergaulan, dan anak yang hormat kepada orang tua serta mempunyai sifat terbuka.

Data (9)

Pepatah-petitih Minangkabau pada acara Niniak-Mamak yang mengandung makna mengharapkan sesuatu terdapat pada data berikut :

Indak bataratak anak bakato asiang

‘Tidak bertempat anak berkata asing’

Bukan mahariak mahantam tanah

‘Bukan melawan menghantam tanah’

Samoga pandai anak batinggang di nan rumik

‘Semoga pandai anak menyesuaikan di tempat rumit’

Dapek anak bakisa di nan sampik

‘Dapat anak hidup di tempat sempit’

Makna dari pepatah-petitih di atas adalah makna mengharapkan sesuatu, terdapat pada isi pepatah-petitih samoga pandai anak batinggang di nan rumik, dapek anak bakisa di nan sampik

‘semoga pandai anak menyesuaikan di tempat rumit, dapat anak hidup di tempat sempit’

diharapkan agar ketika suami dan istri mempunyai anak semoga anak tersebut selalu mempunyai sifat lapang hati, tidak mudah marah dan angkuh, pemaaf, serta mempunyai ketenangan dalam menghadapi segala hal. Diharapkan anak mempunyai sifat ramah tamah, sopan santun, hormat dan mencerminkan tingkah laku yang berlandaskan budi luhur orang Minang.

(15)

Data (10)

Pepatah-petitih Minangkabau pada acara Niniak-Mamak yang mengandung makna mengharapkan sesuatu terdapat pada data berikut :

Rumah gadang di dapan lumbuang nan tarukir

‘Rumah gadang di depan lumbung yang terukir’

Jo nan kuaso yang Maha Pencipto

‘Itu karena kuasa yang Maha Pencipta’

Kok lai punyo anak laki-laki

‘Jika punya anak laki-laki’

Samoga ka dapek anak yang nan bijaksano pandai mamimpin

‘semoga mendapat anak yang bijaksana pandai memimpin’

Kok lai punyo anak padusi

Jika punya anak perempuan

Samoga pandai batutur kato nan elok

‘Semoga pandai bertutur kata yang baik’

Makna dari pepatah-petitih di atas adalah makna mengharapkan sesuatu, yang terdapat pada isi pepatah-petitih kok lai dapek anak laki-laki, samoga ka dapek anak nan bijaksano

pandai mamimpin ‘jika punya anak laki-laki, semoga mendapat anak yang bijaksana pandai memimpin’ isi pepatah-petitih ini ditujukan suami istri jika mempunyai anak laki-laki,

diharapkan anak laki-laki dalam keluarga selalu berhati-hati dalam bertingkah laku dan perbuatannya yang akan merusak nama baik keluarga, karena kelak nantinya anak laki-laki dijadikan pemimpin keluarga hendaklah mencerminkan perilaku yang baik dan sempurna baik dari perkataan, duduk, minum, makan, berjalan, berpakaian sehingga dapat menjadi contoh untuk masa yang akan datang. Sedangkan pada kata kok lai dapek anak padusi, samoga pandai batutur

(16)

kata nan elok ‘jika dapat anak perempuan, semoga pandai bertutur kata yang baik’ yang artinya

diharapkan ketika mendapat anak perempuan mampu bertutur kata yang baik dan bertingkah laku yang sopan layaknya anak gadis Minang.

4.2 Nilai-Nilai Budaya yang Terdapat Pada Acara Niniak-Mamak dalam Pernikahan Minagkabau.

Pepatah-petitih dalam pernikahan Adat Minangkabau memiliki makna yang mengandung nilai budaya. Menurut Kamus Besar Indonesia (KUBI), nilai berarti harga, angka, kepandaian, kadar mutu, banyak sedikitnya isi dan sifat-sifat yang penting dan berguna bagi kemanusiaan. Sedangkan nilai budaya adalah tingkat pertama kebudayaan ideal atau Adat. Nilai budaya adalah lapisan paling abstrak dan luas ruang lingkupnya. Berdasarkan pengertian di atas, maka nilai budaya adalah angka kepandaian kelompok masyarakat yang konsep-konsep berpikirnya hidup dan bertumbuh sehingga sistem nilai budayanya menjadi pedoman bagi tingkah laku kelompok manusia tersebut. Nilai bukan hanya yang baik saja karena nilai merupakan segala sesuatu tentang yang baik dan buruk.

Sibarani (2014:178) membagi nilai-nilai budaya kearifan lokal menjadi dua bagian yaitu kedamaian dan kesejahteraan. Kedamaian yaitu kesopansantunan, kejujuran, kesetiakawanan sosial, kerukunan dan penyelesaian konflik, komitmen, pikiran positif, rasa syukur. Sedangkan kesejahteraan yaitu kerja keras, displin, pendidikan, kesehatan, gotong royong, pengelolahan gender, pelestarian dan kreativitas budaya, dan peduli lingkungan

(17)

1. Nilai Kerukunan dan Penyelesaian Konflik

Menurut Sibarani nilai kerukunan dan penyelesaian konflik adalah adanya sikap kesopansantunan, kejujuran, dan kesetiakawanan sosial yang mengakibatkan tumbuhnya kerukunan antar keluarga. Meskipun dihadapkan pada konflik internal, namun para keluarga selalu menyelesaikan konflik tersebut dengan cara musyawarah atau kekeluargaan. Pepatah-petitih Minangkabau pada acara Niniak-Mamak yang menunjukkan adanya nilai kerukunan dan penyelesaian konflik terdapat pada data (4)

Data (4) Malompek samo patah

‘Melompat sama patah’

Manyaruduak samo bungkuak

‘Menyeruduk sama bungkuk’

Tatungkuik samo makan tanah

‘Tertelungkup sama makan tanah’ Susah sanang samo samo

‘Susah senang sama-sama’

Masalah datang dihadang baduao

‘Masalah datang dihadang berdua’

Data (4) isi dari pepatah-petitih yang menyatakan nilai budaya kerukunan dan penyelesaian konflik yang terdapat pada isi susah sanang samo-samo, masalah datang dihadang

baduo ‘susah senang sama-sama, masalah datang dihadapi berdua’ karena terdapat pengertian

bahwa antara suami dan istri jika terjadi suatu masalah, perpecahan, beda pendapat, atau bahkan perkelahian antara suami istri sebaiknya sama-sama dihadang berdua untuk menghindari masalah yang datang. Ketika sudah berumah tangga suami istri diharapkan mampu membentuk rumah

(18)

tangga yang baik, serta suami istri merupakan penyambung silahturahmi dan saling menciptakan kerukunan dalam keluarga.

Data (5)

Pepatah-petitih Minangkabau pada acara Niniak-Mamak yang menunjukkan adanya nilai kerukunan dan penyelesaian konflik terdapat pada data

Gunuang biaso timbunan kabuik

‘Gunung biasa timbunan kabut’

Lurah biaso timbunan aie

‘Lurah biasa timbunan air’

Lauik biaso timbunan ombak

‘Laut biasa timbunan ombak’

Ko baribuik hati kaduonyo

‘Kalau ribut hati berdua ini (suami istri)’

Nan suami harus mangalah

Yang suami harus mengalah

Data (5) berisikan sebuah nilai yang mencerminkan nilai budaya kerukunan dan penyelesaian konflik yang pada isi pepatah-petitih ko ribuik hati kaduonyo,nan suami harus

mengalah ‘kalau ribut hati berdua ini (suami istri), yang suami harus mengalah, maksudnya

adalah jika terjadi permasalahan dalam keluarga tugas suami hendaklah mengalah untuk menyelesaikan masalah tersebut sehingga tidak menjadi masalah yang besar.

(19)

Data (7)

Pepatah-petitih Minangkabau pada acara Niniak-Mamak yang menunjukkan adanya nilai kerukunan dan penyelesaian konflik terdapat pada data

Dalam awa akhie membayang

‘Dalam awal akhir terbayang’

Dalam baiak kanalah buruak

‘Dalam baik ingatlah buruk’

Dalam galak tangieh kok tibo

‘Dalam tawa tangis menghadang’

Hati gadang hutang kok tumbuah

‘Hati ria hutang tumbuh’

Kok ado rundiang ba nan batin

‘Jika ada masalah yang membatin’

Patuik baduo jan batigo

‘Diselesaikan berdua saja jangan bertiga’ Nak jan lahia didanga urang

‘Jangan sampai didengar orang’

Data di atas menunjukkan nasehat-nasehat orang Minang yang mengandung nilai kerukunan dan penyelesaian konflik. Isi pepatah-petitih yang mengandung nilai penyelesaian konflik kok ado rundiang ba nan batin patuik baduo jan batigonak jan lahia di danga urang

‘kalau ada masalah yang membatin, diselesaikan berdua saja jangan bertiga, jangan sampai

didengar orang’ maksudnya adalah dalam setiap permasalahan selalu diselesaikan dengan akal

(20)

menggunakan hati sehingga dapat saling memahami manusia lain dengan mengembangkan perasaan dan hati nurani. Serta masalah setidaknya jangan sampai didengar oleh orang banyak.

Data (3)

Pepatah-petitih Minangkabau pada acara Niniak-Mamak yang menunjukkan adanya nilai kerukunan dan penyelesaian konflik terdapat pada data

Ko ado kayu gadang di tangah padang

‘Jika ada pohon besar di tengah padang’

Mako ka manjadi tampek balinduang kapanasan

‘Maka akan menjadi tempat berlindung kepanasan’

Ko ado duri nan mancucuak dalam kaluargo

‘Kalau ada duri yang menusuk dalam keluarga

Mako basamo-samo baselo jo kaluargo

‘Maka sama-sama bersila dengan keluarga’

Pepatah-petitih ini disampaikan oleh urang nan tuo kepada kedua pengantin. Nilai penyelesaian konflik terdapat pada bagian isi ko ado duri nan mancucuak dalam kaluargo, mako

basamo-samo baselo jo kaluargo ‘kalau ada duri yang menusuk dalam keluarga, maka bersama-sama bersila dengan keluarga’ isi pepatah-petitih ini merupakan nasehat untuk kedua pengantin

yang artinya, jika ada masalah dalam keluarga sebaiknya sama-sama diselesaikan dengan duduk tenang dan tetap satu hati untuk membina rumah tangga yang penuh dengan cinta.

2. Nilai Komitmen

Menurut Sibarani nilai komitmen adalah nilai yang merupakan pengakuan seutuhnya, sebagai sikap yang sebenarnya yang berasal dari watak yang keluar dari dalam diri seseorang, meskipun setiap anggota keluarga memiliki sifat, pekerjaan dan kondisi keluarga yang

(21)

berbeda-beda. Pepatah-petitih Minangkabau pada acara Niniak-Mamak yang menunjukkan adanya nilai komitmen terdapat pada data (1)

Data (1) Elok rumah badiri kokoh

‘Bagus rumah berdiri kokoh’

Tiado tiang nyo ka bagoyang

‘Tidak ada tiang nya akan bergoyang’

Sia nan diparsuntiang nak daro

‘Siapa yang akan dinikahi oleh calon perempuan’

Inyo kamanjadi kamanakan mamak

‘Dia akan tetap menjadi keluarga paman’

Data (1) di atas mencerminkan nilai budaya komitmen yang terdapat pada isi pepatah-petitih sia nan dipersunting nak daro inyo ka manjadi kamanakan mamak, adalah komitmen antara keluarga mempelai wanita terhadap siapa saja yang menjadi calon untuk nak daro tersebut. Maka laki-laki yang menikah tadi akan tetap dianggap menjadi anak paman atau keluarga dari mempelai wanita.

3. Nilai Kesopansantunan

Menurut Sibarani nilai kesopansantunan adalah pengetahuan yang berkaitan dengan penghormatan melalu sikap, perbuatan atau tingkah laku yang diciptakan oleh keluarga. Pepatah-petitih Minangkabau pada acara Niniak-Mamak yang menunjukkan adanya nilai kejujuran terdapat pada data (6)

Data (6) Bakati samo barek

‘Menimbang sama berat’

Maukue samo panjang

(22)

Tibo di mato indak dipiciangkan

‘Tiba di mata tidak dipicingkan’

Tibo di paruik indak dikampihkan

‘Tiba di perut tidak dikempiskan’

Tibo di dado indak dibusuangkan

‘Tiba di dada tidak dibusungkan’

Jiko bakato marapulai ko nan manieh

‘Jika berkata suami haruslah manis’

Walau baban dipikua surang

‘Walau beban dipikul sendiri’

Data (6) berisi sebuah nilai yang mencerminkan nilai kesopansantunan terdapat pada bagian isi pepatah-petitih jiko bakato marapulai ko nan manieh, walau baban di pikua surang,

‘jika berkata suami haruslah manis, walau beban dipikul sendiri’ yang artinya meskipun suami

memiliki beban kerja yang banyak bagaimanapun suami harus tetap berperlaku yang baik kepada istri, sehingga istri dapat mengerti. Dan suami hendaklah menguntaikan kalimat yang baik atau manis untuk memikat istri tersebut.

4. Nilai Disiplin

Menurut Pratt Fairshild nilai disiplin adalah nilai yang dapat mengarahkan orang-orang yang berperilaku dan bersikap berdasarkan patokan atau batasan tingkah laku tertentu yang diterima dalam kelompok atau lingkup sosial masing-masing. Pengaturan tingkah laku tersebut bisa diperoleh melalui jalur pendidikan dan pembelajaran. Pepatah-petitih Minangkabau adat Niniak-Mamak yang mengandung nilai disiplin terdapat pada data (8) dan (9)

(23)

Data (8) Bajalan anak surang tak dahulu

‘Berjalan anak sendiri tidak dahulu’

Bajalan baduo tak di tangah

‘Berjalan berdua tidak di tengah’

Diharoik hemat cermat anak selalu

‘Diharap hemat cermat anak selalu’

Martabat nan ditanam tidaklah lengah

‘Martabat yang ditanam tidaklah lengah’

Pepatah-petitih tersebut mengandung nilai disiplin. Yang mengandung nilai disiplin terdapat pada isi bajalan anak surang tak dahulu, bajalan baduo tak ditangah ,diharoik hemat

cermat anak selalu, martabat nan di tanam tidaklah lenga ‘berjalan anak sendiri tidak dahulu, berjalan berdua tidak di tengah, diharap anak hemat cermat selalu, martabat ditanam tidaklah lengah’ . Mengandung nilai disiplin karena pengharapan yang ditujukan kepada suami istri agar

mampu mendidik anak untuk menjaga martabat keluarganya, agar kelak mendapatkan anak yang dapat bertindak pada saat dan waktunya, melihat kepada tempat dan keadaan, pandai menyesuaikan diri pada setiap tingkatan masyarakat, hormat kepada orang tua serta mempunyai sifat terbuka.

Data (9)

Pepatah-petitih Minangkabau adat Niniak-Mamak yang mengandung nilai disiplin terdapat pada data

Indak bataratak anak bakato asiang

‘Tidak bertempat anak berkata asing’

Bukan mahariak mahantam tanah

(24)

Samoga pandai anak batinggang di nan rumik

‘Semoga pandai anak menyesuaikan di tempat rumit’

Dapek anak bakisa di nan sampik

‘Dapat anak hidup di tempat sempit’

Pepatah-petitih di atas mengandung nilai disiplin, terdapat pada isi pepatah-petitih

samoga pandai anak batinggang di nan rumik, dapek anak bakisa di nan sampik ‘semoga pandai anak hidup ditempat yang rumit, dapat anak menyesuaikan diri di tempat yang sempit’

diharapkan agar ketika suami dan istri mempunyai anak mampu menerepakan sifat disiplin untuk anak, agar anak mampu menyesuaikan diri di lingkungan sekitarnya, baik lingkungan besar ataupun lingkungan kecil.

5. Nilai Religi

Menurut Sibarani nilai religi adalah merupakan dasar dari pembentukkan budaya religius, nilai yang bersifat kerohanian yang tinggi, bersifat mutlak dan abadi, serta bersumber pada kepercayaan dan keyakinan dalam diri manusia. Pepatah-petitih Minangkabau pada acara Niniak-Mamak yang mengandung nilai religi terdapat pada data (10)

Data (10) Rumah gadang di dapan lumbuang nan tarukir

‘Rumah gadang di depan lumbung yang terukir’

Jo nan kuaso yang maha pencipto

‘Itu karena kuasa yang Maha Pencipta’

Kok lai punyo anak laki-laki

‘Jika punya anak laki-laki’

Samoga ka dapek anak yang nan bijaksano pandai mamimpin

(25)

Kok lai punyo anak padusi

Jika punya anak perempuan

Samoga pandai batutur kato nan elok

‘Semoga pandai bertutur kata yang baik’

Data (10) pada kalimat mengandung nilai religi jo nan kuaso Maha Pancipto ‘dengan

kuasa Yang Maha Pencipta’ yang menujukan sebuah permohonan kepada Tuhan Yang Maha

Esa dengan kuasa-Nya agar kelak suami istri mendapatkan anak yang baik sebagai pemimpin serta berperilaku yang sopan santun terdahap sesama manusia.

6. Nilai Pengelolaan Gender

Menurut Suryadi dan Idris nilai pengelolaan gender adalah jenis kelamin sosial dan konotasi masyarakat untuk menentukan peran sosial berdasarkan jenis kelamin. Pepatah-petitih Minangkabau adat Niniak Mamak yang mengandung nilai pengelolaan gender terdapat pada data Data (2) Sigau mancari anau

‘Tangga mencari enau’ Anau tatap sigai baranjak

‘Enau tetap tangga pindah

Nan marapulai datang dek bajapuik pai jo baanta

‘Pengantin laki-laki datang karena dijemput pergi dengan diantar’

Nan nak daro menanti di rumah

‘Yang pengantin perempuan tetap di rumah’

Pepatah-petitih di atas terdapat nilai pengelolaan gender. Yaitu dengan membandingkan antara kedudukan suami dan istri. Yang mengandung nilai pengelolaan gender terdapat pada isi nan

(26)

laki-laki datang karena dijemput pergi dengan diantar yang pengantin perempuan tetap di rumah’ Dalam setiap adat pernikahan Minangkabau semua laki-laki akan diantar ke rumah

istrinya dan dijemput oleh keluarga istrinya secara adat. Bila terjadi perceraian, maka suami yang harus pergi dari rumah istrinya. Sedangkan istri tetap tinggal di rumah bersama anak-anaknya sebagaimana telah diatur hukum adat.

(27)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Adapun yang menjadi simpulan dari penelitian ini adalah:

1. Dalam data pepatah-petitih pernikahan Adat Minangkabau terdapat tiga makna pepatah-petitih (peribahasa) yaitu:

1. Membandingkan (penyamaan) 2. Menasehati

3. Mengharapkan sesuatu

2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap makna pepatah-petitih bahasa Minangkabau dapat disimpulkan adanya nilai-nilai budaya yang terdapat pada masyarakat Minangkabau yang bernilai baik seperti : nilai kejujuran, nilai komitmen, nilai kerukunan dan penyelesaian konflik, nilai pengelolaan gender, nilai religi, dan nilai disiplin.

5.2 Saran

Peneliti berharap agar peneliti-peneliti lain melakukan penelitian sejenis dalam suku/etnik lain. Untuk mendukung suksesnya peneliti lanjutan, kiranya masyarakat Minangkabau turut berpartisipasi mendukung penelitian setiap budaya yang ada dalam masyarakat agar budaya itu sendiri tidak punah, khusunya untuk masyarakat Minangkabau agar tetap memakai dan mempertahankan pepatah-petitih (peribahasa) dengan cara sering mengucapkan pepatah-petitih (peribahasa) tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran komponen komitmen organisasi yang dominan pada pengurus Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis implementasi Balance Scorecard pada Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional (PERUM PERUMNAS) Regional IV Bandung

Pertumbuhan ekonomi AS pada triwulan III 2016 mencapai 2.9% SAAR, utamanya didorong peningkatan pertumbuhan ekspor dan investasi yang lebih besar dari penurunan pertumbuhan

mikroba pada beberapa jenis antibiotika yang berbeda–beda dapat diakibatkan oleh penggunaan pada suatu jenis antibiotika dalam upaya pengobatan dan pencegahan penyakit yang

Dari permasalahan tersebut maka dibutuhkan penelitian lanjutan untuk membuat suatu sistem kendali beberapa AC (Air Conditioner) dan pada ruangan yang berbeda secara jarak

Volume trading yang dihasilkan dari aktivitas trading pada akun di mana bonus deposit tunggal diberikan dikurangi secara proporsional dengan persentase ukuran Kredit pada

Dalam kegiatan Pesta Budaya Mejuah-juah 2015 akan dilaksanakan 11 jenis perlombaan yang memiliki Akar Budaya Karo yakni:1. 1 Lomba Tari Tradisional Karo 2

Terhadap usulan pemberian fasilitas Pajak Penghasilan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2015 tentang Fasilitas dan Kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus