MODEL PENDEKATAN EKONOMI MIKRO: AKTIVITAS PRODUKSI DAN PERILAKU KONSUMSI PERAJIN RAMBUT DI DESA KARANGBANJAR
KECAMATAN BOJONGSARI KABUPATEN PURBALINGGA Suprapto
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal Soedirman Email :...
Agus Arifin
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal Soedirman Email : [email protected]
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kegiatan produksi dan perilaku konsumsi pengusaha rambut industri kreatif di Karangbanjar, Purbalingga. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan dari responden -pengusaha industri produksi rambut - dan yang sekunder dari instansi pemerintah. Beberapa pengukuran diaplikasikan untuk analisis produksi dan konsumsi. Produksi diukur dengan analisis keuntungan dan analisis efisiensi ekonomi, sementara konsumsi diukur dengan APC (Average Propensity to Consume). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) industri kreatif rambut menawarkan keuntungan yang tinggi; 2) laba pengusaha dari industri ini dapat memenuhi sebagian besar konsumsi.
Kata Kunci: produksi, konsumsi, industri kreatif rambut, APC.
Abstract
The purpose of this study is to analyze production activities and consumption behaviour of entrepreneurs of hair creative industry in Karangbanjar, Purbalingga. This study used primary and secondary data. The primary one was collected from respondents — entrepreneurs of hair production industry— and the secondary one was from government institutions. Some measurements was applied to analysis production and consumption. Production was measured by profit analysis and economic efficiency analysis while consumption was measured by average propensity to consume (APC) analysis. The result shows that: 1) Hair creative industry offers high profit; 2) The entrepreneur profit from this industry can satisfy most of consumption.
Keywords: production, consumption, hair creative industry, APC.
PENDAHULUAN
Kinerja perekonomian suatu negara yang baik dan kuat harus ditopang oleh eksistensi sektor riil yang kuat pula. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu pilar utama dalam pengembangan sektor riil. Beberapa penelitian (Hill, 2001; Kyaw, 2008; dan Agyapong, 2010) mejelaskan bahwa pengembangan UMKM telah menjadi
fokus pembangunan di negara-negara berkembang. Dukungan pemerintah terhadap pengembangan UMKM juga dilakukan di negara-negara maju (Musnidar dan Tambunan, 2007; Aranoff at al., 2010; dan Okun at al., 2010). Berdasarkan bukti empiris tersebut dan juga beberapa penelitian lainnya (Kyaw, 2008; Radam, 2008; Sari, 2008; Bowen et al., 2009; dan Ardic et al., 2011) dapat
ditegaskan bahwa UMKM berperan penting dalam memajukan perekonomian suatu negara.
Salah satu sektor UMKM yang menjadi unggulan/andalan di daerah adalah industri kreatif. Di Kabupaten Purbalingga terdapat industri kreatif yang merupakan unggulan utama daerah yaitu kerajinan rambut. Industri kreatif kerajinan rambut yang terdapat di Desa Karangbanjar Kabupaten Purbalingga ini ternyata mampu mengurangi angka pengangguran (30,47 persen) dan dapat memenuhi kebutuhan hidup layak (KHL) masyarakat perajin rambut (82,5 persen telah hidup layak) (Arifin, 2011). Meskipun secara ekonomi industri kreatif ini cukup menjanjikan, namun masih ditemukan berbagai kelemahan, seperti ketersediaan bahan baku, permodalan, dan pemasaran (Arifin, 2008; Ihua, 2009; dan Bowen at al., 2009). Di samping itu, ditemukan pula permasalahan pemasaran dikarenakan jaringan usaha (networking) yang terbatas dan strategi pemasaran yang masih konvensional, belum memanfaatkan Information Technology (IT) secara baik, rendahnya manajemen, dan kualitas sumber daya manusia (Sari, 2008; Bowen at al., 2009; Kushwaha, 2011, Popescu, 2011; Arifin dan Rakhmat, 2013).
Beberapa kelebihan/kekuatan dan kekurangan/kelemahan tersebut akan terdeteksi pada perilaku para pekerja rambut, baik dilihat sebagai produsen maupun sebagai konsumen. Dari sisi produsen misalnya, para pekerja yang mau dan mampu memperbaiki teknik produksi dan pemasarannya, maka mereka akan dapat menghasilkan produksi yang lebih banyak dengan kualitas yang bagus dan dapat memperoleh keuntungan yang lebih banyak pula. Contoh lain, pengusaha rambut yang senantiasa belajar dan aktif mengikuti seminar atau pelatihan tentang manajemen usaha, maka dia akan mampu mengelola usahanya dengan efisien, yaitu mengurangi biaya-biaya yang tidak perlu dan mampu meningkatkan nilai tambah produksinya. Sementara itu, dari sisi
konsumen, pekerja dan pengusaha rambut yang dapat menerapkan skala prioritas pada sejumlah kebutuhan hidup sehari-hari, maka dia mampu mengoptimalkan pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang primer dan penting terlebih dahulu sehingga pola hidupnya teratur secara ekonomi. Contoh lain lagi, pekerja dan pengusaha yang disiplin dalam menggunakan pendapatan-nya dan menghindari pemborosan, maka dia akan mampu menyisihkan sebagian pendapatannya untuk ditabung.
Hal menarik dan menjadi permasalahan pada penelitian ini adalah bahwa pada penelitian Arifin (2011) 82,5 persen para perajin rambut telah hidup layak, namun masih dijumpai beberapa perajin rambut yang rumahnya belum layak (lantai tanah, atap seng, dinding rumah bambu/papan). Di samping itu, dijumpai pula beberapa anak-anak mereka yang bersekolah hanya sampai lulus SMP bahkan ada yang lulus SD saja. Dengan kondisi tersebut, pertanyaan penting yang diajukan adalah apakah pendapatan mereka dari kerajinan rambut sudah mampu mencukupi kebutuhan dasar mereka sehari-hari, seperti sandang, pangan, papan, termasuk pendidikan dasar dan kesehatan standar.
METODE ANALISIS Lokasi
Lokasi penelitian ini adalah sentra kerajinan rambut Desa Karangbanjar Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purba-lingga.
Data
Data yang diperlukan adalah data primer dan sekunder. Data primer berasal dari para perajin rambut melalui kuesioner dan wawancara. Data sekunder bersumber dari dinas dan instansi terkait. Data yang diperlukan meliputi yang digali meliputi identitas usaha, nilai produksi, jumlah tenaga kerja, upah, modal, aset, biaya produksi, profit, pemasaran, dll.
Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling, yaitu suatu metode pemilihan ukuran sampel di mana anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Metode untuk menentukan sampel digunakan rumus sebagai berikut (Iqbal, 2002):
di mana n adalah jumlah sampel, N adalah jumlah populasi, dan e adalah persentase kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditoleransi, 1% - 10%.
Dari rumus diatas maka jumlah sampel pada penelitian ini adalah:
0,1 67,105 204 1 204 1 2 2 Ne N ndibulatkan jadi 68 sampel.
Teknik Analisis Data
Penelitian ini berfokus pada analisis kinerja dan penguasaan pasar. Untuk itu, teknik analisis data yang digunakan dapat dijelaskan mengikuti tahapan-tahapan berikut ini:
1. Menganalisis Aktivitas Produksi
a. Menentukan Biaya (Cost), Pendapatan (Revenue), dan Laba (Profit)
Biaya (cost) dalam pengertian ekonomi adalah semua beban yang harus ditanggung oleh produsen untuk menyediakan barang agar siap untuk dikonsumsi oleh konsumen (Sudarsono, 1986). Produk adalah hasil dari kombinasi penggunaan berbagai faktor produksi. Penggunaan faktor produksi banyak mempengaruhi pendapatan produsen (perajin rambut) yang erat kaitannya dengan besarnya biaya yang dikeluarkan. Biaya produksi dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu :
(1) Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung pada besar kecilnya kuantitas produksi. Bahkan bila kegiatan produksi untuk
sementara dihentikan, maka fixed cost tetap harus dikeluarkan dalam jumlah yang sama. Misalnya penyusutan alat-alat produksi, bunga pinjaman, dan sewa tempat produksi.
(2) Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan kuantitas produk yang dihasilkan. Semakin besar kuantitas hasil produksi, maka semakin besar pula biaya variabel yang harus dikeluarkan. Biaya yang termasuk biaya variabel dalam kerajinan rambut adalah pembelian bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya perawatan lain.
(3) Biaya total adalah penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel dalam proses produksi.
Biaya total dapat dirumuskan sebagai berikut (Boediono, 1992): TC = FC + VC di mana: TC = Total Cost FC = Fixed Cost VC= Variable Cost
Pendapatan atau penerimaan
(revenue) adalah pendapatan yang
dihasilkan dari kegiatan produksi setiap tahun (Makeham, 1991). Pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut :
TR = P .Q di mana:
TR = Total Revenue
P = Price (Harga tiap unit)
Q = Quantity (Banyaknya produk yang dijual)
Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas biaya-biayanya dalam jangka waktu (periode) tertentu. Di dalam teori ekonomi, laba adalah suatu kenaikan dalam kekayaan perusahaan sedangkan dalam akuntansi, laba adalah perbedaan pendapatan yang direalisasikan dari transaksi yang terjadi pada waktu dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tertentu. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya. Dengan mengelompokkan
unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda antara lain laba kotor, laba operasional, laba sebelum pajak, dan laba bersih. Pengukuran laba penting untuk menentukan kinerja atau prestasi suatu usaha dan untuk menentukan kebijakan investasi
(http://kelompoklaba.wordpress.com/2008/ 08/27/laba, diunggah 27 Agustus 2008).
Pada penelitian ini, laba yang dimaksud aalah selisih antara pendapatan total (TR) dan biaya total (TC). Secara matematis, dapat dituliskan sebagai berikut: π = TR - TC di mana: π = Laba/keuntungan TR = Total Revenue TC = Total Cost
b. Menganalisis Efisiensi Ekonomi
Efisiensi ekonomi adalah perbandingan antara pemasukan dengan pengeluaran. Dalam perusahaan usaha untuk meningkatkan efisiensi biasanya dihubungkan dengan biaya yang lebih kecil untuk memperoleh suatu hasil tertentu, atau dengan biaya tertentu dapat diperoleh hasil yang lebih banyak. Ini berarti pemborosan sangat ditekan seminimal mungkin, dan sesuatu yang memungkinkan untuk mengurangi biaya ini dilakukan demi efisiensi (Rahardja, 2010).
Menurut Soekartawi (1987), efisiensi adalah suatu upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Dalam kaitannya dengan konsep efisiensi ini, dikenal dengan adanya konsep efisiensi teknis (technical efficiency), efisiensi harga (price efficiency atau allocative efficiency), dan efisiensi ekonomi (economic efficiency). Efisiensi teknis akan tercapai jika petani mampu mengalokasikan faktor produksi sedemikian rupa sehingga produksi yang tinggi dapat tercapai. Bila petani mendapatkan keuntungan yang besar dari usahataninya, misalnya karena pengaruh harga, maka petani tersebut dapat
dikatakan mengalokasikan faktor produksinya secara efisiensi harga (price
efficiency). Untuk dapat menghitung
efisiensi ekonomi kita dapat menggunakan rumus (Soekartawi, 2002): a = R/C R= Pʸ .Y C= FC + VC a = {( Pʸ. Y)/ (FC + VC)} di mana: R = Penerimaan C = Biaya Py = Harga Output Y = Output
FC = Biaya Tetap (Fixed Cost) VC = Biaya Fariabel (Variable Cost) Kriteria Pengujian :
R/C Rasio >1, maka usahatani secara ekonomis menguntungkan.
R/C Rasio =1, maka penerimaan hanya cukup untuk menutupi biaya produksi. R/C Rasio <1, maka tingkat usahatani secara ekonomi tidak menguntungkan.
2. Menganalisis Perilaku Konsumsi
Konsumsi rumah tangga dapat diartikan sebagai pengeluaran rumah tangga untuk pembelian barang-barang dan jasa akhir guna mendapatkan kepuasan ataupun untuk memenuhi kebutuhannya. Fungsi konsumsi sendiri dinyatakan sebagai fungsi yang menggambarkan hubungan antara tingkat konsumsi rumah tangga dengan pendapatan dalam suatu perekonomian (Sukirno, 2002:38).
Pokok persoalan yang dihadapi ekonomi rumah tangga adalah apakah penghasilan yang masuk itu cukup untuk memenuhi segala kebutuhan keluarga atau belum. Oleh karena itu, tantangan yang dihadapi dalam mengatur ekonomi rumah tangga adalah bagaimana mengatur keuangan keluarga sehingga semua kebutuhan hidup keluarga dapat terjamin dengan penghasilan yang tersedia, dengan kata lain bagaimana menjaga keseim-bangan antara penghasilan dan pengeluaran.
Untuk mengetahui bagaimana pola konsumsi dan apakah pendapatan yang
diterima oleh perajin cukup untuk memenuhi pengeluarannya digunakan analisis tabulasi. Alat ukur yang digunakan adalah APC (Average Propensity to Consume) yaitu seberapa persen dari pendapatan yang dibelanjakan untuk dikonsumsi (C sebagai persentase dari Y) dengan cara membandingkan besar pengeluaran konsumsi dan pendapatan (Gilarso, 1991:178). Ada tiga kemungkinan dari nilai APC, yaitu:
a) Jika APC > 100% = C > Y b) Jika APC = 100% = C = Y c) Jika APC < 100% = C < Y Kriteria pengujian :
(1) Katagori tinggi, jika konsumsi lebih besar dari pendapatan, artinya pendapatan tidak memenuhi kebutuhan pola konsumsi.
(2) Katagori sedang, jika konsumsi sama dengan pendapatan, artinya pendapatan cukup memenuhi kebutuhan pola konsumsi.
(3) Katagori rendah, jika konsumsi lebih kecil dari pendapatan, artinya pendapatan dapat memenuhi kebutuhan pola konsumsi.
3. Membandingkan Analisis Produksi dan Pola Konsumsi
Hasil analisis produksi dan konsumsi pada poin 3) dan 4) di atas kemudian dibandingkan dan dianalisis. Jika nilai konsumsi (pengeluaran) lebih besar daripada pendapatan dari hasil produksinya, maka kehidupan perajin tersebut dikatakan tidak layak secara ekonomi. Sebaliknya, jika pendapatannya mampu mencukupi konsumsinya, maka dapat dikatakan perajin tersebut sudah hidup layak dengan pencahariannya sebagai perajin rambut.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Menganalisis Aktivitas Produksi a. Menentukan Biaya (Cost), Pendapatan
(Revenue), dan Laba (Profit)
Aktivitas produksi dalam penelitian
ini diamati dengan analisis tentang penerimaan (revenue), biaya (cost), dan laba (profit). Berdasarkan data primer (kuesioner) dari 68 responden, diperoleh hasil seperti disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rekapitulasi Penerimaan, Biaya, dan Laba Industri Kerajinan Rambut Desa Karangbanjar, Purbalingga (Rp/bulan)
Statistik Penerimaan (R) Biaya (C) Laba (Profit) Total 2.229.545.000,00 1.665.530.000,00 564.015.000,00 Rata-Rata 32.787.426,47 24.493.088,24 8.294.338,24 Maksimum 180.000.000,00 135.000.000,00 58.800.000,00 Minimum 3.000.000,00 2.240.000,00 200.000,00 Median 15.600.000,00 12.100.000,00 3.180.000,00
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa penerimaan total dari seluruh responden adalah Rp2.229.545.000,00/bulan. Nilai ini mencerminkan penerimaan dari 68 responden (sampel) atau kira-kira mendekati sepertiga dari total unit usaha (populasi) sehingga penerimaan total (populasi) di sentra industri kerajinan ini mencapai 6 milyar rupiah. Selanjutnya, penerimaan rata-rata dari seluruh responden adalah Rp32.787.426,47/bulan, namun nilai ini adalah nilai bruto (gross), belum dikurangi biaya rata-rata dari
seluruh responden. Oleh karena itu, jika dihitung nilai netto (net) (setelah dikurangi biaya rata-rata seluruh responden), maka akan diperoleh nilai yang lebih representatif yaitu nilai laba (profit) rata-rata yang diperoleh setiap unit usaha, yaitu Rp8.294.338,24/bulan. Namun demikian, di antara seluruh responden (unit usaha), terdapat unit usaha (pengusaha) yang hanya memperoleh profit Rp200.000,00 /bulan, yaitu unit usaha yang skala produksinya mikro atau kecil, biasanya
yang mempunyai modal kecil atau baru memulai usaha.
b. Menganalisis Efisiensi Ekonomi
Efisiensi ekonomi adalah perban-dingan antara pemasukan dengan pengeluaran. Untuk dapat menghitung efisiensi ekonomi kita dapat menggunakan rumus (Soekartawi, 2002):
a = R/C R= Pʸ .Y C= FC + VC
a = {( Pʸ. Y)/ (FC + VC)}
di mana: R=penerimaan, C=biaya, Py=harga output, Y=output, FC=biaya tetap (Fixed Cost), VC=biaya variabel (Variable Cost).
Kriteria Pengujian :
R/C Rasio >1, maka usahatani secara ekonomis menguntungkan.
R/C Rasio =1, maka penerimaan hanya cukup untuk menutupi biaya produksi.
R/C Rasio <1, maka tingkat usahatani secara ekonomi tidak menguntungkan.
Selanjutnya, efisiensi ekonomi dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rekapitulasi Efisiensi Ekonomi Industri Kreatif Kerajinan Rambut Desa Karangbanjar, Purbalingga
Statistik Penerimaan (R) Biaya (C) Rasio (R/C) Total 2.229.545.000,00 1.665.530.000,00 1,34 Rata-Rata 32.787.426,47 24.493.088,24 1,33 Maksimum 180.000.000,00 135.000.000,00 2,05 Minimum 3.000.000,00 2.240.000,00 1,01 Median 15.600.000,00 12.100.000,00 1,27 Pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa
seluruh responden memiliki rasio R/C lebih besar dari 1. Hal ini berarti bahwa seluruh unit usaha/pengusaha kerajinan rambut di sentra ini telah efisien secara ekonomi dalam menjalankan usahanya. Untuk penghitungan total (seluruh responden) diperoleh rasio R/C yaitu 1,34; sementara untuk penghitungan rata-rata setiap unit usaha diperoleh rasio R/C yaitu 1,33. Bahkan, terdapat unit usaha yang mempunyai rasio R/C mencapai 2,05 yang berarti usaha yang ditekuni sudah sangat menguntungkan. Sementara itu, terdapat pula unit usaha yang mempunyai rasio R/C paling kecil yaitu 1,01, namun masih menunjukkan nilai di atas 1 yang berarti menguntungkan secara ekonomis.
2. Menganalisis Perilaku Konsumsi
Untuk mengetahui bagaimana pola konsumsi dan apakah pendapatan yang diterima oleh perajin cukup untuk memenuhi pengeluarannya digunakan analisis tabulasi. Alat ukur yang digunakan adalah APC (Average Propensity to Consume) yaitu seberapa persen dari pendapatan yang dibelanjakan untuk dikonsumsi (C sebagai persentase dari Y) dengan cara membandingkan besar pengeluaran konsumsi dan pendapatan (Gilarso, 1991:178).
Pada penelitian ini, pendapatan yang dimaksud adalah penerimaan bersih pengusaha atau yang disebut sebagai laba pengusaha. Sementara konsumsi yang dimaksud adalah konsumsi rumah tangga pengusaha yang merupakan pengeluaran konsumsi untuk kebutuhan harian dan bulanan. Rekapitulasi penghitungan nilai APC dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rekapitulasi Penghitungan Average Propensity to Consume (APC) Industri Kreatif Kerajinan Rambut Desa Karangbanjar, Purbalingga
Statistik Penerimaan Bersih
(Laba Pegusaha) Konsumsi
Nilai APC Katogori APC Tinggi Rendah Total 564.015.000,00 297,348,000.00 0,53 28 unit usaha 40 unit usaha Rata-Rata 8.294.338,24 4,372,764.71 0,53 (41%) (59%)
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa secara umum para pengusaha (unit usaha) bahwa pendapatan mereka dari usaha kerajinan rambut dapat memenuhi kebutuhan konsumsinya. Hal ini ditandai dengan nilai APC sebesar 0,53 yang berarti 53 persen dari pendapatan mereka digunakan untuk konsumsi. Artinya, masih ada sisa yang dapat digunakan untuk tabungan ataupun motif berjaga-jaga. Jika dilihatat nilai APC tiap unit usaha, maka sebanyak 28 unit usaha/pengusaha (41 persen) mempunyai nilai APC tinggi yaitu di atas 1, artinya konsumsi lebih besar daripada pendapatan (C > Y) sehingga dapat dikatakan pendapatannya tidak dapat memenuhi kebutuhan konsumsi. Sementara itu, sebanyak 40 unit usaha/pengusaha (59 persen) sudah sesuai dengan yang diharapkan di mana nilai APC-nya rendah atau pendapatan mereka sudah mampu memenuhi kebutuhan konsumsinya.
2. Membandingkan Analisis Produksi dan Pola Konsumsi
Dengan membandingkan analisis produksi dan pola konsumsi dapat diketahui bahwa secara umum pengusaha kerajinan rambut sudah dapat hidup layak dengan pencahariannya sebagai perajin rambut. Yang menjadi catatan bahwa berdasarkan nilai APC, masih ada 41 persen pengusaha yang belum seimbang antara pendapatan dan konsumsinya di mana konsumsinya masih terlalu tinggi daripada pendapatannya. Untuk itu, bagi mereka perlu dipertimbangkan lebih cermat lagi kemungkinan masih terlalu boros dalam melakukan konsumsi sehingga perlu ditekan konsumsinya,
kemungkinan masih perlu lebih efisien lagi dalam berproduksi.
PENUTUP Kesimpulan
1. Industri kreatif kerajinan rambut ini memberikan laba yang menjanjikan. 2. Seluruh unit usaha (pengusaha) sudah
efisien secara ekonomi dalam menjalankan usahnya.
3. Secara umum pendapatan bersih (laba pengusaha) sudah dapat memenuhi kebutuhan konsumsi mereka.
4. Dengan membandingkan analisis produksi dan pola konsumsi dapat diketahui bahwa secara umum pengusaha kerajinan rambut sudah dapat hidup layak dengan pencahariannya sebagai perajin rambut.
DAFTAR PUSTAKA
Agyapong, Daniel. 2010. Micro, Small and Medium Enterprises’ Activities, Income Level and Poverty Reduction in Ghana – A Synthesis of Related Literature, International Journal of Business and Management, Vol. 5, No. 12. Department of Management Studies, School of Business, University of Cape Coast, Ghana.
Aranoff, Shara L et al. 2010. Small and
Medium-Sized Enterprises:
Overview of Participation in U.S.
Exports. United States
International Trade Commission. Investigation No. 332-508. USITC Publication 4125. Washington DC.
Ardic, Oya Pinar, Nataliya Mylenko, dan Valentina Saltane. 2011. Small and Medium Enterprises A Cross-Country Analysis with a New Data Set. Policy Research
Working Paper 5538.
Consultative Group to Assist the Poor, Financial and Private Sector Development of The World Bank.
Arifin, Agus. 2008. Analisis Keunggulan Produk Kerajinan Rambut di Desa Karangbanjar Kecamatan Bojongsari, Purbalingga, 2007 (Pendekatan Revealed Comparative Advantage (RCA)
dan Sustainable Competitive
Advantage (SCA)). Jurnal
Pembangunan Ekonomi Wilayah, Vol. 3, No. 1, hal 35-41. Program Studi IESP Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman. Arifin, Agus. 2011. “Eksistensi Industri
Kreatif Kerajinan Rambut dalam Upaya Penyerapan Tenaga Kerja dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup Layak di Desa Karangbanjar, Kecamatan Bojongsari, Kabupaten Purbalingga, 2011”. Proceedings. Seminar Nasional
Sustainable Competitive
Advantage-1 (SCA-1). Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman. Arikunto, Suharsimi. 2002. Statistik 1.
Bumi Aksara. Jakarta.
Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembambungan. STIE YKPN. Yogyakarta.
Boediono. 1992. Ekonomi Mikro Seri Sinopsis Pengantar Ekonomi No. 1. BPFE Yogyakarta.
Bowen, Michael et al. 2009. Management of Business Challenges among Small and Micro Enterprises in Nairobi-Kenya. Journal of Business Management, Vol 2 Issue 1. Centre for Research, Publications and Consultancy of Daystar University, Nairobi, Kenya.
Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Purbalingga. 2011. Industri Unggulan Desa
Karangbanjar. Dinas
Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Purbalingga. Gilarso. 1991. Pengantar Ilmu Ekonomi
Bagian Makro. Kanisius.
Yogyakarta.
Husnan, S. dan Suwarsono Muhammad, 2000. Studi Kelayakan Proyek. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. http://kelompoklaba.wordpress.com/2008/
08/27/laba, diunggah 27 Agustus 2008
Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. 2012. Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB)
Tahun 2006-2010. http://www.depkop.go.id/index.ph p?option=com_phocadownload& view=file&id=257:data-usaha- mikro-kecil-menengah-umkm- dan-usaha-besar-ub-tahun-2006-2010&Itemid=93
Kuncoro, Mudrajad. 2007. Ekonomika
Industri Indonesia, Menuju
Negara Industri Baru 2030?. Penerbit ANDI. Yogyakarta. Kushwaha, Gyaneshwar Singh. 2011.
Competitive Advantage Through Information and Communication Technology (ICT) Enabled Supply Chain Management Practices. International Journal of
Enterprise Computing and
Business Systems, Vol.1, Issue 2. Department of Management Studies, Maulana Azad National Institute of Technology, Bhopal, India.
Kyaw, Aung. 2008. Financing Small and Medium Enterprises in Myanmar. Institute of Developing Economies (IDE) Discussion Paper, No. 148. Yangon Institute of Economics, Myanmar.
Makeham, J.P., Malcolm, R.L. 1991. Manajemen Usaha Tani Daerah
Tropis. Terjemahan. LP3ES
Jakarta.
Musnidar dan Tulus Tambunan. 2007. “Development Strategy and Overview of SMEs” in
Entrepreneurship Development
for Competitive Small and
Medium Enterprises, pp. 112-136, Report of the APO Survey on Entrepreneur Development for Competitive SMEs, Asian Productivity Organization, Japan. Nicholson, Walter. 2000. Mikroekonomi
Intermediate dan Aplikasinya, Edisi Kedelapan (terjemahan). Penerbit Erlangga. Jakarta.
Okun, D. Tanner et al. 2010. Small and
Medium-Sized Enterprises:
Characteristics and Performance. United States International Trade Commission. Investigation No. 332-510. USITC Publication 4189. Washington DC.
Popescu, Dan et al. 2011. Management Practices from Small and Medium Enterprises within the Knowledge-Based Economy.
International Journal of
Education and Information
Technologies, Vol. 5 Issue 1. Priyono, Rakhmat dan Agus Arifin. 2011.
Struktur Industri, Tingkat Produktivitas, dan Efisiensi Ekonomis dalam Pemenuhan Kebutuhan Hidup Layak (Studi Empiris Perajin Tahu Desa Kalisari, Cilongok, Banyumas vs Perajin Tahu Desa Kalikabong, Kalimanah, Purbalingga). Jurnal Pembangunan Ekonomi Wilayah EKOREGIONAL, Vol. 6, No. 2, Program Studi IESP Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman.
Radam, Alias, Mimi Liana Abu, dan Amin Mahir Abdullah. 2008. Technical Efficiency of Small and Medium Enterprise in Malaysia: A Stochastic Frontier Production Model. International Journal of
Economics and Management,
Vol.2, No.2.
Rahardja, Pratama dan Mandala Manurung. 2010. Teori Ekonomi Mikro. FE UI Jakarta
Rangkuti, Freddy, 2000, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis : Reorientasi Konsep Perencanaan
Strategis Untuk Menghadapi
Abad 21. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sari, Diana, Quamrul Alam, dan Nicholas
Beaumont. 2008.
Internationalisation of Small Medium Sized Enterprises in Indonesia: Entrepreneur Human and Social Capital. Proceedings. 17th Biennial Conference of the Asian Studies Association of Australia in Melbourne 1-3 July 2008.
Soekartawi. 1987. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Rajawali. Jakarta. _________. 2002. Analisis Usahatani. UI
Press. Jakarta.
Sukirno, Sadono. 2002. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Bina Grafika. Jakarta.
Suparmoko. 1998. Pengantar Ekonomi Mikro. BPFE. Yogyakarta.
Supranto, J. 2004. Ekonometri. Buku Kedua. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta.
Todaro, Michael P. 1991. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta