4 BAB 2
LANDASAN TEORI 2.1 Sistem produksi
Sistem produksi merupakan sistem integrasi yang memiliki komponen struktural dan fungsional dari suatu proses yang memberikan nilai tambah pada proses produksi yang mengubah input menjadi output yang memiliki nilai komersial (Gaspersz, 2012, p. 5).
Dari segi tujuan perusahaan, sistem produksi dibedakan menjadi empat jenis, yaitu (Nasution & Prasetyawan, 2008, p. 10):
1. Engineering To Order (ETO), yaitu produsen melakukan rekayasa
mulai dari penyimpanan fasilitas sampai pembuatan untuk memenuhi pemesanan.
2. Assembly To Order (ATO), yaitu produsen membuat desain standar,
modul-modul standar yang sebelumnya dan merakit sesuai kombinasi tertentu dari modul-modul tersebut sesuai dengan pesanan konsumen.
3. Make To Order (MTO), yaitu produsen menyelesaikan item akhirnya
hanya jika telah menerima pesanan konsumen untuk item tersebut. Item bersifat unik dan mempunyai desain sesuai pesanan, maka konsumen akan menunggu hingga produsen dapat menyelesaikannya.
4. Make To Stock (MTS), yaitu produsen membuat item-item yang
diselesaikan dan ditempatkan sebagai persediaan sebelum pesanan konsumen diterima.
Manufacturing Lead Time dari keempat jenis operasi proses produksi
dapat digambarkan sebagai berikut (Gaspersz, 2012, p. 11):
Gambar 2.1 Lead Time dari bermacam jenis operasi proses produksi
Perencanaan dan pengendalian produksi (PPC) merupakan bagian dalam sistem produksi dimana difungsikan untuk mengendalikan aliran material yang masuk, mengalirkan dan mengeluarkan dari suatu sistem produksi untuk dapat memenuhi permintaan pasar dengan jumlah yang tepat, dan biaya produksi minimum. PPC dapat dibedakan menjadi dua hal pekerjaan yang saling berkaitan, yaitu: Perencanaan Produksi dan Pengendalian Produksi. Oleh karena perencanaan ini berkaitan dengan masa mendatang, maka perencanaan disusun atas dasar perkiraan yang dibuat berdasarkan data masa lalu dengan menggunakan asumsi (Nasution & Prasetyawan, 2008, p. 15).
Sesuai dengan fungsinya, pengendalian produksi melakukan aktivitas-aktivitas sebagai berikut, diantara: Mengukur realisasi dari rencana produksi; Membandingkan realisasi dengan rencana produksi; Mengamati penyimpangan yang terjadi baik yang dapat ditolerir maupun yang tidak dapat ditolerir; Menganalisa sebab-sebab terjadinya penyimpangan dan Melakukan tindakan perbaikan dengan menghilangkan penyebab dan melakukan
penyesuaian-penyesuaian yang dapat mengkompensasikan penyimpangan yang terjadi (Nasution & Prasetyawan, 2008, pp. 24-25).
2.2 Peramalan (Forecasting)
Peramalan merupakan suatu proses untuk memperkirakan jumlah kebutuhan di masa akan datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaaan barang ataupun jasa. Peramalan dalam horizon waktu diklasifikasikan kedalam tiga kelompok, yaitu (Nasution & Prasetyawan, 2008, p. 30):
1. Long Term, umumnya 2 sampai 10 tahun.
2. Medium Term, umumnya 1 sampai 24 bulan.
3. Short Term, umumnya 1 sampai 5 minggu.
Tujuan utama dari peramalan adalah untuk meramalkan permintaan dari item-item independent demand di masa yang akan datang dengan mengkombinasikan pelayanan pesanan (order service) yang bersifat pasti, agar dapat diketahui total permintaan dari suatu item atau produk sehingga memudahkan dalam manajemen produksi dan inventori untuk menghasilkan sebuah keputusan (Gaspersz, 2012, p. 136).
Peramalan diklasifikasikan menjadi dua yaitu bersifat subjektif dengan metode Delphi dan metode Pasar sedangkan yang bersifat objektif melalui metode ektrinsik (kausal) dan metode intrinsik yaitu analisis deret waktu (Time series). Analisa deret waktu sangat tepat digunakan untuk meramalkan permintaan yang pola permintaan di masa lalunya cukup konsisten dalam periode waktu yang lama dan tetap berlanjut. Beberapa analisis deret waktu (time series) (Nasution & Prasetyawan, 2008, pp. 36-39):
• Trend (kecenderungan), merupakan sifat dari permintaan di masa lalu
terhadap waktu yang terjadi saat ini, apakah permintaan tersebut memiliki kecenderungan naik, turun, atau konstan.
• Siklus (cycle), dimana permintaan suatu produk dapat memiliki siklus yang berulang secara periodik, biasanya lebih dari satu tahun, sehingga pola ini hanya berguna untuk peramalan menengah, dan jangka panjang. • Musiman (season), tingkat permintaan dapat naik turun disekitar garis
trend dan biasanya berulang setiap tahunnya. Pola ini biasanya disebabkan oleh faktor cuaca, musim liburan panjang, dan hari raya keagamaan yang akan berulang secara periodik setiap tahunnya.
• Variasi Acak (Random), dimana permintaan dapat mengikuti pola variasi secara acak karena faktor-faktor adanya bencana alam, bangkrutnya perusahaan pesaing, promosi khusus, dan lainnya.
Permintaan yang mengikuti pola acak memiliki fleksibilitas dalam penentuan metode peramalannya, sehingga peramalan yang digunakan merupakan peramalan jangka panjang. Adapun metode peramalan yang digunakan berikut:
1. Metode Regresi Linier
Metode regresi merupakan dasar garis kecenderungan untuk sesuatu persamaan, sehingga dengan dasar persamaan tersebut dapat diproyeksikan hal-hal yang akan diteliti pada masa yang akan datang. Untuk peramalan jangka pendek dan jangka panjang, ketepatan peramalan dengan metode ini sangat baik (Ginting, 2007, p. 42). Formula untuk peramalan regresi linier, yaitu (Nahmias, 2009, pp. 75-76):
Dimana:
=
= perkiraan permintaan
= nilai rata-rata dari permintaan
= nilai tetap y bila x = 0 (merupakan perpotongan dengan sumbu y)
= derajat kemiringan persamaan garis regresi
= periode (waktu) = permintaan di periode i 2. Metode Exponential Smoothing
Single Exponential Smoothing, dimana nilai ramalan pada periode t+1
merupakan nilai aktual pada periode t ditambah dengan penyesuaian yang berasal dari kesalahan nilai ramalan yang terjadi pada periode t tersebut. Nilai peramalan dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut (Nahmias, 2009, p. 67):
Dimana :
= data permintaan pada periode t = faktor atau konstanta pemulusan
= peramalan untuk periode t
Double Exponential Smoothing Satu Parameter (Brown Linear Method), merupakan metode yang hampir sama dengan metode linear moving average tetapi telah disesuaikan dengan menambahkan satu parameter (Ismail
& Yeng, 2011, p. 1175).
Dimana merupakan Single Exponential Smoothing, sedangkan merupakan Double Exponential Smoothing.
Rumus perhitungan peramalan m untuk periode ke depan:
Inisialisasi: ,
Double Exponential Smoothing Dua Parameter (Holt’s Method),
merupakan metode untuk time series dengan trend linear. Terdapat konstanta yaitu dan . Adapun rumusnya adalah sebagian berikut (Nahmias, 2009, p. 77):
Dimana:
= nilai history demand
= nilai intercept pada periode t
= nilai peramalan
= nilai slope pada periode t
= nilai tetap smoothing pada intercept = nilai tetap smoothing pada slope , m = jarak antar waktu peramalan
Untuk mengetahui tingkat akurasi kesalahan dari metode peramalan diatas digunakan salah satu pengukuran yaitu dengan Mean Absolute
Percentage Error (MAPE). MAPE dinyatakan sebagai berikut (Nasution &
Prasetyawan, 2008, p. 35):
Dimana:
= Permintaan actual pada periode t = Peramalan permintaan pada periode t = Jumlah periode peramalan yang terkait 2.3 Assembly Chart (AC)
Assembly chart digunakan untuk menggambarkan aliran material dan
keterkaitan antara bagian-bagian, schematic dan graphic models yang umumnnya akan dikembangkan dan digunakan dalam urutan perakitan dalam metode pembuatan produk (Rajput, 2007, p. 829).
2.4 Struktur Produk (Bill of Materials)
Menurut Gaspersz (2012, p.229), bill of materials (BOM) merupakan cara komponen-komponen digabung dalam suatu produk manufaktur. Struktur produk memberikan petunjuk konversi suatu bahan baku menjadi komponen fabrikasi yang kemudian digabungan dengan komponen lain menjadi subassemblies yang digabungkan menjadi assemblies hingga menjadi sebuah produk.
2.5 Aggregate Planning
Perencanaan agregat (Aggregate Planning) merupakan metode yang digunakan dalam perencanaan produksi untuk menyesuaikan kemampuan produksi dalam menghadapi permintaan konsumen yang tidak pasti dan tidak jelas waktunya dengan mengoptimalkan penggunaan dari sumber daya (peralatan dan tenaga kerja) yang dimiliki sehingga dapat menekan biaya operasional perusahaaan (Nasution & Prasetyawan, 2008, pp. 70-71).
2.6 Master Production Schedule (MPS)
Menurut Gaspersz (2012, p.220), MPS merupakan suatu perencanaan tentang produk akhir (parts pengganti dan suku cadang) dari suatu perusahaan yang digunakan untuk memproduksi produk pada periode (waktu) tertentu.
MPS difungsikan untuk dapat mengevaluasi jadwal-jadwal altenatif dalam hal kebutuhan kapasitas, menyediakan input untuk sistem MRP dan membuat manajer produksi untuk menghasilkan prioritas-prioritas untuk penjawalan produksi (Nasution & Prasetyawan, 2008, p. 104).
Tabel 2.1 Contoh Tabel MPS
Item No : :
Lead Time : Safety Stock :
On hand : Lot Size :
Period Past Due 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Forecast Costumer Order Project Available Balance Available to Promise Master Scheduled
Demand Time Fences : Planning Time Fences : Description
Sumber: (Gaspersz, 2012, p. 244)
Penjelasan terkait informasi dalam tabel MPS adalah sebagai berikut:
1. Lead Time adalah banyaknya periode yang dibutuhkan untuk
memproduksi atau membeli suatu item.
2. On Hand adalah stok inventory awal yang tersedia secara fisik.
3. Description menyatakan deskripsi material secara umum.
4. Lot Size, kuantitas dari item yang biasanya dipesan dari perusahaan.
5. Safety Stock adalah stok pengamanan guna mencegah terhadap
fluktuasi dalam peramalan, pemesanan singkat.
6. Demand Time Fence (DTF) merupakan batas waktu penyesuaian
pemesanan, dimana perubahan demand tidak akan dilayani.
7. Planning Time Fence (PTF) merupakan waktu keseluruhan dari dari
horizon waktu.
8. Period menampilkan banyaknya periode waktu yang ada dalam MPS.
9. Forecast sebagai hasil dari perencanaan produksi.
10. Customer Order (CO), jumlah order yang sudah diterima sebelumnya.
11. Project Available Balance (PAB) merupakan proyeksi on-hand
inventory dari waktu ke waktu dan menujukkan status inventori setiap
periode selama waktu horizon perencanaan MPS. Dimana PAB:
12. Available To Promise (ATP), informasi digunakan bagian pemasaran
untuk mampu memberikan jawaban yang tepat kepada pelanggan. ATP dapat dirumuskan sebagai berikut:
13. Master Schedule (MS), jadwal produksi yang diantisipasi (anticipated
manufacturing schedule) untuk item tertentu.
2.7 Material Requirement Planning (MRP)
Metode MRP merupakan metode perencanaan dan pengendalian pesanan dan inventori untuk item-item dependent demand, dimana permintaan cenderung discontinuous and lumpy. Item dependent demand adalah: bahan baku (raw material), parts, subassemblies, dan assemblies, yang semuanya disebut manufacturing inventories (Gaspersz, 2012, p. 266).
Tujuan utama dari sistem MRP ialah menciptakan suatu rancangan sistem yang mampu menghasilkan informasi untuk pengambilan keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat baik berupa pembatalan pesanan, pesan ulang, penjadwalan ulang. Ada empat kemampuan yang menjadi ciri utama
sistem MRP yaitu: menentukan kebutuhan pada saat yang tepat, menentukan kebutuhan minimal setiap item, menentukan pelaksanaan rencana pemesanan dan menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang sudah direncanakan (Nasution & Prasetyawan, 2008, p. 248).
Menurut Lutfu & M. Nurettin (2010, p. 127) beberapa manfaat dari penerapan model MRP untuk mengembangkan operasi produksi dan perakitan dalam model fasilitas manufaktur, yaitu:
• Tingkat rendah pada proses persediaan.
• Memungkinkan jalur untuk kebutuhan komponen.
• Mengevaluasi kapasitas persediaan yang diusulkan dari jadwal induk. • Memungkinkan pembagian waktu dari produksi.
Tabel 2.2 Contoh Tabel MRP
Sumber: (Gaspersz, 2012, p. 271)
Keterangan terkait informasi dalam tabel MPS adalah sebagai berikut: 1. BOM UOM (BOM unit of measure) satuan yang digunakan dalam
material dibutuhkan.
2. Description, keterangan untuk penamaan material dalam BOM.
3. On Hand, status inventory untuk bahan baku atau produk.
4. Lot Size, kuantitas pesanan (order quantity) berdasarkan MRP.
5. Gross Requirement, total dari semua kebutuhan untuk setiap periode.
6. Scheduled Receipts, jadwal jika ada material tambahan yang datang
diantara selama proses produksi.
7. Net Requirement, kekurangan material yang diproyeksikan untuk
periode ini.
8. Planned Order Receipts, kuantitas pesanan pengisian kembali
(pesanan manufaktur) yang telah direncanakan dalam MRP.
9. Planned Order Release, kuantitas planned orders yang ditempatkan
atau dikeluarkan dalam periode, untuk persediaan item yang dipesan. 2.8 Rough Cut Capacity Planning (RCCP)
Perencanaan kebutuhan sumber daya didefinisikan sebagai proses konversi dari setup time dan waktu proses (run time) ke dalam menentukan kebutuhan kapasitas yang berkaitan dengan sumber-sumber daya yang kritis seperti tenaga kerja, mesin dan peralatan, kapasitas gudang, kapabilitas penyediaan bahan baku dan parts, dan sumber daya keuangan (Gaspersz, 2012, p. 126).
2.9 Capacity Requirement Planning (CRP)
Perencanaan kebutuhan kapasitas (CRP) dapat mengidentifikasi area yang melebihi (overload) yang berada dibawah kapasitas (underload) dengan
membandingan beban (load) yang ditetapkan pada work center melalui open
and planned orders yang diciptakan oleh MRP dari kapasitas pada setiap
pusat kerja yang tersedia dalam setiap periode waktu horizon perencanaan. Sistem CRP tidak dapat menciptakan, menjadwalkan ulang, atau menghapus pesanan apapun (Nasution & Prasetyawan, 2008, p. 290).
2.10 Informasi
Menurut Laudon & Laudon (2010 p. 46) informasi adalah data yang telah dibuat ke dalam bentuk yang memiliki arti dan berguna bagi manusia. Informasi sebagai kumpulan fakta yang terorganisir sehingga dapat memiliki nilai tambah selain nilai fakta individu (Stair & W., 2010, p. 5).
2.11 Sistem
Menurut O'Brien & Marakas, (2011, p. 24) sistem merupakan sekelompok komponen yang saling berhubungan, bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input dan juga menghasilkan
output dalam proses transpormasi yang teratur.
2.12 Sistem Informasi
Sistem informasi merupakan kumpulan komponen yang saling berkaitan untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan dan menyajikannya kembali untuk difungsikan sebagai hasil informasi yang dapat dipergunakan dalam penyelesaian masalah bisnis (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 6). 2.13 System Analysis
Analisis sistem merupakan sebuah proses pemahaman dalam menjelaskan secara merinci tentang apa yang ingin dicapai dari sebuah sistem informasi yang dibangun (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009).
2.14 System Development Life Cycle (SDLC)
System development life cycle merupakan teknik yang digunakan
untuk mengatur dan mengendalikan sebuah proyek. (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 38).
2.15 Unified Modeling Language (UML)
UML adalah model standar dari perancangan dan notasinya yang melakukan pengembangan orientasi objek secara spesifik. Model-model komponen sistem yang berbasis Unified Modeling Language, terdiri dalam tujuh diagram, yaitu: use case diagram, class diagram, activity diagram,
sequence diagram, communication diagram, package diagram, dan
deployment diagram. Unified process adalah suatu metodologi
pengembangan sistem berorientasi objek yang dikembangkan oleh Grady Booch, James Rumbaugh, dan Ivar Jacobson (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 61).
2.16 Object Oriented Analysis and Design (OOAD) 1. Object Oriented Analysis (OOA)
Analisis berorientasi objek merupakan penjelasan dari semua jenis objek yang melakukan pekerjaan di dalam suatu sistem dan menunjukkan interaksi user yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 60).
2. Object Oriented Design (OOD)
Perancangan berorientasi objek merupakan penjelasan semua jenis objek yang diperlukan untuk berkomunikasi dengan orang-orang dan perangkat di dalam sistem, menunjukkan hubungan antar objek untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, dan mengolah definisi dari setiap jenis objek, sehingga objek dapat diterapkan dengan suatu lingkungan atau bahasa yang spesifik (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 60).
3. Object Oriented Programming (OOP)
Pemprograman berorientasi objek merupakan penulisan pernyataan di dalam bahasa program untuk menggambarkan setiap jenis yang dilakukan oleh objek yang berjalan, termasuk pesan yang dikirimkan objek kepada satu sama lain (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 60).
2.17 Requirement Analysis
Hal-hal dalam masalah domain dari sistem menjadi perhatian karena suatu sistem informasi perlu menyimpan informasi tentang konsumen dan produk yang penting dalam menganalisis untuk mengidentifikasi seluruh informasi yang ada. Dalam pendekatan tradisional untuk pengembangan, hal ini sangat berkaitan dengan data dan jenis data yang disimpan sebagai kunci persyaratan untuk setiap sistem informasi (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 176). Berikut beberapa metode untuk menganalisis aktivitas objek, yaitu: 1. Activity Diagram
Merupakan sebuah jenis diagram alur kerja yang menjelaskan kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seorang user (sistem), user yang melakukan kegiatan atau aktivitas tersebut dengan alur yang berurutan dari aktivitas-aktivitas yang tersedia (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 141). Beberapa notasi yang digunakan yaitu:
• Activity • Decisition Activity • Transition Arrow • Swimlane • Starting Activity • Ending Activity • Synhronization Bar 2. Event Table
Merupakan diagram UML dalam bentuk sebuah katalog yang menggunakan kasus dan berisi daftar peristiwa dalam baris dan kunci potongan informasi tentang setiap peristiwa dalam kolom (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 168).
3. Use Case Diagram
Merupakan tempat sistem berjalan untuk menanggapi permintaan dari pengguna sistem dengan pendekatan berorientasi objek maupun tradisional. Use case diagram adalah model grapid yang merangkum informasi tentang actor dan use case (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, pp. 160, 243). • Event • Trigger • Source • Use Case • Response • Destination
4. Use Case Description
Tabel yang mendeskripsikan daftar dan mengambarkan pengelolaan secara rinci yang digunakan dalam sebuah use case. Actor dalam diagram UML merupakan orang yang menggunakan sistem (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 171).
12
• Use Case Name
• Scenario
• Triggering Event
• Brief Descrioption
• Actor
• Related Use Cases
• Stakeholders
• Flow of Events
• Exception Condition
• Pre-Condition
• Post-Condition
5. Domain Class Diagram
Merupakan model diagram UML yang menjelaskan dan menggambarkan segala hal penting yang dikerjakan oleh user. Class
diagram merupakan model diagram yang mendefinisikan class-class problem domain sehingga class diagram disebut juga domain class diagram (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, pp. 178-188).
6. Activity Data Matrix
Merupakan matrik yang difungsikan untuk mengidentifikasi segala aktivitas dalam mengakses data yang ada dalam sistem database dengan mengunakan key word yaitu: Create, Read, Update, Delete (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 231).
7. State Transition Diagram
State transition diagram merupakan sebuah diagram yang
menunjukkan kehidupan dalam bagian dan transisi dengan mengidentifikasi beberapa objek dalam class diagram yang memiliki bagian dan status kondisi yang perlu ditelusuri (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 242). Notasi yang digunakan yaitu:
• Pseudostate • State • Destination State • Transition • Message Event • Guard Condition
8. System Sequence Diagram (SSD)
System sequence diagram merupakan sebuah diagram yang
mendefinisikan input dan output, dan menunjukkan urutan interaksi pesan antara sebuah eksternal actor dan sistem selama penggunaan kasus atau skenario (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 242).
• Actor • Lifeline • Input Message • Returned Value • Object • Optional Note 2.18 System Design
Desain sistem adalah jembatan yang menempatkan kebutuhan bisnis dalam hal bahwa programmer dapat menggunakan untuk membuat aplikasi yang menjadi solusi sistem (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 423). 1. First-Cut Design Class Diagram
First-cut design diagram merupakan pengembangan dari perluasan domain class-model digram dengan menggunakan dua langkah yaitu:
menjelaskan pada atribut dengan tipe dan nilai awal, dan menambahkan panah navigation visibility (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 413). 2. Updated Design Class Diagram
Updated design class diagram merupakan pengembangan dari setiap layer. Dalam view dan data access layer pada sequence diagram, harus
updated design class diagram, method dapat ditambahkan untuk setiap class (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 457).
3. Completed Three-Layer Sequence Diagram
Completed three layer sequence diagram (data access sequence diagram) merupakan sequence diagram yang telah dikembangkan dan
dilengkapi hingga menampilkan hubungan sampai database (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 453).
4. Package Diagrams
Package diagram merupakan high level diagram yang menampilkan
hubungan semua class yang terkait. Notasi package diagram digambarkan sebagai persegi panjang. Nama dari package ditampilkan persegi panjang tersebut (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 459).
5. Persistent Object
Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2009, p. 460) persistent object adalah kumpulan objek yang tersedia dan dapat digunakan oleh sistem secara terus menerus.
6. Storyboarding
Merupakan sebuah teknik yang digunakan untuk merancanng document dialog yang menampilkan urutan bagian-bagian dari tampilan aplikasi secara umum (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 546).
7. Design Interface and Database
Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2009, p. 531) user interface merupakan bagian dari sistem informasi yang membutuhkan interaksi dengan user untuk membuat input-an dan menghasilkan output. Interface
Design Standar merupakan standar dalam The Eight Golden Ruler dalam
merancang antar muka pada suatu sistem pada organisasi, yaitu (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 541):
1. Strive for Consitency
2. Enable Frequent User to Use Shortcuts
3. Offer Informative Feedback
4. Design Dialogs to Yield Closure
5. Offer Simple Error Handling
6. Permite Easy Reversal of Actions
7. Support Internal Locus of Control
8. Reduce Short-Term Memory Load
Database adalah sebuah kumpulan data yang disimpan secara
terpusat untuk dapat dikelola dan dikendalikan serta menyimpan informasi tentang puluhan bahkan ratusan jenis entitas ataupun class (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 488).
8. Deployment Enviroment and Application Architecture
Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2009, p. 291) Deployment
enviromment merupakan konfirgurasi yang berfokus pada komponen
sistem meliputi perangkat keras (hardware), sistem aplikasi (system
software) dan jaringan (network). Software architecture merupakan
beberapa arsitektur yang melibatkan dari struktur organisasi dalam system
software yang baru dengan didukung oleh peralatan dan konfigurasi
komputer (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, pp. 340-344): Single and
multitier Computer Architecrture; Centralized and Distributed
Architecture; Client/ Server Architecture; dan Three-Layer Client/ Server Architecture.