• Tidak ada hasil yang ditemukan

JARING MAKANAN PERAIRAN (THE AQUATIC FOOD WEB)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JARING MAKANAN PERAIRAN (THE AQUATIC FOOD WEB)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

JARING MAKANAN PERAIRAN

(THE AQUATIC FOOD WEB)

Ditujukan sebagai syarat pemenuhan tugas mata kuliah limnologi

Di susun oleh : Siti Muflihah 4443150011 Perikanan 4A

JURURSAN PERIKANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2017

(2)

2

Kata pengantar

Assalamualaikum wr. wb

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada baginda Nabi Muhammad Saw.

Makalah dengan judul “Jaring Makanan Perairan ( The aquatic food

web)” ini merupakan salah satu syarat pemenuhan tugas mata kuliah Limnologi.

Penyusun sadar masih banyak kesalahan dalam mkalah ini karena itu saya mohon maklum. Besar harapan saya makalah ini dapat sesuai dengan apa yang ditugaskan oleh dosen yang bersangkutan.

Akhir kata, penyusun mengucapkan terimakasih.

Wassalamu alaikum wr. wb.

Serang, Maret 2017

(3)

3 Daftar isi Kata pengantar...i Daftar isi...ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang...1 1.2 Rumusan masalah...2 1.3 Tujuan penulisan...2 BAB II ISI

2.1 Jaring makanan perairan ( The aquatic food web)...3 2.2 Organisme dalam rantai makanan perairan...4 BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...8 3.2 Saran...8 Daftar isi...9

(4)

4

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perairan merupakan salah satu habitat yang digunakan sebagai lingkungan hidup bagi organisme akuatik baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan (Sukiya dan Sutino, 2011 dalam Tresna et al. 2012). Dalam ekologi, dikenal istilah rantai makanan. Rantai makanan merupakan lintasan konsumsi maknan yang terdiri dari bebrapa spesies organisme. Bagian paling sederhana dari suatu rantai makanan berupa interaksi dua spesies yaitu interaksi antara spesies mangsa (prey) dengan pemangsa (predator). Model yang mendeskripsi kan interaksi dua spesies yang terdiri dari prey dan predator adalah model rantai makanan dua spesies. Kehadiran predator memberikan pengaruh pada jumlah prey. Pada interaksi tiga spessies, kehadiran predator kedua berpengaruhh pada jumlah predator pertama dan prey sehingga dalam rantai makanan setiap komponennya saling memberikan pengaruh. Model yanng mendeskripsikan interaksi tiga spesies yang terdiri dri

prey, predator pertama, dan predator kedua adalah model rantai makanan tiga

spesies (Pratikno dan Sunarsih, 2010).

Menurut Laimeheriwa et al. , (1993), diantara rantai makanan dan jaring makanan di perairan, yang memegang peranan penting adalah fitoplankton, sebagai penghasil bahan organik yang kemudian dijadikan sumber makanan oleh jassad-jasad lainnya. Zooplankton dan jasad lainnya akan berkembang apabila tersedia cukup makanan yang dihasilkan fitoplankton. Fitoplanktonn sebagai produser utama (autrotrof) di perairan melakukann fiksasi karbon (c) melaui proses fotosintesis dan menyediakan energi bagi organisme konsumer (heterotrof). Pada jenjang trofik (trophic level) yang lebih tinggi, konnsumer primer akan berlaku sebagai sumber makanan bagi konsumer sekunder, dan seterusnya sampai pada konsumer puncak (Harahab, 2009).

(5)

5

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana rantai makanan dalam suatu perairan?

2. Organisme apasaaja yang terdapat dalam rantai makanan suatu perairan?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain :

1. Untuk mengetahui pengertian rantai makanan dalam perairan

2. Untuk mengetahui jenis organisme apa saja yang termasuk kedalam rantai makanan suatu perairan

3. Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Limnologi dari dosen yang bersangkutan

(6)

6

BAB II ISI

2.1 Jaring Makanan Perairan ( The aquatic food web)

Laut memiliki keanekaragaman hayati yang sangat melimpah, salah satunya laut sangat kaya akan plankton. Hal tersebut membuat seorang ahli ekologi laut Paul Falkowski menjuluki laut sebagai hutan belantara yang tidak terlihat ( invisible forest). Plankton merupakan makhluk hidup yang hidupnya mengapung, dan melayang di dalam air yang kemampuan berenangnya sangat terbatas. Sedangkan istilah plankton diperkenalkan pertamakali oleh Victor Hensen 1887. Plankton terdiri dari fitoplankton atau plankton tumbuh-tumbuhan dan zooplankton atau plankton hewan. Dalam ekosistem laut, setiap biota yang ada di dalamnya saling berinteraksi. Interaksi yang terjadi dapat berupa kerja sama dan kompetisi antar biota, sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi keberlangsungan hidup biota laut. Kondisi perairan sangat beragam tergantung pada kegiatan yang terjadi di dalamnya, dan kondisi tersebut dipengaruhi oleh kualitas perairannya karena kualitas perairan akan berbeda dari satu kegiatan dengan kegiatan yang lain sehingga kualitas perairan perlu diteliti untuk mengetahui mutu dan kondisi dari perairan tersebut.

Lingkungan bahari merupakan habitat berbagai macam biota, dan merupakan lumbung pangan bagi manusia. Berdasarkan perannya dalamm ekosistem, biota di perairan bahari dibedakan menjadi :

a. Produsen

Produsen makanan dilaut adalah biota yang mampu melakukan fotosintesis, yaitu mensintesis zat-zat organik yang kompllek dari senyawa-senyawa

b. Konsumen

Merupakan hewan-hewan yang memakan tumbuhan hijau dan juga yang memakan satu sama lain. Konsumen primer adalah herbivora yang memakan tumbuh-tumbuhan produsen primer. Konsumen sekunder memakan konsumen primer, dan diikuti oleh konsumen tersier, kuartener, dan seterusnya dalam rantai makanan.

(7)

7 c. Dekomposer (pengurai)

Terdiri atas bakteri, jamur (fungi), tumbuhan atau hewan yang memakan organisme mati dan melepaskan zat-zat organik yang dihasilkan dari organisme itu ke rantai makanan.

Rantai makanan dapat dimodelkan kedalam suatu sistem persamaan diferensial. Model rantai makanan dipengaruhi oleh banyak faktor mulai dari banyaknya spesies yang terlibat maupun penentuan modelnya sehingga diperlukan asumsi-asumsi untuk membatasi pemodelan tentang rantai makanan.

2.2 Organisme dalam Rantai Makanan

Plankton adalah semua kumpulan organisme, baik hewan maupun tumbuhan air berukuran mikroskopis dan hidupnya melayang mengikuti arus (Odum, 1998 dalam Yuliana, 2014). Plankton terdiri atas fitoplankton yang merupakan produsen utama (primary producer) dan zat-zat organik dan zooplankton yang tidak dapat memproduksi zat-zat organik sehingga harus mendapat tambahan bahan organik dari makanannya (Hutabarat dan Evans, 1984

dalam Yuliana, 2014). Kelompok plankton yang terdapat di perairan terdiri atas

15 kelompok. Kelompok yang dimanfaatkan oleh ikan sebanyak 9 kelompok paka yaitu cyanophycae, chlorophycae, bacillariphycae, desmidiaceae, rhizopoda,

rotatoria, entomostraca, copepoda, dan plathyhelmintes (Tresna et al. 2012).

Selain itu, plankton termasuk zooplankton dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk mengetahui kualitas dan kesuburan suatu perairan yang sangat diperlukan untuk mendukung pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut. Terdapat hubungan positif antara kelimpahan plankton dengan produktifitas perairan, zooplankton berperan dalam kemantapan produktivitas perairan (Yuliana, 2014).

Berdasarkan ukurannya maka plankton dibagi 5 golongan, yaitu: megaplankton adalah organisme planktonik yang besarnya lebih dari 2 mm.

Makroplankton adalah organisme planktonik ynag besarnya 0,2-2 mm.

Mikroplankton adalah organisme planktonik yang ukurannya 20 mikrometer sampai 0,2 mm. Nanoplankton adalah organisme planktonik yang sangat kecil 2-20 mikrometer. Ultraplankton adalah organisme planktonik yang berukuran kurang dari 2 mikrometer. Golongan plankton di atas (mega, makro, mikro)

(8)

8

biasanya tertangkap dengan jaring-jaring plankton baku (standard). Dua golongan plankton (nano, ultra) hanya diperoleh dengan menggunakan suatu sentrifusa atau dengan menyaring air melalui alat penyaring yang sangat kecil pori-porinya seperti milipore.

Fitoplankton (plankton tumbuhan) merupakan produsen dalam rantai makanan sehingga sangat penting untuk mendukung kehidupan biota laut, sedangkan zooplankton (plankton hewan) merupakan konsumen pertama sehingga sangat penting sebagai penghubung antara produsen dengan hewan – hewan pada tingkat tropik yang lebih tinggi. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kelimpahan fitoplankton dengan zooplankton.

Menurut Basmi (1997) dalam Indriyawati et al. (2012), bahwa plankton melakukan distribusi vertikal dari permukaan perairan pada kedalaman tertentu. Sehingga dapat diasumsikan pada waktu itu terjadi pemangsaan terhadap fitoplankton sebelum fitoplankton itu berkembangbiak. fluktuasi yang terjadi antara kelimpahan fitoplankton dan kelimpahan zooplankton dipengaruhi oleh faktor pemangsaan zooplankton terhadap fitoplankton dan siklus zooplankton yang lebih lambat dari fitoplankton. Hal diatas dapat pula diduga kebenarannya oleh 3 teori menurut Basmi (1999) dalam Indriyawati et al. (2012) yaitu teori

pemangsaan bahwa kelimpahan fitoplankton tinggi karena pemangsaan oleh

zooplankton rendah, selanjutnya teori interferensi fitoplankton yang artinya zooplankton menghidar karena merasa terganggu sehingga kelimpahan zooplankton rendah ketika kelimpahan fitoplankton tinggi. Kemudian teori yang terakhir adalah teori perbedaan laju pertumbuhan yang menyebutkan bahwa pertumbuhan fitoplankton lebih cepat daripada pertumbuhan zooplankton sehingga dapat dikatakan bahwa siklus kehidupan fitoplankton berlangsung jauh lebih cepat dari pada zooplankton.

Zooplankton memiliki peranan yang penting diperairan terutama dalam rantai makanan, organisme ini merupakan konsumer I yang berperan besar dalam menjembatani transfer energi dari produusen primer (fitoplankton) ke jasad hidup yang berada pada trophic level lebih tinggi (golongan ikan dan udang). Zooplankton terutama dimangsa hewan karnivor yang lebih besar sebagai

(9)

9

produsen tersier. Proses ini akan berlangsung dari produsen tingkat IV, tingkat V, dan seterusnya , yang dapat digambarkan dalam rantai makanan. Zooplankton seperti halnya organisme lain hanya dapat hidup dan berkembang dengan baik pada kondisi perairan yang sesuai seperti perairan laut, sungai dan waduk (Handayani dan Patria, 2005). Banyak dari pengaruh aktivitas manusia yang terjadi secara simultan menghasilkan perubahan distribusi, perbedaan biologi dan struktur tropik dari komunitas –komunitas organisme. Hal ini akan memberikan dampak negatif bagi perairan (Liwutang et al., 2013).

Tingkat trofik adalah urutan-urutan tingkat pemanfaatan makanan atau material dan energi seperti yang tergambarkan oleh rantai makanan. Tingat trofik ikan ditentukan berdasarkan pada hubungan antara tingkat trofik organisme pakan dan kebiasaan makanan ikan sehingga dapat diketahui kedudukan ikan tersebut dalam ekosistem. Tingkat trofik ikan dikategorikan menjadi tingkat trofik 2 yaitu untuk ikan yang bersifat herbivora, tingkat 2,5 untuk ikan yang bersifat omnivora dan tingkat trofik 3 atau lebih unntuk ikan yang bersifat karnivora (Tresna et al., 2012).

Luas relung pakan menggambarkan proporsi proporsi jumlah jenis sumber daya makanan yang dimanfaatkan oleh suatu jenis ikan. Tidak ada kriteria luas relung, karena ikan yang memiliki nilai luas relung yang luas berarti ikan tersebut dapat memanfaatkan makanan yang tersedia dalam jumlah besar (generalis), dan ikan yang memiliki luas relung yang sempit berarti kan tersebut selektif dalam memiliih makanan yang tersedia di perairan (spesialis) (Tresna et al., 2012).

Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam, dengan jumlah spesies lebih dari 27.000 spesies di seluruh dunia. Struktur tubuh ikan sebagian besar dibentuk oleh rangkanya, tulang penyusun tubuhnya ada tulang rawan, dan adapula tulang sejati. Insang dan ekor yang mereka miliki membantu mereka untuk bergerak dengan cepat didalam air.

Ikan demersal adalah jenis ikan yang habitatnya berada di bagian dasar perairan, dapat dikatakan juga bahwa ikan demersal adalah ikan yang tertangkap dengan alat tangkap ikan dasar seperti trawl dasar (bottom trawl), jaring insang dasar (bottom gillnet), rawai dasar (bottom long line), bubu dan lain sebagainya.Ikan tersebut antara lain : kakap merah/bambangan (Lutjanus spp),

(10)

10

peperek (Leiognatus spp), manyung (Arius spp), kurisi (Nemipterus spp), kuniran (Upeneus spp), tiga waja (Epinephelus spp), bawal (Pampus spp) dan lain-lain. Ikan pelagis adalah kelompok Ikan yang berada pada lapisan permukaan hingga kolom air dan mempunyai ciri khas utama, yaitu dalam beraktivitas selalu membentuk gerombolan (schooling) dan melakukan migrasi untuk berbagai kebutuhan hidupnya. Ikan pelagis berdasarkan ukurannya dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu Ikan pelagis besar, misalnya jenis Ikan tuna, cakalang, tongkol, dan lain-lain, serta Ikan pelagis kecil, misalnya Ikan layang, teri, kembung, dan lain-lain.

(11)

11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan perannya dalamm ekosistem, biota di perairan bahari dibedakan menjadi produsen, konsumen dan pengurai. Tingkat trofik ikan dikategorikan menjadi tingkat trofik 2 yaitu untuk ikan yang bersifat herbivora, tingkat 2,5 untuk ikan yang bersifat omnivora dan tingkat trofik 3 atau lebih unntuk ikan yang bersifat karnivora. Organisme yang terdapat dalam jaring makanan antara lain fitoplankton, zooplankton dan ikan. Kelimpahan fitoplankton memiliki nilai yang tinggi pada saat nilai kelimpahan zooplankton rendah, kemudian nilai kelimpahan zooplankton tinggi pada saat nilai kelimpahan fitoplankton rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan tentang tiga teori hubungan fitoplankton dan zooplankton.

3.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjut untuk mengetahui dan memantau kondisi suatu perairan. Dipelajari lebih lanjut mengenai jenis-jenis ikan apasaja yang terjaring dalam suatu rantai makanan pada suatu wilayah perairan tertentu.

(12)

12

DAFTAR PUSTAKA

Basmi Johan. 1997. Terminologi dan Klasifikasi Zooplankton Laut. Institut Pertanian Bogor. Bogor ___________. 1999. Planktonologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Harahab, Nuddin. 2009. Pengaruh Ekosistem Mangrove Terhadap Produksi Perikanan Tangkap (Studi Kasus Di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur).

Jurnal Perikanan, XI(1) : 100-106

Hutabarat, S dan S.M Evans. 1984. Pengantar Oceanografi. Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta. 159 p

Liwutang, Y.E,. F.B, Manginsela,. J. F.W.S, Tamanampo. 2013. Kepadatan Dan Keanekaragaman Fitoplankton Di Perairan Sekitar Kawasan Reklamasi Pantai Manado. Jurnal Ilmiah Platax, Vol. 1(3)

Odum, E.P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi : Terjemahan dari Fundamentals of Ecology. Alih Bahasa Samingan, T. Edisi Ketiga. UGM. Press, Yogyakarta, 697 p

Pratikno, W.B dan Sunarsih. 2010. Model Dinamis Rantai Makanan Tiga Spesies.

Jurnal Matematika, Vol. 13, No. 3 : 151-158

Tresna,. L. K, Y. Dhahiyat, T., Herawati. 2012. Kebiasaan Makanan Dan Luas Relung Ikan Di Hulu Sungai Cimanuk Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Jurnal Perikanan Dan Kelautan, Vol. 3, No. 3 : 163-173

Yuliana. 2014. Keterkaitan Antara Kelimpahan Zooplankton Dengan Fitoplankton Dan Parameter Fisika-Kimia Di Perairan Jailolo Halmahera Barat.

Maspari Journal, 6 (1) : 25-31

Indriyawati, I. W Abida, Haryo Triajie. 2012. Hubungan Antara Kelimpahan Fitoplankton Dengan Zooplankton Di Perairan Sekitar Jembatan Suramadu Kecamatan Labang Kabupaten Bangkalan. Jurnal Kelautan, Volume 5, No.2

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebiasaan makanan ikan dan ketersediaan pakan di perairan Muara Angke terutama pada lokasi yang di tumbuhi

Potensi sumberdaya kelautan sudah tidak perlu untuk diragukan lagi, karena begitu kayanya sumber daya alam yang tersedia di lingkungan laut ini baik dari biota

Beberapa faktor yang mempengaruhi kontaminasi mikotoksin dalam rantai makanan manusia dan pakan ternak oleh Bryden (2012) dirangkum sebagai berikut: (1) Faktor biologi (tanaman

Kelimpahan fitoplankton tinggi di suatu stasiun diduga karena faktor lingkungan dari perairan pada stasiun tersebut yang mendukung kehidupan fitoplankton.. Kandungan