i
Rancangan Standar Nasional Indonesia 1
Daftar isi
Daftar isi ... 1 Prakata ... 3 1 Ruang lingkup ... 42 Istilah dan definisi ... 4
2.1 Istilah Teknis Perpetaan ... 4
2.2 Istilah Tata Ruang ... 5
3 Penyajian Muka Peta RDTR ... 7
3.1 Cakupan Peta ... 7
3.2 Grid Peta... 7
3.3 Gratikul ... 8
3.4 Penulisan Nama Unsur ... 8
3.5 Simbol Peta ... 9
3.4 Huruf ... 9
3.5 Singkatan Unsur ... 9
4 Tata Letak Peta ... 10
4.1 Orientasi Lembar Peta ... 10
4.2 Judul Peta ... 10
4.3 Inset Peta... 11
4.4 Legenda Peta ... 11
4.5 Sumber Data ... 12
2
5.1 Pencetakan ... 12
5.2 Spesifikasi teknis kertas cetak ... 12
5.3 Penggunaan lembar khusus... 12
5 Ketentuan Lain ... 13
5.1 Garis Batas Administrasi ... 13
5.2 Bahasa ... 13
Lampiran A (normatif) Unsur, simbol, dan Kodefikasi ... 14
A.1 Unsur, simbol, dan Kodefikasi Peta Dasar ... 14
5.2 Unsur, simbol, dan Kodefikasi Peta Rencana ... 20
Lampiran B (normatif) Tata Letak Peta ... 48
B.1 Penyajian Peta berdasarkan BWP/Sub BWP ... 48
B.2 Penyajian Peta Indeks ... 52
B.3 Ketentuan Teknis ... 53
Lampiran C Penyajian Peta RDTR ... 57
Rancangan Standar Nasional Indonesia
3
Prakata
Rancangan Standar Nasional Indonesia (SNI), Spesifikasi penyajian peta RDTR (Rencana Detail Tata Ruang) Kabupaten/Kota ini dibuat untuk mengakomodasi persyaratan teknis peta RDTR Kabupaten atau Kota sesuai dengan pedoman penulisan SNI yang berlaku. Skema Spesifikasi Penyajian Peta RDTR mengacu pada Permen PU No. 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan PZ Kabupaten/Kota.
Standar ini disusun berdasarkan Pedoman Standardisasi Nasional Nomor 8 tahun 2007 tentang Penulisan Standar Nasional Indonesia.
Jika ditemukan adanya hak paten, hak cipta, atau hak intektual lainnya di dalam standar ini, maka hak-hak tersebut adalah hak setiap pemegang hak intelektual yang bersangkutan. Panitia Teknis Bidang Informasi Geografis/Geomatika (PT 07-01) menghormati dan menjunjung tinggi hak-hak intelektual perseorangan atau suatu badan hukum. Identifikasi atau tuntutan atas kemungkinan adanya pelanggaran hak-hak intelektual dalam standar ini adalah bukan tanggung jawab PT 07-01.
4
Spesifikasi Penyajian Peta RDTR
1. Ruang lingkup
Standar ini menetapkan spesifikasi teknis, prosedur penyajian, dan reproduksi peta Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten/Kota.
2. Istilah dan definisi
2.1 Istilah Teknis Perpetaan Gratikul
susunan garis bujur dan garis lintang di atas peta yang dapat digunakan untuk menghubungkan titik-titik di atas peta dengan lokasi sebenarnya di atas permukaan bumi
Grid peta
sekumpulan perpotongan garis mendatar dan garis vertikal di atas peta yang berjarak teratur dan dapat digunakan sebagai acuan
CATATAN 1: Grid peta biasanya mengacu pada nama proyeksi yang digunakan; misalnya, grid Tranverse Mercator, dan grid Universal Transverse Mercator.
CATATAN 2 Grid peta dapat digunakan untuk perhitungan arah dan jarak terhadap titik lain
Koordinat
besaran linear atau angular yang menyatakan posisi suatu titik dalam suatu sistem acuan
Peta
gambaran dari unsur-unsur alam dan/atau unsur-unsur buatan, yang berada di atas maupun di bawah permukaan bumi yang digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala tertentu
Rancangan Standar Nasional Indonesia
5 Reproduksi Peta
penyajian akhir peta yang merupakan hasil dari serangkaian proses penggandaan peta dari cetakan aslinya
Separasi Warna
proses pemisahan setiap warna gambar, desain, atau negatif yang diperlukan dalam produksi cetak peta
Simbol
diagram, desain, huruf, karakter, atau singkatan yang ditempatkan pada peta yang mewakili kenampakan tertentu
Singkatan Istilah
singkatan dalam peta untuk mewakili kenampakan di permukaan bumi yang berlaku di berbagai wilayah di Indonesia
Skala Peta
angka perbandingan antara jarak dua titik di atas peta dengan jarak tersebut di permukaan bumi
CATATAN: Sebuah peta skala 1:5.000 berarti bahwa satu satuan ukuran di atas peta sama dengan 5.000 satuan ukuran di atas permukaan bumi.
2.2 Istilah Tata Ruang
Bagian Wilayah Perkotaan (BWP)
bagian dari wilayah kabupaten/kota dan/atau kawasan strategis kabupaten/kota yang menjadi wilayah rencana detail tata ruang. BWP dapat terbagi-bagi dalam wilayah yang lebih kecil yang dinamakan Sub BWP.
Blok
pembagian BWP yang dibatasi oleh batasan fisik yang nyata seperti jaringan jalan, sungai, jaringan irigasi dan batasan fisik yang masih dalam perencanaan. Blok dapat terbagi-bagi dalam wilayah yang lebih kecil yang dinamakan sub-blok.
6 Peta Dasar
peta garis yang menggambarkan posisi horizontal dan vertikal permukaan bumi dan benda tidak bergerak diatasnya, yang dipakai sebagai dasar pembuatan peta-peta lainnya
Peta Tematik
peta garis yang menggambarkan atau menyajikan tema tertentu dan digunakan sebagai peta-peta pendukung untuk menganalisis dan merumuskan kebijakan perencanaan tata ruang.
Peta Rencana
peta garis yang menggambarkan perencanaan tata ruang sebagai bentuk permodelan dari dokumen rencana tata ruang, meliputi rencana pola ruang, rencana jaringan prasaran, dan penetapan SUB BWP yang diprioritaskan.
Peta Rencana Tata Ruang Wilayah
peta garis yang menggambarkan rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah kabupaten/kota yang disajikan dalam skala miniman 1:50.000 untuk wilayah Kabupaten dan skala minimal 1:25.000 untuk wilayah kota.
Peta Rencana Detail Tata Ruang
peta garis yang menggambarkan secara terperinci rencana tata ruang sebagian atau seluruh wilayah kabupaten/kota yang disajikan dalam skala minimal 1:5.000.
Zona
klasifikasi kawasan atau area dalam rencana pola ruang yang memiliki fungsi dan karakteristik spesifik.
Contoh: Zona Perkantoran
Subzona
bagian dari zona yang memiliki fungsi dan karakteristik tertentu, diklasifikasikan dan disimbolkan dengan kode.
Rancangan Standar Nasional Indonesia
7 Contoh: Zona Perkantoran terdiri dari subzona Perkantoran Pemerintah dengan kode KT-1 dan Subzona Perkantoran Swasta dengan kode KT-2
3. Penyajian Muka Peta
Penyajian peta RDTR dibuat sesuai dengan ketentuan skala. Kriteria penyajian peta RDTR antara lain:
a. Peta RDTR yang mencakup suatu BWP disajikan pada satu lembar kertas
b. Jika BWP terlalu luas maka peta RDTR dapat digambarkan dalam beberapa lembar peta berdasarkan Sub BWP
c. Jika kriteria (a) dan (b) tidak dapat disajikan pada satu lembar kertas A1 dalam skala 1:5.000 maka peta pada kriteria (a) atau (b) dilengkapi dengan penyajian peta skala 1:5.000 pada beberapa lembar peta berdasarkan indeks RBI.
3.1 Cakupan Peta
3.1.1 Penyajian Berdasarkan BWP atau Sub BWP
Satu lembar peta rencana detail tata ruang maka skala penyajian peta disesuaikan dengan BWP atau Sub BWP.
3.1.2 Penyajian Berdasarkan Indeks
Satu lembar peta RDTR berdasarkan indeks skala 1:5.000 mencakup daerah dengan ukuran 1’15” lintang dan 1’15” bujur. Dalam hal yang khusus terdapat pengecualian untuk mencakup pulau-pulau kecil atau suatu daratan yang kecil untuk menghindari tambahan lembar peta
3.2 Grid peta
3.2.1 Penyajian Berdasarkan BWP atau Sub BWP
Grid peta hanya ditunjukkan dengan UTM tick dan interval grid disesuaikan dengan BWP atau Sub BWP. Jumlah tick mark UTM dibuat secara proposional sesuai orientasi peta, meliputi:
a. Pada lembar peta secara landcape maka jumlah tick mark sebanyak 5 - 8 tick mark kekanan dan 5 – 8 tick mark kebawah (lampiran B 1)
8 b. Pada lembar peta secara landscape memanjang maka jumlah tick mark sebanyak 5 – 9 tick mark kekanan dan 4 – 6 tick mark kebawah (Lampiran B2) c. Pada lembar peta secara portrait sebanyak 4 – 6 tick mark kekanan dan 5 – 9
tick mark kebawah (Lampiran B3)
Pada tepi peta diberi label angka dan satuan UTM berwarna hitam.
3.2.2 Penyajian Berdasarkan Indeks
Grid peta hanya ditunjukkan dengan UTM tick pada tepi peta tiap 500 m, diberi label angka dan satuan UTM berwarna hitam
3.3 Gratikul
3.3.1 Gratikul Penyajian Peta Satu RDTR
Gratikul digambarkan dengan garis penuh berwarna biru dengan interval gratikul menyesuaikan BWP atau Sub BWP. Jumlah kotak yang dibentuk gratikul dibuat secara proposional sesuai orientasi peta, meliputi:
a. Pada lembar peta secara landcape maka jumlah kotak yang dibentuk 6 – 8 kotak ke kanan dan 6 – 8 kotak ke bawah (lampiran B1)
b. Pada lembar peta secara landscape memanjang maka jumlah kotak yang dibentuk 7-10 kotak ke kanan dan 5 – 7 kotak ke bawah (Lampiran B2)
c. Pada lembar peta secara portrait maka jumlah kotak yang dibentuk 5 – 7 kotak ke kanan dan 7 – 10 kotak ke bawah (Lampiran B3)
Pada tepi peta diberi label angka dan satuan koordinat berwarna biru.
3.3.2 Gratikul Penyajian Lembar Peta Per Indeks
Gratikul digambarkan dengan garis penuh berwarna biru tiap 15” (detik) dan pada tepi peta diberi label angka dan satuan koordinat berwarna biru.
3.4 Penulisan nama unsur
Nama unsur alam, unsur buatan, dan nama wilayah administrasi yang dicantumkan di dalam peta adalah nama yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang. Penulisan nama unsur rupa bumi mengikuti kaidah penulisan nama unsur rupa bumi yang baku.
Rancangan Standar Nasional Indonesia
9 3.5 Simbol peta
Simbol digunakan untuk merepresentasikan unsur-unsur yang tercantum di dalam peta. Simbol unsur-unsur peta RDTR skala 1:5.000 disajikan dalam Lampiran A. Ketentuan penyajian simbol peta antara lain:
1) Khusus pada peta rencana pola ruang, setiap zona atau subzona diwakilkan dengan simbol warna dan diberikan kode (Lampiran A.2)
2) Jika tidak ada pengecualian, titik tengah simbol di peta mempunyai korelasi dengan titik tengah unsur. Dengan demikian, arah penempatan nama harus sesuai dengan arah atau bentuk unsur.
3) Semua unsur dalam satu kelompok disajikan dengan mengingat prinsip generalisasi, dan dengan pergeseran (displacement) paling kecil.
4) Semua simbol seperti sungai, jalan, jalur kereta api, dan jaringan prasarana yang sejajar satu dengan lainnya, yang karena keterbatasan skala, penempatannya dapat digeser dengan tetap mempertahankan bentuknya.
Jika unsur garis yang teratur dan tidak teratur berdekatan, maka yang digeser adalah unsur yang tidak teratur. Jika terdapat unsur yang tingkatannya lebih rendah daripada unsur utama, maka yang digeser adalah tingkatan yang lebih rendah.
Contoh: Jaringan jalan dan jaringan listrik, maka yang digeser adalah jaringan listrik 5) Jika dua batas wilayah administratif berimpitan, maka batas wilayah administraif yang
lebih rendah tingkatannya ditiadakan atau tidak digambar. 3.6 Huruf
Jenis dan ukuran huruf yang digunakan di dalam peta RDTR skala 1:5.000 diuraikan di dalam Lampiran A.
3.7 Singkatan unsur
Singkatan unsur yang digunakan di dalam peta RDTR skala 1:5.000 adalah singkatan yang sudah baku untuk mewakili unsur-unsur, kecuali singkatan lain yang dipandang perlu..
10 4. Tata Letak Peta
4.1 Orientasi Lembar Peta
Orientasi penyajian lembar peta dibuat secara landscape (lihat Lampiran B1), kecuali pada RDTR yang memiliki bentuk BWP/Sub BWP memanjang dari selatan ke utara maka peta dibuat secara portrait sebagai upaya efisiensi (lihat Lampiran B3). Pada RDTR yang memiliki bentuk BWP/Sub BWP memanjang dari Barat ke Timur maka peta dibuat secara landscape memanjang.
Pada peta yang dibuat secara Landscape dan portrait maka informasi tepi peta terletak disamping kanan muka peta (Lampiran B1 dan B3) sedangkan peta yang secara Landscape memanjang maka informasi tepi peta terletak dibawah muka peta (Lampiran B2). Informasi tepi peta terdiri dari:
a. nama dan logo Pemerintah Daerah b. dokumen Perda RDTR
c. judul peta,
d. arah mata angin dan skala, e. proyeksi dan datum, f. inset peta/diagram lokasi,
g. legenda atau keterangan simbol pada muka peta, h. sumber dan keterangan riwayat peta, dan
i. lembar pengesahan 4.2 Judul Peta
Judul Peta memuat Penamaan Peta dan Jenis Peta yang disampaikan. Jika peta hanya menyajikan rencana pada Sub BWP maka penamaan peta dituliskan secara berjenjang dimulai dengan BWP, namun jika peta hanya menyajikan rencana berdasarkan BWP maka tidak perlu mencantumkan Sub BWP dalam judul Peta. Pada peta per sheet yang dibuat dengan skala 1:5.000 menggunakan indeks peta RBI, maka penamaan lembar peta harus diikuti dengan nomor lembar peta.
Rancangan Standar Nasional Indonesia
11
Judul Peta BWP Sub BWP Keterangan
Penamaan: BWP Karimunjawa BWP Karimunjawa Sub BWP II
Jenis Peta Peta Rencana Pola Ruang
Peta Rencana Pola Ruang
Nomor Lembar 1408 – 5244B 1408 – 5244B Digunakan hanya pada penyajian peta per indeks Peta
4.3 Inset Peta
Inset peta menunjukkan posisi peta terhadap wilayah yang setingkat lebih luas. Inset peta digambarkan dengan kaidah kartografis yang memuat gratikul, toponimi wilayah dan perairan, batas-batas adminitasi dan simbolisasi lainnya yang menunjukkan lokasi.
a. apabila BWP mencakup seluruh wilayah kota/kabupaten maka provinsi di kota/kabupaten tersebut menjadi menjadi tampilan utama inset peta. Jika memungkinkan, pada inset peta dilengkapi dengan batas dan nama administrasi kota/kabupaten di provinsi tersebut.
b. apabila BWP mencakup sebagian kota/kabupaten maka wilayah kota/kabupaten tersebut menjadi tampilan utama inset peta. Pada inset peta dilengkapi dengan batas dan nama administrasi kecamatan di kota/kabupaten tersebut.
Pada peta dalam bentuk lembaran per sheet maka inset peta dibuat dalam 2 macam yaitu inset peta secara umum dan inset indeks peta.
4.4 Legenda
Setiap unsur yang disimbolkan dalam muka peta harus dijelaskan dalam legenda/keterangan peta. Legenda peta diawali dengan unsur-unsur peta dasar seperti ibukota, batas administrasi, perairan dan gunung, dan sebagainya. Masing-masing unsur peta dapat diklasifikan sesuai kebutuhan dan susunan unsur diprioritaskan dengan data point, lalu garis, dan area.
12 4.5 Sumber Data
Keterangan sumber data memenuhi 2 unsur meliputi: a. sumber data
Sumber data memuat keterangan data-data yang digunakan. Sumber data ditulis secara lengkap terdiri dari jenis data, skala/resolusi, tahun pembuatan, dan instansi pembuat
Contoh: Interpretasi Citra xx resolusi xx tahun perekaman xx Survey Lapangan Tahun xx
b. proses/riwayat data
Pada sumber data berupa citra satelit dan fotoudara, maka perlu dijabarkan dalam keterangan riwayat peta.
Contoh: Sumber data citra satelit telah dilakukan orthorektifikasi menggunakan data DEM xx dan survey GCP menggunakan GPS Geodetik Tahun xx.
5. Reproduksi
5.1 Spesifikasi teknis kertas cetak
Spesifikasi teknis kertas untuk pencetakan peta RDTR Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :
- berdasarkan BWP atau Sub BWP: ukuran peta setelah dipotong menjadi 594 mm x 841 mm (ukuran kertas A1).
- berdasarkan Indeks RBI: ukuran peta setelah dipotong menjadi 525 mm x 825 mm, jika diperlukan lembar yang bersifat khusus, akan diberi penjelasan pada peta tersebut;
5.2 Penggunaan lembar khusus
Penggunaan lembar khusus untuk pencetakan peta RDTR skala 1:5.000 dapat dilakukan untuk penambahan cakupan lembar ke samping kiri atau kanan dan/atau ke atas atau ke bawah. Penambahan cakupan lembar ke samping dan/atau kebawah dapat dilakukan secara proporsional.
Rancangan Standar Nasional Indonesia
13 6. Ketentuan Lain
6.1 Garis batas wilayah administratif
Status garis batas wilayah administratif (garis batas provinsi, kabupaten atau kota, kecamatan, desa/kelurahan dan dusun) dan garis batas negara yang tercantum dalam peta RDTR dapat meliputi batas definitif (referensi resmi berdasarkan SK Kemendagri), batas kesepakatan maupun batas indikatif (bukan referensi resmi). Keterangan mengenai status garis batas wilayah harus dicantumkan dalam data maupun dalam penyajian peta. 6.2 Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam penyajian data seperti satuan koordinat, satuan skala, arah utara, dan sebagainya adalah bahasa indonesia.
58
BIBLIOGRAFI
Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta
Peraturan menteri pekerjaan umum Nomor : 20/PRT/M/2011, Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota.
SNI 7336 : 2008,Pertukaran data lintang,bujur,dan tinggi lokasi geografis. SNI 16502.1-2000 Spesifikasi penyajian peta rupa bumi 10.000
SNI 6502.2-2010 Spesifikasi penyajian peta rupa bumi 25.000 SNI 6502.3-2010 Spesifikasi penyajian peta rupa bumi 50.000 SNI 6502.4-2010 Spesifikasi penyajian peta rupa bumi 250.000
14
RSNI
Rancangan Standar Nasional Indonesia
Lampiran A
(normatif)
Unsur, simbol, dan Kodefikasi
1. SIMBOL, NOTASI, DAN JENIS PENGGAMBARAN UNSUR-UNSUR PETA DASAR RDTR
Jenis Tipe Pengertian Simbol dan/ atau Notasi
Spesifikasi
Keterangan Simbol CMYK (%) RGB (255) HSV (360 100 100)
1 2 3 4 5 6 7 8
15
Simbol (%) RGB (255) 100)
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Ibukota Kabupaten/Kota Point (Titik)
00 00 00
100 00 00 00 00 00 00
2. Ibukota Kecamatan Point (Titik)
00 00 00
100 00 00 00 00 00 00
3. Ibukota Kelurahan/ desa Point (Titik)
00 00 00
100 00 00 00 00 00 00
B. Kantor Pemerintahan
1. Kantor Kepresidenan Point (Titik) 0 0 0 30
178 178 178 0 0 70
Jenis Huruf : Arial Warna Huruf: Hitam
16
Jenis Tipe Pengertian Simbol dan/ atau Notasi Keterangan
Simbol CMYK (%) RGB (255) HSV (360 100 100)
1 2 3 4 5 6 7 8
2. Kantor Gubernur Point (Titik) 0 0 0 30
178 178 178 0 0 70
Jenis Huruf : Arial Warna Huruf: Hitam
3. Kantor Walikota Point (Titik) 0 0 0 30
178 178 178 0 0 70
Jenis Huruf : Arial Warna Huruf: Hitam
4. Kantor Bupati Point (Titik) 0 0 0 30
178 178 178 0 0 70
Jenis Huruf : Arial Warna Huruf: Hitam
5. Kantor Camat Point (Titik) 0 0 0 30
178 178 178 0 0 70
Jenis Huruf : Arial Warna Huruf: Hitam
6. Kantor Kepala Lurah Point (Titik) 0 0 0 30
178 178 178 0 0 70
Jenis Huruf : Arial Warna Huruf: Hitam
7. Kantor Kepala Desa Point (Titik) 0 0 0 30
178 178 178 0 0 70
Jenis Huruf : Arial Warna Huruf: Hitam
C. Garis Pantai
17
Simbol (%) RGB (255) 100)
1 2 3 4 5 6 7 8
D. Batas Administrasi
1. Batas Negara
Line (Garis) aplikasi 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 Tebal: 0,6 mm Outline: white 0,8 mm
2. Batas Provinsi
Line (Garis) aplikasi 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 Tebal: 0,6 mm Mask: white 0,8 mm
3. Batas Kabupaten/Kota
Line (Garis) aplikasi 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 Tebal: 0,5 mm
Mask: white 0,7 mm 4. Batas Kecamatan
Line (Garis) aplikasi 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 Tebal: 0,4 mm
Mask: white 0,65 mm 5. Batas Kelurahan/desa
Line (Garis) aplikasi 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 Tebal: 0,35 mm Mask: white 0,5 mm
6. Batas Dusun
18
Jenis Tipe Pengertian Simbol dan/ atau Notasi Keterangan
Simbol CMYK (%) RGB (255) HSV (360 100 100)
1 2 3 4 5 6 7 8
E. Batas Perencanaan
1. Batas BWP
Line (Garis) 41 71 73 0 150 74 68 4 54 59 Tebal: 0,7 mm
2. Batas Sub BWP
Line (Garis) 41 71 73 0 150 74 68 4 54 59 Tebal: 0,45 mm
3. Batas Blok
Line (Garis) 41 71 73 0 150 74 68 4 54 59 Tebal: 0,45 mm
4. Batas Subblok
Line (Garis) 41 71 73 0 150 74 68 4 54 59 Tebal: 0,3 mm
F. Perairan
1. Sungai Area 100 00 00 00 00 255 255 180 100 100 Toponimi sungai digambarkan sesuai bentuk sungai.
19
Simbol (%) RGB (255) 100)
1 2 3 4 5 6 7 8
danau.
G. Prasarana Transportasi
1. Jaringan Jalan Area 00 57 57 00 255 110 110 0 57 100
Line (Garis) 00 57 57 00 255 110 110 0 57 100
Hanya digunakan untuk peta yang tidak menampilkan fungsi jalan.
2. Jalur Kereta Api Line (Garis) 0 0 0 100 0 0 0 0 0 0 Tebal: 0,2 mm
3. Jembatan Line (Garis) aplikasi 0 0 0 100 0 0 0 0 0 0 Tebal: 0,45 mm
H. Bangunan Area 100 00 00 00 178 178 178 00 00 70
Khusus pada pola ruang digambarkan dalam outline tanpa
20
2. SIMBOL, NOTASI, DAN JENIS PENGGAMBARAN UNSUR-UNSUR PETA RENCANA
I. RENCANA POLA RUANG
Jenis Tipe Pengertian Simbol dan/ atau Notasi
Spesifikasi
Keterangan
CMYK (%) RGB (255) HSV (360
100 100) A. Kawasan Lindung
1. Hutan lindung Area
Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan lindung yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah
52 21 55 0 122 202 115 115 43 79 Outline CMYK: 33 20 61 0 RGB: 171 205 100 HSV: 79 51 80 Tebal: 0,3 pt 2. Perlindungan terhadap
kawasan bawahannya Area
Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan lindung yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan terhadap
33 6 31 0 170 240 175 124 29 94
L
21 3. Perlindungan setempat Area
kawasan lindung yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan terhadap sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, dan kawasan sekitar mata air
37 17 65 0 160 212 90 85 58 83
4. Ruang terbuka hijau Area
Area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam
33 3 47 0 171 247135 101 45 97
5. Suaka alam dan cagar
budaya Area
Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan lindung yang memiliki ciri khas tertentu baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keragaman jenis tumbuhan, satwa dan ekosistemnya beserta nilai budaya dan sejarah bangsa
43 10 75 0 145 230 65 91 72 90
6. Zona lindung lainnya Area
Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan lindung yang belum terdefinisikan berdasar kriteria sebelumnya
22 6 56 0 200 240 112 79 53 94
7. Rawan bencana alam Area Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari 45 8 25 0 140 235 190 152 40 92
S
H
C
Z
22
atau berpotensi tinggi mengalami tanah longsor, gelombang pasang/tsunami, banjir, letusan gunung berapi, dan gempa bumi
B. Kawasan Budidaya
1. Zona Perumahan Area 0 5 28 0 255 242 184 49 28 100 Outline
CMYK: 4 21 52 0 RGB: 245 202 122 HSV: 39 50 96 Tebal: 0,3 pt a. Rumah kepadatan sangat tinggi
Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya difungsikan untuk tempat tinggal atau hunian dengan perbandingan yang sangat besar antara jumlah bangunan rumah dengan luas lahan
0 5 28 0 255 242 184 49 28 100
b. Rumah kepadatan tinggi
Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya difungsikan untuk tempat tinggal atau hunian dengan perbandingan yang besar antara jumlah bangunan rumah dengan luas lahan
0 5 28 0 255 242 184 49 28 100
c. Rumah kepadatan sedang
Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya difungsikan untuk tempat tinggal atau hunian dengan perbandingan yang hampir seimbang antara jumlah bangunan rumah
0 5 28 0 255 242 184 49 28 100
P
P5
P4
23 rendah hunian dengan perbandingan
yang kecil antara jumlah bangunan rumah dengan luas lahan
e. Rumah kepadatan sangat rendah
Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya difungsikan untuk tempat tinggal atau hunian dengan perbandingan yang sangat kecil antara jumlah bangunan rumah dengan luas lahan
0 5 28 0 255 242 184 49 28 100
2. Zona Perdagangan dan
Jasa Area 6 13 25 0 240 222 191 38 20 94 Outline CMYK: 4 21 52 0 RGB: 245 202 122 HSV: 39 50 96 Tebal: 0,3 pt a. Tunggal
Peruntukan ruang yang
merupakan bagian dari
kawasan budi daya difungsikan untuk pengembangan kelompok kegiatan perdagangan dan/atau jasa, tempat bekerja, tempat berusaha, tempat hiburan dan
rekreasi dengan skala
pelayanan regional yang
dikembangkan dalam bentuk
tunggal secara horisontal
maupun vertikal
6 13 25 0 240 222 191 38 20 94
b. Deret Peruntukan merupakan bagian ruang yang dari
kawasan budi daya difungsikan
6 13 25 0 240 222 191 38 20 94
P1
J
J1
24
berusaha, tempat hiburan dan
rekreasi dengan skala
pelayanan regional
berupabangunan tunggal
dengan atap menyambung untuk 2 (dua) unit toko/tempat usaha.
c. Kopel
Peruntukan ruang yang
merupakan bagian dari
kawasan budi daya difungsikan untuk pengembangan kelompok kegiatan perdagangan dan/atau jasa, tempat bekerja, tempat berusaha, tempat hiburan dan
rekreasi dengan skala
pelayanan regional yang
dikembangkan dalam bentuk deret
6 13 25 0 240 222 191 38 20 94
3. Zona Perkantoran Area 5 29 49 0 242 181 130 27 46 95 Outline CMYK: 4 21 52 0
RGB: 245 202 122 HSV: 39 50 96 Tebal: 0,3 pt a. Pemerintah
Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya difungsikan untuk pengembangan kegiatan pemerintahan dan pelayanan masyarakat
5 29 49 0 242 181 130 27 46 95
b. Swasta
Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya difungsikan untuk pengembangan kelompok kegiatan perkantoran swasta, jasa, tempat bekerja, tempat
5 29 49 0 242 181 130 27 46 95
K
KP
KS J3
25
4. Zona Industri Area 23 34 49 0 196 168 130 35 34 77 Outline
CMYK: 4 21 52 0 RGB: 245 202 122 HSV: 39 50 96
Tebal: 0,3 pt a. Industri kimia dasar
Zona industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku serta memiliki proses
kimia yang menghasilkan
produk zat kimia dasar, seperti
asam sulfat (H2SO4) dan
ammonia (NH3), seperti,
Industri kertas, semen,
obatobatan, pupuk, kaca, dan lain-lain
23 34 49 0 196 168 130 35 34 77
b. Industri mesin dan logam dasar
Zona industri bahan logam dan
produk dasar yang
menghasilkan bahan baku dan bahan setengah jadi, seperti industri peralatan listrik, mesin,
besi beton, pipa baja,
kendaraan bermotor, pesawat terbang, dan lain-lain
23 34 49 0 196 168 130 35 34 77
c. Industri kecil
Zona industri dengan modal kecil dan tenaga kerja yang
sedikit dengan peralatan
ederhana. Biasanya merupakan industri yang dikerjakan per orang atau rumah tangga, seperti industri roti, kompor
minyak, makanan ringan,
23 34 49 0 196 168 130 35 34 77
I
IK
IM
26 d. Aneka industri
Industri yang menghasilkan beragam kebutuhan konsumen
dibedakan ke dalam 4
golongan, yaitu:
1. Aneka pengolahan pangan
yang menghasilkan
kebutuhan pokok di bidang pangan seperti garam, gula, margarine, minyak goreng, rokok, susu, tepung terigu 2. Aneka pengolahan sandang
yang menghasilkan
kebutuhan sandang, seperti bahan tenun, tekstil, industri kulit dan pakaian jadi 3. Aneka kimia dan serat yang
mengolah bahan baku
melalui proses kimia
sehingga menjadi barang
jadi yang dapat
dimanfaatkan, seperti ban kendaraan, pipa paralon, pasta gigi, sabun cuci, dan korek api
4. Aneka bahan bangunan
yang mengolah aneka
bahan bangunan, seperti industri kayu, keramik, kaca dan marmer
23 34 49 0 196 168 130 35 34 77
5. Zona Sarana Pelayanan
Umum Area 14 27 51 0 219 186 125 39 43 86
Outline
U
27 a. Pendidikan
sarana pendidikan dasar
sampai dengan pendidikan tinggi, pendidikan formal dan informal, serta dikembangkan secara horizontal dan vertikal
14 27 51 0 219 186 125 39 43 86
Tebal: 0,3 pt
b. Transportasi
Peruntukan ruang yang
merupakan bagian dari
kawasan budi daya yang dikembangkan untuk
manampung fungsi transportasi dalam upaya untuk mendukung
kebijakan pengembangan
sistem transportasi yang
tertuang didalam rencana tata ruang yang meliputi transportasi darat, udara, dan perairan
14 27 51 0 219 186 125 39 43 86
c. Kesehatan
Peruntukan ruang yang
merupakan bagian dari
kawasan budi daya yang dikembangkan untuk
pengembangan sarana
kesehatan dengan hierarki dan
skala pelayanan yang
disesuaikan dengan jumlah penduduk yang akan dilayani yang dikembangkan secara horizontal dan vertikal
14 27 51 0 219 186 125 39 43 86
UP
UT
28 d. Olahraga
kawasan budi daya yang
dikembangkan untuk
menampung sarana olahraga baik dalam bentuk terbuka maupun tertutup sesuai dengan lingkup pelayanannya dengan hierarki dan skala pelayanan
yang disesuaikan dengan
jumlah penduduk
14 27 51 0 219 186 125 39 43 86
e. Sosial budaya
Peruntukan ruang yang
merupakan bagian dari
kawasan budi daya yang dikembangkan untuk
menampung sarana sosial budaya dengan hierarki dan
skala pelayanan yang
disesuaikan dengan jumlah penduduk yang dikembangkan secara horizontal maupun vertikal
14 27 51 0 219 186 125 39 43 86
f. Peribadatan
Peruntukan ruang yang
merupakan bagian dari
kawasan budi daya yang dikembangkan untuk
menampung sarana ibadah dengan hierarki dan skala pelayanan yang disesuaikan dengan jumlah penduduk
14 27 51 0 219 186 125 39 43 86
6. Zona Peruntukan Lainnya Area 14 20 33 0 219 204 171 41 22 86 Outline
L
UO
US
29 a. Pertanian pengusahaan mengusahakan
tanaman tertentu, pemberian makanan, pengkandangan, dan pemeliharaan hewan untuk pribadi atau tujuan komersial
Tebal: 0,3 pt
b. Pertambangan
Peruntukan ruang yang
dikembangkan untuk
menampung kegiatan
pertambangan bagi daerah yang sedang maupun yang
akan segera melakukan
kegiatan pertambangan golongan bahan galian A, B, dan C
14 20 33 0 219 204 171 41 22 86
c. Pariwisata
Peruntukan ruang yang
merupakan bagian dari
kawasan budi daya yang
dikembangkan untuk
mengembangkan kegiatan
pariwisata baik alam, buatan, maupun budaya
14 20 33 0 219 204 171 41 22 86
d. Perikanan
Kawasan yang diperuntukkan bagi perikanan, baik berupa pertambakan/kolom maupun penangkapan.
14 20 33 0 219 204 171 41 22 86
7. Zona Peruntukan Khusus Area 0 24 38 0 255 194 158 22 38 100 Outline CMYK: 4 21 52 0
RGB: 245 202 122 HSV: 39 50 96
a. Pertahanan dan Peruntukan tanah yang 0 24 38 0 255 194 158 22 38 100
LT
LW
LI
S
30
menjamin kegiatan dan
pengembangan bidang
pertahanan dan keamanan seperti kantor,
instalasi hankam, termasuk tempat latihan baik pada tingkat
nasional, Kodam, Korem,
Koramil, dsb
b. TPA
Peruntukan tanah di daratan dengan batas-batas tertentu yang yang digunakan sebagai
tempat untuk menimbun
sampah dan merupakan bentuk terakhir perlakuan sampah
0 24 38 0 255 194 158 22 38 100
c. IPAL
Peruntukan tanah yang terdiri atas daratan dengan batas batas tertentu yang berfungsi untuk tempat pembuangan segala macam air buangan (limbah) yang berasal dari
limbah-limbah domestik,
industri, maupun komersial dan lain-lainnya 0 24 38 0 255 194 158 22 38 100 8. Zona Peruntukan Campuran Area 0 16 48 0 255 214 133 40 48 100 Outline CMYK: 4 21 52 0 C ST SI
31
perumahan dan
perdagangan/jasa
b. Perumahan dan perkantoran
Peruntukan lahan budi daya yang terdiri atas daratan dengan batas tertentu yang berfungsi campuran antara perumahan dan perkantoran
0 16 48 0 255 214 133 40 48 100
c. Perkantoran dan perdagangan/jasa
Peruntukan lahan budi daya yang terdiri atas daratan dengan batas tertentu yang berfungsi campuran antara
perkantoran dan
perdagangan/jasa
0 16 48 0 255 214 133 40 48 100
9. Zona Ruang Terbuka
Non Hiau (RTNH) Area
Ruang terbuka di bagian wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras atau yang berupa badan air, maupun kondisi permukaan tertentu yang tidak dapat ditumbuhi tanaman atau berpori
11 17 38 0 227 212 158 47 30 89 Outline CMYK: 4 21 52 0 RGB: 245 202 122 HSV: 39 50 96 Tebal: 0,3 pt
I.
II. RENCANA JARINGAN PRASARANA
A. Jaringan JalanN
CB
32 1. Jalan tol/ bebas
hambatan Garis mempersingkat jarak dari satu tempat ke tempat lain. Untuk melewatinya para pengguna harus membayar sesuai tarif yang berlaku.
0 100 100 0 255 0 0 0 100 100 RGB: 0 0 0 HSV: 0 0 0
2. Jalan arteri Garis
Jalan yang dikembangkan untuk melayani dan menghubungkan kota-kota antar pusat kegiatan nasional dan pusat kegiatan wilayah, juga antar kota yang melayani kawasan berskala besar dan/atau cepat berkembang dan/atau pelabuhan- pelabuhan utama. 0 100 100 0 255 0 0 0 100 100 Outline CMYK: 0 0 0 100 RGB: 0 0 0 HSV: 0 0 0
a. Jalan arteri primer Garis 0 100 100 0 255 0 0 0 100 100
b. Jalan arteri sekunder Garis 0 35 35 0 255 166 166 0 35 100
3. Jalan kolektor Garis 0 100 100 0 255 0 0 0 100 100
Outline
CMYK: 0 0 0 100 RGB: 0 0 0 HSV: 0 0 0
a. Jalan kolektor primer Garis
Jalan yang dikembangkan untuk melayani dan menghubungkan kota-kota antar pusat kegiatan nasional, antar pusat kegiatan nasional dan pusat kegiatan wilayah, dan antar kota yang melayani
0 100 100 0 255 0 0 0 100 100 0,3 mm 2 mm 0,3 mm 1,4 mm 0,2 mm
33
b. Jalan kolektor sekunder Garis 0 35 35 0 255 166 166 0 35 100
4. Jalan lokal Garis
Jalan yang dikembangkan untuk melayani dan menghubungkan kota-kota antar pusat kegiatan wilayah dan pusat kegiatan lokal dan/ atau kawasan-kawasan berskala kecil dan/atau pelabuhan pengumpan regional dan pelabuhan pengumpan lokal 0 100 100 0 255 0 0 0 100 100 Outline CMYK: 0 0 0 100 RGB: 0 0 0 HSV: 0 0 0
a. Jalan lokal primer Garis 0 100 100 0 255 0 0 0 100 100
b. Jalan lokal sekunder Garis 0 35 35 0 255 166 166 0 35 100
5. Jalan lingkungan Garis 0 100 100 0 255 0 0 0 100 100
Outline CMYK: 0 0 0 100 RGB: 0 0 0 HSV: 0 0 0 0,8 mm 0,1 mm 0,3 mm 0,075 mm
34 1. Jaringan Listrik
a. Kawat saluran udara Garis
Silang : 100 65 10 0 Garis : 0 33 84 0 Silang : 0 90 230 Garis : 255 170 40 Silang : 217 100 90 Garis : 36 84 100 Silang : Ukuran 2 mm Garis : 0,5 mm i. Jaringan transmisi tegangan ultra tinggi
(SUTUT) – 750 KV Garis
Jaringan listrik berkapasitas 750 KV. Silang : 100 65 10 0 Garis : 0 33 84 0 Silang : 0 90 230 Garis : 255 170 40 Silang : 217 100 90 Garis : 36 84 100 Silang : Ukuran 3,2 mm Garis : 1,8 mm
ii. Jaringan tramsmisi tegangan extra tinggi
(SUTET) – 500 KV Garis
Jaringan listrik berkapasitas 500 KV. Silang : 100 65 10 0 Garis : 0 33 100 0 Silang : 0 90 230 Garis : 255 170 0 Silang : 217 100 90 Garis : 40 100 100 Silang : Ukuran 2,5 mm Garis : 1,2 mm
iii. Jaringan transmisi tegangan tinggi
(SUTT) – 275 KV Garis
Jaringan listrik berkapasitas 275 KV. Silang : 100 65 10 0 Garis : 0 22 88 0 Silang : 0 90 230 Garis : Silang : 217 100 90 Garis : 45 88 100 Silang : Ukuran 2 mm Garis : 0,85 mm
35 tegangan menengah
(SUTM) – 150 KV Garis
Jaringan listrik berkapasitas
150 KV. 100 65 10 0 Garis : 0 18 88 0 0 90 230 Garis : 255 210 30 217 100 90 Garis : 48 88 100 Silang : Ukuran 1,8 mm Garis : 0,6 mm v. Jaringan transmisi tegangan rendah (SUTR) – 70 KV Garis
Jaringan listrik berkapasitas 70 KV. Silang : 100 65 10 0 Garis : 0 10 92 0 Silang : 0 90 230 Garis : 255 230 20 Silang : 217 100 90 Garis : 54 92 100 Silang : Ukuran 1,8 mm Garis : 0,4 mm
b. Kabel bawah tanah Garis Jaringan energi listrik kabel bawah tanah
Silang : 78 34 100 0 Garis : 0 33 84 0 Silang : 56 168 0 Garis : 255 170 40 Silang : 100 100 66 Garis : 36 84 100 Silang : Ukuran 2 mm Garis : 0,5 mm
c. Kabel bawah laut Garis Jaringan energi listrik kabel bawah laut
Silang : 33 100 10 0 Garis : 0 33 84 0 Silang : 170 0 230 Garis : 255 170 40 Silang : 285 100 90 Garis : 36 84 100 Silang : Ukuran 2 mm Garis : 0,5 mm
d. Jaringan distribusi Garis Jaringan yang dibuat untuk mendistribusikan energi listrik. Silang : 0 100 23 0 Silang : 255 0 197 Silang : 314 100 100 Silang : Ukuran 2 mm
36
255 170 40
2. Gardu induk Titik Bangunan sebagai tempat distribusi arus listrik.
Gardu : 0 0 0 100 Kotak : 0 33 84 0 Outline : 0 33 84 0 Gardu : 0 0 0 Kotak : 255 170 40 Outline : 255 170 40 Gardu : 0 0 0 Kotak : 36 84 100 Outline : 36 84 100 Gardu : 5 mm Kotak : 5,5 mm Outline : 6,35 mm 3. Pembangkit Listrik
Tenaga Air (PLTA) Titik
Bangunan yang menjadi tempat mesin pemb angkit tenaga listrik dengan menggunakan tenaga air
Petir : 0 0 0 0 Kotak : 100 70 34 0 Outline : 0 33 84 0 Petir : 255 255 255 Kotak : 0 77 168 Outline : 255 170 40 Petir : 0 0 100 Kotak : 213 100 66 Outline : 36 84 100 Petir : 5 mm Kotak : 5,5 mm Outline : 6,35 mm 4. Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU) Titik
Bangunan yang menjadi tempat mesin pembangkit tenaga listrik dengan menggunakan tenaga uap
Petir : 0 0 0 0 Kotak : 0 0 0 49 Outline : Petir : 255 255 255 Kotak : 130 130 130 Outline : Petir : 0 0 100 Kotak : 0 0 51 Outline : Petir : 5 mm Kotak : 5,5 mm Outline : 6,35 mm
37 5. Pembangkit Listrik
Tenaga Gas (PLTG) Titik
Bangunan yang menjadi tempat mesin pembangkit tenaga listrik dengan menggunakan tenaga gas.
0 0 0 0 Kotak : 10 100 100 0 Outline : 0 33 84 0 255 255 255 Kotak : 230 0 0 Outline : 255 170 40 0 0 100 Kotak : 0 100 90 Outline : 36 84 100 Petir : 5 mm Kotak : 5,5 mm Outline : 6,35 mm
6. Pembangkit Litrik Tenaga
Diesel (PLTD) Titik
Bangunan yang menjadi tempat mesin pembangkit tenaga listrik dengan menggunakan tenaga diesel.
Petir : 0 0 0 0 Kotak : 0 33 84 0 Outline : 0 33 84 0 Petir : 255 255 255 Kotak : 255 170 40 Outline : 255 170 40 Petir : 0 0 100 Kotak : 36 84 100 Outline : 36 84 100 Petir : 5 mm Kotak : 5,5 mm Outline : 6,35 mm 7. Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir (PLTN) Titik
Bangunan yang menjadi tempat mesin pembangkit tenaga listrik dengan menggunakan tenaga nuklir.
Petir : 0 0 0 0 Kotak : 57 12 14 0 Outline : 0 33 84 0 Petir : 255 255 255 Kotak : 110 225 220 Outline : 255 170 40 Petir : 0 0 100 Kotak : 177 51 88 Outline : 36 84 100 Petir : 5 mm Kotak : 5,5 mm Outline : 6,35 mm
38 8. Pembangkit Listrik
Tenaga Surya(PLTS) Titik
Bangunan yang menjadi tempat mesin pembangkit tenaga listrik dengan menggunakan tenaga matahari. 0 0 0 0 Kotak : 0 0 84 0 Outline : 0 33 84 0 255 255 255 Kotak : 255 255 40 Outline : 255 170 40 0 0 100 Kotak : 60 84 100 Outline : 36 84 100 Petir : 5 mm Kotak : 5,5 mm Outline : 6,35 mm 9. Pembangkit Listrik
Tenaga Bayu (PLTB) Titik
Bangunan yang menjadi tempat mesin pembangkit tenaga listrik dengan menggunakan tenaga angin
Petir : 0 0 0 0 Kotak : 76 33 100 0 Outline : 0 33 84 0 Petir : 255 255 255 Kotak : 60 170 0 Outline : 255 170 40 Petir : 0 0 100 Kotak : 99 100 67 Outline : 36 84 100 Petir : 5 mm Kotak : 5,5 mm Outline : 6,35 mm 10. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)
Titik
Bangunan yang menjadi tempat mesin pembangkit tenaga listrik dengan menggunakan tenaga panas bumi. Petir : 0 0 0 0 Kotak : 2 84 33 0 Outline : 0 33 84 0 Petir : 255 255 255 Kotak : 250 40 170 Outline : 255 170 40 Petir : 0 0 100 Kotak : 32 84 98 Outline : 36 84 100 Petir : 5 mm Kotak : 5,5 mm Outline : 6,35 mm
39 11. Pembangkit Listrik
Lainnya Titik tenaga listrik dengan menggunakan tenaga selain
yang telah disebutkan di atas
Kotak : 0 0 0 100 Outline : 0 33 84 0 Kotak : 0 0 0 Outline : 255 170 40 Kotak : 0 0 0 Outline : 36 84 100 Kotak : 5,5 mm Outline : 6,35 mm
12. Jaringan Pipa Gas Garis
Jaringan prasarana utama yang mendukung seluruh kebutuhan gas, di permukaan tanah atau di bawah permukaan tanah. Outline/Garis : 0 33 84 0 Outline/Garis: 255 170 40 Outline/Garis: 36 84 100 Kotak : Ukuran 1,8 mm Garis : 0,5 mm
a. Pipa Gas Transmisi Garis Jaringan transmisi yang mendukung seluruh kebutuhan gas. Kotak: 78 35 100 0 Garis: 0 33 84 0 Kotak: 55 165 0 Garis: 255 170 40 Kotak: 100 100 65 Garis: 36 84 100 Kotak : Ukuran 1,8 mm Garis : 0,5 mm
b. Pipa Gas Distribusi Garis Jaringan distribusi yang mendukung seluruh kebutuhan gas. Kotak: 34 78 100 0 Garis: 0 33 84 0 Kotak: 168 56 0 Garis: 255 170 40 Kotak: 20 100 66 Garis: 36 84 100 Kotak : Ukuran 1,8 mm Garis : 0,5 mm C. Jaringan Komunikasi
40 1. Stasiun Telepon Otomat Titik
Tempat atau instalasi bangunan telepon otomat yang menjadi pusat atau penghubung jaringan telepon.
0 0 0 0 Kotak : 76 33 100 0 Outline : 0 0 0 0 255 255 255 Kotak : 60 170 0 Outline : 255 255 255 0 0 100 Kotak : 99 100 67 Outline: 0 0 100 Obyek : 5 mm Kotak : 5,5 mm Outline : 6,35 mm
2. Kantor Pos Besar Titik
Tempat yang mempunyai fungsi menyelenggarakan kirim mengirim barang, surat, uang dan sebagainya dengan skala pelayanan regional.
Obyek : 0 0 0 0 Kotak : 76 33 100 0 Outline : 0 0 0 0 Obyek : 255 255 255 Kotak : 60 170 0 Outline : 255 255 255 Obyek : 0 0 100 Kotak : 99 100 67 Outline: 0 0 100 Obyek : 5 mm Kotak : 5,5 mm Outline : 6,35 mm
3. Kantor Pos Kecil Titik
Tempat yang mempunyai fungsi menyelenggarakan kirim mengirim barang, surat, uang dan sebagainya dengan skala pelayanan kota atau lokal. Obyek : 0 0 0 0 Kotak : 41 10 100 0 Outline : 0 0 0 0 Obyek : 255 255 255 Kotak : 150 230 0 Outline : 255 255 255 Obyek : 0 0 100 Kotak : 81 100 90 Outline: 0 0 100 Obyek : 5 mm Kotak : 5,5 mm Outline : 6,35 mm
41
4. Stasiun Bumi Titik Bangunan berfungsi sebagai stasiun telekomunikasi. Kotak : 76 33 100 0 Outline : 0 0 0 0 Kotak : 60 170 0 Outline : 255 255 255 Kotak : 99 100 67 Outline: 0 0 100 Kotak : 5,5 mm Outline : 6,35 mm 5. Pusat Automasi
Sambungan Telepon Titik
Bangunan sebagai tempat yang merupakan pusat automiatisasi sambungan telepon. Obyek : 0 0 0 0 Kotak : 76 33 100 0 Outline : 0 0 0 0 Obyek : 255 255 255 Kotak : 60 170 0 Outline : 255 255 255 Obyek : 0 0 100 Kotak : 99 100 67 Outline: 0 0 100 Obyek : 5 mm Kotak : 5,5 mm Outline : 6,35 mm 6. Menara telekomunikasi (BTS) untuk pemanfaatan secara bersama-sama antar operator Titik
Bangunan sebagai tempat yang merupakan pusat automiatisasi sambungan telepon. Obyek : 0 0 0 0 Kotak : 76 33 100 0 Outline : 0 0 0 0 Obyek : 255 255 255 Kotak : 60 170 0 Outline : 255 255 255 Obyek : 0 0 100 Kotak : 99 100 67 Outline: 0 0 100 Obyek : 4 mm Kotak : 5,5 mm Outline : 6,35 mm
42
digital. Tebal : 0,5 mm
8. Jaringan Mikro Analog Garis Rangkaian perangkat
telekomunikasi jaringan mikro analog.
76 33 100 60 170 0 99 100 67 Diameter : 2,8 mm Tebal : 0,5 mm
9. Jaringan Serat Optik Garis Rangkaian telekomunikasi jaringan serat perangkat optik
76 33 100 60 170 0 99 100 67 Diameter : 2,8 mm Tebal : 0,5 mm
10. Jaringan Kabel Laut Garis Rangkaian telekomunikasi j aringan kabel perangkat laut
76 33 100 60 170 0 99 100 67 Diameter : 2,8 mm Tebal : 0,5 mm
11. Jaringan Internasional Garis Rangkaian perangkat
telekomunikasi jaringan
internasional
76 33 100 60 170 0 99 100 67 Diameter : 2,8 mm Tebal : 0,5 mm
12. Transmisi Kabel Laut Garis
Saluran pembawa atau transmisi tenaga atau arus listrik bawah laut yang sedang dikerjakan
76 33 100 60 170 0 99 100 67 Diameter : 2,8 mm Tebal : 0,5 mm
13. Transmisi Kabel Laut
Konstruksi Garis
Saluran pembawa atau transmisi tenaga atau arus listrik bawah laut yang sedang dikerjakan
76 33 100 60 170 0 99 100 67 Diameter : 2,8 mm Tebal : 0,5 mm
43 1. Tempat penampungan
sementara (TPS) Titik
Tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendaur ulang, pengolahan dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu 0 25 10 0 Outline : 0 100 22 0 255 190 230 Outline : 255 0 200 323 25 100 Outline : 313 100 100 Arial Narrow 3 Segitiga : 6 Outline : 7 2. Tempat Pengolahan
Sampah Terpadu (TPST) Titik
Tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendaur ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah
Segitiga : 0 25 10 0 Outline : 0 100 22 0 Segitiga : 255 190 230 Outline : 255 0 200 Segitiga : 323 25 100 Outline : 313 100 100 Arial Narrow 3 Segitiga : 6 Outline : 7 3. Tempat Pemrosesan
Akhir (TPA) Titik
Tempat memroses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan Segitiga : 0 25 10 0 Outline : 0 100 22 0 Segitiga : 255 190 230 Outline : 255 0 200 Segitiga : 323 25 100 Outline : 313 100 100 Arial Narrow 3 Segitiga : 6 Outline : 7
E. Jaringan Sumberdaya Air
1. Fasilitas air bersih Garis
44 b. Pipa air bersih
sekunder Garis
Saluran atau pipa transmisi air bersih sekunder yang digunakan.
80 29 0 0
50 180 255 202 80 100 Diameter : 3,5 mm Tebal : 0,35 mm c. Jalur distribusi air
bersih Garis Jalur distribusi air bersih. 100 69 6 0 0 80 240 220 100 94 Segitiga : 2,8 mm Tebal : 0,35 mm 2. Sistem pengendali banjir Garis
a. Saluran drainase
primer Garis Saluran pengendali banjir Primer. 100 69 6 0 0 80 240 220 100 94 Diamond : 3,2 mm Tebal : 0,35 mm b. Saluran drainase
sekunder Garis
Saluran pengendali banjir
sekunder 80 29 0 0 50180 255 202 80 100 Diamond : 3,2 mm
Tebal : 0,35 mm
c. Saluran air hujan
primer Garis Saluran air hujan primer.
Garis : 100 69 6 0 Diamond : 14 41 100 0 Garis : 0 80 240 Diamond : 220 150 0 Garis : 220 100 94 Diamond : 41 100 86 Diamond : 3,5 mm Tebal : 0,35 mm
d. Saluran air hujan
sekunder Garis Saluran air hujan sekunder.
Garis : 100 69 6 0 Diamond : 0 22 100 0 Garis : 0 80 240 Diamond : 255 200 0 Garis : 220 100 94 Diamond : 47 100 100 Diamond : 3,5 mm Tebal : 0,35 mm
45
penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi
Tebal : 0,35 mm
a. Saluran Irigasi Primer Garis
Saluran primer membawa air dari bendung ke saluran sekunder dan ke petak- petak tersier yang diairi.mBatas ujung saluran primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir Segitiga : 84 92 53 0 Garis : 100 69 6 0 Segitiga : 40 20 120 Garis : 0 80 240 Segitiga : 253 83 47 Garis : 220 100 94 Segitiga : 6,7 mm Tebal : 0,35 mm b. Saluran Irigasi Sekunder Garis
Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke petakpetak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas ujung saluran ini adalah pada bangunan sadap terakhir
100 69 6 0
0 80 240 100 69 6 0 Segitiga : 6,7 mm Tebal : 0,35 mm
c. Saluran Irigasi Tersier Garis
Saluran tersier membawa air dari bangunan sadap tersier di jaringan utama ke dalam petak tersier lalu ke saluran kuarter. Batas ujung saluran ini adalah boks bagi kuarter yang terakhir Segitiga : 49 10 0 0 Garis : 100 69 6 0 Segitiga : 130 230 255 Garis : 0 80 240 Segitiga : 192 49 100 Garis : 220 100 94 Segitiga : 6,7 mm Tebal : 0,35 mm d. Saluran Pembuangan Primer Garis
Mengalirkan air lebih dari saluran pembuang sekunder ke luar daerah irigasi. Pembuang primer sering berupa saluran pembuang alamiah yang mengalirkan
Segitiga : 65 100 94 0 Garis : Segitiga: 90 0 15 Garis : Segitiga : 350 100 35 Garis : Segitiga : 6,7 mm Tebal : 0,35 mm
46 e. Saluran Pembuangan
Sekunder Garis
Menampung air dari jaringan pembuang tersier dan
pembuang air tersebut ke pembuang primer atau langsung ke jaringan pembuang alamiah dan ke luar daerah irigasi
Segitiga : 14 45 100 0 Garis : 100 69 6 0 Segitiga: 220 140 0 Garis : 0 80 240 Segitiga : 38 100 86 Garis : 220 100 94 Segitiga : 6,7 mm Tebal : 0,35 mm f. Saluran Pembuangan Tersier Garis
Petak- petak tersier yang termasuk dalam unit irigasi sekunder yang sama dan menampung air, baik dari pembuang kuarter maupun dari sawah-sawah. Segitiga : 0 24 100 0 Garis : 100 69 6 0 Segitiga: 255 195 0 Garis : 0 80 240 Segitiga : 46 100 100 Garis : 220 100 94 Segitiga : 6,7 mm Tebal : 0,35 mm 4. Bendungan Titik
Bangunan yg berupa urugan tanah, urugan batu, beton, dan/atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan dan menampung air, dapat pula dibangun untuk menahan dan menampung limbah tambang (tailing) atau menampung lumpur sehingga terbentuk waduk.
100 65 10 0 0 90 230 217 100 90 Ukuran: 5 mm
5. Fasilitas air bersih Titik
47
dikonsumsi 100 65 10 0 0 90 230 217 100 90 Ukuran: 6 mm
d. Bak penampungan Titik Tempat penampunngan air hasil produksi. 100 65 10 0 0 90 230 217 100 90 Ukuran: 6mm
6. Fasilitas irigasi Titik
a. Bangunan utama irigasi Titik
Kompleks bangunan yang direncanakan di sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokkan air ke dalam jaringan saluran agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi
100 65 10 0 0 90 230 217 100 90 Ukuran: 5 mm
F. Jaringan Pengelolaan Air Limbah
a. Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) Titik
Sistem sarana pengolahan air
limbah terpusat 49 73 100 0 130 70 0 32 100 51 Ukuran: 5 mm
b. Instalasi Pengolahan
Lumpur Tinja (IPLT) Titik
Sistem pengolahan lumpur tinja yang berasal dari septi tank. 49 73 100 0 130 70 0 32 100 51 Ukuran: 5 mm c. Sistem prasarana pengelolaan lingkungan (Limbah B3) Titik
Sistem prasarana untuk
48 1. Jalur evakuasi bencana Garis Jalan yang dikhususkan untuk jalur evakuasi bila terjadi
48
RSNI
Rancangan Standar Nasional Indonesia
Lampiran B
(normatif)
Tata Letak Peta
1. Penyajian Peta berdasarkan BWP/Sub BWP meliputi: 1.1 Landscape Normal
1.2 Landscape Memanjang 1.3 Portrait
2. Penyajian Peta Indeks 3. Ketentuan Teknis
49
1. PETA BWP/SUB BWP
1.1 LANDSCAPE NORMAL
53
54
1a
Ukuran 2 cm x 2,5 cm
1b
Isi
Nama kabupaten/ kota
PEMERINTAH KOTA SALATIGA
Font
Arial, bold, 13
Warna
Hitam
2
Isi
Nomor Peraturan Daerah
tentang RDTR
PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA
NOMOR TAHUN
TENTANG
RENCANA DETAIL TATA RUANG
KOTA SALATIGA
TAHUN –
Font
Arial, bold, 12,5
Warna
Hitam
3a
Isi
Judul peta
PETA RENCANA POLA RUANG
Font
Arial, bold, 18
Warna
Hitam
3b
Isi
Nomor lembar peta
Lembar: 1408-6134A
Font
Arial, bold, 13
Warna
Hitam
4a
Isi
Orientasi peta
Ukuran 0,5 cm x 2 cm
Font
Arial, bold, 9,5
4b
Isi
Skala angka
SKALA 1:5.000
Font
Arial, bold, 13
Warna
Hitam
4c
Isi
Skala bar
Font
Arial, 7,5
Warna
Hitam
5
Isi
Proyeksi, Sistem grid,
Datum horisontal
Proyeksi : ... Universal Tranverse Mercator Sistem Grid : ... Grid Geografi dan Grid Universal Transverse MercatorDatum Horisontal : ... WGS 84 - Zone 49S
Font
Arial, 8
Warna
Hitam
55
6a
Font
Judul: Arial, 5,5
Keterangan koordinat: Arial,
4,5
Warna
Judul: Hitam
Keterangan koordinat: Arial,
Biru
6b
Isi
Diagram lokasi
Font
Judul: Arial, 5,5
Keterangan koordinat: Arial,
4,5
Warna
Judul: Hitam
Keterangan koordinat: Arial,
Biru
7
Isi
Legenda
Font
Judul: Arial, 12
Sub judul: Arial, 10
Keterangan: Arial, 10
Warna
Hitam
56
Geospasial, (tahun) - Survai Lapangan, (tahun)
- Peta Dasar dibuat berdasarkan interpretasi Citra Satelit resolusi detail (Citra ________
perekaman ________ dan Survai Lapangan Tim Penyusun Tahun _____. - Hasil Analisis Tim Penyusun, (tahun)
Warna
Hitam
8b
Isi
Riwayat Peta
Font
Arial, 8
Warna
Hitam
8c
Isi
Keterangan
KETERANGAN :
- Peta ini bukan referensi resmi mengenai garis-garis batas administrasi.
Font
Arial, 8
Warna
Hitam
9
Isi
Lembar Pengesahan
Mengetahui,
WALIKOTA SALATIGA
____________________
Font
Tandatangan: Arial, bold, 13
57
RSNI
Rancangan Standar Nasional Indonesia