• Tidak ada hasil yang ditemukan

SPESIFIKASI PENYAJIAN PETA RDTR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SPESIFIKASI PENYAJIAN PETA RDTR"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

i

SPESIFIKASI PENYAJIAN PETA RDTR

(2)

1

Daftar isi

Daftar isi ... 1

Prakata ... 3

1 Ruang lingkup ... 4

2 Istilah dan definisi ... 4

2.1 Istilah Teknis Perpetaan ... 4

2.2 Istilah Tata Ruang ... 5

3 Penyajian Muka Peta RDTR ... 7

3.1 Cakupan Peta ... 7

3.2 Grid Peta... 7

3.3 Gratikul ... 8

3.4 Penulisan Nama Unsur ... 8

3.5 Simbol Peta ... 9

3.4 Huruf ... 9

3.5 Singkatan Unsur ... 9

4 Tata Letak Peta ... 10

4.1 Orientasi Lembar Peta ... 10

4.2 Judul Peta ... 10

4.3 Inset Peta... 11

4.4 Legenda Peta ... 11

4.5 Sumber Data ... 12

(3)

2

5.1 Pencetakan ... 12

5.2 Spesifikasi teknis kertas cetak ... 12

5.3 Penggunaan lembar khusus... 12

5 Ketentuan Lain ... 13

5.1 Garis Batas Administrasi ... 13

5.2 Bahasa ... 13

Lampiran A (normatif) Unsur, simbol, dan Kodefikasi ... 14

A.1 Unsur, simbol, dan Kodefikasi Peta Dasar ... 14

5.2 Unsur, simbol, dan Kodefikasi Peta Rencana ... 20

Lampiran B (normatif) Tata Letak Peta ... 48

B.1 Penyajian Peta berdasarkan BWP/Sub BWP ... 48

B.2 Penyajian Peta Indeks ... 52

B.3 Ketentuan Teknis ... 53

Lampiran C Penyajian Peta RDTR ... 57

(4)

3

Prakata

Rancangan Standar Nasional Indonesia (SNI), Spesifikasi penyajian peta RDTR (Rencana Detail Tata Ruang) Kabupaten/Kota ini dibuat untuk mengakomodasi persyaratan teknis peta RDTR Kabupaten atau Kota sesuai dengan pedoman penulisan SNI yang berlaku. Skema Spesifikasi Penyajian Peta RDTR mengacu pada Permen PU No. 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan PZ Kabupaten/Kota.

Standar ini disusun berdasarkan Pedoman Standardisasi Nasional Nomor 8 tahun 2007 tentang Penulisan Standar Nasional Indonesia.

Jika ditemukan adanya hak paten, hak cipta, atau hak intektual lainnya di dalam standar ini, maka hak-hak tersebut adalah hak setiap pemegang hak intelektual yang bersangkutan. Panitia Teknis Bidang Informasi Geografis/Geomatika (PT 07-01) menghormati dan menjunjung tinggi hak-hak intelektual perseorangan atau suatu badan hukum. Identifikasi atau tuntutan atas kemungkinan adanya pelanggaran hak-hak intelektual dalam standar ini adalah bukan tanggung jawab PT 07-01.

(5)

4

Spesifikasi Penyajian Peta RDTR

1. Ruang lingkup

Standar ini menetapkan spesifikasi teknis, prosedur penyajian, dan reproduksi peta Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten/Kota.

2. Istilah dan definisi

2.1 Istilah Teknis Perpetaan Gratikul

susunan garis bujur dan garis lintang di atas peta yang dapat digunakan untuk menghubungkan titik-titik di atas peta dengan lokasi sebenarnya di atas permukaan bumi

Grid peta

sekumpulan perpotongan garis mendatar dan garis vertikal di atas peta yang berjarak teratur dan dapat digunakan sebagai acuan

CATATAN 1: Grid peta biasanya mengacu pada nama proyeksi yang digunakan; misalnya, grid Tranverse Mercator, dan grid Universal Transverse Mercator.

CATATAN 2 Grid peta dapat digunakan untuk perhitungan arah dan jarak terhadap titik lain

Koordinat

besaran linear atau angular yang menyatakan posisi suatu titik dalam suatu sistem acuan

Peta

gambaran dari unsur-unsur alam dan/atau unsur-unsur buatan, yang berada di atas maupun di bawah permukaan bumi yang digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala tertentu

(6)

5 Reproduksi Peta

penyajian akhir peta yang merupakan hasil dari serangkaian proses penggandaan peta dari cetakan aslinya

Separasi Warna

proses pemisahan setiap warna gambar, desain, atau negatif yang diperlukan dalam produksi cetak peta

Simbol

diagram, desain, huruf, karakter, atau singkatan yang ditempatkan pada peta yang mewakili kenampakan tertentu

Singkatan Istilah

singkatan dalam peta untuk mewakili kenampakan di permukaan bumi yang berlaku di berbagai wilayah di Indonesia

Skala Peta

angka perbandingan antara jarak dua titik di atas peta dengan jarak tersebut di permukaan bumi

CATATAN: Sebuah peta skala 1:5.000 berarti bahwa satu satuan ukuran di atas peta sama dengan 5.000 satuan ukuran di atas permukaan bumi.

2.2 Istilah Tata Ruang

Bagian Wilayah Perkotaan (BWP)

bagian dari wilayah kabupaten/kota dan/atau kawasan strategis kabupaten/kota yang menjadi wilayah rencana detail tata ruang. BWP dapat terbagi-bagi dalam wilayah yang lebih kecil yang dinamakan Sub BWP.

Blok

pembagian BWP yang dibatasi oleh batasan fisik yang nyata seperti jaringan jalan, sungai, jaringan irigasi dan batasan fisik yang masih dalam perencanaan. Blok dapat terbagi-bagi dalam wilayah yang lebih kecil yang dinamakan sub-blok.

(7)

6 Peta Dasar

peta garis yang menggambarkan posisi horizontal dan vertikal permukaan bumi dan benda tidak bergerak diatasnya, yang dipakai sebagai dasar pembuatan peta-peta lainnya

Peta Tematik

peta garis yang menggambarkan atau menyajikan tema tertentu dan digunakan sebagai peta-peta pendukung untuk menganalisis dan merumuskan kebijakan perencanaan tata ruang.

Peta Rencana

peta garis yang menggambarkan perencanaan tata ruang sebagai bentuk permodelan dari dokumen rencana tata ruang, meliputi rencana pola ruang, rencana jaringan prasaran, dan penetapan SUB BWP yang diprioritaskan.

Peta Rencana Tata Ruang Wilayah

peta garis yang menggambarkan rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah kabupaten/kota yang disajikan dalam skala miniman 1:50.000 untuk wilayah Kabupaten dan skala minimal 1:25.000 untuk wilayah kota.

Peta Rencana Detail Tata Ruang

peta garis yang menggambarkan secara terperinci rencana tata ruang sebagian atau seluruh wilayah kabupaten/kota yang disajikan dalam skala minimal 1:5.000.

Zona

klasifikasi kawasan atau area dalam rencana pola ruang yang memiliki fungsi dan karakteristik spesifik.

Contoh: Zona Perkantoran

Subzona

bagian dari zona yang memiliki fungsi dan karakteristik tertentu, diklasifikasikan dan disimbolkan dengan kode.

(8)

7 Contoh: Zona Perkantoran terdiri dari subzona Perkantoran Pemerintah dengan kode KT-1 dan Subzona Perkantoran Swasta dengan kode KT-2

3. Penyajian Muka Peta

Penyajian peta RDTR dibuat sesuai dengan ketentuan skala. Kriteria penyajian peta RDTR antara lain:

a. Peta RDTR yang mencakup suatu BWP disajikan pada satu lembar kertas

b. Jika BWP terlalu luas maka peta RDTR dapat digambarkan dalam beberapa lembar peta berdasarkan Sub BWP

c. Jika kriteria (a) dan (b) tidak dapat disajikan pada satu lembar kertas A1 dalam skala 1:5.000 maka peta pada kriteria (a) atau (b) dilengkapi dengan penyajian peta skala 1:5.000 pada beberapa lembar peta berdasarkan indeks RBI.

3.1 Cakupan Peta

3.1.1 Penyajian Berdasarkan BWP atau Sub BWP

Satu lembar peta rencana detail tata ruang maka skala penyajian peta disesuaikan dengan BWP atau Sub BWP.

3.1.2 Penyajian Berdasarkan Indeks

Satu lembar peta RDTR berdasarkan indeks skala 1:5.000 mencakup daerah dengan ukuran 1’15” lintang dan 1’15” bujur. Dalam hal yang khusus terdapat pengecualian untuk mencakup pulau-pulau kecil atau suatu daratan yang kecil untuk menghindari tambahan lembar peta

3.2 Grid peta

3.2.1 Penyajian Berdasarkan BWP atau Sub BWP

Grid peta hanya ditunjukkan dengan UTM tick dan interval grid disesuaikan dengan BWP atau Sub BWP. Jumlah tick mark UTM dibuat secara proposional sesuai orientasi peta, meliputi:

a. Pada lembar peta secara landcape maka jumlah tick mark sebanyak 5 - 8 tick mark kekanan dan 5 – 8 tick mark kebawah (lampiran B 1)

(9)

8 b. Pada lembar peta secara landscape memanjang maka jumlah tick mark sebanyak 5 – 9 tick mark kekanan dan 4 – 6 tick mark kebawah (Lampiran B2) c. Pada lembar peta secara portrait sebanyak 4 – 6 tick mark kekanan dan 5 – 9

tick mark kebawah (Lampiran B3)

Pada tepi peta diberi label angka dan satuan UTM berwarna hitam. 3.2.2 Penyajian Berdasarkan Indeks

Grid peta hanya ditunjukkan dengan UTM tick pada tepi peta tiap 500 m, diberi label angka dan satuan UTM berwarna hitam

3.3 Gratikul

3.3.1 Gratikul Penyajian Peta Satu RDTR

Gratikul digambarkan dengan garis penuh berwarna biru dengan interval gratikul menyesuaikan BWP atau Sub BWP. Jumlah kotak yang dibentuk gratikul dibuat secara proposional sesuai orientasi peta, meliputi:

a. Pada lembar peta secara landcape maka jumlah kotak yang dibentuk 6 – 8 kotak ke kanan dan 6 – 8 kotak ke bawah (lampiran B1)

b. Pada lembar peta secara landscape memanjang maka jumlah kotak yang dibentuk 7-10 kotak ke kanan dan 5 – 7 kotak ke bawah (Lampiran B2)

c. Pada lembar peta secara portrait maka jumlah kotak yang dibentuk 5 – 7 kotak ke kanan dan 7 – 10 kotak ke bawah (Lampiran B3)

Pada tepi peta diberi label angka dan satuan koordinat berwarna biru. 3.3.2 Gratikul Penyajian Lembar Peta Per Indeks

Gratikul digambarkan dengan garis penuh berwarna biru tiap 15” (detik) dan pada tepi peta diberi label angka dan satuan koordinat berwarna biru.

3.4 Penulisan nama unsur

Nama unsur alam, unsur buatan, dan nama wilayah administrasi yang dicantumkan di dalam peta adalah nama yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang. Penulisan nama unsur rupa bumi mengikuti kaidah penulisan nama unsur rupa bumi yang baku.

(10)

9 3.5 Simbol peta

Simbol digunakan untuk merepresentasikan unsur-unsur yang tercantum di dalam peta. Simbol unsur-unsur peta RDTR skala 1:5.000 disajikan dalam Lampiran A. Ketentuan penyajian simbol peta antara lain:

1) Khusus pada peta rencana pola ruang, setiap zona atau subzona diwakilkan dengan simbol warna dan diberikan kode (Lampiran A.2)

2) Jika tidak ada pengecualian, titik tengah simbol di peta mempunyai korelasi dengan titik tengah unsur. Dengan demikian, arah penempatan nama harus sesuai dengan arah atau bentuk unsur.

3) Semua unsur dalam satu kelompok disajikan dengan mengingat prinsip generalisasi, dan dengan pergeseran (displacement) paling kecil.

4) Semua simbol seperti sungai, jalan, jalur kereta api, dan jaringan prasarana yang sejajar satu dengan lainnya, yang karena keterbatasan skala, penempatannya dapat digeser dengan tetap mempertahankan bentuknya.

Jika unsur garis yang teratur dan tidak teratur berdekatan, maka yang digeser adalah unsur yang tidak teratur. Jika terdapat unsur yang tingkatannya lebih rendah daripada unsur utama, maka yang digeser adalah tingkatan yang lebih rendah.

Contoh: Jaringan jalan dan jaringan listrik, maka yang digeser adalah jaringan listrik 5) Jika dua batas wilayah administratif berimpitan, maka batas wilayah administraif yang

lebih rendah tingkatannya ditiadakan atau tidak digambar. 3.6 Huruf

Jenis dan ukuran huruf yang digunakan di dalam peta RDTR skala 1:5.000 diuraikan di dalam Lampiran A.

3.7 Singkatan unsur

Singkatan unsur yang digunakan di dalam peta RDTR skala 1:5.000 adalah singkatan yang sudah baku untuk mewakili unsur-unsur, kecuali singkatan lain yang dipandang perlu..

(11)

10 4. Tata Letak Peta

4.1 Orientasi Lembar Peta

Orientasi penyajian lembar peta dibuat secara landscape (lihat Lampiran B1), kecuali pada RDTR yang memiliki bentuk BWP/Sub BWP memanjang dari selatan ke utara maka peta dibuat secara portrait sebagai upaya efisiensi (lihat Lampiran B3). Pada RDTR yang memiliki bentuk BWP/Sub BWP memanjang dari Barat ke Timur maka peta dibuat secara landscape memanjang.

Pada peta yang dibuat secara Landscape dan portrait maka informasi tepi peta terletak disamping kanan muka peta (Lampiran B1 dan B3) sedangkan peta yang secara Landscape memanjang maka informasi tepi peta terletak dibawah muka peta (Lampiran B2). Informasi tepi peta terdiri dari:

a. nama dan logo Pemerintah Daerah b. dokumen Perda RDTR

c. judul peta,

d. arah mata angin dan skala, e. proyeksi dan datum, f. inset peta/diagram lokasi,

g. legenda atau keterangan simbol pada muka peta, h. sumber dan keterangan riwayat peta, dan

i. lembar pengesahan 4.2 Judul Peta

Judul Peta memuat Penamaan Peta dan Jenis Peta yang disampaikan. Jika peta hanya menyajikan rencana pada Sub BWP maka penamaan peta dituliskan secara berjenjang dimulai dengan BWP, namun jika peta hanya menyajikan rencana berdasarkan BWP maka tidak perlu mencantumkan Sub BWP dalam judul Peta. Pada peta per sheet yang dibuat dengan skala 1:5.000 menggunakan indeks peta RBI, maka penamaan lembar peta harus diikuti dengan nomor lembar peta.

(12)

11

Judul Peta BWP Sub BWP Keterangan

Penamaan: BWP Karimunjawa BWP Karimunjawa Sub BWP II

Jenis Peta Peta Rencana Pola Ruang

Peta Rencana Pola Ruang

Nomor Lembar 1408 – 5244B 1408 – 5244B Digunakan hanya pada penyajian peta per indeks Peta

4.3 Inset Peta

Inset peta menunjukkan posisi peta terhadap wilayah yang setingkat lebih luas. Inset peta digambarkan dengan kaidah kartografis yang memuat gratikul, toponimi wilayah dan perairan, batas-batas adminitasi dan simbolisasi lainnya yang menunjukkan lokasi.

a. apabila BWP mencakup seluruh wilayah kota/kabupaten maka provinsi di kota/kabupaten tersebut menjadi menjadi tampilan utama inset peta. Jika memungkinkan, pada inset peta dilengkapi dengan batas dan nama administrasi kota/kabupaten di provinsi tersebut.

b. apabila BWP mencakup sebagian kota/kabupaten maka wilayah kota/kabupaten tersebut menjadi tampilan utama inset peta. Pada inset peta dilengkapi dengan batas dan nama administrasi kecamatan di kota/kabupaten tersebut.

Pada peta dalam bentuk lembaran per sheet maka inset peta dibuat dalam 2 macam yaitu inset peta secara umum dan inset indeks peta.

4.4 Legenda

Setiap unsur yang disimbolkan dalam muka peta harus dijelaskan dalam legenda/keterangan peta. Legenda peta diawali dengan unsur-unsur peta dasar seperti ibukota, batas administrasi, perairan dan gunung, dan sebagainya. Masing-masing unsur peta dapat diklasifikan sesuai kebutuhan dan susunan unsur diprioritaskan dengan data point, lalu garis, dan area.

(13)

12 4.5 Sumber Data

Keterangan sumber data memenuhi 2 unsur meliputi: a. sumber data

Sumber data memuat keterangan data-data yang digunakan. Sumber data ditulis secara lengkap terdiri dari jenis data, skala/resolusi, tahun pembuatan, dan instansi pembuat

Contoh: Interpretasi Citra xx resolusi xx tahun perekaman xx Survey Lapangan Tahun xx

b. proses/riwayat data

Pada sumber data berupa citra satelit dan fotoudara, maka perlu dijabarkan dalam keterangan riwayat peta.

Contoh: Sumber data citra satelit telah dilakukan orthorektifikasi menggunakan data DEM xx dan survey GCP menggunakan GPS Geodetik Tahun xx.

5. Reproduksi

5.1 Spesifikasi teknis kertas cetak

Spesifikasi teknis kertas untuk pencetakan peta RDTR Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :

- berdasarkan BWP atau Sub BWP: ukuran peta setelah dipotong menjadi 594 mm x 841 mm (ukuran kertas A1).

- berdasarkan Indeks RBI: ukuran peta setelah dipotong menjadi 525 mm x 825 mm, jika diperlukan lembar yang bersifat khusus, akan diberi penjelasan pada peta tersebut;

5.2 Penggunaan lembar khusus

Penggunaan lembar khusus untuk pencetakan peta RDTR skala 1:5.000 dapat dilakukan untuk penambahan cakupan lembar ke samping kiri atau kanan dan/atau ke atas atau ke bawah. Penambahan cakupan lembar ke samping dan/atau kebawah dapat dilakukan secara proporsional.

(14)

13 6. Ketentuan Lain

6.1 Garis batas wilayah administratif

Status garis batas wilayah administratif (garis batas provinsi, kabupaten atau kota, kecamatan, desa/kelurahan dan dusun) dan garis batas negara yang tercantum dalam peta RDTR dapat meliputi batas definitif (referensi resmi berdasarkan SK Kemendagri), batas kesepakatan maupun batas indikatif (bukan referensi resmi). Keterangan mengenai status garis batas wilayah harus dicantumkan dalam data maupun dalam penyajian peta. 6.2 Bahasa

Bahasa yang digunakan dalam penyajian data seperti satuan koordinat, satuan skala, arah utara, dan sebagainya adalah bahasa indonesia.

(15)

58

BIBLIOGRAFI

Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta

Peraturan menteri pekerjaan umum Nomor : 20/PRT/M/2011, Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota.

SNI 7336 : 2008,Pertukaran data lintang,bujur,dan tinggi lokasi geografis. SNI 16502.1-2000 Spesifikasi penyajian peta rupa bumi 10.000

SNI 6502.2-2010 Spesifikasi penyajian peta rupa bumi 25.000 SNI 6502.3-2010 Spesifikasi penyajian peta rupa bumi 50.000 SNI 6502.4-2010 Spesifikasi penyajian peta rupa bumi 250.000

Referensi

Dokumen terkait

minatnya siswa belajar. Untuk menumbuhkan minat belajar yang maksimal dengan hasil yang baik selama pandemi, maka harus benar-benar memperhatikan berbagai faktor

Terdapat beberapa penyebab masalah, yaitu : yang melakukan pemeriksaan awal tidak selalu dokter, namun juga perawat yang belum mendapatkan pelatihan mengenai P2ISPA,

Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions.. Start

(isim)an tertutu) ra)at. &om)osisi halal. &om)osisi ahan ahan... malto(e&strin.

Maka dari itu sistem penjualan yang berbasis web dinilai lebih memberikan keuntungan dan kemudahan dalam penjualan yang ada pada Warung UGD24 karena semakin

Berdasarkan permasalahan di atas peneliti mengajukan solusi untuk memecahkan permasalahan dengan mengadakan metode partisipatori, karena metode ini adalah salah

Begitu pula dengan hasil observasi siswa menunjukkan adanya peningkatan pada tanggung jawab, kerjasama dan kedisiplinan saat pembelajaran dengan memperoleh nilai

Aktivitas belajar merupakan inti dari kegiatan di sekolah, sebab semua aktivitas belajar dimaksudkan untuk mencapai keberhasilan proses belajar bagi setiap siswa