• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN DATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1. Profil Perusahaan

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan

Perusahaan Umum Percetakan uang Republik Indonesia (PERUM PERURI) didirikan pada tahun 1971 berdasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 1971, merupakan gabungan dua Perusahaan Negara, yaitu PN Percetakan Kebayoran Baru (PERKEBA) dan PN Arta Yasa.

PN PERKEBA adalah percetakan uang kertas yang semula bernama PERKEBA N V didirikan dengan dasar hukum Tap Menteri Kehakiman No. J A 5/59/16 tanggal 16 April 1952, sedangkan PN Arta Yasa semula percetakan uang logam, didirikan atas dasar Keputusan Menteri Keuangan No. 261156/UMI tanggal 18 November 1954.

Mengingat misi dari dua perusahaan sama, yaitu untuk melakukan percetakan uang, maka demi efisiensi dan efektivitas pengelolaannya, pemerintah menggambungkannya menjadi satu dengan nama Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (PERUM PERURI) tanggal 15 September 1971. Kolonel Subono Mantofani, SH ditetapkan sebagai Direktur Utama.

Untuk memberikan gerak yang lebih fleksibel dalam melaksanakan usaha mencapai sasaran atau misinya sesuai PP No. 60 tahun 1971 diubah dengan PP No. 25 tahun 1982 yang kemudian disempurnakan dengan PP No. 30 tahun 1985.

Tujuan Perum Peruri adalah melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya dengan mengadakan usaha-usaha di percetakan uang atau barang-barang lainnya.

Adapun lapangan usaha Perum Peruri meliputi:

1. Mencetak uang kertas dan uang logam untuk Bank Indonesia.

2. Mencetak barang-barang cetakan berharga, surat-surat berharga dan barang-barang cetakan lainnya, serta membuat barang-barang logam untuk Pemerintah, Bank Indonesia dan Bank Pemerintah lainnya, Lembaga-lembaga Negara serta umum.

(2)

3. Membuat kertas uang, kertas cetak berharga ( security paper ), logam untuk uang Negara serta umum.

Melakukan usaha-usaha lain yang berhubungan dengan tujuan perusahaan sesuai keputusan Menteri Keuangan

4.1.2. Perkembangan Perusahaan

Sejalan dengan perkembangan lingkungan, keberadaan Perum Peruri sebagai Perusahaan di tengah wilayah Kebayoran Baru tidak sesuai lagi dengan rencana tata ruang wilayah, sehingga perlu dilakukan relokasi.

Atas persetujuan Menteri Keuangan, Perum Peruri telah menyediakan sebidang tanah seluas 202 hektar di daerah Teluk Jambe, Kabupaten Karawang, Jawa Barat yang semula dimaksudkan untuk membangun pabrik kertas, karena berbagai faktor yang bersifat ekstern, rencana tersebut di tunda pelaksanaannya dan bahan yang tersedia di alihkan peruntukkannya menjadi percetakan uang. relokasi ke Karawang tidak dimaksudkan hanya untuk memindahkan yang telah ada, tetapi meliputi penambahan mesin-mesin baru yang harus langsung dipasang, sehingga pada saat pemindahan secara bertahap tidak menimbulkan stagnasi produksi.

Berkat usaha dan kerja keras, maka dalam memasuki tahap awal PJPT II Perum Peruri telah berhasil melaksanakan:

1. Penyelesaian bangunan utama percetakan uang RI yang digunakan sebagai percetakan uang kertas dengan satu lini mesin cetak baru terpasang. Pada bangunan tersebut untuk sementara dipergunakan untuk menampung kegiatan Percetakan Uang Logam.

2. Penyelesaian bangunan percetakan kertas berharga non uang ( TASGANU ), yang telah diisi mesin-mesin pindahan dari komplek Dharmawangsa dan Palatehan. 4.1.3. Struktur Organisasi Perusahaan

Perumusan struktur organisasi terus dilakukan oleh tim internal perusahaan. Upaya yang dilakukan berupa perampingan organisasi yang meliputi pengayaan pekerjaan, optimalisasi fungsi dan pengurangan birokrasi sesuai tuntunan lingkungan bisnis. Rumusan struktur organisasi baru yang dihasilkan mencangkup berbagai perubahan yang mendasar meliputi:

(3)

 Perubahan penyebutan tingkat jabatan yang semula tingkat bidang, biro, bagian, dan urusan menjadi tingkat Divisi, Depertemen, Seksi, dan Unit.

 Pemisahan fungsi bidang pengamanan dan kepegawaian menjadi Divisi SDM dan Divisi Pengamanan.

 Menambah organ baru yang disesuaikan dengan tuntunan dinamika organisasi kedepan, yaitu Departemen Hukum, Departemen PSDM, Kelompok Penjualan Luar Negeri, Departemen Pengembangn Produk dan Desain.

 Penggabungan organ struktur organisasi model ini di Divisi Kertas Berharga Non Uang yang mencangkup pengayaan, penggabungan fungsi organ ditingkat Departemen dan Seksi yang berorientasi kepada jenis proses produksi.

Penetapan perubahan struktur organisasi ditetapkan dengan surat keputusan Direksi Nomor : Kep-03/XI/1999 Tanggal 16 November 1999, setelah dilakukan pada pembahasan pada seluruh tingkatan manajemen perusahaan.

Struktur Organisasi Perum Peruri

DIREKTUR UTAMA President Director DIREKTORAT NIAGA Commerce Directorate DIREKTORAT PRODUKSI Production Directorate DIREKTORAT TEKNIK DAN UMUM

Technic and General Affair Directorate

DIREKTORAT KEUANGAN DAN

SDM

Finance and Human Resources Directorate

Sekretariat Perusahaan

Corporate Secretariate

Satuan Pengawas Internal

Internal Audit

Pengembangan Organisasi dan Sistem Manajemen

Organization and Management System

(4)

Sumber : Departemen PSDM Perum Peruri

4.1.4. Kepegawaian

4.1.4.1 Hari Kerja Karyawan Perusahaan

Sesuai dengan himbauan pemerintah, perusahaan melakukan uji coba lima hari kerja tanggal 3 Oktober 1995, sejalan dengan keputusan presiden RI No. 68 tahun 1995 tanggal 27 September 1995 tentang hari kerja di lingkungan pemerintah terhitung 1 (satu) minggu, hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi perusahaan dan kesejahteraan pegawai.

4.1.4.2 Penghargaan Terhadap Pegawai

Disisi lain dari sistem manajemen partisipatif yang diterapkan dan dalam rangka memotivasi semangat kerja, disiplin dan inovasi agar perusahaan lebih kompetitif, produktif dan efisien, pelaksanaan sistem reward dan punishment tetap konsisten dilaksanakan. Sehubungan dengan hal tersebut penghargaan terhadap pegawai yang berprestasi telah dilakukan antara lain :

1. Pemberian piagam penghargaan masa kerja pegawai yang mempunyai masa kerja 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun dan 20 tahun.

2. Pemberian medali dan piagam penghargaan masa kerja kepada pegawai yang mempunyai masa kerja 25 tahun, 30 tahun dan 35 tahun.

3. Penghargaan kepada pegawai departemen teknik dan departemen cetak uang kertas yang merelokasikan permesinan uang kertas dari Jakarta ke Karawang tanpa melibatkan teknisi asing.

4. Penghargaan kepada pegawai departemen pembuatan acuan cetak dan tinta dan departemen CETASGANU yang mampu menyelesaikan penerbitan perangko Presiden BJ Habibie dari proses desain sampai dengan penerbitan selama 55 jam. 5. Penghargaan kepada pegawai terkait dan mensukseskan peristiwa millennium

(5)

Disamping pemberian penghargaan kepada pegawai berprestasi, perusahaan menerapkan sangsi dan pejabat melakukan pelanggaran disiplin kerja dan tata tertib kerja secara konsisten sesuai tingkat pelanggaran yang dilakukan.

4.1.5 Peningkatan Profesionalisme SDM

Untuk menunjang sistem pengelolaan SDM yang berbasis kepada Human

Resources Management, Perusahaan telah melakukan langkah-langkah proaktif untuk

menyiapkan pegawai yang professional baik tenaga pimpinan maupun tenaga pelaksanaan teknis. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir perhatian terhadap peningkatan kualitas SDM di lakukan dengan program-program yang dilakukan adalah berikut:

1) Penyiapan tenaga pimpinan melalui pendidikan S2 bidang yang relevan dengan kegiatan perusahaan. Perusahaan ini dilakukan didalam maupun diluar negeri. Sampai dipenghujung tahun 2000 telah dihasilkan 23 pegawai jenjang S2 lulusan dalam dan luar negeri dan saat ini telah menduduki diposisi jabatan pimpinan di perusahaan.

2) Pengiriman tenaga pelaksana ke luar negeri untuk meningkatkan kemampuan dan wawasan teknis sesuai perkembangan teknologi antara lain:

 Training Intaglio Proof di MC Komori London Inggris

 Training pembuatan silinder cetak di Joh Enschede Security Printers, Stamp B-V, Haarlem Belanda

 Training Stamp dan Comercial Security Design di Jura JSP Ltd. Budapest, Hongaria

 Training image Processing System di VTT Information Technology, Helsinki, Finlandia

 Training Banknote Security Design Software di Jura JSP Ltd. Budapest, Hongaria

 Training poly nickel plate making di De La Rue Giori, Swiss

 Training Ink making di Sicpa, Prancis

(6)

3) Pendidikan dan latihan tidak hanya diberikan kepada pegawai dikaitkan dengan tugasnya, tetapi diberikan pula kepada pegawai pra pensiun. Hal tersebut dimaksudkan agar setelah menjalani pensiun mempunyai keterampilan lain untuk bekal hidupnya.

4) Mengirim peserta dalam berbagai seminar baik didalam maupun diluar negeri untuk meningkatkan wawasan kedepan.

4.1.6 Keselamatan Kerja dan Disiplin Pegawai

Sebagai suatu perusahaan yang tergolong besar, terkenal serta vital dan sekuritas tinggi tentunya hasil produksi harus dapat diandalkan, apalagi produk yang dihasilkan merupakan barang-barang yang cukup penting maka diadakan suatu cara untuk mencapai arah perkembangan uasahanya yang lebih maju.

Salah satu cara yang diterapkan oleh Perum Peruri ialah dengan penerapan disiplin kerja dan tata tertib untuk semua pegawainya.

Perum Peruri telah menetapkan tata tertib dan peraturan yang harus dilaksanakan oleh segenap karyawannya sebagai berikut:

1. Jam kerja yang diterapkan Perum Peruri dalam setiap minggunya adalah lima hari kerja dan dari hari Senin sampai Jum’at, yang dibagi menjadi tiga shift, yaitu:

 Shift 1 : Masuk pukul 07.45

Istirahat pukul 12.00 sampai 12.30 Keluar pukul 16.00

 Shift 2 : Masuk pukul 15.30

Istirahat pukul 18.00 sampai 18.30 Keluar pukul 23.00

2. Setiap pegawai harus slide kartu pengenal sebagai tanda absensi pada setiap waktu masuk dan setelah selesai kerja.

3. Membuat laporan pekerjaan setelah menyelesaikan pekerjaan.

4. Mengenakan pakaian kerja dan sepatu yang telah disediakan oleh perusahaan dan peraturan yang menyangkut personel serta peraturan khusus lainnya.

(7)

4.1.7. Proses Produksi Uang Kertas

1. Proses Plat Cetak Intaglio/Galvano (Engraving Process)

Ini merupakan tahap awal dari proses percetakan uang kertas. Butuh waktu tiga hingga lima bulan untuk membuat plat cetak uang tersebut.

2. Proses Roll Sablon Intaglio (Inking Schablon Process)

Setelah membuat plat cetak, lalu beranjak ke proses pemberian tinta roll mesin penggulung atau alat pemutar untuk mencetak uang.

3. Proses Cetak Uang Kertas Tahap Cetak Rata (Offset Process)

Setelah plat dan roll pencetak uang sudah siap, maka kini dimulailah tahap pencetakan uang ke kertas. Satu kertas lembar besar tersebut memuat 45 – 50 bilyet (lembar) uang. Untuk lembaran uang Rp1.000, Rp2.000, dan Rp5.000 memuat 50 bilyet per kertas. Sedangkan untuk lembaran uang Rp10.000 hingga Rp100.000 memuat 45 bilyet per kertas. Ini merupakan tahap di mana pemberian warna dasar uang.

4. Proses Cetak Uang Kertas Tahap Cetak Dalam (Intaglio Process).

Setelah kertas diberi warna dasar, kemudian dilanjutkan dengan pencetakan kertas di lembar bagian dalam atau di lembar sebaliknya. Namun sebelum mencetak bagian dalam, kertas yang telah diberi warna dasar terlebih dahulu dikeringkan selama satu hari.

5. Proses Pemeriksaan Lembar Besar (Inspection Process)

Setelah dua bagian kertas telah dicetak, lalu dilakukanlah pemeriksaan uang. Pemeriksaan ini dilakukan secara manual oleh karyawan guna melihat apakah ada kerusakan dalam proses produksi. Bila diketahui ada yang rusak atau cacat, maka pada lembaran yang rusak itu akan ditandai dengan coretan.

6. Proses Cetak Nomor (Numbering Process)

Usai diperiksa secara manual, maka dilanjutkan dengan pemberian nomor uang. Nomor uang ini disesuaikan dengan pesanan Bank Indonesia (BI). Terdapat tiga mesin putar pencetak nomor yang telah diisi dengan plat nomor masing-masing uang.

Setelah pencetakan nomor, maka uang kertas tersebut harus diperiksa kembali guna mengecek kebenaran dan keabsahan nomor uang tersebut.

(8)

7. Proses Penyelesaian (Cutpack Process)

Ini merupakan tahapan akhir dari segala proses pencetakan uang kertas. Proses ini terbagi dua yaitu proses penyelesaian secara mekanis dan manual. Secara mekanis, kertas lembar besar tersebut kini dipotong menggunakan mesin pemotong kertas. Secara manual, lembaran uang diperiksa kembali langsung oleh sejumlah pekerja yang didominasi perempuan. Pada tahap akhir ini pulalah lembaran-lembaran uang yang rusak atau cacat dilubangi untuk kemudian dihancurkan

4.2. Pengolahan Data

Pada tahap pengolahan data ini akan diuraikan dengan menggunakan tahapan DMAIC yaitu Define, Measure, Analyze, Improve dan Control. Berikut adalah penjabaran dari masing-masing tahapan

4.2.1 Tahap Define

Pada tahap ini ialah proses pendefinisian masalah yang sedang terjadi di perusahaan, untuk dijadiakan acuan utama pada proses perbaikan untuk proyek six

sigma kali ini.

1. Penentuan masalah dengan menggunakan metode 5 W + 1 H

 Apa yang diharapkan dari proyek sixsigma terhadap proses pencetakan nomor seri?

Yang diharapkan dari proyek sixsigma ini ialah dapat mengurangi cacat yang terjadi dan meningkatkan nilai sixma perusahaan menjadi 6 sigma

 Dimana proyek six sigma terhadap pengendalian kualitas pencetakan nomor seri akan dilaksanakan?

Proyek six sigma akan dilaksanakan diarea produksi cetak nomor baik diarea input berupa bahan baku hingga area output yaitu masyarakat

(9)

Proyek six sigma akan dilakukan selama bulan januari-desember 2012.  Mengapa proyek sixsigma harus dilakukan?

Karena cacat yang terjadi pada produk akan menyebabkan kerugian perusahaan apabila dibiarkan terus menerus dan dapat mengakibatkan kepuasan pelanggan serta

ketidakpercayaan masyarakat akan uang yang beredar.  Siapa yang akan menjalankan proyek tersebut?

Semua elemen di perusahaan yang terkait  Bagaimana proyek sixsigma tersebut dilakukan?

Proyek sixsigma dilakukan dengan cara mengumpulkan data cacat sebelumnya, kemudian mendefinisikan jenis cacat yang terjadi kedalan diagram CTQ setelah itu dari CTQ kemudian setiap jenis cacat diukur frekuensinya. Jenis cacat terbesar dianalisis akar penyebabnya kemudian di berikan usulan perbaikan. Setelah itu dilakukan pengawasan terhadap perbaikan tersebut, apakah potensi cacat yang terjadi masih cukup besar.

2. Penentuan CTQ (Critical to Quality)

Dalam tugas akhir kali ini, CTQ untuk hasil cetak nomor, ada 7 cacat yang diamati, yaitu:

1. Nomor tidak sesuai (nomor loncat)

2. Bentuk Hasil Cetak tidak Sempurna (nomor gingsul) 3. Hasil Catakan Tipis/Tebal

4. Hasil Catakan Kurang Tekanan. 5. Kestabilan Warna yang Kurang 6. Perubahan Warna Cetakan

(10)

7. Hasil Cetak Tidak Sempurna (Belang)

3. Diagram SIPOC ( Supplier, Input, Process, Output, Costumer)

Diagram SIPOC dibuat untuk mengetahui hubungan antara input yang di

butuhkan terhadap proses yang berlangsung dan output yang dihasilkan, dan siapa yang akan menjadi konsumen dari produk tersebut.

4.2.2. Tahap Measure

Pada tahap ini ialah tahap pengukuran terhadap kondisi perusahaan yang diwakilkan oleh data-data yang telah didapat, pada proses pencetakan nomor seri di PERUM PERURI.

1. Data Cacat produksi Cetak Nomor Tahun 2012 a. Data Cacat pada Proses Produksi

Tabel 4.1 Jumlah Produksi dan Jumlah Produk Rusak Mesin 07 pada tahun 2012

Bulan

Jumlah Produksi Produk Rusak

Persentase (dalam ribu lembar

besar/vell)

(dalam ribu lembar besar/vell) Januari 2420 20,266 0,84% Februari 2508 24,089 0,96% Maret 2408 35,912 1,46% April 2398 17,225 0,72% Mei 1956 28,452 1,45% Juni 2314 30,625 1,32% Juli 2645 23,390 0,88% Agustus 2277 23,712 1,04% September 2472 27,687 1,12% Oktober 2534 20,758 0,82% November 2662 16,251 0,61% Desember 2185 16,025 0,73% TOTAL 28839 284,392 0,99%

(11)

b. Data Jenis-Jenis Cacat Pada Proses Produksi

Dari data tersebut kita dapat melihat jumlah produksi dan jumlah produk rusak dari proses produksi mesin 07 di Seksi Cetak Nomor. Dari jumlah produk gagal yang terjadi pada proses pencetakan nomor seri uang kertas, tedapat jenis-jenis kegagalan. Jenis-jenis kegagalan yang terjadi pada proses pencetakan nomor seri dapat dilihat pad tabel 4.2 di bawah berikut :

Tabel 4.2 Jenis-jenis Kerusakan Pada Proses Cetak Nomor

Jenis Jumlah Jumlah Persentase Persentase kerusakan kerusakan kerusakan kerusakan kerusakan

kumulatif kumulatif

Nomor lompat 129018 129018 45,25% 45,25%

Cetakan kotor/mampet 56126 185144 19,69% 64,94% Cetakan tebal/tipis 55499 240643 19,47% 84,41% Cetakan tidak register 38013 278656 13,36% 97,99%

Nomor gingsul 5736 284392 2,01% 100%

Total 284392 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa jenis kegagalan yang paling banyak terjadi pada proses pencetakan nomor seri di mesin 07 adalah nomor loncat. Penulis tidak hanya meneliti jenis kegagalan yang paling banyak terjadi, melainkan semua jenis kegagalan yang terjadi pada proses cetak nomor seri.

4.3. Pembuatan Peta Kendali

Berdasarkan data yang telah diperoleh bahwa jumlah yang diinspeksi berubah-ubah dari bulan ke bulan. Untuk itu dilakukan pengolahan data tersebut menggunakan peta p.

Penggunaan peta kendali itu tergantung dari jenis data yang akan diolah, berdasarkan teori diatas maka jelaslah peta kendali yang cocok untuk mengolah data pada masalah yang timbul adalah peta kendali variabel p atau p-chart. Data yang dihasilkan di atas selalu

(12)

berubah-ubah dari bulan ke bulan. Untuk itu kita menganalisa data tersebut dengan p-chart untuk data variabel sub grup yang mana laju pemeriksaan tidak konstan.

Dari data yang kita peroleh, selanjutnya kita tentukan nilai-nilai p sebagai acuan bagi suatu produk yang tidak memenuhi syarat, dimana nilai p kita peroleh dengan perhitungan sebagai berikut :

p = Total Number Rejected : Total Number Inspected

Untuk data tahun 2011 pada mesin 07 seksi Cetak Nomor diperoleh perhitungan sebagai berikut :

Tabel 4.3 Pengolahan Data Dari Hasil Pengamatan Mesin 07 Di Seksi Cetak Nomor Tahun 2012

Bulan

Number Number Fraction

UCL LCL

Inspected Rejected Rejected

(n) (np) (p) Januari 2420 20,266 0,0084 0,0155 0,0043 Februari 2508 24,089 0,0096 0,0157 0,0032 Maret 2468 35,912 0,0146 0,0171 0,0018 April 2398 17,225 0,0072 0,0151 0,0038 Mei 1956 27,687 0,0112 0,0162 0,0027 Juni 2314 28,452 0,0145 0,0180 0,0009 Juli 2645 23,390 0,0088 0,0154 0,0035 Agustus 2277 23,712 0,0104 0,0163 0,0026 September 2472 27,687 0,0112 0,0162 0,0027 Oktober 2534 20,758 0,0082 0,0153 0,0036 November 2662 16,251 0,0061 0,0144 0,0045 Desember 2185 16,025 0,0073 0,0154 0,0035 TOTAL 28839 284,392

P = Total Number Rejected / Total Number Inspected = 284,392 / 28839

= 0.0099

Nilai p = 0,0099 digunakan untuk menentukan besarnya UCL dan LCL bulanan, misalnya : Untuk bulan Januari 2011, contoh kontrol limitnya adalah :

n = 2420 np = 20,266

(13)

UCL = p + 3 √ { p (1-p) } / ni = 0,0099 + 3 √ {0,0099 (1-0,0099)} / 2420 = 0,0147 LCL = p - 3 √ { p (1-p) } / ni = 0,0099 - 3 √ {0,0099 (1-0,0099)} / 2420 = 0,0051

Perhitungan di atas digunakan untuk menghitung nilai UCL dan LCL bulanan dengan nilai n atau number of inspected yang tidak konstan. Untuk hasil lengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.4.

Kemudian setelah dilakukan analisa perhitungan, mulai bulan Januari sampai Desember dengan menggunakan p-chart, terlihat bahwa semua data dalam batas kendali, ini dianggap tidak ada masalah. Karena dengan semakin kecilnya nilai proporsi kerusakan maka hal ini baik dalam arti menguntungkan pihak perusahaan.

Karena kontrol limit di atas memuat data UCL dan LCL yang berbeda-beda dari bulan ke bulan sehingga peta kendali terlihat berfluktuasi, maka dilakukan minimasi pengaruh besarnya variabel sub grup tersebut sehingga didapat rata-rata ukuran sub grup. Prosedurnya adalah sebagai berikut :

1. Menghitung rata-rata sub grup (n average)

n av = 28839/12 = 2403,25 = 2403 Maka UCL = p + 3 √ { p (1-p) } / ni = 0,0099 + 3 √ {0,0099 (1-0,0099)} / 2403 = 0,0159 Maka LCL = p - 3 √ { p (1-p) } / ni = 0,0099 - 3 √ {0,0099 (1-0,0099)} / 2403 = 0,0039

2. Pada saat kita menggunakan sub grup rata-rata, ada situasi yang mungkun timbul dan jalan keluarnya sebagai berikut :

a. Bila data proporsi kerusakan sub grup masuk dalam limit dan besarnya data bulanan < besarnya rata-rata sub grup maka pakai batas kontrol rata-rata.

(14)

np = 23,712 n = 2277 n av = 2403 p = np/n = 23,712/2277 = 0,0104 maka ; n bulanan (2277) < n av (2403) p < UCL : 0,0104 < 0,0159

Jadi yang dipakai kontrol limit average.

b. Bila data proporsi kerusakan sub grup masuk dalam limit tetapi besarnya data bulanan > besarnya rata-rata sub grup, maka dipakai kontrol limit bulanan.

Contoh : bulan Juli

np = 23,390 n = 2645 n av = 2403 p = np/n = 33,452/1956 = 0,0171 maka ; n bulanan (2645) > n av (2403) p < UCL : 0,0088 < 0,0159

Jadi yang dipakai kontrol limit bulanan.

Gambar

Diagram SIPOC dibuat untuk mengetahui hubungan antara input yang di
Tabel 4.2 Jenis-jenis Kerusakan Pada Proses Cetak Nomor
Tabel 4.3 Pengolahan Data Dari Hasil Pengamatan Mesin 07 Di Seksi Cetak  Nomor Tahun 2012

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji ketiga, yaituhasil uji regresi linier berganda secara parsial memberitahukan, bahwa variabel brand trust memiliki pengaruh positif terhadap keputusan 29

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa siswa di SMA Negeri Kecamatan Tangerang Kota Tangerang memiliki kebutuhan yang tinggi akan layanan online self-help dengan menampilkan

Sepanjang paruh pertama 2011 (1H11) laba bersih perusahaan batubara tersebut berhasil tumbuh 66% mencapai Rp.612,38 miliar dibandingkan periode yang sama 2010 sebesar Rp.369,03

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa variabel healthy lifestyle, role ambiguity, role overload tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor di kantor BPKP dan BPK

PENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI.. DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD

Batang tanaman cabai rawit memiliki struktur tidak berkayu pada saat masih muda, tetapi pada saat tua pada bagian batang yang dekat dengan tanah akan mempunyai

pernyataan orisinalitas, halaman riwayat hidup, halaman peruntukan (bila ada), halaman motto (bila ada), halaman kata pengantar, halaman daftar tabel, halaman daftar

b) Kebijakan remunerasi terbukti meningkatkan kinerja pegawai negeri sipil di Fakultas Ilmu Sosial UM, mengingat perolehan remunerasi dipengaruhi oleh prestasi