BAB
VI. RANCANG
BANGUN
SISTEM
Analisis sistem pada Bab V rnenunjukkan perlunya kebijakan yang didasari pada prinsip
win win solution
(kebijakanwws)
dalam upaya pemenuhan kebutuhan aktor yang sating bertentangan dan pemecahan permasalahan terhadap harga TBS, besaran pajak, pendapatan tenaga kerja, dan penanganan lingkungan sebagai sumber konflik. Selain itu juga telah dianalisis bahwa Sistem AGROSAWIT bersifat kompleks, dinamis dan probabilistik sehingga dipertukan upaya pengembangan AGROSAWIT yang melalui perekayasaan sistem.Salah satu karakteristik dari proses dan hasil rekayasa sistern tersebut adalah adanya model kuantiiatif untuk membantu keputusan secara rasional, terukur, dan transparan. Oleh karena itu, dengan mengacu pada prosedur metodologis sistem maka kebijakan
w s
yang dibutuhkan oleh Sistem AGROSAWIT memerlukan rancang bangun model agar dapat dihasilkan keputusan kebijakan yang komplementer dan komprehensif iemadap berbagai kepentingan aktor.Selain iiu agar keputusan kebijakan dapat dengan segera ditetapkan untuk mengantisipasi dinamika lingkungan yang cepat berubah seperti misalnya harga CPO dan PK yang fluktuatif serta nilai tukar rupiah yang tidak stabil maka dibutuhkan desain model yang dapat diaplikasikan ke dalam sistern berbasis komputer yaitu Sisiem Penunjang Keputusan (SPK) dengan tetap memperhatikan efektiiitas proses pengambilan keputusan. Didaiam SPK, model merupakan salah satu komponen disamping komponen data dan manajemen dialog sehingga rancang bangun model dapat dilaksanakan sejabn dengan rancang bangun SPK AGROSAWIT.
SPK AGROSAWIT diharapkan menjadi alat penunjang keputusan bagi pemerintah dalam menetapkan rumusan kebijakan AGROSAWIT terutama kebijakan yang bersifat stfategis. Selaii itu, SPK AGROSAWIT juga dirancang untuk digunakan oleh pelaku usaha dalam menentukan kebijakan strategis dan operasional usaha yang dijalankannya, dan oleh kelompok usaha bersama
ekonorni sawit untuk rnenentukan posisi tawar mereka dalam bernegosiasi dengan petaku usaha agroindustri.
6.1. Permodelan Sistem AGROSAWIT
Dalam studi AGROSAWIT, telah diidentifikasikan berbagai
permasalahan yang kompteks dan konflik kepentingan banyak dijumpai dari para pelaku sistern AGROSAWIT. Dari analisis kebutuhan pada Bab 5 dapat disimpulkan bahwa konflik kepentingan yang mernpunyai nilai strategis adalah dalam ha1 penentuan harga TBS pada transaksi jual beli antara para produsen TBS yaitu pekebun rakyat dengan para konsurnen TBS yaitu agroindustri yang memanfaatkan TBS sebagai bahan baku.
Berdasarkan pengamatan tersebut maka Sistem Penunjang Keputusan (SPK) AGROSAWIT dirarlcang dengan konsep Expert Management System yang berkemarnpuan untuk rnernproses baik data kuantitatif maupun inforrnasi kualitatif seperti pendapat para pakar. Skerna rancang bangun SPK AGROSAWIT dapat dilihat pada Garnbar 11. Pada penelitian ini, perwujudan SPK AGROSAWIT melalui pemograman komputer masih belum mencakup Sistem Manajemen Basis Pengetahuan. Untuk rnendapatkan solusi konflik kepentingan antara para pekebun rakyat dengan para usahawan agroindustri, maka penelitian ini telah menghasilkan perrnodelan GO-AGRO. Konfigurasi struktur GO-AGRO dapat dilihat pada Garnbar 12, yang terdiri dari tujuh (7)
submodel, yaitu: submodel USABUN, UAGRO, OPTIMA, TEKOI, ENVOI,
TAX01 dan submodel RASIO. Submodel USABUN dan subrnodel UAGRO
masing-masing digunakan rnengestirnasi biaya produksi kebun dan biaya produksi pengolahan CPO dan PK. Hasil kedua submodel ini kernudian dijadikan masukan untuk mensirnulasi harga TBS wws dengan teknik optimasi Fibonacci, yaitu pada subrnodel OPTIMA.
Simulasi harga TBS wws berdasarkan policy input yang dapat diskenariokan yaitu :
a) Pemenuhan kebutuhan hidup minimum (KHM) dari pekebun rak.yat, dalam persentase terhadap biaya produksi.
Gambar
11.
Skema
Rancang
Bangun
Sistem
Penunjangan
Keputusan
AGROSAWIT
b)
Pencapaian keuntungan
pabrik
dari
agroindustri
CPOPK,
dalam persentase
temadap
harga
CPO dunia
(harga
jual pabrik)
Adapun
harga
TBS
wws
yang
telah
diperhiiungkan,
akan
menjadi
nilai
masukan
submodel
RASlO yang
menilai
kelayakan
usaha
dari
usaha
perkebunan
rakyat
maupun
usaha
agroindustri
CPOPK
atau
PKS.
Apabila
indeks kelayakan
usaha
menunjukkan
hasil yang
memuaskan
maka
lebih
lanjut
dibahas
tentang
teknologi
(submodel
TEKOI),
perpajakan
(TAXOI)
dan
pengolahan
limbah
(ENVOI),
namun
jika
sebaliknya
kelayakan
usaha
menunjukkan
hasil
yang
tidak
memuaskan
make
dilakukan
iterasi
penentuan
harga
TBS wws.
K*.mgn : SBPWN: S N h W b & y 8 putubumn wpAa:-MY.p.LA REODN : K.rkabUYdrnh TEKNO : T*kr&@ FIOMON : F Uh n maw-
k-.
Intern
Mmnajamm
,
-
,
OiaU
Gambar
12.
Kontlgurasi Struktur Permodelan GO-AGRO
Oleh karena dinamika harga CPO dunia sangat fluktuatif, maka
submodel RASlO mempunyai fasilitas untuk melakukan prakiraan
(rweCasting)
dari peubah tersebut. Dengan demikian diharapkan analisa kelayakan usaha ke
depan dapat diprediksi untuk menunjang kebijakan pemerintah, khususnya
dalam menetapkan
harga
TBS
serta distribwi perpajakan. Sedangkan nilai
tukar rupiah
(NTR)
terhadap
US
Dolar dijadikan input situasional, dan berubah
menurut waktu.
Untuk memberikan gambaran tentang
proses heuristik dari model GO-
AGRO, make pada Gambar
13
disajikan diagram alir optimalisasi harga TBS
den pada Gambar
14
disajikan diagram alir pehiiungan kelayakan waha
Input Reqional distribusi kelas lahan distribusi urnur tanaman
/
Input Perkebunan-
harga saprotan/
-
upah tenaga kerja -Proses : Perhitungan Biaya Produksi Kebun (US$ per ton TBS)
-
kredit berbantuanI
Proses : perhitungan lndeks Profitabilitas Kebun1
v
Output : Harga Tawar Jual Pekebun
.
Input Aqroindustri
-
biaya tetap dan biaya variabel-
upah minimum regional-
tekonolpgi proses+
Proses : perhitungan biaya produksi pabrik (US$ per ton GPO)
t
l n ~ u t Kebiiakan-
rendemen TBSlCPO marjin agroindustri+
Proses : perhitungan lndeks Profitabilitas Pabrik
1
I
*
IOutput : Harga Tawar Beli Pabrik
-k
Proses : Optimasi Harga TBSwws
I
*
hek : Harga CPO dun
Tidak
Output : Harga TBS wws
-
investasi * biaya tetapT
I
Input Situasional
-
l ~ a S ~emilikan lahan bunga kredit berbantuantekonologi budidaya
+
Proses : Indeks Produktivitas ~ e b u n I '
+
IProses : Kriteria Kelayakan Usaha
7 Output : 81C rasio, PBP, 1RR, B E P
-
investasi-
biaya tetap biaya variabel .t Input Situasional.
Rendemen-
Harga C P O dunia-
teknologl proses .t*
Output : SIC rasio, PEP. IRR, BEP
+
YaChek : lndikator Rasio Manfaat dan Biaya Tida k
Variable input untuk setiap skenario sehingga dapat diarnati darnpak dari setiap kebijakan, baik yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun daerah.
6.2.
Sistem
Manajemen Basis ModelPaket program GO-AGRO (Global Optimum Agroindustri) direkayasa secara interaktif, sehingga apabila ada evaluasi dari skenario yang tidak sejalan dengan tujuan Sistem, maka bisa diumpanbalikkan ke input kebijakan yang terkait. Sebagaimana disampaikan sebefumnya, tujuan (goal) utama dari sistem AGROSAWIT adalah harmonisasi dari berbagai kepentingan pelaku, dirnana kesejahteraan pekebun rakyat dapat terus ditingkatkan dilain pihak kelayakan usaha agroindustri dapat terjamin penuh.
Model GO-AGRO terdiri dari sub Model Harga TBS (subrnodel OPTIMA), Teknologi (submodel TEKOI), Pendapatan Pemerintah (submodel TAXOI), dan Pernanfaatan Limbah (submodel ENVOI). Selanjutnya diulas beberapa rumusan pokok yang rnenjadi struktur pengambilan keputusan dari sub-model yang diaplikasikan rnelalui SPK AGROSAWIT.
Sub Model OPTIMA
Niiai optimum harga TBSdidasarkan pada harga tawar jual (HTJ) petani dan harga tawar beli (HTB) pabrik PKS. HTJ petanj ditentukan oleh pendapatan rnjnirnum perkebunan rakyat (PPR); biaya produksi, pajak, pembayaran cicilan dan bunga pinjaman; dan produktivitas. PPR harus cukup untuk mernenuhi kebutuhan hidup minimum (KHM) mereka, artinya PPR yang diharapkan lebih besar atau sarna dengan KHM (PPR
r
KHM). Produktivitas TBS ditentukan setelah rnernpertimbangkan tingkat kesuburan lahan dan urnur tanaman. HTB pabrik PKS didasarkan pada: besar biaya produksi, biaya penyusutan pabrik, cicilan dan bunga kredit. Pph danPPN,
pajak ekspor, rendemen CPO dan PK. serta harga CPO dan PK. Keterkaitan variabel-variabel tersebut terhadap harga TBS dapat dilihat pada Gambar 15.Atas dasar pertimbangan faktor-faktor di atas rnaka harga TBS wws dapat dirumuskan dari berbagai formulasi berikut :
(1) Biaya Produksi Tertimbang (BPT)
Besarnya biaya produksi tertimbang tergantung dari tingkat kesuburan lahan (kelas lahan) dan urnur tanaman:
BPT =
f
(kelas lahan, urnur tanarnan)Berdasarkan fungsi tersebut dapat disusun tabel matrik hubungan antara urnur tanaman dan kelas lahan sebagai berikut :
Umur tanaman Menghasilkan b l l b12 b21 b22 b23 I Urnur 16 - 21 b31
I
b33I
Apabila persentase tanaman urnur 3 - 7 tahun (tanaman rernaja
menghasilkan, TRM) adalah U1%, umur 8 - 15 (tanaman dewasa
rnenghasilkan I. TDM I) adalah U2%. urnur 16 - 21 (tanarnan dewasa menghasilkan II, TDM II) adalah U3%, dan urnur 22 - 25 (tanaman tua menghasilkan. TTM) adalah U4%. rnaka biaya kolorn tertimbang adalah:
b l = Uq x 517 -t U2 x b11 + U ~ X b 3 3 + Ua x b41
b2= UI x b12 + U2 X b22 + U3 X b32 + U4 X bd2 b~ = U i X bi3 + U2 X b23 + U3 x b33 + U4 X b43
Apabila persetase kelas lahan I adalah I, %, kolom lahan t l adalah 12 %
I Urnur 21 - 25 b4 1 b42 b43
-
-I
I
-
1
dan kolom lahan III adalan I3 %, rnaka:
BPT
=
1,
x
b,
+l2
x
b2
+l3
x b3
I
Kolom tert~rnbang!
b 1---
-(2) Biaya Pengembalian lnvestasi (BPI)
Jumlah investas1 di asurnsikan sebagai biaya-biaya yang dikeluarkan sejak persiapanktudi kelayakan sarnpai dengan pemeliharaan tanaman berumur
b2 b3
'L-BUN
=
KHM
H M
=
REV
-
TCBUN
H
Pendapatan
Layak
!EV
=
QTBS
x
HTBS
Pekebun
(PL-BUN)
Penyusutan
Biaya
Modal
I
Teknologi
3-n
MxW OO-AGRO
Harga
CPO
dan
PK
,I
ttuk
Pemntuan
Herga
TBS
Indonesia
3 tahun (TBM). Sebagai contoh di Surnatera Utara untuk tahun 2000 diperhitungkan biaya investasi (Bi) rata-rata adalah Rp 14.788.600.- per ha.
Apabila rata-rata kepemilikan lahan per pekebun adalah ML ha per KK, maka rata-rata investasi per pekebun (INV) (dalam Rplhalkk) adalah :
INV = B1 x ML
Apabila Debt Equity Ratio (DER) diketahui dalam D0/0. dan diketahui lama pinjaman (n) serta bunga pinjaman (iO/~), biaya pengembalian investasi setiap tahun atau biaya pengembalian investasi rata-rata tahun (BPI) (dalam Rplth) adalah :
BPI
= (I-D) x Inv + D x lnv[I - {?/(I +i)"}]Ii n
(3) Biaya kebutuhan Fisik Minimum (BKFM)
Dengan menggunakan formula dari BPS dapat diketahui biaya tahun KFM setempat (Rp/orang/tahun). Apabila jumlah orang per keluarga di ketahui (orang/kk), maka dapat dihitung biaya tahunan kebutuhan fisik minimum untuk keluarga pekebun (BKFM).
(4) Harga Tawar Jual (HTJ)
Dalam menghitung harga tawar jual harus di perhitungkan insentlf b~aya pekebunlkelompok pekebun dalam bentuk bonus, yang bisa juga diartikan % keuntungan terhadap biaya produksi ditambah biaya pengembalian investasi. Rumus HTJ (dalam Rp/ton TBS) adalah sebagai berikut:
HTJ
=
BPROD
+
BPI + BKFM + BONUS
(5) Harga Tawar Beli (HTB)
Dalam menghitung harga tawar beli pabrik PKS harus di perhitungkan harga jual CPO dan PK (HCPOPK), biaya produksi pabrik PKS (BPROD). pengembalian investasi (BPI) dan tingkat keuntungan pabrik PKS yang ingin dicapai (UNT). Rumus HTB (dalam Rplton TBS) adalah sebagai berikut:
HTB =
HCPOPK
-
(BPROD + BPI
+ UNT).
(6) Harga Pupuk (pupuk)
Harga pupuk (terutama TSP. Urea, dan
NPK)
merupakan komponen biaya pemeliharaan tanaman kelapa sawit yang cukup besar. Besar kecilnyabiaya untuk pupuk tergantung kebutuhan pupuk untuk setiap kelas lahan dan urnur tanarnan serta harga pupuk di pasaran.
Jika biaya pemeliharaan adalah P. persentase biaya pemupukan terhadap biaya perneliharaan Pup (%), dan kebijakan peningkatan dan penurunan harga pupuk adalah Keb (%), rnaka biaya pemeliharaan (BP) (Rp/ton TBS) rnenjadi:
BP
=
[ I
+ (Pup x
Keb)]
x
P
(7)
Pemanfaatan TeknologiPemanfaatan teknologi akan berdarnpak pada peningkatan produktivitas, peningkatan rendemen, dan penurunan biaya produksi. Dampak tersebut akan menurunkan biaya produksi TBS dan GPO.
Pelaku usaha (USABUN dan UAGRO) bersedia mengeluarkan biaya teknologl sepanjang biaya yang dikeluarkan lebih kecil atau sama dengan keuntungan yang diperoleh, berarti bahwa teknologi tersebut menguntungkan. Pertirnbangan lainnya adalah persentase keuntungan dari penerapan teknotogi tersebut minimum sarna dengan persentase keuntungan usaha sebelum diterapkannya teknoiogi tersebut, karena penerapan suatu teknologi diharapkan dapat meningkatkan persentase keuntungan usaha secara keseluruhan.
S u b
ModelTAX01
Jenis pajak yang harus dibayar perkebunan terdiri dari PBB (pajak bumi dan bangunan), PPN (pajak pertambahan nilai) dan Pph (pajak penghasilan). Pajak yang dibayar oleh pabrik PKS selain PBB, PPN, dan Pph juga pajak eskpor bagi yang rnengekspor sebagian atau seluruh CPO dan PK. Sebelum berlakunya PP Nornor 25 Tahun 2000, hanya PBB merupakan surnber pendapatan daerah, sedangkan Pph, PPN dan Pajak Ekspor adalah pajak yang diterima oleh pemerintah pusat.
Besarnya PBB dipengaruhi oleh nilai jual obyek pajak (NJOP) dan nilai jual tidak kena pajak (NJOTKP). Besarnya NJOP dan NJOTKP ditentukan oleh Pemeritah Daerah (PEMDA) dan bervariasi sesuaj daerah dan kondisi ekonomi
masyarakat. Jika prosentase PBB adalah PPBB ( %) dan prosentase selisih nilaj objek kena pajak adalah PNOK (%), maka besarnya PBB (dalam Rplthn) yang diterima oleh pemerintah adalah :
PBB
=
PPBB
x
PNOK (NJOP
-
NJOPTKP)
Besarnya Pph (Rp/thn) yang d~bayarkan oleh perkebunan dan pabrik PKS bersifat progresif seperti berikut :
Pph
=
15 % x keuntungan bersih (510 juta) +25 O/O x keuntungan bersih (40 - 50 juta) +
35 O h x keuntungan bersih (250 juta)
Besarnya PPN (Rplthn) yang diberlakukan untuk UAGRO adalah PPPN (%) dari nilai barang yang dijual dengan persamaan sebagai berikut :
PPN
=
PPPN
x
((QCPO
x
HCPO)
+
(QPK x CPK))
Jika Nilai jual barang yang dihasilkan oleh pelaku usaha adalah NJ, tarif pajak PPN adalan PPPN (%), biaya produksi adalah BP, tarif pajak PBB adalah PPBB (%), nilat jual obyek pajak adalah NJOP, tarif pajak Pph adalah PPph (%) maka:
A = NJ (4 - PPPN)
B
=
(A - (Biaya produksi - PPBB x NJOP) Keuntungan bersih=
B (1-
PPph)Persamaan tersebut menunjukkan bahwa besar kecilnya pendapatan dan keuntungan yang diperoleh pelaku usaha sangat tergantung dari besar kecitnya pajak yang diberlakukan oleh pemerintah pusat dan daerah. Keuntungan pelaku usaha juga tergantung kepada nila jual produk yang dihasilkan dimana untuk perkebunan tergantung harga TBS yang diberlakukan dan untuk pabrik PKS pada harga CPO dan PK di pasar dunia. Selain itu, pendapatan petaku usaha juga berkaitan dengan biaya produksinya. dimana bagi perkebunan salah satunya ditentukan oleh harga pupuk dan untuk pabrik pengolahan ditentukan oleh harga beli TBS. Maka dalam penentukan kebijakan wws tidak dapat dilihat
hanya dari satu faktor saja narnun harus dilihat ketiga aspek kebtjakan yang saling berkaitan yaitu kebijakan harga TBS. harga pupuk dan pajak.
Sub
Model ENVOI
Dengan kemajuan teknologi, sebagian besar komponen kelapa sawit dapat dijadikan sebagai produk samping (by product) yang rnemiliki nilai tambah. Berdasarkan kondisi tersebut rnaka pengembangan AGROSAWIT dihadapkan pada dua pilihan, yaitu rnernanfaatkan lirnbah menjadi hasil samping atau mengolah lirnbah agar tidak menyebabkan polusi terhadap lingkungan.
Jika besar investasi teknologi limbah adalah INV, urnur ekonornis teknologi adalah N, biaya produksi per satuan produk adalah BP (tidak termasuk penyusutan), harga produk hasil teknologi lirnbah adalah HP, Keuntungan dari penerapan teknologi limbah adalah INC (dalarn Rplton CPO), maka:
INC
= (HP
-
(BP + INV/N)}
Berdasarkan pertirnbangan ekonomi, pabrtk PKS akan menerapkan suatu teknologi jika Inc
r
0. Kriteria tersebut berlaku untuk limbah padat seperti lirnbah sabut, tandan kosong, dan lirnbah tempurung. Tetapi untuk lirnbah cair pebrik PKS harus mengindahkan kebijakan pemerintah tentang lingkungan yang rnengharuskan pabrik PKS mengolah hasil limbahnya hingga dapat rnencapai kriteria-kriteria fisik, biologi. kirnia, seperti rnisalnya Maksimum BOD100
ppm. Berdasarkan ha1 tersebut terdapat beberapa elternatif sebagai berikut:1) Jika INC 2 0 dan BOD = rnernenuhi syarat) , rnaka teknologi dapat djterapkan 2) Jika INC 2 dan BOD = tjdak memenuhi syarat, maka teknologi batal
diterapkan
3) Jika INC < 0 dan BOD = mernenuhi syarat, maka teknologi dapat diterapkan jika tidak ada teknologi lirnbah lainnya yang lebih baik.
4) Jika INC < 0 dan BOD = tidak rnemenuhi syarat, maka teknologi batal
diterapkan
Jika kondisi pertarna (1) adalah pilihan yang terbaik tetapi jika tidak maka kondisi k e tiga (3) adalah pilihan yang harus dilakukan walaupun
perusahaan merugi. Penerapan teknologi limbah akan menyebabkan perubahan keuntungan bagi pabrik PKS. Jika keuntungan sebelum penerapan teknologi limbah adalah U,, keuntungan setelah penerapan teknologi limbah U2
(RpItonCPO), rnaka :
U2
=
U1 + INC
Sesuai dengan konsep wws maka seharusnya dalarn penentukan harga TBS digunakan U2 dan bukan U1. Artinya jika terdapat keuntungan bagi pabrik
PKS (kondisi pertama terpenuhi) maka keuntungan tersebut akan terbagi ke pelaku perkebunan dan sebaliknya jika terdapat kerugian (hanya kondisi ketiga terpenuhi) rnaka harus juga ditanggung oleh perkebunan. Penentuan harga TBSwws mengacu pada model OPTIMA yang telah diuraikan sebelumnya.
6.3. S i s t e m M a n a j e m e n B a s i s Data
Sistem Manajemen Basis Data berfungsi untuk memberikan fasilitas pengelolaan data seperti pemasukan data, menampilkan data, memperbaiki data, menghapus data, dan mengeksekusi data. Jenis-jenis data yang dikelola oleh SMBD pada SPK AGROSAWIT dikelompokkan menjadi tiga yaitu data perkebunan, data pabrik pengolahan kelapa sawit dan data pendukung.
Data perkebunan terdiri dari : (1) investasi perkebunan kelapa sawit untuk luas areal I (satu) ha yang di bedakan atas lokasi (propinsi) dan pola pengusahaan (Perkebunan Rakyat, PBN, PBS dan PBA), (2) biaya produksi kebun per ha lahan, (3) produktivitas TBS untuk setiap kelas lahan (kelas 1 s/d kelas 4) dan setiap umur tanaman (umur 1 hingga 25 tahun). (4) jumlah dan harga pupuk, serta (5) jenis teknologi di perkebunan yang dapat rneningkatkan efisiensi, produktivitas dan keanekaragaman produk. Data ini digunakan untuk penentuan kebijakan
wws
terhadap tingkat keuntungan yang diterima oleh pelaku usaha perkebunan dan kelayakan usaha perkebunan pada kebijakan wws.Data PKS terdiri dari: (1) investasi pabrik yang dibedakan untuk setiap lokasi (propinsi) dan kapasitas pabrik (30, 40,60. dan 120 ton TBS/jam), (2)
biaya produksi pabrik PKS per ton CPO, (3) Rendemen CPO dan PK yang dibedakan atas umur tanarnan, (4) Teknologi di pabrik PKS untuk peningkatan efisiensi, produktifitas dan keanekaragaman produk, dan (5) teknologi penanganan dan pernanfaatan limbah. Data ini berguna untuk penentuan kebijakan wws terhadap tingkat keuntungan diterima pabrik PKS dan kelayakan usaha pabrik PKS pada kebijakan wws.
Data pendukung yang dibutuhkan terdiri dari (1) perkembangan produksi CPO, PK dan TBS di tingkat nasional dan propinsi beberapa tahun terakhir, (2) perkernbangan jumlah ekspor dan impor CPO dan PKO Indonesia di pasaran dunia beberapa tahun terakhir, (3) jenis dan besar pajak yang diberlakukan oteh pemerintah pusat dan daerah terhadap usaha perkebunan dan pabrik PKS. Data pendukung int akan diproyeksi untuk rnenentukan kebijakan wws di rnasa mendatang.
Sebagian data diinput langsung oleh user seperti harga CPO dan PKO di pasar dunia dan nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar sesuai dengan nilai yang ada pada saat penggunaan SPK AGROSAWIT. Hal ~ n i dimaksudkan agar hasil kebijakan wws oleh SPK AGROSAWIT lebih aktuat dan sesuai dengan kondisi saat digunakan. Rangcangan kamus data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1 1.
6.4.
Sistem Manajemen
BasisPengetahuan
Di dalam SPK AGROSAWIT pendapat ahli digunakan untuk
memutuskan alternatif kebijakan yang paling baik diterapkan diantara berbaga~ kebijakan yang merniliki darnpak yang berbeda-beda ditinjau dari kriteria ekonorni, kriteria, sosial dan budaya, serta kriteria lingkungan. Kriteria ekonorni yang digunakan terdiri dari pendapatan perkebunan rakyat, pendapatan perkebunan besar, pendapatan pabrik PKS, pendapatan tenaga kerja, dan pendapatan pemerintah pusat dan daerah. Kriteria sosial dan budaya terdiri dari dampak sosial budaya masyarakat sekitar lokasi dan kriteria lingkungan adalah pencemaran dan kelestarian lingkungan.
Pendapat pakar terutama ditujukan untuk rnemberikan bobot setiap kriteria. Berdasarkan kriteria tersebut dapat ditentukan prioritas kebijakan yang seharusnya dilakukan dalam pengembangan AGROSAWIT. Pendapat ahli atau pakar diperoleh dengan wawancara dengan pakar-pakar dibidang perkebunan sawit, teknologi dan pengolahan TBS, teknologi lingkungan, sosial ekonorni perkebunan sawit, kebijakan perkebunan, manajemen perkebunan dan pengolahan, dan dengan birokrat di pemerintahan daerah serta pemerintahan pusat. Hasil wawancara tersebut diolah dengan menggunakan teknik Analisis Struktur Sistem ISM ((lntrepretative Structural Modeling), dan teknik Analisis Penentuan Prioritas AHP (Analytical Hierarchy Process) serta ECM (Exponential Comparative Method).