• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aku Dan Rasa Takut (The Fear and I)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Aku Dan Rasa Takut (The Fear and I)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

Aku Dan Rasa Takut (The Fear and I)

Agia Chantika

Nurdian Ichsan S.Sn, M.Sn.

Program Studi Sarjana Seni Rupa – Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB

Email : agiaputri@gmail.com

Kata Kunci : Anxiety Disorder, Mekanisme Pertahanan Diri, Eskapisme, Keramik, Stoneware.

Abstrak

Berkarya, tentunya tidak lepas dari berbagai pengaruh yang dialami oleh sang seniman. baik pengaruh dari lingkungan luar, maupun pengaruh dari dalam diri seniman itu sendiri. Adapun pengalaman tersebut, baik yang membangun maupun yang merusak, akan berpengaruh kepada psikologi seseorang, termasuk pula seorang seniman. Terutama untuk para seniman yang memiliki trauma dan keadaan psikologi tertentu, seperti halnya seniman yang memiliki Anxiety Disorder. Terlepas dari pengalaman traumatis apa yang dijadikan referensi oleh sang seniman, secara sadar maupun tidak sadar seniman akan menutup kekhawatirannya seiring dia berkarya. Secara tidak langsung, proses berkarya membangun mekanisme pertahanan diri bagi psikologis seseorang, yang seringkali diabaikan kepentingannya. Padahal, hal tersebut adalah lumrah dan hak bagi setiap manusia. Seni, menyediakan itu semua, sebagai fasilitator bagi seniman, seni menawarkan suatu bentuk eskapisme dimana seniman dapat meluangkan waktunya untuk sesaat “pergi” dari dunia nyata. dan ketika ia kembali, ia akan membawa banyak inspirasi dan pencerahan yang akan membantunya menemukan solusi dari permasalahan yang ia hadapi. Hal ini tentu saja harus tetap dilakukan dengan bijak oleh sang seniman, karena seni bukanlah suatu pelarian untuk selamanya. Melainkan pengalihan pusat kekhawatiran kita, dan satu-satunya tempat yang aman bagi seseorang untuk dapat menuangkan emosi negatif tersebut dalam bentuk yang diterima oleh individu lain.

Abstract

Art making process, always influenced by an artist’s experiences. Whether from the external environment, as well as the influence of the artist's own self. The experiences both constructive and destructive will affect the person's psychology. Especially for artists who has certain psychological trauma or other related circumstances, like Anxiety Disorder. Regardless of what traumatic experience used as the reference by the artist, consciously or unconsciously the artist will cope the anxiety as he worked. Indirectly, the art making process build a psychological defense mechanism for a person, which is often neglected. But in fact normal for every human being. Art provides everything an artist need, as a facilitator for artists, art offers a form of escapism where artists could take a "getaway" from the real world. And when he returns, he will bring a lots of inspiration and insight that will help him to find solutions for the problem he faced. Artists of course still had to take this escapism wisely, as for art is not an escape for eternity. But only to transfer the center of our concerns and anxiety, keeping it as the only place that safe for a person to be able to pour negative emotions in a form that is accepted by other individuals.

1. Pendahuluan

Sebagai seorang anak yang terlahir dalam keluarga bercerai, penulis telah mengalami berbagai kejadian yang seharusnya tidak dialami oleh anak seusianya. Mulai dari melihat keluarga kecilnya hancur

(2)

2

perlahan-lahan akibat salah seorang anggota keluarga yang menggunakan obat-obatan terlarang, kekerasan dalam rumah, perebutan kekayaan material (hak waris), pengalihan tanggung jawab orang tua merawat adik yang masih sekolah, hingga hal terkait keamanan finansial penulis dengan adiknya. Dengan berbekal berbagai pengalaman traumatis tersebut, penulis mencoba untuk melanjutkan hidup dan tanggung jawab sebagai anak yang tertua, dengan dihantui rasa kekhawatiran dan kecemasan yang berlebihan terhadap masa yang akan datang. Bahkan seringkali penulis bertanya hakikatnya untuk hidup di dunia. Untuk apa ia terlahir jika pada akhirnya disia-siakan dan dikucilkan, bahkan oleh orang yang seharusnya melindungi dan mengayomi dirinya secara lahiriah dan batiniah.

Setelah mengikuti serangkaian tes psikologi dan dinyatakan secara tertulis bahwa penulis mengalami depresi ringan dan General Anxiety Disorder (GAD) akibat peristiwa traumatis tersebut, penulis selalu berupaya untuk mengatasi kecemasan-kecemasan yang selalu datang dalam benaknya, karena seringkali kecemasan tersebut datang secara tiba-tiba, tidak beralasan, tidak rasional, menyimpang dari kemungkinan yang sebenarnya akan terjadi. Hal ini sangat mengganggu dikarenakan kecemasan yang berlebihan itu menimbulkan garmbaran-gambaran yang jauh dari realita, seolah-olah akan terjadi hal yang terburuk. Jika imaji akan skenario terburuk tersebut sudah mencapai batas emosional, pada akhirnya akan berpengaruh pada fisik. Tak jarang penulis merasakan sakit di bagian perut, sesak nafas, insomnia, atau pusing dikarenakan kurangnya suplai darah pada organ-organ yang dibutuhkan, dimana kesemuanya itu hanya disebabkan oleh faktor pikiran. Penulis juga seringkali kehilangan kesadarannya akan hal-hal yang bersifat logis, sehingga kerap melakukan hal-hal yang memiliki tendensi untuk menyakiti diri sendiri. Tidak adanya pihak yang memahami penulis ketika berhadapan dengan serangan GAD menginspirasi penulis untuk memvisualisasikan seperti apa sekiranya hal-hal yang dibayangkan oleh penderita GAD, berdasarkan pengalamannya. Bagaimana ketakutan itu terbentuk sedemikian kuatnya sehingga mengganggu kehidupan pribadi dan sosial seseorang. Di sisi lain, dengan adanya proses berkarya, penulis perlahan-lahan dapat mengalihkan bayangan-bayangan buruknya pada sesuatu yang lebih produktif. Dengan begitu, secara tidak langsung berkarya menjadi eskapisme sekaligus katarsis bagi penulis dalam menghadapi dan mengurangi ketakutan personalnya.

Rumusan Masalah

 Bagaimana penulis dapat memvisualisasikan ketakutan, kekhawatiran, ancaman dan bayang-bayang imaji buruk melalui media instalasi keramik ?

 Bagaimana pendekatan estetik yang dilakukan dalam mengemukakan gagasan atau ide yang dimiliki penulis dalam bentuk visual ?

Batasan Masalah

 Sumber dari gagasan atau ide berkarya adalah berdasarkan pengalaman pribadi penulis.

 Tata cara presentasi karya adalah menggunakan instalasi dinding, dengan penggunaan keramik sebagai material utama dalam karya.

 Pemilihan objek keramik dalam karya ini, sebagai simbol dari ketakutan, kekhawatiran atau ancaman berdasarkan pada referensi karya-karya seni sebelumnya, dengan tema dan konsep sama namun menggunakan media yang berbeda, juga pengalaman pribadi penulis.

(3)

3

Tujuan

Tujuan berkarya dari lingkup pribadi adalah sebagai pengalihan untuk menghadapi ketakutan dan kekhawatiran sang seniman sendiri, sehingga mendapatkan ketenangan karena energi negatif yang dihasilkan oleh anxiety disorder yang dideritanya dapat dikonversi kepada sesuatu yang lebih positif, yang pada akhirnya berdampak pada keberanian untuk menghilangkan bayangan buruk itu dengan bersikap tegas dalam mengambil keputusan. Dalam lingkup yang lebih luas, diharapkan karya ini mampu membuat apresiator lebih memahami mengenai dirinya maupun orang lain. Ketakutan adalah suatu hal yang alami dan lumrah, terkadang hal tersebut menguasai kita meskipun kita telah berusaha sedemikian rupa. Akan tetapi, harus kita ingat bahwa bagaimanapun kemampuan manusia sebagai individu yang sempurna, harus belajar untuk mengelola emosinya dan berusaha untuk menghilangkan rasa takut akan ancaman yang muncul dari dalam diri maupun lingkungannya sebagai suatu proses pendewasaan. Sehingga terciptalah solusi atas setiap permasalahan yang kerap muncul dalam kehidupan kita.

2. Proses Studi Kreatif

Gambar 1. Proses Sculpting

Dalam membuat karya ini, penulis melakukan beberapa kali perubahan dan perkembangan dalam aspek visual. bertemakan tentang rasa takut dan khawatir yang notabene berasal dari pikiran yang negatif, penulis sempat berfikir untuk membuat karya instalasi dengan menggunakan patung sosok atau figur sebatas torso dengan kepala yang pecah karena ditarik oleh pikiran buruknya sendiri. Penulis menggunakan tangan sebagai representasi kekuatan yang mengambil atau merusak sang sosok dikarenakan tangan seringkali digunakan sebagai simbol kekuatan, ancaman, anggota tubuh yang dapat menarik, menggenggam, merusak, menggapai, dan sebagainya sehingga terciptalah suatu efek fragmentasi dari sosok tersebut yang nampak hancur dan dirusak.

(4)

4

Seiring berjalannya waktu, penulis kerap melakukan perkembangan terhadap visualisasi karya dengan pertimbangan baik dari segi konsep maupun teknis. Penulis mencoba untuk membuat karya ini terkesan lebih mengancam dengan memisahkan tangan dengan bagian kepala sosok, mengalihkannya kepada keseluruhan bagian tubuhnya. Tangan dibuat lebih banyak menutupi bagian wajah sehingga sosok tidak lagi terlihat bagian mata, mulut dan telinganya. Seolah ia tidak dapat melihat, berbicara maupun mendengar jika sudah diliputi ketakutan dan kecemasan.

Dalam konsep akhir, sosok yang dihalau sekaligus dikelilingi oleh lebih banyak tangan sebagai simbol ancaman. Sosok tersebut ditutupi secara keseluruhan, seolah-olah ditarik kearah dalam, dengan ancaman lainnya yang mengelilingi seakan tidak ada jalan keluar. Disini, saya mulai membayangkan bahwa sosok yang ditarik tersebut berada dalam lingkup yang gelap. Ditarik kedalam kegelapan dalam pikirannya sendiri. Oleh karena itu, secara teknis lingkungan display pun bisa saya buat hitam sedemikian rupa, kontras dengan karya keramik yang berwarna putih sehingga terkesan kuat.

Setelah sketsa konsep visual selesai dan karya mulai dibuat, penulis melakukan beberapa kali percobaan display pada karya yang sudah selesai dibakar. Karya yang ada di posisikan seperti yang tertera dalam sketsa konsep. Meskipun begitu, masih terdapat sedikit perbaikan karena tangan-tangan tersebut dirasa kurang mengancam. Akhirnya terciptalah ide dimana konsep visual yang pertama dan terakhir untuk di elaborasikan, sehingga terdapat aksi dan reaksi antara sang sosok dengan tangan-tangan tersebut.

3. Hasil Studi dan Pembahasan

Dalam karya “Aku dan Rasa Takut” ini, nampak sesosok figur wanita dari kepala sebatas torso yang wajahnya ditutupi oleh banyak tangan. Bagian tubuhnya tampak terkoyak, pecah, atau rapuh ditarik oleh tangan-tangan tersebut. Tangan-tangan tersebut juga seakan menarik sosok sang wanita ke dalam dinding yang berwarna hitam. Terlihat juga tangan-tangan lain yang mengelilingi sosok wanita tersebut, sosok sang wanita seperti dikepung, tangan-tangan itu seakan berusaha agar wanita tersebut benar-benar ditarik dan tenggelam dalam dinding yang gelap.

Gambar 3. Karya Instalasi

Melihat tangan sebagai bagian tubuh yang berfungsi untuk mengambil, menarik, membawa, atau mencengkram apapun yang disentuhnya, membuat kita berpikir bahwa tangan-tangan ini mungkin merupakan suatu bentuk simbol dari suatu kekuatan, force, atau gaya. Karena mereka memaksa agar

(5)

5

sosok wanita tersebut untuk ikut bersama mereka. Sang sosok nampak berusaha untuk keluar (emerged) dari dalam dinding yang gelap, akan tetapi tangan-tangan tersebut terlihat begitu besar menandakan bahwa suatu gaya ini menarik begitu kuatnya, bahkan hingga bagian tubuh sang sosok menjadi rusak. Sosok sang wanita, yang dapat dikatakan mewakili diri sang seniman, ditarik oleh tangan-tangan tersebut ke dalam dinding yang di cat hitam. Warna hitam seringkali diidentikkan dengan kegelapan.. Tidak ada seorangpun yang ingin ditarik menuju kegelapan atau tempat yang gelap dan tidak jelas, oleh karena itu karya ini pastilah berbicara mengenai suatu ketakutan, kekhawatiran, penyiksaan, atau kesakitan.

Gambar 4. Detail Karya

Pada dasarnya karya ini merepresentasikan dan memvisualisasikan pengalaman seseorang (sosok / figur yang terdapat pada karya jelas mewakili orang yang mengalami hal ini) mengenai rasa khawatir, takut, resah, atau bahkan kesemuanya. Rasa khawatir tersebut pastilah sangat besar dan menyiksanya sehingga ia merasa ditarik oleh berbagai macam emosi yang akhirnya membawa orang tersebut pada kehampaan (darkness; nothingness). Rasa khawatir tersebut membuat siapapun sosok yang mengalaminya tidak dapat berpikir rasional. Wajah yang ditutup juga menyiratkan ketakutan dalam melihat masa depan, khawatir dengan apa yang akan ia lihat, dengar atau bicarakan di masa depan. Takut akan mengalami hal yang buruk atau takut akan ditimpa pengalaman yang buruk. Kekhawatiran yang berlebihan tersebut membuat sosok ini tenggelam dalam kekosongan dan kegelapan dalam pikirannya sendiri. Ia terjebak dan tidak dapat lepas dari apa yang mengikat dan menariknya. Hal tersebut terlihat begitu intens melihat bagian tubuh sang wanita yang hancur. Meskipun sosok tersebut nampak berupaya untuk keluar dari seluruh keburukan yang membayanginya tersebut, tubuhnya yang terlihat ringkih dan terfragmentasi seakan menandakan bahwa semakin ia berusaha keras untuk keluar, semakin ia berjuang melawan kesakitan emosional yang dimilikinya, yang pada akhirnya turut berpengaruh padanya secara fisik.

4. Penutup / Kesimpulan

Segala kegiatan seni dalam artian luas kerap tak dianggap penting bagi sebagian besar masyarakat. Akan tetapi diluar hal tersebut, seni memiliki banyak fungsi psikologis yang dapat membantu orang-orang yang terlibat didalamnya untuk memvisualisasikan apa yang mereka ingin sampaikan. Hal tersebut dapat berdampak pada kesehatan mental yang lebih terjaga, karena orang-orang yang terlibat dalam kegiatan

(6)

6

seni atau melakukan kegiatan berkesenian dapat menyalurkan emosi buruk mereka berupa stress, depresi, kesedihan, ketakutan atau kemarahan, dengan cara yang sehat, kreatif, produktif, dan dapat diterima oleh sebagian besar masyarakat. Apresiasi masyarakat terhadap karya-karya tersebut juga akan membantu orang-orang yang berkesenian untuk memacu kepercayaan diri mereka dan senantiasa mengembangkan diri untuk membuat karya yang lebih baik. Hal tersebut sangat dirasakan oleh seniman yang sempat mengalami General anxiety disorder, yang dimana terkenal dengan suatu kelainan psikologis yang menyebabkan penderitanya merasa khawatir berlebihan. Sehingga seniman yang seringkali merasa ketakutan, pesimis, ragu dan gelisah, perlahan-lahan dapat mulai melihat kesempatan dan kemungkinan-kemungkinan yang baik di depan mata, karena semua perasaan dan emosi negatifnya dapat ia alihkan melalui berkarya. Dengan berkarya pula ia dapat berkomunikasi dengan orang lain perihal kejanggalan yang ia miliki, sehingga simpati yang tidak dapat diraih melalui penjelasan dan kata-kata, dapat dimengerti dengan mudah melalui sebuah karya.

Terkadang, saat kita berada dalam posisi terendah dalam hidup kita di saat itulah kita akan lebih mudah terinspirasi dan membuat karya dengan aspek atau ide yang lebih kuat. Proses pendewasaan yang kita rasakan dapat turut berpengaruh pada proses pembuatan karya. sehingga karya yang dihasilkan akan lebih bermakna dan mengilhami banyak orang.

Masih banyak yang harus dikembangkan oleh seorang seniman agar mampu membuat karya yang dapat diapresiasi oleh banyak orang, akan tetapi hal tersebut akan berkembang seiring berjalannya waktu. Masyarakatpun akan dapat semakin menyadari pentingnya peran seni melalui kita, para seniman. Melihat hal tersebut, seniman mendapatkan dua keuntungan dalam waktu yang bersamaan. Yakni penghargaan pada diri sendiri, dan penghargaan dari masyarakat luas.

Ucapan Terima Kasih

Artikel ini didasarkan pada catatan proses berkarya/perancangan MK Tugas Akhir Program Studi Sarjana Seni Rupa FSRD ITB. Proses pelaksanaan tugas akhir ini disupervisi oleh pembimbing Nurdian Ichsan S.Sn, M.Sn. yang membantu proses penyelesaian studi.

Daftar Pustaka

Kleinman, Paul. 2012. Psych 101. United States: Adams Media.

Taylor, Louisa. 2011. Ceramics, Tools and Techniques for the Contemporary Makers. Singapore: Words & Visual Press.

Benson, Nigel. 2011. The Psychology Book (Big Ideas Simply Explained). United Kingdom: Dorling Kindersley Publishing.

David H. Barlow. 2001. Clinical Handbook of Psychological Disorders, Third Edition : Step by Step Treatment Manual. United States: Guilford Publication.

Hartwig R. Siebner. Limmer, Claus. Peinemann, Alexander. 2002. Long-Term Consequences of Switching Handedness: A Positron Emission Tomography Study on Handwriting in “Converted”

(7)

Left-7

Handers. United Kingdom: The Journal of Neuroscience, Sobell Department of Neurophysiology, Institute of Neurophysiology, London.

Goodman, Nelson. 1976. Languages of Art. United State: Hackett Publishing Company.

http://plato.stanford.edu/entries/goodman-aesthetics/ (diakses pada hari selasa, 22 Juni 2016. Pukul 1.39 WIB)

http://www.theartstory.org/movement-symbolism-artworks.htm#pnt_5 (diakses pada hari selasa, 22 Juni 2016. Pukul 1.40 WIB)

https://www.psychologytoday.com/blog/fulfillment-any-age/201110/the-essential-guide-defense-mechanisms (diakses pada hari selasa, 20 oktober 2015. pukul 3:52 WIB)

http://www.visual-arts-cork.com/installation-art.htm (diakses pada hari, selasa 10 november 2015. pukul 3:40 WIB)

Gambar

Gambar 2. Sketsa dan Eksplorasi Instalasi
Gambar 3. Karya Instalasi
Gambar 4. Detail Karya

Referensi

Dokumen terkait

Saat ini Institut Seni Indonesia Padang yang merupakan satu-satunya Perguruan Tinggi Seni yang berlokasi di Sumatera Barat dalam wilayah etnis suku Minangkabau, dalam Visi dan

Puji syukur penulis panjatkan kehadiat Allah SWT, karena atas Kasih dan Sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan judul

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji bagaimana kondisi kecukupan hunian, kepuasan penghuni dan kemampuan penghuni Rusun di Tambora serta bagaimana

Berdasarkan hasil analisis yang sudah dilakukan dengan analisis regresi linier berganda, maka diperoleh kesimpulan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Suku

Mahakam merupakan sungai terbesar di Provinsi Kalimantan Barat, yang berperan penting dalam kehidupan masyarakat di sekitarnya, antara lain sebagai sumber air, pemukiman,

4.1.1 Pada peringkat akhir pemerintahan Bani Umaiyah, golongan mawali (orang Islam bukan Arab seperti Parsi dan Barbar) merasa didiskriminasikan (tidak dapat jawatan dan

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan antara perilaku merokok dengan prevalensi asma di Propinsi Jawa Timur tahun 2018.. Kata kunci : perilaku,

Dintinjau dari sudut klaster yang berdaya saing, berdasarkan teori Porter (1997), adapun kendala permintaan/pasar yang umum yang dihadapi seluruh industri dalam