• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK KUALITAS AIR ESTUARI SUNGAI MAHAKAM DI KALIMANTAN TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTERISTIK KUALITAS AIR ESTUARI SUNGAI MAHAKAM DI KALIMANTAN TIMUR"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK KUALITAS AIR ESTUARI SUNGAI MAHAKAM

DI KALIMANTAN TIMUR

Yosmaniar1, Dewi Puspaningsih2 dan Syarifah Nurdawati3

1,2)Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar

3)Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum

*e-mail: yosmaniar@yahoo.com

Abstrak: Pada sungai Mahakam terdapat berbagai aktivitas antara lain: pemukiman, perikanan, transportasi. Tujuan penelitian untuk menganalisis status kualitas air di sungai Mahakam. Penelitian dilakukan di 10 stasiun pengamatan di sekitar sungai Mahakam, yaitu: 1). P.Kelambu; 2) P.Tiga; 3) Tj.Berukang; 4) Muara Benati; 5) Muara Bayur; 6) Muara Solok; 7) Perangatan; 8) Muara Pantuan; 9) Laut Pantuan; 10) Muara Ilu. Karakteristik kualitas air yang diamati meliputi: 1) fisika (suhu air, TSS, TDS, dan kekeruhan,); 2) kimia (pH, oksigen terlarut, alkalinitas, NH3Total P). Pengamatan dan pengambilan sampel dilakukan pukul 06.00 - 13.30 pada bulan Maret dan Mei 2012. Analisa data kualitas air sungai Mahakam dilakukan secara deskritif dan pendekatan

Indeks Storet. Hasil pengamatan sebagai berikut; Suhu air 27- 30 0C; TSS 15-60 mg/L;

TDS 20 -180 mg/L; kekeruhan; 10,2 - 66 NTU; pH 6,5 - 7,5; DO 3,47 -6,38 mg/L; alkalinitas 9,6 - 32 mg/L; Total P 0,042 -0,080mg/L; N-NH3 0,035 - 0,084 mg/L;Total N 0,035 - 0,515 mg/L; Kondisi kualitas air di perairan sungai Mahakam pada umumnya memenuhi baku mutu kelas tiga untuk perikanan, Berdasarkan analisa dengan metode Storet, perairan sungai Mahakam tergolong tercemar sedang.

Kata kunci: fisika, kimia, air, Indeks storet

Abstract: At the Mahakam River there are various activities including houses, fishery, transportation. The study aims to analyze the status of water quality in Mahakam river. The study was conducted in the Mahakam river. Sampling occurred 2 times10 observation stations around, namely: 1). P.Kelambu; 2) P.Three; 3) Tj.Berekang; 4) Muara Benati; 5) Muara Bayur; 6) Muara Solok; 7) Warning; 8) Estuary of Pantuan; 9) Laut Pantuan; 10) Muara Ilu. The observed parameters include: 1) physics (water temperature, TSS, TDS, and turbidity); 2) chemistry (pH, dissolved oxygen, alkalinity, Total P, NH3,; Observations

and sampling are conducted from 06.00 - 13.30 in March and May 2012. The analysis of

Mahakam River water quality data was conducted descriptively and the Storet Index

approach. Results of observation are as follows; Water temperature 27-30 0C; TSS 15-60

mg/L; TDS 20 -180 mg/L; 10.2 - 66 NTU; PH 6,5 - 7,5; DO 3,47 -6,38 mg / L; Alkalinity

9,6 - 32 mg / L; Total P 0.042 -0.080 mg / L; N-NH3 0,035 - 0,084mg / L; Total N 0,035 -

0,515 mg / L.The condition of water quality in Mahakam river waters generally meets the

third class quality for fisheries. Based on the analysis by Storet method, Mahakam river waters classified as moderate.

Key words: fisika, kimia, air, Indeks storet

PENDAHULUAN

Mahakam merupakan sungai terbesar di Provinsi Kalimantan Barat, yang berperan penting dalam kehidupan masyarakat di sekitarnya, antara lain sebagai sumber air, pemukiman, potensi perikanan maupun sebagai prasarana transportasi. Delta Mahakam merupakan kawasan

(2)

Delta Mahakam adalah Kawasan Budidaya Kehutanan, yang memiliki tipe ekosistem yang bernilai strategis dan ekonomis yaitu hutan mangrove, nipah, mangrove air tawar dan rawa air tawar. (Sutrisno dan Ambarwulan, 2003). Pesatnya kegiatan pembangunan di kawasan Delta Mahakam seperti areal pemukiman, perikanan/tambak, anjungan minyak, pelayaran sungai, serta kegiatan penebangan hutan mangrove untuk berbagai kebutuhan, sehingga menimbulkan tekanan ekologis terhadap ekosistem Delta Mahakam, khususnya ekosistem Mangrove.

Perkembangan jumlah penduduk yang didominasi oleh arus imigrasi ini menimbulkan konsekuensi logis pada perubahan ekosistem pesisir, khususnya kerusakan hutan mangrove. Kerusakan sistemik ekosistem mangrove yang dikonversi ke pemanfaatan lain seperti tambak, pemukiman, industri dan lain sebagainya dapat menyebabkan kerusakan ekosistem keseluruhan Delta Mahakam, apabila tidak dikendalikan dan dikelola dengan baik. Pada saat ini hutan mangrove di kawasan Delta Mahakam yang saat ini hutan mangrovenya banyak di konversi untuk pengusahaan tambak atau pemukiman. Pemanfaatan Delta Mahakam dari segala sektor dapat berdampak pada sumberdaya perairan terutama terhadap ikan dan udang yang hidup di dalamnya. Sampai sejauh mana dampak perubahan ekosistem Delta Mahakam terhadap kualitas air bagi perikanan belum banyak diketahui.

Banyaknya aktivitas di delta Sungai Mahakam akan berpengaruh terhadap karakteristik kualitas air. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian karakterisasi kualitas air di estuari Sungai Mahakam. Tujuan penelitian untuk menganalisis status kualitas air di sungai Mahakam.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan sebanyak 2 kali pada bulan Maret dan Mei 2012. Pengamatan dan pengambilan sampel dilakukan pukul 06.00 - 13.30 pada 10 stasiun pengamatan di sekitar delta Sungai Mahakam, yaitu: 1). P.Kelambu; 2) P.Tiga; 3) Tj.Berukang; 4) Muara Benati; 5) Muara Bayur; 6) Muara Solok; 7) Perangatan; 8) Muara Pantuan; 9) Laut Pantuan; 10) Muara Ilu (Gambar 1). Parameter yang diukur meliputi fisika dan kimia perairan. Parameter fisik terdiri: suhu air, TSS, TDS, dan kekeruhan. Paramater kimia : pH ,oksigen terlarut, alkalinitas, ammonia dan Total P.

(3)

Pengambilan Contoh Air

Pengambilan contoh air dilakukan di 3 sub stasiun yaitu bagian tengah dan di kedua

tepinya. Contoh air dimasukan ke dalam botol polietilen dan disimpan dalam ice box yang

berisi es. Metode pengukuran parameter kualitas air tertera pada Tabel 1

Tabel 1. Parameter fisika, kimia perairan beserta metode yang digunakan.

Parameter Satuan Alat/Metode Analisis

Fisika

Suhu air °C Termometer In situ

TSS mg/l Gravimetrik Laboratorium

TDS mg/l TDS meter Laboratorium

Kekeruhan NTU Turbiditimeter Laboratorium

Kimia

pH pH meter In situ

DO mg/l DO meter In situ

Total alkalinitas mg/l Titrasi Laboratorium

amonia mg/l Spektrofotometer Laboratorium

Total P mg/l Spektrofotometer Laboratorium

Analisis data

Analisis data kualitas air Sungai Mahakam dilakukan melalui pendekatan Indeks Storet. Baku mutu yang diacu adalah Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 kelas III Tentang baku mutu air pemanfaatan untuk perikanan dan peternakan. Tahapan analisis data kualitas air dengan

Indeks Storet adalah:

1. Pengumpulan data kualitas air secara periodik agar membentuk data dari seri. 2. Membandingkan data setiap parameter kualitas air dengan baku mutu. 3. Jika hasil pengukuran memenuhi baku mutu maka diberi skor 0.

4. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi baku mutu maka diberi skor sesuai dengan sistem skor pada Tabel 2.

5. Skor pada tiap parameter dijumlahkan, selanjutnya total skor dibandingkan dengan Tabel 3 untuk menentukan status mutu air

Tabel 2. Penentuan sistim nilai

Jumlah

Nilai Parameter

Sampel Fisika Kimia Biologi

<10 Maksimum -1 -2 -3 Minimum -1 -2 -3 Rata-rata -3 -6 -9 >10 Maksimum -2 -4 -6 Minimum -2 -4 -6 Rata-rata -6 -12 -18

(4)

Tabel 3. Penentuan status mutu air berdasarkan Indeks Storet

Skor Kriteria

0 Memenuhi baku mutu

-1 s/d -10 Tercemar ringan

-11 s/d -30 Tercemar sedang

> -31 Tercemar berat

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Delta Mahakam mengalami alih fungsi menjadi daerah pertambakan, sehingg berpengaruh besar pada pengurangan fungsi hutan mangrove sebagai tempat pemijahan dan pembesaran biota akuatik. Hal ini akan berpengaruh pada pengurangan jumlah jenis dan populasi biota penghuni hutan mangrove (ekonomis penting) sehingga akan berpengaruh pada perekonomian masyarakat yang mata pencahariannya bergantung pada hutan mangrove (Heryanto, 2008; )

Pengamatan kualitas air di stasiun pengamatan Sungai Mahakam dilakukan sebanyak dua kali. Parameter kualitas air pada umumnya masih berada dalam kisaran yang diperbolehkan menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 kelas III tentang baku mutu air yang digunakan perikanan.

Suhu

Nilai suhu di estuari Sungai Mahakam berkisar 27,5- 29 oC dengan nilai rataan 28.55 oC.

Suhu berfluktuasi selama pengamatan, dan cenderung berbanding terbalik antara sampling pertama dan kedua. Suhu terendah terdapat pada stasiun Muara Benati pada sampling kedua sedangkan suhu tertinggi pada stasiun P.Kelambu dan stasiun Laut Pantuan pada sampling pertama.

Kondisi suhu cukup kondusif untuk kehidupan ikan sesuai dengan PP 82 tahun 2001, yaitu deviasi 3 oC

dari kondisi alaminya. Dinamika suhu air terdapat pada Gambar 2.

Gambar 2. Dinamika suhu air di 10 stasiun penelitian sungai Mahakam 25.5 26 26.5 27 27.5 28 28.5 29 29.5 30 30.5 Su h u C ) Sampling 1 Sampling 2

(5)

Kekeruhan

Nilai kekeruhan diestuari Sungai Mahakam berkisar 12,9 – 43,5 NTU dengan nilai rataan 24,03

NTU. Kekeruhan terendah terdapat pada stasiun Muara solok, sedangkan yang tertinggi terdapat pada stasiun Muara benati. Tingginya kekeruhan pada stasiun ini dari pada yang lain karena terakumulasinya bahan tersuspensi berupa koloid yang hanyut dan terbawa arus sungai. Kekeruhan merupakan gambaran sifat optik air oleh adanya bahan padatan terutama bahan tersuspensi dan sedikit dipengaruhi oleh warna air. Besarnya jumlah partikel tersuspensi dalam perairan estuari akan menyebabkan perairan menjadi sangat keruh. Kekeruhan tertinggi terjadi pada saat aliran sungai maksimum. Kekeruhan biasanya minimum di dekat mulut estuaria, karena sepenuhnya berupa air laut, dan makin meningkat bila menjauh ke arah pedalaman (Nybakken, 1992). Kekeruhan dapat menentukan: a) Terjadinya gangguan respirasi; b) Dapat menurunkan kadar oksigen dalam air; c) Terganggunya daya lihat (visual) organisme akuatik; d) Terjadi gangguan terhadap habitat; e) Menghambat penetrasi cahaya ke dalam air. Rataan nilai kekeruhan sungai menurut Niemi dan Raateland (2007) sekitar 20 NTU.

Gambar 3. Dinamika kekeruhan di 10 stasiun penelitian sungai Mahakam TSS dan TDS

Kisaran nilai padatan tersuspensi total (TSS) di estuari Sungai Mahakam 15-60 mg/L dengan nilai rataan 35,17 mg/L. Nilai TSS pada sampling pertama di 10 stasiun berkisar antara 22,5 – 51,5 dengan nilai tertinggi pada stasiun Pulau kelambu dan terendah pada stasiun Laut Pantuan yang merupakan batas antara estuari dengan Laut (Selat Makasar). Kandungan TSS pada sungai menurut Niemi dan Raateland (2007) sekitar 10 mg/L, sedangkan menurut PP No 82 tahun 2001 yang diperbolehkan adalah 400 mg/L, sehingga nilai TSS jauh dibawah kriteria baku mutu tersebut cukup tinggiDinamika TSS selama penelitian terdapat pada Gambar 4

0 10 20 30 40 50 60 70 K e ke ru h an ( NT U ) Sampling 1 Sampling 2

(6)

Gambar 4. Dinamika TSS di 10 stasiun penelitian sungai Mahakam

Kisaran nilai TDS sebesar 20 -180 Mg/L dengan nilai rataaan 76,5 Mg/L. Nilai TDS tertinggi pada sampling kedua yaitu pada stasiun Mr. Ilu sebesar 180 Mg/L. Gambaran dinamika TDS terdapat pada Gambar 5. Nilai rataan TDS pada sampling kedua lebih tinggi (91 Mg/L) dari pada sampling pertama (62 Mg/L) dengan nilai raataan sebesar. Baku mutu TDS menurut PP No. 82 tahun 2001, yaitu 1000 Mg/L, sehingga masih jauh dibawah baku mutu tersebut

Gambar 5. Dinamika TDS di 10 stasiun penelitian sungai Mahakam Padatan tersuspensi berkorelasi positif dengan kekeruhan, semakin tinggi padatan tersuspensi yang terkandung dalam suatu perairan maka perairan tersebut senakin keruh. Kekeruhan pada perairan yang tergenang (lentik) lebih banyak disebabkan oleh bahan tersuspensi yang berupa koloid dan partikel-partikel halus, sedangkan pada sungai yang sedang banjir disebabkan karena adanya larutan tersuspensi yang terbawa arus air.

Derajat Keasaman (pH)

Kisaran pH di estuari Sungai Mahakam 6,5 - 7,5. Rataan nilai pH pada sampling pertama 7,05 berkisar antara 6.5 -7,5. Sedangkan pada sampling kedua nilai pH rataan 7,3

0 10 20 30 40 50 60 70 TS S (m g/ L) Sampling 1 Sampling 2 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 TD S (M g/ L) Sampling 1 Sampling 2

(7)

dengan kisaran 7 – 7,5. Nilai pH memperlihatkan kecenderungan yang hampir sama pada tiap stasiunnya. Dinamika pH terdapat pada Gambar 6. Nilai pH menggambarkan keadaan ion hidrogen di suatu perairan (Boyd,1982). Nilai pH dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain aktivitas biologis (fotosintesis dan respirasi organisme), suhu, dan keberadaan ion-ion dalam perairan. Perubahan asam atau basa di perairan laut dapat mengganggu sistem keseimbangan ekologi. Sebagian material yang bersifat racun akan meningkat toksisitasnya pada kondisi pH rendah. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah. Nilai pH yang kurang dari 4 dan lebih dari 11 akan menyebabkan kematian ikan (Boyd, 1982). Pada perairan yang mendapatkan pengaruh dari laut (estuari), pH normal sekitar 8.

Gambar 6. Dinamika pH di 10 stasiun penelitian di sungai Mahakam Oksigen Terlarut

Kadar oksigen terlarut (DO) di estuari Sungai Mahakam berfluktuasi dengan nilai kisaran 3,47 -6,38 Mg/L dengan nilai rataan 4,85 Mg/L. Rataan nilai DO 4,37 mg//L pada sampling pertama, sedangkan pada sampling kedua 5,33 Mg/L. Nilai DO tersebut sudah melebihi baku mutu PP No 82 tahun 2001. Hal ini mengindikasikan bahwa proses oksigenasi di sungai tersebut masih bagus. Oksigen di perairan sangat berpengaruh terhadap kehidupan akuatik (Secchi et al., 2011). Kondisi oksigen terlarut terdapat pada Gambar 7.

6 6.2 6.4 6.6 6.8 7 7.2 7.4 7.6 pH Sampling 1 Sampling 2

(8)

Gambar 7. Dinamika oksigen terlarut di 10 stasiun penelitian di sungai Mahakam Nilai total alkalinitas berkisar 9,6 – 30 Mg/Ldengan rataan 21,3 Mg/L. Kadar alkainitas pada sampling kedua lebih tinggi dari sampling pertama seperti pada Gambar 8. Kadar alkalinitas kawasan ini termasuk perairan lunak . Alkalinitas yang optimal akan mampu menyangga perubahan pH perairan serta dapat mendukung pertumbuhan akuatik

Alkalinitas adalah kemampuan pem-bufffer-an dari ion bikarbonat, ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga dapat menurunkan keasaman atau menaikkan pH. Alkalinitas merupakan besaran yang menunjukkan kandungan ion bikarbonat (HCO3-) dan karbonat (CO3=) di dalam air. Dalam perairan tawar, pada kisaran pH netral, ion bikarbonat lebih dominan, sedangkan pada perairan laut, ion karbonat lebih berperan. Menurut Effendi (2003), nilai alkalinitas berkaitan dengan jenis perairan. Jika perairan dengan nilai alkalinitas kurang dari 40 mg/liter CaCO3 disebut sebagai perairan lunak (soft water). Sedangkan perairan yang alkalinitasnya lebih dari 40 mg/liter CaCO3 disebut dengan perairan keras (hard water). Perairan dengan nilai alkalinitas yang tinggi lebih produktif daripada perairan dengan nilai alkalinitas yang rendah.

Gambar 8. Dinamika Alkalinitas di 10 stasiun penelitian di sungai Mahakam 0.0000 1.0000 2.0000 3.0000 4.0000 5.0000 6.0000 7.0000 D O ( M g/ L) Sampling 1 Sampling 2

(9)

Ammonia

Rataan nilai nitrogen di estuari Sungai Mahakam 0,0359 - 0,0841 mg/L, dengan nilai rataan 0,052mg/L pada sampling pertama 0.0359 - 0.0841 mg/L, dengan rataan 0,0558 mg/L. Sedangkan pada sampling kedua dengan nilai rataan 0,049 mg/L dan kisaran nilai 0.0359 - 0.0493 mg/L. Kadar nitrogen tertinggi terdapat pada stasiun P.Tiga sedangkan terendah pada muara pantuan. Kadar ammonia sudah melebihi sudah melebih baku mutu PP No. 82 tahun 2001 sebesar <0,02 Mg/L. Tingginya nilai amonia disebabkan proses perombakan bahan organik yang mengandung nitrogen oleh mikroba I perairan (Vigil, 2003). Hal ini berkaitan karena adanya aktivitas sungai Mahakam. Dinamika ammonia ddi sungai Mahakam terdapat pada Gambar 9

Gambar 9. Dinamika amonia di 10 stasiun penelitian di sungai Mahakam

Peran ekologis penting sungai Mahakam antara lain : sebagai sumber zat hara dan bahan organic; tempat berlindung dan tempat mencari makanan (feeding ground) dan tempat untuk bereproduksi dan/atau tempat tumbuh besar (nursery ground) terutama bagi sejumlah spesies ikan dan udang. Selain itu estuaria juga dimanfaatkan sebagai pemukiman, tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan, jalur transportasi, pelabuhan dan kawasan industri (Bengen, 2002).

Total P

Kadar Total P berkisar 0,040 – 0,080 Mg/L, dengan nilai rataan 0,057 Mg/L.Data Total P untuk semua stasiun pada sampling kedua lebih tinggi dari pada sampling kedua. Total P Tertinggi 0,80 Mg/L terdapat pada muara Solok, sedangkan yang terendah terdapat pada P. Kelambu yaitu 0,04 Mg/L meskipun begitu nilai tersebut masih berada dibawah nilai baku mutu PP No. 82 tahun 2001 (1 Mg/L)

Dinamika Total P di sungai Mahakam terdapat pada Gambar 10. 0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09 A m on ia ( m g/ L) Sampling 1 Sampling 2

(10)

Gambar 10. Dinamika total P di 10 stasiun penelitian di sungai Mahakam

Di perairan fosfor merupakan elemen minor, dimana sebagian besar senyawa fosfor memiliki kelarutan yang rendah. Kadar fosfor dinperairan berkisar 0,01 – 0,1 Mg/L (Effendi, 2003). Di perairan tingginya kadar fosfor disebabkan oleh penggunaan pupuk pada ekosistim daraat yang selanjutnyaa masuk ke badan air, selain itu juga penggunaan deterjen (Christensen et al., 2011)

Evaluasi Kualitas Air dengan Indeks Storet

Kualitas air rerasarkan indeks storet untuk semua stasiun pengamatan termasuk kategori tercemar sedang dengan skor -12 karena amonia. Hal ini berkaitan dengan proses amonifikasi yang berasal dari dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Bahan organik gtersebut berasal dari pesatnya pemukiman, limbah domestik, anjungan minyak, transportasi air, pembukaan lahan pertanian, tambak ikan yang berkonstribusi terhadap pencemaran perairan (Mwanuji, 2000)

KESIMPULAN

Kondisi kualitas perairan di perairan sungai Mahakam pada umumnya memenuhi baku mutu kelas tiga untuk perikanan berdasarkan Peraturan Pemerintan No.82 Tahun 2001 kecuali amonia yang nilainya sudah melebih baku mutu. Berdasarkan indeks storet perairan ini termasuk dalam kategori pencemaran sedang

DAFTAR PUSTAKA

Boyd, 1982. Water quality management for pond fish water. Dep. Fisheries and Allied Aquacultures, Agricultural Experiment Station, Auburn Univ., Auburn, AL, USA:.318

Bengen DG, Sayekti RRRB, Makinuddin N, Santoso P, Das’at, Gunawan T. 2003. Realitas dan Isu-isu Sumberdaya dan Lingkungan Delta Mahakam, Rapid Appraisal. Proyek Pesisir PKSPL – IPB, Bogor; Bapedalda Kabupaten Kutain Kartanegara; Proyek Pesisir

0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09 Tot al P ( m g/ L) Sampling 1 Sampling 2

(11)

Kalimantan Timur; USAID; TotalFinaElf E&P Indonesia; The Nature Conservacy, Bogor, Indonesia 10 pp

Christensen V G., Lee. K E., Mcl. Ees.JM and Niemela SL. 2011. Relation between Retired Agricultural Land, Water Quality,and Aquatic-Community Health,Minnesota River Basin. Journa; of EnviromentalQuality 41: 1459-1472

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 258 hal

Effendi, H. 2013. Karakteristik kualitas air sungai Cihideung Kabupaten Bogor. Jurnal Ecolab: 7: (2): 49-108. 81 -93

Heryanto. 2008. Ekologi moluska mangrove Delta Mahakam, Kalimantan Timur. Zoo Indonesia 17(1):15-20

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 115 Tahun 2003 tentang Penentuan Status Mutu Air Dengan Metode Indeks Pencemaran. 15 pp

Mwanuji. FL.2000. Asessment of water quality for Pangani river in Tanzania using QUA2E windows version 1 stWARFSA/WATERNET Symposium: Sustainable Use of Water Resources, Mapoto, 1-2 November 2000

Niemi, J. And Raateland, A.2007. River water quality in the finnish Eurowaternet Boreal Enviromental Reasearch, 12:571-584

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. Diterjemaahkan oleh H. M. Eidman, Koesoebiono, D. G. Bengen, M. PT Gramedia. Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran. 31 hal

Pramudji. 2007. Laporan Penelitian Biota yang Berasosiasi pada Ekosistem Mangrove dan Estuaria di Pesisir Delta Mahakam Kalimantan Timur. Puslit Oceanografi. LIPI Seecchi, S, Gasman, PW, Jha, M Kurkalovaa J and Klling C.L.2011. Potential water quality

changes due to corn expansion in the upper Missisipi River Basin. Ecological Society of America Journal 21(4)

Sutrisno, D dan W. Ambarwulan. 2003. Kajian daya dukung lahan untuk usaha budidaya udang di Delta Mahakam. Pusat Survei Sumberdaya alam laut. Bakosurtanal.

Gambar

Gambar 1. Lokasi Pengambilan sampel di estuari Sungai Mahakam, Kalimantan Timur
Tabel 1.  Parameter fisika, kimia perairan beserta metode yang digunakan.
Gambar 2. Dinamika suhu air di 10 stasiun penelitian sungai Mahakam 25.52626.52727.52828.52929.53030.5Suhu(ºC) Sampling 1Sampling 2
Gambar 3. Dinamika kekeruhan di 10 stasiun penelitian sungai Mahakam
+6

Referensi

Dokumen terkait

Apabila Pimpinan Departemen/ Lembaga Pemerintah Non Departemen/ Instansi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 tidak menyetujui permintaan pemegang hak atas tanah dan pemilik

Jika sebelum wawancara atau pada saat wawancara Anda percaya bahwa ada bukti yang cukup untuk membuktikan orang tersebut telah melakukan kejahatan maka Anda harus mengingatkan

Perlakuan pupuk organik dan anorganik dengan tanpa penyiangan menunjukkan hasil bobot kering total gulma nyata lebih tinggi bila dibandingkan pemberian perlakuan pupuk

Indo Skin Jaya Utama Palembang dengan nilai pengaruh sebesar 4,121 untuk variabel motivasi kerja dan sebesar 5,962 untuk variabel pendidikan pelatihan, dan untuk

Selanjutnya penelitian (Irene 2012) yang berjudul pengaruh jumlah uang beredar terhadap inflasi di indonesia bulan januari 2001 – desember 2011 : pendekatan

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pare dan Morasa (2017) dan Baidok dan Septiarini (2015) yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris tidak

Sedangkan untuk data-data penelitian yang digunakan dalam penelitian yaitu jumlah penduduk usia sekolah, data siswa sekolah, data lokasi sekolah, daya tampung sekolah,

Mutu memiliki arti yaitu kemampuan ability yang dimiliki oleh sutau produk atau jasa services yang dapat memenuhi kebutuhan atau harapan, kepuasan satisfaction pelanggan