• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Mederios, E.S. dan Fravel, M.T., China s New Diplomacy, Foreign Affairs, Volume 82 No. 6,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Mederios, E.S. dan Fravel, M.T., China s New Diplomacy, Foreign Affairs, Volume 82 No. 6,"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Republik Rakyat China adalah sebuah negara komunis yang terdiri dari hampir seluruh kebudayaan, sejarah dan geografis yang dikenal sebagai China. Sejak didirikan pada tahun 1949, RRC telah dipimpin oleh Partai Komunis China (PKC). Secara politik, China masih tetap menjadi pemerintahan satu partai. Walaupun seringkali dilihat sebagai negara yang berhaluan komunis, kebanyakan sektor ekonomi China telah diswastakan sejak tiga dasawarsa yang lalu. Pemerintah China masih mengawasi ekonom inya secara politik, terutama dengan perusahaan-perusahaan milik pemerintah dan sektor perbankan.

Wilayah China berbatasan dengan beberapa negara, yaitu Kazakhstan, Kyrgyzstan, Laos, Russia, Tajikistan, dan Vietnam. Selama era dekade 1990-an, China terlibat beberapa sengketa terkait kepemilikan wilayah dan daerah perbatasan dengan para negara tetangganya tersebut. Hal demikian tidak dapat dilepaskan dari pendekatan pragmatis dalam pengelolaan wilayah laut yang dianut oleh China sehingga sering menyebabkan adanya perebutan klaim atas kepulauan yang berada di sekitar daratan China.1

Perkembangan kekuatan militer China banyak menarik perhatian negara-negara khususnya di kawasan Asia Timur, seperti Jepang, Korea Selatan, Korea Utara dan Taiwan. Pertumbuhan kekuatan militer China yang pesat menimbulkan adanya rasa kekhawatiran dan ancaman terhadap negara-negara tetangganya. Banyak isu yang kemudian muncul terkait dengan motif China melakukan transformasi kekuatan militernya, salah satunya adalah perkembangan militer China yang didasari oleh adanya motif untuk mencapai posisi sebagai negara terkuat secara regional dan global.

China memiliki militer dengan 2,3 juta personel aktif dan 1,2 juta personel cadangan. Untuk kekuatan darat, China memiliki 1,9 juta persone l, 14

1

Mederios, E.S. dan Fravel, M.T., China’s New Diplomacy, Foreign Affairs, Volume 82 No. 6, 2003.

(2)

2 ribu tank, 14.500 satuan artileri dan 453 helikopter. Sedangkan untuk kekuatan udara, China memiliki 470 ribu personel, 2.556 pesawat tempur, 400 jet penyerang. Untuk kekuatan laut, China memiliki 250 ribu personel, 66 kapal selam, 27 kapal perusak, dan 52 pergat (fregate). Sementara di gudang senjata, China memiliki 100 ribu personel, 140 rudal nuklir, 1.000 anti-rudal.2 Kekuatan militer China yang didukung dengan besarnya jumlah personel dan peralatan militer tersebut kemudian menjadi salah satu faktor yang mendukung kuatnya kekuatan militer China.

Republik Rakyat China mentransformasikan diri menjadi kekuatan dunia baru dalam dua dekade terakhir. China mempunyai “Hard Power” atau kekuatan ekonomi dan militer yang cukup besar akhir-akhir ini. China mengalami kemajuan pesat dalam bidang ekonomi. Hampir semua produk-produk China menyebar sampai ke seluruh dunia. Kebangkitan China sebagai raksasa ekonomi berawal ketika Deng Xiaoping mulai melepaskan belenggu ekonomi nasional pada tahun 1979. Pada saat it u, Deng bertemu dengan Presiden AS Jimmy Carter. Tujuan Deng adalah China yang kaya, modern, kuat, dan dia membuka pintu untuk hubungan baru dengan membangun hubungan dengan Barat. Deng meninggalkan banyak doktrin komunis ortodoks dan mencoba untuk menggabungkan elemen dari sistem perdagangan bebas ke dalam perekonomian Cina.3 Menurutnya, China harus keluar dari pola kontrol negara Maois dimana semangat kewirausahaan di China harus terus dimajukan. Selain itu, beberapa sifat kapitalis dan perubahan-perubahan yang dibutuhkan harus dapat diterima secara terbuka oleh China terlepas dari apapun dampak politik yang nantinya akan terjadi. Dalam menempuh jalan kapitalis, Deng melonggarkan kontrol ekonomi yang ada di China saat itu dan membuka Zona Ekonomi Khusus berupa kantong perdagangan bebas yang potensial dari sebuah liberalisasi ekonomi yang pada akhirnya mampu membawa rakyat China mulai meninggalkan kemiskinan hanya dalam waktu beberapa dekade. Gerakan pembaharuan tersebut memicu munculnya “Demam China” oleh

2

Deng Xiaoping, <http://www.britannica.com/EBchecked/topic/157645/Deng-Xiaoping>, diakses

tanggal 20 September 2012. 3

(3)

3 perusahaan-perusahaan asing. Tumbuhnya kekuatan ekonomi global China dengan majunya tekhnologi, maraknya pabrik-pabrik ekspor, pasar saham, meningkatnya surplus perdagangan dengan AS, dan penawaran akuisisi bagi perusahaan Amerika oleh China menjadi sebuah peringatan yang cukup nyata bagi para politisi dan pengambil kebijakan di Washington terhadap masa depan ekonomi Amerika Serikat. Keberhasilan China tersebut tidak diperoleh dengan cara instan. Keberhasilan itu dirintis oleh pemerintah China sejak lama. Banyak usaha -usaha pemerintah China untuk membangun industrinya sehingga menjadi raksasa ekonomi seperti sekarang ini.

Kemajuan ekonomi menjadi salah satu faktor pendorong bagi China untuk melakukan peningkatan kekuatan militernya. China meningkatkan anggaran belanja militer untuk melakukan riset dan pengembangan terhadap senja ta bekas militer Soviet. China berhasil melakukan inovasi terhadap senjata-senjata tersebut dan mengubahnya menjadi senjata dengan kemampuan yang lebih baik. China menjiplak senjata -senjata tersebut untuk mengembangkan menjadi cikal bakal industri pertahanan nasional. China membangun kompleks industri militer sendiri dengan berkolaborasi dengan sektor swasta. China mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat mendorong berkembangnya industri militer China. China melibatkan pihak swasta dalam bidang pendanaan dan pengembangan riset-teknologi. Anggaran pertahanan China pada tahun 2011 ialah 119,8 miliar dollar AS. Di tahun 2015, anggaran akan dinaikkan dua kali lipat menjadi 238,2 miliar dollar AS, atau mengalami kenaikan sekitar 18,75 persen per tahun dalam kurun waktu tersebut.4

Kekuatan militer China merupakan kajian menarik yang akan dibahas karena ada peningkatan signifikan pada kekuatan militer PLA (People

Liberation Army). Upaya perbaikan kekuatan militer yang dimulai pada era

Deng Xiaoping seperti telah disebutkan sebelumnya terus diteruskan oleh para penerusnya sampai pada era Hu Jintao, pemimpin China tahun 2003 sampai

4

Pertahanan China Diperkuat, 15 Februari 2012,

<http://internasional.kompas.com/read/2012/02/15/07385684/Pertahanan.China.Diperkuat>, diakses tanggal 20 September 2012.

(4)

4 2013. Hun Jintao menjabat sebagai Presiden China sejak 15 Maret 2003 sampai dengan tahun 2013, dan sekaligus menjadi Sekjen Partai Komunis China. Partai Komunis China merupakan salah satu bagian dari pusat kebijakan militer China. Militer China secara absolut harus mematuhi perintah dari komando pusat PKC, komisi militer, dan Sekretaris Jenderal PKC.5 Berdasakan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa posisi Hu Jintao sangat strategis.

Presiden Hu Jintao menerapkan kebijakan luar negeri yang didasarkan pada konsep “harmonious world” yang berusaha mencapai situasi dimana setiap negara mempunyai kedaulatan dalam hubungan internasional.6 Hal tersebut terlihat dari perintah yang diberikan kepada perdana menteri china Wen Jiabao untuk bertindak tegas menjelaskan keterkaitan antara tujuan dalam negeri dan kebijakan luar negeri China. Dasar pemikiran Hu Jintao tersebut diterapkan pula bagi aspek pe rtahanan keamanan. Pada tahun 2004, Hu Jintao menekankan kebijakan pertahanan dengan memberikan jaminan keamanan bagi kepentingan nasional, yang kemudian diartikan untuk membela kepentingan yang lebih jauh.7

Karakteristik militer China di bawah kepemimpinan Hu Jintao dapat dilihat dari tindakannnya memasukkan jenderal baru sebagai pimpinan di CPC

(Central Military Comission), mempromosikan berbagai teknologi profesional

dan memberikan fokus pada berbagai gerakan separatisme seperti di Xinjiang, Tibet, dan Taiwan. Hal demikian sama sejalan dengan pandangan Hu Jintao yang menilai bahwa pembangunan militer China harus berdasarkan pada ilmu pengetahuan (science) dan teknologi (technology) dengan berbasis pada IT

Warfare.

Pada masa kepemimpinannya, Hu Jintao juga melakukan pengurangan jumlah personil militer. Hal tersebut dilakukan karena Hu Jintao merubah

5Aulia Akbar, Militer China Siap Patuhi Titah Xi Jinping, http://international.okezone.com/read/2012/11/16/413/719253/militer-china-siap-patuhi-titah-xi-jinping , diakses tanggal 25 Februari 2013.

6 D.S. Rajan, 2009, China’s Policy Towards Myanmar , Chennai center for China Studies, The Center for Asia Studies, Chennai, hlm. 1.

7

Fisher Jr , Richard D. China’s Military Modernization: Building for Regional and Global Reach. Westport: Greenwood Publishing Group, Inc, 2008, hlm . 40.

(5)

5 doktrin perang dari pertempuran darat yang menggunakan kuantitas manusia dengan penggunaan teknologi militer yang canggih. Tahun 2005 merupakan putaran terakhir dari kebijakan pengurangan jumlah personel militer China.8 Militer China saat ini terdiri dari kekuatan Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Angkatan Roket Strategis (Angkatan Artileri Kedua) yang merupakan kekuatan nuklir China.

Selain itu, kekuatan militer China di bawah kepemimpinan hu Jintao juga meningkat karena anggaran militer yang selalu ditingkatkan setiap tahunnya. Berikut adalah tabel yang menunjukkan kenaikan anggaran militer China pada kepemimpinan Hu Jintao:

Tabel 1

Daftar Belanja Anggaran Tahun 2003 -2012

Tahun Anggaran RMB Yuan (Billion)

2003 190.78 2004 220.00 2005 247.49 2006 297.93 2007 355.491 2008 418.20 2009 480.68 2010 533.50 2011 601.10 2012 670,27

Sumber: White Paper on National Defense Issued by Chinese

Government and other Government publications, diakses dari

http://eng.mod.gov.cn/Database/WhitePapers/200907/31/content_401 7046.htm, tanggal 22 September 2012.

Peningkatan anggaran belanja militer China yang terjadi cukup signifikan mengindikasikan peningkatan kepentingan China di Kawasan Asia

8

Militer China yang Semakin Modern,

http://internasional.kompas.com/read/2011/02/02/04054433/Militer.China.yang.Semakin.Moder n, diakses tanggal 25 Februari 2013.

(6)

6 Pasifik. Salah satu kepentingan China yang telah nampak adalah kepentingan ekonomi di wilayah Asia Tenggara. Negara-negara ASEAN secara kolektif merupakan kawasan dengan sumber energi (minyak bumi dan gas alam), tambang (timah, tembaga, emas), dan kekayaan alam yang dapat diperbaharui seperti karet, kelapa sawit, kopi, dan kayu. Wila yah Asia Tenggara dilewati oleh tiga jalur perdangan laut yaitu Selat Malaka, Selat Sunda, dan Selat Lombok. Selat Malaka merupakan salah satu “chokepoints” Asia. Selat Malaka menghubungkan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.9

Peningkatan militer China dapat dipandang sebagai perlombaan senjata dengan sekutu-sekutu Amerika di kawasan Asia Timur dan Laut China Selatan. Di kawasan Asia Timur, China berhadapan dengan Jepang dan Korea Selatan. Kedua negara tersebut mendapat dukungan peralatan dan personel militer dari Amerika Serikat. Amerika Serikat membangun pangkalan militer di wilayah Jepang dan Korea Selatan. China membutuhkan peningkatan “Hard Power” untuk dapat memberikan efek detterence kepada negara-negara tetangga di kawasan Asia Timur. Di Laut Chin a Selatan, China berhadapan dengan negara-negara ASEAN seperti Filiphina, Malaysia, Brunei Darrusalam, dan Vietnam. Mereka memperebutkan hegemoni dan kepemilikan atas Laut China Selatan setelah diketahui memiliki cadangan mineral dalam jumlah yang besar terutama rangkaian kepulauan Paracel-Spratly. Berdasarkan data yang dikutip oleh Informasi Energi Amerika Serikat (EIA), China memperkirakan cadangan minyak di kepulauan tersebut mencapai 213 miliar barel atau 10 kali lipat dari cadangan minyak milik Amerika Serikat. Sejumlah ilmuwan AS memperkirakan terdapat cadangan minyak sebesar 28 miliar barel dan gas bumi sebesar 900 triliun kaki kubik.10 Selain memiliki cadangan mineral, kepulauan tersebut memiliki posisi yang strategis dalam jalur pelayaran dan perdaga ngan dunia.

9 Dewi Triwahyuni, “Signifikansi Kawasan Asia Tenggara Dalam Kepentingan Amerika Serikat”, Majalah Ilmiah UNIKOM Vol. 9, No. 1.

10

Sengketa kepemilikan Laut Cina Selatan, 21 Juli 2011,

<http://www.bbc.co.uk/indonesia/laporan_khusus/2011/07/110719_spratlyconflict.shtml> , diakses tanggal 20 September 2012.

(7)

7 Kawasan Asia-Pasifik tidak hanya membuat China, Korea Selatan, dan Jepang yang berlomba-lomba meningkatkan kemampuan militer, Amerika Serikat juga memiliki kepentingan di kawasan tersebut. AS tercatat memiliki kekuatan militer yang besar di kaw asan ini dengan menempatkan The US

Pacific Command (PACOM). The US -PACOM sejak awal Juni 2012

menempatkan empat komponen komando meliputi: armada kapal, angkatan udara, angkatan darat, dan korps marinir. Komando Pasifik menempati markas besar di Hawai. Komando ini diperkuat oleh 250.000 personel militer.11

China tentu perlu meningkatkan kualitas maupun kuantitas kekuatan militernya dengan melihat ancaman yang sangat besar dari kekuatan luar. Di matra laut, China cukup berjaya. Kapal perang berjumlah 760 unit, kapal pengangkut 1822 unit, pelabuhan utama 8, pengangkut pesawat 1 unit, kapal penghancur 21 unit, kapal selam 68 unit, fregat 42, kapal patroli pantai 368 unit, kapal penyapu ranjau sekitar 39 unit, dan kapal amphibi sekitar 121 unit.12

Secara alamiah, China menerapkan kebijakan pertahanan nasional yang defensif. China memprioritaskan perlindungan terhadap kedaulatan nasional, keamanan, integritas teritorial, pengamanan kepentingan pembangunan nasional, dan kepentingan orang-orang china di atas segalanya . China berusaha membangun pertahanan dan meningkatkan kekuatan militer untuk menjaga keamanan nasional dan kepentingan pembangunan nasional China.13 Andrew Erickson mengemukakan bahwa aktivitas peningkatan secara signifikan militer China bukan untuk memula i sebuah perang baru di kawasan Asia Timur, melainkan berusaha untuk menguasai perkembangan militer. Perkembangan militer dapat digunakan untuk memenangi persaingan tanpa pertempuran

11Fakta USPACOM, < http://www.pacom.us.com/StdPage.aspx?id=35>, diakses tanggal 21 September 2012.

12Mewaspadai Meningkatnya Kekuatan Militer China,

<http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=1772&type=8 >, diakses tanggal 21 September 2012.

13

Defense Policy, <http: //eng.mod.gov.cn/Database/DefensePolicy/index.htm >, diakses tanggal 22 September 2012.

(8)

8 sesungguhnya dengan menggentarkan tindakan-tindakan yang diidentifikasi sebagai ancaman terhadap kepentingan nasional China.14

China telah memposisikan diri sebagai aktor dan kekuatan utama yang dapat merubah stabilitas dan keamanan di kawasan Asia Pasifik. Saat ini, China telah mengembangkan sikap percaya diri dalam diplomasi politik maupun militer terhadap negara-negara sekitar China, termasuk juga aktif dalam organisasi-organisasi regional, multilateral, maupun global.15 Peningkatan kemampuan militer China merupakan elemen penting untuk memperkuat posisi China saat ini. Peningkatan kemampuan militer menggunakan langkah strategis pengembangan industri militer domestik China dan peningkatan kekuatan persenjataan militer. Hal tersebut merupakan fous utama dari strategi militer China di bawah kepemimpinan Hu Jintao.

Hu Jintao membawa militer China memfokuskan penggunaan sumberdaya yang paling handal saat ini dalam meningkatkan kemampuan dan kekuatan militer negaranya. Hu Jintao mengembangkan kemampuan militer China yang berteknologi tinggi sehingga selama kepemimpinannya pengembangan militer China didominasi oleh pembangunan angkatan bersenjata yang terkomputerisasi, unggul dalam kemampuan tempur, berbasis teknologi informasi, serta didukung oleh prajurit bermutu tinggi. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, dapat dikatakan bahwa Hu Jintao berusaha mempertahankan trend positif pertumbuhan militer China saat ini. Perubahan strategi militer dari kekuatan militer yang berbasis kuantitas yaitu komposisi personel militer dengan jumlah terbesar di dunia menjadi strategi militer dengan kemampuan dan kekuatan militer yang modern.16 Dalam hal ini, Hu Jintao menekankan bahwa keberadaan angkatan bersenjata China adalah sebagai upaya untuk bertahan dan hanya menjaga kedaulatan, keamanan, dan

14Jonathan Marcus, China extending military reach, June 14, 2011, <http://www.bbc.co.uk/news/world -asia-pacific-13761711 >, diakses tanggal 22 September 2012. 15

David Shambaugh, 2006, “China and Asia’s New Dynamics”, Berkeley: University of California Press, hlm. 1.

16

(9)

9 integritas teritorial China.17 Walaupun demikian, dengan strategi peningkatan kemampuan militer yang sedemikian besar, berbagai negara menilai bahwa terdapat tujuan lain yang melatarbelakangi pembangunan kekuatan militer China saat ini.

Modernisasi militer China oleh Hu Jintao dalam hal ini dilakukan tidak tanpa sebab. Terdapat beberapa hal baik dari sisi internal dalam negeri China maupun dari luar China yang menjadi faktor pendorong perlunya dilakukan modernisasi kekuatan militer oleh Hu Jintao. Faktor pendorong internal di antaranya yaitu:

1. Adanya Kebutuhan Menjaga Keamanan Negara

Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap negara memiliki kebutuhan untuk menjaga keamanan negara. Hal demikian yang menjadi landasan dasar upaya menjaga keamanan negara serta menjadikan aspek pertahanan keamanan menjadi salah satu tujuan negara. Terlebih lagi China merupakan negara yang rawan mengalami konflik dengan negara tetangganya seperti Jepang, Korea Selatan, dan Vietnam.18 Oleh sebab itu diperlukan kebijakan dan stratregi pertahanan maupun militer yang lebih baik melalui modernisasi militer. Hal demikian membuat modernisasi kekuatan militer China dijadikan salah satu prioritas oleh Hu Jintao dan diwujudkan dalam berbagai bentuk kebijakan pertahanan keamanan yang baru.

2. Keinginan Mengejar Ketertinggalan dari Perkembangan Barat

Dalam hal ini China memiliki keinginan untuk membangun kembali statusnya sebagai negara sebagai pusat peradaban. Kejayaan masa lalu China tersebut diikuti dengan adanya keinginan untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara Barat.19 Sebagaimana diketahui bahwa

17Du Guodong, Full Text of Hu Jintao’s Report at 17th Party congress, http://news.xinhuanet.com/english/2007-10/24/content_6938749_8.htm , diakses tanggal 26 Februari 2013.

18 Adi Joko Purwanto, Peningkatan Anggaran Militer China dan Implikasinya terhadap

Keamanan di Asia Timur, dalam Spektrum, Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional, Vol. 7,

No, 1, Juni 2010, hlm. 2. 19

(10)

10 perkembangan kekuatan militer negara-negara Barat terbilang lebih unggul daripada negara lain. Oleh sebab itu, China kemudian merasa perlu mengejar ketertinggalan tersebut di tengah kondisi perekonomian China yang tidak kalah dengan negara Barat. Salah satu upaya yang ditempuh Hu Jintao adalah melalui modernisasi militer China.

Selain faktor pendorong internal, terdapat pula beberapa faktor pendorong eksternal yang membuat Hu Jintao merasa perlu melakukan modernisasi militer China , di antaranya yaitu:

1. Faktor Letak Geografis

Apabila dilihat dari sisi geografis, letak China di kawasan Asia Timur merupakan faktor pendorong eksternal yang membuat Hu Jintao merasa perlu memodernisasi kekuatan militer China. Terkait dengan letak geografis, dalam hal ini letak China sangat rentan akan serangan dari sisi laut. Hal inilah yang mendasari modernisasi kekuatan militer, khususnya pada sektor angkatan laut oleh Hu Jintao. Selain kerawanan pada sisi laut, faktor letak geografis China di kawaan Asia Timur juga menjadi penyebab Hu Jintao merasa perlu melakukan modernisasi kekuatan militer China untuk meningkatkan kemampuan pertahanan dan keamanan dari negara tetangganya. Salah satunya yaitu di daerah perbatasan dengan Taiwan yang potensi terjadi perangnya sangat tinggi.20

2. Hubungan Amerika Serikat-China-Sekutu Amerika Serikat di Asia Timur.21

Kondisi demikian terjadi karena kawasan Asia Timur merupakan kawasan yang dikuasai oleh kekuatan militer Amerika Serikat, Rusia, dan China. Sementara itu beberapa negara di kawasan Asia Timur sendiri seperti Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan merupakan negara sekutu Amerika Serikat. Kerja sama militer yang terjalin antara Amerika Serikat dengan Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan membuat diperlukannya kekuatan militer yang kuat dan dapat menandingi kekuatan Amerika

20

You Ji, The Aimed Forces of China, pp. 130-131. I.B. Tauris, 1999. 21

(11)

11 Serikat beserta sekutunya. Dalam hal ini Hu Jintao merasa perlu melakukan modernisasi militer sehingga kekuatan militer China dapat menjadi kekuatan penyeimbang antara Rusia dan Amerika Serikat dengan sekutunya di kawasan Asia Timur.

B. Rumusan Masalah

Dengan mencermati perkembangan peningkatan kemampuan militer China, maka rumusan masalah dalam penelitian ini:

1. Apa latar belakang kebijakan modernisasi militer China pada era Hu Jintao? 2. Apa bentuk-bentuk kebijakan militer dalam modernisasi militer China era

Hu Jintao?

C. Kerangka Pemikiran 1. Kepentingan Nasional

Kepentingan Nasional (National Interest) adalah tujuan-tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan kebutuhan bangsa/negara atau sehubungan dengan hal yang dicita-citakan. Dalam hal ini kepentingan nasional yang relatif tetap dan sama diantara semua negara/bangsa adalah keamanan (Security) yang mencakup kelangsungan hidup rakyatnya dan kebutuhan wilayah, serta kesejahteraan (Prosperity). Kepentingan nasional diidentikkan dengan “tujuan nasional”.

Kepentingan nasional sering dijadikan tolok ukur atau kriteria pokok bagi para pengambil keputusan (decision makers) masing-masing negara sebelum merumuskan dan menetapkan sikap atau tindakan. Bahkan setiap langkah kebijakan luar negeri (Foreign Policy) perlu dilandaskan kepada kepentingan nasional dan diarahkan untuk mencapai serta melindungi apa yang dikategorikan atau ditetapkan sebagai ”Kepentingan Nasional” menurut Morgenthau :22

22

T. May Rudy, Study Strategis dalam transformasi sistem Internasional Pasca Perang dingin, Bandung, Refika Aditama, 2002, hlm. 116.

(12)

12 ”Kepentingan nasional adalah kemampuan minimum negara untuk melindungi, dan mempertahankan identitas fisik, politik, dan kultur dari gangguan negara lain. Dari tinjauan ini para pemimpin negara menurunkan kebijakan spesifik terhadap negara lain yang sifatnya kerjasama atau konflik.”

Kepentingan suatu negara adalah kepentingan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan kedaulatan negara, keamanan militer, politik dan ekonomi. 23 Secara umum kepentingan nasional didefinisikan sebagai tujuan dan strategi negara baik untuk mencapai kemajuan maupun untuk mempertahankan negara. Kepentingan nasional suatu negara merupakan unsur yang sangat vital tetapi perlu ditekankan dalam hal ini bahwa masing-masing negara mempunyai kekuatan dan kepentingan yang berbeda -beda.

Modernisasi militer China dalam hal ini dapat dilihat sebagai salah satu wujud kepentingan nasional China, khususnya yaitu pada bidang pertahanan dan keamanan. Hal demikian dikarenakan tujuan modernisasi tidak dapat dilepaskan dari keinginan untuk mencapai suatu sistem pertahanan dan keamanan negara yang bukan hanya mampu melindungi rakyat dari konflik -konflik internal, tetapi juga menjaga pertahanan dan kemanan di kawasan perbatasan, serta membuat sistem pertahanan dan keamanan yang mampu menangkal ancaman dari luar.

2. Dilema Keamanan (Security Dile mma )

Istilah dile ma keamanan biasanya ditemukan dalam pandangan realisme. John Herz (1951), ilmuwan realis hubungan internasional, mendefinisikan dilemma keamanan sebagai suatu situasi dimana lingkungan internasional berjalan secara anarkis. Anarki ini yang kemudian mendorong satu aktor negara untuk memaksimalkan keamanan mere ka, dengan berusaha memperoleh lebih banyak lagi kekuatan melalui peningkatan kapabilitas persenjataan militer. Hal itu lalu memicu kekhawatiran aktor negara lainnya untuk melakukan hal yang sama atau lebih, agar dapat

23

Jack C. Plano & Roy Olton, The International Relations Dictionary, Terjemahan Wawan Juanda, Third Edition, Clio Press Ltd, 1982, hlm. 36.

(13)

13 meminimalisasi ancaman sekaligus mengalahkannya jika terjadi konfrontasi militer terbuka.24

Konsep dilema keamanan menjelaskan suatu fenomena sebagai hasil dari kekhawatiran suatu negara terhadap pengembangan persenjataan negara lain, yang mendorong negara tersebut untuk melakukan hal yang serupa. Dilema keamanan adalah sebuah konsep yang menjelaskan tentang kondisi dimana suatu negara meningkatkan kapasitas keamanan nasionalnya dengan menambah kapabilitas militer, dimana aksi yang dilakukan oleh negara ini dianggap ancaman oleh negara lain. Hal ini kemudian mengakibatkan negara lain itu juga meningkatkan kapabilitas militernya. Kondisi ini akhirnya mengakibatkan penurunan tingkat keamanan itu sendiri.

Dilema keamanan pada dasarnya merupakan refleksi dari kesulitan pemerintah suatu negara untuk menentukan pilihan kebijakan keamanan. Jika suatu negara mengurangi usaha -usaha memperkuat keamanan dengan tujuan untuk membangun hubungan yang damai dengan negara lain, negara itu justru menjadi rawan diserang oleh negara lain. Namun jika negara itu meningkatkan kapasitas keamanan, justru akan mengundang prasangka negatif dan kecurigaan dari negara lain, sehingga keadaan ini bisa memicu terjadinya perlombaan senjata. Security dilemma seringkali muncul karena adanya tanda ambigu yang umum muncul dari perencanaan militer.

Kajian keamanan mengenal dua istilah penting, dile ma keamanan (security dilemma) dan dilema pertahanan (defence di1emma ). Istilah yang pertama, dilema keamanan, menggambarkan betapa upaya suatu negara untuk meningkatkan keamanannya dengan mempersenjatai diri justru, dalam suasana anarki internasional, membuatnya semakin rawan terhadap kemungkinan serangan pertama pihak lain. Istilah kedua, dilema pertahanan, menggambarkan betapa pengembangan dan penggelaran senjata baru maupun aplikasi doktrinal nasional mungkin saja justru tidak produktif atau bahkan bertentangan dengan tujuannya untuk melindungi keamanan

24Herz, John H. 1951. Political Realism and political Idelism, a Study in Theories and Realities. The University of Chicago Press.

(14)

14 nasional. Berbeda dari dilema keamanan yang bersifat interaktif dengan apa yang (mungkin) dilakukan pihak lain, dilema pertahanan semata-mata bersifat non-interaktif, dan hanya terjadi dalam lingkup nasional, terlepas dari apa yang mungkin dilakukan pihak lain.25

Aspek dilema keamanan dalam modernisasi kekuatan militer China dapat dilihat melalui dua sisi. Pertama yaitu adanya kekhawatiran China atas perkembangan kekuatan militer Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik serta kemajuan kerja sama pertahanan keamanan dengan negara-negara sekutunya di kawasan Asia Timur seperti Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan. Pada sisi lain, upaya modernisasi militer China kemudian daoat membuat penilaian berbeda di mata negara lain yang tidak menutup kemungkinan justru memicu terjadinya kekhawatiran berlebih negara-negara tersebut atas modernisasi militer China. Oleh sebab itu, dalam hal ini upaya modernisasi militer China berkaitan dengan adanya dilema keamanan, khususnya di antara negara Asia Timur dan Amerika Serikat. 3. Geopolitik dan Geostrategi

Geopolitik secara etimologi berasal dari kata Geo (Yunani) yang berarti bumi dan tidak lepas dari pengaruh letak serta kondisi geografis bumi yang menjadi wilayah hidup. Geopolitik dimaknai sebagai ilmu penyelenggaraan negara yang setiap kebijakannya dikaitkan dengan masalah-masalah geografi wilayah atau tempat tinggal suatu bangsa. Istilah geopolitik semula diartikan oleh Frederic Ratzel (1844-1904) sebagai ilmu politik bumi (political geography). Istilah ini kemudian dikembangkan dan diperluas oleh sarjana ilmu politik Swedia, Rudolph Kjellen (1864-1922) dan Karl Haushofer (1869-1964) dari Jerman menjadi geographical politics dan disingkat geopolitik. Perbedaan dari istilah di atas terletak pada titik perhatian dan tekanannya, apakah pada bidang geografi ataukah politik.

25

Kusnanto Anggoro, Pertahanan dan keamanan negara pada milenium ketiga, Centre for Strategic

and International Studies, diunduh dari www.propatria.or.id/download/ , diakses tanggal 24 Juni

(15)

15 Ilmu geografi politik memandang negara dari sudut pandang ruang, sedangkan geopolitik memandang ruang dari sudut pandang negara.26

Geopolitik menganggap bahwa topografi, demografi, kandungan sumber daya, dan lokasi menentukan karakter politik negara.27 Geopolitik secara etimologis berasal dari kata geo (bahasa Yunani) yang berarti bumi yang menjadi wilayah hidup. Sementara politik dari kata polis yang berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri atau negara; dan teia yang berarti urusan (politik) bermakna kepentingan umum warga negara suatu bangsa. Sebagai acuan bersama, geopolitik dimakna i sebagai ilmu penyelenggaraan negara yang setiap kebijakannya dikaitkan dengan masalah-masalah geografi wilayah atau tempat tinggal suatu bangsa.28

Geostrategi adalah arah geografis kebijakan luar negeri sebuah negara. Geostrategi memandang bahwa negara da pat memusatkan usahanya dengan memproyeksikan kekuatan militer dan mengarahkan kegiatan diplomatik.29 Geostrategi merupakan strategi dalam memanfaatkan kondisi geografi negara untuk menentukan tujuan, kebijakan. Dengan kata lain, geostrategi merupakan pemanfaatan lingkungan untuk mencapai tujuan politik.

Berdasarkan pada pendapat yang dikemukakan oleh Grygiel (2006), geopolitik sebenarnya merupakan kombinasi antara geological features (seperti sumberdaya alam) dengan human activity (seperti teknologi produksi dan komunikasi) yang dapat mengubah nilai dari suatu “tempat”. Sedangkan geostrategi mendeskripsikan mengenai peranan dari sebuah negara yang secara langsung mengatur kekuatan militer dan usaha -usaha yang berkaitan dengan bidang diplomatik negara tersebut. Biasanya, karena keterbatasan sumberdaya yang dimiliki oleh negaranya, sebuah negara bahkan yang paling kuat sekalipun harus memilih salah satu posisi untuk

26 World Political Geography, 2nd Edn, Thomas Y. Crowell, New York, 1957, p. 5.

27 B. Bandoro, Perspektif Baru Keamanan Nasional, Centre for Strategic and International Studies, Jakarta, 2005, p. 62.

28GeopolitikIndonesia,<http://courseware.politekniktelkom.ac.id/BUKU_TK/Semester%205/BC29

3%20Pancasila%20dan%20Kewarganegaraan/Bab%206%20-%20Geopolitik%20Indonesia%202108%20final.pdf> diakes pada 21 Juni 2012. 29

J.J. Grygiel, Great Powers and Political Change, John Hopkins University Press, Maryland, 2006, p. 22.

(16)

16 memproyeksikan kekuatan dan pengaruhnya serta memberikan arah dan petunjuk geografis yang jelas untuk kebijakan luar negeri yang ingin dicanangkannya demi mewujudkan kepentingan nasional sekaligus meraih target dan tujuan negara yang ingin dicapainya.30

Modernisasi militer China dalam hal ini tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan konsep geopolitik dan geostrategi. Hal demikian dikarenakan upaya modernisasi militer China salah satunya didorong oleh letak geografis China yang berada satu kawasan dengan negara-negara Asia Timur lain sehingga banyak dinilai rawan terjadi konflik. Selain itu, China juga berdekatan letaknya dengan negara-negara yang menjadi sekutu Amerika Serikat. Oleh sebab itu modernisasi militer diperlukan guna membuat kekuatan militer China lebih kuat.

D. Hipotesa

Hipotesa dalam penelitian ini adalah bahwa modernisasi militer China yang dilakukan oleh Hu Jintao dilakukan karena adanya kepentingan nasional untuk mewujudkan sistem pertahanan dan keamanan yang lebih baik, keinginan untuk menjadi kekuatan militer penyeimbang Amerika Serikat di Asia Pasifik khusus nya di kawasan Asia Timur, serta merupakan satu wujud geopolitik dan geostrategi China yang berada di antara negara sekutu Amerika Serikat. Asumsi kepentingan nasional China untuk mencegah konflik internal, menjaga daerah perbatasan, serta menangkal ancaman pertahanan kemanan dari luar dijadikan dasar untuk melegitimasi Pemerintah China meningkatkan kemampuan personel dan alutsista militer China.

E. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah analisa deskriptif dengan metode kualitatif yang menekankan pada kualitas data

30

Vinandhika, Geopolitik dan Geostrategi Amerika Serikat di China, diunduh dari http://vinandhika-p--fisip10.web.unair.ac.id/artikel_ , diakses tanggal 24 Oktober 2012.

(17)

17 dengan menjelaskan dan menganalisis hubungan antara data, fakta, dan teori yang ada untuk kemudian ditarik kesimpulan.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan (library

research), yaitu teknik pengumpulan dan pengolahan data sekunder yang

didapat melalui buku, jurnal, artikel surat kabar, artikel majalah, website, skripsi, dan literatur lain yang relevan dengan penulisan skripsi ini yaitu mengenai modernisasi militer China.

3. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan langkah-langkah analisis data sebagai berikut:31

a. Pengumpulan Data. Data dalam penelitian ini, diperoleh dengan menggunakan studi kepustakaan (library research). Dalam hal ini maka penulis menggunakan data-data, buku-buku yang terkait dengan modernisasi militer China.

b. Reduksi Data. Reduksi data merupakan proses pemilahan, pengkategorian, dan pemusatan pada data yang relevan dengan fokus permasalahan penelitian.

c. Penyajian data dilakukan dengan menggambarkan fenomena atau keadaan sesuai dengan data yang telah direduksi.

d. Kesimpulan. Kesimpulan merupakan hasil pemikiran akan perbandingan mengenai kenyataan di lapangan dengan teori berdasarkan data yang diperoleh.

F. Sistematika Penulisan

Pembahasan dalam skripsi ini dibagi menjadi empat bagian agar dapat menyajikan analisis yang komprehensif:

Bagian pertama , merupakan Bab I pendahuluan yang menjelaskan latar

belakang masalah, rumusan masala h, kerangka pemikiran, hipotesa , metode penelitian dan sistematika penulisan.

31

(18)

18

Bagian kedua terdiri dari Bab II yang menjelaskan tentang sejarah

perkembangan militer PLA RRC, termasuk pula alasan yang mendasari perlunya modernisasi militer China oleh Hu Jintao.

Bagian ketiga merupakan Bab III yang membahas tentang kepentingan

dan alasan peningkatan kekuatan militer China serta implikasi dari bentuk-bentuk kebijakan modernisasi militer yang te lah dilakukan oleh Hu Jintao.

Bagian keempat merupakan Bab IV yang merupakan penutup yang

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal identifikasi, peneliti melakukan sebuah deskripsi mengenai fakta yang ada pada klenteng Teng Swie Bio, yang kedua adalah evaluasi yang merupakan suatu

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Diagnosis Status Hara Menggunakan Analisis Daun untuk Menyusun Rekomendasi Pemupukan pada Tanaman Manggis ( Garcinia Mangostana L.)

Seluruh dosen pengajar program studi Diploma3 Teknik Informatika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatra Utara yang telah memberikan

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini.. yang dilakukan oleh pihak sekolah terhadap kemampuan peserta didik.

(2) Terkait dalil permohonan tentang terjadinya pelanggaran administrasi pencurian dan penggelembungan hasil suara pada Pemilihan Umum legislatif untuk pemilihan DPRD

Hal ini berarti bahwa penerimaan peternak gurami pada kolam sempit dan kolam luas tidak sama dengan total biaya yang dikeluarkan pada kolam sempit dan kolam

Berdasarkan Gambar 1, pada perlakuan menggunakan bakteri Escherichia coli sebagai bakteri uji, hasil pada media alternatif menggunakan berbagai sumber karbohidrat yang

Sediaan krim ekstrak ikan kutuk memberikan efek yang sama dengan efek yang diberikan oleh Bioplacenton, hal ini ditunjukkan dengan pada hari ke-7, rerata jumlah makrofag