• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia mempunyai tiga sektor kekuatan ekonomi yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia mempunyai tiga sektor kekuatan ekonomi yang"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia mempunyai tiga sektor kekuatan ekonomi yang melaksanakan berbagai kegiatan usaha dalam tata kehidupan perekonomian. Ketiga sektor tersebut adalah sektor Negara, swasta dan koperasi. Untuk mencapai kedudukan ekonomi yang kuat dan mencapai masyarakat yang adil dan makmur, maka ketiga sektor kekuatan ekonomi itu harus saling berhubungan dan bekerjasama secara baik dan teratur. Lebih lanjut dalam pasal 33 UUD 1945 dijelaskan bahwa produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua dibawah pimpinan atau anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran rakyatlah yang diutamakan bukan kemakmuran perseorangan. Oleh karena itu perekonomian disusun atas asas kekeluargaan, perusahaan/badan usaha yang sesuai dengan itu adalah koperasi.1

Koperasi adalah badan hukum yang bertujuan untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Jadi pada dasarnya koperasi merupakan salah satu badan usaha yang sekaligus merupakan pranata ekonomi Indonesia yang umumnya didirikan dengan harapan dapat mengatasi

(2)

persoalan anggotanya. Untuk itu koperasi perlu dibina secara profesional baik dalam bidang organisasi maupun dalam bidang mental dan usaha.2

Batik merupakan barang seni yang memiliki nilai-nilai kultural yang unik.3

Membicarakan mengenai batik bagi Indonesia sama saja dengan membicarakan kimono bagi Jepang, Sari bagi India ataupun Chongsam bagi Tiongkok, karena batik merupakan identitas bangsa Indonesia yang sudah mendunia pada saat ini.4 Pakaian

bermotif batik telah dijadikan sebagai pakaian resmi dalam sebuah kegiatan pesta atau upacara.

Batik sendiri memiliki banyak sekali motifnya yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya dan adat istiadat dari sebuah daerah di Indonesia. Awal Batik di Yogyakarta dimulai sejak Perjanjian Giyanti atau yang lebih dikenal dengan Palihan Nagari. Ada pembagian wilayah kerajaan Mataram menjadi Surakarta Hadiningrat dan Ngayogyakarta Hadiningrat. Seni batik kedua kerajaan ini punya ciri khas masing-masing. Pembatikan di Yogyakarta dikenal semenjak kerajaan Mataram pertama dengan rajanya Panembahan Senopati dan daerah pembatikan pertama adalah di desa Plered.

Pada masa itu pembatikan terbatas hanya dalam lingkungan kraton dan dikerjakan oleh para putri keraton pada waktu senggangnya atau oleh wanita-wanita

2 Saroso Wirodiharjo, Koperasi dan Masalah Batik, (Jakarta: GKBI, 1954) hlm.

11

3 Edward Soaloon Simanjuntak, "Batik Tradisional Makin Terpojok, Labelisasi

Untuk Apa?" PRISMA, Agustus no.8 (Jakarta: LP3ES, 1982) hlm. 73.

4 Harjono, Industri Rakyat di Indonesia, (Jakarta: Departemen Perindustrian

(3)

pembantu ratu. Dari sini pembatikan meluas pertama kalinya pada keluarga Keraton lainnya, yaitu istri-istri abdi dalem dan tentara-tentara, kemudian meluas lagi karena akibat pernikahan, peperangan antar kerajaan ataupun dengan penjajah Belanda yang mengharuskan keluarga-keluarga raja mengungsi dan menetap di daerah baru itu antara lain, Banyumas, Pekalongan, Tulungangung, Ponorogo sebelah timur dan sebagainya. Meluasnya daerah pembatikan ini dimulai pada abad ke 18, yang kemudian kita ketahui pula daerah-daerah tersebut juga menjadi sentra pembatikan.5

Batik yang pada awalnya dikerjakan dan dikenakan oleh kalangan terbatas keluarga keraton dan bangsawan. Kemudian pemakai kain batik meluas keluar dari tembok keraton oleh karena ketertarikan rakyat pada pakaian-pakaian yang dipakai oleh keluarga kraton.6 Membatik menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah

tangganya di waktu senggang dan akhirnya menjadi pakaian rakyat baik kalangan pria maupun wanita.7

Yogyakarta sebagai salah satu daerah penghasil batik, selain Solo dan Cirebon, telah berkembang cukup lama dari segi sifat, motif, fungsi, dan kegunaanya. Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan teknologi batik pun memperlihatkan kondisi yang tidak bisa diabaikan dalam perkonomian masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Yogyakarta pada khususnya. Batik yang semula hanya di

5 Anonim, 20 Tahun GKBI 1948-1968 (Jakarta: Koperasi Pusat GKBI, 1969)

hlm. 176.

6 Ibid., hlm. 177. 7 Ibid., hlm. 153.

(4)

gunakan sebagai pakaian ekslusif oleh keluarga keraton di Jawa, kini telah meluas ke masyarakat umum sebagai barang perdagangan.8

Pembuatan batik bukan lagi monopoli keluarga keraton dan telah banyak dipakai oleh rakyat, sentra daerah produksinya tidak terbatas pada Solo dan Yogyakarta saja, oleh karena itu, maka produksinya beralih dari produksi untuk pakaian sendiri menuju produksi pasar. Ada pengembangan dari batik yaitu dari sifatnya sebagai sandang, kini telah menjadi komoditas yang bersifat massal. Dari sini dmulailah pembatikan menjadi salah satu cabang mata pencaharian rakyat yang sifatnya kerajinan rumah tangga. Hal ini sekaligus mendorong munculnya industri batik di Yogyakarta. Tidak mengherankan jika pengusaha batik dari tahun ke tahun secara kuantitas semakin bertambah banyak.

Pada awal abad ke 20 pembatikan yang dikenal barulah batik tulis hasil kerajinan tangan wanita dikenal dan kira-kira pada tahun 1910 barulah dikenal pembuatan batik cap. Pembuatan batik tulis memakan waktu memakan waktu cukup lama sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, sedangkan permintaan batik oleh masyrakat besar sekali. Oleh karena itu dimunculkan kreasi baru untuk memproduksi batik dengan cap. Pembatikan dengan cap ini berkembang dan memunculkan pengusaha-pengusaha batik misalnya di kecamatan Mantrijeron, Prawirotaman, dan lain-lain yang akhirnya berkembang kemana-mana.

(5)

Batik setelah itu menjadi produksi massal karena berkembangnya batik cap, maka bahan baku batik menjadi masalah dalam pemasarannya. Bahan baku batik setelah perang dunia pertama menjadi bahan perdagangan yang tidak kecil pengaruhnya terhadap perdagangan impor waktu itu. Terlebih lagi karena lemahnya modal yang dimiliki oleh pengusaha-pengusaha batik di Indonesia, khususnya di Yogyakarta, banyak yang terikat hutang dengan pedagang Cina. Dengan adanya permainan harga mori dan bahan baku batik lainnya, juga keterikatan hutang pada pedagang Cina mengakibatkan jatuhnya satu persatu perusahaan-perusahaan batik di Yogyakarta. Hal ini memunculkan pemikiran untuk menyatukan pengusaha-pengusaha batik di Yogyakarta.

Pemikiran tersebut akhirnya melahirkan sebuah organisasi pengusaha batik di Yogyakarta dalam bentuk Koperasi Batik. Koperasi batik adalah perkumpulan koperasi dari para pengusaha batik. Secara gotong royong mereka bermaksud mencukupi kebutuhannnya dengan jalan yang lancar dan lebih menguntungkan bagi mereka. Perlu diterangkan disini bahwa suatu koperasi itu hanya dapat berjalan baik, bila kepentingan dan kebutuhan anggota-anggotanyanya itu sama, atau tidak bertentangan satu sama lain.9

Para pengusaha batik berbenah diri berdasarkan pengalaman tentang organisasi koperasi yang tidak berusia panjang. Mereka mendalami pengetahuan tentang perkoperasian dan belajar dari pengalaman kegagalan di masa lalu. Mereka berusaha membangun kembali koperasi batik dengan pengelolaan yang lebih baik.

(6)

Masalah utama yang menjadi perhatian dari koperasi perbatikan adalah mengenai penyediaan bahan baku yaitu berupa kain Cambries. Maka dengan berdirinya koperasi batik tersebut yang menjadi perhatian pertama adalah bagaimana cara menyediakan bahan baku kain Cambries agar pengusaha batik dapat melangsungkan usahanya terutama bagi Industri batik yang masih kecil.

Pada tahun 1934 berdiri koperasi batik di Yogyakarta yang bernama Persatuan Perusahaan Batik Bumi Putera (PPBBP) atau Belanda menyebutnya "Batik Bond". PPBBP kemudian baru disahkan pada tahun 1939 oleh pemerintah Belanda atas dasar Undang-Undang koperasi tahun 1933. Namun pada tahun 1946 Koperasi Batik PPBBP berganti nama menjadi Persatuan Pengusaha Batik Indonesia atau Koperasi Batik PPBI, karena dirasa nama lama koperasi ini tidak lagi sesuai dengan semangat nasionalisme yang ada. Pada tahun 1952 Koperasi Batik PPBI baru disahkan berbadan hukum oleh pemerintah Indonesia.

Koperasi Batik PPBI pada tahun 1961, terbagi menjadi lima koperasi primer dengan lima wilayah kedudukan atau kekuasaan yaitu Koperasi Batik Senopati meliputi wilayah Njeron Benteng, Koperasi Batik Mataram meliputi wilayah Ngasem, Kauman dan Sekitarnya, Koperasi Batik Tamtama meliputi wilayah Prawirotaman, Koperasi Batik Karang Tunggal meliputi wilayah Karangkajen, Koperasi Batik PPBI meliputi wilayah Mantrijeron, Mangkuyudan, Danunegaran.

Koperasi Batik PPBI merupakan Koperasi Batik tertua yang ada di Yogyakarta diantara yang lainnya. Hal inilah yang menarik dalam penulisan tentang Koperasi Batik PPBI di Yogyakarta. Dan hal ini pulalah yang akan menjadi fokus

(7)

masalah dalam penulisan skripsi ini. Tentunya akan banyak hal-hal menarik yang lainnya lagi bagi penulis untuk menuliskan tentang “Dinamika Koperasi Batik PPBI pada tahun 1952-1976”. Dalam penelitian ini ingin mengungkapkan bagaimana keberadaan Koperasi Batik PPBI begitu sangat berpengaruh terahadap Industri Batik di Yogyakarta pada waktu itu. Disini juga akan membahas mengenai perkembangan dan peranan Koperasi Batik PPBI bagi para pengusaha batik dan pengrajin batik di Yogyakarta, maupun bagi masyrakat di sekitarnya.

Permasalahan dalam penelitian ini penting untuk dikaji karena akan menjelaskan mengenai perkembangan yang telah dialami oleh Koperasi Batik PPBI sebagai wadah atau organisasi perkumpulan bagi para pengusaha batik di Yogyakarta. Selain itu juga mengenai apa saja peranan Koperasi Batik PPBI bagi industri batik di Yogyakarta, maupun peranan sosial ekonomi bagi masyarakat maupun bagi para pengusaha batik sebagai anggota Koperasi Batik PPBI. Sedangkan alasan pemilihan tahun disini mengambil tahun 1952-1976, dimana pada tahun 1952 Koperasi Batik PPBI telah resmi berbadan hukum atas dasar Undang-undang RIS Koperasi tahun 1949. Disini berarti keberadaan Koperasi Batik PPBI yang telah resmi berbadan hukum mempunyai hak-hak dalam berorganisasi. Dengan berdirinya koperasi ini dimaksudkan agar pengusaha batik dapat sedikit demi sedikit melepaskan diri dari kungkungan pengusaha ekonomi asing sesuai dengan semangat koperasi itu sendiri. Sedangkan di tahun 1976 adalah tahun dimana eksistensi koperasi mulai menurun dan banyak pengusaha yang yang mengundurkan diri menjadi anggota koperasi karena unit usaha mereka yang bangkrut, hal ini terlihat dalam jumlah unit usaha

(8)

pada tahun 1970 terdapat 12.500 unit usaha, tetapi pada tahun 1976 hanya tinggal 2.389 unit usaha terlihat bahwa terjadi penurunan drastis pada jumlah unit usaha.10

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana latar belakang berdirinya koperasi batik PPBI di Yogyakarta?

2. Bagaimana perkembangan koperasi batik PPBI di Yogyakarta tahun 1952-1976? 3. Bagaimana peranan koperasi batik PPBI bagi para anggotanya pada tahun 1952-1976?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya Koperasi Batik PPBI.

2. Untuk mengetahui perkembangan koperasi batik PPBI di Yogyakarta tahun 1952-1976.

3. Untuk mengetahui bagaimana peranan koperasi batik PPBI bagi para anggotanya selama tahun 1952-1976.

(9)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain: Menambah wawasan tentang penjualan batik melalui koperasi batik, Mengetahui aktivitas para pengusaha batik dalam perkumpulanya di dalam koperasi dan Mengetahui perkembangan dan peranan koperasi batik secara umum dan khusus. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang sejarah batik sebagai warisan budaya bangsa Indonesia dan Menambah wawasan tentang sejarah berdirinya salah satu koperasi batik di Yogyakarta, yaitu Koperasi Batik PPBI.

E. Tinjauan Pustaka

Penulisan tentang tema Koperasi secara khusus masih sangat jarang ditemui. Oleh karena itu, jarang ada buku yang menyinggung secara khusus tentang gerakan koperasi batik di Indonesia, terlebih lagi di Yogyakarta. Dalam penelitian ini penulis menggunakan literatur dan referensi untuk menunjang pokok permasalahan yang akan dikaji. Selain menggunakan sumber primer, pemulis juga menggunakan sumber sekunder sebagai studi pustaka sesuai dengan tema yang diangkat. Yang terpenting adalah di dalam buku-buku yang dijadikan acuan oleh penulis ini dapat memberikan manfaat tentang konsep, teori dan penelitian mengenai Koperasi Batik PPBI di Yogyakarta.

Buku dengan judul Koperasi Di Dalam Orde Ekonomi Indonesia, karya Edi Sri Swasono. Buku ini dalam beberapa babnya mengupas tentang gerakan dan pertumbuhan koperasi di Indonesia mulai dari awal kemunculan koperasi sampai

(10)

dengan periode pasca Orde Baru. Kajian ini memperlihatkan gambaran tentang gerakan koperasi di Indonesia secara umum, dari buku ini penulis memperoleh gambaran tentang pertumbuhan koperasi PPBI dari masa ke masa, misalnya dari adanya perubahan perundang-undangan koperasi.

Saroso Wirodiharjo dalam bukunya yang berjudul Koperasi dan Masalah

Batik, mengkaji tentang aktifitas dan gerakan koperasi berkaitan dengan produktivitas

batik, termasuk juga produsen batik. Di dalam buku ini diterangkan bahwa koperasi mempunyai peranan yang besar dalam mengatasi masalah yang dihadapi produsen batik. Disinggung pula kaitan politik pada masa itu sangat kuat dengan perkembangan perindustrian dan koperasi batik di Indonesia, karena banyak perubahan-perubahan kebijaksanaan ekonomi sesuai dengan pergantian kabinet yang sering terjadi. Buku ini dapat menjadi acuan untuk penulisan skripsi ini karena memberikan gambaran tentang keadaan industri batik secara umum di Indonesia dan peranan koperasi batik di dalamnya serta sedikit menyinggung tentang koperasi PPBI dalam perindustrian batik di Yogyakarta.

Praktek Pengelolaan Koperasi buku karya G. Kartasaputra, buku ini

memaparkan secara panjang lebar tentang koperasi, dari pengertian, cara pendirian sampai praktek berkoperasi. Koperasi adalah bentuk kerajasama dalam bentuk perekonomian. Kerjasama itu berusaha memenuhi kebutuhan sehari-hari. Koperasi merupakan bentuk yang tepat untuk menggalang perekonomian rakyat, dalam mengorganisasikan kedalam koperasi maka dapat mengikat perekonomian mereka. Namun untuk menjadikan gerakan ekonomi rakyat ini benar-benar sehat dan tangguh,

(11)

perlu adanya kemampuan dan profesionalitas sumber daya koperasi. Dan juga adanya kesadaran pada arus bawah, karena mereka memerlukan wadah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup, itu merupakan faktor penting.

Buku karya Ari Wulandari yang berjudul Batik Nusantara Makna Filosofis

Cara Pembuatan dan Industri Batik. Buku ini pada dasrnya bercerita tentang batik,

dimulai dari sejarah batik di 24 propinsi di Indonesia, dari Mojokerto hingga Papua. Buku ini juga mengulas tentang batik Keraton, di dalam buku ini menjelaskan bahwa batik hanya dipakai oleh orang-orang Indonesia di daerah Jawa itupun terbatas hanya pada golongan ningrat keraton dengan aturan yang sangat ketat. Namun dengan kemajuan zaman sekarang batik telah menjadi salah satu pakaian nasional Indonesia. Buku ini juga memberikan pengetahuan tentang filosofis batik dari berbagai propinsi kemudian juga adanya pembahasan mengenai cara pembuatan batik.

Biranul Anas , dkk dalam bukunya yang berjudul, Indonesia Indah Batik. Isi dari buku ini menjelaskan tentang Batik Klasik. Klasik dalam artian cara membuatnya maupun klasik mengenai motif batiknya. Batik merupakan perkembangan seni di Jawa Tengah yang dimaksud perkembangan disini adalah cara membuat kain batik sedangkan mengenai motifnya merupakan perkembangan dari paduan berbagai pengaruh dari kebudayaan luar. Di dalam buku ini juga diuraikan adanya kemunduran pada dunia pembatik pada awal tahun 1970-an. Di dalam buku ini juga dijelaskan bahwa batik telah menjadi bisinis khusus dalam perekonomian Indonesia. Hal ini terjadi sejak abad ke-19, kerajinan batik yang ada di Indonesia tidak seluruhnya mengalami tradisi yang mulus dari generasi ke generasi berikutnya,

(12)

hal tersebut karena adanya faktor antara lain terputusnya kesinambungan tradisi di lingkungan pembatik dan juga karena adanya faktor bagi modal usaha hal ini yang menyebabkan koperasi batik berada pada posisi yang kurang berfungsi.

Buku-buku dan karya tulis yang telah dijelaskan di atas selain itu, adapun

Skripsi karya Gilang Christian W yang berjudul Industri Batik Tradisional di

Tirtomoyo tahun 1950-2000. Skripsi ini berisi tentang perkembangan batik di Tirtomoyo dari waktu ke waktu semakin mengalami kemunduran, industri batik di Tirtomoyo juga banyak mengalami perubahan mulai dari ragam hias batiknya hingga peralatan raam hias klasik berkembang menjadi gaya kontemporer. Industri batik Tirtomoyo tercipta dari kondisi masyarakat Tirtomoyo sendiri yang memiliki etos kerja dan semangat dagang yang tinggi. Kemunduran indutri batik yang ada di Tirtomoyo dipengaruhi dengan kemunculan alat printing, lemahnya dalam permodalan, merosotnya peran koperasi dan juga sulit bahan baku dan tenaga kerja. Kemunduran industri batik yang ada di Tirtomoyo sangat berpengaruh terhadap masyarakat dalam bidang sosial maupun ekonomi.

Skripsi karya Siska Narulita mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Gadjah Mada Yogyakarta yang berjudul “Sejarah Koperasi PPBI tahun 1950-1980” dalam skripsi ini membahas tentang sejarah berdirinya koperasi PPBI serta sejarah yang ada di dalamnya yang dapat memberikan sedikit gambaran kepada penulis mengenai koperasi PPBI. Akan tetapi tetap terdapat perbedaan skripsi tersebut dengan penulisan skripsi ini, karena skripsi tersebut hanya mengulas seputar sejarah berdirinya Koperasi PPBI, Anggaran Dasar Koperasi, dan unit usaha yang dimiliki

(13)

oleh Koperasi PPBI pada saat itu. Sedangkan dalam penulisan skripsi ini akan lebih banyak menyinggung tentang eksistensi dan peranan koperasi PPBI dari tahun 1952-1976. Selain itu dalam penulisan skripsi ini akan mengulas tentang permodalan, distribusi, dan produksi bahan-bahan batik. Serta pembangunan yang telah dilakukan oleh Koperasi PPBI dalam bidang kesehatan maupun pendidikan dan Perananannya terhadap anggota-anggota Koperasi PPBI..

F. Metode Penelitian

Metode Penelitian sejarah adalah prosedur dari cara kerja para sejarawan untuk menghasilkan kisah masa lampau berdasarkan jejak-jejak yang ditinggalkan oleh masa lampau tersebut.11 Jadi metode sejarah adalah suatu kegiatan untuk

mengumpulkan sumber-sumber sejarah, menguji dan menelitinya secara kritis mengenai peninggalan masa lampau sehingga menghasilkan suatu cerita sejarah. Selain itu pertimbangan yang mendasar digunakan metode historis dikarenakan metode ini lebih sesuai dengan data yang dikumpulkan, diuji dan dianalisis secara kritis atau sumber-sumber sejarah yang berhubungan.

Dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi serta mensistesiskan bukti-bukti untuk membangun fakta serta menghasilkan kesimpulan yang kuat. Penelitian ini diusahakan untuk menghasilkan rekonstruksi peristiwa yang

11 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah

(14)

terjadi di masa lampau secara obyektif dan sistematis untuk itu digunakanlah metode historis.

Metode sejarah adalah proses menguji dan mengkaji kebenaran rekaman dan peninggalan-peninggalan masa lampau berupa bukti-bukti dan data-data secara kritis sehingga menjadi penyajian dan ceritera sejarah yang dapat dipercaya.12

Beberapa tahapan dalam metode sejarah antara lain:

1. Heuristik

Heuristik yaitu suatu proses kegiatan pengumpulan bahan atau sumber-sumber sejarah untuk mendapatkan data-data atau materi sejarah.13

Heuristik merupakan tahapan pertama untuk mengumpulkan data yang sesuai dengan permasalahan. Sumber-sumber tertulis dalam penelitian ini diperoleh dari badan arsip daerah di Yogyakarta dan perpustakaan-perpustakaan lainnya yang terdapat di wilayah Yogyakarta. Teknik pengumpulan data yang di lakukan dengan:

a. Studi Dokumen

Data dokumen yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dokumen yang sejaman. Dokumen yang dimaksud disini adalah dokumen yang mempunyai nilai otentik dan dapat dipercaya untuk menetapkan nilai suatu sumber, maka

12 Helius Syamsuddin, Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Ombak, 2007) hlm. 67. 13 Ibid., hlm. 86.

(15)

perlu dilakukan pengumpulan bahan-bahan tercetak seperti koran-koran, majalah maupun surat kabar yang sejaman. Berikut beberapa dokumen dan arsip Koperasi PPBI:

1) Perundangan tentang Koperasi, yang menyatakan bahwa Koperasi Batik PPBI berbadan hukum tahun 1952, berdasarkan Undang-undang Koperasi tahun 1949 (RIS) no. 691 tahun 1952.

2) Peraturan tentang pembagian mori tahun 1953. 3) Laporan biaya pengeluaran Koperasi tahun 1957.

4) Surat Edaran no. 4 Tahun1957 tentang Peraturan Penjualan Mori. 5) Laporan tahunan Koperasi Batik PPBI dari tahun 1952-1976. b. Wawancara

Metode wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara lisan oleh narasumber. Dalam penelitian terdapat dua metode wawancara yakni, wawancara untuk mendapatkan informasi dan wawancara yang dilakukan dengan pihak-pihak terkait yang saling berkepentingan guna menguji keabsahan data. Dalam hal ini penulis mewawancarai beberapa pengurus Koperasi Batik PPBI, diantaranya: Kepala Koperasi Batik PPBI, Sekretaris Koperasi Batik PBBI, Bendahara Koperasi Batik PPBI, dan Pengusaha Batik di Yogyakarta. Dalam hal ini penulis mewawancarai

(16)

beberapa pengurus Koperasi Batik PPBI, diantaranya: Bapak R.H. Sukarman selaku Ketua Koperasi Batik PPBI, Bapak Sutarto selaku Sekretaris Koperasi Batik PBBI, dan Bapak Sugeng selaku Bendahara Koperasi Batik PPBI.

c. Studi Pustaka

Studi pustaka yaitu pengumpulan data mealui buku, majalah, jurnal, serta penelitian, dan sumber-sumber sejarah lainnya yang masih berhubungan dengan masalah yang di teliti. Studi pustaka berguna untuk melengkapi data-data yang diperoleh dari dokumen. Teknik studi pustaka ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data-data yang bersifat teoritis dan sebagai pelengkap sumber data yang tidak terungkap dari sumber primer. Dalam penelitian ini melakukan studi pustaka di Perpustakaan Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Sebelas Maret, Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada dan Badan Perpustakaan Daerah Yogyakarta.

2. Kritik Sumber

Kritik Sumber yaitu tahapan yang ditujukan untuk mencari keaslian sumber yang diperoleh melalui kritik intern dan ekstern.14 Kritik intern bertujuan

untuk mencari keaslian isi sumber atau data, sedangkan kritik ekstern

14 Dudung Abdurrachman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos Wacana

(17)

bertujuan untuk mencari keaslian sumber. Sumber dokumen yang diperoleh dari Koperasi Batik PPBI berupa, susunan pengurus Koperasi Batik PPBI, surat pengurus daftar organisasi, dokumen tentang batik, dokumen tentang majalah batik, dan majalah terbitan GKBI. Dikritik secara intern dan ekstern agar mendapatkan fakta-fakta yang objektif.

3. Interpretasi

Interpretasi yaitu penafsiran terhadap data-data yang di munculkan dari data yang sudah terseleksi. Tujuan dari interpretasi adalah menyatukan sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber atau data sejarah dan bersama teori disusunlah fakta tersebut ke dalam interpretasi menyeluruh.15 teknik analisis

yang di guankan adalah teknik deskriptif dan kualitatif. 4. Historiografi

Historiografi yaitu menyajikan hasil penelitian berupa penyusunan fakta-fakta. Historiografi merupakan proses akhir dari metode historis sebagai bentuk penyajian hasil penelitian. Dalam penulisan sejarah perlu diperhatikan dan sinkroniknya.16 Jadi selain memanjang dalam waktu juga melebar dalam

ruang. Historiografi disini meliputi wilayah, waktu, dan keunikan dalam penulisan skripsi ini.

15 Goutschalk, Louis, Mengerti Sejarah (Jakarta: Universitas Indonesia Press,

1983) hlm. 64.

(18)

G. Sistematika Penulisan

Bab I, Merupakan Bab Pendahuluan, yang berisi, latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II, berupa isi, bab ini akan membahas hal-hal apa yang melatar belakangi berdirinya koperasi batik PPBI di Yogyakarta.

Bab III, bab ini akan menguraikan tentang perkembangan koperasi batik PPBI di Yogyakarta.

Bab IV, bab ini akan menjelaskan mengenai apa saja peranan koperasi batik PPBI bagi para anggotanya.

Bab V, merupakan bab terakhir yang akan mengungkapkan kesimpulan dari penulisan yang telah dilakukan. Bab ini merupakan jawaban dari permasalahan penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat pula program pi_face_recogition.py yang akan dijalankan dan diuji terhadap empat orang yang wajahnya sudah ada pada database yang telah di training sebelumnya

Kota Tasikmalaya memiliki visi yang religius, maju dan madani, dan mewujudkan tata nilai kehidupan masyarakat yang religius dan berkearifan lokal. Hal itu

Saat ini pendataan status ekonomi masyarakat pada suatu wilayah misalnya kelurahan Karang Anyar RT.09 masih kurang objektif sebab tidak sinkronnya pendataan yang dilakukan

Dalam rangka memaksimalkan tingkat penyerapan atas materi yang diberikan, Pusdiklat Pegawai BPK menetapkan bahwa diklat akan diselenggarakan dengan menerapkan metode

20 Tahun 2001 Tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing yakni dalam rangka lebih mempercepat peningkatan dan perluasan kegiatan

Fraksi terpenoid daun katuk memiliki pengaruh baik terhadap profil lipid yang dapat menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida, LDL, dan meningkatkan kadar HDL dengan dosis

Untuk ekstraksi fitur tingkat ketiga yaitu penggabungan dari ketiga fitur yaitu tekstur, bentuk, dan warna mendapatkan hasil terbaik menggunakan Decision Tree J48

10.000.000,00 yang diberikan oleh pihak developer Nuansa Alam Setiabudi Clove, dengan ketentuan apabila pelunasan jual beli rumah tinggal di Nuansa Alam Setiabudi