• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Pertemuan don Presenlasi Ilmiah PPNY-BATAN. Yog)'akarla April 1996 Bllku J/

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prosiding Pertemuan don Presenlasi Ilmiah PPNY-BATAN. Yog)'akarla April 1996 Bllku J/"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding Pertemuan don Presenlasi Ilmiah

PPNY-BATAN. Yog)'akarla 23-25 April 1996 Bllku J/ 127--.

PENELITIAN

PENGARUH WAKTU

SINTERING

TER-HADAP PERTUMBUHAN F ASA 2223 SUPERKONDUKTOR

Bi-Pb-Sr-Ca-Cu-O DENGAN METODE RIETVELD

Parikin, W. Prasuad, Gunawan

PPSM-BATAN, Kawasan PUSP/TEK. Serpong Tangerang /53/0

ABSTRAK

PENELITIAN PENGARUH WAKTU SINTERING TERHADAP PERTUMBUHAN FASA 2223 SUPERKONDUKTOR Bi-Pb-Sr-Ca-Cu-O DEHGAN METODE RIETVELD. Dari penelitian terdahulu dilaporkan bahwa waktu sintering memberi sumbangan tersendiri dalam preparasi superkonduktor selDin suhu sintering dan metoda preparasiyang digunakan. Pemilihan parameter ini didasarkan dalam upaya mencari waktu yang optimal pada preparasi superkonduktor bismut (BI) fasa 2223. Cuplikan disintesis dengan komposisi nominal 1,84.. 0,34.. 1.91.. 2.03.. 3,06 dari bahan-bahan oksida dengan reaksi padatan dan disintering pada suhu 860 °C selama lima hari; Dilakukan tiga kali pengulangan sintering; 24 jam. 48 jam dan 96 jam. Hasil analisis Rietveld memperlihatkan terjadinya pertumbuhan fasa 2223 yang terus

meningkat sejalan dengan lamanya waktu sintering. Prosentase pertumbuhanfasa 2223 tertinggi (80.64%) terjadi pada waktu sintering 96 jam. Fasa 2223 akan semakin meningkat hila dilakukan sintering cuplikan dibawah suhu leleh bahan dengan se/ang waktu yang cukup lama.

ABSTRACT

STUDY OF EFFECT OF SINTERING TIlv/E ON THE 2223 PHASE GRO'I-TH Bi-Pb-Sr-Ca-Cu-O SUPERCONDUCTOR BY RIETVELD I\-/ETHOD, It has been reported that the sintering time is as

important for the preparation of superconductor as the sintering temperature and method. This paper reports on the finding of the optimum sintering time in the preparation of the 2223 phase bismuth (Bi) superconductor. The samples I~'ere S)'nthesi:ed with nominal composition 1,8'/ : 0.3./ : 1.91 : 2.03: 3.06 from raw materials by solid state reaction and sintered at 860 °C for five days. The resintering were done three times. i.e. 2./, 48 and 96 hours, The Rietveld analysis shows that the 2223 phase grows continllously as afunction of the sintering time. The highest percentage of the 2223 phase (80.64%) were obtained at 96 hours sintering time, The result suggests that the 2223 phase can be obtained effectivel.y by sintering with

sufficiently long time.

memiliki suhu transisi kritis cukup tinggi (Tc ::: 110 OK) ditemukan pada sistem Bi-Sr-Ca-Cu-Q oleh Maeda et.alI) orientasi semakin terkonsentrasi pada penerapan metoda preparasi untuk proses produksi dalam fabrikasi. Akhir-akhir ini kegiatan sintesis super-konduktor berfasa tunggal banyak dilakukan orang dengan memvariasikan beberapa metoda untuk mendapatkan metoda yang menawarkan kualitas hasil cuplikan baik dan proses pembuatan yang sederhana sehingga memberikan nilai ekonomis yang tinggi. Metoda preparasi cuplikan superkonduktor rasa tunggal sangat bervariasi. Metode yang baik adalah yang dapat menawarkan kualitas cuplikan yang tinggi dengan proses yang

PENDAHULUAN

S

up~r kond~ktor bismut (Bi) mem}liki tiga rasa yaltu : BI2Sr2CuO, (2201), B12Sr2CaCu20, (2212)dan Bi2Sr2Ca2Cu]O, (2223), dengan suhu transisi kritis masing-masing 20oK, 80oK dan 110 oK. Fasa 2223 memberikan suhu transisi kritis yang tinggi namun proses sintesis cukup

memakan waktu dan pembiayaan. Oleh karena proses pembuatannya relatif sederhana, orang kemudian mencari suatu cara dari metode yang sudah ada, yang dapat memper-singkal ranlai

proses.

(2)

Prasiding Perlemuan don Presenlasi Ibniah PPNY.BATAN. YOg}'akarla 23-25 April/996

128

Buku II

singkat. Proses sintering dalam rangkaian preparasi sintesis, memberikan bobot tersendiri dan sangat vital, karena proses pertumbuhan kristal yang membentuk suatu rasa terjadi dida!amnya.. Proses ini biasanya dilakukan diba~ah suhu leleh bahan. Shimono2) mencatat beberapa hal penting yang sangat efektif dalam preparasi cuplikan super kon-duktor Bi rasa 2223; antara lain: i.) menambahkan unsur Pb, ii.) membuat 'precursor serbuk' Bi-Pb.Sr-Ca.Cu-O berhomogenitas tinggi dengan mctoda pelarutan kimia, iii.) mensintering cuplikan dibawah suhu lelehnya dengan selang waktu yang cukup lama. Shimono2) mensintesis cuplikan dengan komposisi nominal Bi16SPb03sSrJ90Ca210 CU3000982S dengan metoda reaksi padatan biasa. Cuplikan disintering pada suhu 860°C dalam selang waktu yang tidak terlalu lama «5+5)jam). Fraksi volume rasa 2223 yang terbentuk sebesar 91% dan suhu transisi kritis cuplikan pada zero re-sistan 105°K. Nobumasa et.aI3) mensintesis cuplikan dengan metoda reaksi padatan, disintering pada suhu 880° K selama 80 jam. Fraksi volume rasa 2223 yang terbentuk 30% ditentukan dari perbandingan intensitas puncak pola difraksi sinar-X untuk bidang (115); 12223/ (12223+ 12212 +12201)' Suhu

transisi kritis cuplikan 1000K. Takano et.aI4) mensintesis cuplikan dengan menambahkan unsur Pb, disintering pad a suhu.845°C selama 244 jam. Cuplikan memiliki suhu transisi kritis 107°K clan fraksi volume rasa 2223 yang terbentuk sebesar 65%. Endo et.aI5) mensintesis cuplikan dellgan silltcring raJa suhu 835°C selama 84 jam. I:asa tunggal 2223 bcrhasil dibuat dengan metoda ini dan cuplikan memiliki suhu transisi kritis 107°K. Goodman et.aI6) mensintesis cuplikan dengan komposisi nominal Bi184PbOJ4Srl91Ca203 CUJ06 0101 dengan metoda seperti yang dilakukan Endo et.al. Cuplikan disintering pada suhu 836°C selama 72 jam. Fasa 1223 terbentuk dengan fraksi volume 90%, clan bersuhu transisi kritis 106°K. Takada et.aP) mensintesis cuplikan dari bahan oksidanya, dikalsinasi pada suhu 680°C selama 12 jam dan disintering pada suhu 850°C selama 24 jam. Fraksi volume rasa 2223 100% berhasil terbentuk akan tetapi cuplikan memiliki suhu transisi kritis 87 oK, jauh sekali dibawah 1000K. Su et.aI8) mensintesis cuplikan rasa 2223 dari rasa 2212 dengan teknik

'seeding', dimana rosa 2212 ditambahkan 2% berat rasa 2223 dan disin-tering pada suhu 850°C sampai dengan 865°C dengan variasi waktu 18 jam sampai dengan 192 jam. Fakta

memperlihatkan bahwa mekanisme pertumbuhan rasa 2223 dapat dipe-ngaruhi oleh perlakuan termal dan waktu sintering. Oalam makalah ini dipaparkan fenomena pertumbuhan rasa 2223 akibat pengaruh pengulangan waktu sintering. Proses sintering dilakukan pada suhu 860°C dalam selang 24 jam, 48 jam dan 96 jam. Cuplikan disintesis dengan reaksi padatan biasa (solid state

reaction) dari bahan oksida Bi2O3, PbO, SrCO3, CaCO3, dan CuO dengan komposisi nominal 1,84 : 0,34 : 1,91 : 2,03 : 3,06. Cuplikan serbuk dibentuk pelet ditekan dengan be ban 400 Kgf. Sifat superkonduksi muncul setelah cuplikan (pelet) direndam dalam nitrogen cair (77 OK) dan ditempatkan dalam medan magnet. Cuplikan

menunjukkan efek Meisner selama 30 detik dengan ketinggian lebih kurang 0,5 cm.

Penggunaan metoda Rietveld untuk analisis rasa ini didasarkan pacta kenyataan bahwa : (i) setiap komponen kristal memiliki posisi dan intensitas puncak difraksi yang khas,-(ii) intensitas pola difraksi yang saling tumpang tindih (overlap) dapat dipisahkan, dan (iii) intensitas pola difraksi masing-masing komponen merupakan fungsi dari komposisi rasa yang ada. Analisis pol a difraksi untuk penentuan kuantitas rasa dapat dilakukan dengan berbagai macam car:l9). Tetapi pacta umumnya cara kerja metoda-metoda tersebut didasarkan pada perbandingan intensitas puncak tertentu dari suatu rasa dida!am cuplikan tersebut dengan intensitas puncak yang sarna didalam pola bahan standar. Pemakaian metoda Rietveld pacta analisis ini dapat memberikan analisis rasa yang akurat dcngm1 taopa mcml:rlukao bahan stand.lr. Prinsip dasar dari penentuan rasa dengan metoda ini adalah bahwa kandungan suatu rasa didalam cuplikan sebanding dengan faktor skala (scale factor) yang dihasilkan oleh analisis Rietveld dari pola difraksi rasa tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh waktu sintering terhadap pertumbuhan rasa 2223 dalam bahan super konduktor Bi-Pb-Sr-Ca-Cu-Q dan penerapan teknik difraksi dalam analisis komposisi rasa didalam bahan.

BAHAN DAN METODE

Preparasi cuplikan dibagi dalam dua tahapan. Pertama dimulai dengan formulasi dan penimbangan bahan oksida Bi203 (99.999%), PbO (extra pure), SrCO3(95%), CaCO3(97%) clan

ISSN 0216-3128

Parikin. dkk

(3)

Prosiding Perlelnuan don Presenlasi I/,niah

PPNY.BA7:~.V. Yog}'Okarla 23-25 April 1996 8uku II 129

CuO(97%) untuk pembuatan cuplikan awal yang memperlihatkan sifat supcrkonduksi. Cuplikan super konduktor Bi-Pb-Sr-Ca-Cu-O disintesis dengan metode reaksi padatan (solid state reaction) dari bahan-bahan oksida. Bahan-bahan ditimbang clan dicampurkan kemudian digerus dalam 'mortar agate'. Untuk mempercepat homo-genisasi, setelah digerus selama 30 menit, ditambahkan etilalkohol secukupnya. Penggerusan dilakukan hingga campuran mengering (etilalkohol menguap). Cuplikan ditempatkan dalam wadah keramik (crucible) clan dikalsinasi pacta suhu 840 °C selama 17 jam. Suhu diturunkan sampai suhu kamar dengan cuplikan tetap berada didalam tungku. Setelah itu digerus kembali selama 2 jam untuk mendapatkan 'precursor' serbuk yang homogen. Setiap penggerusan dilakukan hanya dalam satu arah, hal ini dimaksudkan agar arah (orientaSl) kristal tidak rusak clan didapat bulir serbuk yang halus sehingga saat dibuat pelet tidak terjadi peretakan (cracking). Cuplikan ditimbang lebih kurang 2 gram dan dimasukkan dalam cetakan berdiameter 1,5 cm ditekan dengan beban 400 Kgf selama 2 men it. Cuplikan (pelet) disintering dengan laju rata-rata 0,15°C/jam hingga suhu 860°C dan dibiarkan pada suhu tersebut selama lima hari. Cuplikan diambil pol a difraksinya dengan Difraktometer sinar-X di Pusat Penelitian Sains Materi.

PbO (extrapure), srCo3 (95%), CaCO3 (97%) untuk pembuatan cuplikan awal yang memperlihatkan sifat superkonduksi. Cuplikan diambil pola difraksinya dengan XRD di Pusat

Penelitian Sains Materi. Kedua, dari hasil cup!ikan tahap pertama diambil 4/5 bagian dan digerus kembali untuk dilakukan pengulangan sintering. Oilakukan tiga kali pengulangan waktu sintering; 24 jam, 48 jam dan 96 jam, oleh karena cuplikan (pelet) dibuat tiga buah. setiap pe!et diambil pola difraksinya. Gambar-l memberikan pola difraksi dari masing-masing cuplikan hasil pengukuran dengan XRD menggunakan sumber Cu-Ka. Garis garis vertikal dibawah pola ada!ah posisi bidang refleksi dari rasa 2212 (atas) dan rasa 2223 (bawah).

Gambar-I. Polo difraksi Sinar-X dengan sumber Cu-Ka untuk pengulangan waktu sintering (a) 0 jam (b) 24 jam (c) 48 jam (d) 96 jam

Dari empat pola yang didapat, terlihat intensitas profil semakin meningkat ketika waktu

sintering semakin lama. Gambar-2

mengilustrasikan kenaikan intensitas terhadap lama waktu sintering. lni dapat diidentifikasi pada bidang refleksi (0 0 10), kecuali untuk pengulangan sintering 48 jam terjadi pada bidang refleksi (0 0 8). Dalarn fenomena ini diperkirakan terjadi pergeseran atom-atom didalam bahan menuju lokasi yang masih kosong, sehingga struktur kristal bahan semakin mampat.

Kedua, dari hasil cuplikan pacta tahap pertama diambil 4/5 bagian dan digerus kembali

untuk dilakukan pengulangan sintering. Cuplikan (petet) dibuat tiga buah untuk dilakukan tiga kali pengulangan waktu sintering; 24 jam, 48 jam dan 96 jam. Setiap pelet diambil pola difraksinya dengan Difraktometer sinar-X. Analisis rota difraksi untuk penentuan kuantitas rasa dilakukan dengan metoda Rietveld. Dengan cara mendapatkan faktor skala rasa 2223 dan 2212, fraksi massa rasa 2223 dalam cuplikan dihitung dari perbandingan faktor skala rasa 2223 dengan jumlah kedua faktor skala yang didapat; yaitu:

W2223 = S2223(ZMV)2223 I {S2223(ZMV)2223 + S2212(ZMV)2212}.

(I)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Preparasi cuplikan dibagi dalam dua tahapan. Pertama dimulai dengan fonnulasi clan

(4)

Prosiding Pertemuan don Presentasi I/miah PPNY-BATAN. Yogyakarta 23-25 .4pril 1996

130

Bukll II

dikarenakan adanya impuritas dalam bahan. Impuritas ini diduga dari akibat kemurnian bahan oksida, penimbangan yang kurang teliti dan terbentuknya rasa lain seperti rasa 220 I, CazPbD4

,CuD, Ca2Cu) dan CaCu2D) dua yang terakhir menurut Zu et.aIIO) akibat kandungan oksigen lebih besar dari 10. Impuritas Ca2PbD4 teri-dentifikasi pada sudut refleksi 28 = 21,17°, CuD

pad

a sudut refleksi dekat 38° dan dua yang

terakhir tidak dike-naIL Fasa 2201 muncul pada sintering 96 jam sebagai impuritas. Jika dilihat pada kolom parameter kisi fenomena intensitas profil yang semakin naik dikuatkan dengan terjadinya perubahan parameter kisi pada arah sumbu-a. Harga a mengecil dari 24 jam sampai 96 jam. Dapat dikatakan struktur semakin kompak karena terjadi tegangan internal (internal stress) pada arah sumbu-a dan sumbu-b. Penelitian

lain 11,1) menyebutkan bahwa regangan (strain) terjadi pada jarak ikat antara atom Cu dan D, dan ini dapat mempengaruhi suhu transisi kritis bahan.

Fraksi massa rasa 2223 semakin meningkat

sejalan dengan lamanya waktu sintering. Hal ini mengidentiftkasikan bahwa pertumbuhan rasa

2223 telah berlangsung. Gambar-3

mengilustrasikan pola pertumbuhan rasa 2223 yang diidentifikasi dari bidang refleksi (1 I I) dan (0 0 10) sedang gambar-4 memplot data ',fraksi massa rasa 2223 terhadap waktu sintering. Fasa 2223 meningkat tajam hampir dua kali lipat ketika disintering ulang selama 24 jam kemudian naik lambat menuju 96 jam (garis semakin mendatar). Walaupun dalam penelitian ini belum didapat waktu sintering yang optimal tetapi jika data yang ada diekstrapolasikan sangat mungkin menelliukan titik absis waktu yang efektif untuk melakukan proses sintering. ~ 7000

~

" .~ 6000 ~ .s 5000 4000 3000 2000 0

20

40 60 80 100

Waktu linl,ring (jam)

Gambar-l. Hubungan antara intensitas profit dengan waktu sintering

Pengolahan data

dengan program

RIETAN'94 menggunakan grup ruang Fromm (1-69) dengan parameter kisi awal rasa 221.2, a = 5,41.1. A, b = 5,41.8 A, c ~ 30,890 A dan fasa2223, a = 5,398 A, b = 5,408 A, c = 37,063 A

memberikan parameter-parameter penghalusan

struktur. Hasil analisis Rietveld dapat dilihat pacta t~bel-l.

Tabel-l. Parameter basil analisis Rietveld.

Waktu sinte-ring (jam) Rwp (%) Frak -si mas sa ('Yo) Parameter (A) I C a 5,390(3) 5,416( 3) 5,402( I 8) S,409( I) S,634( 2)

37,035(12

0 36,3 2 64,9 2 77,2 6 80,6 4 24 5,415(9) 5,400(2) 37,116(12 ) 37,078(6) 48 5,225(2) 37,170(5)

96

Pada tabel diatas harga indeks reabilitas, ~"P yang merupakan nilai kualitas kecocokan an tara data intensitas pengamatan (10) dan intensitas perhitungan (Ic) dianggap memadai, karena setelah dihitung secara kasar dari intensitas bidang retleksi (0 0 2) fraksi massa rasa 2223 untuk cuplikan awal (waktu sintering 0 jam) 31,78% sehingga selisih perhitungan yang terjadi hanya 4,54%. Selain itu data statistik pengukuran

Difraktometer sinar-X yang didapat kurang baik,

26 (Oer6[at)

Gambar-3. Pala difraksl Sinar-X pertumbuhan fasa 2223 palla bidang reflel..si (1 1 1) dan (0 0 10) menggunakan sum-her Cu-Ka.

Bidang (1 1 1) pada sudut 23,26]0 dan bidang (0010) pada sudut 23,955°.

ISSN 0216-3128

Parikin, dkk 16,0 0 15,6 4 16.6 8 15.7 9

(5)

Prosiding Perlemuan dan Presenlasi IImiah

PPNY-BATAN. Yog)'akarla 23-25 April /996 Bukl,ll 131

KESIMPULAN

g

~ ~ f;

'..

e

...

Gambar-4. Hubungan fraksi massa dengan waktu sintering.

Ada tiga hal yang dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini ;

1. Pertumbuhan rasa 2223 meningkat sejalan dengan lamanya pengulangan waktu sintering. Fraksi massa 2223 tertinggi prosentasenya (80,63%) terjadi pacta pengulangan waktu sintering 96 jam.

2. Struktur kristal bahan bersifat pengulangan waktu sintering 24 jam. Pad a sintering 18,24 jam 45,24 jam struktur berbentuk tetragonal dengan parameter kisi a (=b) berturut turut 5,3935A dan 5,4117 A, sedans pada sintering 24 jam struktur berbentuk orthorombik dengan parameter kisi a = 5,415A dan b = 5,402A. 3. Bahan semakin kompak (mampat) saat

cuplikan disintering lebih lama. lntensitas profit semakin meningkat ketika waktu sintering semakin lama.

Ketidakstabilan struktur pada sistem Bi-Ph-Sr-Ca-Cu-Q juga teramati ketika sifat elastis muncul pada arab sumbu-a clan sumbu-b. Gambar-5 meng-i1ustrasikan ketidakstabilan struktur akibat variasi pengulangan waktu sintering. Fenomena ini terjadi disekitar titik absis 24 jam. Jika kisi a me-mendek maka kisi b memanjang. Hal ini terjadi sebagai konsekwensi mempertahankan volume struktur karena kisi c relatif konstan.

I'erpotongan terjadi di dua titik, pada titik ini struktur kristal berbentuk tetragonal dimana barga kisi a sarna dengan kisi b, sedang pada titik absis 24 jam struktur krista! berbentuk orthorombik (a;eb~c). Struktur berbentuk te-ragonal terjadi pacta titik absis 18,24 jam dan 45,12 jam, berturut-turut parameter kisi a (= b) pacta titik tersebut adalah 5,3935 A dan 5,4117 A.

~ ' , ,-.','.,. .. E g ~. S'

~

0 b ot..orv..i

.o:...rv.si

"

-litti...;

~ S.D

/

" ~

U CAP AN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan banyak terima kasih pad a Ka. BTF-PPSM Bapak Drs. Bambang Heru Prano\vo dan star, Drs. Bambnng Sugeng yang telah banyak membantu dalam p.engambilan data pengukuran Difraktometer sinar-X. Kepada Bapak A. Pur\vanto, PhD. clan Dr. Wuryanto atas diskusi dan saran-saran yang sangat bermanfaat. Star BTK dan Drs. Epung Saipul Bahrum yang ikut memberi andil dalam penelitian ini.

DAFTARPUSTAKA

s, kitib S.d ~Isi " 5.3

5.2 H-.,

..I.. ..1... ,I.., .1 r... .1. ...,. ...1. ...,. .:...,

0 20 40 60 80 100 Waktu sinte~ <)~m)

Gambar-5. Hubungan parameter kisi dengan waktu .\'interin.!,'

1. MAEDA H., r ANAKA Y., FUKOTOMI M.

AND ASANO T., Jpn. J. Appl. Phys. ,27,

L209-10, (1988).

2. SHIMONO ISAO, Journal of the Ceramic

Society of Japan,

101 [4 J, 503-505,(

1993).

3. NOBUMASA H., SHIMIZU K., KITANO Y.

AND KAWAli T., Jpn. J. Appl. Phys. ,27,

L846-48, (1988).

4. TAKANO

M., TAKADA J., ODA K.,

KA T AGUCHI H., MIURA Y., IKEDA Y.,

TOMII Y., and MAZAKI H., Jpn. J. Appl.

Phys. ,27, LI041-43, (1988).

5. ENDO U., KOYAMA S. and KAWAI T.,

Jpn. J. Appl. Phys. ,27, LI861-63, (1988).

Parikin, dkk

(6)

Prosiding Perlemuan don Presenlasi J/mioh PPNY-BA7:4J'l, Yogyakarta 23.25 April 1996

132 Buku 11

6. GOODMAN P., BULCOCK S., MILLER P., PRZELOZNY Z., Physica C 190 (1992), 277-284, North-Holland.

7. TAKADA J., EGI T., ODA K., KITAGUCHI H., OSAKA A., MIURA Y., ITO H., IKEDA Y., AND TAKANO M., J. Jpn. Soc. Powder al1d Powder MetaII, 37,54-59, (1990). SU S.R., O'CONNOR M. AND ROSSONI P.G., Physi-ca C, 198, (1992), 95-102, North Holland.

SUTIARSO, PARlKIN, GUNAWAN, Tenik difraksi neutron untuk analisis komposisi campuran serbuk AI-Si, Hasil-hasil penelitian

PPSM, (1995). ..

10. ZU X., FENG S., ZANG J. AND GAN Z., IEEE Trans, Magn. 25(1989),2152.

II. PRASUAD W., PONGKASEM S.,

SUKIRMAN E., Difraksi ne/ron resolusi tinggi bahan super-konduktor Bi.,sr]CaCu]O8' seminar PPTN-Bandung, (1996).

12. IZUMI FUIJO, A Rietveld-Refinement Program RIETAN-94 for Angle-Dispersive X-Ray and Neutron Powder Diffraction, NIRIM ,Japan, (1994).

13. PRASUAD W., GUNAWAN, SUKIRMAN E., PARlKIN, HAMAGUCHI Y., SHIMONO I., Hubungan suhu transisi kritis (Tc)

terhadap perubahan panjang ikat atom Cu-O pada super konduktor keramik Bi.,sr]CanCun+O]n+6-' Ma-kalah seminar P3FT

-LIPI Bandung, (1996).

8

9

Parikin

Sebetulnya preparasi super konduktor, dipengaruhi oleh metode sintetis. waktu sintering, daD kompo-sisi yang dibuat, Bila yang dimaksud "jauh berbe-da" dengan hasil yang diperoleh oleh I. Simona memang benar karena berbeda dalam kompo-sisinya. walau-pun suhu sintering yang dilakukan sarna 860°C.

Tuti Budiarti

Pada

/ahap sin/ering

dika/akan bahwa

penggerusan

bahan baik un/uk /ahap 11 dilakukan

selama 3 jam.

-Apakah /ujuan penggerusan ini un/uk

menda-pa/kan ukuran par/ikel /er/en/u sehingga dapa/

dilakukan /ahap beriku/nya (pele/isasi)

-Mengapa harus /iga 3 jam?

-Apakah ada pengaruhnya /erhadap

per/um-buhan fasa 223 /ersebu/ jika penggerusan

dilakukan kurang a/au lebih dari 3 jam.

Parikin

-Sebetulnya tujuan penggerusan ini untuk men-dapatkan butir campuran yang halus dan keho-mogenan yang tinggi.

-Tidak harus 3 jam kalau bisa lebih dari itu dengan maksud mandapatkan campuran dengan kehomo-genan tinggi

-Ya. karena penggerusan yang cukup lama diharapkan kehomogenan campuran tinggi sehingga saat disintering pertumbuhan kristal superkonduktor berjalan baik.

Tanya )awab

Gunanjar

Waktu sintering pada pene/itian yang saudara

/akukan cukup berbeda

jauh /arnanya

dengan data

pustaka Tabe/ yang ditarnpi/kan (pada suhu

sintering yang sarna! fe/aliI sarna). Mohon

penje/asan.

ISSN 0216-3128

Parikin. dkk

Referensi

Dokumen terkait

Prinsip  pemberian  air  dengan  cara  tidak  dilakukan  dengan  metode  penggenangan  tetapi  hanya  dengan  cara  menyiramkan air (secukupnya) yang dialirkan 

samar-samar dan tidak kabur, sehingga setiap ide yang diungkapkan seakan-akan tampak nyata oleh pembaca; (2) Asas keringkasan yaitu suatu karangan tidak

Indeks musiman model Additive Seasonal dapat menggunakan metode rata-rata sederhana dengan hasil yang didapatkan adalah sama dengan Indeks musiman pada meode

Ditambahkan oleh Ibnu Hazm, bahwa apabila tidak dilakukan wasiat oleh pewaris kepada kerabat yang tidak mendapatkan harta pusaka, maka hakim harus bertindak

Pemrograman ini akan mcmberikan keluaran yang sama dengan hasil program sebetumnya untuk kapal yang sama, sehingga program ini dapat digunakan sesuai dengan

Penelitian Ningsih 2014 yang berjudul kompetensi lulusan akuntansi dalam perspektif mahasiswa, dosen dan pengguna lulusan, peneliti meneliti dari persepsi mahasiswa, dosen dan

Pelayanan yang cepat dan transparan bertujuan agar para wajib pajak tidak malas lagi untuk membayar pajaknya, namun adanya perbedaan terdapat perbedaan penghitungan,

Ini artinya, orang tersebut bunuh diri tidak hanya disebabkan karena meng- alami frustrasi, penderitaan, atau kesulitan hidup, tetapi yang bersangkutan mem- punyai