• Tidak ada hasil yang ditemukan

BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2021 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2021 TENTANG"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

Salinan

BADAN STANDARDISASI NASIONAL

PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 1 TAHUN 2021 TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2020 TENTANG RENCANA STRATEGIS BADAN

STANDARDISASI NASIONAL TAHUN 2020-2024

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA.

Menimbang : a. bahwa untuk menindaklanjuti hasil reviu Indikator Kinerja Utama Badan Standardisasi Nasional Tahian 2020-2024 oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Blrokrasi, dan adanya Kebijakan Redesain Sistem Perencanaan dan Pengan^aran dari Kementerian Keuangan dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, serta untuk mendukung program pemulihan ekonomi nasional dalam rangka

penanganan pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), perlu melakukan perubahan atas Rencana Strategis Badan Standardisasi Nasional Tahun 2020-2024;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu mengubah Peraturan

(2)

2-tentang Rencana Strategis Badan Standardisasi

Nasional Tahun 2020-2024;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu

menetapkan Peraturan Badan Standardisasi Nasional tentang Perubahan atas Peraturan Badan

Standardisasi Nasional Nomor 9 Tahun 2020 tentang

Rencana Strategis Badan Standardisasi Nasional Tahun 2020-2024;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia 4421;

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5584);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang

Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan

Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4664);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2018 tentang

Sistem Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian

Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2018 Nomor 110, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 6225);

5. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2018 tentang

Badan Standardisasi Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 10);

6. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang

(3)

Tahun 2020-2024 (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2020 Nomor 10);

7. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2019 tentang Tata Cara

Penyusunan Rencana Strategis

Kementerian/Lembaga Tahun 2020-2024 (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 663);

8. Peraturan Badan Standardisasi Nasional Nomor 9

Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Badan Standardisasi Nasional Tahun 2020-2024(Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 468);

9. Peraturan Badan Standardisasi Nasional Nomor

10 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Keija Badan Standardisasi Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 1037);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL

TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2020

TENTANG RENCANA STRATEGIS BADAN

STANDARDISASI NASIONAL TAHUN 2020-2024.

Pasal I

Ketentuan dalam Lampiran Peraturan Badan

Standardisasi Nasional Nomor 9 Tahun 2020 tentang

Rencana Strategis Badan Standardisasi Nasional Tahun 2020-2024 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 468) diubah, sehingga menjadi sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagism tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.

Pasal II

Peraturan Badan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

(4)

-4-Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraluran Badan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara

Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 6 Mei 2021

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

KUKUH S. ACHMAD

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 18 Mei 2021 DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASl MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

TTD

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2021 NOMOR 501

Kepal Sumbe

i dengan aslinya

Manusia, Organisasi, dan Hukum

(5)

LAMPIRAN

PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 1 TAHUN 2021 TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2020 TENTANG RENCANA STRATEGIS BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN 2020-2024

BAB I PENDAHULUAN

Rencana Strategis Badan Standardisasi Nasional (Renstra BSN) Tahun 2020-2024 merupakan dokumen perencanaan jangka menengah di lingkungan BSN untuk periode 5 (lima) tahun, yakni tahun 2020 sampai dengan tahun 2024. Dalam penyusunannya, Renstra BSN Tahun 2020-2024 mengacu pada dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024. Selain itu, penyusunan Renstra BSN Tahun 2020-2024 juga mempertimbangkan berbagai kondisi perkembangan lingkungan strategis BSN, baik lingkungan internal maupun lingkungan eksternal, di kancah domestik dan di kancah internasional, sehingga pilihan kebijakan dan strategi yang dirumuskan dalam Renstra diharapkan mampu merespon perubahan lingkungan dan menjawab tantangan pembangunan, khususnya di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian. Salah satu kondisi yang menjadi perhatian BSN dalam penyusunan Renstra BSN Tahun 2020-2024 adalah pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), yakni meluasnya penyebaran infeksi Covid-19 secara global ke seluruh negara, termasuk di Indonesia pada awal tahun 2020. Meluasnya pandemi Covid-19 dengan cepat secara

(6)

terjadi guncangan perlambatan ekonomi global, termasuk di Indonesia.

Pandemi Covid-19 yang meluas secara nasional memiliki dampak negatif terhadap berbagai bidang, termasuk dalam pelaksanaan kegiatan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian (SPK). Hal tersebut dapat mengganggu stabilitas perekonomian nasional, sehingga perlu diantisipasi dan direspon oleh pemerintah Indonesia. Salah satu kebijakan pemerintah Indonesia adalah pembatasan pertemuan secara tatap muka dan ‘work from home’ guna memutus rantai penyebaran Covid-19, sehingga dampaknya terhadap BSN antara lain: (a) pelaksanaan kegiatan SPK dirasa masih belum optimal, (b) kuantitas pelayanan BSN kepada pemangku kepentingan berkurang, (c) perubahan pola dan tata kerja pegawai BSN, dan (d) berkurangnya koordinasi internal antar pegawai BSN, dan koordinasi eksternal dengan para pemangku kepentingan.

Kebijakan lainnya adalah melakukan realokasi anggaran instansi pemerintah guna dialihkan untuk program Pemulihan Ekonomi Nasional. BSN turut berperan proaktif dalam merespon kebijakan ini, yaitu dengan cara melakukan realokasi dan penghematan anggaran BSN dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) secara lebih optimal dan terukur, sehingga: (a) kegiatan pertemuan secara daring untuk pembahasan kebijakan masih dapat dilakukan, (b) kualitas pelayanan BSN kepada pemangku kepentingan dapat dioptimalkan, (c) diseminasi kebijakan standardisasi, berupa Standar Nasional Indonesia (SNI), skema penerapan standar dan penilaian kesesuaian, skema akreditasi, dan skema standar nasional satuan ukuran (SNSU), kepada pemangku kepentingan dapat dilakukan secara luas dengan menggunakan media sosial, (d) ada peningkatan kegiatan capacity building, baik untuk internal maupun eksternal BSN, dan (e) penyesuaian pola dan tata cara kerja akibat adanya kebijakan ‘work from home’.

(7)

Dalam mengantisipasi dan merespon atas merebaknya dampak pandemi Covid-19 terhadap perekonomian Indonesia, yang diramalkan akan berpengaruh dalam beberapa tahun ke depan, Renstra BSN sebagai dokumen perencanaan jangka menengah merespon dengan merumuskan strategi-strategi yang dirumuskan untuk mengantisipasi dampak yang ditimbulkan oleh Covid-19, serta kebijakan-kebijakan yang mengarah pada upaya membantu dan mendorong pemulihan perekonomian nasional pada periode tahun 2020 sampai dengan tahun 2024. Selain itu, kebijakan standardisasi, Standar Nasional Indonesia (SNI), skema penerapan standar dan penilaian kesesuaian, skema akreditasi, dan skema standar nasional satuan ukuran (SNSU) sebagai output BSN yang bersifat strategis diarahkan untuk mendukung pemerintah dalam menangani dampak pandemi Covid-19. Keseluruhan strategi dan kebijakan tersebut akan dilaksanakan di seluruh unit organisasi di lingkungan BSN sesuai dengan tugas dan fungsinya. Selain dari sisi strategi dan arah kebijakan, sasaran dan target pada indikator kinerja dalam Renstra juga diselaraskan dengan kondisi terkini, sehingga pencapaian target dan output kinerja BSN sesuai dengan Prioritas Nasional. Selain itu, keselarasan indikator kinerja BSN dengan kondisi terkini dapat lebih menggambarkan kondisi perencanaan jangka menengah yang lebih realistis mengingat pandemi Covid-19 berdampak pada perekonomian nasional.

Berdasarkan pedoman teknis penyusunan Renstra Kementerian/Lembaga (K/L) yang telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Nomor 5 Tahun 2019, sebagaimana perubahannya dalam Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Nomor 6 Tahun 2020, Renstra K/L terdiri dari 5 bab dan 2 lampiran. Dalam Bab 1, disajikan kondisi umum BSN yang merupakan penggambaran atas profil BSN, pencapaian-pencapaian Renstra BSN periode sebelumnya (2015-2019), aspirasi masyakarat terhadap BSN, layanan publik BSN, dan regulasi lingkup dalam kewenangan BSN.

(8)

Selanjutnya, dalam rangka melayani stakeholders serta dalam rangka menjalankan tugas dan fungsinya sebagai regulator di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian, dijelaskan pula potensi dan permasalahan yang akan dihadapi oleh BSN pada periode 5 tahun mendatang yakni tahun 2020 sampai dengan tahun 2024. Potensi dan permasalahan BSN yang dipaparkan lebih lanjut dalam bagian akhir Bab I ini merupakan hasil analisis yang telah dilaksanakan oleh BSN dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan serta potensi dan permasalahan yang berasal dari internal BSN maupun yang berasal dari lingkungan eksternal.

1.1 KONDISI UMUM

Badan Standardisasi Nasional (BSN) adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas pemerintah di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian. Sistem standardisasi dan penilaian kesesuaian, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014, merupakan sebuah sistem yang tersusun atas sub-sistem standardisasi dan sub-sistem penilaian kesesuaian. Standardisasi merupakan serangkaian proses merencanakan, merumuskan, menetapkan, menerapkan, memberlakukan, memelihara, dan mengawasi standar yang dilaksanakan secara tertib, dan bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan, sedangkan penilaian kesesuaian merupakan serangkaian kegiatan untuk menilai bahwa barang, jasa, sistem, proses, atau personal atau orang-perorangan telah memenuhi persyaratan acuan yang telah ditetapkan. Proses bisnis standardisasi dan penilaian kesesuaian sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian digambarkan dalam Gambar 1.1.

(9)

Gambar 1.1. Proses Bisnis Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian

Sistem standardisasi dan penilaian kesesuaian sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian dimaksudkan untuk memberikan jaminan mutu atas barang, jasa, proses, sistem, atau personel yang pada akhirnya diharapkan dapat mewujudkan tujuan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian (SPK), yang mencakup:

a. meningkatkan jaminan mutu, efisiensi produksi, daya saing nasional, persaingan usaha yang sehat dan transparan dalam perdagangan, kepastian usaha, dan kemampuan pelaku usaha, serta kemampuan inovasi teknologi;

b. meningkatkan perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat lainnya, serta negara, baik dari aspek keselamatan, keamanan, kesehatan, maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup; dan

c. meningkatkan kepastian, kelancaran, dan efisiensi transaksi perdagangan barang dan/atau jasa di dalam negeri dan luar negeri. Dalam konteks perkembangan ekonomi global, sistem standardisasi dan penilaian kesesuaian sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian merupakan implementasi dari sistem pengelolaan

(10)

infrastruktur mutu nasional yang diakui di tingkat internasional sebagai sebuah sistem fundamental dalam peningkatan daya saing dan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan setiap bangsa dalam kancah ekonomi global. Pengelolaan infrastruktur mutu nasional Indonesia melalu sistem standardisasi dan penilaian kesesuaian sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian dapat digambarkan secara skematik oleh Gambar 1.2.

Gambar 1.2. Pengelolaan Infrastruktur Mutu Nasional Indonesia melalui Sistem Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian

BSN bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas pemerintah di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian, sedangkan Komite Akreditasi Nasional (KAN), yang dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada Presiden melalui BSN secara khusus bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas pemerintah di bidang akreditasi penilaian kesesuaian.

1.1.1 Profil Badan Standardisasi Nasional

BSN merupakan LPNK yang telah mengalami transformasi yang cukup panjang. BSN mulai dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 13 Tahun 1997 tentang Badan Standardisasi Nasional dengan menggantikan tugas dan fungsi Dewan Standardisasi Nasional.

(11)

Kemudian dasar hukum pembentukan BSN dipertegas melalui Keputusan Presiden Nomor 166 Tahun 2000 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen. Keputusan Presiden tersebut mengalami beberapa kali perubahan sampai dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 145 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedelapan atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintahan Non Kementerian. Sampai pada akhirnya, BSN memiliki landasan yang lebih kuat terkait eksistensinya dengan landasan hukum Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian.

Untuk dapat menjalankan tugasnya dalam rangka mewujudkan tujuan standardisasi dan penilaian kesesuaian sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian, pemerintah Republik Indonesia menetapkan penguatan organisasi BSN melalui Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2018 tentang Badan Standardisasi Nasional yang menyatakan bahwa BSN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian. Dalam menjalankan tugasnya, BSN menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan kebijakan nasional di bidang pengembangan standar, penerapan standar, penilaian kesesuaian, penyelenggaraan akreditasi lembaga penilaian kesesuaian, dan pengelolaan standar nasional satuan ukuran berdasarkan rencana pembangunan nasional;

b. Pelaksanaan kebijakan nasional di bidang pengembangan standar, penerapan standar, penilaian kesesuaian, penyelenggaraan akreditasi lembaga penilaian kesesuaian, dan pengelolaan standar nasional satuan ukuran berdasarkan rencana pembangunan nasional;

(12)

akreditasi lembaga penilaian kesesuaian, dan pengelolaan standar nasional satuan ukuran berdasarkan rencana pembangunan nasional;

d. Pengoordinasian kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BSN;

e. Pengoordinasian pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan BSN;

f. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan BSN; dan

g. Pengawasan intern atas pelaksanaan tugas BSN.

Secara kelembagaan, susunan organisasi dan tata kerja BSN saat ini berdasarkan Peraturan Badan Standardisasi Nasional Nomor 10 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Standardisasi Nasional, yang terdiri atas:

a. Kepala mempunyai tugas memimpin BSN dalam melaksanakan tugas dan fungsi BSN;

b. Sekretariat Utama mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan BSN; c. Deputi Bidang Pengembangan Standar mempunyai tugas

melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan standar;

d. Deputi Bidang Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penerapan standar dan penilaian kesesuaian; e. Deputi Bidang Akreditasi mempunyai tugas melaksanakan

penyusunan dan pelaksanakan kebijakan di bidang penyelenggaraan akreditasi lembaga penilaian kesesuaian;

f. Deputi Bidang Standar Nasional Satuan Ukuran mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang standar nasional satuan ukuran;

(13)

g. Inspektorat mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan BSN;

h. Pusat Riset dan Pengembangan Sumber Daya Manusia mempunyai tugas melaksanakan riset dan pengembangan sumber daya manusia di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian; dan i. Pusat Data dan Sistem Informasi mempunyai tugas melaksanakan

pengelolaan data dan sistem informasi standardisasi dan penilaian kesesuaian.

Untuk memastikan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan layanan akreditasi lembaga penilaian kesesuaian, di dalam Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2018 tentang Badan Standardisasi Nasional ditetapkan bahwa penyelenggaraan layanan akreditasi lembaga penilaian kesesuaian dilaksanakan oleh Deputi Akreditasi BSN dan sesuai dengan ketentuan di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian, KAN yang dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 2001 tentang Komite Akreditasi Nasional melaksanakan tugas pemerintah di bidang akreditasi penilaian kesesuaian melalui penetapan akreditasi dan pemberian pertimbangan dan saran kepada BSN dalam penetapan sistem akreditasi dan sertifikasi.

Perubahan besar pengelolaan sistem standardisasi dan penilaian kesesuaian nasional yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2018 tentang Badan Standardisasi Nasional juga mencakup integrasi pengelolaan teknis Standar Nasional Satuan Ukuran (SNSU) yang sebelumnya dilaksanakan oleh Pusat Penelitian Metrologi - Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (P2M - LIPI) ke dalam organisasi BSN dalam bentuk unit kerja eselon 1 untuk memperkuat fungsi dan meningkatkan sinergi antar elemen infrastruktur mutu nasional yang diperlukan dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

(14)

1.1.2 Capaian Renstra Badan Standardisasi Nasional 2015-2019

Capaian Rencana Strategis Badan Standardisasi Nasional periode 2015-2019 (Renstra BSN 2015-2019) merupakan gambaran kinerja pelaksanaan Renstra BSN periode sebelumnya. Capaian Renstra BSN 2015-2019 menjabarkan keberhasilan BSN melalui pelaksanaan strategi, program, dan kegiatan BSN selama tahun 2015-2019. Selain itu, capaian Renstra BSN ini juga memasukkan hal-hal strategis yang masih terkendala selama periode sebelumnya, serta upaya perbaikan yang perlu dilakukan pada Renstra BSN periode berikutnya sebagai suatu proses perencanaan strategis yang berkesinambungan. Capaian BSN selama tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan Standar Nasional Indonesia

Standar Nasional Indonesia (SNI) merupakan output utama BSN berupa dokumen yang memuat karakteristik barang, jasa, sistem, proses, dan person yang telah menjadi konsensus nasional melalui proses yang telah ditetapkan. SNI ditetapkan oleh BSN berdasarkan proses perumusan yang dilakukan oleh Komite Teknis (Komtek) Pengembangan SNI. Untuk memenuhi kebutuhan pengembangan SNI, perumusan SNI dari tahun 2015 hingga tahun 2019, dilakukan oleh Komtek seperti terlihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Data Komite Teknis yang di kelola BSN dan Kementerian/Lembaga Tahun Jumlah Komtek/Sub-Komtek Sekretariat di BSN Sekretariat di K/L 2015 127 16 111 2016 141 29 112 2017 146 34 112 2018 152 37 115 2019 156 42 114

(15)

Sampai dengan akhir tahun 2019, telah ditetapkan sebanyak 13.048 SNI, di mana sekitar 50% (laporan kinerja BSN, 2019) di antaranya disusun dengan mengadopsi standar internasional secara identik atau modifikasi sehingga memiliki tingkat keselarasan yang sama dengan standar internasional (harmonis). Tabel 1.2 menyajikan perkembangan total SNI per tahun dari 2015-2019.

Tabel 1.2. Jumlah SNI yang Ditetapkan

Tahun Jumlah SNI yang ditetapkan (akumulasi)

2019 13.048

2018 11.944

2017 11.677

2016 11.155

2015 10.660

Dari jumlah SNI tersebut di atas, terdapat beberapa judul SNI yang populer atau paling banyak dibutuhkan, dilihat dari indikator data penjualan. Berdasarkan data tahun 2019, Tabel 1.3 menyajikan daftar 10 besar judul SNI yang paling banyak diminati oleh masyarakat.

Tabel 1.3. Daftar 10 Besar Judul SNI yang Paling Banyak Diminati

No Standar Judul

1 SNI ISO/IEC 17025:2017 (Ditetapkan oleh BSN tahun 2018)

Persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan kalibrasi (ISO/IEC 17025:2017, IDT)

2 SNI 8152:2015 Pasar rakyat

3 SNI ISO 9001:2015 Sistem manajemen mutu - Persyaratan (ISO 9001:2015, IDT)

4 SNI ISO/IEC 17020:2012 Penilaian kesesuaian ‐ Persyaratan untuk pengoperasian berbagai lembaga inspeksi

5 SNI ISO 37001:2016 Sistem manajemen anti penyuapan ‐ Persyaratan dengan panduan penggunaan (ISO 37001:2016, IDT)

(16)

No Standar Judul

6 SNI 8615:2018 ISO 31000:2018

Manajemen risiko ‐ Prinsip dan pedoman (ISO 31000:2009, IDT)

7 SNI ISO/IEC 27001:2013 Teknologi informasi - Teknik keamanan - Sistem manajemen keamanan informasi - Persyaratan (ISO/IEC 27001:2013, IDT)

8 SNI ISO/IEC 17065:2012 Penilaian kesesuaian ‐ Persyaratan untuk lembaga sertifikasi produk, proses dan jasa

9 SNI ISO 14001:2015 Sistem manajemen lingkungan -Persyaratan dengan panduan penggunaan (ISO 14001:2015, IDT) 10 SNI 8235:2017 Sistem peringatan dini gerakan tanah

2. Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian

SNI berupa dokumen yang ditetapkan oleh BSN baru akan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat bila SNI tersebut diterapkan dengan tata cara penerapan yang tepat melalui kegiatan penilaian kesesuaian yang sesuai oleh Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) yang kompeten. Capaian BSN yang berkaitan dengan sistem penerapan standar dan penilaian kesesuaian pada periode 2015-2019 dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Skema penilaian kesesuaian

Penetapan skema penilaian kesesuaian sebagai dasar harmonisasi pelaksanan tata cara penilaian kesesuaian oleh LPK berdasarkan Pasal 41 dan Pasal 42 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2018 tentang Sistem Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian Nasional menjadi tanggung jawab BSN. Untuk memastikan integritas tanda SNI, BSN menetapkan Peraturan Kepala BSN Nomor 2 Tahun 2017 tentang Tata Cara Penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis SNI sebagai dasar penyusunan skema penilaian kesesuaian di berbagai sektor. Dalam periode 2015-2019 BSN telah

(17)

menetapkan skema penilaian kesesuaian yang mencakup berbagai jenis produk di berbagai sektor sebagaimana disajikan dalam Tabel 1.4.

Tabel 1.4. Pengembangan Skema Penilaian Kesesuaian Tahun 2017-2019

No Sektor Skema SNI

1 Peralatan dan Produk Penanganan Kesehatan

18 43

2 Peralatan Penanganan Material 6 8

3 Tekstil dan Produk Pakaian 8 54

4 Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Perikanan

35 271

5 Pangan 102 319

6 Kimia 17 54

7 Logam dan Produk Logam 1 1

8 Kayu, Produk Berbahan Kayu, dan Furniture 7 37

9 Produk Kaca dan Keramik 1 1

10 Produk Karet dan Plastik 12 38

11 Kertas dan Produk Berbahan Kertas 1 3

12 Peralatan Rumah Tangga Non Elektronik, Olahraga, dan Hiburan

25 69

13 Jasa 3 3

14 Elektroteknik, telekomunikasi, dan produk optik

1 2

15 Keantariksaan 2 4

Total 239 907

b. Diseminasi standardisasi dan penilaian kesesuaian

Diseminasi dilakukan dengan melakukan promosi dan sosialisasi kepada pihak-pihak terkait dengan SPK. Promosi dan sosialisasi dilakukan dengan berbagai metode antara lain melalui pertemuan tatap muka, penggunaan media, dan paket publikasi/informasi yang disebarluaskan melalui media massa dan media sosial.

(18)

Salah satu upaya BSN untuk mendiseminasikan SPK adalah SNI Award yang diberikan untuk memberikan apresiasi kepada organisasi penerap SNI yang secara konsisten menerapkan SNI dan berkinerja sangat baik. Upaya peningkatan performa penyelenggaraan SNI Award terus dilakukan selama kurun waktu 2005-2019 dengan melakukan melalui transformasi penyelenggaraan SNI Award sebagaimana diilustrasikan oleh Gambar 1.3.

Gambar 1.3. Transformasi SNI Award dalam Kurun Waktu 15 Tahun (2005-2019)

Selama 2015-2019, SNI Award telah diikuti sebanyak 777 organisasi, baik pelaku usaha seluruh skala, BUMN, dan pemerintah, sebagaimana disajikan oleh Gambar 1.4.

(19)

Gambar 1.4. Perkembangan Jumlah Peserta SNI Award Periode Tahun 2015-2019

Event penting lainnya yang diselenggarakan setiap tahun adalah Bulan Mutu Nasional (BMN). Kegiatan ini berawal saat Dewan Standardisasi Nasional (DSN) menyelenggarakan Konvensi Nasional Standarisasi dan Penerapan Pengendalian Mutu pada tahun 1991. Sejak saat itu, BSN menyelenggarakan BMN setiap tahun yang dirangkaikan dengan Hari Standar Dunia (14 Oktober). BMN kemudian berkembang dan sejak tahun 2017, penyelenggaraan BMN dilaksanakan di berbagai daerah yang bekerjasama dengan pemerintah provinsi, yaitu pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (2017), pemerintah Provinsi Jawa Timur (2018), dan pemerintah Provinsi Jawa Tengah (2019).

c. Partisipasi masyarakat

Dalam upaya memperkuat peran SPK di masyarakat, BSN mengajak peran serta berbagai elemen masyarakat, antara lain melalui:

 Kolaborasi dengan pemerintah daerah terutama dalam penyelenggaraan BMN, pembinaan Usaha Mikro, Kecil, dan

(20)

Menengah (UMKM) dalam menerapkan SNI, dan pendampingan penerapan standar SNI ISO 9001 dan SNI ISO 37001 sebagai upaya peningkatan layanan kepada masyarakat dan anti penyuapan.

 Kolaborasi dengan Asosiasi Pabrik Kabel Indonesia (APKABEL) melalui International Copper Association Southeast Asia dalam sosialisasi SNI bidang Kelistrikan untuk perumahan guna menciptakan perumahan masyarakat yang aman dan laik huni.  Kolaborasi dengan Masyarakat Standardisasi Nasional (MASTAN) dalam melaksanakan sosialisasi SNI maupun peningkatan partisipasi anggotanya pada proses pengembangan SNI.

d. Penerapan SNI pada pelaku usaha

Menyadari pentingnya penerapan standar SNI dalam mendorong peningkatan efisiensi dan jaminan mutu, meningkatkan daya saing, dan perlindungan masyarakat dari aspek Kesehatan, Keselamatan, Kemananan, dan Lingkungan Hidup (K3L), BSN melakukan upaya penguatan penerapan SNI pada pelaku usaha dengan organisasi sebagai berikut:

 Pembinaan penerapan SNI kepada 707 UMKM yang tersebar di 23 provinsi. Kini produk UMKM telah menjangkau akses pasar yang lebih luas yaitu pasar retail (hypermarket/supermarket, e-catalogue, dll), bahkan telah ada produk UMKM yang telah di ekspor.

BSN bekerja sama dengan stakeholders (Kementerian Perdagangan, pemerintah daerah, dan Yayasan Danamon Peduli) melakukan pendampingan penerapan SNI 8152:2015 - Pasar Rakyat untuk 96 pasar rakyat di berbagai provinsi.

 Dalam upaya menindaklajuti Instruksi Presiden Nomor 16 Tahun 2016 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi, BSN bersama dengan Kantor Staf Presiden (KSP) dan

(21)

Komite Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan edukasi secara masif dalam mendorong organisasi dan industri dalam penerapan SNI ISO 37001 dengan sistem pilot project setelah melalui proses pembinaan, edukasi, dan diseminasi. Hingga akhir tahun 2019, sebanyak 86 organisasi/perusahaan telah menerapkan dan tersertifikasi standar SNI ISO 37001 oleh Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Anti Suap yang diakreditasi oleh KAN.

 Pada tahun 2019, BSN melakukan inisiasi penerapan SNI 8357:2017 Desa Tangguh Bencana yang bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dengan melakukan Ekspedisi Destana Tsunami di 584 desa/kelurahan. Salah satu agenda dalam ekspedisi ini adalah melakukan penilaian awal (gap analysis) di 548 Desa di 24 Kabupaten/Kota.  Bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam rangka mendorong penerapan SNI 8013:2014 Pengelolaan Pariwisata Alam. Pada tahun 2019, BSN telah melakukan penyusunan, sosialisasi, dan uji coba perangkat verifier penilaian penerapan SNI 8013:2014.

 Bekerjasama dengan Indohun untuk melakukan inisiasi Penerapan SNI 8340:2016 Sistem Manajemen Biorisiko Laboratorium yang digunakan untuk meminimalkan risiko bahaya yang ditimbulkan semakin banyaknya laboratorium yang dengan menggunakan bahan biologic berbahaya serta melakukan pendampingan penerapan SNI 8340:2016 di laboratorium Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pertanian.

 Pada tahun 2019, BSN menetapkan SNI ISO 21001:2018 Sistem Manajemen untuk Organisasi Pendidikan - Persyaratan dengan Panduan Penggunaan. BSN telah melakukan pendampingan penerapan SNI ISO 21001:2018 kepada institusi pendidikan.  Untuk memperluas jangkauan layanan SPK, pada periode

(22)

(lima) wilayah perwakilan provinsi yaitu Riau, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Keberadaan KLT BSN terbukti secara signifikan meningkatkan kesadaran pemerintah daerah dan pelaku usaha dalam penerapan SNI. e. Fasilitasi LPK

Untuk mendukung proses sertifikasi produk, proses, dan jasa, BSN juga melakukan fasilitasi terhadap LPK agar memiliki kompetensi sebagai lembaga yang menerbitkan sertifikat penilaian kesesuaian/hasil pengujian. Bentuk fasilitasi yang diberikan berupa bimbingan teknis pemahaman hingga pra audit kesiapan akreditasi KAN. Selama 5 tahun terakhir, sebanyak 307 LPK telah difasilitasi. Outcome yang diharapkan dari pelaksanaan fasilitasi LPK adalah akreditasi oleh KAN. Gambar 1.5 merekapitulasi LPK yang telah difasilitasi oleh BSN dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2015-2019).

Gambar 1.5. Jumlah LPK yang Difasilitasi BSN pada Tahun 2015-2019

Dalam upaya mengoptimalkan kegiatan fasilitasi LPK tersebut, khususnya dalam mendukung potensi produk unggulan daerah agar memiliki kualitas dan jaminan mutu produk, BSN telah melakukan pemetaan terhadap kondisi ketersediaan LPK di

0 20 40 60 80 100 120 140 2015 2016 2017 2018 2019

(23)

wilayah Indonesia, sebagaimana disajikan oleh Gambar 1.6 hingga Gambar 1.8.

Gambar 1.6. Dukungan LPK terhadap Produk Unggulan Daerah di Wilayah Indonesia Bagian Barat

Gambar 1.7. Dukungan LPK terhadap Produk Unggulan Daerah di Wilayah Indonesia Bagian Tengah

(24)

Gambar 1.8. Dukungan LPK terhadap Produk Unggulan Daerah di Wilayah Indonesia Bagian Timur

Dari hasil pemetaan di atas, serta melihat sebaran LPK di ketiga wilayah Indonesia, tampak bahwa keberadaan LPK masih didominasi di wilayah Indonesia bagian barat, sementara populasi LPK di Indonesia bagian tengah dan timur masih tampak minim. Tentunya hal ini perlu mendapat fokus perhatian BSN ke depan, terlebih produk unggulan daerah di wilayah Indonesia bagian tengah dan timur memerlukan infrastruktur penilaian kesesuaian guna memperluas penerapan produk unggulan daerah ber-SNI. f. Fasilitasi regulasi teknis

BSN melakukan fasilitasi pembahasan regulasi teknis yang berbasis SNI dan penilaian kesesuaian untuk SNI yang diberlakukan wajib dan SNI yang diusulkan dalam Program Nasional Regulasi Teknis (PNRT) guna memastikan bahwa regulasi tersebut sejalan dengan ketentuan internasional, prinsip Good Regulatory Practices (GRP), pemenuhannya terhadap aspek Regulatory Impact Assessment (RIA), dan pedoman pemberlakuan SNI secara wajib, serta memfasilitasi penyediaan informasi dan

(25)

penyelesaian permasalahan penerapan SNI. Jumlah usulan PNRT yang telah dipublikasikan BSN disajikan oleh Tabel 1.5.

Tabel 1.5. Jumlah Usulan PNRT dari Kementerian Teknis

Tahun Jumlah SNI yang diajukan dalam PNRT Jumlah SNI yang ditetapkan wajib Kementerian Pengusul 2015-2016 111 5 Kementerian Perindustrian, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, Kementerian ESDM, Kementerian PUPR 2016-2017 57 2 Kementerian Perindustrian, Kementerian ESDM, Kementerian Kelautan dan Perikanan 2017-2018 61 0 Kementerian ESDM, Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian

2018-2019 57 10 Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian

2019-2020 46 0 Kementerian ESDM, Kementerian Perindustrian g. Integritas tanda SNI

Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian, BSN melakukan uji petik kesesuaian untuk memastikan efektivitas penerapan SNI. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, jenis dan jumlah sampel yang dilakukan uji petik dari tahun 2015-2019 sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 1.9 dan Gambar 1.10.

(26)

Gambar 1.9. Jenis Uji Produk Petik

Gambar 1.10. Jumlah Sampel Uji Petik h. Penerbitan SPPT SNI

Sejak tahun 2019, BSN menyediakan layanan penerbitan Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI untuk SNI yang diterapkan secara sukarela oleh pelaku usaha, hal ini sesuai dengan amanah Pasal 46 Ayat 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian yang menyatakan “Persetujuan penggunaan Tanda SNI sebagaimana diberikan oleh BSN kepada Pelaku Usaha”. Dalam proses layanan SPPT SNI, BSN menyediakan aplikasi untuk memudahkan layanan pengajuan SPPT SNI serta memberikan informasi barang ber-SNI

(27)

kepada masyarakat yang membutuhkan. Keseluruhan proses pengajuan SPPT SNI dapat diakses melalui laman website

https://bangbeni.bsn.go.id/.

Hingga tahun 2019, seluruh permohonan SPPT SNI yang diterima BSN telah selesai di proses dan jumlah permohonan SPPT SNI yang diterbitkan BSN sebanyak 49 SPPT SNI dengan rincian per bulan sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 1.11.

Gambar 1.11. Grafik Pertumbuhan SPPT SNI i. Notification Body dan Enquiry Point

Sebagai notification body dan enquiry point, BSN memiliki tugas sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2018 tentang Sistem Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian Nasional untuk melakukan notifikasi rancangan regulasi teknis kepada anggota World Trade Organization (WTO) melalui sekretariat komite Technical Barriers to Trade - World Trade Organization (TBT-WTO). Hal ini dilaksanakan untuk memberi kesempatan bagi negara mitra untuk memberikan masukan rancangan regulasi teknis tersebut dan memberi waktu bagi industri dalam mempersiapkan produknya memenuhi persyaratan yang terdapat dalam rancangan regulasi teknis tersebut. Gambar 1.12 menyajikan grafik penanganan notifikasi regulasi teknis dan enquiry point.

(28)

Gambar 1.12. Penanganan Notifikasi Regulasi Teknis dan Enquiry

Pada tahun 2019, BSN telah menanggapi 67 (enam puluh tujuh) enquiry yang disampaikan oleh anggota WTO kepada Indonesia. Enquiry yang diajukan anggota WTO berupa peraturan teknis yang telah dinotifikasikan Indonesia ke sekretariat komite TBT WTO dan peraturan domestik yang berlaku di Indonesia. Enquiry yang disampaikan meliputi update informasi mengenai pemberlakuan SNI mainan anak, SNI di bidang ketenagalistrikan, SNI terkait peralatan rumah tangga, serta implentasi UU Jaminan Produk Halal. Pencapaian penanganan notifikasi dan enquiry tercapai 100% dari tahun 2015-2019 dengan jumlah regulasi teknis yang diajukan tergantung pada jumlah usulan dari K/L terkait. Selain itu, BSN menotifikasi regulasi teknis beserta addendum ke Komite TBT WTO.

(29)

Gambar 1.13. Total Notifikasi Regulasi Teknis Tahun 2015-2019

Untuk menunjang peningkatan akses pasar khususnya terkait regulasi negara tujuan dan mempermudah bagi para pemangku kepentingan untuk memenuhi regulasi terkait, BSN melakukan analisis regulasi teknis negara lain yang dinotifikasikan ke forum TBT WTO. Analisis nilai perdagangan yang terkait dengan Indonesia dibuat dalam weekly news dan dipublikasikan melalui media informasi BSN yang dapat diakses melalui laman website

https://www.bsn.go.id/main/berita/detail/10796/regulasi-teknis-tbt-wto-periode-7-14-des-2019. Gambar 1.14 menunjukkan bagan notifikasi rancangan regulasi teknis.

(30)

Gambar 1.14. Notifikasi Rancangan Regulasi Teknis

Untuk memfasilitasi stakeholders dalam penerapan regulasi teknis, standar, dan penilaian kesesuaian, baik untuk akses pasar internasional maupun perlindungan pasar dalam negeri, BSN membentuk komite nasional hambatan teknis dalam perdagangan. Komite teknis yang terdiri dari para stakeholders memiliki tugas untuk memperjuangkan kepentingan Indonesia, khususnya dalam perdagangan global yang terkait dengan implementasi perjanjian TBT WTO. Pada tahun 2018-2019, BSN bersama dengan K/L terkait memperjuangkan akses pasar untuk produk Crude Palm Oil (CPO) ke Benua Eropa dan produk kayu manis ke India melalui penyampaian Specific Trade Concern (STC). Selain hal tersebut pemantauan regulasi negara lain juga dilakukan melalui enquiry point dan pertemuan bilateral.

Pada tahun 2018 dan 2019, terdapat masing-masing 11 dan 15 rancangan regulasi negara lain yang ditinjau kembali dan ditanggapi untuk diperjuangkan guna memudahkan kepentingan eksportir Indonesia. Sebagai contoh di antaranya pada tahun 2019, BSN bersama K/L terkait memastikan Selandia Baru untuk

(31)

menetapkan regulasi pelabelan country of origin sesuai dengan standar internasional dan aturan Amerika Serikat terkait saling pengakuan dan keberterimaan hasil uji produk kayu.

j. Perjanjian kerja sama bilateral, regional, dan multilateral

Dalam forum perdagangan internasional, isu standardisasi dan penilaian kesesuaian (SPK) berperan dalam memfasilitasi perdagangan antar negara. Negosiasi perdagangan bebas baik secara bilateral, regional, maupun multilateral dalam bentuk, Preferential Trade Agreement (PTA), Free Trade Agreement (FTA), dan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) senantiasa melibatkan isu SPK di dalamnya sebagai upaya untuk memperlancar arus perdagangan serta melindungi konsumen di dalam negeri dari produk-produk yang tidak berkualitas. BSN berpartisipasi aktif dan menjadi lead negotiator dalam negosiasi di bidang Standards, Technical Regulations, and Conformity Assessment Procedures (STRACAP) atau Technical Barriers to Trade (TBT), di mana isu SPK menjadi isu yang dikawal sepanjang perundingan berlangsung. Dalam hal ini, BSN berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan terkait, baik pemerintah maupun swasta.

Pada tingkat regional di kawasan ASEAN, BSN juga bertindak sebagai National Focal Point dan koordinator Indonesia dalam forum ASEAN Consultative Committee for Standards and Quality (ACCSQ). Dalam forum ini, telah disepakati beberapa Mutual Recognition Arrangements (MRAs) maupun directives untuk beberapa sektor strategis seperti pangan, obat, kosmetik, kelistrikan, dan alat kesehatan. Dalam periode 2015-2019 tercapai kesepakatan di bidang pangan dan Bio-Equivalence yaitu MRA on Inspection and Certification System on Food Hygiene for Prepared Foodstuff dan MRA in Bio-Equivalence Study Report. Kesepakatan yang telah tercapai di ASEAN tersebut sangat mendukung

(32)

kelancaran arus perdagangan melalui keberterimaan hasil penilaian kesesuaian.

Saat ini, PTA/FTA/CEPA di tingkat bilateral di mana bidang SPK termasuk di dalamnya, yang telah disepakati dan sudah masuk dalam tahap implementasi meliputi Indonesia-Chile CEPA/ICCEPA, Indonesia–Australia CEPA/IACEPA, dan Indonesia-European Free Trade Association CEPA/IEFTACEPA. Untuk forum regional mencakup ASEAN-China FTA/ACFTA, ASEAN-Australia New Zealand (AANZFTA), dan ASEAN-Hongkong FTA (AHKFTA). Partisipasi aktif para pemangku kepentingan diperlukan dalam memanfaatkan hasil kesepakatan perdagangan tersebut di atas guna memanfaatkan peluang pasar dan meningkatkan ekspor produk Indonesia ke mancanegara.

3. Akreditasi Lembaga Penilaian Kesesuaian

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian, tugas akreditasi Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) dilakukan oleh BSN melalui Komite Akreditasi Nasional (KAN). Untuk melaksanakan tugas ini, Deputi Bidang Akreditasi BSN mempunyai tanggung jawab untuk mengoperasikan akreditasi LPK dan menjadi sekretariat KAN. Capaian utama di bidang akreditasi LPK selama periode 2014-2019 adalah sebagai berikut:

a. Perkembangan skema akreditasi yang dioperasikan

Skema akreditasi adalah prosedur, tatacara, dan aturan bagaimana suatu akreditasi dioperasikan pada bidang tertentu dan menjadi acuan baik oleh KAN maupun LPK dalam suatu layanan akreditasi. Skema akreditasi dikembangkan dan dioperasikan oleh KAN dalam rangka memfasilitasi kebutuhan pemangku kepentingan, baik pemerintah atau regulator, industri, atau masyarakat umum untuk pengujian, kalibrasi, inspeksi, verifikasi,

(33)

dan sertifikasi, baik untuk tingkat nasional maupun internasional. Sampai dengan akhir tahun 2019, KAN telah mengoperasikan 30 skema akreditasi.

Tabel 1.6. Perkembangan Skema Akreditasi Tahun 2014-2019

2014 2015 2016 2017 2018 2019

Jumlah Skema

Akreditasi 15 17 21 27 28 30

Beberapa skema akreditasi yang telah dioperasikan, sebagian ditujukan untuk memfasilitasi implementasi regulasi pemerintahan dalam beberapa sektor, baik untuk tujuan perlindungan masyarakat atau konsumen maupun untuk keperluan memperlancar ekspor produk unggulan Indonesia. Sebagai contoh skema verifikasi legalitas kayu dan pengelolaan hutan produksi lestari dilaksanakan untuk mendukung regulasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam rangka fasilitasi ekspor produk berbasis kayu, terutama untuk memastikan bahwa kayu yang digunakan adalah kayu yang legal perolehannya dan diambil dari hutan yang dikelola dengan prinsip hutan lestari. Contoh yang lain adalah skema sistem manajemen anti penyuapan yang dioperasikan untuk mendorong organisasi dalam menerapkan sistem manajemen anti penyuapan yang sejalan dengan progam pemerintah di bidang pencegahan korupsi. b. LPK yang diakreditasi

Untuk memastikan kesesuaian barang, jasa, proses, sistem, atau personal terhadap persyaratan SNI atau persyaratan tertentu lainnya, maka diperlukan kegiatan penilaian kesesuaian. Kegiatan penilaian kesesuaian dilakukan oleh LPK yang telah di akreditasi KAN, baik laboratorium penguji, laboratorium kalibrasi, laboratorium medik, lembaga inspeksi, lembaga validasi/verifikasi ataupun lembaga sertifikasi. Oleh karena itu, peranan LPK sangat diperlukan dalam kegiatan penerapan SNI.

(34)

Pertumbuhan LPK yang diakreditasi mengindikasikan semakin besarnya kebutuhan penilaian kesesuaian atau sertifikasi di Indonesia dan semakin sadarnya masyarakat dan pelaku usaha akan pentingnya sertifikasi pada kelangsungan usaha dan perlindungan pada keselamatan, keamanan, kesehatan, dan lingkungan hidup. Sampai dengan 31 Desember 2019, sebanyak 2.177 LPK telah diakreditasi oleh KAN, yang terdiri dari 312 lembaga sertifikasi, 114 lembaga inspeksi, 1.727 laboratorium, dan 24 penyelenggara uji profisiensi. Tabel 1.7 menyajikan perkembangan LPK yang telah diakreditasi oleh KAN pada periode 2014-2019.

Tabel 1.7. Perkembangan LPK yang Diakreditasi KAN 2014-2019 Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Laboratorium Penguji 801 961 1072 1170 1296 1366 Laboratorium Kalibrasi 172 208 230 249 274 291 Laboratorium Medik 34 46 49 55 64 70

Lembaga Penyelenggara Uji

Profisiensi 4 6 11 13 17 24

Lembaga Inspeksi 32 44 53 80 91 114

Lembaga Sertifikasi Sistem

Manajemen 36 36 36 40 46 51

Lembaga Sertifikasi Sistem

Manajemen Lingkungan 14 15 16 20 21 23

Lembaga Sertifikasi Sistem

Manajemen Keamanan Pangan 6 8 8 8 8 8

Lembaga Sertifikasi Sistem

Manajemen Energi 0 0 1 1 2 2

Lembaga Sertifikasi Personel 5 5 7 11 16 18

Lembaga Sertifikasi Produk 37 45 47 59 69 72

Lembaga Sertifikasi Organik 8 8 8 8 9 9

(35)

Lembaga Penilaian

Kesesuaian (LPK) 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Lembaga Sertifikasi Ekolabel 2 2 2 2 2 2

Lembaga Penilai Pengelolaan

Hutan Produksi Lestari 14 13 13 14 14 15

Lembaga Verifikasi Legalitas

Kayu 15 21 22 25 25 27

Lembaga Validasi dan Verifikasi

Gas Rumah Kaca 0 2 2 3 3 3

Lembaga Sertifikasi PPIU 0 0 0 0 2 13

Lembaga Sertifikasi Usaha

Pariwisata 0 0 52 49 37 34

Lembaga Sertifikasi Sistem Manajamen Bioresiko Laboratorium

0 0 0 0 0 1

Lembaga Sertifikasi HACCP 6 7 8 8 8 8

Lembaga Sertifikasi Sistem

Manajamen Kemanan Informasi 0 0 2 4 6 10

Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu Alat Kesehatan

0 2 2 2 2 2

Lembaga Sertifikasi Sistem

Manajemen Anti Penyuapan 0 0 0 2 6 9

Lembaga Sertifikasi SMK3 0 0 0 0 0 3

Lembaga Sertifikasi SMKRP 0 0 0 0 0 1

Lembaga Sertifikasi ISTC 0 0 0 0 0 1

TOTAL 1187 1429 1641 1823 2019 2177

c. Pengakuan internasional skema akreditasi

Untuk meningkatkan keberterimaan sertifikat penilaian kesesuaian yang diterbitkan di Indonesia, KAN menjadi anggota penuh di forum kerja sama badan akreditasi tingkat regional dan internasional tersebut di atas, yaitu Asia Pasific Accreditation Cooperation (APAC), International Laboratory Accreditation Cooperation (ILAC), dan International Accreditation Forum (IAF) serta

(36)

telah berhasil mendapat pengakuan saling keberterimaan melalui Multilateral Recognition Agreement (MLA)/Mutual Recognition Arrangement (MRA). Dengan pengakuan tersebut, sertifikat penilaian kesesuaian yang diterbitkan oleh LPK yang diakreditasi oleh KAN, baik sertifikat pengujian, sistem manajemen, produk, dan lain-lain, diakui oleh anggota MLA/MRA yaitu 71 (tujuh puluh satu) negara anggota IAF dan 103 (seratus tiga) negara anggota ILAC.

Selama periode 2014-2019 telah diperoleh 5 (lima) penambahan pengakuan internasional untuk skema akreditasi KAN, yaitu: 1. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Keamanan Pangan 2. Lembaga Sertifikasi Person

3. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Keamanan Informasi 4. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Energi

5. Penyelenggara Uji Profisiensi

Sampai dengan Desember 2019, pengakuan internasional skema akreditasi KAN melalui MLA/MRA mencakup 12 (dua belas) skema dari 30 (tiga puluh) ruang lingkup skema yang dioperasikan, sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 1.8 dan Tabel 1.9.

Tabel 1.8. MRA APAC dan MLA IAF

MRA/MLA MRA APAC MLA IAF

Quality Management Systems - QMS 24 Aug 2000 2 Sep 2002

Environmental Management Systems - EMS 08 Jul 2004 6 Oct 2007

Products 16 Jun 2009 19 Oct 2009

Food Safety Management Systems - FSMS 22 May 2013 21 Oct 2015

Person 15 Jun 2016 26 Oct 2018

Information Security Management Systems -

ISMS

14 Dec 2017 21 Jun 2019

Energy Management Systems - EnMS 14 Dec 2017 21 Jun 2019

Tabel 1.9. MRA APAC dan MRA ILAC

(37)

ISO/IEC 17025 Testing 22 May 2001 20 Jun 2001 ISO/IEC 17025 Calibration 13 Nov 2003 30 Dec 2003

ISO/IEC 17020 Inspection 09 Dec 2004 24 Oct 2012

ISO 15189 Medical Labs 14 Mar 2013 14 Mar 2013

ISO/IEC 17043 Proficiency Testing 21 Jun 2017 03 ct 2019

4. Pengelolaan Standar Nasional Satuan Ukuran

Standar Nasional Satuan Ukuran (SNSU) BSN sebagai National Metrology Institute (NMI) Indonesia memiliki tanggung jawab dalam pengelolaan standar nasional satuan ukuran untuk dapat memenuhi kebutuhan ketertelusuran pengukuran nasional. Secara teknis, diseminasi ketertelusuran pengukuran dilakukan melalui layanan kalibrasi peralatan ukur serta penyediaan Certified Reference Material (CRM).

Kebutuhan akan ketertelusuran pengukuran nasional cukup besar. Saat ini terdapat lebih dari 250 laboratorium kalibrasi serta lebih dari 1000 laboratorium pengujian yang membutuhkan ketertelusuran pengukuran secara metrologis dari SNSU-BSN. Dengan banyaknya kebutuhan kalibrasi nasional, dibutuhkan layanan kalibrasi nasional yang terdiri dari jaringan laboratorium kalibrasi industri dan komersial yang terkait atau tertelusur ke SNSU-BSN. Sertifikat kalibrasi yang dikeluarkan oleh SNSU-BSN untuk laboratorium kalibrasi industri dan komersial nasional, akan menjadi referensi untuk puluhan bahkan ratusan ribu sertifikat kalibrasi yang dikeluarkan oleh laboratorium-laboratorium kalibrasi tersebut.

Di tahun 2019, sejumlah 1.157 sertifikat kalibrasi telah diterbitkan oleh SNSU-BSN, sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 1.15. Dari jumlah sertifikat yang telah diterbitkan tersebut, tercatat sejumlah 77.911 sertifikat kalibrasi dari 76 laboratorium kalibrasi yang tertelusur ke SNSU-BSN.

(38)

Gambar 1.15. Jumlah Sertifikat Kalibrasi yang Diterbitkan SNSU-BSN di Tahun 2019

Kemudian untuk memperoleh pengakuan internasional atas kemampuan kalibrasi dan pengukuran, sejumlah kegiatan uji banding antar negara serta kegiatan peer review telah dilaksanakan. Pengakuan internasional atas kemampuan pengukuran dan kalibrasi (Calibration Measurement Capability - CMC) merupakan jaminan atas kualitas output kegiatan kalibrasi dan pengukuran yang dihasilkan oleh Direktorat SNSU Mekanika, Radiasi dan Biologi serta Direktorat SNSU Termoelektrik dan Kimia yang berada di bawah Deputi Bidang Standar Nasional Satuan Ukuran. Pengakuan tersebut merupakan prasyarat bagi diakuinya skema akreditasi dan pada gilirannya bagi diakuinya hasil pengukuran dan kalibrasi yang dilakukan oleh laboratorium kalibrasi dan pengujian di Indonesia. Dampak dari hasil pengukuran dan kalibrasi yang diakui tersebut adalah meningkatnya mutu produk dan keberterimaannya di pasar domestik dan pasar global. Pengakuan internasional atas CMC tersebut ditandai dengan tercantumnya jenis layanan tersebut dalam Appendix C pada CIPM MRA (perjanjian saling mengakui antar negara anggota Konvensi Meter).

(39)

Pada tahun 2019, terdapat kenaikan pengakuan internasional untuk kemampuan pengukuran dan kalibrasi di bidang Termoelektrik dan Kimia, yaitu 9 (sembilan) lingkup kemampuan untuk bidang SNSU Waktu. Dengan demikian, jumlah pengakuan internasional untuk kemampuan pengukuran dan kalibrasi yang telah dimiliki oleh SNSU-BSN adalah sejumlah 133 layanan untuk enam jenis besaran sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 1.16.

Gambar 1.16. Jumlah Kemampuan Kalibrasi dan Pengukuran SNSU-BSN yang Diakui Internasional

Dalam menjalankan peran sebagai NMI, SNSU-BSN juga mengeluarkan kebijakan berupa pedoman pengukuran dan kalibrasi di bidang Mekanika, Radiasi, dan Biologi serta Termoelektrik dan Kimia. Hal ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kompetensi laboratorium kalibrasi sebagai bagian dari infrastruktur metrologi nasional, serta dapat memenuhi kebutuhan laboratorium kalibrasi terakreditasi.

Di tahun 2019, SNSU-BSN telah menghasilkan 6 (enam) kebijakan yang diterbitkan melalui Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional, sebagai berikut:

(40)

1. Keputusan Kepala Badan StandardlsasI Nasional Nomor 643A/KEP/BSN/12/2019 tentang Standar Nasional Satuan Ukuran Kelistrikan;

2. Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 643B/KEP/BSN/12/2019 tentang Standar Nasional Satuan Ukuran Akustik dan Vibrasi;

3. Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 643C/KEP/BSN/12/2019 tentang Standar Nasional Satuan Ukuran Fotometri dan Radiometri;

4. Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 643D/KEP/BSN/12/2019 tentang Standar Nasional Satuan Ukuran Massa dan Turunannya;

5. Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 643E/KEP/BSN/12/2019 tentang Standar Nasional Satuan Ukuran Panjang; dan

6. Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 643F/KEP/BSN/12/2019 tentang Standar Nasional Satuan Ukuran Suhu dan Turunannya.

Kemudian sebagai upaya meningkatkan kapasitas serta kapabilitas laboratorium SNSU-BSN, saat ini BSN tengah membangun infrastruktur berupa laboratorium Standar Nasional Satuan Ukuran (SNSU) di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUSPIPTEK) Serpong, Tangerang Selatan. Fungsi gedung tersebut adalah untuk mendukung pengembangan SNSU untuk bidang kimia, mikrobiologi, dan kesehatan yang sangat mendukung sektor industri produk ekspor olahan berbahan baku sumber daya alam nasional. Pembangunan laboratorium tersebut bersifat multiyears yang telah dimulai sejak bulan Mei 2018 dan ditargetkan akan selesai pada tahun 2020. Progres pembangunan sampai bulan Desember 2019 telah mencapai 90%.

(41)

Capaian hasil kegiatan teknis BSN pada periode 2015-2019 sebagaimana diuraikan di atas tentunya tidak dapat dilepaskan dari proses pengembangan kelembagaan BSN sebagai fondasi pencapaian output dan outcome kegiatan BSN. Untuk dapat memberikan dukungan tersebut, capaian program pengembangan kelembagaan BSN pada periode 2015-2019 mencakup:

a. Penyusunan regulasi standardisasi dan penilaian kesesuaian Untuk memperkuat legalitas peran dan posisi BSN dalam sistem standardisasi dan penilaian kesesuaian nasional, dalam periode 2014-2019 BSN telah menghasilkan beberapa regulasi dan berbagai peraturan teknis pada pengembangan standar, penilaian kesesuaian dan akreditasi LPK sebagai berikut:

 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian.

 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2018 tentang Sistem Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian Nasional.

 Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2018 tentang Badan Standardisasi Nasional.

 Peraturan BSN Nomor 10 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Standardisasi Nasional, serta

 Sejumlah peraturan BSN yang diperlukan sebagai aturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian.

b. Pengembangan sumber daya manusia

Renstra BSN 2015-2019 merencanakan untuk dapat didukung oleh 520 pegawai (belum termasuk dengan P2M-LIPI) baik berasal dari rekrutmen langsung CPNS ataupun pengisian karena rotasi/mutasi pegawai dari K/L lainnya. Pada tahun 2019, BSN mendapatkan pemindahan pegawai P2M-LIPI sebagai implikasi dari bergabungnya unit metrologi ke dalam Deputi Bidang Standar

(42)

Nasional Satuan Ukuran. Berdasarkan data peralihan Personel, Peralatan Pembiayaan, dan Dokumen (P3D) sebanyak 110 personil PNS P2M-LIPI berpindah status menjadi PNS BSN, sehingga sebagaimana disajikan pada Gambar 1.17, bahwa jumlah pegawai BSN berjumlah 577 orang.

Dalam upaya peningkatan kapasitas dan kapabilitas organisasi, BSN terus berupaya meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang dimiliki. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan jumlah sumber daya manusia dari BSN dari tahun ke tahun. Lebih jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 1.17.

Gambar 1.17. Perkembangan Jumlah Pegawai BSN dari tahun 2012-2019

Selain meningkatkan kuantitas, BSN juga berupaya meningkatkan kualitas yang dimiliki. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS mensyaratkan setiap PNS mendapatkan peningkatan kompetensi untuk mewujudkan ASN yang profesional, minimal 20 jam per tahunnya. Program pelatihan tersebut secara rutin dilaksanakan BSN. Selain itu, saat ini BSN telah mengirimkan beberapa pegawai untuk tugas belajar di berbagai jenjang pendidikan, baik dalam maupun luar negeri. Sebarannya yaitu 6 orang jenjang S3 di luar negeri, 21 orang jenjang S2 di luar negeri (Amerika Serikat, Inggris, Australia, Jerman, Belanda, Perancis, Jepang, dan Korea) dan 16 orang S2 di dalam negeri (UI, UGM, IPB, ITB, dan UB).

(43)

c. Pengelolaan Anggaran

Pengelolaan anggaran di BSN sudah berjalan dengan sangat baik, yang ditunjukkan dengan diperolehnya beberapa penghargaan antara lain:

 Pada tahun 2016, penerima predikat kepatuhan tinggi untuk kategori lembaga oleh Ombudsman.

 Pada tahun 2017, kinerja pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) BSN telah mendapatkan apresiasi dari Menteri Keuangan dengan juara I kategori Utilisasi BMN.

 Pada tahun 2017, BSN menerima penghargaan sebagai kementerian/lembaga berkinerja terbaik peringkat Ke-3 untuk kategori pagu kecil.

 Pada tanggal 21 Desember 2018, BSN menerima penghargaan Satuan Kerja Terbaik Proyek SBSN (Surat Berharga Syariah Negara) Tahun 2018

 Pada tahun 2018, BSN mendapatkan skor 3,054 (level 3 “terdefinisi”) pada penilaian maturitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah 2018 oleh BPKP.

 Capaian Kinerja Opini Badan Pemeriksa Keuangan atas Laporan Keuangan BSN Tahun 2012-2018 selalu mendapat predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Hanya pada tahun 2015 yang mendapatkan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP).

Tabel 1.10. Capaian Opini BPK terhadap Laporan Keuangan BSN

(44)

Setiap Kementerian/Lembaga/Daerah (K/L/D) diwajibkan melaksanakan reformasi birokrasi sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2015-2025. Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan, terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan, tata laksana, dan sumber daya manusia aparatur. Tabel 1.11 menunjukkan perkembangan hasil evaluasi pelaksanaan Reformasi Birokrasi BSN oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPANRB) Tahun 2015-2019.

Tabel 1.11. Hasil Evaluasi Pelaksanaan RB BSN Tahun 2015-2019

No Komponen Penilaian Nilai Maks 2015 2016 2017 2018 2019 A Komponen Pengungkit 1 Manajemen Perubahan 5 3,66 3,65 3,64 3,64 3,75 2 Penataan Peraturan Perundangan 5 2,71 2,71 2,71 2,92 3,03 3 Penataan dan Penguatan Organisasi 6 4,01 3,84 3,84 3,84 3,97 4 Penataan Tatalaksana 5 3,76 4,13 4,01 4,02 4,07 5 Penataan Sistem Manajemen SDM 15 10,57 13,25 13,21 13,21 13,46 6 Penguatan Akuntabilitas 6 3,89 3,40 3,68 3,68 3,89 7 Penguatan Pengawasan 12 7,23 5,39 5,86 6,14 6,35 8 Peningkatan Pelayanan Publik 6 3,53 4,78 4,85 4,85 5,01 Subtotal Komponen Pengungkit (A) 60 39,36 41,13 41,80 42,30 43,53 B Komponen Hasil 1 Kapasitas Dan Akuntabilitas Kinerja Organisasi 20 13,42 13,04 13,79 13,32 13,75

(45)

No Komponen Penilaian Nilai Maks

2015 2016 2017 2018 2019

2 Pemerintah yang Bersih dan Bebas KKN 10 8,70 9,00 9,27 9,16 9,46 3 Kualitas Pelayanan Publik 10 6,80 7,73 7,83 7,98 8,48 Subtotal Komponen Hasil (B) 40 28,92 30,66 30,89 30,46 31,69 Indeks Reformasi Birokrasi (A+B) 100 68,29 71,79 72,69 72,76 75,22 B BB BB BB BB

Dalam rangkaian evaluasi reformasi birokrasi, KemenPANRB telah melakukan evaluasi kelembagaan BSN dengan hasil sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 1.18.

Gambar 1.18. Grafik Radar Hasil Evaluasi Kelembagaan BSN

Nilai peringkat komposit yang didapat dari evaluasi level BSN sebesar 87,08. Nilai tersebut dinyatakan masuk ke dalam kategori P-5 (skor 81-100). Kategori ini menyatakan bahwa dari sisi struktur dan proses, BSN dinilai tergolong sangat efektif. Struktur dan proses organisasi BSN yang ada dinilai mempunyai kemampuan sangat tinggi untuk mengakomodir kebutuhan internal organisasi

(46)

dan sangat mampu beradaptasi terhadap dinamika perubahan lingkungan eksternal organisasi.

e. Capaian Hasil Kerja sama dalam negeri dan internasional

Dalam pengembangan dan penerapan SNI, BSN juga telah melakukan pengembangan kerja sama kemitraan, baik skala nasional maupun skala global. Di skala nasional, sampai saat ini BSN telah menjalin hubungan kerja sama kemitraan dengan 149 stakeholder standardisasi yang terdiri atas 66 K/L, pemda, dan instansi lain, serta 59 perguruan tinggi dalam negeri. Di skala global, BSN telah menjalin 24 hubungan kerja sama luar negeri dengan berbagai negara. Secara global, BSN juga ikut berpartisipasi aktif di berbagai organisasi standar internasional, seperti International Organization for Standardization (ISO), International Electrotechnical Commisison (IEC), Codex, dll. Partisipasi aktif tersebut ditunjukkan melalui:

Terpilihnya Indonesia menjadi Vice President standar pangan internasional Codex (WHO/FAO), mengulang sejarah 24 tahun yang lalu.

Terpilihnya Deputi Akreditasi BSN sebagai Technical Management Board (TMB) dan Sekretaris Utama sebagai ISO Council.

Terpilihnya Deputi Bidang Akreditasi BSN sebagai Executive Committe di Asia Pacific Accreditation Cooperation (APAC).

 Terpilihnya Direktur Sistem Penerapan Standar BSN sebagai Sekretaris sekaligus Sekretariat Pacific Area Standards Congress (PASC) Periode 2020-2022.

Indonesia berperan sebagai Convenor (Leader), Project Leader, dan Secretary dalam Working Group yang ditugaskan mengembangkan standar ISO 14080 yaitu WG 7: Framework Standard. Standar internasional ISO 14080 Greenhouse Gas Management and related activities-methologies sebagai prestasi

(47)

yang dicapai melalui kerjasama antara BSN dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Lebih lanjut, untuk menghadapi tantangan-tantangan ke depan, BSN juga telah melakukan beberapa pengembangan layanan informasi. Layanan informasi tersebut berupa SNI Corner. SNI Corner merupakan pojok informasi terkait SNI yang terdapat di beberapa universitas dan instansi pemerintah. Hal ini merupakan hasil kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi dan instansi pemerintah.

Saat ini BSN telah membangun 28 titik SNI Corner yang tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia dan telah melayani setidaknya 92.911 pengguna layanan informasi standardisasi dan penilaian kesesuaian.

f. Hasil-hasil riset standardisasi dan penilaian kesesuaian

Penelitian SPK diarahkan kepada kebutuhan organisasi dalam rangka pemenuhan ketersediaan hasil penelitian/kajian yang mendukung pengembangan SNI. Mengingat pengembangan standar merupakan salah satu unsur penting di BSN, Pusat Riset dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Pusrisbang SDM) juga diharapkan mampu berkiprah dalam pengembangan standar baru yang memenuhi kebutuhan pasar. Peran Pusrisbang SDM BSN lainnya yang tidak kalah penting adalah melakukan pembinaan terhadap SDM Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian (SPK) yang berada di berbagai kementerian maupun non kementerian, akademik, dan universitas. Beberapa hasil penelitian yang dihasilkan, di antaranya:

Penelitian pengembangan standar stasiun pengisian mobil listrik Dalam rangka mendukung pengembangan mobil listrik nasional, BSN telah melakukan penelitian pengembangan standar komponen mobil listrik nasional. Pada tahun 2018

(48)

Pengisian Mobil Listrik (Charging Station). Penelitian ini merekomendasikan kepada Komite Teknis 20.06; 29.07 dan 29.08 di Direktorat Ketenagalistrikan, Kementerian ESDM untuk melakukan pengembangan RSNI Stasiun Pengisian Mobil Listrik.

Penelitian parameter utama SNI kursi roda manual di Indonesia Pada tahun 2016, pemerintah mempunyai kebijakan terkait percepatan pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan. Salah satu produk yang termasuk alat kesehatan adalah kursi roda manual. Sebenarnya sudah tersedia SNI 09-4663-1998 untuk pembinaan mutu industri kursi roda, namun belum semua produsen kursi roda menerapkan SNI 09-4663-1998 ini. Berdasarkan alasan tersebut, Pusrisbang SDM BSN melakukan penelitian dengan judul “Parameter Utama SNI Kursi Roda Manual”.

Penelitian tensimeter

Penelitian tensimeter ini bertujuan untuk menyediakan jaminan ketertelusuran alat ukur tekanan darah hingga rentang tekanan 0-300 mmHg sebagai upaya untuk menjamin kebenaran pengujian dan kalibrasi sphygmomanometer atau tensimeter yang dilakukan oleh laboratorium kalibrasi medis nasional. Dengan adanya penelitian ini diharapkan ketertelusuran alat ukur tekanan darah dapat terbangun untuk tekanan statis maupun untuk pengujian tensimeter melalui simulator tekanan darah yang dikembangkan.

1.1.3 Aspirasi Masyarakat terhadap Badan Standardisasi Nasional

Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun setelah penetapan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian, BSN sebagai bagian dari birokrasi pemerintahan Republik Indonesia, telah berupaya semaksimal mungkin untuk dapat

(49)

mewujudkan tujuan-tujuan yang ditetapkan di dalam UU tersebut. Capaian BSN dalam periode 2015-2019 yang dapat diwujudkan dengan mengacu pada Strategi Standardisasi Nasional 2015-2025 dan Rencana Strategis BSN 2015-2019 telah diuraikan dalam bagian 1.1.2. Namun demikian, capaian BSN tersebut tentunya belum sepenuhnya memenuhi aspirasi dan harapan masyarakat atas keberadaan BSN sebagai bagian dari Pemerintah. BSN secara terus-menerus harus melakukan berbagai peningkatan dan terobosan untuk dapat merespon aspirasi masyarakat dan mewujudkan harapan masyarakat terhadap hadirnya sistem standardisasi dan penilaian kesesuaian sebagaimana diamanahkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian.

Aspirasi masyarakat merupakan salah satu bentuk kepedulian masyarakat terhadap kinerja dari BSN. Berdasarkan pengamatan, survei, dan kegiatan lain untuk menjaring aspirasi masyarakat sampai dengan akhir pelaksanaan Renstra BSN 2015-2019, terdapat beberapa aspirasi dan saran dari masyarakat untuk BSN untuk dapat dijadikan rencana kebijakan dan perbaikan program hingga tahun 2024, yang dapat dikelompokkan ke dalam setiap sub-sistem dari sistem standardisasi nasional sebagai berikut:

1. Pengembangan SNI

a. Parameter dalam pedoman SNI seharusnya selaras dengan parameter yang diatur dengan regulasi atau peraturan lain yang berlaku di Indonesia sehingga tidak terjadi tumpang tindih kebijakan.

b. Pengembangan SNI memperhatikan kebutuhan pasar dan masyarakat dapat berpartisipasi aktif untuk diikutsertakan sehingga dapat dengan mudah untuk diimplementasikan. c. Perlu peningkatan kemudahan akses mendapatkan informasi

dan dokumen SNI yang saat ini dirasa masih terbatas dan menyulitkan masyarakat.

Gambar

Gambar 1.1. Proses Bisnis Standardisasi dan Penilaian  Kesesuaian
Gambar 1.2. Pengelolaan Infrastruktur Mutu Nasional Indonesia  melalui Sistem Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian
Tabel 1.2. Jumlah SNI yang Ditetapkan
Tabel 1.4. Pengembangan Skema Penilaian Kesesuaian Tahun  2017-2019
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Badan Standardisasi Nasional tentang Manajemen Risiko di Lingkungan Badan

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Badan Standardisasi Nasional Nomor 13 Tahun 2020 tentang Skema Penilaian Terhadap Standar Nasional Indonesia Sektor Logam dan Produk

bahwa skema penilaian kesesuaian terhadap Standar Nasional Indonesia sektor produk karet dan plastik yang telah ditetapkan dengan Peraturan Badan Standardisasi Nasional Nomor

Pada saat Peraturan Badan ini mulai berlaku, Peraturan Badan Standardisasi Nasional Nomor 2 Tahun 2020 tentang Skema Penilaian Kesesuaian terhadap Standar Nasional

Pada saat Peraturan Badan ini mulai berlaku, jabatan dan pejabat yang memangku jabatan di lingkungan Pusat Riset dan Pengembangan Sumber Daya Manusia berdasarkan

7 Apabila hasil tinjauan terhadap permohonan transfer Sertifikasi terdapat hal - hal yang perlu dikonfirmasi oleh LSPro penerima, maka LSPro penerima dapat melakukan

sudah diperbaharui dengan Peraturan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 6 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 3 Tahun

 Diperbarui dengan Peraturan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 6 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 3 Tahun 2011