rsBN
978
-
6A2
-
294
-
215
-
3
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL
SASTRA
DAN
BUDAYA
II
PENGEMBANGAN PENGETAHUAN SASTRA DAN BUDAYA
SEBAGAI
UPAYA
MENINGKATKAN
PENGETAIIUAN
I}AIY
APRBSIASI
TERIIAI}AP
KERAGAMAN
BUDAYA
BAIq{GSA
DENPASAR,
26
-
27
lil,flIE,l2017
FAKULTAS
IL1UU
BUPAYA
UNIYERSITAS UDAfi&NA
PROSII}INC
SEMINAR NASIONAT
SAST,&&
BUDAYA
II
TAKIILTAS
ILMU.STI$S&{
.T'I{-ffENSI?AS
UI}AYAFTA26
-21MEI2017
Jalan Pulau
Ni*s
No. 13 S*nglahDelpacrr
',;,;Udnyara
U*iversity
Prcsr
ISBN
1?8-LBt-atq-e1,5-3
FENOMENA SOSIAL
DALAM
CERPEN "PROTES"KARYA
PUTL-WIJAYA
I
Ketut SudewaHARMONIS TRAGIS STRUKTUR HANCUR:
PENDIDIKAN
KARAI\I5
DALAM
BUNGUT LANTANG NGUTAHANG KACANGKARYA
MADE
SANGGRAI Made Suarsa
MAHABHARATA
DALAM
TRADISIDAN PENCIPTAAN SASTR{
BALI
I
Made SuastikaPERKAWINAN GANDARWA
DALAM
PERSPEKTIFMASA
KIM
(REFLEKSI PERKAWINAN
DUSMANTA-SAKUNTALA
DALAM
MAHABHARATA)
...I Nyoman Duana Sutika
NILAI-NILAI
MULTIKULTURAL
DALAM
SASTRA PARIBASABALI
I Nyoman Suarka
MAKNA
PENDIDIKAN MORAL
DALAM
KIDUNG
EPISODE PERSAHABATAN SI
LUTIING
DENGAN I Nyoman SukarthaNACA
WINAS{
SI KEKER
sEltl
PRAKTIK-PRAKTIK KULTURAL KEBUDAYAAN
BALI
DI
KELLA$&ISUMERTA
DENPASARTIMUR
2002-2017 .I Nyoman Wijaya, Anak Agung
Ayu
Rai Wahyuni, dan FransiskaDeui
Smr
Sunaryo
PENGARCAAN
PRATIMA
DEWA DEWAHINDU DI BALI:
KESINAMBTINGAN TRADISI PENGARCAAN
JAMAN
INDONESL{
.HINDU
I Wayan RedigMERAruT
KEBHINEKAAN
DALAM
BINGKAI
NEGARA KESATL'.REPUBLIK INDONES
IA
(NKRI)
BERDASARKANBUKTI-BUKTI
ARKEOLOGI... I Wayan Srijaya
Slrtue
dan BudaYaII
!ilci
2017KULTURAL KEBUDAYAAII
BALI
DI KELURAIIAN
SUMERTA
DENPASAR
TIMUR
2002-2017.
INyomanWrjaYa
Anak Agung AYu Rai WahYuni
Fransiska Dewi Setiowati SunarYo
[rE!@
Surdi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayanaiwij ayastsp@Yahoo.co.id
Abstrak
Snrdi ini mengambil topik riset konstruktivisme budaya dengan
deri
penekanan pada praktik-praktik kultural kebudayaanBali
dif,cfurhan
Sumertadi
DenpasarTimur
tahun 2002-2017. Persoalanp
akan dibahas dalam penelitianini
adalah langkah-langkah yang,rn
r,rtan
oleh
pemerintahanKeluruhan
Sumerta memanfaatkanermsi
budayanya dalam mengelola para migran muslimdi
wilayahLJ.rr-*r^r,.ya.
Apakah langkah-langkah tersebut merupakan sebuahpalfi}
multikulturalisme atau hanya sebuah bentukpraktik
kuasadftsiptin.
oleh
karenanya studiini
difokuskan pada pengalaman hidup pera migran muslim di kelurahanini
yang begabung dalam PaguyubanL-"t
Muslim
Akasia(PUMA). Dari
dua kemungkinanitu,
praktik-Fakhk
kultural
kebudayaanBali
yangterkait
denganPUMA
lebihmengarah pada
praktik
kuasadisiplin
daripada multikulturalisme,rhingga
tidak menghasilkan sebuah bentuk masyarakat multikultural,malainkan masyarakat yang patuh dan
berguna
pada aturan-aturanlangberlaku
di Keluruhan Sumerta'Kata kunci:
migran, muslim, kuasa'disiplin, masyarakatmultilatltural, masyarakat
plural
PENDAHULUAN
Paguyuban Umat
Muslim
Akasia(PUMA)
merupakan sebuah komunitasmigan
asal Jawa yang tinggaldi
Jalan Akasia Keluruhan Sumerta, Kecamatan.Makalah yang dibawakan dalam Seminar Nasional Sastra dan Budaya II yang diselenggrakan oleh Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana tanggal2' dat26Mei 2017 .
Prosiding
Seminar Nasional Sastra dan Budaya
II
Denpasar, 26'27
Mei
2017DenpasarTimur'KomunitasiniberdiripadabulanJunitahun2008.
pembentukannya dilakukan oleh tokoh-tokoh yang berpendapatbahwa
ada banyak
migranmuslim,namrrnbelummemilikisuatuwadahyangbisamenampung
aspirasi, tempat mengadu' dan berkeluh kesah'l
KelahirannyabermuladariketidaksengajaanketikaSeofangmigran
bernama Samali mengundan
g
parawarga muslim yangtinggal
di
Jalan Akasiauntukmengadakanpengajian.Seusaipengajian,paratokohwalgadudukbersantai
bersamasambilmembicarakanprihalsemakinbanyaknyamigranmuslimyang
datangdantinggaldiwilayahKecamatanSumerta.Salahseorangdarinya,Waluyo lalumengajakparawargaAkasiamembentuksuatuwadahataupaguyubanumatmuslim'AjakaninilangsungditerimapesertapengajiandanWaluyoditunjuk
sebagaiketusnya.Waluyosetuju,makaterbentuklahpeguyubanini.Anggotanyalebihdari54kepalakeluarga,sebagianbesardarinyaberasaldariJemberdan
daerah-daerah lainnya di Jawa Timur'2
Selainkegiatanpengajian,PUMAjugamelaksanakantaraweh,halal.bihalal
yangbiasadilalqrkandiBedugulsesuaikondisi.Apabilakegiatanituberlangsung
disekretariatpuMA,makaparaaparat,pengurusbanjartermasuksesepuft'pemukamasyarakatdanLurahSumertadiundangsebagaitamukehormatan.Padasaat
perayaanldulFitri,Lurahsumertadiberikanundangankhususuntuk
menyampaikansambutandaninformasi-informasiyangperluditeruskankepadaanggotaPUMA.SelainsaatldulFitri,dilangsungkanpulaperayaanMaulidNabi,
IsraMiraj.Selamaberlangsungnyakegiatankeagamaanitu,PUMAselaluberbekal persetujuandarikepalalingkungansetempat,kelianbanjar.Sekalipundemikian,demimenjagakeamanan,makasetiapmelakukankegiatankeagamaan,PUMA
lHasilwawancaraNyomanokaPrihastaPutradenganWaluyo,selakuketuaumumPUMApada;;;;i';d il;;;r
2017, bertempat di Akasia v no'2 Denpasar rimut'2 Hasil wawancara puru Dyah pradnya Paramitha
i"::3y:t:::-t"tl*f,ffi.'-"*'
;|frffiJffi
oo"rff*"-ia,
tanggal 18 Maret 2or't di Seketariat PUMA.270
rsBN
Prosiding
Seminar Nasional Sastra dan Budaya
II
Denpasar, 26'27Mei
2017selalu harus
mendapatkanizn
dari
pemerintah kecamatandan
melibatkanPecalang, BABINSA.3
Selama
9
tahunberdiri belum
pernah ada gejolak-gejolakyang
serius antarmigran dan warga lokal atau bahkan nyaris tidak ada kejadian-kejadian yang menyimpangdari
awig-awig, tata-tertibPUMA,
sebab sekecil apapun bentuk penyimpanganitu
akan diluruskan dan ditanganioleh
pengurusnya.a Interaksi
mereka dengan
warga
lokal
dan
pejabat pemerintahdi
Kelurahan
sumertaberlangsung dengan baik. Pemerintah Kelurahan Sumerta melaksanakan fungsinya
sebagai pengayom semua umat beragama dengan baik's
Permasalahan dan Pertanyaan Penelitian
Latar belakang tersebut
di
atas memperlihatkan adanya suatu persoalan menarik yang perludikaji
dalam studiini,
yakni sekelompok migran muslim asal Jawa dengan jumlah anggota relatif banyak bisa bertahan hidupdi
tengah-tengahkelompok mayoritas
Hindu,
tanpa menimbulkankonflik
horisontal' Mengapasekalipun berada dalam posisi sebagai kelompok minoritas, mereka masih bisa
bertahan tinggal di wilayah Kelurahan Sumerta. Tentunya ada korelasi sebab akibat
antara eksistensi komunitas
ini
dengan praktik-praktik kultural kebudayaan Bali diKelurahan Sumerta dalam mengelola para migran di daerahnya' Akan tetapi belum jelas secara keilmuan, fenomena apakah yang terjadi di Kecamatan Sumerta'
Pada
umumnya, studi-studi terdahulu
mengenai eksistensi kelompokminorotas
di Bali
selalu disebut sebagai seuah praktik masyarakat multikultural'5hil
wawancara Nyoman Oka Prihasta Putra dengan Waluyo, selaku ketua umum PUMA padan!-rl
l8 Maret 2017, bertempat di Akasia v no'2 Denpasar Timur'&l
wawancara Nyoman Oka Prihasta Putra, sama dengan di atas.!N
rawancara putu Dyah Pradnya Paramitha dengan I Made Tirana selaku Kepala Kelurahanl
r,
tanggal 9 Maret 2ol7 diKantor Kelurahan Sumerta'fim@pa
penelitian terdahulu yang secara optimis menyebut masyarakat Bali adalah masyarakatt-tlElE-al
antara lain dapat dilihat padaI
G Pitana, "Memperjuangkan Otonomi Daerah:Prosiding
Seminar Nasional Sastra dan Budaya
II
DenPasar, 26-27Mei
2017Akantetapiadanyasejumlahkepatrrhanyangditampilkanolehkomunitasinidalam
kehidupanbermasyarakat,menunjull<anyangterjadibukanlahsebuahpraktik
masyarakat multikultural melainkan relasi
kuasa'
7
Adasejumlahkondisiyangmenunjut&anpraktikhubunganantataanggota
PUMAdanmasyarakatlokaltidaklebihdarisebuahpraktikkehidupanyang
umumnyaterjadidalammasyarakatplural,bukanmasyarakatmuttikultural'
DenganmengutipLubis(2006),Syaifuddin(2006),Fay(1996),Furnivall(1948),
dan
Burhanuddin (2003), NengahBawa Atmadja
menggambarkanperbedaan
attaramasyarakat plural dan multikultural'8
MencegahSandyakalaningPariwisataRali,,,.dalamlNyomanDarmaPutra(ed.),BaliMenuju
Jagaditha: ,ln"t o r"rrp"fi6fo"npurur, pustaka Bali Post, 2}}4),yatgmenyebutkan
kebudayaan
Bali adalah sebuah mehin[ pot,suatu konsep
y*g
b"rurui darimultikulturalisme; I Nyoman Naya
Sujana, *Konflik sosid Jigali, F"oolll"nu dan s#ategi Penanggulangan
'
dalam I Nyoman Darma Putra (ed.), B ali Menuiu )agaditha: AnekaP"op"iy"p"np*u''
pottuttusali Post' 2004)'p' 7 yaolg
menyebutkan masyarakat
iali
semakin*uiemrrtia,
multikultur, baiksecara internal mauprm eksternal; I wayan
arait"l.grk
i-Bukti fukeolosi iert"ntrtnyaAkar Multikulturalisme"' dalam
I Wayan Ardika dan parma putra (ed.), politik Keli)oroon dan ldentitas
Elnik (Denpasar
SastraUniversitasUdayanadanBalimangsiPress,2004),pp,3-5,yangmengatakan multikulturalir*. t"tut tuJi, 2500 tahun yang lalu ketika bangsa-bangsa asing mencari
rempah-rempah. Hal itu terbukti iuri
ait"*rtu*yu
g"ruuut , toamik,alat-alat logam, dan manik-manik dari kaca maupun kamelian t "rir proarrtri uungru-u*-g*
uring;'r wayan- Gede suacana, "Diferensiasi Sosial dan penguatan Toleransi dalam
Masyarutiittoulu*a1,"
dalam Jurnal Kaiian Budoya'
Nomer 3 Volume 2 Januari 2005, pp.
r-r:,
vurrg;"rrgutut* masyarakatBali adalah masyarakat
multikultural, namun
*"*itiUi '"'i't"n'i
'"'ai;;i"dt'
tll"Out!
Yan
terhadap konflik' dan cenderung
t"ra.f"'"*iu'i,
sehingga diperlukan strategijitu dalam mengelolanya'
TPenelitianterdahuluyangsudahmemakai.analisislNyomanWijaya,etal.,,,Mengelolla
Kemajemukan, rrr"ngguii*iL M"roro,r.ku, - st ut.gi
Menuju tvtalvuratat Multikultual di Bali
Antara Masyarakat
';ffi a*
"t*rurut*-
Iviultikulnual," Laporan Penelitian Nomor
0 1 3/SP2HP/PL/Dit'Lit;;
*nlt
ZO1ZT Maret 20 I 2' Universitas Udayana' 20 I 2' 8 Nengah Bawa Atmadja, ..Identitas
t-ru*1
Etnik, dan NasionalPlh*
Perspettif Pendidikan
Multikultural
,-
purtoio'lurnal llmu-Ilm,n"ii)v-riie
vIII,
No'l Februari 2008 diterbitkm;i;Y;**
Guna Widva Fakultas Sastra Unud'272
rsBN
Prosiding
Seminar Nasional Sastra dan Budaya
II
Denpasar, 26-27 D'Iei 2017
Berpijak dari
ciri-ciri
yang digambarkan oleh Atrnadja di atas, tampak jelasdi
Kelurahan Sumerta, terkait dengan hubungan antara masyarakatlokal
dengananggota PUMA, lebih menunjukkan sebuah potret masyarakat plural. Beberapa
ciri
yang menunjukkan ada pohet seperti
itu
adalah, satu, sekalipundi
dalamnya duaunstu masyarakat dengan
ciri-ciri
budaya yang berbeda satu sama, namun merekahidup
dalam dunianya sendiri. Padahal supaya bisa disebut sebagai masyarakatmultikultural, di dalam kemajemukannya itu, setiap anggota masyarakat semestinya
sudah melakukan interaksi aktif dalam kehidupan sehari-hari.
Dua, terlihat pula dengan jelas, baik penduduk lokal maupun para migran masih bisa mempertahankan batas-batas kebudayaannya secara tegas. Sangatjarang terjadi interaksi lintastruktur maupun lintasmasyarakat dan
jika
pun ada, arenanyaberada di ruang publik, terutama pasar (dalam pengertian luas) yang berlangs,ng
di
atas suatu kepentingan. Hubungan yang
terjadi
di
antara penduduklokal
danmigran,
tidak
selamanyamenjunjung
kesederajatanatau
kesetaraan yangberkeadilan, melainkan
bisa
saja
mengedepankanpraktik
dominasi, bersifatdiskriminatif
yang dilakukan secara tersamar. Padahal untuk bisa disebut sebagaimasyarakat
multikultural,
seharusnyakedua belah pihak,
tidak bisa
lagimempertahankan batas-batas kebudayaannya secara tegas. Demikian pula dengan
interaksi bercorak lintaskultur maupun lintasmasyarakat harusnya berlangsung
sangat intensif, sedangkan arena interaksi bukan hanya
di
atas kepentingan pasar,tetapi dengan berbagai kepentingan.
Lebih
tegas
lagi, faktor yang
memperkuat penyebebutannya sebagaimasyarakat
plural
dapatdilihat
dari
adanya kenyataan bahwa setiap kelompok memegang agama, kebudayaan, bahasa, dan cara hidupnya sendiri-sendiri. Jadi,mereka
tidak lebih dari
sebuah masyarakatmajemuk
denganbagian-bagian komunitas yang hidup berdampingan, namun terpisah dalam satuan
politik
yangsama. SupaYa
bisa
disebut sebagai masyarakatmultikultural,
sekalipun setiapkelompok bisa tetap memegang agama, kebudayaan, bahasa, dan carahidupnya
sendiri-sendiri,
namun,
di
balik
itu
keberadaafinya haruslahdalam
kontekskesetaraan, kesederaj atan, toleransi, saling menghargai.
Prosiding
Seminar Nasional Sastra dan Budaya
II
Denpasar, 26'27
Mei
2017Relasi Kuasa-DisiPlin
Dalam kaitannya dengan penduduk lokal, data yang diperoleh
di lapangan
justrumemperilahtkananggotaPUMAselaludiawasi,dipantau,dandilatihuntuk
dijadikanpatuhdanbergunasesuaidengankepentinganumummasyarakatdi
KelurahanSumerta.DalambahasaMichelFoucault,fenomenakehidupansepertiinidapatdisebutsebagaipraktikkuasadisiplin.gPraktikkuasadisplinini
menunjukkanadanyahubunganantarakuasa,pengetahuandantubuhmodern.
Foucaultmenganggapkuasasebagaisuatumekanisme,bukanmilik.Diatidak
bersifatterpusat,tetapitersebar.Pemenuhankuasadanhubungannyadengan
pengetahuan,memperlihatkankuasabukanlahsepertianggapanlamapenghambat tampilnyapengetahuan.Metaluikuasayangtersebarpengetahuanberkembang mengiringinYa'roKuasabukanhanyasebagaikekuatanyangbisanyahanyamelarang'
membatasiataumenekan,tetapijugamerupakanmekanisme-mekanismeproduktif yangmelaksanakanhukumantanpamenyentuhtubuhuntukmenjadikanindividupatuhdanberguna.llDengankatalain,kuasabukansekedarsesuatuyang
memalcsa, menyensor, memeras) menutupi, dan
menyembunyikan, melainkan juga
bersifatproduktif,menghasilkanrealitas,menghasilkandomainobjekdanritual
kemerdekaan'12
KuasayangdipakaiolehpenduduklokaldanpemerintahKelurahan
Sumerta untuk mendisiplinkan tubuh para migran bersumber
dari pengetahuan yang
merekamiliki.Pengetahuanituterbentukdariargumentasidandayaakalserta
wacana yang berkembang di dalam masyarakat. wacana
yang paling berpengaruh
gsunuHardiYanta,MichelFoucoultDisiptinTubuhBengkellndividuModern(Yogyakarta:LKiS,
L9971, P.20'
ro lbid., p.u.
Lt tbid.
12 Simon Philpott, Meruntuhkon lndonesia: Politik Postkoloniol
don otoritorionisme, terj. Nuruddin
*na.'Ot,, Jzrir Fauzan (Yogyakarta: LKIS' 2003)' p' 22'
zi4
rvE'Yi'-
ISBN
978-602-294-215-3
iii r:i .:|'Prosiding
Seminar Nasional Sastra dan Budaya
II
Denpasar, 2G27
Mei2017
dalam
terbentuknya
pengetahuanyang
dijadikan sebagai kuasa
untukmendisplinkan tubuh para migran adalah pasca peledakan bom
di
Legian tahun2002'
Peristiwa tersebut membuat penduduklokal
bersikaphati-hati
terhadapaktivitas para migran
muslim.
Salah satu bentuk kehati-hatianitu
terlihat
dariadanya aturan bahwa suafu pengajian akbar dan pementasan-pementasan kesenian
yang dilangsungkan hingga pukul 22.00 maramsupaya tidak sampai mengganggu warga sekitar yang mulai memasuki jam beristirahat.t3
Praktik
kuasadisiplin
yang ditujukan
kepadapara migran muslim
diKelurahan Sumerta menghasilkan tubuh-tubuh yang patuh dan berguna.
Hal
ituterlihat
dari
kepatuhanmereka
ketika
menyelenggarakan kegiatan_ke giatankeagamaan, dengan cara selalu mengikuti ketentuan-ketentuan yang berlaku di
Kelurahan Sumerta berupa surat-surat perijinan atau permakluman secara resmi
kepada pemerintah kelurahan. la
Tubuh yang
patuh
dan bergunaitu
bukan hanya terlihat secara vertikal,untuk dan demi para pejabat
di
tingkat kelurahan, tetapijuga
secara horisontal,
antara sesama warga mayararakat, seperti dalam perayaan upacara
keagamaan.
Pada hari raya Idul Adha, umat muslim memberikan suguhan berupa daging mentah atau olahan kepada umat Hindu yang berada
di
sekitar tempat tinggalnya masing_ masing.. Dalam budaya lokal, tradisiini
disebut ngejot. pembiaran suguhanini
biasanya
diawali
dengan mengajukan pertanyaan apakah akanmemilih
daging kambing ataukah sapi. pertanyaan
ini
dianggap penting mengingat adasebagian
umat Hindu yang tidak mau mengkonsumsi daging
sapi. sebaliknya, pada p erayaan
Galungan dan Kuningan, umat
Hindu
memberikan bingkisan berupa buah_buahandan jajan surudan, yang sudah digunakan untuk kepentingan
upacara.rs
13 Hasil wawancara
Dwi Ari wulaningsih dengan Puji suwantoro di sekretariat puma, Denpasar Barat, pada tanggal 1g Maret 2017.
ra
Hasil wawancara putu Dyah pradnya paramitha dengan Mistari selaku Ketua Umum
I
Paguyuban umat Muslim Akasia, tanggal 1g Maret 2017 disekretariafpUue.
15
Sama dengan di atas.
Prosiding
Seminar Nasional Sastra dan Budaya
II
DenPasar, 26-27
Mei
2017SIMPI]LAI\
Praktik kehidupan bermasyarakat antarapara migran yang tergabung dalam
PUMA di Kelurahan Sumerta belum bisa disebut sebagai masyarakat multikultural,
melainkan sebuah masyarakat plural, sebab multikulturalisme yang menjadi fondasi
dari
terbentukya masyarakatmultikultural
bukanlah
sekedar aneka budaya'melainkan sebuah kebudayaan baru yang tidak semata-mata mengakui keragaman
ras, budaya, dan bahasa,
tetapi
satu samalain
hidup
secara harmonis dalam kesederajatan. Praktik kehidupan bermasyarakat pada dua kelompok yang berbeda suku, agama, dan adatini
tebih tepat disebut sebagai sebuah praktik pendisiplinantubuh yang dilakukan oleh penduduk
lokal
dan pemerintah Kelurahan Sumertauntuk melahirkan komuniats muslim yang patuh dan dan berguna pada
aturan-aturan lokal.
DAFTAR PUSTAKA
Ardika, I Wayan. 2004. "Bukti-Bukti Arkeologi Terbentuknya {kar Muhikulturalisme," dalam I
WayanArdika dan Darma iutra (ed.), Politik Kebudayaan dan ldentitas Etnik'Denpasar: Fakultas
Sastra Universitas Udayana dan Balimangsi Press'
Bawa Atmadja, Nengah. 2008. *Identitas Agama, Etnik, dan Nasional Dalam Perspektif Pendidikan
Multikulturai,'; p^tot o Jurnal llmu-Ilmu Budaya Yobtme VIII, No'l Februari 2008 diterbitkan
oleh Yayasan Guna Widya Fakultas Sastra Unud'
Naya Sujana, I Nyoman. 2004. "Konflik Sosial di Bali: Fenomena dan Strategi Penanggulanga&" dalam I Nyoman pa.ma Putra (ed.), Bali Menuiu Jagaditha: Aneka Perspehif'Denpasar: hrstaka Bali Post.
philpott, Simon. 2003. Meruntuhkan Indonesia: Politik Postkolonial dan otoritarianisme, terj'
Nuruddin Mhd' Ali, Uzair Favzan' Yogyakarta; LKIS'
Pitana, I G. 2004. 'Memperjuangkan Otonomi Daerah: Mencegah Sandyakalaning Pariwisata BalL-dalam I Nyoman pur*u p"tru (ed.), Bali Menuiu Jagaditha: Anela Perspektif'Denpasar: hrstalr
Bali Post.
Suacana, I Wayan Gede.2005. "Diferensiasi Sosial dan Penguatan Toleransi dalam Masyaralr
Multikuitural ," dalamJurnat Kaiian Budaya,Nomer 3 Volume 2 Januari'
Hardiyanta. 1997. Michel Foucault Disiplin Tubuh Bengkel Individu Modern'
Yoryalrtr
Wijaya, I Nyomarl et al.,2ll2..Mengelola Kemajemukan: Menggali dan Merumuskan
St..!!:
rtrJr,irirr,rrJv*atat vtuttituttoral ai sati Antara Masyarakat Plural dan Masyarakat
Multik.ffi
SunuLKiS.
978-602-294-215-Prosiding
Seminar Nasional Sastra dan Budaya
II
Denpasar, 26-27
Mei
2017Laporan Penelitian Nomor: 013/SP2IIP/PL/Dit.Litabmaslfr,/2012
7
Maret 2012, UniversitasUdayana.
Sumber Lisan
Hasil wawancara Dwi Ari Wulaningsih dengan Puji Survantoro di Sekretariat Puma, Denpasar Barat, pada tanggal 18 Maret 2017.
Hasil wawancara Putu Dyah Pradnya Paramitha dengan Mistari selaku Ketua Umum I Paguyrban Umat Muslim Akasia, tanggal 18 Maret 2017 di Sekretariat PITMA.
"Hasil wawancara Nyoman Oka Prihasta Putra dengan Waluyo, selaku ketua umum PUMA pada tanggal I 8 Maret 201 7, bertempat di Akasia v no.2 Denpasar Timur."