• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSIDING SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAYA II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSIDING SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAYA II"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

rsBN

978

-

6A2

-

294

-

215

-

3

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL

SASTRA

DAN

BUDAYA

II

PENGEMBANGAN PENGETAHUAN SASTRA DAN BUDAYA

SEBAGAI

UPAYA

MENINGKATKAN

PENGETAIIUAN

I}AIY

APRBSIASI

TERIIAI}AP

KERAGAMAN

BUDAYA

BAIq{GSA

DENPASAR,

26

-

27

lil,flIE,l2017

FAKULTAS

IL1UU

BUPAYA

UNIYERSITAS UDAfi&NA

(2)

PROSII}INC

SEMINAR NASIONAT

SAST,&&

BUDAYA

II

TAKIILTAS

ILMU.STI$S&{

.T'I{-ffENSI?AS

UI}AYAFTA

26

-21MEI2017

Jalan Pulau

Ni*s

No. 13 S*nglah

Delpacrr

',;,;

Udnyara

U*iversity

Prcsr

ISBN

1?8-LBt-atq-e1,5-3

(3)

FENOMENA SOSIAL

DALAM

CERPEN "PROTES"

KARYA

PUTL-WIJAYA

I

Ketut Sudewa

HARMONIS TRAGIS STRUKTUR HANCUR:

PENDIDIKAN

KARAI\I5

DALAM

BUNGUT LANTANG NGUTAHANG KACANG

KARYA

MADE

SANGGRA

I Made Suarsa

MAHABHARATA

DALAM

TRADISI

DAN PENCIPTAAN SASTR{

BALI

I

Made Suastika

PERKAWINAN GANDARWA

DALAM

PERSPEKTIF

MASA

KIM

(REFLEKSI PERKAWINAN

DUSMANTA-SAKUNTALA

DALAM

MAHABHARATA)

...

I Nyoman Duana Sutika

NILAI-NILAI

MULTIKULTURAL

DALAM

SASTRA PARIBASA

BALI

I Nyoman Suarka

MAKNA

PENDIDIKAN MORAL

DALAM

KIDUNG

EPISODE PERSAHABATAN SI

LUTIING

DENGAN I Nyoman Sukartha

NACA

WINAS{

SI KEKER

sEltl

PRAKTIK-PRAKTIK KULTURAL KEBUDAYAAN

BALI

DI

KELLA$&I

SUMERTA

DENPASAR

TIMUR

2002-2017 .

I Nyoman Wijaya, Anak Agung

Ayu

Rai Wahyuni, dan Fransiska

Deui

Smr

Sunaryo

PENGARCAAN

PRATIMA

DEWA DEWA

HINDU DI BALI:

KESINAMBTINGAN TRADISI PENGARCAAN

JAMAN

INDONESL{

.

HINDU

I Wayan Redig

MERAruT

KEBHINEKAAN

DALAM

BINGKAI

NEGARA KESATL'.

REPUBLIK INDONES

IA

(NKRI)

BERDASARKAN

BUKTI-BUKTI

ARKEOLOGI... I Wayan Srijaya

(4)

Slrtue

dan BudaYa

II

!ilci

2017

KULTURAL KEBUDAYAAII

BALI

DI KELURAIIAN

SUMERTA

DENPASAR

TIMUR

2002-2017.

INyomanWrjaYa

Anak Agung AYu Rai WahYuni

Fransiska Dewi Setiowati SunarYo

[rE!@

Surdi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana

iwij ayastsp@Yahoo.co.id

Abstrak

Snrdi ini mengambil topik riset konstruktivisme budaya dengan

deri

penekanan pada praktik-praktik kultural kebudayaan

Bali

di

f,cfurhan

Sumerta

di

Denpasar

Timur

tahun 2002-2017. Persoalan

p

akan dibahas dalam penelitian

ini

adalah langkah-langkah yang

,rn

r,rtan

oleh

pemerintahan

Keluruhan

Sumerta memanfaatkan

ermsi

budayanya dalam mengelola para migran muslim

di

wilayah

LJ.rr-*r^r,.ya.

Apakah langkah-langkah tersebut merupakan sebuah

palfi}

multikulturalisme atau hanya sebuah bentuk

praktik

kuasa

dftsiptin.

oleh

karenanya studi

ini

difokuskan pada pengalaman hidup pera migran muslim di kelurahan

ini

yang begabung dalam Paguyuban

L-"t

Muslim

Akasia

(PUMA). Dari

dua kemungkinan

itu,

praktik-Fakhk

kultural

kebudayaan

Bali

yang

terkait

dengan

PUMA

lebih

mengarah pada

praktik

kuasa

disiplin

daripada multikulturalisme,

rhingga

tidak menghasilkan sebuah bentuk masyarakat multikultural,

malainkan masyarakat yang patuh dan

berguna

pada aturan-aturan

langberlaku

di Keluruhan Sumerta'

Kata kunci:

migran, muslim, kuasa'disiplin, masyarakat

multilatltural, masyarakat

plural

PENDAHULUAN

Paguyuban Umat

Muslim

Akasia

(PUMA)

merupakan sebuah komunitas

migan

asal Jawa yang tinggal

di

Jalan Akasia Keluruhan Sumerta, Kecamatan

.Makalah yang dibawakan dalam Seminar Nasional Sastra dan Budaya II yang diselenggrakan oleh Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana tanggal2' dat26Mei 2017 .

(5)

Prosiding

Seminar Nasional Sastra dan Budaya

II

Denpasar, 26'27

Mei

2017

DenpasarTimur'KomunitasiniberdiripadabulanJunitahun2008.

pembentukannya dilakukan oleh tokoh-tokoh yang berpendapatbahwa

ada banyak

migranmuslim,namrrnbelummemilikisuatuwadahyangbisamenampung

aspirasi, tempat mengadu' dan berkeluh kesah'l

KelahirannyabermuladariketidaksengajaanketikaSeofangmigran

bernama Samali mengundan

g

parawarga muslim yang

tinggal

di

Jalan Akasia

untukmengadakanpengajian.Seusaipengajian,paratokohwalgadudukbersantai

bersamasambilmembicarakanprihalsemakinbanyaknyamigranmuslimyang

datangdantinggaldiwilayahKecamatanSumerta.Salahseorangdarinya,Waluyo lalumengajakparawargaAkasiamembentuksuatuwadahataupaguyubanumat

muslim'AjakaninilangsungditerimapesertapengajiandanWaluyoditunjuk

sebagaiketusnya.Waluyosetuju,makaterbentuklahpeguyubanini.Anggotanya

lebihdari54kepalakeluarga,sebagianbesardarinyaberasaldariJemberdan

daerah-daerah lainnya di Jawa Timur'2

Selainkegiatanpengajian,PUMAjugamelaksanakantaraweh,halal.bihalal

yangbiasadilalqrkandiBedugulsesuaikondisi.Apabilakegiatanituberlangsung

disekretariatpuMA,makaparaaparat,pengurusbanjartermasuksesepuft'pemuka

masyarakatdanLurahSumertadiundangsebagaitamukehormatan.Padasaat

perayaanldulFitri,Lurahsumertadiberikanundangankhususuntuk

menyampaikansambutandaninformasi-informasiyangperluditeruskankepada

anggotaPUMA.SelainsaatldulFitri,dilangsungkanpulaperayaanMaulidNabi,

IsraMiraj.Selamaberlangsungnyakegiatankeagamaanitu,PUMAselaluberbekal persetujuandarikepalalingkungansetempat,kelianbanjar.Sekalipundemikian,

demimenjagakeamanan,makasetiapmelakukankegiatankeagamaan,PUMA

lHasilwawancaraNyomanokaPrihastaPutradenganWaluyo,selakuketuaumumPUMApada

;;;;i';d il;;;r

2017, bertempat di Akasia v no'2 Denpasar rimut'

2 Hasil wawancara puru Dyah pradnya Paramitha

i"::3y:t:::-t"tl*f,ffi.'-"*'

;|frffiJffi

oo"rff*"-ia,

tanggal 18 Maret 2or't di Seketariat PUMA.

270

rsBN

(6)

Prosiding

Seminar Nasional Sastra dan Budaya

II

Denpasar, 26'27

Mei

2017

selalu harus

mendapatkan

izn

dari

pemerintah kecamatan

dan

melibatkan

Pecalang, BABINSA.3

Selama

9

tahun

berdiri belum

pernah ada gejolak-gejolak

yang

serius antarmigran dan warga lokal atau bahkan nyaris tidak ada kejadian-kejadian yang menyimpang

dari

awig-awig, tata-tertib

PUMA,

sebab sekecil apapun bentuk penyimpangan

itu

akan diluruskan dan ditangani

oleh

pengurusnya.

a Interaksi

mereka dengan

warga

lokal

dan

pejabat pemerintah

di

Kelurahan

sumerta

berlangsung dengan baik. Pemerintah Kelurahan Sumerta melaksanakan fungsinya

sebagai pengayom semua umat beragama dengan baik's

Permasalahan dan Pertanyaan Penelitian

Latar belakang tersebut

di

atas memperlihatkan adanya suatu persoalan menarik yang perlu

dikaji

dalam studi

ini,

yakni sekelompok migran muslim asal Jawa dengan jumlah anggota relatif banyak bisa bertahan hidup

di

tengah-tengah

kelompok mayoritas

Hindu,

tanpa menimbulkan

konflik

horisontal' Mengapa

sekalipun berada dalam posisi sebagai kelompok minoritas, mereka masih bisa

bertahan tinggal di wilayah Kelurahan Sumerta. Tentunya ada korelasi sebab akibat

antara eksistensi komunitas

ini

dengan praktik-praktik kultural kebudayaan Bali di

Kelurahan Sumerta dalam mengelola para migran di daerahnya' Akan tetapi belum jelas secara keilmuan, fenomena apakah yang terjadi di Kecamatan Sumerta'

Pada

umumnya, studi-studi terdahulu

mengenai eksistensi kelompok

minorotas

di Bali

selalu disebut sebagai seuah praktik masyarakat multikultural'5

hil

wawancara Nyoman Oka Prihasta Putra dengan Waluyo, selaku ketua umum PUMA pada

n!-rl

l8 Maret 2017, bertempat di Akasia v no'2 Denpasar Timur'

&l

wawancara Nyoman Oka Prihasta Putra, sama dengan di atas.

!N

rawancara putu Dyah Pradnya Paramitha dengan I Made Tirana selaku Kepala Kelurahan

l

r,

tanggal 9 Maret 2ol7 diKantor Kelurahan Sumerta'

fim@pa

penelitian terdahulu yang secara optimis menyebut masyarakat Bali adalah masyarakat

t-tlElE-al

antara lain dapat dilihat pada

I

G Pitana, "Memperjuangkan Otonomi Daerah:

(7)

Prosiding

Seminar Nasional Sastra dan Budaya

II

DenPasar, 26-27

Mei

2017

Akantetapiadanyasejumlahkepatrrhanyangditampilkanolehkomunitasinidalam

kehidupanbermasyarakat,menunjull<anyangterjadibukanlahsebuahpraktik

masyarakat multikultural melainkan relasi

kuasa'

7

Adasejumlahkondisiyangmenunjut&anpraktikhubunganantataanggota

PUMAdanmasyarakatlokaltidaklebihdarisebuahpraktikkehidupanyang

umumnyaterjadidalammasyarakatplural,bukanmasyarakatmuttikultural'

DenganmengutipLubis(2006),Syaifuddin(2006),Fay(1996),Furnivall(1948),

dan

Burhanuddin (2003), Nengah

Bawa Atmadja

menggambarkan

perbedaan

attaramasyarakat plural dan multikultural'8

MencegahSandyakalaningPariwisataRali,,,.dalamlNyomanDarmaPutra(ed.),BaliMenuju

Jagaditha: ,ln"t o r"rrp"fi6fo"npurur, pustaka Bali Post, 2}}4),yatgmenyebutkan

kebudayaan

Bali adalah sebuah mehin[ pot,suatu konsep

y*g

b"rurui dari

multikulturalisme; I Nyoman Naya

Sujana, *Konflik sosid Jigali, F"oolll"nu dan s#ategi Penanggulangan

'

dalam I Nyoman Darma Putra (ed.), B ali Menuiu )agaditha: Aneka

P"op"iy"p"np*u''

pottuttusali Post' 2004)'p' 7 yaolg

menyebutkan masyarakat

iali

semakin

*uiemrrtia,

multikultur, baik

secara internal mauprm eksternal; I wayan

arait"l.grk

i-Bukti fukeolosi iert"ntrtnya

Akar Multikulturalisme"' dalam

I Wayan Ardika dan parma putra (ed.), politik Keli)oroon dan ldentitas

Elnik (Denpasar

SastraUniversitasUdayanadanBalimangsiPress,2004),pp,3-5,yangmengatakan multikulturalir*. t"tut tuJi, 2500 tahun yang lalu ketika bangsa-bangsa asing mencari

rempah-rempah. Hal itu terbukti iuri

ait"*rtu*yu

g"ruuut , toamik,

alat-alat logam, dan manik-manik dari kaca maupun kamelian t "rir proarrtri uungru-u*-g*

uring;'r wayan- Gede suacana, "Diferensiasi Sosial dan penguatan Toleransi dalam

Masyarutiittoulu*a1,"

dalam Jurnal Kaiian Budoya'

Nomer 3 Volume 2 Januari 2005, pp.

r-r:,

vurrg;"rrgutut* masyarakat

Bali adalah masyarakat

multikultural, namun

*"*itiUi '"'i't"n'i

'"'ai;;i"dt'

tll"Out!

Yan

terhadap konflik' dan cenderung

t"ra.f"'"*iu'i,

sehingga diperlukan strategi

jitu dalam mengelolanya'

TPenelitianterdahuluyangsudahmemakai.analisislNyomanWijaya,etal.,,,Mengelolla

Kemajemukan, rrr"ngguii*iL M"roro,r.ku, - st ut.gi

Menuju tvtalvuratat Multikultual di Bali

Antara Masyarakat

';ffi a*

"t*rurut*-

Iviultikulnual," Laporan Penelitian Nomor

0 1 3/SP2HP/PL/Dit'Lit;;

*nlt

ZO1ZT Maret 20 I 2' Universitas Udayana' 20 I 2' 8 Nengah Bawa Atmadja, ..Identitas

t-ru*1

Etnik, dan Nasional

Plh*

Perspettif Pendidikan

Multikultural

,-

purtoio'lurnal llmu-Ilm,

n"ii)v-riie

vIII,

No'l Februari 2008 diterbitkm

;i;Y;**

Guna Widva Fakultas Sastra Unud'

272

rsBN

(8)

Prosiding

Seminar Nasional Sastra dan Budaya

II

Denpasar, 26-27 D'Iei 2017

Berpijak dari

ciri-ciri

yang digambarkan oleh Atrnadja di atas, tampak jelas

di

Kelurahan Sumerta, terkait dengan hubungan antara masyarakat

lokal

dengan

anggota PUMA, lebih menunjukkan sebuah potret masyarakat plural. Beberapa

ciri

yang menunjukkan ada pohet seperti

itu

adalah, satu, sekalipun

di

dalamnya dua

unstu masyarakat dengan

ciri-ciri

budaya yang berbeda satu sama, namun mereka

hidup

dalam dunianya sendiri. Padahal supaya bisa disebut sebagai masyarakat

multikultural, di dalam kemajemukannya itu, setiap anggota masyarakat semestinya

sudah melakukan interaksi aktif dalam kehidupan sehari-hari.

Dua, terlihat pula dengan jelas, baik penduduk lokal maupun para migran masih bisa mempertahankan batas-batas kebudayaannya secara tegas. Sangatjarang terjadi interaksi lintastruktur maupun lintasmasyarakat dan

jika

pun ada, arenanya

berada di ruang publik, terutama pasar (dalam pengertian luas) yang berlangs,ng

di

atas suatu kepentingan. Hubungan yang

terjadi

di

antara penduduk

lokal

dan

migran,

tidak

selamanya

menjunjung

kesederajatan

atau

kesetaraan yang

berkeadilan, melainkan

bisa

saja

mengedepankan

praktik

dominasi, bersifat

diskriminatif

yang dilakukan secara tersamar. Padahal untuk bisa disebut sebagai

masyarakat

multikultural,

seharusnya

kedua belah pihak,

tidak bisa

lagi

mempertahankan batas-batas kebudayaannya secara tegas. Demikian pula dengan

interaksi bercorak lintaskultur maupun lintasmasyarakat harusnya berlangsung

sangat intensif, sedangkan arena interaksi bukan hanya

di

atas kepentingan pasar,

tetapi dengan berbagai kepentingan.

Lebih

tegas

lagi, faktor yang

memperkuat penyebebutannya sebagai

masyarakat

plural

dapat

dilihat

dari

adanya kenyataan bahwa setiap kelompok memegang agama, kebudayaan, bahasa, dan cara hidupnya sendiri-sendiri. Jadi,

mereka

tidak lebih dari

sebuah masyarakat

majemuk

dengan

bagian-bagian komunitas yang hidup berdampingan, namun terpisah dalam satuan

politik

yang

sama. SupaYa

bisa

disebut sebagai masyarakat

multikultural,

sekalipun setiap

kelompok bisa tetap memegang agama, kebudayaan, bahasa, dan carahidupnya

sendiri-sendiri,

namun,

di

balik

itu

keberadaafinya haruslah

dalam

konteks

kesetaraan, kesederaj atan, toleransi, saling menghargai.

(9)

Prosiding

Seminar Nasional Sastra dan Budaya

II

Denpasar, 26'27

Mei

2017

Relasi Kuasa-DisiPlin

Dalam kaitannya dengan penduduk lokal, data yang diperoleh

di lapangan

justrumemperilahtkananggotaPUMAselaludiawasi,dipantau,dandilatihuntuk

dijadikanpatuhdanbergunasesuaidengankepentinganumummasyarakatdi

KelurahanSumerta.DalambahasaMichelFoucault,fenomenakehidupanseperti

inidapatdisebutsebagaipraktikkuasadisiplin.gPraktikkuasadisplinini

menunjukkanadanyahubunganantarakuasa,pengetahuandantubuhmodern.

Foucaultmenganggapkuasasebagaisuatumekanisme,bukanmilik.Diatidak

bersifatterpusat,tetapitersebar.Pemenuhankuasadanhubungannyadengan

pengetahuan,memperlihatkankuasabukanlahsepertianggapanlamapenghambat tampilnyapengetahuan.Metaluikuasayangtersebarpengetahuanberkembang mengiringinYa'ro

Kuasabukanhanyasebagaikekuatanyangbisanyahanyamelarang'

membatasiataumenekan,tetapijugamerupakanmekanisme-mekanismeproduktif yangmelaksanakanhukumantanpamenyentuhtubuhuntukmenjadikanindividu

patuhdanberguna.llDengankatalain,kuasabukansekedarsesuatuyang

memalcsa, menyensor, memeras) menutupi, dan

menyembunyikan, melainkan juga

bersifatproduktif,menghasilkanrealitas,menghasilkandomainobjekdanritual

kemerdekaan'12

KuasayangdipakaiolehpenduduklokaldanpemerintahKelurahan

Sumerta untuk mendisiplinkan tubuh para migran bersumber

dari pengetahuan yang

merekamiliki.Pengetahuanituterbentukdariargumentasidandayaakalserta

wacana yang berkembang di dalam masyarakat. wacana

yang paling berpengaruh

gsunuHardiYanta,MichelFoucoultDisiptinTubuhBengkellndividuModern(Yogyakarta:LKiS,

L9971, P.20'

ro lbid., p.u.

Lt tbid.

12 Simon Philpott, Meruntuhkon lndonesia: Politik Postkoloniol

don otoritorionisme, terj. Nuruddin

*na.'Ot,, Jzrir Fauzan (Yogyakarta: LKIS' 2003)' p' 22'

zi4

rvE'Yi'-

ISBN

978-602-294-215-3

iii r:i .:|'

(10)

Prosiding

Seminar Nasional Sastra dan Budaya

II

Denpasar, 2G27

Mei2017

dalam

terbentuknya

pengetahuan

yang

dijadikan sebagai kuasa

untuk

mendisplinkan tubuh para migran adalah pasca peledakan bom

di

Legian tahun

2002'

Peristiwa tersebut membuat penduduk

lokal

bersikap

hati-hati

terhadap

aktivitas para migran

muslim.

Salah satu bentuk kehati-hatian

itu

terlihat

dari

adanya aturan bahwa suafu pengajian akbar dan pementasan-pementasan kesenian

yang dilangsungkan hingga pukul 22.00 maramsupaya tidak sampai mengganggu warga sekitar yang mulai memasuki jam beristirahat.t3

Praktik

kuasa

disiplin

yang ditujukan

kepada

para migran muslim

di

Kelurahan Sumerta menghasilkan tubuh-tubuh yang patuh dan berguna.

Hal

itu

terlihat

dari

kepatuhan

mereka

ketika

menyelenggarakan kegiatan_ke giatan

keagamaan, dengan cara selalu mengikuti ketentuan-ketentuan yang berlaku di

Kelurahan Sumerta berupa surat-surat perijinan atau permakluman secara resmi

kepada pemerintah kelurahan. la

Tubuh yang

patuh

dan berguna

itu

bukan hanya terlihat secara vertikal,

untuk dan demi para pejabat

di

tingkat kelurahan, tetapi

juga

secara horisontal,

antara sesama warga mayararakat, seperti dalam perayaan upacara

keagamaan.

Pada hari raya Idul Adha, umat muslim memberikan suguhan berupa daging mentah atau olahan kepada umat Hindu yang berada

di

sekitar tempat tinggalnya masing_ masing.. Dalam budaya lokal, tradisi

ini

disebut ngejot. pembiaran suguhan

ini

biasanya

diawali

dengan mengajukan pertanyaan apakah akan

memilih

daging kambing ataukah sapi. pertanyaan

ini

dianggap penting mengingat ada

sebagian

umat Hindu yang tidak mau mengkonsumsi daging

sapi. sebaliknya, pada p erayaan

Galungan dan Kuningan, umat

Hindu

memberikan bingkisan berupa buah_buahan

dan jajan surudan, yang sudah digunakan untuk kepentingan

upacara.rs

13 Hasil wawancara

Dwi Ari wulaningsih dengan Puji suwantoro di sekretariat puma, Denpasar Barat, pada tanggal 1g Maret 2017.

ra

Hasil wawancara putu Dyah pradnya paramitha dengan Mistari selaku Ketua Umum

I

Paguyuban umat Muslim Akasia, tanggal 1g Maret 2017 disekretariafpUue.

15

Sama dengan di atas.

(11)

Prosiding

Seminar Nasional Sastra dan Budaya

II

DenPasar, 26-27

Mei

2017

SIMPI]LAI\

Praktik kehidupan bermasyarakat antarapara migran yang tergabung dalam

PUMA di Kelurahan Sumerta belum bisa disebut sebagai masyarakat multikultural,

melainkan sebuah masyarakat plural, sebab multikulturalisme yang menjadi fondasi

dari

terbentukya masyarakat

multikultural

bukanlah

sekedar aneka budaya'

melainkan sebuah kebudayaan baru yang tidak semata-mata mengakui keragaman

ras, budaya, dan bahasa,

tetapi

satu sama

lain

hidup

secara harmonis dalam kesederajatan. Praktik kehidupan bermasyarakat pada dua kelompok yang berbeda suku, agama, dan adat

ini

tebih tepat disebut sebagai sebuah praktik pendisiplinan

tubuh yang dilakukan oleh penduduk

lokal

dan pemerintah Kelurahan Sumerta

untuk melahirkan komuniats muslim yang patuh dan dan berguna pada

aturan-aturan lokal.

DAFTAR PUSTAKA

Ardika, I Wayan. 2004. "Bukti-Bukti Arkeologi Terbentuknya {kar Muhikulturalisme," dalam I

WayanArdika dan Darma iutra (ed.), Politik Kebudayaan dan ldentitas Etnik'Denpasar: Fakultas

Sastra Universitas Udayana dan Balimangsi Press'

Bawa Atmadja, Nengah. 2008. *Identitas Agama, Etnik, dan Nasional Dalam Perspektif Pendidikan

Multikulturai,'; p^tot o Jurnal llmu-Ilmu Budaya Yobtme VIII, No'l Februari 2008 diterbitkan

oleh Yayasan Guna Widya Fakultas Sastra Unud'

Naya Sujana, I Nyoman. 2004. "Konflik Sosial di Bali: Fenomena dan Strategi Penanggulanga&" dalam I Nyoman pa.ma Putra (ed.), Bali Menuiu Jagaditha: Aneka Perspehif'Denpasar: hrstaka Bali Post.

philpott, Simon. 2003. Meruntuhkan Indonesia: Politik Postkolonial dan otoritarianisme, terj'

Nuruddin Mhd' Ali, Uzair Favzan' Yogyakarta; LKIS'

Pitana, I G. 2004. 'Memperjuangkan Otonomi Daerah: Mencegah Sandyakalaning Pariwisata BalL-dalam I Nyoman pur*u p"tru (ed.), Bali Menuiu Jagaditha: Anela Perspektif'Denpasar: hrstalr

Bali Post.

Suacana, I Wayan Gede.2005. "Diferensiasi Sosial dan Penguatan Toleransi dalam Masyaralr

Multikuitural ," dalamJurnat Kaiian Budaya,Nomer 3 Volume 2 Januari'

Hardiyanta. 1997. Michel Foucault Disiplin Tubuh Bengkel Individu Modern'

Yoryalrtr

Wijaya, I Nyomarl et al.,2ll2..Mengelola Kemajemukan: Menggali dan Merumuskan

St..!!:

rtrJr,irirr,rrJv*atat vtuttituttoral ai sati Antara Masyarakat Plural dan Masyarakat

Multik.ffi

Sunu

LKiS.

(12)

978-602-294-215-Prosiding

Seminar Nasional Sastra dan Budaya

II

Denpasar, 26-27

Mei

2017

Laporan Penelitian Nomor: 013/SP2IIP/PL/Dit.Litabmaslfr,/2012

7

Maret 2012, Universitas

Udayana.

Sumber Lisan

Hasil wawancara Dwi Ari Wulaningsih dengan Puji Survantoro di Sekretariat Puma, Denpasar Barat, pada tanggal 18 Maret 2017.

Hasil wawancara Putu Dyah Pradnya Paramitha dengan Mistari selaku Ketua Umum I Paguyrban Umat Muslim Akasia, tanggal 18 Maret 2017 di Sekretariat PITMA.

"Hasil wawancara Nyoman Oka Prihasta Putra dengan Waluyo, selaku ketua umum PUMA pada tanggal I 8 Maret 201 7, bertempat di Akasia v no.2 Denpasar Timur."

Referensi

Dokumen terkait

Dalam suatu organisasi manapun tidak akan lepas dari proses kepemimpinan artinya dalam menjalankan kegiatannya harus ada yang menjadi pemimpin berikut jajaran

menempatkan sistem elektronik pada pusat data dan/atau pusat pemulihan bencana di wilayah Indonesia.. LJKNB sebagaimana dimaksud pada huruf m wajib menempatkan sistem

~ jaren-agennya yang berada di luar kota Surabaya, «■ dan para agen, maupun para retailernya menetapkan- fear pa penjualannya menurut ketentuan meraka seiidi „ri

Dengan demikian, sepanjang menyangkut persetujuan DPR tentang pinjaman/hibah luar negeri, PP Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah

Saidina Abu Bakar walaupun hanya memerintah selama dua tahun (632-634), tetapi beliau banyak menyumbang terhadap perkembangan Islam. Beliau berjaya menumpaskan

Alvin Saputra 11623143154 Asian Medical Student's Conference 2016 Poster Ilmiah Asian Medical Student's Association (AMSA) - Phillipines 2016 Delegates Internasional

Cetak Surat Izin Cuti Cetak Laporan Pegawai Cetak Laporan Absensi Cetak Laporan Kenaikan Jabatan Cetak Laporan Cuti MPP Entry Data MPP Entry Data Jabatan Cetak Laporan MPP

Ketapian Klod Kelurahan Sumerta Denpasar Timur 26 Bank Sampah Denpasar Jl Sekar Sari Gang Melasti Denpasar Denpasar Timur 27 Pagan Asri Jl Ratna Gang 1 Desa Sumerta