• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ika Atsari Dewi*, Retno Astuti, Muhamad Samsul Hadi **, Nurwinda Levitasari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ika Atsari Dewi*, Retno Astuti, Muhamad Samsul Hadi **, Nurwinda Levitasari"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Perumusan Strategi Kemitraan Muthos dengan Petani pada Rantai Pasok Beras

Organik di Mojokerto Menggunakan Metode Quantitative Strategic Planning Matrix

(QSPM)

Ika Atsari Dewi*, Retno Astuti, Muhamad Samsul Hadi**, Nurwinda Levitasari Jurusan Teknologi Industri Pertanian – FTP – Universitas Brawijaya

Jl. Veteran – Malang 65145

email: *ikamie@yahoo.com, **muhammadsamsulhadi@gmail.com

ABSTRAK

Pada saat ini, permintaan beras organik mengalami peningkatan. Manajemen Usaha Tani dan Hasil Organik Seloliman (MUTHOS) merupakan badan usaha yang memproduksi beras organik. MUTHOS mengadakan kerjasama kemitraan dengan petani sebagai pemasok bahan baku beras organik namun masih terjadi banyak kendala. Pelaksanaan kemitraan rantai pasok produk organik dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Tujuan penelitian adalah menentukan alternatif mekanisme kemitraan yang mungkin dilakukan dan strategi mekanisme kemitraan yang efektif pada rantai pasok beras organik antara MUTHOS dan petani. Penelitian ini menggunakan metode QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) yang terdiri atas tahap pemasukan, tahap pencocokan, dan tahap keputusan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa matriks IE terletak pada sel V, yang berarti kemitraan berada pada posisi rata-rata sehingga belum dapat dikembangkan secara signifikan karena masih ada beberapa keterbatasan. Strategi yang sesuai untuk kemitraan adalah stability

strategy. Matriks SWOT menggabungkan antara faktor internal dengan faktor eksternal sehingga diperoleh

sepuluh alternatif strategi kemitraan. Hasil dari matriks QSPM menunjukkan strategi yang paling efektif untuk dilakukan adalah strategi menjaga stabilitas kinerja MUTHOS untuk menjaga loyalitas petani mitra. Strategi tersebut dilakukan melalui perbaikan aktivitas produksi yang mengarah pada peningkatan kemampuan penjaminan pasar sehingga dapat meningkatkan loyalitas petani mitra.

Kata kunci : beras organic; loyalitas petani; stabilitas kinerja

ABSTRACT

The demand for organic rice is increasing continuously. “Manajemen Usaha Tani Hasil Organik Seloliman (MUTHOS)” is organic rice producent that has partnership with farmers as suppliers but there are still a lot of problems. Implementation of partnership in organic products supply chain is influenced by various factors internaly and externaly. The research was to determine alternative of partnership mechanisms and most effective partnership strategy mechanisms between MUTHOS and farmers in the rice organic supply chain.The method used was QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) which consists of input stage, matching stage, and decision stage. This research showed that IE matrix on cell V, it means that a partnership was at the average position and therefore it had not developed significantly because there were still some obstacles. Suitable strategy for this partnership was stability strategy. There was ten strategy alternatives obtain by combining internal factor and external factor using SWOT matrix. QSPM showed the most effective strategy is maintain stability of MUTHOS performance for keeping the loyalty of farmers. The strategy could be carried out by the improvement of production activity that leads to increase the ability of marketing guarantee so that will increase the loyalty of farmers as partners

Keywords :organic rice, loyalty of farmers, performance stability PENDAHULUAN

Pertanian organik merupakan sistem pertanian yang tidak menggunakan pupuk kimia dan pestisida kimia (Risty et al., 2006) yang menjadi salah satu metode produksi yang ramah lingkungan. Keuntungan pertanian organik antara lain produk lebih bermutu, ongkos produksi lebih murah, dan mampu menjaga kelestarian lingkungan. Program ini berkembang seiring dengan

(2)

perubahan gaya hidup masyarakat yang mulai mengkonsumsi produk-produk organik termasuk beras organik. Hal ini mendorong peningkatan permintaan produk beras.

Manajemen Usaha Tani Hasil Organik Seloliman (MUTHOS) terletak di Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto yang memproduksi beras organik untuk wilayah pemasaran Mojokerto dan Surabaya.MUTHOS bermitra dengan 25 orang petani yang terbagi dalam 3 kelompok tani. Petani berperan sebagai pemasok dengan cara bercocok tanam padi secara organik mulai dari periode penyebaran hingga pemanenan. MUTHOS melakukan proses-proses tertentu untuk meningkatkan nilai tambah produk dan pembinaan agar beras organik yang dihasilkan sesuai dengan standar sertifikasi organik.

Kemitraan (contract farming/partnership) merupakan kerjasama dengan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan (Hafsah, 2006). Kemitraan diharapkan dapat mengatasi kendala yang dihadapi pada masing-masing pihak, yaitu MUTHOS dengan petani. Petani umumnya memiliki kendala berupa keterbatasan permodalan, teknologi, informasi pasar dan keterbatasan pengetahuan sistem organik. MUTHOS sebagai prosesor memerlukan kontinuitas pasokan bahan bakuberas organik dalam menghadapi dinamika yang tinggi dari pasar produk organik.

Penelitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana strategi mekanisme koordinasi kemitraan yang efektif untuk diterapkan antara MUTHOS dengan petani. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Metode ini terdiri atas tahap pemasukan, pencocokan, dan pengambilan keputusan. Tahap pemasukan dilakukan dengan analisis Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) untuk mengetahui faktor internal dan eksternal bisnis (David, 2009). Tahap pencocokan dilakukan dengan analisis Strength-Weakness-Opportunity-Treath (SWOT) untuk mengidentifikasi alternatif strategi spesifik yang mungkin dilakukan berdasarkan faktor internal dan eksternal (Pearce, 2008). Tahap keputusan dilakukan dengan QSPM untuk mengevaluasi strategi paling efektif berdasar nilai daya tarik tiap alternatif strategi (Agus dan Hassan, 2012). Kemitraan dalam bidang pertanian organik relatif kompleks dan banyak faktor yang mempengaruhi baik dari segi internal maupun eksternal. Oleh karena itu, metode QSPM sangat cocok digunakan karena mampu memilih strategi yang paling efektif berdasar lingkungan internal dan eksternal dengan runtut dan sistematis.

Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Manajemen Usaha Tani Hasil Organik (MUTHOS) Seloliman, Mojokerto. Pengambilan data dilakukan pada bulan Januari sampai Juni 2015. Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu responden yang digunakan hanya responden pakar, yaitu pihak yang mengetahui dengan pasti kondisi internal dan eksternal kemitraan MUTHOS dan petani. Prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Identifikasi Variabel

Variabel dari lingkungan dalam penelitian ini adalah lingkungan internal dan eksternal kemitraan MUTHOS dan petani. Faktor internal yaitu kelebihan dan kelemahan, dan faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman. Kemitraan MUTHOS dan petani memiliki kelemahan berupa: 1) Kemampuan manajerial petani mitra yang masih rendah; 2) Petani mitra tidak mampu memenuhi kualitas yang ditetapkan MUTHOS; 3) Pelanggaran prosedur pertanian organik oleh petani; 4) Penurunan kinerja MUTHOS yang mengarah pada ketidakpuasan terhadap kinerja kemitraan; dan 5) Keterbatasan sarana dan prasarana. Kemitraan MUTHOS dan petani memiliki kekuatan antara lain: 1) Adanya jaminan penyediaan bibit kepada petani; 2) Kelancaran penyampaian informasi pasar kepada petani mitra; dan 3) Peran kelompok tani yang tinggi.

Peluang dari pelaksanaan kemitraan antara lain: 1) Himbauan pemerintah dalam pelaksanaan program pertanian organik; 2) Dukungan masyarakat lokal; 3) Perubahan gaya hidup masyarakat; 4) Peluang ekspansi pasar; dan 5) Kebijakan pembatasan impor beras. Ancaman bagi pelaksanaan kemitraan berupa: 1) Tawaran bermitra dari pesaing lain; 2) Harga pasar yang tidak stabil; 3) Faktor alam yang menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas; dan 4) Penurunan minat petani untuk bertani.

(3)

Gambar 1. Prosedur Penelitian Penentuan Responden

Responden dalam penelitian ini adalah responden pakar (expert) dari pihak-pihak yang terlibat kemitraan, yaitu pihak petani dan pihak MUTHOS. Responden dari pihak perusahaan berjumlah 2 (dua) orang, yaitu manajer perusahaan dan bagian produksi. Responden dari pihak petani berjumlah 3 (tiga) orang sebaga perwakilan dari kelompok tani yang bermitra dengan jangka waktu bermitra minimal selama 3 (tiga) tahun.

Uji Validitas

Validasi isi kuesioner dilakukan oleh pihak yang mengetahui dengan pasti kondisi kemitraan antara MUTHOS dan petani yaitu manajer MUTHOS dan satu orang dari pihak petani. Face

Identifikasi dan Perumusan Masalah

Penentuan Sumber Data

Uji Validitas Kuesioner Tahap 1

Tahap Pemasukan

Kesimpulan dan Saran Valid Tidak 63,00 4,0 Ya 63,0 0 4,0

Identifikasi Variabel Penelitian Penentuan Responden

Penyusunan Kuesioner Tahap 1 (Penilian Bobot dan Rating)

Pengumpulan Data Tahap 1

Tahap Pencocokan Penyusunan Kuesioner Tahap 2

((Pembobotan Matriks QSPM) )

Uji Validitas Kuesioner Tahap 2

Valid Tidak 63,00 4,0 Ya 63,0 0 4,0 Tahap Keputusan Pengumpulan Data Tahap 2

(4)

(1)

(2)

validity adalah uji validitas mengenai kemampuan sebuah pertanyaan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Face validity mudah dilakukan dan validasi dilakukan dengan kesepakatan penilaian subjektif para pakar (Prasetyo dan Jannah, 2010).

Pengolahan Data

Menurut Garthinda dan Aldianto (2012), metode QSPM terdiri atas tiga tahap utama yaitu tahap pemasukan, tahap pencocokan, dan tahap keputusan. Setiap tahap menggunakan matriks dan pembobotan.

Tahap Pemasukan (Input Stage)

Tahap pemasukan dilakukan dengan analisis matriks IFE dan EFE untuk mengetahui faktor internal dan eksternal kemitraan MUTHOS dengan petani. Langkah-langkah dalam penyusunan matriks IFE dan EFE sebagai berikut (David, 2009):

1. Membuat daftar faktor internal dan eksternal yang diidentifikasi.

2. Penentuan bobot faktor internal dan eksternal dapat dilakukan dengan menggunakan Key Succes Factor (KSF) seperti pada Tabel 1. Pemberian bobot oleh pakar bagi setiap faktor kunci sukses internal dan eksternal yang telah ditentukan sebelumnya (Yoshida, 2006). Kriteria penilaian ini menggunakan skala Likert 1 = sangat tidak penting, 2 = tidak penting, 3 = cukup penting, 4 = penting, dan 5 = sangat penting

Tabel 1. Penentuan Bobot Faktor Interal/Eksternal Faktor Internal/

Eksternal Skala Bobot Rata-Rata Bobot 1 2 3 4 5 A V W X Y Z Ra Xa B Rb Xb … … … N Rn Xn Jumlah R 1 Keterangan:

A, B,…, n = faktor internal/ eksternal (ke-1, ke-2, …, ke-n)

V,W,X,Y,Z = jumlah responden (yang memberikan nilai 1, 2, 3, 4, 5) Ra, Rb,…, Rn=rata-rata bobot faktor internal/eksternal (ke-1,ke-2,…, ke-n) R= jumlah keseluruhan rata-rata bobot internal/ eksternal

Xa, Xb,…, Xn = bobot faktor internal/eksternal (ke-1, ke-2,…, ke-n)

Sumber : Yoshida (2006)

3. Menentukan rating setiap faktor berdasarkan pada keterangan berikut: Untuk kriteria kekuatan (S) adalah:

1=kekuatan kecil berpengaruh kecil 2=kekuatan kecil

3=kekuatan utama berpengaruh kecil 4=kekuatan utama berpengaruh besar Untuk kriteria kelemahan (W) adalah:

1=kelemahan utama berpengaruh besar 2=kelemahan utama berpengaruh kecil 3=kelemahan kecil berpengaruh besar 4=kelemahan kecil berpengaruh kecil

(5)

Untuk kriteria peluang (O) adalah: 1=peluang sulit diraih

2=peluang cukup mudah diraih 3=peluang mudah diraih 4=peluang sangat mudah diraih Untuk kriteria ancaman (T) adalah:

1= pengaruh ancaman sangat kuat 2=pengaruh ancaman kuat 3=pengaruh ancaman lemah 4=pengaruh ancaman sangat lemah

4. Mengalikan bobot dengan rating untuk mendapatkan skor pembobotan.

5. Menjumlahkan semua skor pembobotan untuk mendapatkan skor total. Skor total 4,0 mengidentifikasi bahwa kemitraan mampu merespon dengan sangat baik faktor strategis internal/eksternal. Skor total 1,0 menunjukkan kemitraan tidak merespon dengan baik faktor strategis internal/eksternal. Nilai 2,5 menunjukkan bahwa kemitraan mampu merespon secara rata-rata faktor strategis internal/eksternal.

Tahap Pencocokan (Matching Stage)

Matriks IE

Matriks IE merupakan gabungan dari kedua matriks IFE dan EFE (Ningrum, 2010). Matriks IE terdiri atas sembilan sel yang berisi sembilan strategi yang dapat dikelompokkan dalam tiga strategi utama:

a. Strategi tumbuh dan membangun (Growth & Build Strategy)(sel I,II, dan IV). Strategi kemitraan yang paling tepat adalah dengan mengembangkan kemitraan yang dilakukan. b. Strategi pertahankan dan pelihara (Hold & Maintain/Stability Strategy)(sel III, V, dan VII).

Kemitraan belum dapat dikembangkan secara luas karena masih ada faktor-faktor yang membatasi seperti keterbatasan dalam penguasaan teknologi dan adanya kebijakan daya tampung petani mitra.

c. Strategi mengambil hasil (Harvest & Divest/Retrechment Strategy)(sel VI, VII, dan IX). Strategi yang perlu diterapkan adalah mengembangkan pola kemitraan yang dapat memberikan solusi dari berbagai masalah yang ada karena kemitraan yang dijalankan saat ini menunjukkan banyak kegagalan.

Matriks SWOT

Matriks SWOT merupakan matching tool untuk membantu mengembangkan alternatif strategi yang dapat dilakukan (Ningrum, 2010). Alternatif strategi tersebut terbagi menjadi empat tipe strategi yaitu strategi S-O (Strengths-Opportunities), S-T (Strengths-Threats), strategi W-O (Weaknesses-Opportunities), dan strategi W-T (Weaknesses-Threats) (Purwanto, 2008).

Tahap Keputusan (Decision Stage)

Pada tahap keputusan (decision stage) digunakan matriks QSPM dengan tujuan untuk mengevaluasi strategi terbaik secara objektif berdasarkan faktor-faktor kritis internal dan eksternal yang telah diidentifkasi pada tahap input dan pencocokan (David, 2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Rantai Pasok Beras Organik

Pada rantai pasok beras organik pihak yang terlibat yaitu petani, MUTHOS, distributor, dan peritel. Petani berperan sebagai pemasok bahan baku (gabah), MUTHOS sebagai pengolah bahan baku menjadi beras organik, distributor sebagai penyalur beras organik dari MUTHOS ke peritel, dan peritel sebagai pengirim beras organik ke konsumen akhir.

Berdasarkan ketersediaan dan kepemilikan benih, petani dapat dibagi menjadi petani pemasok gabah dan petani pemasok benih dan gabah. Petani pemasok gabah hanya bertugas memasok gabah sesuai dengan kontrak kemitraan karena umumnya belum mampu menghasilkan

(6)

benih secara mandiri. Petani pemasok benih dan gabah merupakan petani yang selain memasok gabah juga memasok benih kepada MUTHOS karena sudah mampu menyediakan benih secara mandiri sehingga tidak memerlukan benih yang disediakan MUTHOS.

MUTHOS melakukan proses penggilingan gabah dari petani menjadi beras organik dalam kemasan. MUTHOS melakukan pengawasan kualitas terhadap produk mulai dari sebelum proses budidaya di lahan. MUTHOS harus menjamin bahwa produk yang dihasilkan dan dipasarkan sesuai standar sertifikasi organik.

Gambaran Umum Kemitraan

Pada saat ini, MUTHOS bermitra dengan petani di daerah Trawas dan Ngoro untuk memenuhi permintaan konsumen. Beras yang dipasarkan MUTHOS merupakan beras organik bersertifikat di bawah Lembaga Sertifikasi Organik Seloliman (LeSOS). Ada tiga kelompok tani yang bermitra dengan MUTHOS yaitu, kelompok tani Rejo, kelompok tani Sri Rejeki, dan kelompok tani Jampang Bersemi (Sumber Makmur).

Kemitraan yang terjalin antara MUTHOS dan petani merupakan pola kemitraan KOA (Kerjasama Operasional Agribisnis). MUTHOS memiliki kewajiban untuk menyediakan kemampuan manajemen, mengembangkan teknologi, dan menyediakan biaya atau modal. MUTHOS menyediakan kemampuan manajemen terutama pemasaran beras organik dari petani mitra agar sampai ke tangan konsumen. MUTHOS juga menyediakan teknologi untuk produksi dan budidaya komoditas padi organik. Petani organik yang bermitra dengan MUTHOS memperoleh banyak keuntungan, antara lain:

a. Jaminan Pembelian Pasokan

MUTHOS selalu membeli gabah dari petani dengan kuantitas 80% dari hasil panen, sedangkan 20% untuk konsumsi petani sendiri.

b. Kestabilan Harga Beli

MUTHOS membeli gabah dari petani dengan harga 10% lebih tinggi dari harga gabah anorganik. Penentuan kesepakatan harga beli diakukan sebelum musim panen tiba karena harga gabah sangat fluktuatif.

c. Kebijakan Penyediaan Benih

Benih disediakan kepada petani dengan kualitas yang baik melalui pengawasan sejak di lahan, untuk meningkatkan potensi keberhasilan proses budidaya. Benih disediakan dengan harga yang lebih terjangkau.

Tahap Pemasukan (Input Stage)

Analisis Matriks IFE

Analisis matriks IFE digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor internal terhadap kemitraan antara MUTHOS dan petani yang dapat dilihat pada Tabel 2. Kekuatan dengan skor pembobotan tertinggi (0,460) adalah kelancaran penyampaian informasi pasar kepada petani mitra. Pada saat ini, MUTHOS selalu mengadakan pertemuan rutin dengan petani sebagai salah satu media tukar menukar informasi pasar dan kendala di lahan agar produk yang dihasilkan petani mitra sesuai dengan permintaan konsumen. Kekuatan dengan skor pembobotan terendah (0,317) adalah peran kelompok tani yang tinggi. Peran kelompok tani yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan tingkat pertukaran informasi namun pada saat ini masih memiliki pengaruh yang rendah sehingga perlu ditingkatkan agar kemitraan dapat berkembang.

Kelemahan dengan skor pembobotan tertinggi (0,335) adalah kemampuan manajerial petani mitra yang masih rendah. Kelemahan ini memiliki pengaruh kecil namun memiliki tingkat kepentingan yang tinggi sehingga harus terus diminimalisir melalui pembinaan yang intensif. Pada saat ini varietas yang ditanam petani seringkali tidak mematuhi saran yan diberikan MUTHOS karena lebih mempertimbangkan pengalaman di lahan. Hal ini dapat mengakibatkan gabah yang dipasok petani tidak sesuai permintaan konsumen atau tidak terpenuhinya permintaan.

(7)

Tabel 2. Matriks IFE

Faktor Internal Bobot Rating Skor pembobotan

(Bobot x Rating)

Kekuatan

Adanya penyediaan benih kepada petani 0,128 3,200 0,409 Kelancaran penyampaian informasi pasar kepada petani

mitra*

0,128 3,600 0,460 Peran kelompok tani yang tinggi** 0,122 2,600 0,317 Kelemahan

Kemampuan manajerial petani mitra yang masih rendah*

0,140 2,400 0,335 Petani mitra tidak mampu memenuhi kualitas yang

ditetapkan MUTHOS

0,093 2,400 0,223 Pelanggaran prosedur pertanian organik oleh petani** 0,140 1,000 0,140 Penurunan kinerja MUTHOS yang mengarah pada

ketidakpuasan terhadap kinerja kemitraan

0,128 2,200 0,281

Keterbatasan sarana dan prasarana 0,122 2,600 0,317

TOTAL 1,000 0.000 2,484

Kelemahan adanya pelanggaran prosedur pertanian organik oleh petani memiliki skor pembobotan terkecil (0,140). Kelemahan ini memiliki pengaruh besar dan tingkat kepentingan yang tinggi. Hal ini terbukti dengan adanya pelanggaran prosedur organik berupa pemakaian pupuk kimia oleh hampir 30 orang petani mitra pada awal tahun 2014 yang berakibat pada berkurangnya pasokan gabah bagi MUTHOS.

Analisis Matriks EFE

Analisis matriks EFE digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor eskternal terhadap kemitraan yang terjalin antara MUTHOS dan petani yang dapat dilihat pada Tabel 3. Peluang dengan skor pembobotan terbesar (0,414) adalah perubahan gaya hidup masyarakat. Peluang ini merupakan peluang penting dan sudah mampu diraih melalui pembinaan secara intensif dan menambah jumlah petani yang bermitra dengan MUTHOS.

Peluang kebijakan pembatasan impor beras memiliki skor pembobotan terkecil (0,145) yangsaat ini belum mampu diraih. Pembatasan impor akan mampu meningkatkan permintaan pasar bagi pasar domestik, akan tetapi pada saat ini MUTHOS bersama petani belum mampu meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan tersebut.

Ancaman dengan skor pembobotan terbesar (0,290) adalah tawaran bermitra pesaing lain. Ancaman tersebut memberikan pengaruh yang lemah dengan kepentingan yang relatif rendah. Banyak pedagang besar dan produsen beras organik yang mulai menawarkan untuk membeli gabah dari petani dengan harga yang lebih tinggi dari MUTHOS. Keberadaan pesaing tersebutmemberikan pengaruh yang rendah karena petani ternyata masih loyal untuk terus memasok gabah hanya kepada MUTHOS.

Ancaman denganskor pembobotan terkecil (0,166) adalah harga pasar yang tidak stabil.MUTHOS dan petani memiliki kesepakatan yang tertuang dalam kontrak bahwa MUTHOS akan membeli gabah dari petani dengan harga beli 10% di atas harga pasar. Kebijakan ini mencerminkan bahwa harga pasar yang tidak stabil merupakan ancaman yang tidak mempengaruhi kemitraan MUTHOS dan petani.

(8)

Tabel 3. Matriks EFE

Faktor Eksternal Bobot Rating Skor pembobotan

(Bobot x Rating) Peluang

Himbauan pemerintah dalam pelaksanaan program pertanian organik

0,131 2,600 0,341

Dukungan masyarakat lokal 0,138 2,600 0,359

Perubahan gaya hidup masyarakat* 0,138 3,000 0,414

Peluang ekspansi pasar 0,097 1,600 0,154

Kebijakan pembatasan impor beras** 0,103 1,400 0,145

Ancaman

Tawaran bermitra dari pesaing lain* 0,097 3,000 0,290

Harga pasar yang tidak stabil** 0,055 3,000 0,166

Faktor alam yang menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas

0,103 2,600 0,269

Penurunan minat petani untuk bertani 0,138 1,800 0,248

TOTAL 1,000 0.000 2,385

Tahap Pencocokan (Matching Stage)

Matriks IE

Analisis Matriks Internal Eksternal (IE) dilakukan untuk mengetahui posisi kemitraan antara MUTHOS dan petani sehingga dapat dirumuskan strategi yang sesuai. Matriks IE disusun menggunakan nilai total skor pembobotan dari matriks IFE dan matriks EFE. Gambar 2 menunjukkan kemitraan terletak pada sel ke-V. Posisi kemitraan antara MUTHOS dan petani berada pada posisi rata-rata sehingga belum dapat dikembangkan secara signifikan karena masih ada beberapa keterbatasan. Kemitraan belum sepenuhnya berjalan sesuai keinginan kedua belah pihak. Strategi yang tepat adalah strategi yang berorientasi pada pembenahan dan perbaikan kondisi kemitraan yang sedang dilaksanakan.

I 4,0 II III IV 3,0 V VI VII 2,0 VIII IX 1,0 3,0 2,0 1,0

Kuat (3,0-4,0) Rata-Rata (2,0-2,9) Lemah (1,0-1,9)

Kuat (3,0-4,0)

Rata-Rata (2,0-2,9)

Lemah (1,0-1,9)

Total Skor Pembobotan IFE (2,484)

Total Skor Pembobotan

EFE (2,385)

Gambar 2. Matriks IE

Matriks SWOT

Matriks SWOT digunakan untuk menentukan alternatif strategi kemitraan yang mungkin dilakukan antara MUTHOS dengan petani. Matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 4.

(9)

Tahap Keputusan (Decision Stage)

Pada tahap keputusan digunakan matriks QSPM untuk menentukan strategi yang efektif. Alternatif strategi dari matriks SWOT ditentukan nilai Attractive Score (AS) oleh responden. Nilai AS dikalikan dengan bobot tiap faktor strategis kemudian diperoleh TotalAttractive Score (TAS) sebagai dasar untuk menentukan prioritas strategi. Strategi dengan jumlah TAS tertinggi memiliki prioritas utama untuk dilakukan. Rangkuman nilai TAS matriks QSPM pada kemitraan antara MUTHOS dan petani dapat dilihat pada Tabel 5.

Strategi dengan nilai TAS terbesar adalah strategi menjaga stabilitas kinerja MUTHOS untuk menjaga loyalitas petani mitra (5,422). MUTHOS berperan sebagai perusahaan mitra memiliki kewajiban utama untuk memberikan penjaminan pembelian pasokan dan memberikan kemudahan bagi petani mitra dalam memasarkan produk namun MUTHOS pada saat ini mulai mengalami penurunan kinerja. Penurunan kinerja MUTHOS terjadi akibat aktivitas produksi yang kurang lancar, misal: adanya penundaan pengolahan komoditas akibat sarana yang kurang memadai dalam memproses pasokan gabah yang tinggi. Hal ini dapat menyebabkan produk mengalami penurunan kualitas, dalam jangka panjang dapat mempengaruhi kemampuan penjaminan pemasaran produk.

Tabel 4. Matriks SWOT

KEKUATAN (S) S1, S2, S3

KELEMAHAN (W) W1, W2, W3, W4, W5 PELUANG (O)

O1, O2, O3, O4,

O5

Strategi SO

1. Pelaksanaan rapat koordinasi terjadwal antara MUTHOS dan petani untuk meningkatkan potensi pemasaran produk (S2, O3,O4, O5) 2. Menjaga kontinuitas ketersediaan

benih dan menjaga eksistensi kelompok tani agar terjalin kemitraan jangka panjang (S1, S3, O1, O2)

Strategi WO

1. Program pelatihan dan pembinaan petani mitra dilaksakana secara berkala untuk meningkatkan

kemampuan memenuhi

permintaan pasar (W1, W2, W3, O3, O4, O5)

2. Menjalin kerjasama yang baik dengan pemerintah dan masyarakat untuk mendukung kinerja kemitraan (terutama MUTHOS) (W4, W5, O1, O2) ANCAMAN (T)

T1, T2, T3, T4

Strategi ST

1. Menjaga ketersediaan benih dalam jumlah yang memadai untuk menjaga loyalitas petani mitra (S1, T1, T4)

2. Menjaga kestabilan proses pertukaran informasi untuk mengantisipasi fluktuasi harga(S2, T2)

3. Mengembangkan kemampuan petani melalui eksistensi peran kelompok tani sebagai antisipasi berbagai faktor alam yang berpengaruh pada kualitas dan kuantitas produk (S3, T3)

Strategi WT

1. Menjaga stabilitas kinerja MUTHOS untuk menjaga loyalitas petani mitra (W4, T1, T4)

2. Rapat koordinasi untuk meningkatkan pemahaman pentingnya prosedur organik dan standar kualitas produk untuk menghadapi harga produk yang fluktuatif (W2, W3, T2)

3. Peningkatan pengetahuan, kemampuan manajerial, dan optimalisasi penggunaan sarana prasarana untuk menghadapi ancaman faktor alam melalui pelatihan(W1, W5, T3)

(10)

Tabel 5. Rangkuman Nilai TAS Matriks QSPM

Strategi Jumlah

TAS

Prioritas Pelaksanaan rapat koordinasi terjadwal antara MUTHOS dan

petani untuk meningkatkan potensi pemasaran produk

4,988 2

Menjaga kontinuitas ketersediaan benih dan menjaga eksistensi kelompok tani agar terjalin kemitraan jangka panjang

4,577 5

Program pelatihan dan pembinaan petani mitra dilaksakan secara berkala untuk meningkatkan kemampuan memenuhi permintaan pasar

4,380 6

Menjalin kerjasama yang baik dengan pemerintah dan masyarakat untuk mendukung kinerja kemitraan (terutama MUTHOS)

3,844 9

Menjaga ketersediaan benih dalam jumlah yang memadai untuk menjaga loyalitas petani mitra

3,532 10

Menjaga kestabilan proses pertukaran informasi untuk mengantisipasi fluktuasi harga

4,166 7

Mengembangkan kemampuan petani melalui eksistensi peran kelompok tani sebagai antisipasi berbagai faktor alam yang berpengaruh pada kualitas dan kuantitas produk

4,719 4

Menjaga stabilitas kinerja MUTHOS untuk menjaga loyalitas petani mitra

5,422 1

Rapat koordinasi untuk meningkatkan pemahaman pentingnya prosedur organik dan standar kualitas produk untuk menghadapi harga produk yang fluktuatif

4,797 3

Peningkatan pengetahuan, kemampuan manajerial, dan optimalisasi penggunaan sarana prasarana untuk menghadapi ancaman faktor alam melalui pelatihan

3,891 8

Penundaan pengolahan komoditas juga dapat menyebabkan terjadinya penumpukan persediaan bahan baku (gabah). Beras organik yang seharusnya sudah sampai di tangan konsumen masih tersimpan di gudang MUTHOS dalam bentuk gabah sehingga aliran finansial dari konsumen ke MUTHOS menjadi terlambat. Hal ini tentu saja akan berakibat pada terlambatnya pembayaran pasokan gabah petani mitra oleh MUTHOS. Menurut Ardianto (2009), loyalitas petani mitra sangat dipengaruhi oleh kepuasan yang diperoleh seperti adanya penawaran harga beli hasil panen yang sesuai harapan petani, pembelian pasokan yang lancar,dan kemudahan pemasaran produk.

Menurut Prasvita (2013), salah satu kunci sukses dalam suatu kemitraan adalah loyalitas dari petani mitra. Pada kemitraan MUTHOS dan petani, terdapat ancaman berupa tawaran bermitra dari pesaing dan penurunan minat petani untuk bermitra. Tawaran bermitra pesaing lain dengan kebijakan yang lebih baik dapat mengancam hubungan kemitraan (Zaelani, 2008). Penurunan minat petani untuk bertani adalah bentuk dari perkembangan sektor industri yang semakin pesat sehingga menggeser sektor pertanian.

MUTHOS perlu untuk menjaga kinerjanya tetap stabil melalui perbaikan aktivitas produksi agar berjalan lebih lancar sehingga pemasaran produk lebih lancar dan petani memperoleh kepuasan yang tinggi. Kepuasan yang tinggi dicerminkan melalui adanya pembayaran pasokan gabah dengan harga sesuai perjanjian (10% lebih tinggi dari harga gabah anorganik di Mojokerto) dan pembayaran dilakukan tepat waktu (3 hari setelah panen). Perbaikan aktivitas produksi dilakukan melalui penambahan sarana dan mesin produksi, perawatan mesin penggiling, dan penambahan tenaga kerja terlatih.

(11)

KESIMPULAN

Hasil evaluasi lingkungan internal dan eksternal menunjukkan bahwa kemitraan MUTHOS dan petani berada pada sel V. Hal ini berarti kemitraan antara MUTHOS dan petani berada pada posisi rata-rata, yaitu kemitraan belum dapat dikembangkan secara signifikan karena masih ada keterbatasan.

Alternatif strategi yang dapat disusun ada sepuluh alternatif yaitu, 1) Pelaksanaan rapat koordinasi terjadwal antara MUTHOS dan petani untuk meningkatkan potensi pemasaran produk; 2) Menjaga kontinuitas ketersediaan benih dan menjaga eksistensi kelompok tani; 3) Program pelatihan petani mitra dilaksanakan secara berkala; 4) Menjalin kerjasama yang baik dengan pemerintah dan masyarakat; 5) Menjaga ketersediaan benih dalam jumlah yang memadai; 6) Menjaga kestabilan pertukaran informasi untuk mengantisipasi fluktuasi harga; 7) Mengembangkan kemampuan petani melalui eksistensi peran kelompok tani sebagai antisipasi berbagai faktor alam; 8) Menjaga stabilitas kinerja MUTHOS untuk menjaga loyalitas petani mitra; 9) Rapat koordinasi untuk meningkatkan pemahaman prosedur organik dan kualitas produk; 10) Peningkatan pengetahuan, kemampuan manajerial, dan penggunaan sarana melalui pelatihan. Strategi yang paling efektif dilakukan adalah menjaga stabilitas kinerja MUTHOS melalui perbaikan aktivitas produksi yang mengarah pada peningkatan kemampuan penjaminan pasar.

MUTHOS disarankan untuk melakukan penambahan sarana dan produksi, penjadwalan perawatan mesin produksi, dan peningkatan aktivitas pembinaan kepada petani. Saran untuk petani adalah lebih meningkatkan pemahaman pentingnya pelaksanaan proses budidaya sesuai prosedur organik dan pemenuhan standar kualitas produk. Untuk penelitian selanjutnya, pengukuran kinerja MUTHOS perlu dilakukan untuk mengetahui indikator kinerja kunci MUTHOS.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih disampaikan pada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui DIPA Universitas Brawijaya dengan judul besar “Pemodelan Kinerja dan Risiko Rantai Pasok Produk Organik Menggunakan Fuzzy-Failure Mode Effect Analysis (Fuzzy FMEA) dalam Upaya Menghadapi Dinamika Usaha Serta Sertifikasi Produk Organik” pada tahun anggaran 2014.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, A., dan Hassan, Z. 2008. The Strategic Supplier Partnership in a Supply Chain Management with Quality and Business Performance. International Journal Business and Management Science, 1(2): 129-145

Ardianto, Y.T. 2009. Analisis Harga Pasok, Kualitas Layanan, dan Kemudahan Terhadap Loyalitas Petani Tebu Gondanglegi Kabupaten Malang. Skripsi. Universitas Merdeka. Malang.

David, F. R. 2004. Manajemen Strategis (Terjemahan). PT Prenhallindo, Jakarta David, F. R. 2009. Manajemen Strategis. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Garthinda, D. and Aldianto, L. 2012. Business Strategy Recommendation for Warung Lepak Restaurant Using Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Indonesian Journal Business Administration, 1(3) :137-145

Hafsah, M.J. 2000.Kemitraan Usaha : Konsepsi dan Strategi. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Ningrum, P.A.H. 2010.Analisis Strategi Pemasaran Usaha Jasa Pembuatan dan Perbaikan

Furniture UD. Suryani Furniture, Bogor, Jawa Barat. Skripsi.IPB. Bogor.

Pearce , J.A dan Robinsonar, R.B. 2008. Manejemen Strategis : Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian ed 10. Salemba Empat, Jakarta.

Prasetyo, B dan Jannah, L. M. 2010.Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Rajawali Pers, Jakarta.

Prasvita, L. 2013. Bermitra Dengan Petani Kecil Untuk Ketahanan Pangan Yang Lestari. PISAgro, Jakarta.

(12)

Purwanto, A. 2008.On Competition. Boston: Harvard Business School Publishing, Inggris.

Risty, C.,Iskandarini., dan Ginting, R. 2011. Elastisitas Permintaa Beras Organik di Kota Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan

Yoshida, D.T. 2006. Arsitektur Strategik : Sebuah Solusi Meraih Kemenangan dalam Dunia yang Senantiasa Berubah. PT.Elex Media Komputindio, Jakarta.

Gambar

Gambar 1. Prosedur Penelitian  Penentuan Responden
Tabel 3. Matriks EFE

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian tersebut, peniliti ingin menguji dan mengadakan penelitian dengan judul “ Pengaruh Pengumuman Laporan Audit Wajar tanpa Pengecualian dan

Pelatihan Beatbox Untuk Usia Remaja di Komunitas Mulut Travellers Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

Karena dengan menggunakan Tipe Jigsaw dirancang sedemikian rupa dapat terjadi interaksi yang positif dari segala arah dan pembelajaran dengan model ini berbasis

Sesuai jadwal Pelelangan Umum dengan Pascakualifikasi melalui Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) Nomor : 85/PAN-APBD/V/2013 tanggal 28 Mei 2013, pekerjaan:

Sejak diketahui bioavailabilitas oral Propanolol HCl rendah dikarenakan terjadi metabolisme lintas pertama yang tinggi, penggunaan matriks dan enhancer yang berbeda

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa beban kerja dan kelompok kerja secara simultan berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja guru PAI SD Negeri pada Gugus KKG Kartini

Prinsip kerja dari simulasi ini yaitu dari hasil pengkodingan program yang telah di buat sebelumnya sesuai dengan teori dengan menggunakan matlab jenis GUI dan

Penyebab kaki, tangan dan mulut (KTM) yang paling sering pada pasien rawat jalan adalah coxsackie A16, sedangkan yang sering memerlukan perawatan karena keadaannya lebih berat atau