42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
42548.pdf
BABIV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk melihat peningkatan pemahaman konsep matematika siswa dan kecerdasan emosional siswa yang belajar dengan model kooperatif tipe TGT. Disamping itu, peningkatan pemahaman konsep matematika dan kecerdasan emosional siswa juga dilihat dari faktor jenis kelamin . Berikut diuraikan hasil penelitian dan pembahasannya.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh data penelitian sebagai berikut:
1. Data Awal Pemahaman Konsep Matematika Siswa
Sebelum dilaksanakan pembelajaran, baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol dilihat kemampuan awalnya yaitu nilai ulangan harian pada materi garis dan sudut. Setelah dilakukan pengolahan data kemampuan awal pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh data skor tertinggi, skor terendah, rata-rata skor, dan simpangan baku yang selengkapnya disajikan dalam Tabel 4.1
Tabel4.1 Rekapitulasi Kemampuan Awal Pemahaman Konsep Matematika Siswa
No. Deskripsi Data Kelas Pembelajaran Kelas Pembelajaran KooperatifTipe TGT Langsung 1 Jumlah Siswa 32 32 2 Rata-rata 69,19 68,28 3 Standar Deviasi 10,71 12,90 4 Skor Terendah 45 38 5 Skor Tertinggi 90 95 42548.pdf
55
Berdasarkan statistik deskriptif pada Tabel 4.1 terlihat bahwa pemahaman
konsep matematika siswa data kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol tidak jauh berbeda, tampak pada skor terendah, skor tertinggi, rata-rata
dan simpangan baku. Maka kedua kelas dapat digunakan dalam digunakan dalam
penelitian ini.
2. Data Awal Kecerdasan Emosional Siswa
Sebelum dilaksanakan pembelajaran, baik pada kelas eksperimen maupun
kelas kontrol dilihat kecerdasan emosional awalnya yaitu skor yang diperoleh dari
angket kecerdasan emosional. Setelah dilakukan pengolahan data kecerdasan
emosional awal pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh data skor
tertinggi, skor terendah, rata-rata skor, dan simpangan baku yang selengkapnya
disajikan dalam Tabel 4.2 berikut
Tabel4.2 Rekapitulasi Kecerdasan Emosional Awal Siswa
No. Deskripsi Data Kelas Pembelajaran Kelas Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Langsung
1 Jumlah Siswa 32 32
2 Rata-rata 69,06 69,38
3 Standar Deviasi 6,40 5,84
4 Skor Terendah 53 56
5 Skor Tertinggi 80 80
Berdasarkan statistik deskriptif pada Tabel 4.2 terlihat bahwa kecerdasan
emosional awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak jauh berbeda,
tampak pada skor terendah, skor tertinggi, rata-rata dan simpangan baku. Maka
kedua kelas dapat digunakan untuk penelitian.
42548.pdf
56
3. Data Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa
Setelah dilakukan proses pembelajaran pada kedua kelas yang digunakan dalam penelitian. Maka dilakukanlah posttes pada pertemuan terakhir. posttes
diberikan kepada kedua kelas yang digunakan dalam penelitian ini. Kedua kelas mengerjakan soal posttes yang sama. Soal yang digunakan dalam posttes adalah
soal yang dibuat mengetahui pemahaman konsep matematika siswa pada materi segitiga dan segiempat. Soal posttes yang diberikan dibuat berdasarkan kisi-kisi
yang sesuai dengan indikator pemaham konsep dan telah divalidaasi oleh ahli dan telah dihitung vahditas empirisnya.
Berdasarkan data yang diperoleh dari posttes pemahaman konsep pada
kelas dengan pembelajaran langsung dan kelas dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat dilihat pada lampiran ... Rekapitulasi data nilai posttes pemahaman
konsep siswa disajikan dalam Tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3 Rekapitulasi Data Nilai Posttest Pemahaman Konsep Jenis Deskripsi Model pembelajaran Total kelamin Data Kooperatiftipe TGT Lang sung
Pria n 14 11 25 Mean 17,36 11,27 14,68 Maks 20 15 20 Min 14 6 6 SD 1,91 3,10 3,93 C---·~--·-··· · -' - - - · - - - - · - - -!--·-~---r--- -Wanita n I 18 21 39
I
MeanI
13,22 12,71 12,95 Maks 19 18 19 Min 11 8 8so
1,93 2,78 2,41 Total n 32 32 64 Mean 15,03 12,22 13,63 Maks 20 18 20 Min 11 6 6so
2,81 2,93 3,18 42548.pdf57
Berdasarkan Tabel 4.3 untuk siswa dengan jenis kelamin pria diperoleh skor terendah pada kelas dengan menggunakan pembelajaran langsung lebih rendah dibandingkan dengan skor terendah pada kelas dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Pada kelas dengan menggunakan pembelajaran langsung skor terendah adalah 6, sedangkan pada kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT skor terendah adalah 14. skor tertinggi pada kelas dengan pembelajaran langsung lebih rendah dibandingkan dengan kelas dengan menggunakan pembelajaran kooperatiftipe TGT. Pada kelas dengan menggunakan pembelajaran langsung didapatkan bahwa nilai tertinggi sebesar 15 dan pada kelas dengan menggunakan pembelajaran kooperatiftipe TGT didapatkan nilai tertinggi dengan nilai sempuma yakni 20.
Pada Tabel 4.3 untuk yang berjenis kelamin pria menunjukkan bahwa skor rata kelas dengan menggunakan pembelajaran langsung memiliki skor rata-rata rendah jika dibandingkan dengan rata-rata-rata-rata skor pada kelas dengan pembelajaran kooperatiftipe TGT. Pada kelas dengan menggunakan pembelajaran langsung memiliki rata-rata skor sebesar 11,27 dan pada kelas dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki rata-rata skor 17,36. Standar deviasi pada kelas dengan pembelajaran langsung lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Pada kelas dengan menggunakan pembelajaran langsung memiliki standar deviasi sebesar 3,10 dan pada kelas dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki standar deviasi sebesar 1 ,91. Hal ini menunjukkan bahwa skor yang diperoleh pada kelas yang menggunakan pembelajaran langsung lebih beragam
42548.pdf
58
dibandingkan dengan kelas dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Berdasarkan uraian tersebut maka pembelajaran kooperatif TGT Iebih baik dibandingkan dengan pembelajaran langsung pada siswa dengan jenis kelamin pna.
Berdasarkan Tabel 4.3 untuk siswa dengan jenis ke1amin wanita diperoleh skor terendah pada kelas dengan menggunakan pembelajaran 1angsung lebih rendah dibandingkan dengan skor terendah pada ke1as dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Pada ke1as dengan menggunakan pembe1ajaran langsung skor terendah ada1ah 8, sedangkan pada kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT skor terendah ada1ah 11. Skor tertinggi pada ke1as dengan pembe1ajaran 1angsung 1ebih rendah dibandingkan dengan kelas dengan menggunakan pembe1ajaran kooperatif tipe TGT. Pada kelas dengan menggunakan pembe1ajaran langsung didapatkan bahwa ni1ai tertinggi sebesar 18 dan pada ke1as dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT didapatkan nilai tertinggi dengan nilai yakni 19.
Pada Tabel 4.3 untuk yang berjenis ke1amin wanita menunjukkan bahwa skor rata-rata kelas dengan menggunakan pembe1ajaran langsung memiliki skor rata-rata rendah jika dibandingkan dengan rata-rata skor pada kelas dengan pembe1ajaran kooperatiftipe TGT. Pada kelas dengan menggunakan pembelajaran Iangsung memiliki rata-rata skor sebesar 12,71 dan pada ke1as dengan menggunakan pembe1ajaran kooperatif tipe TGT memiliki rata-rata skor 13,22. Standar deviasi pada ke1as dengan pembelajaran 1angsung 1ebih tinggi dibandingkan dengan pembe1ajaran kooperatif tipe TGT. Pada kelas dengan menggunakan pembelajaran 1angsung memiliki standar deviasi sebesar 2,77 dan
42548.pdf
59
pada kelas dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki standar deviasi sebesar 1 ,93. Hal ini menunjukkan bahwa skor yang diperoleh pada kelas yang menggunakan pembelajaran langsung lebih beragam dibandingkan dengan kelas dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Dari Tabel 4.3 secara umum, dapat dilihat bahwa skor terendah pada kelas dengan menggunakan pembelajaran langsung lebih rendah dibandingkan dengan skor terendah pada kelas dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Pada kelas dengan menggunakan pembelajaran langsung skor terendah adalah 6, sedangkan pada kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT skor terendah adalah 13 dan skor tertinggi pada kelas dengan pembelajaran langsung lebih rendah dibandingkan dengan kelas dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Pada kelas dengan menggunakan pembelajaran langsung didapatkan bahwa nilai tertinggi sebesar 18 dan pada kelas dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT didapatkan nilai tertinggi dengan nilai sempurna yakni 20.
Pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa skor rata-rata kelas dengan menggunakan pembelajaran langsung memiliki skor rata-rata rendah jika dibandingkan dengan rata-rata skor pada kelas dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Pada kelas dengan menggunakan pembelajaran langsung memiliki rata-rata skor sebesar 12,22 dan pada kelas dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki rata-rata skor 15,03. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman konsep siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran langsung. Dari hal
42548.pdf
60
tersebut terlihat bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman konsep pada materi segitiga dan segiempat.
4. Data Kecerdasan Emosional Siswa
Setelah dilakukan proses pembelajaran pada kedua kelas yang digunakan dalam penelitian. Maka dilakukanlah posttes pada pertemuan terakhir untuk variabel kecerdasan emosional. posttes diberikan kepada kedua kelas yang digunakan dalam penelitian ini. Kedua kelas mengerjakan angket yang sama. Angket yang digunakan dalam posttes adalah pemyataan yang dibuat mengetahui kecerdasan emosional siswa. Butir angket yang diberikan dibuat berdasarkan kisi-kisi yang sesuai dengan indikator kecerdasan emosional dan telah divahdaasi oleh ahli dan telah dihitung validitas empirisnya.
Berdasarkan data yang diperoleh dari posttes keecerdasan emosional pada kelas dengan pembelajaran langsung dan kelas dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat dilihat pada lam pi ran ... Rekapitulasi data nilai posttes kecerdasan emosional siswa disajikan dalam Tabel4.4 berikut.
Tabel 4.4 Rekapitulasi Data Nilai Posttest Kecerdasan Emosional
Jenis Deskripsi Model pembelajaran Total
kelamin Data Kooperatif tipe TGT Langsung
Pria n 14 I 1 25 Mean 98,57 90,00 94,80 Maks I 105 99 105 Min 88 85 85
so
3,98 5,29 6,25 r-- --- · --Wan ita n 18 21 39I
Mean 93,67 90,33 91,87 Maks 100 96 100 Min 86 85 85so
4,41 3,02 4,04 42548.pdf61 Total n 32 32 64 Mean 95,81 90,22 93,02 Maks 105 99 105 Min 86 85 85 SD 4,84 3,87 5,18
Berdasarkan Tabel 4.4 untuk siswa dengan jenis kelamin pria diperoleh skor terendah pada kelas dengan menggunakan pembelajaran langsung lebih rendah dibandingkan dengan skor terendah pada kelas dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Pada kelas dengan menggunakan pembelajaran langsung skor terendah adalah 85, sedangkan pada kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatiftipe TGT skor terendah adalah 88 dan skor tertinggi pada kelas dengan pembelajaran langsung lebih rendah dibandingkan dengan kelas dengan menggunakan pembelajaran kooperatiftipe TGT. Pada kelas dengan menggunakan pembelajaran langsung didapatkan bahwa nilai tertinggi sebesar 99 dan pada kelas dengan menggunakan pembelajaran kooperatiftipe TGT didapatkan nilai tertinggi dengan nilai yakni 105.
Pada Tabel 4.4 untuk yang berjenis kelamin pria menunjukkan bahwa skor rata kelas dengan menggunakan pembelajaran langsung memiliki skor rata-rata rendah jika dibandingkan dengan rata-rata-rata-rata skor pada kelas dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Pada kelas dengan menggunakan pembelajaran langsung memiliki rata-rata skor sebesar 90,00 dan pada kelas dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki rata-rata skor 98,57. Standar deviasi pada kelas dengan pembelajaran langsung lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Pada kelas dengan menggunakan pembelajaran langsung memiliki standar deviasi sebesar 5,29 dan
42548.pdf
62
pada kelas dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki standar deviasi sebesar 3,98. Hal ini menunjukkan bahwa skor yang diperoleh pada kelas yang menggunakan pembelajaran langsung lebih beragam dibandingkan dengan kelas dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Berdasarkan uraian tersebut maka pembelajaran kooperatif TGT lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran langsung pada siswa dengan jenis kelamin pna.
Berdasarkan Tabel 4.4 untuk siswa dengan jenis kelamin wanita diperoleh skor terendah pada kelas dengan menggunakan pembelajaran langsung lebih rendah dibandingkan dengan skor terendah pada kelas dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Pada kelas dengan menggunakan pembelajaran langsung skor terendah adalah 85, sedangkan pada kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT skor terendah adalah 86. Skor tertinggi pada kelas dengan pembelajaran langsung juga lebih rendah dibandingkan dengan kelas dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Pada kelas dengan menggunakan pembelajaran langsung didapatkan bahwa nilai tertinggi sebesar 96 dan pada kelas dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT didapatkan nilai tertinggi dengan nilai yakni 100.
Pada Tabel 4.4 untuk yang berjenis kelamin wanita menunjukkan bahwa skor rata-rata kelas dengan menggunakan pembelajaran langsung memiliki skor rata-rata rendah jika dibandingkan dengan rata-rata skor pada kelas dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Pada kelas dengan menggunakan pembelajaran langsung memiliki rata-rata skor sebesar 90,33 dan pada kelas dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki rata-rata skor 93,67.
42548.pdf
63
Standar deviasi pada kelas dengan pembelajaran langsung lebih rendah dibandingkan dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Pada kelas dengan menggunakan pembelajaran langsung memiliki standar deviasi sebesar 3,02 dan pada kelas dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki standar deviasi sebesar 4,41. Hal ini menunjukkan bahwa skor yang diperoleh pada kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih beragam dibandingkan dengan kelas dengan menggunakan pembelajaran langsung.
Dari Tabel 4.4 secara umum, dapat dilihat bahwa skor terendah pada kelas dengan menggunakan pembelajaran langsung lebih rendah dibandingkan dengan skor terendah pada kelas dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Pada kelas dengan menggunakan pembelajaran langsung skor terendah adalah 85, sedangkan pada kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT skor terendah adalah 86 dan skor tertinggi pada kelas dengan pembelajaran langsung lebih rendah dibandingkan dengan kelas dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Pada kelas dengan menggunakan pembelajaran langsung didapatkan bahwa nilai tertinggi sebesar 99 dan pada kelas dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT didapatkan nilai tertinggi dengan nilai yakni
105.
Pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa skor rata-rata kelas dengan menggunakan pembelajaran langsung memiliki skor rata-rata rendah jika dibandingkan dengan rata-rata skor pada kelas dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Pada kelas dengan menggunakan pembelajaran langsung memiliki rata-rata skor sebesar 90,22 dan pada kelas dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki rata-rata skor 95,81. Hal ini menunjukkan bahwa
42548.pdf
64
kecerdasan emosional s1swa pada kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatiftipe TGT lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran langsung. Dari hal tersebut terlihat bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat membantu siswa meningkatkan kecerdasan emosional.
B. Hasil
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Anova Dua Jalur yang mensyaratkan bahwa data yang diperoleh harus berdistribusi normal dan homogen.
a. Uji Normalitas
Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dari angket kecerdasan emosional dan tes yang dilakukan setelah pembelajaran. Data yang telah diperoleh selanjutnya diuji nonnalitasnya. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Ko/mogorov Smirnov. Pengolahan data untuk uji normalitas menggunakan bantuan SPSS 20. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:
H0 : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 : Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal Dengan kriteria uji:
1) Jika sig. Atau probabilitas > 0,05, maka Ho diterima 2) Jika sig. Atau probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak
Hasil perhitungan uji nonnalitas data posttest pemahaman konsep matematika siswa dapat dilihat pada Tabel4.5 berikut.
42548.pdf
67
Tabel4.6 Hasil Uji Normalitas Data Posttest Kecerdasan Emosional Siswa
Kolmogorov Smirnov Aspek Kelas Std. Deviasi N Sig. Pembelajaran Kooperarif 3,87 32 0,200 ripe TGT Pembelajaran Kooperatif ripe TGT 3,98 14 0,200 berjenis kelarnin pria Pembelajaran Kooperarif ripe TGT 4,40 18 0,099 Kecerdasan beijenis Emosional kelarnin Siswa wanita Pembelajaran 3,62 32 0,140 langsung Pembelajaran langsung 4,70 11 0,194 berjenis kelamin pria Pembelajaran langsung berjenis 3,02 21 0,200 kelarnin
.J
wanita L_____~-·---Berdasarkan Tabel 4.6 di atas diketahui bahwa taraf signifikansi yang diperoleh melalui uji normalitas Kolmogorov Smirnov pada data posttest kecerdasan emosional di kelas yang menggunakan pembelajaran langsung dan kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih besar dari taraf
signifikansi yang telah ditentukan yakni 0,05. Pada kelas yang menggunakan
42548.pdf
66
menggunakan pembelajaran langsung sebesar 0,200. Maka, H0 diterima yang artinya data pastiest pemaharnan konsep yang diperoleh pada penelitian ini berdistribusi normal.
Nilai Sig. pada kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT berjenis kelamin pria diperoleh 0,200 dan pada siswa berjenis kelamin wanita diperoleh nilai Sig. sebesar 0,143. Lalu pada kelas yang menggunakan pembelajaran langsung berjenis kelamin pria dipeoleh 0,200 dan pada siswa berjenis kelamin wanita diperoleh 0,200 pula. Maka, H0 diterima, ini berarti data posttest pemahaman konsep yang diperoleh pada penelitian ini berdistribusi
normal. Kesimpulannya adalah kelas eksperimen dan kelas kontrol baik padajenis kelamin pria atau wanita dengan pemahaman konsep berupa data dari tes pemahaman adalah sampel yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Setelah proses pembelajaran selesai, juga dilakukan tes akhir untuk kecerdasan emosional. Selanjutnya akan dilakukan pengujian normalitas untuk data kecerdasan emosional. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Pengolahan data untuk uji normalitas menggunakan bantuan SPSS 20. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:
HJ :
Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normalDengan kriteria uji:
l) J ika sig. A tau probabilitas > 0,05, maka H0 diterima 2) Jika sig. Atau probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak
Hasil perhitungan uji normalitas data posttest kecerdasan emosional siswa dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut.
42548.pdf
68
pembelajaran kooperatif tipe TGT diperoleh 0,200 dan pada kelas yang menggunakan pembelajaran langsung sebesar 0,14. Maka H0 diterima, ini berarti data posttest kecerdasan emosional yang diperoleh pada penelitian ini berdistribusi normal.
Nilai Sig. pada kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT berjenis kelamin pria diperoleh 0,200 dan pada siswa berjenis kelamin wanita diperoleh nilai Sig. sebesar 0,099. Lalu pada kelas yang menggunakan pembelajaran langsung betjenis kelamin pria dipeoleh 0,194 dan pada siswa berjenis kelamin wanita diperoleh 0,200 pula. Maka
Ho
diterima, ini berarti dataposttest kecerdasan emosional yang diperoleh pada penelitian ini berdistribusi normal. Kesimpulannya adalah kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan kecerdasan emosional berupa data dari angket kecerdasan emosional adalah sampel yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Syarat yang kedua sebelum melakukan pengujian hipotesis adalah data yang diperoleh haruslah homogen, maka perlu dilakukan pengujian homogenitas terlebih dahulu. Pengolahan data untuk menghitung homogenitas menggunakan bantuan SPSS 20, dimana uji homogenitas menggunakan statistik Lavene 's.
Dengan hipotesis sebagai berikut:
Ho: Tidak terdapat perbedaan varian kedua populasi data (homogen) Ha: Terdapat perbedaan varian kedua populasi data (tidak homogen)
Hipotesis statistiknya adalah: Ho:
CJf
=CJ}
Ha:
af
*
a}
42548.pdf
69
Hasil uji tersebut dihitung dengan taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujian adalah tolak H0 apabila Sig. < 0,05 maka distribusinya tidak homogen dan terima H0 apabila Sig. > 0,05 maka distribusinya homogen. Berdasarkan hasil perhitungan homogenitas (lampiran .... ) dengan menggunakan SPSS 20 diperoleh Uji Statistik Levene's pada Tabel 4.7 berikut.
Tabel4. 7 Hasil Uji Statistik Levene's Pemahaman Konsep Matematika
Levene Aspek Kelas
Sig. Kesimpulan
Pembelajaran Kooperatif
tipe TGT dan 0,610 Terima Ho Pembelajaran
langsung Pembelaja.ran
Kooperatif tipe TGT dan
Pemahaman Pembelajaran 0,885 Terima Ho Konsep langsung padajenis Siswa kelamin pria Pembelajaran Kooperatif tipe TGT dan Pembelajaran 0,132 Terima
Ho
langsung padajenis kelaminl
wanita ----~---_1 - - - -- - - · - - -- - - - · - · - L _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ .Berdasarkan data di atas terlihat bahwa nilai Sig. 0,05 yaitu 0,61 0; 0,885 dan 0,132 . lni berarti H0 diterima, artinya tidak terdapat perbedaan varian kedua
populasi data (homogen) juga pada siswa yang berjenis kelamin pria dan wanita. Data yang akan diuji homogenitasnya berikutnya adalah data yang diperoleh dari angket kecerdasan emosional. perlu dilakukan pengujtan
42548.pdf
70
homogenitas terlebih dahulu. Pengolahan data untuk menghitung homogenitas menggunakan bantuan SPSS 20, dimana uji homogenitas menggunakan statistik Levenee. Dengan hipotesis sebagai berikut:
Ho:
Tidak terdapat perbedaan varian kedua populasi data (homogen) H1 : Terdapat perbedaan varian kedua populasi data (tidak homogen)Hasil uji terse but dihitung dengan taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujian adalah tolak H0 apabila Sig. < 0,05 maka distribusinya tidak homogen
dan terima H0 apabila Szg. > 0,05 maka distribusinya homogen. Berdasarkan hasil perhitungan homogenitas (lampiran .... ) dengan menggunakan SPSS 20 diperoleh Uji Statistik Lavene 's pada Tabel4.8 berikut.
Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik Lavene 's Kecerdasan Emosional
Levene Aspek Kelas Sig. Kesimpulan -~ Pembelajaran Kooperatif
tipe TGT dan 0,087 Terima Ho Pembelajaran
langsung Pembelajaran
Kooperatif tipe TGT dan
Kecerdasan Pembelajaran 0,204 Terima Ho Emosional langsung Slswa padajenis kelamin pria I I · · -Pembelajaran Kooperatif tipe TGT dan Pembelajaran 0,223 Terima Ho langsung padajenis kelamin wanita _j 42548.pdf
71
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa nilai Sig. -· 0,05 yaitu 0,087; 0,204 dan 0,223. Ini berarti H0 diterima, artinya tidak terdapat perbedaan varian kedua populasi data (Homogeny) baik pada siswa yang beijenis kelamin pria atau yang berjenis kelamin wanita.
c. Perhitungan Anova Dua Jalur
Hipotesis pertama dan kedua dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan ANOV A dua jalur, yaitu tentang pengaruh pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap pemahaman konsep dan kecerdasan emosional ditinjau dari jenis kelamin. Apabila pengujian hipotesis pertama terbukti, maka dilanjutkan untuk menguji hipotesis ketiga dan keempat dengan menggunakan uji T. Tetapi apabila hipotesis pertama tidak terbukti, maka pengujian hipotesis ketiga dan keempat tidak perlu dilakukan. Perhitungan pen1:,rujian hipotesis secara lengkap terdapat pada lampiran 7 dan rangkuman hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel4. 9 dan 4. 1 0 berikut.
Tabel4.9 Anova Dua Jalur Pemahaman Konsep Matematika
v .
ana e ten at: b 1 .k p ema aman h K onsepSumber Varian JK db RJK F Sig.
Corected model 276,207 , .) 92,069 15,331 ,000 Intercept 11214,132 1 11214,132 1864,914 ,000 Jenis ke1amin 27,322 1 27,322 4,544 ,037 Model Pembelajaran 163,680 1 163,680 27,220 ,000 Interaksi Model Pembelajaran dan 117,121 1 117,121 19,477 ,000 Jenis kelamin Error 360,793 60 6,013 Total 12518,000 64 42548.pdf
72
Tabel 4.10 Anova Dua Jalur Kecerdasan Emosional Siswa Variabel Terikat: Kecerdasan Emosional
Sumber Varian JK db RJK F Sig.
Corrected Model 690,889 3 230,296 13,844 ,000 Intercept 522798,708 1 522798.708 31427,785 ,000 Jenis kelamin 78,708 1 78,708 4,731 ,034 Model Pembelajaran 533,773 1 533,773 33,995 ,000 Interaksi Model Pembelajaran dan 103,339 1 103,339 6,581 ,013 Jenis kelamin Error 942,095 60 15,702 Total 555355,000 64 Keterangan: JK = jumlah kuadrat db = derajat kebebasan RJK = rata-rata jumlah kuadrat
Berdasarkan Tabel4.9 dan 4.10 di atas, secara berturut-turut uraian hasilpengujian hipotesis adalah sebagai berikut.
1. A. Pengaruh model pembelajaran kooperatif TGT terhadap pemahaman konsep matematika siswa
Hasil ANOVA Dua Jalur pada Tabel 4.14, menunjukkan nilai Sig. < 0,05 yaitu 0,00<0,05. Berdasarkan basil tersebut dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh Model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap pemahaman konsep siswa.
B. Pengaruh model pembelajaran kooperatif TGT terhadap pemahaman konsep matematika siswa dalam kelompok berjenis kelamin pria
Hasil uji kesamaan dua rata-rata dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut.
a IJI
T bel4 11
u·
K esamaan ua ata- ata D R RAspek Kelas Mean Sig. Kesimpulan Pembelajaran
Pemahaman Kooperatif TipeTGT 17,35
Konsep Langsung 0,000 Tolak Ho Matematika
Pembelajara
11,27 Langsung
42548.pdf
73
Berdasarkan Tabel 4.11, menunjukkan bahwa nilai Sig. < 0,05 yaitu 0,000 <
0,05. Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh antara model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap pemahaman konsep siswa dalam kelompok berjenis kelamin pria.
C. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT terhadap Pemahaman Konsep siswa dalam Kelompok berjenis kelamin Wanita Hasil uji kesamaan dua rata-rata dapat dilihat pada Tabel 4.12 berikut.
T bel4 12 a
u··
!Jl K esamaan D ua Ra ta- ata RAspek Kelas Mean Sig. Kesimpulan
Pembelajaran
Pemahaman Kooperatif 13,22
Tipe TGT
Konsep Langsung 0,518 Terima Ho
Matematika
Pembelajara
12,71
Langsung
Berdasarkan Tabel 4.12, menunjukkan bahwa nilai Sig. > 0,05 yaitu 0,518 >
0,05. Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa tidak ada pengaruh antara model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap pemahaman konsep siswa dalam kelompok berjenis kelamin wanita.
D. Pengaruh interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan jenis kelamin pada pemahaman konsep matematika siswa
Hasil ANOV A Dua Jalur pada Tabel 4.14, menunjukkan bahwa nilai Sig. <
0,05 yaitu 0,00 < 0,05. Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan jenis kelamin pada pemahaman konsep siswa.
42548.pdf
74 2. A. Pengaruh model pembelajaran kooperatif TGT terhadap kecerdasan
emosional siswa
Hasil ANOVA Dua Jalur pada Tabel 4.15, menunjukkan nilai Sig. < 0,05 yaitu 0,00 < 0,05. Berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh Model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap kecerdasan emosional siswa.
B. Pengaruh model pembelajaran kooperatif TGT terhadap
kecerdasan emosional siswa dalam kelompok berjenis kelamin pria Hasil uji kesamaan dua rata-rata dapat dilihat pada Tabel 4.13 berikut.
a e !Jl
T b 14 13 U" K esamaan ua D Rata Rata
-Aspek Kelas Mean Sig. Kesimpulan
Pembelajaran Kooperatif
98,57
Kecerdasan Tipe TGT
Emosional Langsung 0,000 Tolak Ho
Pembelajara
90,00
Langsung
Berdasarkan Tabel 4.13, menunjukkan bahwa nilai Sig. < 0,05 yaitu 0,000 <
0,05. Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh antara model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap kecerdasan emosional siswa dalam kelompok berjenis kelamin pria.
C. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT terhadap Kecerdasan Emosional siswa dalam Kelompok berjenis kelamin Wanita
Hasil uji kesamaan dua rata-rata dapat dilihat pada Tabel 4.14 berikut. T bel4 14 U" a IJl K esamaan D ua Rata R - ata
Aspek Kelas Mean Sig. Kesimpulan
Pembelajaran Kooperatif 93,67 Kecerdasan TipeTGT 0,008 Tolak Ho Emosional Langsung Pembelajara 90,33 Langsung 42548.pdf
75
Berdasarkan Tabel4.14, menunjukkan bahwa nilai Sig. < 0,05 yaitu 0,008 <
0,05. Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh antara model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap kecerdasan emosional siswa dalam kelompok berjenis kelamin wanita.
D. Pengaruh interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan jenis kelamin pada kecerdasan emosional siswa
Hasil ANOV A Dua Jalur pada Tabel 4.15, menunjukkan bahwa nilai Sig. < 0,05 yaitu 0,015 < 0,05. Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan jenis kelamin pada kecerdasan emosional siswa.
E. Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Kotabumi Kabupaten Lampung Utara. Pelaksanaan penelitian dilakukan saat materi geometri segitiga dan segiempat pada kelas VII. Kelas yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelas yakni kelas VII A dan kelas XVII B, dimana kelas VII A menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT dan pada kelas VII B menggunakan pembelajaran langsung.
Pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan pembelajaran yang barn bagi siswa di SMPN 4 Kotabumi. Karena model pembelajaran yang selama ini
digunakan adalah pembelajaran langsung, yaitu siswa hanya dijelaskan tentang materi, diberikan contoh soal lalu kemudian diberikan latihan. Sehingga ketika diterapkan model pembelajara kooperatiftipe TGT siswa mengalami kesulitan.
42548.pdf
76
Namun setelah diberi penjelasan mengenai pembelajaran TGT, pembelajaran di kelas semakin baik. Pembelajaran dengan menggunakan kooperatif tipe TGT dapat membuat siswa lebih memahami pembelajaran geomeri segitiga dan segiempat Selain itu dalam proses pembelajarannya siswa lebih semangat, antusias dan lebih percaya diri dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil analisis data hasil penelitian Pemahaman konsep dan kecerdasan emosional siswa dengan pembelajaran langsung dan pembelajaran kooperatiftipe TGT akan diuraikan sebagai berikut.
1. Peningkatan Pemahaman Konsep
Untuk mengetahui kemampuan awal stswa, maka sebelum pembelajaran kedua kelas dilihat kemampuan awalnya untuk pemahaman konsep yaitu nilai dari materi garis dan sudut. Setelah nilai kemampuan awal pemahaman konsep dianalisis menggunakan uji-t dua pihak diperoleh kesimpulan bahwa perbedaan nilai rata-rata tersebut tidak signifikan. Oleh karena itu, kemampuan awal kedua kelas dapat dikatakan sama. Selanjutnya, karena kemampuan awal untuk pemahaman konsep sama, maka untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa siswa meggunakan data skor posttest.
· Setelah dilihat kemampuan awalnya kemudian masing-masing kelas diberikan pembelajaran yang sudah ditentukan untuk tiap-tiap kelas dengan materi pembelajaran adalah materi Segitiga dan segiempat. Pada kelas VII B diberikan perlakuan dengan menggunakan pembelajaran langsung. Sedangkan pada kelas VII A diberikan perlakuan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT.
42548.pdf
77
Pada kelas yang menggunakan pembelajaran langsung siswa diberikan pembelajaran dengan cara yang biasa, yakni guru menjelaskan materi pembelajaran, memberikan contoh soal, tanya jawab jawab, dan kemudian guru memberikan soal latihan. Pada kelas dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TOT, siswa dijelaskan mengenai materi yang akan dipelajari kemudian siswa dikelompokkan menjadi 8 kelompok untuk berdiskusi menyelesaikan masalah yang akan diselesaikan dalam Lembar KeJja Siswa (LKS). Setelah dibagi dalam beberapa kelompok siswa mendiskusika.'l LKS dalam kelompoknya dan difasilitasi oleh guru.
Dalam diskusi untuk memecahkan masalah yang diberikan setiap siswa belajar untuk bekerjasama agar semua kelompok dapat menguasai materi pembelajaran, sehingga teJjadi pemerataan pemahaman konsep antar masing-masing anggota kelompok. Setelah selesai berdiskusi dalam kelompok, siswa akan bermain game. Y aitu siswa sebagai perwakilan kelompok dengan kemampuan sama bermain games dengan cara memilih kartu bemomor dan menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor tersebut. Pada fase ini siswa akan berusaha mengingat materi yang telah dipelajari pada fase penyajian kelas dan fase diskusi dalam kelompok.
Pada akhir pembelajaran siswa membuat kesimpulan yang difasilitasi guru, sehingga terjadi penekanan materi dan siswa akan semakin paharn tentang materi yang dipelajari dihari tersebut. Diakhir bab, siswa akan melakukan turnamen, dengan cara siswa yang berkemampuan sama akan duduk dalam satu meja yang meja dan berlomba untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
42548.pdf
78
guru. Pada penelitian m1 materi yang diajarkan adalah tentang segitiga dan
segiempat.
Pada pembelajaran kooperatif tipe TGT jika terdapat siswa yang belum memahami dan menguasai pembelajaran maka siswa lain dalam kelompoknya yang sudah memahami dan menguasai pembelajaran dapat membantunya. Kemudian jika kelompok tersebut mendapatkan kesulitan dalam memahami dan menyelesaikan masalah yang diberikan maka siswa dapat bertanya kepada guru. Sehingga kesulitan mereka untuk memahami dapat teratasi. Ketika berdiskusi dalam kelompok siswa laki-laki cepat memahami penjelasan guru dan maksud pertanyaan dari soal-soal pada LKS, tetapi mereka cenderung malas untuk menulis, akibatnya menulis menjadi tugas siswa wanita. Selain itu kemampuan berhitung siswa laki-laki sedikit lebih cepat dari siswa wanita. Kemudian pada fase game dan tumamen, poin saat permainan ini menjadikan siswa semangat untuk menang. Karakteristik siswa pria yang lebih menyukai permainan yang sifatnya kompetensi dan bergerak lebih aktif menjadikan siswa pria lebih semangat untuk menang. Sedangkan karakteristik siswa wanita lebih mungkin bermain berpasangan, permainan anak wanita didominasi oleh keakraban, akibatnya jika lawannya adalah ternan yg dikenal dekat maka biasanya siswa wanita cenderung mengalah. Dengan lebih banyak pengulangan materi dan permainan maka pembelajaran akan lebih berkesan dan dapat membuat siswa menjadi lebih baik dalam memahami pembelajaran yang diberikan.
Pada penelitian ini pembelajaran dilakukan dalam 16 pertemuan pada tiap kelas. Setelah proses pembelajaran selesai maka dilakukanlah posttest yang diberikan kepada masing-masing siswa. Posttest dilakukan agar peneliti dapat
42548.pdf
79
mengetahui pemahaman konsep siswa pada masing-masing kelas penelitian. Setelah pasttest dilakukan maka didapatkan skor pastiest pemahaman konsep siswa. Pada kelas dengan menggunakan pembelajaran langsung didapatkan skor rata-rata pemahaman konsep siswa sebesar 12,22 dan pada kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT didapatkan skor rata-rata pemahaman konsep siswa sebesar 15,03.
Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap pemahaman konsep antara kelas yang menggunakan pembelajaran langsung dan kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT maka dihitunglah nilai pasttest. Kemudian setelah itu dibandingkan rata-rata skor pastiest pemahaman konsep materi segitiga dan segirmpat yang diperoleh tersebut. Berdasarkan basil perhitungan pastiest pemahaman konsep materi segitiga dan segirmpat diketahui bahwa
kedua kelas memiliki perbedaan rata-rata skor pemahaman konsep materi segitiga dan segirmpat yang cukup signifikan.
Hal ini dapat diartikan bahwa pemahaman konsep siswa dipengaruhi oleh penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa pembelajaran materi segiempat dengan menggunakan model kooperatif Jigsaw dan TGT dapat meningkatkan prestasi belajar matematika yang ditinjau dari kemampuan awal siswa.
Berdasarkant pada basil penelitian yang didapat, model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki kontribusi yang besar pada pembelajaran segitiga dan segiempat. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT siswa dapat terbantu dalam memahami suatu masalah. Selain itu model
42548.pdf
80 pembelajaran kooperatif tipe TGT pun membantu siswa lebih ingat dan paham tentang konsep yang telah mereka pelajari, karena siswa dalam kelompoknya berusaha memahami dan menyelesaikan masalah yang diberikan melalui diskusi, eksplorasi, dan eksperimen secara bebas. Dari hal tersebut pemahaman konsep materi segitiga dan segiempat siswa dapat dilihat dari siswa menyelesaikan soal yang diberikan.
Pada penelitian ini untuk mengetahui pemahaman konsep yang dikuasai oleh siswa, digunakanlah instrumen pemahaman konsep yang disesuaikan dengan indikator yang sesuai dengan 5 indikator pemahaman konsep . Dari hasil posttest pemahaman konsep materi segitiga dan segiempat diketahui bahwa tidak
semua siswa dapat menguasi 5 indikator pemahaman konsep yang dijadikan acuan penilaian dalam penelitian ini. Ini terbukti dari basil skor siswa baik pada pembelajaran langsung ataupun pembelajaran koooperatif tipe TGT hanya beberapa siswa saja yang mendapatkan nilai sempurna yakni 20. Dari 20 soal yang diberikan rata-rata siswa mengalami kesulitan pada indikator ke 2 dan 4 yaitu mengklasifikasikan objek berdasarkan sifat-sifat dan kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematika. 2. Peningkatan Kecerdasan Emosional Siswa
Untuk mengetahui kemampuan awal siswa, maka sebelum pembelajaran kedua kelas dilihat kemampuan awalnya untuk kecerdasan emosional dilihat dari skor angket kecerdasan emosional. Setelah nilai kemampuan awal untuk kecerdasan emosional dianalisis menggunakan uji-t dua pihak diperoleh kesimpulan bahwa perbedaan nilai rata-rata tersebut tidak signifikan. Oleh karena itu, kemampuan awal untuk kecerdasan emosional kedua kelas dapat
42548.pdf
81
dikatakan sama. Selanjutnya, karena kemarnpuan awal untuk kecerdasan emosional sama, maka untuk mengetahui peningkatan kecerdasan emosional siswa meggunakan data skor posttest.
Setelah dilihat kemarnpuan awalnya kemudian masing-masing kelas diberikan pembelajaran yang sudah ditentukan untuk tiap-tiap kelas dengan materi pembelajaran adalah materi Segitiga dan segiempat. Pada kelas VII B diberikan perlakuan dengan menggunakan pembelajaran langsung. Sedangkan pada kelas VII A diberikan perlakuan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Setelah pembelajaran selesai dan setelah pengarnbilan nilai dilakukan, maka angket kecerdasan emosional diberikan kembali kepada siswa dalarn kedua kelas tersebut. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan kecerdasan emosional yang signifikan antara kecerdasan emosional pada siswa yang menggunakan pembelajaran langsung dengan siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Pada kelas dengan menggunakan pembelajaran kooperatiftipe TGT, siswa akan berdiskusi dalam kelompok. Dalarn diskusi untuk memecahkan masalah yang diberikan setiap siswa belajar untuk bekerjasarna agar semua kelompok dapat menguasai materi pembelajaran, selain itu siswa akan belajar untuk menerima atau menyampaikan pendapat serta menerima perbedaan yang mungkin muncul. Maka secara tidak langsung siswa akan belajar bagaimana mengatur emosinya. Setelah selesai berdiskusi dalarn kelompok, siswa akan bermain game. Y aitu siswa sebagai perwakilan kelompok dengan kemarnpuan sama bermain games dengan cara memilih kartu bernomor dan menjawab
42548.pdf
82
pertanyaan yang sesuai dengan nomor tersebut. Pada fase ini siswa akan belajar bagaimana berusaha untuk menang dan mampu menghargai kemenangan serta siswa juga akan belajar bagaimana menerima kekalahan.Pada akhir pembelajaran siswa membuat kesimpulan yang difasilitasi guru, sehingga teijadi penekanan materi dan siswa akan semakin paham tentang materi yang dipelajari dihari tersebut. Diakhir bab, siswa akan melakukan turnamen, dengan cara siswa yang berkemampuan sama akan duduk dalam satu meja yang meja dan berlomba untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Pada penelitian ini materi yang diajarkan adalah tentang segitiga dan segiempat.
Ketika berdiskusi dalam kelompok siswa laki-laki lebih aktif dari siswa wanita karena dari segi fisik perubahan hormonal pada masa pubertas menyebabkan pertarnbahan massa otot untuk lelaki dan menambah lemak untuk anak perempuan. Ini menyebabkan anak lelaki lebih aktif daripada anak perempuan dalam hal bergerak. Maka di kelas anak lelaki lebih sering keluyuran dan beijalan-jalan di kelas dibandingkan anak perempuan. Kemudian pada fase game dan tumamen, poin saat permainan ini menjadikan siswa semangat untuk menang. Karakteristik siswa pria yang lebih menyukai permainan yang sifatnya kompetensi menjadikan siswa pria lebih semangat untuk menang. Sedangkan karakteristik siswa wanita lebih mungkin bermain berpasangan, permainan anak wanita didominasi oleh keakraban. Akibatnya pada siswa wanita model pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak memberikan perbedaan rata-rata secara signifikan.
42548.pdf
83
Setelah proses pembelajaran selesai maka dilakukanlah posttest yang diberikan kepada masing-masing siswa. Posttest dilakukan agar peneliti dapat mengetahui kecerdasan emosional siswa pada masing-masing kelas penelitian. Setelah posttest dilakukan maka didapatkan skor posttest kecerdasan emosional siswa. Dari data hasil penelitian didapatkan bahwa skor kecerdasan emosional setelah pembelajaran pada siswa yang menggunakan pembelajaran langsung adalah sebesar 90,22 dan pada siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT sebesar 95,81.
Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap kecerdasan emosional antara kelas yang menggunakan pembelajaran langsung dan kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT maka dihitunglah nilai posttest. Kemudian setelah itu dibandingkan rata-rata skor posttest kecerdasan emosioanal materi segitiga dan segirmpat yang diperoleh tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan posttest kecerdasan emosional materi segitiga dan segirmpat diketahui bahwa
kedua kelas memiliki perbedaan rata-rata skor kecerdasan emosional materi segitiga dan segirmpat yang cukup signifikan.
Hal ini dapat diartikan bahwa kecerdasan emosional siswa dipengaruhi oleh penerapan pembclajaran kooperatif tipe TGT. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa pembelajaran materi segiempat dengan menggunakan model kooperatif Jigsaw dan TGT dapat meningkatkan prestasi belajar matematika yang ditinjau dari kemampuan awal siswa.
42548.pdf
84
Berdasarkan pada basil penelitian yang didapat, model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki kontribusi pada kecerdasan emosional. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT siswa dapat terbantu dalam mengatur emosionalnya.
Pada penelitian ini untuk mengetahui kecerdasan emosional yang dikuasai oleh siswa, digunakanlah instrumen kecerdasan emosional yang disesuaikan dengan indikator yang sesuai dengan 5 indikator kecerdasan emosional. Dari hasil posttest kecerdasan emosional materi segitiga dan segiempat diketahui bahwa tidak semua siswa dapat menguasi 5 indikator kecerdasan emosional yang dijadikan acuan penilaian dalam penelitian ini. Ini terbukti dari hasil skor siswa baik pada pembelajaran langsung ataupun pembelajaran koooperatif tipe TGT tidak ada siswa yang mendapatkan nilai sempurna yakni 120.
Ada beberapa hal yang menyebabkan rata-rata pemahaman konsep dan kecerdasan emosional kelas model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih besar dari rata-rata kelas pembelajaran langsung pada siswa bergender pria antara lain siswa sudah bisa untuk mengikuti proses pembelajaran yang baru karena telah dilaksanakan pembiasaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT . Pembelajaran pada pertemuan pertama di kelas eksperimen menggunakan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT memang cukup sulit, sebab siswa belum mengenal pembelajaran dengan model kooperatif tipe TGT yang menggunakan media Lembar Kerja Siswa (LKS). Mereka masih terbiasa dengan pembelajaran yang sering dilakukan oleh guru (langsung). Guru mereka memang telah membentuk kelompok-kelompok, namun masih kurang efektif. Oleh sebab itu, terlebih dahulu peneliti mengenalkan dan menjelaskan
42548.pdf
85
langkah-langkah pembelajaran dengan model kooperatif tipe TGT Setelah menjelaskan seperti apa model pembelajaran kooperatif tipe TGT, peneliti mulai menjelaskan garis besar materi baru kemudian membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil selanjutnya, guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk dikeijakan oleh tiap-tiap kelompok dengan berdiskusi sesama anggota kelompok. Disinilah siswa memulai akiivitasnya melalui kegiatan melengkapi materi pada LKS sesuai dengan hasil kerja kelompoknya.
Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa laki-laki menjadikan siswa laki-laki menjadi lebih mampu berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, dan mampu mengembangkan pemahaman konsepnya. Siswa menjadi lebih tahu inti dari pembelajaran yang mereka lakukan karena siswa juga berusaha membuat kesimpulan sendiri. Selain itu, siswa menjadi lebih mampu dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi karena dipecahkan bersama-sama sedangkan pada pembelajaran langsung siswa laki-laki kurang memberi perhatian pada penjelasan guru di kelas.
Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa laki-laki menjadikan siswa laki-laki menjadi lebih mampu berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, dan mampu mengembangkan pemahaman konsepnya. Siswa menjadi lebih tahu inti dari pembelajaran yang mereka lakukan karena siswa juga berusaha membuat kesimpulan sendiri. Selain itu, siswa menjadi lebih mampu dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi karena dipecahkan bersama-sama sedangkan pada pembelajaran langsung siswa laki-laki kurang memberi perhatian pada penjelasan guru di kelas.
42548.pdf
86
Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa berjenis kelamin wanita kurang menjadikan siswa perempuan menjadi lebih aktif dalam pembelajaran, dan cenderung hanya menuliskan hasil diskusinya saja sedangkan pada pembelajaran langsung siswa perempuan lebih memberi perhatian pada penjelasan guru di kelas karena pada siswa perempuan kemampuan mendengarkan dan menulis lebih tinggi dari pada siswa laki-laki. Sehingga rata-rata pemahaman konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak memberikan pengaruh yang signifikan pasa siswa berjenis kelamin wanita.
Pernbelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa berjenis kelamin laki-laki menjadikan siswa laki-laki lebih sernangat dalam pem-belajaran dan mampu mengembangkan kecerdasan emosionalnya. Siswa menjadi lebih tahu usaha mencapai kemenangan dan mampu menghargai kemenangan serta menerima kekalahan. sedangkan pada pembelajaran langsung siswa laki-laki tidak diberi kesempatan untuk mengernbangkan kecerdasan emosionalnya.
Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa wanita kurang menjadikan siswa wanita menjadi lebih semangat dalam pem-belajaran karena siswa wanita cenderung untuk bermain dengan pola keakraban bukan kompetisi. Tetapi ada hal lain yang bisa dipelajari oleh siswa perempuan, seperti usaha mencapai kemenangan dan mampu menghargai kemenangan serta menerima kekalahan dan bekerjasama. sedangkan pada pembelajaran langsung siswa wanita cenderung berprilaku datar dan kurang melibatkan emosi, sehingga siswa wanita tidak belajar bagaimana mengatur emosinya. Sehingga rata-rata kecerdasan emosional pada model pembelajaran kooperatif tipe TGT memberikan pengaruh yang cukup signifikan pasa siswa wanita.
42548.pdf
87
Berdasarkan ura1an di atas, diketahui bahwa pemahaman konsep dan kecerdasan emosional siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik daripada pemahaman konsep dan kecerdasan emosional siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung pada siswa pria. Selain itu, pemahaman konsep siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pemeblajaran kooperatif tipe TGT tidak lebih baik daripada pemahaman konsep siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung pada siswa berjenis kelamin wanita. Sebaliknya kecerdasan emosional siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pemeblajaran kooperatif tipe TGT lebih baik daripada kecerdasan emosional siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung pada siswa wanita.
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini yaitu tidak tersedianya lembar observasi untuk mengamati keterlaksanaan pembelajaran. Untuk itu disarankkan bagi peneliti yang ingin melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan model kooperatif tipe TGT paling tidak membuat tuntunan buku guru sehingga langkah-langkah pembelajaran yang tidak terlaksana dalam rencana pelaksanaan pembelajaran dan lembar kerja siswa dapat tercennin dala tuntunan buku guru dan disarankan untuk membuat lembar observasi ketika pelaksanaan pembelajaran berlangsung sehingga dapat terekam data keterlaksanaan pembelajaran yang diterapkan. Keterbatasan lain dalam penelitian ini adalah dalam proses validasi instrumen kecerdasan emosional. Instrumen kecerdasan emosional belum dapat mengukur aspek kejujuran. Untuk itu disarankan bagi peneliti yang ingin menggunakan instrumen untuk mengukur afektif maka sebaiknya validasi data menggunakan triangulasi data.
42548.pdf
A. Kesimpulan
BABV
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan bahwa
1. a. Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif TGT terhadap pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMPN 4 Kotabumi; b. Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif TGT terhadap
pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMPN 4 Kotabumi dalam kelompok bergender pria;
c. Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif TGT terhadap pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMPN 4 Kotabumi dalam kelompok bergender wanita;
d. Terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan gender pada pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMPN 4 Kotabumi.
2. a. Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif TGT terhadap kecerdasan emosional siswa kelas VII SMPN 4 Kotabumi;
b. Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif TGT terhadap kecerdasan emosional siswa kelas VII SMPN 4 Kotabumi dalam kelompok bergender pria;
42548.pdf
88
c. Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif TGT terhadap kecerdasan emosional siswa kelas VII SMPN 4 Kotabumi dalam kelompok bergender wanita;
d. Terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan gender pada kecerdasan emosional siswa kelas VII SMPN 4 Kotabumi.
B. Saran
Berdasarkan basil penelitian dan pembahasan agar mendapatkan basil yang lebih optimal disarankan hal-hal berikut ini.
1. Guru dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai salah satu altematif dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kecerdasan emosional siswa.
2. Pembaca dan peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian lanjutan mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap pemahaman konsep dan kecerdasan emosional siswa ditinjau dari gender hendaknya melakukan pembiasaan pembelajaran terlebih dahulu dan mempersiapkan instrumen dengan baik.
3. Pembaca dan peneliti lain yang in gin mengembangkan penelitian lanjutan mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap pemahaman konsep dan kecerdasan emosional siswa ditinjau dari gender hendaknya membuat buku tuntunan guru dan tuntunan siswa sebagai wadah bagi guru untuk mencatat atau melihat kekurangan maupun perkembangan belajar siswa secara berkelanjutan dan untuk melihat sejauh
42548.pdf
90
mana keterlaksanaan pembelajaran yang diterapkan oleh guru dan disarankan dapat melampirkan lembar pengamatan keterlaksanaan pembelajaran.
4. Pembaca dan peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian lanjutan mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap pemahaman konsep dan kecerdasan emosional siswa ditinjau dari jenis kelamin perlu memperhatikan kelemahan TGT pada jenis kelamin wanita. Sehingga dapat menemukan solusi agar model pembelajaran TGT juga dapat efektif pada siswa dengan jenis kelamin wanita.
42548.pdf
DAFTARRUJUKAN
Afgani, Jamawi. 2011. Ana/isis Ktrrikulum Matematilta.Jaka.rta: Uhiversitas Terbuka.
Agustian, Ary Ginanjar. 2004. Keterdasan Emosi dan Spiritual. Jakarta: Arga.
Ardiyansarutobi. 2010. Pengertian Model Pembeljaran Kooperatif. (Online). "Tersedia": http://h1.ripway.com/ardiyansarutobilpembelajaran.gif. (15 November 2010).
Arends, Richard l. 2008. Learn to Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arifuddin. 2010. Neuropsikolinguistik. Jakarta: Rajawali Pers.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Bahri, Syaiful. 2002. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: Sebelas Maret.
Budiyono. 2011. Penilaian Hasil Be/ajar. Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
Garner, P. W. 201 0. Emotional Competence and Its Influences
on
Teaching and Learning. Educational Psychology, 22(3): 297-321.Ghelvin. 2008. Pengenian Pemahaman . (Online). "tetsedia": rnrghelvin. files. wordpress.com/2008109/uhl-math-9 2.pdf (18 November 201 0).
Goleman, D. 2002. Keterdasan Emosi Untuk Meni:apai Puncak Prestasi. (Edisi terjemahan oleh Tri Kantjono Widodo ). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Henson, K.T. & Ben F.E. 1999. Educational Psychology for Effective Teaching. Belmont, CA: Wadsworth Publishing Company.
42548.pdf
Hidayati, Fina Hanifa. 2014. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Team Assisted Individualization dan Teams Games Tournaments Ditinjau dari Tingkat Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Be/ajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri Kabupaten S/eman. Surakarta: Tesis Pascasrujana UNS.
Johnson, M.C. & Wang, A. 2003. Emotional Intelligence and Academic
Performance of College Honors and Non-Honors Freshmen. Journal of the National Collegiate Honors Council, 10(1): 105-114.
Ledoux, J. 2011. The Emotional Brain, Penopang Misterius bagi Kehidupan Emosional. Y ogyakarta: Pustaka Baca.
Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Mangun. 2010. Definisi Pemahaman. (online )"tersedia".
http:/ /man gun. wordpress.com/20 1 0/12/definisi-pemahaman.html. ( 18 November 201 0).
Meg, O'Mahony. 2006. Teams-Games-Tournament (I'GT) Cooperative Learning and Review. NABT Conference 14 October 2006.
Mohammadyari, G. 2013. Emotional Intelligence as Predictor of Academic Achievement among Gifted Students. Technical Journal of Engineering and Applied Sciences, 3(15): 1560-1563.
Mustaqim. 2004. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rescuer, Ian. 2010. Pengertian Pemahaman. (online)"tersedia".
http://ian43.wordpress.com/2010/12/17/pengertian-pemahaman-matematika.html. (18 November 2010).
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta. Kencana.
Santrock, John W. 2007. Psikologi Pendidikan. (Edisi terjemahan oleh Tri Kantjono Widodo). Jakarta: Kencana.
Santyasa. 2010. Pengertian Pemahaman. (Online). "Tersedia":
http:/ /id.shvoong.com/social-sciences/education/220077 4-pengertian-pemahaman/ #ixzz1jmOAOhFK. (15 November 2011).
Starkey, C. 2008. Emotion and Full Understanding. Ethical Theory and Moral Practice, 11(4): 425-454.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
42548.pdf
Sururi, Aan. 2005. Pengaruh Model Pembelajaran Langsung Terhadap Konsep Diri Siswa dan Prestasi Be/ajar Matematika (Studi Kasus pada Kelas II SMP N 3 Tanjung Raja, Lampung Utara 2005). Tesis Tidak Diterbitkan. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Woolfolk, Anita. 2010. Educational Psycology Active Learning Edition. Y ogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yundari. 2012. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Team Assisted Individualization (!'AI) dan Teams Games Tournaments (I'GT) Terhadap Prestasi Be/ajar Matematika Ditinjau dari Tingkat Kecerdasan Emosiona/ Siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) se-Kabupaten Ngawi. Tesis Program Pascasarjana Universitas Negeri Surakarta. Tidak diterbitkan.
42548.pdf
LAMPIRANA
PERANGKATPEMBELAJARAN
1. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
2. LEMBAR KERJA SISW A
42548.pdf
Sekolah Kelas Mata Pelajaran Semester GEOMETRI : SMPN 4 Kotabumi : Vll (Tujuh) : Matematika :II (dua) SILABUS PEMELAJARAN
Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya
Materi Kegiatan lndikator Pencapaian Kompetensi
Dasar Pembelajaran Pembelajaran Kompetensi Teknik Bentuk
6.1 Mengiden- Segiempat Mendiskusikan jenis- • Menjelaskan jenis- Tes tertulis Uraian tifikasi sifat- dan segitiga jenis segitiga jenis segitiga
sifat segiti- berdasarkan sisi- berdasarkan
sisi-ga berda- sisinya dengan sisinya
sarkan sisi menggunakan segitiga. dan
sudut-nya
Mendiskusikan jenis- • Menjelaskan jenis- Tes tertulis Uraian jenis segitiga jenis segitiga
berdasarkan sudut- berdasarkan besar sudutnya dengan sudutnya
menggunakan segitiga
6.2 Menginden- Segiempat dan Menggunakan • Menjelaskan Tes tertulis Uraian tifikasi sifat- segitiga lingkungan pengertian
sifat perse- untuk mendiskusikan jajargenjang, persegi,
gipanjang, pengertian persegipanjang, belah
persegi, jajargenjang, persegi, ketupat, trapesium trapesium, persegipanjang, belah dan Jayang-layang jajargen- ketupat, trapesium, dan menurut sifatnya. jang, belah Jayang-layang menurut
ketupat dan sifatnya
Jayang-Penilaian Alokasi Sumber
Contoh Instrumen Waktu Bela jar Jelaskan jenis-jenis segitiga lx40 menit • Buku teks, berdasarkan sisinya dan beri • Model-contoh masing-masing derngan
segitiga gam bar
Jelaskan jenis-jenis segitiga lx40 menit berdasarkan sudutnya dan beri
contoh masing-masing derngan gam bar.
Jelaskan pengertian dari dua 2x40 menit Buku teks, I
bangun berikut menurnt sifat- bangun datar
sifatnya: dari kawat
a. persegipanjang dan dari
b. persegi karton,
benda-c. jajargenjang benda di
d. belahketupat sekitar siswa.
-42548.pdf